Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 9(1), 2021, 149-164

Pengukuran Kinerja Lingkungan dengan Sustainability Balanced Scorecard:


Seimbang, Komprehensif, dan Strategis

Dian Imanina Burhany1, Ira Novianty2, Sulistia Suwondo3


1,2,3
Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Bandung, Bandung, Indonesia
Abstract. More companies care about environment, so environmental performance measurement needs to be done to
determine effectiveness of environmental management strategies. Most environmental performance measurement
done partially, focused on environmental aspect, and not related to other aspects. Sustainability balanced scorecard
(SBSC) modified from the balanced scorecard (BSC) integrates environmental indicators into four BSC perspectives
in order to obtain balanced, comprehensive and strategic environmental performance information. This study aims to
measure environmental performance using four SBSC perspectives, namely learning and growth, internal business
processes, customers, and finance. This study is a case study in a heavy equipment manufacturer. Primary data were
analyzed descriptive quantitatively. Study result find that company's environmental performance for learning and
growth perspectives, and internal business process perspectives, and financial perspective are excellent, while for
customer perspective is good. This information become basis for management to determine perspectives and
indicators where improvement should be done to improve environmental performance.

Keywords. Balanced; balanced scorecard; comprehensive; performance; strategic; sustainability

Abstrak. Semakin banyak perusahaan yang peduli terhadap lingkungan sehingga pengukuran kinerja lingkungan
perlu dilakukan untuk mengetahui efektivitas strategi pengelolaan lingkungan. Kebanyakan pengukuran kinerja
lingkungan dilakukan secara parsial, fokus pada aspek lingkungan, dan tidak dikaitkan dengan aspek lain.
Sustainability balanced scorecard (SBSC) yang dimodifikasi dari balanced scorecard (BSC) mengintegrasikan
indikator lingkungan ke dalam empat perspektif BSC agar dapat diperoleh informasi kinerja lingkungan yang
seimbang, komprehensif, dan strategis. Penelitian ini bertujuan mengukur kinerja lingkungan menggunakan empat
perspektif SBSC yaitu pembelajaran dan pertumbuhan, proses bisnis internal, pelanggan, dan keuangan. Penelitian
merupakan studi kasus pada suatu perusahaan produsen alat berat. Data primer dianalisis secara deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menemukan bahwa kinerja lingkungan perusahaan untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan,
perspektif proses bisnis internal, dan perspektif keuangan adalah sangat baik, sedangkan untuk perspektif pelanggan
adalah baik. Informasi ini menjadi dasar bagi manajemen untuk menentukan pada perspektif dan indikator mana
perbaikan perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja lingkungan.

Kata kunci. Balanced scorecard; kinerja; komprehensif; seimbang; strategis; sustainability

Corresponding author. Email: dian.imanina@polban.ac.id1, ira.novianty@polban.ac.id2, sulistia.suwondo.h@gmail.


com3
How to cite this article. Burhany, D.I., Novianty, I., & Suwondo, S. (2021). Pengukuran Kinerja Lingkungan dengan
Sustainability Balanced Scorecard: Seimbang, Komprehensif, dan Strategis. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan,
9(1), 149-164.
History of article. Received: Desember 2020, Revision: Februari 2021, Published: April 2021.
Online ISSN: 2541-061X.Print ISSN: 2338-1507. DOI: 10.17509/jrak.v9i1.26296.
Copyright©2020. Published by Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan. Program Studi Akuntansi. FPEB. UPI

PENDAHULUAN pihak seperti shareholder, karyawan,


Saat ini, kepedulian perusahaan pelanggan, pemerintah, media, pesaing, dan
mengenai isu sustainability semakin juga lingkungan (Freeman & David, 1983;
meningkat. Aspek lingkungan menjadi Boubaker et al., 2014). Oleh karena itu,
perhatian khusus dan semakin banyak perusahaan tidak boleh hanya mengejar kinerja
perusahaan yang berusaha meningkatkan keuangan saja tapi juga harus berusaha
kinerja lingkungannya (Winter & Knemeyer, memaksimalkan kinerja lainnya termasuk
2013). Awalnya, perusahaan melakukan hal ini kinerja lingkungan.
untuk memenuhi tuntutan stakeholder Konsep sustainability atau
sebagaimana dijelaskan oleh stakeholder keberlanjutan diadopsi dari konsep sustainable
theory. Menurut teori ini, perusahaan development (pembangunan berkelanjutan)
memiliki tanggung jawab kepada banyak yang mencakup tiga aspek yaitu ekonomi,

149 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.9 | No.1 | 2021


DIAN IMANINA BURHANY1, IRA NOVIANTY2, SULISTIA SUWONDO3 / Pengukuran Kinerja
Lingkungan dengan Sustainability Balanced Scorecard: Seimbang, Komprehensif, dan Strategis

sosial, dan lingkungan (Burritt & Lehman, Kinerja Lingkungan dan Pengukurannya
1995). Ungkapan ini merujuk pada organisasi Berbagai ukuran kinerja dan alat
yang meningkatkan kinerja ekonomi, sosial, pengukuran kinerja telah dikembangkan.
dan lingkungan agar dapat bertahan dalam Kinerja lingkungan menjadi perhatian yang
jangka panjang (Adams et al., 2014). Dalam semakin meningkat saat ini seiring
konteks bisnis, sustainability didefinisikan meningkatnya isu sustainability. Kinerja
sebagai kepedulian sosial dan lingkungan lingkungan sendiri diartikan sebagai
dalam operasi bisnis, dan dalam interaksi pencapaian perusahaan dalam mengelola
dengan para stakeholder (Marrewijk & Marco, interaksi antara aktivitas, produk, atau jasa
2003). Jika ingin bersaing dalam jangka perusahaan dan lingkungan (Bennett & James,
panjang, perusahaan membutuhkan 1999 dalam Schaltegger & Burritt, 2000).
pendekatan sistemik untuk sustainability Ukuran kinerja lingkungan harus objektif,
melalui penciptaan berbagai infrastruktur yang akurat, dan layak agar dapat memenuhi dan
mendukung strategi keberlanjutan (Galpin et mewakili kepentingan stakeholder (Verma et
al., 2015). al., 2001). Pengukuran kinerja lingkungan
Pada akhirnya, perusahaan menyadari harus memenuhi tiga syarat yaitu mewakili
bahwa kinerja lingkungan juga berkontribusi dampak lingkungan yang ditimbulkan,
terhadap kinerja keuangan yang merupakan menggunakan ukuran yang sama jika akan
tujuan utama perusahaan, dan ini didukung dibandingkan, dan datanya tersedia (Patten,
oleh berbagai penelitian (Henri & Journeault, 2002).
2010; Burhany, 2011; Davis et al., 2016). Lober (1996) yang didukung oleh
Berbagai upaya dilakukan oleh perusahaan Ilinitch et al. (1998) mengusulkan empat
untuk meningkatkan kinerja lingkungannya. dimensi yaitu dimensi proses internal (sistem
Sistem pengelolaan atau manajemen organisasi), dimensi proses eksternal
lingkungan yang baik merupakan hal penting (hubungan dengan stakeholder), dimensi
yang harus dimiliki oleh perusahaan jika ingin outcome internal (kepatuhan terhadap
meningkatkan kinerja lingkungan. Melalui regulasi), dan dimensi outcome eksternal
sistem manajemen lingkungan yang antara lain (dampak lingkungan) untuk pengukuran
didukung oleh standarisasi ISO 14001, kinerja lingkungan. Dimensi proses mengukur
perusahaan melakukan berbagai strategi dan seberapa efektif sistem manajemen lingkungan
upaya untuk mengelola lingkungan agar dapat bekerja dan dapat menjadi leading indicator
meningkatkan kinerja lingkungannya. dari hasil akhir kinerja lingkungan yang
Setelah pengelolaan lingkungan tergambar dalam dimensi outcome. Dimensi
dilakukan, diperlukan pengukuran kinerja proses internal menggambarkan karakteristik
untuk mengetahui sejauh mana efektivitasnya. struktur dan program perusahaan, termasuk
Pengukuran kinerja menyediakan feedback kebijakan tertulis, mekanisme pengendalian
mengenai efektif atau tidaknya strategi yang internal, komunikasi, public relation, pelatihan
telah dilakukan oleh perusahaan (Atkinson, et dan insentif. Dimensi proses eksternal
al. 2012:2). Berdasarkan hasil pengukuran menyangkut hubungan dengan stakeholder
kinerja, manajemen dapat melakukan seperti karyawan, pelanggan, dan lain-lain.
perbaikan-perbaikan yang diperlukan untuk Dimensi outcome internal menggambarkan
lebih meningkatkan kinerja di masa yang akan pelanggaran hukum dan regulasi lingkungan,
datang. Pengukuran kinerja merupakan salah serta denda yang dibayarkan. Sedangkan
satu tugas penting manajemen yang terkait dimensi outcome eksternal menggambarkan
dengan fungsi pengendalian, yang dilakukan dampak lingkungan yang dapat dihitung
dengan cara membandingkan kinerja aktual seperti tingkat polusi dan tumpahan limbah
yang dicapai dengan suatu pembanding cair. Ukuran ini sangat berguna bagi investor
tertentu berupa standar/anggaran, regulasi, yang membutuhkan analisis kuantitatif untuk
kinerja historis, kinerja industri, atau mendukung keputusannya.
pembanding lainnya (Atkinson et al., 2012). Merujuk pada ukuran yang

