Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

33

=,5$$¶$+, Volume 37 Nomor 2, Juni 2013 Halaman 33-39 ISSN 1412-1468

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KETIMUN


DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

(Factors Affecting Production of Cucumber in Hulu Sungai Tengah Regency)

Arief Hidayatullah
Program Studi Agribisnis STIPER Amuntai Jl. Bihman Villa No.07B
Telp. (0527)62202 Amuntai. Email : arief_stiper_amt@yahoo.com

ABSTRACT
This study aimed to examine the factors that influence the production of cucumber and
cucumber production elasticity know Hulu Sungai Tengah Regency. The research was conducted in
the Hulu Sungai Tengah. Based on the F count equal to 17.017 with a .000 Sig. From these results
appear F count> F table and the Sig <alpha (0.05), then the conclusion is to reject H0, which means all
of the independent variable (X) simultaneously significantly affect the dependent variable (Y). Means
land, seeds, fertilizer, pesticides and labor together (simultaneously) influence the production of
cucumber in Hulu Sungai Tengah Regency. The results of testing the regression coefficients are partial
(t test) showed that the factors that influence the production of cucumber is a factor which is partially
pesticides significantly, while the area of land, seed, fertilizer and labor is partially significant effect on
the production of cucumber in the Hulu_Sungai_Tengah Regency. R Square value (coefficient of
determination) is 0.739 indicates variability of production quantities of cucumber 73.9% can be
explained by the factors of production are present in cucumber production function equation, while the
remaining 26.1% is explained by the error factor (error). Based on the regression equation obtained,
then the elasticity of production is land factor elasticity -0.013, 0.066 elasticity seeds, fertilizer
elasticity is 0.799, pesticides_and_labor_elasticity_0.836,_-1.244_elasticity.

Key words : cucumber, regression analysis, coefficient of determination

PENDAHULUAN menerapkan tata laksana pemeliharaan yang


Perkembangan produksi ketimun di baik, sehingga akan mempengaruhi
Kabupaten Hulu Sungai Tengah dari tahun perkembangan populasi tanaman ketimun.
ketahun cukup baik, namun pada tahun Diantara berbagai faktor produksi dari usaha
2008 sampai 2009 produksi ketimun pertanian perkebunan ketimun tersebut
mengalami penurunan, dan di 2010 produksi diperkirakan terdapat faktor yang sangat
ketimun mengalami peningkatan, kerena menentukan dalam usaha pertanian ketimun
adanya peningkatan usaha oleh pihak swasta yang meliputi luas lahan, bibit, pupuk,
sehingga produksi ketimun meningkat. Upaya pestisida, tenaga kerja.
pengembangan ketimun dalam sekala Lahan sebagai salah satu faktor
agribisnis mempunyai peluang yang produksi yang merupakan pabriknya hasil
menjanjikan dengan pengelolaan yang pertanian yang mempunyai kontribusi yang
34
=,5$$¶$+, Volume 37 Nomor 2, Juni 2013 Halaman 33-39 ISSN 1412-1468

