Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DALAM HASIL

PEMBELAJARAN TEKS PROPOSAL SISWA KELAS XI

Debi Tenri Bali, Muhammad Saleh, dan Usman


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar
Jalan A.P. Pettarani, Sulawesi Selatan
Posel: debitenri@gmail.com , muhammadsaleh.unm@gmail.com, usmanpahar@unm.ac.id

Abstract: The Effectiveness of Using the Jigsaw Learning Model on Learning


Outcomesof Class XI Student Proposal Texts at the Marketing Department of SMK
Negeri 1 Makassar. Universitas Negeri Makassar. This research is a quasi-experimental
study that aims to describe the proposal text learning outcomes of students using the Jigsaw
learning model, describing the proposal text learning outcomes of students using the STAD
learning model, and knowing the effectiveness of the Jigsaw learning model compared with
the STAD learning model for the students' proposal text learning outcomes XI Marketing
Department of SMK Negeri 1 Makassar. The independent variable in this study is the
proposal text learning using the Jigsaw model and the STAD model (Student Team
Achievement Division), while the dependent variable is the result of learning the proposal
text. The population in this study were class XI students of Marketing Department of SMK
Negeri 1 Makassar as many as 3 classes, while the sample was all students of class XI
Marketing Department of SMK Negeri 1 Makassar who were actively studying and not
implementing PSG outside of school as many as 42 people divided into 2 groups namely the
experimental group and the control group. Data obtained from research results by giving the
pre-test and post-test. The data analysis technique used is descriptive statistical analysis and
inferential statistical analysis. The results of this study indicate that the results of the proposal
text learning class XI Marketing Department of SMK Negeri 1 Makassar using the Jigsaw
model is in the medium category. While the results of learning the proposal text of class XI
Marketing Department of SMK Negeri 1 Makassar using the STAD learning model is in the
low category. The Jigsaw learning model is more effective than the STAD learning model to
be applied in the proposal text learning class XI students of Marketing Department of SMK
Negeri 1 Makassar. This is evidenced by the value t value = 3.140. Whereas t table= 2.021
obtained from the predetermined list. Based on the hypothesis testing rules for values t value
= 3.140> t table = 2.021, an alternative hypothesis is significantly accepted.

Keywords: Jigsaw, STAD, learning outcomes, effectiveness, proposal text

Abstrak Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw dalam Hasil Pembelajaran


Teks Proposal Siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1 Makassar. Universitas
Negeri Makassar. Penelitian ini adalah penelitian quasi experiment yang bertujuan untuk
mendeskripsikan hasil belajar teks proposal siswa menggunakan model pembelajaran Jigsaw,
mendeskripsikan hasil belajar teks proposal siswa menggunakan model pembelajaran STAD,
dan membuktikan keefektifan model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran STAD
dalam belajar teks proposal siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1 Makassar.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model Jigsaw dan model STAD (Student Team
Achievement Division), sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar teks proposal. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1 Makassar
sebanyak 3 kelas, sedangkan sampel adalah seluruh siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran SMK
Negeri 1 Makassar yang aktif belajar di sekolah sebanyak 42 orang yang dibagi ke dalam 2
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data penelitian diperoleh
dengan memberikan pretest dan postest. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis
statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
hasil belajar teks proposal siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1 Makassar
dengan model Jigsaw berada pada kategori sedang. Hasil belajar teks proposal siswa Kelas XI
Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1 Makassar dengan model pembelajaran STAD berada pada
kategori rendah. Model pembelajaran Jigsaw lebih efektif dibandingkan model pembelajaran
STAD dalam pembelajaran teks proposal siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1
Makassar. Hal ini dibuktikan dengan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,140. Sedangkan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,021 yang
didapatkan dari daftar 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yang telah ditentukan. Berdasarkan kaidah uji hipotesis untuk
nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,140 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,021 maka secara signifikan hipotesis alternatif diterima.
Artinya model pembelajaran Jigsaw lebih efektif daripada model pembelajaran STAD dalam
pembelajaran teks proposal.