150 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.9 | No.1 | 2021


JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 9(1), 2021, 149-164

dikembangkan oleh Lober (1996), berbagai tidak terkait dengan aspek lainnya dalam
penelitian pada umumnya menggunakan satu perusahaan. Kemudian dikembangkanlah
indikator dari dimensi outcome eksternal yaitu sustainability balanced scorecard (SBSC)
dampak lingkungan yang ditimbulkan seperti dengan mengadopsi balanced scorecard
jumlah limbah yang dihasilkan (Cormier & (BSC), suatu alat pengukuran kinerja yang
Magnan, 1999; Patten, 2002) dan jumlah seimbang, komprehensif, dan strategis, yang
limbah beracun yang diolah dibandingkan diusulkan oleh Kaplan & Norton (1992, 1996).
dengan jumlah keseluruhan limbah beracun Balanced scorecard (BSC) merupakan
yang dihasilkan yang disebut TRI (toxic alat atau sistem pengukuran kinerja yang
releases index) (Verma et al., 2001; Al- dikembangkan untuk mengatasi sejumlah
Tuwaijri et al, 2004; Clarkson et al., 2008). kelemahan signifikan pada sistem pengukuran
Beberapa penelitian yang lain menggunakan kinerja tradisional yang didominasi oleh
dimensi outcome internal berupa kepatuhan ukuran keuangan jangka pendek, melihat ke
terhadap regulasi di negara masing-masing, masa lalu, berorientasi internal, dan tidak
baik berupa kepatuhan secara individual terkait dengan strategi organisasi (Kaplan &
(Mobus, 2005), maupun menggunakan Norton, 1992; Epstein & Manzoni, 1997;
peringkat lingkungan yang dibuat oleh Atkinson & Brown, 2001). BSC
lembaga independen seperti Counsil on menyeimbangkan perspektif keuangan dengan
Economic Priorities (CEP) di Amerika Serikat tiga perspektif non-keuangan yaitu perspektif
(Ingram dan Frazier, 1980; Freedman dan pelanggan (customer perspective), perspektif
Jaggi, 1992; Ali Fekrat et al., 1996) atau proses bisnis internal (internal business
Britain’s MAC (Most Admired Companies) di process perspective), serta perspektif
Inggris (Salama, 2005). Di Indonesia, pembelajaran dan pertumbuhan (learning and
kepatuhan terhadap regulasi ditunjukkan oleh growth perspective). Kekuatan utama BSC
peringkat PROPER (Program Penilaian berasal dari keseimbangan antara perspektif
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam keuangan dan non-keuangan (Amaratunga et
Pengelolaan Lingkungan Hidup atau Program al., 2001). Setiap perspektif terdiri atas
for Pollution Control, Evaluating and Rating), beberapa indikator kinerja kunci atau key
suatu pemeringkatan yang dilakukan oleh performance indicators yang dapat diukur,
pemerintah melalui Kementerian Negara yang satu sama lainnya memiliki hubungan
Lingkungan Hidup (KLH). kausal yang bermuara pada peningkatan
Henri & Journeault (2010) kinerja keuangan yang sesungguhnya menjadi
menggunakan ukuran kinerja lingkungan yang tujuan akhir perusahaan (Kaplan & Norton,
lebih lengkap dengan mengacu pada empat 1992; Atkinson et al., 2012:20). Peningkatan
dimensi menurut Lober (1996). Berdasarkan dalam indikator-indikator non-keuangan harus
empat dimensi tersebut, Henri & Journeault mengarah pada peningkatan indikator-
(2010) mengembangkan indikator indikator pada kinerja keuangan di masa
pengurangan biaya, peningkatan produktivitas, depan. Sebaliknya, penurunan dalam
peningkatan kualitas produk, hubungan indikator-indikator non-keuangan (seperti
dengan stakeholder, pengendalian emisi, dan kepuasan dan loyalitas pelanggan, kualitas
pengolahan limbah untuk mengukur kinerja proses, dan motivasi karyawan) umumnya
lingkungan. Namun berbagai indikator memprediksi penurunan kinerja keuangan di
tersebut berdiri sendiri dan tidak dikaitkan. masa depan (Länsiluoto & Järvenpää, 2008).
Dengan demikian, selain seimbang, BSC juga
Pengukuran Kinerja Lingkungan dengan merupakan alat pengukuran kinerja yang
Sustainability Balanced Scorecard komprehensif dan strategis di mana empat
Pengukuran kinerja lingkungan yang perspektif BSC saling berinteraksi satu sama
dikembangkan pada tahap awal memiliki lain dan menghubungkan pengendalian
kekurangan karena menempatkan kinerja operasional jangka pendek dengan visi jangka
lingkungan seolah-olah berdiri sendiri dan panjang dan strategi bisnis.

151 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.9 | No.1 | 2021


DIAN IMANINA BURHANY1, IRA NOVIANTY2, SULISTIA SUWONDO3 / Pengukuran Kinerja
Lingkungan dengan Sustainability Balanced Scorecard: Seimbang, Komprehensif, dan Strategis

BSC dimodifikasi menjadi SBSC Proses utama dipantau untuk memastikan


dengan memasukkan perspektif dan indikator bahwa hasil akan memuaskan. Kinerja yang
sosial dan lingkungan. Penggunaan format baik pada perspektif ini akan berdampak
BSC untuk menilai kinerja sosial dan terhadap kinerja pada perspektif pelanggan
lingkungan antara lain diadvokasi oleh Blanco dan perspektif keuangan. Perspektif pelanggan
Dopico et al. (1998) (dalam Monteiro & akan mencakup indikator untuk mewakili
Ribeiro, 2017); Epstein & Wisner (2001). atribut lingkungan dalam produk. Dalam hal
Selanjutnya, beberapa peneliti mengeluarkan ini, pelanggan dapat diperluas menjadi
aspek sosial dan lebih fokus pada aspek stakeholder. Akhirnya, perspektif keuangan
lingkungan dengan pertimbangan kinerja harus memberikan kesadaran akan dampak
sosial sulit diukur dan karena indikator kinerja lingkungan terhadap hasil keuangan.
lingkungan lebih jelas hubungannya dengan (Figge et al., 2002).
perspektif lainnya dalam BCS (Dias-sardinha Perspektif keuangan pada SBSC tidak
& Reijnders, 2005; Monteiro & Ribeiro, hanya fokus pada profitabilitas, tapi juga perlu
2017). Aspek/perspektif lingkungan dianggap memperhatikan investasi lingkungan dan biaya
strategis karena dapat memengaruhi citra, lingkungan. Hansen & Mowen (2018)
profitabilitas, daya saing, pasar dan produk, menjelaskan bahwa biaya lingkungan yang
yang pada gilirannya akan memengaruhi ideal adalah yang memenuhi prinsip
kelangsungan hidup ekonomi perusahaan “mencegah lebih baik dari pada mengobati”
(Dias-sardinha & Reijnders, 2005; Magrini & sehingga biaya lingkungan perlu
Lins, 2007). Memasukkan perspektif didistribusikan lebih besar untuk biaya
lingkungan ke dalam BSC memberikan visi pencegahan dan biaya deteksi, dibandingkan
yang dinamis dan prospektif untuk untuk biaya kegagalan internal dan biaya
pengendalian lingkungan. SBSC mampu kegagalan eksternal. Biaya pencegahan
meningkatkan tidak hanya proses evaluasi lingkungan adalah biaya dari aktivitas yang
kinerja lingkungan, tetapi juga interaksinya dilakukan untuk mencegah produksi limbah
dengan kinerja global organisasi (Monteiro & yang dapat menyebabkan kerusakan
Ribeiro, 2017). lingkungan, sedangkan biaya deteksi
Ada dua pendekatan utama dalam lingkungan adalah biaya dari aktivitas yang
SBSC yaitu yang pertama mempertahankan dilakukan untuk menentukan apakah produk,
empat perspektif tradisional BSC dan proses, dan kegiatan lain dalam perusahaan
mendistribusikan atau mengintegrasikan telah sesuai dengan standar lingkungan yang
indikator lingkungan ke dalam masing-masing layak. Biaya kegagalan internal lingkungan
perspektif (Epstein & Wisner, 2001; Bieker & adalah biaya dari aktivitas yang dilakukan
Waxenberger, 2001; Hsu & Liu, 2010; Krstić karena kontaminan dan limbah telah
et al, 2015; Ferreira et al., 2016). Pandangan dihasilkan tetapi belum dibuang ke lingkungan
ini mengandaikan pengembangan berbagai yaitu untuk menghilangkan dan mengelola
indikator (keuangan dan non-keuangan) untuk kontaminan dan limbah yang dihasilkan,
mengevaluasi berbagai aspek kinerja sedangkan biaya kegagalan eksternal
lingkungan perusahaan. Pada perspektif lingkungan adalah biaya dari aktivitas yang
pembelajaran dan pertumbuhan, indikator dilakukan setelah pelepasan kontaminan dan
harus mengevaluasi hasil dari eko-inovasi limbah ke lingkungan yaitu untuk
dalam proses dan produk serta inisiatif membersihkan limbah.
pelatihan dan kesadaran karyawan tentang Pendekatan kedua menambahkan
masalah lingkungan. Perspektif proses bisnis perspektif kelima ke dalam BSC dengan nama
internal menggambarkan mekanisme yang “perspektif lingkungan” yang akan mencakup
melaluinya ekspektasi kinerja akhir tercapai semua indikator kinerja lingkungan yang
sehingga komponen lingkungan dengan sudah pernah dikembangkan selama ini
langkah-langkah yang terkait dengan proses (Möller & Schaltegger, 2005; Serrano, 2014).
polutan dimasukkan ke dalam perspektif ini. Alternatif ini didukung antara lain oleh Moro