cukup besar terhadap usahatani. Besar Untuk mengetahui faktor-faktor yang


kecilnya produksi dari usahatani antara lain mempengaruhi produksi digunakan model
dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang regresi linear berganda sebagai berikut:
digunakan. Faktor bibit memegang peranan /Q < /Q 0 /Q 1 X1 /Q 2X2 /Q 3X3 +
yang penting untuk menunjang keberhasilan /Q 4X4 /Q 5X5 + e
produksi tanaman ketimun. Dimana:
Bibit merupakan langkah awal Y = Produksi Ketimun (Kg)
peningkatan produksi. Sedangkan bibit yang X1 = Lahan (Ha)
digunakan petani ketimun di Kabupaten X2 = Bibit (Kg)
Hulu Sungai Tengah adalah bibit unggul, X3 = Pupuk (Kg)
karena penggunaan bibit unggul sangat X4 = Pestisida (Liter)
berpengaruh terhadap peningkatan produksi, X5 = Tenaga Kerja (HKSP)
dan petani ketimun di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah untuk meningkatkan hasil Uji F dilakukan terhadap model regresi
produksi petani selalu menggunakan pupuk berganda tentang produksi usaha tani Ketimun
karena pupuk merupakan sarana yang sangat untuk mengetahui apakah semua faktor atau
penting untuk meningkatan produksi, variabel independen (Xi) dalam persamaan
pemberian pupuk yang tepat dan berimbang berpengaruh secara bersama-bersama terhadap
akan menghasilkan produksi yang tinggi. produksi ketimun (Y) dimana hipotesisnya
Selain menggunakan pupuk, petani adalah:
juga menggunakan pestisida untuk mencegah H0 : b1 = b2 = b3 « En= 0
segala hama penyakit yang bisa Ha : b1 = b2 = b3 « En •
menggagalkan produksi, dan sebagai Kriteria uji F
perangsang untuk menghasilkan produksi Jika F-+LWXQJ ” )-Tabel maka H0
sesuai keinginan, karena pestisida diterima dan Ha ditolak artinya semua variabel
merupakan salah satu faktor produksi, independent (X1) dalam persamaan secara
pestisida sampai saat ini merupakan cara serentak tidak berpengaruh nyata variabel
yang paling banyak digunakan dalam dependen (Y).
pengendalian hama dan penyakit. Jika F-Hitung > F-Tabel maka H0
Berdasarkan uraian di atas, maka ditolak dan Ha diterima semua variabel X1
perlu diadakan penelitian untuk mengetahui berpengaruh nyata terhadap variabel Y.
bagaimana analisis faktor-faktor yang Kemudian untuk mengetahui koefisien-
mempengaruhi produksi ketimun di koefisien regresi secara parsial atau untuk
Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang dapat mengetahui pengaruh masing-masing variabel
memberikan keuntungan kepada pelaku independen terhadap variabel independen
produksi. digunakan uji t (t-Test). Hipotesis yang akan di
uji adalah:
METODE PENELITIAN H0 : bi = 0, berarti variabel independen ke-i (Xi)
Penelitian ini telah dilaksanakan di tidak berpengaruh nyata terhadap
Kabupaten Hulu Sungai Tengah selama 3 variabel dependen (Y).
bulan, yaitu mulai bulan Januari sampai dengan Ha: bi• EHUDUWL YDULDEHO LQGHSHQGHQ NH-i (X1)
bulan Maret 2012. berpengaruh nyata terhadapvariabel
nyata terhadap variabel dependen
(Y).
35
=,5$$¶$+, Volume 37 Nomor 2, Juni 2013 Halaman 33-39 ISSN 1412-1468

Kriteria Uji t sudah disiapkan. Bibit yang digunakan


Jika t-KLWXQJ ” W-tabel maka H0 diterima dan H1 adalah bibit unggul, yang dibeli dari toko
ditolak artinya variabel X1 berpengaruh tidak pertanian yang terdekat, nama bibit yang
nyata terhadap variabel Y. digunakan petani cap panah merah.
Jika t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak dan H1
diterima artinya variabel X1 berpengaruh nyata Pupuk
terhadap variabel Y. Pemupukan tanaman ketimun
Untuk mengetahui besarnya variasi dilakukan dengan cara memberikan pupuk
variabel terikat (Y) dapat diterangkan oleh disekitar tanaman ketimun, dengan dibuat
variasi variabel bebas (X), dilihat dari nilai R2 lubang kecil dan pupuk dimasukan kedalam
yang diperoleh R2 disebut juga koefisien atau lubang tersebut. Pemupukan dilakukan 2
indeks diterminasi yang mengukur derajat kali hingga tanaman ketimun berbuah,
hubungan antara variabel bebas dan terikat pupuk yang digunakan petani pupuk
apabila antara kedua variabel tersebut terdapat mutiara.
hubungan regresi. Besarnya nilai variasi
tersebut dinyatakan dalam persen (% ) setelah Pestisida
mengalikan nilai R2 dengan 100 %. Pengobatan tanaman ketimun
dilakukan dengan cara penyemporatan pada
HASIL DAN PEMBAHASAN tanaman ketimun, penyemporotan ini
dilakukan 7 hari sekali sampai tanaman
Penyelenggaraan Usahatani Ketimun di
barbuah dan buahnya siap panen. Pestisida
Kabupaten Hulu Sungai Tengah
yang digunakan bermacam-macam untuk
Lahan
pengobatan tanaman ketimun ini, nama-
Pengolahan lahan dilakukan dengan
cara mencangkul tanah hingga menjadi nama pestisida yang sering digunakan petani,
gembur, setelah tanah sudah gembur seperti Fitomic, Antracal, Canon, Lannate,
kemudian dibuat baluran atau bedengan, Gandasil, dan Winder.
dengan tinggi sekitar 30-40 cm. Setelah
selesai dibuat bedengan kemudian dibuat Tenaga Kerja
lubang untuk tempat penanaman bibit Dalam penyelenggaraan usahatani
ketimunnya. Status kepemilikan lahan rata- ketimun dibutuhkan tenaga kerja, mulai dari
rata milik sendiri, dan luas lahan sekitar pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan,
0,2 ± 0,7 Ha. dan panen. Tenaga kerja yang dipakai petani
didaerah penelitian ini kebanyakan tenaga
kerja dalam keluarga. Cara perhitungan
Bibit
Dalam proses penanaman ketimun tenaga kerja dalam penelitian ini dengan
tidak dilakukan pembibitan, namun benihnya menggunakan satuan HKSP.
langsung ditanam kedalam lubang yang
36
=,5$$¶$+, Volume 37 Nomor 2, Juni 2013 Halaman 33-39 ISSN 1412-1468