Kata kunci : Jigsaw, STAD, hasil belajar, keefektifan, teks proposal
PENDAHULUAN sosial. Pembelajaran menggunakan pendekatan
SMK adalah suatu jenjang pendidikan ilmiah serta pengembangan nilai sosial
di tingkat menengah yang terfokus tentunya dapat berjalan dengan baik dan
mempersiapkan siswanya untuk masuk dalam mencapai tujuan ketika tercipta kondisi
dunia kerja sesuai dengan ilmu dan keahlian pembelajaran yang mendukung. Khususnya
yang dipelajari. Meskipun begitu, tidak pula situasi pembelajaran yang mengaktifkan siswa
dibatasi jika lulusan SMK ingin melanjutkan untuk mencari informasi dan pengetahuan,
pendidikannya ke perguruan tinggi. tujuan serta mengaktifkan siswa untuk berinteraksi
yang menjadi fokus utama dalam sistem satu sama lain dalam kegiatan pembelajaran.
sekolah kejuruan berbeda dengan sekolah Namun, pada kenyataannya hal ini belum
umum. Perbedaan tujuan ini yang membuat dapat dilakukan secara maksimal karena
terdapat beberapa perbedaan dalam kurikulum berbagai kondisi yang menjadi kendala di
yang diterapkan di sekolah umum dengan dalam kelas. Kendala-kendala tersebut
kurikulum yang diterapkan di sekolah kemudian dapat diatasi dengan kerja sama
kejuruan. Khusus untuk pelajaran bahasa yang baik antar guru, siswa, serta penggunaan
Indonesia, perbedaan ini dapat ditemukan model pembelajaran yang sesuai.
dalam jumlah jam belajar siswa setiap Penerapan Kurikulum 2013 tentunya
minggunya. Jumlah jam pelajaran Bahasa tidak berjalan lancar. Ada beberapa masalah
Indonesia dalam Kurikulum 2013 untuk yang dialami dalam penerapan Kurikulum
SMA/MA adalah 4 jam pelajaran setiap 2013 khususnya dalam pembelajaran
minggunya. Sementara itu, di SMK hanya menggunakan pendekatan ilmiah dan
kelas X yang belajar bahasa Indonesia selama pembelajaran yang turut mengembangkan
4 jam pelajaran setiap minggunya, sementara sikap sosial. Masalah tersebut berasal dari guru
untuk kelas XI dan XII jumlah jam pelajaran maupun siswa. Guru masih sering
bahasa Indonesia hanya 3 jam pelajaran. menggunakan model pembelajaran langsung.
Perbedaan ini tentunya memengaruhi kuantitas Hal ini menyebabkan siswa masih
dan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia mendapatkan informasi dari guru dan belum
yang ada di SMK. mampu mencari dan mengelola
Selain itu, implementasi kurikulum pengetahuannya sendiri. Sementara itu,
2013 juga menekankan pembelajaran dengan masalah yang berasal dari siswa adalah
pendekatan ilmiah dan pengembangan nilai
keaktifan siswa dan interaksi negatif siswa di berargumentasi siswa kelas VII SMP. Hasil
kelas. dari penelitian tersebt adalah model
Masalah tersebut juga terjadi di SMK pembelajaran Jigsaw lebih efektif digunakan
Negeri 1 Makassar. Sekolah yang baru daripada model pembelajaran STAD dalam
menerapkan Kurikulum 2013 secara pembelajaran argumentasi siswa kelas VII
keseluruhan tahun 2018. Hal tersebut membuat SMP Negeri Kepanjen.
guru masih perlu beradaptasi dengan Tujuan dari penelitian ini adalah
penerapan Kurikulum 2013. Selai itu, sekolah untuk mendeskripsikan hasil pembelajaran teks
ini mengirim siswanya di kelas XI untuk proposal menggunakan model pembelajaran
mengikuti program praktik lapangan yang Jigsaw pada siswa Kelas XI Jurusan
membuat siswa kelas XI hanya belajar satu Pemasaran SMK Negeri 1 Makassar,
semester saja, dengan jumlah jam pelajaran mendeskripsikan hasil pembelajaran teks
Bahasa Indonesia hanya 3 jam pelajaran proposal menggunakan model pembelajaran
perminggu. Berdasarkan hasil observasi dan STAD pada siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran
wawancara yang dilakukan oleh peneliti, guru SMK Negeri 1 Makassar, dan membuktikan
sudah pernah menerapkan pembelajaran keefektifan pembelajaran teks proposal siswa
kooperatif dengan model STAD. Hal ini kelas XI SMK Negeri 1 Makassar yang diajar
membuat peneliti memutuskan untuk menggunakan model pembelajaran Jugsaw
mengetahui hasil belajar siswa dengan dengan kelas yang diajar dengan model
menggunakan model pembelajaran STAD pembelajaran STAD.