152 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.9 | No.1 | 2021


JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 9(1), 2021, 149-164

Prieto & Fernández Rodriguez (2003) (dalam Penggunaan SBSC juga membantu manajer
Monteiro & Ribeiro, 2017) yang menyatakan lingkungan dan manajer lainnya
bahwa ditambahkannya perspektif khusus mengidentifikasi ukuran kinerja utama yang
lingkungan akan membantu menentukan menghubungkan pekerjaan departemen
tujuan lingkungan yang lebih baik, mengontrol mereka dengan tujuan strategis, serta
tingkat implementasi dan melakukan evaluasi membantu mengomunikasikan nilai bisnis dari
dan analisis yang lebih baik. tindakan keberlanjutan kepada pimpinan.
Sebagaimana BSC, SBSC meyakini Hsu & Liu (2010) melakukan survey
bahwa kinerja pada suatu perspektif terkait erat untuk menguji hubungan kausal antar
bahkan memiliki hubungan kausal dengan indikator lingkungan yang diintegrasikan pada
perspektif lainnya. Dengan fakta bahwa aspek empat perspektif SBSC dan menemukan
lingkungan tidak dapat berdiri sendiri dan ada beberapa indikator lingkungan pada empat
pada semua perspektif, maka pandangan/ perspektif SBSC berkorelasi dan memiliki
pendekatan pertama lebih logis. Figge et al. hubungan kausal. Dengan demikian,
(2002) yang didukung oleh Monteiro & pendekatan ini dapat menjadi alat manajemen
Ribeiro (2017) menyatakan bahwa jika aspek untuk mengevaluasi kinerja lingkungan dan
lingkungan yang dikembangkan oleh mengendalikan strategi lingkungan. Ferreira et
perusahaan sebagian besar bersifat internal, al. (2016) melakukan penelitian untuk
lebih baik jika indikator lingkungan berada di membandingkan kinerja lingkungan pemasok
dalam empat perspektif tradisional BSC. pada supply chain perusahaan. Dengan
Sebagai contoh, pada perspektif pembelajaran menggunakan pendekatan SBSC, perusahaan
dan pertumbuhan, indikator lingkungan terkait dapat melihat pemasok mana yang kinerja
dengan pelatihan lingkungan yang diberikan lingkungannya paling tinggi pada keempat
kepada karyawan, pada perspektif proses perspektif sehingga dapat mengambil
bisnis internal, indikator lingkungan terkait keputusan untuk memilih pemasok terbaik
dengan proses produksi yang ramah yang sejalan dengan strategi lingkungan
lingkungan, pada perspektif pelanggan, perusahaan. Krstić et al. (2015)
indikator lingkungan terkait dengan kepuasan mengaplikasikan SBSC pada suatu perusahaan
pelanggan atas produk yang ramah dan menemukan adanya hubungan kausal
lingkungan, serta pada perspektif keuangan, antar indikator lingkungan pada keempat
indikator lingkungan terkait dengan investasi perspektif, yang menjadi pedoman untuk
dan biaya lingkungan (Epstein & Wisner, peningkatan kinerja di masa yang akan datang.
2001; Figge et al., 2002; Monteiro & Ribeiro, Pendekatan yang digunakan dalam
2017). Pada perspektif keuangan, biaya pengukuran kinerja lingkungan akan
lingkungan yang ideal adalah yang berpengaruh terhadap informasi dan feedback
didistribusikan lebih besar pada biaya yang diperoleh. Pengukuran dengan satu
pencegahan agar biaya kegagalan lingkungan indikator hanya akan memberikan informasi
dapat ditekan (Hansen & Mowen, 2018). mengenai kinerja lingkungan secara sempit
Epstein & Wisner (2001) setuju dengan dan tidak terkait dengan aspek lainnya,
gagasan tersebut dan melakukan penelitian sedangkan pengukuran dengan SBSC yang
untuk melihat manfaat penerapan SBSC pada terdiri atas beberapa indikator yang saling
beberapa perusahaan. Temuannya adalah terkait akan memberikan informasi dan
bahwa SBSC yang mengintegrasikan indikator feedback secara seimbang karena
lingkungan dapat memperlihatkan menggunakan beberapa perspektif baik
interkoneksi antar indikator dan perspektif keuangan maupun non-keuangan, internal
sehingga meningkatkan akuntabilitas karena maupun eksternal, komprehensif karena
dapat mengomunikasikan pentingnya strategi kinerja lingkungan dikaitkan dengan aspek-
keberlanjutan (sustainability strategy) dan aspek lainnya dalam perusahaan, dan strategis
meningkatkan kemungkinan keberhasilan karena terkait dengan strategi yang berdampak
dalam mencapai tujuan strategis perusahaan. jangka panjang.

153 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.9 | No.1 | 2021


DIAN IMANINA BURHANY1, IRA NOVIANTY2, SULISTIA SUWONDO3 / Pengukuran Kinerja
Lingkungan dengan Sustainability Balanced Scorecard: Seimbang, Komprehensif, dan Strategis

Tujuan Penelitian Sebelum dianalisis, dilakukan uji


Berdasarkan uraian di atas, penelitian validitas dengan koefisien korelasi Pearson
ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur dan uji reliabilitas dengan koefisien
kinerja lingkungan perusahaan dengan Cronbach’s Alpha terhadap instrumen
menggunakan SBSC yang mempertahankan kuesioner. Uji validitas dan reliabilitas hanya
empat perspektif tradisional BSC dan dilakukan terhadap kuesioner untuk karyawan
mengintegrasikan indikator lingkungan ke (data perspektif pembelajaran dan
dalam masing-masing perspektif. Kebaruan pertumbuhan) dan kuesioner untuk pelanggan
penelitian ini adalah fokus pada indikator (data perspektif pelanggan) karena data kinerja
kinerja lingkungan di setiap perspektif dan untuk kedua perspektif tersebut diukur
penambahan pendekatan biaya pencegahan berdasarkan indikator yang datanya bersumber
dan biaya kegagalan untuk mengukur biaya dari pihak yang merasakan kinerjanya yaitu
lingkungan pada perspektif keuangan. karyawan dan pelanggan. Kinerja perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan menunjukkan
METODOLOGI PENELITIAN seberapa baik perusahaan melakukan proses
Penelitian ini merupakan penelitian pembelajaran dan pertumbuhan terhadap
deskriptif kuantitatif dengan pendekatan studi karyawan, sehingga data ini diambil dari
kasus, yang dilakukan pada PT KUI, karyawan. Kinerja perspektif pelanggan
perusahaan produsen alat berat. Indikator menunjukkan seberapa baik perusahaan
pengukuran kinerja lingkungan dengan SBSC melayani dan memuaskan pelanggannya,
dikembangkan dengan merujuk pada Epstein sehingga data ini diambil dari pelanggan.
& Wisner (2001); Figge et al. (2002); Hsu & Data dianalisis secara deskriptif
Liu (2010); Ferreira et al. (2016); Hansen & kuantitatif. Untuk perspektif keuangan dan
Mowen (2018). Skala yang digunakan adalah non-keuangan berskala rasio, analisis
skala rasio dan skala interval. Skala interval dilakukan dengan membandingkan rasio pada
menggunakan penskalaan menurut Likert setiap indikator dengan standar perusahaan
dengan 4 pilihan jawaban (terendah 1 dan (mengacu pada ISO 14001 dan regulasi
tertinggi 4). lingkungan yang berlaku), rasio tahun lalu,
Data penelitian merupakan data primer rasio rata-rata industri, dan rasio ideal menurut
yang dikumpulkan melalui kuesioner dan teori. Sedangkan untuk perspektif non-
wawancara. Wawancara dilakukan untuk keuangan berskala interval, dilakukan dengan
pendalaman jawaban yang diperoleh dari cara menghitung skor setiap indikator dan skor
kuesioner. Responden penelitian adalah rata-rata setiap perspektif, kemudian
manajer akuntansi/keuangan, manajer disimpulkan kinerjanya dengan menggunakan
pemasaran, pelanggan, manajer produksi dan kategori pengukuran kinerja non-keuangan
SHE (safety, health, environment), manajer berdasarkan range yang ditentukan dengan
HRD (human resources development), dan memperhitungan skor maksimum dan skor
karyawan. Jumlah sampel untuk responden minimum pada pilihan jawaban kuesioner.
karyawan dihitung dengan menggunakan
rumus Slovin dengan tingkat kesalahan atau Tabel 1. Perhitungan Range untuk
error 10%. Dengan jumlah karyawan PT KUI Pengukuran Kinerja Non Keuangan
sebanyak 1.200 orang, diperoleh jumlah Keterangan Perhitungan Nilai
sampel sebanyak 92, yang dibulatkan menjadi Skor Minimum - 1
100. Kuesioner disebarkan kepada karyawan Skor Maksimum - 4
pada semua bagian secara acak (random Range (Nilai Skor 4–1 3
sampling). Adapun sampel untuk pelanggan Maksimum – Nilai
diambil dengan teknik convenience sampling Skor Minimum)
dengan cara mengirimkan kuesioner secara Jarak Range (Range : 3:4 0,75
Jumlah Skala)
elektronik dan jumlah sampel adalah
pelanggan yang merespon kuesioner.