Fungsi Produksi Usahatani Ketimun

Tabel 1. Hasil Pengujian Koefisien Regresi Parsial Faktor Produksi Terhadap Produksi Ketimun Di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah
No Variabel Koefisien thitung Sig.
1 Konstanta 5,172 2,337 0,026

2 Luas Lahan 0,002 0,003 0,997*

3 Bibit 0,014 0,031 0,975*

4 Pupuk 0,387 0,759 0,454*

5 Pestisida 0,721 4,777 0,000**

6 Tenaga Kerja -0,076 -0,157 0,876*

Keterangan : sebesar 2,53. Dengan demikian F hitung > F


** = peluang < 0,05 (berpengaruh nyata) tabel (15,466> 2,53) dan Sig < alpha (0,000 <
* = peluang > 0,05 (tidak berpengaruh nyata) 0,05), ini berarti dapat diambil kesimpulan
Dengan demikian dapatlah disusun menolak H0 yang berarti semua variabel
persamaan regresi sebagai berikut: didalam persamaan secara simultan (bersama-
Y = 5,172 + 0,002 X1 + 0,014 X2 + 0,387 X3 sama) berpengaruh nyata terhadap keragaman
+0,721 X4 ± 0,076 X5 produksi ketimun di Kabupaten Hulu Sungai
Dimana : Tengah Kalimantan Selatan. Berarti luas
Y = Jumlah Produksi lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja
X1 = Luas Lahan secara bersama-sama mempengaruhi produksi
X2 = Bibit ketimun.
X3 = Pupuk
X4 = Pestisida Luas Lahan
X5 = Tenaga Kerja Hasil pengujian koefisien regresi faktor
luas lahan dengan nilai t hitung sebesar 0,003
Koefisien determinasi (R2) dari model lebih kecil dari t tabel (0,003< 1,690) dan nilai
regresi tersebut adalah 0,674. Hal ini Sig 0,997 lebih besar daripada alpha 5% (0,997
menunjukkan bahwa variasi produksi yang > 0,05). Maka kesimpulan yang diambil
dapat dijelaskan oleh faktor produksi dalam adalah menerima H0 dan menolak Ha yang
model tersebut masing-masing adalah 67,4%, artinya hal ini menunjukkan bahwa faktor luas
sedangkan yang tidak diterangkan dalam model lahan secara parsial tidak berpengaruh nyata
masing-masing sebesar 32,6%. Dengan terhadap produksi ketimun. Mengapa Luas
demikian, model regresi dapat dikategorikan Lahan tidak berpengaruh nyata terhadap
sangat baik untuk dipergunakan sebagai produksi ketimun, hal itu dikerenakan
penduga fungsi produksi. semakin luas lahan, tapi tidak di imbangi
Hasil F hitung sebesar 15,466 dengan dengan faktor produksi yang lain seperti
Sig 0,000. Dengan mencari pada tabel F tenaga kerja yang cukup dan mempunyai
dengan v1=5 dan v2=30 diperoleh nilai F tabel pengalaman tentang budidaya ketimun, maka
37
=,5$$¶$+, Volume 37 Nomor 2, Juni 2013 Halaman 33-39 ISSN 1412-1468

luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap pestisida secara parsial berpengaruh nyata
produksi. terhadap produksi ketimun. Faktor pestisida
berpengaruh nyata terhadap produksi
Bibit ketimun, hal ini di sebabkan kerena
Hasil pengujian koefisien regresi faktor pestisida sangatlah penting buat produksi,
bibit dengan nilai t hitung sebesar 0,031 lebih karena pestisida digunaka sebagai
kecil dari t tabel (0,031 < 1,690) dan nilai Sig pengubatan, dan perangsang untuk
0,975 lebih besar daripada alpha 5% (0,975> menghasilkan produksi ketimun.
0,05). Maka kesimpulan yang diambil adalah
Tenaga Kerja
menerima H0 dan menolak Ha yang artinya hal Hasil pengujian koefisien regresi faktor
ini menunjukkan bahwa faktor bibit secara tenaga kerja dengan nilai t hitung sebesar -
parsial tidak berpengaruh nyata terhadap 0,157lebih kecil dari t tabel (-0,157 < 1,690)
produksi ketimun. Bibit tidak berpengaruh dan nilai Sig 0,876 lebih besar daripada alpha
nyata terhadap produksi ketimun, kerena 5% (0,876> 0,05). Maka kesimpulan yang
bibit hanyalah media produksi, tapi kalau diambil adalah menerima H0 dan menolak Ha
tidak di imbangi dengan paktorproduksi yang yang artinya hal ini menunjukkan bahwa faktor
lain seperti pestisida, maka tidak akan tenaga kerja secara parsial tidak berpengaruh
menghasilkan produksi yang optimal, karena nyata terhadap produksi ketimun. Faktor
itu bibit tidak berpengaruh nyata terhadap tenaga kerja tidak berpengaruh nyata,
produksi. terhadap produksi ketimun hal ini di
Pupuk kerenakan tenaga kerja hanyalah mesinnya
Hasil pengujian koefisien regresi faktor produksi bukan penghasil produksi, walau
pupuk dengan nilai t hitung sebesar 0,759 lebih tenaga kerjanya banyak tapi tidak memilikai
kecil dari t tabel (0,759< 1,690) dan nilai Sig keahlian dan pengalaman tentang cara
0,454 lebih besar daripada alpha 5% (0,454> budidaya ketimun, maka tidak akan
0,05). Maka kesimpulan yang diambil adalah menghasilkan produksi ketimun yang sesuai
menerima H0 dan menolak Ha yang artinya hal dengan keinginan petani.
ini menunjukkan bahwa faktor pupuk secara
Elastisitas Produksi
parsial tidak berpengaruh nyata terhadap Berdasarkan persamaan regresi yang
produksi ketimun. Faktor pupuk tidak diperoleh, maka elestisitas produksinya
berpengaruh nyata terhadap pruduksi, hal itu sebagai berikut:
dikarenakan, kalau pemberian faktor pupuk a. Faktor Luas Lahan: berdasarkan
saja, terhadap tanaman ketimun tanpa persamaan regresi persial elastisitasnya
menggunakan faktar pestisida tanaman 0,002 artinya setiap kenaikan 1% luas
ketimun tidak akan menghasilkan produksi lahan maka akan menaikan produksi
optimal. ketimun sebesar 0,002%. Sebaliknya
Pestisida jika setiap pengurangan 1% luas lahan
Hasil pengujian koefisien regresi faktor maka akan menurunkan produksi
pestisida dengan nilai t hitung sebesar 4,777 ketimun sebesar 0,002%. Nilai
lebih besar dari t tabel (4,777> 1,690) dan nilai elastisitas yang diperoleh Ep < 1,
Sig 0,000 lebih kecil daripada alpha 5% (0,000 bersifat inelastic berarti upaya
< 0,05). Maka kesimpulan yang diambil peningkatan jumlah lahan tidak
adalah menolak H0 dan menerima Ha yang menyebabkan peningatan produksi yang
artinya hal ini menunjukkan bahwa faktor lebih besar. Elastisitas produksi 0,002
38
=,5$$¶$+, Volume 37 Nomor 2, Juni 2013 Halaman 33-39 ISSN 1412-1468