sebagai model pembelajaran konvensional METODE
yang sering diterapkan guru dalam Penelitian ini merupakan penelitian
pembelajaran pada Kurikulum 2013. kuantitatif dengan desain penelitian ini quasi
Pembelajaran yang melibatkan kerjasama experimental design dengan jenis nonequivalen
siswa sekaligus menuntut siswa untuk mencari control group design. Populasi penelitian ini
ilmu pengetahuannya sendiri bisa didapatkan adalah siswa Kelas XI SMK Negeri 1
melalui pembelajaran dengan model Jigsaw. Makassar yang terbagi atas 3 kelas. Sampel
Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
memilih model pembelajaran Jigsaw untuk XI SMK Negeri 1 Makassar yang aktif belajar
dieksperimenkan. di kelas dan tidak mengikuti program praktik
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada lapangan, jumlah siswa sebanyak 42 orang
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang menjadi dua kelas. Teknik pengumpulan
berbasis teks. Sehingga, pada penelitian ini data berupa tes yang meliputi tes awal dan tes
peneliti memilih salah satu jenis teks yang akhir. Instrumen penelitian yang digunakan
diajarkan pada kelas XI SMK. Teks tersebut berupa soal pilihan ganda dan uraian yang
adalah teks proposal. Pemilihan teks proposal telah melalui uji vaiditas, uji reliabilitas, uji
sebagai materi yang akan diajarkan pada kesukaran, dan daya beda. Teknik analisis data
penelitian ini karena teks proposal memiliki yang dilakukan adalah dengan menggunakan
fungsi yang penting dalam perencanaan sebuah teknik analisis statistik yaitu statistik deskiptif
kegiatan. Selain itu, teks proposal merupakan dan statistik inferensial.
teks majemuk yang dapat diartikan bahwa teks
tersebut terdiri dari beberapa jenis teks. Teks HASIL DAN PEMBAHASAN
proposal yang terdiri dari banyak teks itu dapat
membuat siswa paham terhadap beberapa teks A. HASIL PENELITIAN
sekaligus. Hal tersebut dapat membuat
pembelajaran lebih efisien mengingat jam 1. Analisis Statisti Deskriptif
pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMK
hanya tiga jam pelajaran. Hasil Pembelajaran Teks Proposal
Peneliti menemukan penelitian Menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw
serupa yang dilakukan oleh Verantika (2010).
Penelitian tersebut membandingkan Sebelum diberikan perlakuan,
keefektifan model pembelajaran Jigsaw dengan kelompok eksperimen diberikan pretest untuk
model pembelajaran STAD dalam kemampuan mengetahui pengetahuan awal siswa.
Hasil pretest siswa disajikan dalam tabel
berikut. Kriteria Nilai
No.
Data Statistik
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok
Eksperimen Jumlah
1. 21
No Nilai Siswa Frekuensi siswa
1 7,10 1 Nilai rata-
2. 30,54
2 17,90 2 rata
3. Median 30,4
3 23,20 1
4. Modus 25
4 25 3
5 28,6 2 Standar
5. 10,14211
6 30,40 1 deviasi
6. Rentang 42,90
7 30,60 1
Nilai
8 32,10 1 7. 7,10
9 33,90 1 minimal
10 35,70 1 Nilai
8. 50
maksimal
11 39,20 1
9. Sum 641,3
12 39,30 2
13 41.10 1
14 46,40 1 Seluruh hasil pretest siswa masuk
15 50 1 dalam kategori sangat rendah. Nilai rata-rata
Total 21 pretest kelompok eksperimen yaitu 30,54 yang
juga masuk dalam kategori sangat rendah.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi nilai Berdasarkan kedua pertimbangan tersebut
pretest siswa lalu dikategorisasi. maka nilai pretest siswa kelompok eksperimen
dikategorikan sangat rendah.
Tabel 2 Kategorisasi Pretest Kelompok Setelah dilaksanakan pretest,siswa
Eksperimen pada kelompok eksperimen diberikan
Interval
No.
Nilai
Kategori Frekuensi Presentase pembelajaran teks proposal menggunakan
Sangat model pembelajaran Jigsaw. Setelah proses
1 90-100 0 0 pembelajaran selesai, siswa diberikan posttest
tinggi
2 80-89 Tinggi 0 0 untuk mengetahui hasil belajar siswa.
3 65-79 Sedang 0 0
4 55-64 Rendah 0 0
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok
Sangat
5 0-54 21 100 Eksperimen
Rendah
Jumlah 21 100 Nilai
No. Frekuensi
Siswa
1 53,60 2
Berdasarkan hasil kategorisasi 2 60,70 2
diketahui bahwa pretest siswa kelompok 3 64 1
eksperimen seluruhnya masuk dalam kategori 4 64,30 1
5 67,90 1
sangat rendah. Selanjutnya dilakukan analisis
6 71,40 3
statistik deskriptif. 7 75 4
8 78,60 1
Tabel 3 Analisis Statistik Deksriptif Pretest 9 82,10 4
Kelompok Eksperimen 10 85,70 2
Total 21

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi nilai


posttest siswa lalu dikategorisasi.