154 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.9 | No.1 | 2021


JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 9(1), 2021, 149-164

Tabel 2. Kategori Pengukuran Kinerja perusahaan dinyatakan dengan LSQDC yaitu


Non Keuangan Legal (peraturan), Safety (keselamatan),
Nilai Skor Kategori Quality (kualitas), Delivery (pengiriman), dan
1 - 1,75 Tidak Baik Cost (biaya). Ini berarti prioritas pertama
> 1,75 -2,50 Kurang Baik perusahaan adalah harus mematuhi semua
> 2,50 - 3,25 Baik peraturan, termasuk peraturan lingkungan
> 3,25 - 4 Sangat Baik yang ditentukan oleh pemerintah dan
pengelola kawasan. Harus dipastikan tidak ada
HASIL DAN PEMBAHASAN pelanggaran peraturan. Setelah itu, perusahaan
Gambaran Umum Perusahaan harus memastikan terpenuhinya keselamatan
PT KUI adalah perusahaan produsen pekerja. Di urutan berikutnya, barulah kualitas
alat berat dengan bahan baku utama baja yang produk, diikuti dengan pengiriman produk ke
sebagian besar diimpor. Perusahaan ini pelanggan, dan terakhir adalah biaya.
berlokasi di salah satu kawasan industri di Pengukuran kinerja dilakukan berdasarkan
Jawa Barat. Proses produksi utama perusahaan indikator keuangan dan non-keuangan yang
adalah penempaan (forging) dan perakitan mengacu pada LSQDC. Perusahaan juga
(assembly). Bahan baku baja ditempa sampai mengukur kinerja menggunakan BSC, namun
menjadi berbagai bentuk komponen yang belum mengintegrasikan indikator lingkungan.
selanjutnya dirakit menjadi produk jadi berupa
alat berat. Karakteristik produksi adalah Pengembalian Kuesioner
berdasarkan pesanan yang dimulai dari adanya Kuesioner disebarkan kepada manajer
pesanan pelanggan kepada bagian pemasaran, akuntansi/keuangan, manajer pemasaran,
kemudian diteruskan ke bagian produksi untuk manajer produksi dan SHE, dan manajer HRD,
dibuatkan skedul produksi dan dilanjutkan masing-masing satu kuesioner. Semua
dengan proses produksi. Setelah selesai, kuesioner dikembalikan. Kuesioner disebarkan
produk langsung dikirimkan ke pelanggan. kepada karyawan adalah 100 kuesioner sesuai
Pelanggan adalah distributor dan pemakai jumlah sampel yang telah dihitung. Dari
akhir (end user) di dalam dan luar negeri. jumlah tersebut, yang diisi dan dikembalikan
Misi perusahaan adalah: “Provide the adalah 86 kuesioner, namun sejumlah 18
best solution for customer; contribute to the kuesioner tidak diisi secara lengkap sehingga
nation development; continuously improving yang diolah adalah 68 kuesioner. Kuesioner
competence in harmony with employee, kepada pelanggan yang direspon dan
business partners, and society.” Tujuan dikembalikan adalah 27 kuesioner.
strategis mengenai lingkungan tidak
dicantumkan secara eksplisit dalam misi Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
perusahaan namun implisit dalam misi ketiga Hasil uji validitas dengan koefisien
yang terkait dengan society. Sebagai korelasi Pearson menunjukkan semua item
perusahaan yang berinduk ke perusahaan kuesioner untuk karyawan maupun untuk
Jepang, standar lingkungan sangat ketat. Sejak pelanggan memiliki nilai r-hitung lebih besar
bulan Juli 2009 perusahaan juga telah dari r-tabel sehingga dinyatakan valid. Hasil
mendapatkan sertifikat ISO (International uji reliabilitas dengan koefisien Cronbach’s
Organization for Standardization) 14001 untuk Alpha menunjukkan koefisien korelasi lebih
sistem manajemen lingkungan. Sistem dari 0,6 sehingga dinyatakan reliabel.
manajemen lingkungan ini membantu
perusahaan untuk memperbaiki kinerja Hasil Pengukuran Kinerja Lingkungan
lingkungan melalui penggunaan sumber daya dengan Sustainability Balanced Scorecard
yang lebih efisien dan pengurangan limbah, Data penelitian diolah dan dianalisis
sehingga mendapatkan keunggulan kompetitif secara deskriptif kuantitatif untuk menentukan
dan kepercayaan stakeholder. kinerja lingkungan perusahaan dengan
Strategi utama dalam menjalankan menggunakan empat perspektif SBSC.

155 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.9 | No.1 | 2021


DIAN IMANINA BURHANY1, IRA NOVIANTY2, SULISTIA SUWONDO3 / Pengukuran Kinerja
Lingkungan dengan Sustainability Balanced Scorecard: Seimbang, Komprehensif, dan Strategis