berarti berada pada daerah produksi II ketimun sebesar 0,721%. Nilai


yang menempati daerah yang rasional elastisitas yang diperoleh Ep< 1 bersifat
dimana pada daerah ini dimana petani inelastis berarti upaya peningkatan
berada pada daerah yang akan diperoleh jumlah pestisida tidak menyebabkan
keuntungan optimum. peningkatan produksi yang lebih besar.
b. Faktor Bibit: berdasarkan persamaan Elastisitas produksi 0,721 berarti berada
regresi persial elastisitasnya 0,014, pada daerah produksi II yang
artinya setiap kenaikan 1% bibit maka menempati daerah rasional dimana
akan meningkatkan produksi ketimun petani berada pada daerah yang akan
sebesar 0,014% . Sebaliknya jika setiap diperoleh keuntungan optimum.
pengurangan 1% bibit maka akan e. Faktor Tenaga Kerja: berdasarkan
menurunkan produksi ketimun sebesar persamaan regresi persial elastisitasnya -
0,014%. Nilai elastisitas yang diperoleh 0,076, artinya setiap pengurangan 1%
Ep < 1 bersifat inelastisberarti upaya tenaga kerja maka akan menaikan
peningkatan jumlah bibit tidak produksi ketimun sebesar -0,076%.
menyebabkan peningkatan produksi Sebaliknya jiga setiap kenaikan 1%
yang lebih besar. Elastisitas produksi tenaga kerja maka akan menurunkan
0,014 berarti berada pada daerah produksi ketimun sebesar -0,076%. Nilai
produksi II yang menempati daerah elastisitas yang diperoleh negative Ep <
rasional dimana petani berada pada 0, berarti berada pada daerah produksi
daerah yang akan diperoleh III yang menempati daerah yang tidak
keuntungan optimum. rasional dimana dimana pada daerah ini
c. Faktor Pupuk: berdasarkan persamaan penambahan pemakaian input akan
regresi persialelastisitasnya 0,387, menyebabkan penurunan produksi total.
artinya setiap kenaikan 1% pupuk maka
akan meningkatkan produksi ketimun KESIMPULAN DAN SARAN
sebesar 0,387%. Sebaliknya jika setiap
Kesimpulan
pengurangan 1% pupuk maka akan Luas lahan, bibit, pupuk, pestisida,
menurunkan produksi ketimun sebesar dan tenaga kerja secara bersama-sama
0,387%. Nilai elastisitas yang diperoleh (simultan) mempengaruhi produksi ketimun
Ep < 1 bersifat inelastis berarti upaya di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Nilai
peningkatan jumlah pupuk tidak Adjusted R Square (koefisin determinasi)
menyebabkan peningkatan produksi yang adalah 0,67,4 menunjukan keragaan jumlah
lebih besar. Elastisitas produksi 0,387 produksi ketimun 67,4% dapat di terangkan
berarti berada pada daerah produksi II oleh faktor-faktor produksi yang ada dalam
yang menempati daerah rasional dimana persamaan fungsi produksi ketimun,
petani berada pada daerah yang akan sedangkan sisanya 32,6% dijelaskan oleh
diperoleh keuntungan optimum. faktor kesalahan (error).
d. Faktor Pistisida berdasarkan persamaan Berdasarkan persamaan regresi yang
regresi persial elastisitasnya 0,721, diperoleh, maka elastisitas produksinya
artinya setiap kenaikan 1% pestisida adalah, faktor luas lahan elastisitasnya0,002
maka akan meningkatkan produksi bibit elastisitasnya 0,014, pupuk
ketimun sebesar 0,721%. Sebaliknya elastisitasnya 0,382, pestisida elastisitasnya
jika setiap pengurangan 1% pestisida 0,721, keempat faktor tersebut nilai
maka akan menurunkan produksi
39
=,5$$¶$+, Volume 37 Nomor 2, Juni 2013 Halaman 33-39 ISSN 1412-1468

elastisitasnya Ep < 1 yang berarti berada Dinas Pertanian. 2011. Tanaman Pangan dan
pada daerah produksi II yang menempati Perkebunan. Kabupaten Hulu Sungai
daerah rasional dimana petani berada pada Tengah. Barabai.
daerah yang akan diperulih keuntungan
optimum. Sedangkan tenaga kerja Fathurrahim, 2000. Prospek Berkebun Buah.
elastisitasnya -0,076, nilai elastisitasnya Penebar Swadaya. Jakarta.
yang diperoleh negatif, berarti berada pada
daerah produksi III yang menempati daerah Kartasapoetra, A. G.1998. Pengantar Ekonomi
yang tidak rasional dimana pada daerah ini Produksi Pertanian. Bina Aksara.
penambahan pemakaian input akan Jakarta.
menyebabkan penurunan produksi total.
Rahim dan Hastuti. 2007. Ekonomika
Saran Pertanian (Pengantar, Teori, dan Kasus).
Petani ketimun dapat ditingkatkan Penebar Swadaya. Depok
hasil produksinya dengan meningkatkan
faktor produksi atau dengan kata lain Saragih, B. 1998. Pembangunan Ekonomi
meningkatkan skala usaha dalam jangka Berbasis Pertanian. Yayasan Mulia
pendek. Selanjutnya juga perlu adanya Persada Indonesia. PT Agromedia
perhatian yang lebih serius dari pemerintah Pustaka. Jakarta.
daerah kabupaten Hulu Sungai Tengah
terutama dinas pertanian agar lebih aktif Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi
dalam memberikan bimbingan atau Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi
penyuluhan kepada petani tentang cara Cobb ± Douglas. PT RajaGrafindo
budidaya tanaman ketimun. Persada. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA Sarwoko. 2005. Dasar-dasar Ekonometrika.


Cahyono, Bambang. 2003. Timun. CV. Andi. Yogyakarta.
Aneka Ilmu. Semarang.

You might also like