Tabel 5 Kategorisasi Posttest Kelompok


Eksperimen
Interval
No. Kategori Frekuensi Presentase
Nilai
Sangat
1 90-100 0 0
tinggi
2 80-89 Tinggi 6 28,57
3 65-79 Sedang 9 42,86
4 55-64 Rendah 4 19,05 Hampir sama dengan kelompok eksperimen,
Sangat
5 0-54
Rendah
2 9,52 pada kelompok kontrol juga dilaksanakan
Jumlah 21 100 pretest untuk mengetahui kemampuan awal
siswa. Nilai pretest siswa kelompok kontrol
Hasil kategorisasi nilai posttest disajikan dalam tabel berikut.
kelompok eksperimen berdasarkan tabel 5
menunjukkan bahwa ada 6 orang siswa Tabel 7 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok
(28,57%) yang mendapatkan kategori nilai Kontrol
Nilai
tinggi. Siswa yang berada pada kategori nilai No
Siswa
Frekuensi
sedang ada 9 orang siswa (42,86%). Ada 4 1 21,40 1
siswa (19,05%) yang masuk dalam kategori 2 23,20 1
rendah. Sementara dalam kategori sangat 3 25 2
4 26,80 1
rendah terdapat 2 siswa (9,52%).
5 28,60 1
Nilai posttest siswa kelompok eksperimen 6 30,40 1
kemudian dianalisis menggunakan statistik 7 32,10 1
deskriptif. Analisis statistik deskriptif 8 33,90 1
menggunakan bantuan program SPSS. 9 37,50 2
10 39,20 1
11 41,10 2
12 44,60 2
Tabel 6 Analisis Deskriptif Posttest Kelompok 13 46,40 1
Eksperimen 14 48,20 1
15 50 2
Nilai 16 51,80 1
No. Kriteria Data Total 21
Statistik

1. Jumlah siswa 21 Berdasarkan distribusi frekuensi,


2. Nilai rata-rata 72,26 dibuat kategorisasi untuk nilai pretest
3. Median 75
4. Modus 75 kelompok kontrol yang disajikan dalam tabel
Standar berikut.
5. 9,83685
deviasi
6. Rentang 32,10 Tabel 8 Kategorisasi Pretest Kelompok Kontrol
7. Nilai minimal 53,60 Interval
Nilai No. Kategori Frekuensi Presentase
8. 85,70 Nilai
maksimal Sangat
9. Sum 1517,40 1 90-100 0 0
tinggi
2 80-89 Tinggi 0 0
Rata-rata nilai posttest kelompok 3 65-79 Sedang 0 0
eksperimen masuk dalam kategori sedang. 4 55-64 Rendah 0 0
Sangat
Berdasarkan kategorisasi nilai posttest siswa 5 0-54
rendah
21 100
kelompok eksperimen, siswa yang mendapat Jumlah 21 100
kategori sedang sebanyak 42,86%. Presantase
tersebut adalah presentase tertinggi di antara Berdasrkan tabel 8, nilai pretest
kategori yang lain. Sementara itu, nilai rata- seluruh siswa pada kelompok kontrol masuk
rata posttest siswa sebesar 72,26 yang apabila dalam kategori sangat rendah. Nilai pretest
dikategorikan berdasarkan tabel kategorisasi kelompok kontrol kemudian dianalisis
juga termasuk dalam kategori sedang. menggunakan analisis statistik deskriptif
Berdasarkan kedua data tersebut maka dapat dengan bantuan aplikasi SPSS. Hasil
disimpulkan bahwa nilai posttest siswa analisisnya disajikan dalam tabel berikut.