1. Kinerja Lingkungan pada Perspektif perusahaan termasuk peraturan lingkungan”


Pembelajaran dan Pertumbuhan HRD berada pada kategori baik. Ini berarti
Hasil pengukuran kinerja lingkungan upaya pendidikan dan pelatihan serta akses
pada perspektif ini untuk responden karyawan informasi lingkungan belum memberikan hasil
dan manajer HRD (dengan pertanyaan yang maksimal. Berdasarkan hasil akhir, dapat
sama), ditunjukkan pada Tabel 3 dan Tabel 4. dikatakan bahwa kinerja lingkungan pada
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Tabel 3. Kinerja Lingkungan pada secara keseluruhan adalah sangat baik.
Perspektif Pembelajaran dan
Pertumbuhan (Responden Karyawan) 2. Kinerja Lingkungan pada Perspektif
Skor
Kategori Proses Bisnis Internal
No. Indikator Rata-rata Hasil pengukuran kinerja lingkungan
Kinerja
(n= 68)
pada perspektif ini dengan responden manajer
1. Pemahaman karyawan 3,10 Baik
mengenai peraturan produksi dan SHE dibagi menjadi dua yaitu
perusahaan termasuk untuk indikator berskala interval (Tabel 5) dan
peraturan lingkungan untuk indikator berskala rasio (Tabel 6).
2. Pendidikan dan 3,38 Sangat
pelatihan mengenai Baik Tabel 5. Kinerja Lingkungan pada
lingkungan
3. Akses untuk 3,38 Sangat Perspektif Proses Bisnis Internal
memperoleh informasi Baik (Indikator Berskala Interval)
lingkungan Kategori
No. Indikator Skor
Sangat Kinerja
Kinerja rata-rata keseluruhan 3,29 1. Pengembangan desain 4 Sangat
Baik
Sumber: Data penelitian, diolah (2020) produk dan proses yang Baik
ramah lingkungan
2. Standar penggunaan 4 Sangat
Tabel 4. Kinerja Lingkungan pada bahan kimia dan bahan Baik
Perspektif Pembelajaran dan baku berbahaya lainnya
Pertumbuhan (Responden Manajer HRD) 3. Proses produksi yang 4 Sangat
Kategori ramah lingkungan Baik
No. Indikator Skor
Kinerja 4. Pengendalian dan 4 Sangat
1. Pemahaman karyawan 3 Baik pengolahan limbah Baik
mengenai peraturan Sumber: Data penelitian, diolah (2020)
perusahaan termasuk
peraturan lingkungan
Tabel 6. Kinerja Lingkungan pada
2. Pendidikan dan pelatihan 4 Sangat
mengenai lingkungan Baik Perspektif Proses Bisnis Internal
3. Akses untuk memperoleh 4 Sangat (Indikator Berskala Rasio)
informasi lingkungan Baik Nilai Kete- Kategori
No. Indikator
Sangat (Rasio) rangan Kinerja
Kinerja rata-rata keseluruhan 3,67 5. Persentase 100% - Sesuai Sangat
Baik
pemasok yang standar Baik
Sumber: Data penelitian, diolah (2020) memiliki
sertifikat
Terlihat pada Tabel 3 dan Tabel 4, lingkungan
dibandingkan
kinerja rata-rata keseluruhan berdasarkan jumlah pemasok
jawaban responden karyawan maupun 6. Energi listrik 17,89 - Sesuai Sangat
responden manajer HRD, adalah sangat baik. yang digunakan MWh/ standar Baik
per ton produk ton
Secara individual, berdasarkan respon 7. Air yang 2,419 - Sesuai Sangat
karyawan maupun manajer HRD, kinerja digunakan per m3/ton standar Baik
untuk indikator “pendidikan dan pelatihan ton produk - Didaur
ulang
mengenai lingkungan” dan “akses untuk 8. Limbah padat 811 - Sesuai Sangat
memperoleh informasi lingkungan” adalah yang dihasilkan kg/unit standar Baik
sangat baik, namun kinerja indikator per unit produk - Didaur
“pemahaman karyawan mengenai peraturan ulang

156 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.9 | No.1 | 2021


JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 9(1), 2021, 149-164

9. Limbah 53% - Sesuai Baik Maka, dengan 12 indikator berkinerja sangat


berbahaya standar
dibandingkan - Diolah di
baik dan satu indikator berkinerja baik, dapat
total limbah WTP, dikatakan bahwa kinerja lingkungan pada
yang dihasilkan bagian yang perspektif proses bisnis internal secara
aman
dibuang,
keseluruhan adalah sangat baik.
yang belum
aman di- 3. Kinerja Lingkungan pada Perspektif
serahkan ke
perusahaan
Pelanggan
pengolah Kuesioner untuk mengukur kinerja
limbah lingkungan pada perspektif ini diberikan
10. Emisi yang 12,685 - Sesuai Sangat
dihasilkan per Mton standar Baik
kepada responden pelanggan dan responden
ton produk CO2e/ manajer pemasaran. Hasil pengukuran
ton disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8.
11. Limbah cair 80% - Sesuai Sangat
dibandingkan standar Baik
total limbah - Diolah di Tabel 7. Kinerja Lingkungan pada
WWTP, Perspektif Pelanggan (Responden
bagian yang
layak
Pelanggan)
digunakan Skor
Kategori
kembali No. Indikator Rata-rata
Kinerja
untuk (n= 27)
produksi 1. Kepedulian perusahaan 2,96 Baik
dan terhadap lingkungan
gardening, 2. Dampak lingkungan dari 2,74 Baik
yang tidak produk/sisa produk
layak
dibuang 3. Kemudahan daur ulang 2,56 Baik
12. Persentase residu 0% - Sesuai Sangat sisa produk
beracun pada standar Baik 4. Pengungkapan informasi 2,78 Baik
produk lingkungan kepada
13. Persentase 0% - Sesuai Sangat pelanggan
komponen standar Baik Kinerja rata-rata keseluruhan 2,76 Baik
berbahaya pada Sumber: Data penelitian, diolah (2020)
produk
Sumber: Data penelitian, diolah (2020)
Keterangan: WTP : Waste Treatment Plant Tabel 8. Kinerja Lingkungan pada
WWTP : Waste Water Treatment Plant Perspektif Pelanggan (Responden Manajer
Pemasaran)
Perspektif proses bisnis internal terkait Kategori
No. Indikator Skor
dengan input (bahan, energi, dan listrik), Kinerja
1. Market share 76% Sangat
proses, dan output (produk dan limbah). Pada perusahaan (turun dari tahun Baik
Tabel 5 terlihat bahwa keeempat indikator lalu namun masih
kinerja lingkungan berada pada kategori menguasai pasar)
sangat baik, sedangkan pada Tabel 6, terlihat Sumber: Data penelitian, diolah (2020)
bahwa dari sembilan indikator kinerja, delapan
indikator berada pada kategori sangat baik dan Hasil pengukuran kinerja lingkungan
satu indikator pada kategori baik. Delapan berdasarkan jawaban responden pelanggan
indikator kinerja dikategorikan sangat baik pada Tabel 7 menunjukkan keempat indikator
karena sudah sesuai dengan standar, kinerja lingkungan berada pada kategori baik
sedangkan satu indikator yaitu limbah sehingga kinerja rata-rata keseluruhan juga
berbahaya dibandingkan total limbah yang baik. Adapun hasil pengukuran kinerja
dihasilkan dikategorikan baik karena lingkungan berdasarkan jawaban responden
walaupun sudah sesuai dengan standar namun manajer pemasaran pada Tabel 8 menunjukkan
jumlahnya masih cukup banyak yaitu lebih market share perusahaan adalah sebesar 76%.
dari 50%, yang dapat dikatakan belum ideal. Hasil ini dikategorikan sangat baik karena

157 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.9 | No.1 | 2021


DIAN IMANINA BURHANY1, IRA NOVIANTY2, SULISTIA SUWONDO3 / Pengukuran Kinerja
Lingkungan dengan Sustainability Balanced Scorecard: Seimbang, Komprehensif, dan Strategis

walaupun turun dibandingkan tahun lalu pengukuran


kesesuaian
(karena masuknya produsen baru dengan harga dengan
yang lebih murah), namun masih menguasai standar
pasar. Terlihat bahwa dari sudut pandang lingkungan)
dibandingkan
manajer pemasaran, kinerja lingkungan pada total biaya
perspektif ini adalah sangat baik (satu 5. Biaya 0,003% - Distribusi Sangat
indikator), namun dari sudut pandang kegagalan ideal Baik
internal - Nilai WTP
pelanggan kinerjanya adalah baik (empat lingkungan dan WWTP
indikator). Secara keseluruhan, dengan empat (pengolahan serta biayanya
indikator memiliki kinerja baik dan satu limbah) sangat kecil
dibandingkan dibandingkan
indikator memiliki kinerja sangat baik, maka total biaya nilai pabrik
dapat dikatakan bahwa kinerja lingkungan keseluruhan
pada perspektif pelanggan ini secara 6. Biaya 0% - Distribusi Sangat
kegagalan ideal Baik
keseluruhan adalah baik. eksternal - Tidak ada
lingkungan polusi dan
4. Kinerja Lingkungan pada Perspektif (penanganan kerusakan
polusi dan lingkungan
Keuangan denda akibat karena sudah
Hasil pengukuran kinerja lingkungan pelanggaran dikendalikan
pada perspektif ini berskala rasio, yang lingkungan) sebelumnya
dibandingkan - Tidak ada
bersumber dari responden manajer akuntansi/ total biaya pelanggaran
keuangan, sebagaimana disajikan pada Tabel 9 lingkungan
berikut. Sumber: Data penelitian, diolah (2020)