kelompok eksperimen masuk dalam kategori
sedang. Tabel 9 Analisis Statistik Deskriptif Pretest
Kelompok Kontrol
Hasil Pembelajaran Teks Proposal
Menggunakan Model STAD
Sangat
1 90-100 0 0
Nilai tinggi
No. Kriteria Data
Statistik 2 80-89 Tinggi 1 4,76
3 65-79 Sedang 5 23,81
1. Jumlah siswa 21 4 55-64 Rendah 10 47,62
2. Nilai rata-rata 37,07 Sangat
5 0-54 5 23,81
3. Median 37,50 rendah
4. Modus 25 Jumlah 21 100
Standar
5. 9,74373
deviasi Hasil dari kategorisasi posttest pada
6. Rentang 30,40
7. Nilai minimal 21,40 pembelajaran teks proposal sesuai tabel 11
Nilai menunjukkan bahwa tidak ada hasil posttest
8. 51,80
maksimal siswa kelompok kontrol masuk dalam kategori
9. Sum 778,40 sangat tinggi. Siswa yang masuk kategori
tinggi sebanyak 1 orang dengan presentase
Berdasarkan kategorisasi nilai posttest 4,76%. Ada 5 siswa yang masuk kategori
siswa kelompok eksperimen, siswa yang sedang dengan presentase 23,81%. Sebanyak
mendapat kategori sangat rendah sebanyak 10 siswa dengan presentase 47,62% masuk
100%. Sementara itu, nilai rata-rata posttest dalam kategori rendah, dan 5 siswa dengan
siswa sebesar 37,07 yang apabila dikategorikan presentase 23,81% masuk dalam kategori
berdasarkan tabel kategorisasi juga termasuk sangat rendah.
dalam kategori sangat rendah. Berdasarkan Nilai posttest kelas kontrol kemudian
kedua data tersebut maka dapat disimpulkan dianalisis menggunakan program SPSS.
bahwa nilai pretest siswa kelompok kontrol Analisis yang digunakan adalah analisis
masuk dalam kategori sangat rendah. statistik deskriptif. Rangkuman hasil analisis
Setelah dilaksanakan pretest,siswa statistik deskriptif dapat dilihat dalam tabel 12
pada kelompok kontrol diberikan pembelajaran berikut.
teks proposal menggunakan model
pembelajaran STAD. Setelah proses Tabel 12 Analisis Deskriptif Posttest Kelompok
pembelajaran selesai, siswa diberikan posttest Kontrol
untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil
Nilai
posttest kelompok kontrol disajikan dalam No. Kriteria Data
Statistik
tabel distribusi frekuensi berikut.
1. Jumlah siswa 21
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok 2. Nilai rata-rata 63,60
Kontrol 3. Median 64,30
Nilai 4. Modus 64,30
No Frekuensi Standar
Siswa 5. 7,92045
1 53,60 5 deviasi
2 57,10 1 6. Rentang 28,50
3 60,70 2 7. Nilai minimal 53,60
4 64,20 1 Nilai
8. 82,10
5 64,30 6 maksimal
6 66,10 1 9. Sum 1335,70
7 71,40 2
8 73,20 1 Hasil kategorisasi nilai posttest siswa
9 75 1
10 82,10 1 kelompok kontrol menunjukkan bahwa siswa
Total 21 dengan kategori rendah sebanyak 10 orang
dengan presentase 47,62%. Data tersebut
Nilai posttest kelompok kontrol dikategorisasi merupakan prosentase tertinggi. Sementara itu,
dengan hasil berikut ini. nilai rata-rata posttest kelompok kontrol adalah
63,60 yang apabila dikategorikan berdasarkan
Tabel 11 Kategorisasi Posttest Kelompok tabel kategori hasil belajar makan termasuk
Kontrol dalam kategori rendah. Berdasarkan kedua
No.
Interval
Kategori Frekuensi Presentase pertimbangan tersebut, maka dapat
Nilai disimpulkan bahwa nilai posttest siswa
kelompok kontrol berada pada kategori Uji homogenitas dilakukan untuk
rendah. menunjukkan varians data homogen atau tidak.
Uji homogenitas merupakan salah satu
2. Analisis Statistik Inferensial prasayarat tidak mutlak untuk uji hipotesis.
Data pretest dari kelompok eksperimen dan
a. Uji Prasyarat Analisis kelompok kontrol akan digabungkan. Data
posttest dari kelompok eksperimen dan
Sebelum dilakukan uji hipotesis, kelompok kontrol akan digabungkan. Masing-
dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan masing data kemudian dianalisis menggunakan
uji homogenitas. Jika data berdistribusi normal program SPSS. Data dikatakan memiliki varian
maka syarat mutlak untuk uji hipotesis yang homogen apabila taraf signifikansinya
menggunakan uji t dapat dilakukan. Namun, lebih besar dari 5% atau 0,05. Rangkuman uji
jika data tidak berdistribusi normal maka homogenitas sebaran pretest dan posttest
dilakukan uji nonparametrik. ditampilkan dalam tabel berikut.
1) Hasil Uji Normalitas
Data yang digunakan untuk uji Tabel 14 Hasil Analisis Uji Homogenitas
normalitas adalah data pretest dan posttest dari Lavene
Data df1 df2 Sig. Keterangan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Statistic
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada nilai sig. Sig. > 0,05
Pretest 0,77 1 40 0,782
homogen
pada Shapiro Wilk yang dapat menunjukkan Sig. > 0,05
sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Posttest 1,534 1 40 0,223
homogen
Syarat dari sebuah data dikategorikan
terdistribusi normal apabila nilai 𝑃𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 yang
diperoleh lebih besar dari signifikansi 5% atau Tabel 14 menunjukkan bahwa data
0,05. Hasil uji normalitas data pretest dan pretest dan posttest memiliki varians homogen.
posttest kelompok eksperimen dan kelompok Meskipun bukan syarat mutlak uji normalitas,
kontrol disajikan dalam tabel berikut. namun uji homogenitas juga diperlukan
khususnya untuk mengetahui kesamaan
Tabel 13 Hasil Uji Normalitas kemampuan awal siswa yang dilihat dari
Sig. homogenitas varians nilai pretest siswa kedua
Data Shapiro Keterangan Kategori
Wilk kelompok.
Pretest
Kelompok 0,946 > 0,05 Normal b. Uji Hipotesis
Eksperimen Uji hipotesis dilakukan untuk
Posttest mengetahui apakah hipotesis yang diajukan
Kelompok 0,171 > 0,05 Normal dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Data
Eksperimen
Pretest posttest dari kelompok eksperimen dan
Kelompok 0,244 > 0,05 Normal kelompok kontrol merupakan data yang
Kontrol dianalisis dalam uji hipotesis. Uji hipotesis
Posttest yang digunakan adalah uji independent sample
Kelompok 0,071 > 0,05 Normal t-test.
Kontrol
Hasil analisis statistik inferensial
menunjukkan bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,140.
Tabel 13 menunjukkan bahwa
seluruh data pretest dan posttest kelompok Sedangkan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,021 yang didapatkan dari
eksperimen dan kelompok kontrol memperoleh daftar 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yang telah ditentukan.
nilai 𝑃𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 yang lebih besar dari signifikansi Berdasarkan dengan kaidah uji hipotesis untuk
5% atau 0,05 sehingga dapat disimpulkan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,140 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,021 maka
bahwa keseluruhan data berdistribusi normal secara signifikan hipotesis alternatif diterima.
sehingga data tersebut sudah memenuhi Berdasarkan analisis statistik inferensial
prasyarat untuk dianalisis. tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran teks proposal menggunakan
2) Hasil Uji Homogenitas model pembelajaran Jigsaw lebih efektif.
B. PEMBAHASAN Penelitian tersebut mendapatkan data posttest
materi teknik kontrol menggunakan model
Data berupa nilai pretest dan posttest pembelajaran Jigsaw memperoleh nilai rata-
yang telah melalui uji statistik deskriptif dan rata 79,67 yang apabila dikategorikan masuk
uji statistik inferensial yang telah dipaparkan ke dalam kategori sedang. Sementara itu,
hasilnya pada bagian hasil penelitian, Irdayanti (2015) juga melakukan penelitian
kemudian akan dibahas pada bagian ini sebagai menggunakan model pembelajaran Jigsaw
jawaban terhadap rumusan masalah dalam dalam pembelajaran sosiologi dengan hasil
penelitian ini. rata-rata 80,47 yang masuk dalam kategori
tinggi.
1. Hasil Belajar Teks Proposal Penelitian ini menerapkan model
Menggunakan Model Pembelajaran pembelajaran Jigsaw hanya satu kali saja,
Jigsaw padahal untuk mendapatkan manfaat dari
Sebelum pembelajaran teks proposal model pembelajaran Jigsaw perlu penerapan
dengan model pembelajaran Jigsaw dilakukan, model berulang. Penerapan yang hanya satu
terlebih dahulu diadakan pretest. Hasil dari kali dengan waktu 6 jam pelajaran merupakan
pretest siswa masih dikategorikan sangat waktu yang sedikit untuk pelaksanaan model
rendah karena dalam kategorisasi nilai seluruh pembelajaran Jigsaw secara keseluruhan
nilai siswa masuk dalam kategori sangat sehingga siswa kurang mampu menguasai
rendah dengan presentase 100%. Selain itu, materi secara keseluruhan. Selain itu,
nilai rata-rata pretest siswa yang berada pada kemampuan siswa sebagai tutor sebaya masih
angka 30,54 yang juga masuk dalam kategori kurang sebab belum terbiasa mengajarkan
sangat rendah. Berdasarkan hasil tersebut dapat materi kepada teman sebayanya.