Tabel 9. Kinerja Lingkungan pada Terlihat pada Tabel 9 bahwa dari enam
Perspektif Keuangan indikator kinerja pada perspektif keuangan,
No. Indikator
Nilai
Keterangan
Kategori ada lima indikator dengan kategori sangat baik
(Rasio) Kinerja
1. ROA (return 10,64% - Turun di- Sangat
dan satu indikator dengan kategori baik. Rasio
on assets) bandingkan Baik indikator utama pada perspektif ini yaitu ROA
tahun lalu (return on assets) atau kemampuan
- Di atas rata-
rata industri
menghasilkan laba dibandingkan aset yang
2. Investasi 0,008% - Investasi Baik dimiliki adalah sebesar 10,64%. Nilai ini turun
untuk lingkungan dibandingkan tahun lalu yang disebabkan
perlindungan dalam WTP masuknya produsen baru dengan harga jual
dan dan WWTP
peningkatan sudah lama produk yang lebih rendah ke industri ini,
kualitas dilakukan, saat namun masih berada di atas ROA rata-rata
lingkungan ini tidak ada industri sehingga dikategorikan sangat baik.
dibandingkan investasi
total investasi besar lagi Empat indikator lainnya yang juga
- Investasi dikategorikan berkinerja sangat baik adalah
untuk riset dan biaya lingkungan. Rasio biaya pencegahan
pengembang-
an lingkungan lingkungan dan biaya deteksi lingkungan
tidak (indikator ketiga dan keempat) adalah 0,010%
dianggarkan yang lebih besar dibandingkan rasio biaya
3. Biaya 0,007% - Distribusi Sangat
pencegahan ideal Baik kegagalan internal lingkungan dan biaya
lingkungan kegagalan eksternal lingkungan (indikator
(pelatihan kelima dan keenam) sebesar 0,003%. Biaya
karyawan,
seleksi kegagalan eksternal lingkungan sebesar 0%
pemasok, dll.) karena tidak ada biaya penanganan polusi dan
dibandingkan biaya denda atas pelanggaran lingkungan. Ini
total biaya
4. Biaya deteksi 0,003% - Distribusi Sangat berarti perusahaan telah memprioritaskan
lingkungan ideal Baik biaya untuk mencegah dan mendeteksi
(audit dan

158 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.9 | No.1 | 2021


JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 9(1), 2021, 149-164

kerusakan lingkungan sehingga kegagalan mengalami proses pembelajaran dan


lingkungan dapat diminimalkan. Secara bertumbuh secara sangat baik sehingga dapat
keseluruhan, rasio biaya lingkungan adalah melakukan proses bisnis internal yang ramah
sebesar 0,013% dari total biaya perusahaan. lingkungan. Dengan strategi LSQDC yang
Jumlah ini relatif kecil dengan penjelasan nilai diterapkan perusahaan, semua peraturan
WTP (waste treatment plant) dan WWTP mengenai lingkungan yang ditetapkan oleh
(waste water treatment plant) memang sangat standar ISO 14001, pemerintah, pengelola
kecil dibandingkan nilai pabrik keseluruhan. kawasan, dan perusahaan sendiri, harus
Sementara itu, indikator kinerja kedua yaitu dilaksanakan oleh karyawan dan semua itu
“investasi untuk perlindungan dan peningkatan dimulai dari sosialisasi kepada karyawan.
kualitas lingkungan dibandingkan total Pendidikan dan pelatihan mengenai
investasi” dikategorikan baik karena rasionya lingkungan dan peraturannya diberikan secara
sangat kecil yaitu 0,008% yang menunjukkan berkala kepada karyawan khususnya karyawan
belum maksimalnya investasi lingkungan bagian produksi. Peraturan lingkungan
dengan nol investasi untuk riset dan tersebut terkait dengan input (bahan baku dan
pengembangan lingkungan. Maka, dengan bahan lainnya yaitu energi dan air), proses
lima indikator berkinerja sangat baik dan satu (proses produksi), dan output (produk dan
indikator berkinerja baik, dapat dikatakan limbah) yang harus ramah lingkungan. Akses
bahwa kinerja lingkungan pada perspektif untuk memperoleh informasi lingkungan juga
keuangan secara keseluruhan adalah sangat diberikan seluas-luasnya kepada karyawan di
baik. antaranya dengan menempatkan informasi
lingkungan berupa banner, spanduk, sticker,
HASIL DAN PEMBAHASAN maupun papan pengumuman yang
Dari hasil penelitian, terlihat bahwa ditempatkan pada lokasi yang mudah terlihat.
kinerja lingkungan pada tiga perspektif SBSC Namun, perusahaan masih perlu mengevaluasi
yaitu perspektif pembelajaran dan dan meningkatkan metode pelatihan dan
pertumbuhan, perspektif proses bisnis internal, penyebaran informasi tersebut karena
dan perspektif keuangan adalah sangat baik efektivitasnya belum maksimal yang terlihat
dan pada satu perspektif yaitu perspektif dari indikator pemahaman karyawan mengenai
pelanggan adalah baik. Ini menunjukkan peraturan perusahaan termasuk peraturan
bahwa strategi dan upaya perusahaan untuk lingkungan yang belum maksimal dengan
meningkatkan kinerja lingkungan melalui kinerja baik.
sertifikasi ISO 14001 tentang sistem Kinerja lingkungan pada perspektif
manajemen lingkungan dan strategi pokok proses bisnis internal juga sangat baik. Ini
LSQDC (Legal, Safety, Quality, Delivery, membuktikan bahwa kinerja yang sangat baik
Cost) yang menempatkan legal atau peraturan pada perspektif sebelumnya yaitu perspektif
termasuk berbagai peraturan lingkungan pembelajaran dan pertumbuhan, dapat
sebagai prioritas pertama, sudah efektif. Dapat meningkatkan kinerja pada perspektif proses
dikatakan bahwa SBSC dapat mengukur bisnis internal ini. Selain itu, ini juga
dengan baik pencapaian strategi perusahaan menunjukkan bahwa proses bisnis internal
dalam hal lingkungan. Selain itu, pengukuran perusahaan yang terkait dengan lingkungan
dengan SBSC juga memperlihatkan adanya telah dilakukan dengan sangat baik sehingga
hubungan kausal antar perspektif. akan menghasilkan kinerja lingkungan yang
Pada kasus ini, kinerja lingkungan baik pula pada kedua perspektif berikutnya
untuk perspektif pembelajaran dan yaitu perspektif pelanggan dan perspektif
pertumbuhan adalah sangat baik. Perspektif ini keuangan. Dalam konteks sustainability,
dapat dikatakan sebagai fondasi karena semua proses bisnis internal yang sangat baik akan
kinerja yang lain bergantung pada kinerja menghasilkan produk yang berkualitas namun
karyawan yang tergambar dalam perspektif ini. tetap ramah lingkungan dan memiliki dampak
Ini berarti bahwa karyawan perusahaan seminimal mungkin terhadap lingkungan

159 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.9 | No.1 | 2021


DIAN IMANINA BURHANY1, IRA NOVIANTY2, SULISTIA SUWONDO3 / Pengukuran Kinerja
Lingkungan dengan Sustainability Balanced Scorecard: Seimbang, Komprehensif, dan Strategis

sehingga memuaskan pelanggan dan pada datang ada pesaing yang dapat menyediakan
akhirnya kinerja keuangan berupa produk yang setara kualitas dan harganya
profitabilitas akan meningkat yang berasal dari dengan produk perusahaan namun dengan nilai
peningkatkan penjualan dan efisiensi biaya. tambah kepedulian yang tinggi terhadap
Sebagaimana halnya pada perspektif lingkungan, besar kemungkinan pelanggan
pembelajaran dan pertumbuhan, pencapaian akan memilihnya sehingga akan menurunkan
kinerja lingkungan pada perspektif proses penjualan dan market share perusahaan. Jika
bisnis internal terkait erat dengan strategi melihat kinerja lingkungan pada perspektif
LSQDC khususnya prinsip L (Legal) dan Q pertumbuhan dan pembelajaran yang sangat
(Quality) yang diterapkan perusahaan. baik serta perspektif proses bisnis internal
Peraturan lingkungan yang terkait dengan yang juga sangat baik, sebenarnya kinerja
input, proses, dan output dilaksanakan lingkungan pada perspektif pelanggan ini bisa
sepenuhnya oleh karyawan yang telah maksimal. Namun hasil pengukuran
mendapatkan pendidikan dan pelatihan menunjukkan hal yang berbeda. Bisa jadi, ini
sehingga kinerja semua indikator pada menggambarkan ekspektasi pelanggan
perspektif ini sudah sesuai dengan standar. mengenai aspek lingkungan yang lebih tinggi
Salah satu peraturan yang standarnya sangat dibandingkan yang sudah diberikan oleh
tinggi adalah kewajiban pemasok untuk perusahaan. Terlepas dari hal tersebut,
memiliki sertifikat lingkungan dengan standar penilaian menurut pelanggan tentu lebih
100% yang berarti perusahaan hanya akan objektif dan dapat menggambarkan kinerja
menggunakan pemasok yang memiliki yang sesungguhnya. Oleh karena itu,
sertifikat lingkungan. Salah satu bentuk perusahaan perlu melakukan upaya untuk
penerapannya adalah packaging bahan baku meningkatkan kinerja lingkungan pada
dari pemasok harus menggunakan bahan yang perspektif ini dengan cara meningkatkan
bisa didaur ulang yaitu logam yang dapat kinerja pada empat indikator yang belum
dicairkan dan dicetak kembali menjadi maksimal yaitu kepedulian perusahaan
berbagai barang yang dapat digunakan terhadap lingkungan, dampak lingkungan dari
kembali dan bukan kayu yang akan dibuang produk/sisa produk, kemudahan daur ulang
sehingga menambah limbah. Namun, sisa produk, dan pengungkapan informasi
perusahaan masih perlu mengurangi limbah lingkungan kepada pelanggan.
berbahaya yang dihasilkan karena, walaupun Akhirnya, kinerja lingkungan pada
sudah sesuai standar, jumlahnya belum ideal perspektif keuangan adalah sangat baik. Ini
yaitu masih lebih dari 50% dibandingkan adalah hasil akhir yang dicapai sebagai
jumlah limbah keseluruhan. dampak dari kinerja lingkungan pada ketiga
Kinerja lingkungan pada perspektif perspektif lainnya yaitu perspektif
pelanggan adalah baik yang berarti belum pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif
maksimal. Ini disebabkan oleh karena proses bisnis internal, dan perspektif
kepuasan pelanggan pada empat indikator pelanggan dengan market share yang sangat
kinerja lingkungan yang belum maksimal, baik walaupun kinerja indikator kepuasan
walaupun indikator market share perusahaan pelanggan belum maksimal. Namun,
sudah sangat baik yang berarti sudah perusahaan masih perlu meningkatkan kinerja
maksimal. Dapat dimaknai bahwa lingkungan untuk indikator “investasi untuk
pertimbangan lingkungan belum menjadi hal perlindungan dan peningkatan kualitas
yang dominan memengaruhi keputusan lingkungan dibandingkan total investasi” yang
pembelian produk oleh pelanggan. Namun, jumlahnya masih relatif kecil. Walaupun ada
bukan berarti perusahaan bisa penjelasan bahwa investasi lingkungan dalam
mengabaikannya terutama jika sudah WTP dan WWTP sudah dilakukan sejak lama
berkomitmen terhadap sustainability. sehingga saat ini tidak ada investasi yang besar
Pelanggan juga semakin cerdas dan peduli lagi, namun idealnya perusahaan tetap
terhadap lingkungan. Jika di masa yang akan melakukan investasi, antara lain berupa

160 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.9 | No.1 | 2021


JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 9(1), 2021, 149-164

investasi dalam riset dan pengembangan Perspektif Keuangan


sebagai upaya untuk menemukan cara • ROA (return on assets)
mengurangi jumlah limbah berbahaya, • Investasi untuk perlindungan dan peningkatan
kualitas lingkungan dibandingkan total investasi
mengurangi kadar emisi, serta mengurangi • Biaya pencegahan kerusakan lingkungan
konsumsi energi dan air. Perusahaan juga perlu (pelatihan karyawan, seleksi pemasok, dll.)
melakukan riset tentang bagaimana pelanggan dibandingkan total biaya
memperlakukan atau mendaur ulang sisa • Biaya deteksi kerusakan lingkungan (audit dan
produk dengan cara yang ramah lingkungan, pengukuran limbah) dibandingkan total biaya
karena dukungan terhadap lingkungan • Biaya kegagalan internal lingkungan (pengolahan
limbah) dibandingkan total biaya
seharusnya bersifat komprehensif di sepanjang • Biaya kegagalan eksternal lingkungan
siklus hidup produk sesuai dengan semangat (penanganan polusi dan denda akibat pelanggaran
SBSC. lingkungan) dibandingkan total biaya
Hasil penelitian ini sejalan dengan
konsep umum BSC yang menyatakan adanya Perspektif Pelanggan
hubungan kausal antar perspektif dengan • Market share
penekanan bahwa peningkatan kinerja pada • Kepedulian perusahaan terhadap lingkungan
perspektif non-keuangan akan memicu • Dampak lingkungan dari produk/sisa produk
• Kemudahan daur ulang sisa produk
peningkatan kinerja pada perspektif keuangan
• Pengungkapan informasi lingkungan kepada
(Kaplan & Norton, 1992, 1996; Länsiluoto & pelanggan
Järvenpää, 2008). Secara khusus, hasil ini
membuktikan bahwa terdapat hubungan kausal Perspektif Proses Bisnis Internal
antar perspektif SBSC, yang telah dibuktikan • Pengembangan desain produk dan proses yang
pula sebelumnya oleh Epstein & Wisner ramah lingkungan
(2001); Hsu & Liu (2010); Krstić et al. (2015). • Standar penggunaan bahan kimia dan bahan baku
Jika dikaitkan dengan strategi, hasil ini juga berbahaya lainnya
• Proses produksi yang ramah lingkungan
mendukung Epstein & Wisner (2001) yaitu
• Pengendalian dan pengolahan limbah
bahwa SBSC yang mengintegrasikan indikator • Persentase pemasok yang memiliki sertifikat
lingkungan dapat meningkatkan kemungkinan lingkungan dibandingkan jumlah pemasok
keberhasilan dalam mencapai tujuan strategis • Energi listrik yang digunakan per ton produk
perusahaan. Temuan penting dalam penelitian • Air yang digunakan per ton produk
ini yang belum diteliti pada penelitian SBSC • Limbah padat yang dihasilkan per unit produk
sebelumnya adalah bahwa biaya lingkungan • Limbah berbahaya dibandingkan total limbah yang
dihasilkan
yang ideal adalah yang didistribusikan lebih • Emisi yang dihasilkan per ton produk
besar pada biaya pencegahan lingkungan dan • Limbah cair dibandingkan total limbah
biaya deteksi lingkungan karena dapat • Persentase residu beracun pada produk
menekan biaya kegagalan internal lingkungan • Persentase komponen berbahaya pada produk
dan biaya kegagalan eksternal lingkungan,
sehingga perusahaan menjadi efisien dan dapat Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
meningkatkan profitabilitas, sebagaimana • Pemahaman karyawan mengenai peraturan
dikemukakan oleh Hansen & Mowen (2018). perusahaan termasuk peraturan lingkungan
• Pendidikan dan pelatihan mengenai lingkungan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dibuat
• Akses untuk memperoleh informasi lingkungan
suatu model hubungan perspektif SBSC yang
Gambar 2. Model Hubungan Perspektif
memperlihatkan indikator lingkungan pada
SBSC untuk Pedoman Pengukuran
empat perspektif SBSC, yang dapat menjadi
Kinerja Lingkungan PT KUI
pedoman bagi perusahaan ketika melakukan
pengukuran kinerja lingkungan selanjutnya.
SIMPULAN
Model ini juga dapat menjadi acuan bagi
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
perusahaan untuk mempertahankan dan
ditarik simpulan bahwa kinerja lingkungan
meningkatkan kinerja lingkungan secara
perusahaan yang diukur dengan pendekatan
seimbang, komprehensif, dan strategis.
SBSC adalah sangat baik untuk perspektif

161 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.9 | No.1 | 2021


DIAN IMANINA BURHANY1, IRA NOVIANTY2, SULISTIA SUWONDO3 / Pengukuran Kinerja
Lingkungan dengan Sustainability Balanced Scorecard: Seimbang, Komprehensif, dan Strategis

pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif pengukuran kinerja lingkungan secara


proses bisnis internal, dan perspektif berkelanjutan agar dapat diidentifikasi
keuangan, serta baik untuk perspektif indikator mana yang perlu ditingkatkan
pelanggan. Hasil penelitian ini juga kinerjanya.
menunjukkan ada keterkaitan kinerja
lingkungan melalui berbagai indikator DAFTAR PUSTAKA
lingkungan pada keempat perspektif yang Buku
membuktikan keseimbangan, komprehensif, Atkinson, AA.,. Kaplan, R.S., Matsumura,
dan strategisnya pengukuran kinerja E.M., & and Young, S.M. (2012).
lingkungan dengan pendekatan SBSC. Management Accounting, Information for
Penulis memberikan rekomendasi agar Decision-Making and Strategy Execution.
perusahaan melakukan upaya perbaikan untuk 6th ed. New Jersey: Pearson.
meningkatkan kinerja lingkungan pada Hansen, D.R., & Mowen, M.M. (2018).
beberapa indikator yang belum maksimal yaitu Cornerstones of Cost Management. 4th
pemahaman karyawan mengenai peraturan ed. Boston: Cengage Learning.
perusahaan termasuk peraturan lingkungan Schaltegger, S., & Burritt, R. (2000).
(perspektif pembelajaran dan pertumbuhan), Environmental Issues, Concepts and
rasio limbah berbahaya dibandingkan total Practice. Sheffield: Greenleaf Publishing
limbah yang dihasilkan (perspektif proses Limited.
bisnis internal), kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan, dampak lingkungan dari Jurnal
produk/sisa produk, kemudahan daur ulang Adams, C.A., Muir, S., & Hoque, Z. (2014).
sisa produk, dan pengungkapan informasi Measurement of sustainability
lingkungan kepada pelanggan (perspektif performance in the public sector.
pelanggan), dan rasio investasi untuk Sustainability Accounting, Management
perlindungan dan peningkatan kualitas and Policy Journal, 5(1), 46–67.
lingkungan dibandingkan total investasi Al-Tuwaijri, S.A., Christensen, T.E., &
(perspektif keuangan). Penulis juga Hughes, K.E. (2004). The relations
merekomendasikan suatu model hubungan among environmental disclosure,
antar perspektif SBSC sebagai pedoman environmental performance, and
pengukuran kinerja lingkungan yang dapat economic performance: a simultaneous
digunakan oleh perusahaan. equations approach. Accounting,
Penulis menyarankan penelitian Organizations and Society, 29(5–6), 447–
selanjutnya untuk mengembangkan 71.
pengukuran kinerja SBSC dengan Ali Fekrat, M., Inclan, C., & Petroni, D.
memasukkan indikator non-lingkungan (1996). Corporate environmental
sehingga yang diukur adalah kinerja disclosures: competitive disclosure
perusahaan secara keseluruhan, bukan hanya hypothesis using 1991 annual report data.
kinerja lingkungan, agar dapat dilihat interaksi International Journal of Accounting,
antar indikator lingkungan dan non- 31(2), 175–95.
lingkungan. Penelitian selanjutnya juga dapat Amaratunga, D., Baldry, D., & Sarshar, M.
menggunakan pendekatan survey pada (2001). Process improvement through
beberapa perusahaan untuk menguji hubungan performance measurement : the balanced
kausal secara statistik. scorecard methodology. Work Study,
Implikasi hasil penelitian ini secara 50(5), 179−189.
teoritis adalah penguatan teori mengenai Atkinson, H., & Brown, J.B. (2005).
SBSC sebagai pendekatan pengukuran kinerja Rethinking performance measures:
lingkungan yang seimbang, komprehensif, dan assessing progress in UK hotels.
strategis. Sedangkan implikasi praktisnya International Journal of Contemporary
adalah perlunya perusahaan melakukan Hospitality Management, 128–35.