diketahui pengetahuan dasar siswa mengenai Kondisi-kondisi tersebut sejalan
teks proposal sangat rendah. Hal ini dengan pendapat Djumingin (2016:139) yang
disebabkan karena siswa memang belum menyatakan kekurangan model pembelajaran
pernah mempelajari materi teks proposal Jigsaw yaitu, membutuhkan waktu yang lama
sebelumnya. dalam proses perencanaan dan
Setelah pretest dilaksanakan, proses pelaksanaannya, siswa dengan latar belakang
pembelajaran teks proposal menggunakan yang berbeda-beda membuat sulitnya dibentuk
model Jigsaw diterapkan. Siswa mengikuti kelompok yang heterogen dengan tipe sama di
instruksi peneliti dengan baik. Sehingga proses tiap kelompoknya, siswa dengan kemampuan
pembelajaran berjalan dengan lancar selama yang kurang akan menjadi penghambat bagi
dua kali pertemuan. Kemudian diadakan siswa dengan kemampuan tinggi, kemampuan
posttest untuk mengukur hasil belajar teks peer teaching siswa harus baik agar dapat
proposal siswa menggunakan model membantu temannya memahami materi, sulit
pembelajaran Jigsaw. Berdasarkan hasil mengadakan penilaian individual jika tidak
penelitian diketahui bahwa nilai hasil belajar dilakukan posttest individual, harus ada
teks proposal siswa masuk dalam kategori penerapan model yang berulang, tidak satu kali
sedang. Hal ini dibuktikan dengan jumlah saja, sulit membangun kepercayaan
siswa yang mendapatkan nilai kategori sedang kemampuan individual karena hasil kerja
sebanyak 9 siswa dari 21 siswa, dengan merupakan hasil kerja bersama, dan siswa
presentase 42,86 persen. Selain itu, rata-rata terlambat menguasai materi secara
nilai hasil belajar teks proposal menggunakan keseluruhan.
model Jigsaw berada pada angka 72,28 yang Pembelajaran teks proposal
juga masuk dalam kategori sedang. menggunakan model pembelajaran Jigsaw
Hasil belajar siswa yang berada pada pada penelitian ini juga terhambat dengan
kategori sedang dapat diartikan bahwa hasil kondisi kelas yang kurang nyaman bagi siswa
belajar belum mampu dikatakan efektif. Hasil untuk belajar. Hal ini disebabkan oleh fasilitas
pembelajaran teks proposal menggunakan belajar siswa kurang nyaman. Kelas yang
model pembelajaran Jigsaw yang berada pada ditempati oleh siswa tidak terdapat kipas angin
kategori sedang dalam penelitian ini, juga sehingga ketika belajar di siang hari siswa
ditemukan dalam penelitian Sulanjari (2015). mengeluh kepanasan dan tidak betah di dalam
kelas. Kondisi tersebut sejalan dengan hasil ditunjukkan oleh jumlah siswa yang mendapat
penelitian yang dilakukan oleh Effendi (2015) kategori rendah adalah sebanyak 10 siswa
menyatakan bahwa faktor-faktor yang dengan presentase 47,62%. Presentase tersebut
mempengaruhi keberhasilan penerapan model merupakan presentase terbanyak dibandingkan
pembelajaran Jigsaw adalah kesiapan siswa jumlah siswa yang masuk dalam kategori lain.
dalam menerapkan jigsaw, manajemen kelas Selain itu, nilai rata-rata posttest kelompok
yang dilakukan guru, serta sarana dan fasilitas kontrol berada pada angka 63,60 yang apabila
belajar. dikategorikan juga termasuk dalam kategori
Kondisi dan hasil penelitian tersebut rendah.