162 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.9 | No.1 | 2021


JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 9(1), 2021, 149-164

Bieker, T., & Waxenberger, B. (2001). Management, 11(2), 1–10.


Sustainability balanced scorecard and Epstein, M.J., & Manzoni, J.F. (1997). The
business ethics, developing a balanced balanced scorecard and tableau de bord: a
scorecard for integrity management. 10th global perspective on translating strategy
International Conference of the Greening into action. European Management
of Industry Network, Sweden, 1–25. Journal, 1–20.
Boubaker, L.M., Djebabra, M., & Saadi, S. Ferreira, L.M.D.F., Silva, C., & Azevedo, S.G.
(2014). Contribution of stakeholder (2016). An environmental balanced
theory in the management of scorecard for supply chain performance
environmental quality of Algerian firms: measurement (Env_BSC_4_SCPM).
case study of the SONATRACH group, Benchmarking, 23(6), 1398–1422.
Algeria. Management of Environmental Figge, F., Hahn, T., Schaltegger, S., &
Quality: An International Journal, 25(3), Wagner, M. (2002). The sustainability
335–51. balanced scorecard-linking sustainability
Burhany, D.I. (2011). Pengaruh implementasi management to business strategy.
akuntansi lingkungan terhadap kinerja Business Strategy and the Environment,
lingkungan dan pengungkapan informasi 11(5), 269–84.
lingkungan serta dampaknya terhadap Freedman, M., & Jaggi, B. (1992). An
kinerja keuangan perusahaan. Indonesian Investigation of the long-run relationship
Journal of Economics and Business, 1(2), between pollution performance and
257–70. economic performance: the case of pulp
Burritt, R.L., & Lehman, G. (1995). The Body and paper firms. Critical Perspectives on
Shop wind farm—an analysis of Accounting, 3(4): 315–36.
accountability and ethics. British Freeman, R.E., & David, L.R. (1983).
Accounting Review, 27(November 1994), Stockholders and stakeholders: a new
167–86. perspective on corporate governance.
Clarkson, P.M., Li, Y., Richardson, G.D., & California Management Review, 25(3),
Vasvari, F.P. (2008). Revisiting the 88–106.
relation between environmental Galpin, T., Whittington, J.L, & Bell, G. (2015).
performance and environmental Is your sustainability strategy
disclosure: an empirical analysis. sustainable? creating a culture of
Accounting, Organizations and Society, sustainability. Corporate Governance,
33(4–5), 303–27. 15(1), 1–17.
Cormier, D., & Magnan, M. (1999). Corporate Henri, J.F., & Journeault, M. (2010). Eco-
environmental disclosure strategies: control: the influence of management
determinants, costs and benefits. Journal control systems on environmental and
of Accounting, Auditing & Finance, economic performance. Accounting,
14(4), 429–51. Organizations and Society, 35(1), 63–80.
Davis, A.K., Guenther, D.A., Krull, L.A., & http://dx.doi.org/10.1016/j.aos.2009.02.0
Williams, B.M. (2016). Do socially 01.
responsible firms pay more taxes? Hsu, Y.L., & Liu, C.C. (2010). Environmental
Accounting Review, 91(1), 47–68. performance evaluation and strategy
Dias-Sardinha, I., & Reijnders, L. (2005). management using balanced scorecard.
Performance of large portuguese Environmental Monitoring and
companies : a balanced. Business Strategy Assessment, 170(1–4), 599–607.
and the Environment, 91(September Ilinitch, A.Y., Soderstrom, N.S., & Thomas,
2003), 73–91. T.E. (1998). Measuring corporate
Epstein, M.J., & Wisner, P.S. (2001). Using a environmental performance. Journal of
balanced scorecard to implement Accounting and Public Policy, 17(4–5),
sustainability. Environmental Quality 383–408.

163 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.9 | No.1 | 2021


DIAN IMANINA BURHANY1, IRA NOVIANTY2, SULISTIA SUWONDO3 / Pengukuran Kinerja
Lingkungan dengan Sustainability Balanced Scorecard: Seimbang, Komprehensif, dan Strategis

Ingram, R.W., & Frazier, K.B. (1980). 0201.


Environmental performance and Patten, D.M. (2002). The relation between
corporate disclosure. Journal of environmental performance and
Accounting Research, 18(2), 614. environmental disclosure: a research
Kaplan, R.S., & Norton, D.P. (1992). The note. Accounting, Organizations and
balanced scorecard−measures that drive Society, 27, 763–73.
performance. Harvard Business Review, Salama, A. (2005). A Note on the impact of
January-February, 1992. environmental performance on financial
Kaplan, R.S., & Norton, D.P. (1996). Using performance. Structural Change and
the balanced scorecard as a strategic Economic Dynamics, 16(3 SPEC. ISS.),
management system. Harvard Business 413–21.
Review, 85(7–8). Serrano, G. (2014). La Quinta perspectiva del
Krstić, B., Sekulić, V., & Ivanović, V. (2015). cuadro de mando integral "el
How to apply the sustainability balanced medioambiente" (The fifth perspective of
scorecard concept. Economic Themes, the balanced scorecard “the
52(1), 65–80. environment”). Revista Universitaria,
Länsiluoto, A., & Järvenpä, M. (2008). 16(1), 45–50.
Environmental and performance Verma, K., Milledge, V., & Wiest, D. (2001).
management forces: integrating Measurement of corporate environmental
‘greenness’ into balanced scorecard. performance: the role of regulatory
Qualitative Research in Accounting & enforcement policies in the oil and gas
Management, 5(3), 184–206. industry. Advances in Public Interest
Lober, D.J. (1996). Evaluating the Accounting, 8, 215–38.
environmental performance of Winter, M., & Knemeyer, A.M. (2013).
corporations. Journal of Managerial Exploring the integration of sustainability
Issues, 8(2), 184–205. and supply chain management: current
Magrini, A., & Lins, L.D.S. (2007). Integration state and opportunities for future inquiry.
between environmental management and International Journal of Physical
strategic planning in the oil and gas Distribution and Logistics Management,
sector. Energy Policy, 35(10), 4869–78. 43(1), 18–38.
Marrewijk, M.V., & Marco, W. (2003).
Multiple levels of corporate
sustainability. Journal of Business Ethics,
44, 107–19.
Mobus, J.L. (2005). Mandatory environmental
disclosures in a legitimacy theory context.
Accounting, Auditing and Accountability
Journal, 18(4), 492–517.
Möller, A., & Schaltegger, S. (2005). The
Sustainability balanced scorecard as a
framework for eco-efficiency analysis.
Journal of Industrial Ecology, 9(4), 73–
83.
Monteiro, S., & Ribeiro, V. 2014. The
Balanced scorecard as a tool for
environmental management: approaching
the business context to the public sector.
Management of Environmental Quality:
An International Journal, 28(3), 332–49.
https://doi.org/10.1108/MEQ-11-2015-

164 | Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol.9 | No.1 | 2021

You might also like