juga sesuai dengan pendapat Syah (2006: 144) Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
yang mengelompokan faktor-faktor yang dikatakan bahwa penerapan model
mempengaruhi proses belajar dalam tiga pembelajaran STAD pada pembelajaran teks
bagian: 1) Faktor internal yang merupakan proposal tidak berhasil karena masih dalam
faktor dari dalam siswa, yakni keadaan atau kategori rendah. Hasil penelitian ini berbeda
kondisi jasmani dan rokhani siswa; 2) faktor dengan penelitian yang dilakukan oleh
eksternal yang merupakan faktor dari luar Ardiyanti (2016) yang mengeksperimenkan
siswa, yakni kondisi lingkungan disekitar model pembelajaran STAD untuk diterapkan
siswa; 3) faktor pendekatan belajar, yakni jenis dalam pembelajaran menulis teks berita pada
upaya belajar siswa yang meliputi startegi dan siswa kelas VIII SMP. Hasil belajar menulis
metode yang digunakan siswa untuk teks berita menggunakan model pembelajaran
melakukan kegiatan mempelajari materi-materi STAD berada pada rata-rata 70,9 dan masuk
pelajaran. pada kategori sedang. Hasil penelitian lain
2. Deskripsi Hasil Belajar Teks Proposal juga menambah perbedaan tentang penerapan
Menggunakan Model STAD (Student model pembelajaran STAD, seperti pada
Team Achievement Division) penelitian yang dilakukan oleh Muzakkir
Pembelajaran di kelompok kontrol (2014) yang mengujikan model pembelajaran
menggunakan model pembelajaran STAD. STAD pada pembelajaran IPS. Hasil dari
Sebelum dimulai pembelajaran teks proposal penelitian tersebut adalah hasil belajar siswa
menggunakan model STAD, siswa diberikan setelah belajar menggunakan model
pretest untuk mengetahui pengetahuan awal pembelajaran STAD berada pada rata-rata
siswa kelompok kontrol. Hasil pretest siswa 86,76 yang masuk dalam kategori tinggi.
masuk dalam kategori sangat rendah karena Perbedaan hasil belajar dari masing-
seluruh siswa sebanyak 21 orang dengan masing penelitian menunjukkan bahwa
presentase 100% masuk dalam kategori sangat penerapan sebuah model pembelajaran pada
rendah. Pengkategorian tersebut juga kondisi berbeda, tentu berbeda juga hasilnya.
didasarkan pada rata-rata nilai pretest siswa Jika dibandingkan, penelitian ini menerapkan
yang berada pada angka 37,07. Rendahnya model pembelajaran STAD pada materi teks
nilai pretest siswa salah satunya disebabkan proposal, penelitian lain menerapkan pada
karena pembelajaran teks proposal sama sekali materi teks berita, dan penelitian yang lainnya
belum dipelajari sebelumnya. menerapkan pada mata pelajaran IPS. Selain
Setelah dilakukan pretest, maka itu, siswa yang diterapkan model pembelajaran
pembelajaran teks proposal menggunakan STAD pun berbeda, pada penelitian ini STAD
model STAD. Siswa mengikuti pembelajaran diterapkan pada siswa SMK, pada penelitian
dengan baik, mengikuti instruksi peneliti lain pembelajaran STAD diterapkan pada
dengan baik, sehingga proses pembelajaran siswa SMP, dan penelitian lainnya menerapkan
selama 2 kali pertemuan dapat dilaksanakan STAD pada siswa SD.
dengan lancar. Setelah proses pembelajaran Berdasarkan perbandingan tersebut,
selesai, siswa diberikan posttest. Posttest dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
dilakukan untuk mengetahui pengetahuan STAD tidak cocok diterapkan pada semua
siswa setelah diberikan pembelajaran teks materi ataupun mata pelajaran. Pemilihan
proposal menggunakan model pembelajaran model pembelajaran harus mempertimbangkan
STAD. Hasil dari posttest siswa kelompok berbagai hal. Ada beberapa pertimbangan atau
kontrol masuk dalam kategori rendah. Hal ini azas-azas untuk memilih model pembelajaran
menurut Indrawati (2011) yaitu, tujuan 3. Keefektifan Penggunaan Model
pembelajaran, sifat materi pelajaran, Pembelajaran Jigsaw Dibandingkan
ketersediaan fasilitas dan sarana, kemampuan Model Pembelajaran STAD Terhadap
pembelajar, kondisi pembelajar, dan alokasi Hasil Belajar Teks Proposal Siswa
waktu. Pertimbangan dalam memilih model
pembelajaran diharapkan mampu Kedua kelompok dalam penelitian ini
menghasilkan pembelajaran yang efektif. yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
Ketidakberhasilan penerapan model kontrol mengalami peningkatan nilai dari
pembelajaran STAD pada pembelajaran teks pretest ke posttest. Namun, jika dibandingkan
proposal disebabkan karena beberapa menggunakan analisis statistik inferensial
kekurangan model pembelajaran STAD yang maka didapatkan hasil bahwa pembelajaran
tidak dapat diantisipasi. Hamruni (2009:171) teks proposal dengan model Jigsaw lebih
menyebutkan beberapa kekurangan dari efektif dibandingkan dengan penggunaan
pembelajaran STAD yaitu, membutuhkan model pembelajaran STAD pada siswa kelas
waktu yang lama, siswa dengan kemampuan XI Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1
lebih merasa terhambat dengan siswa dengan Makassar. Hasil penelitian ini bertolak
kemampuan kurang yang menyebabkan iklim belakang dengan hasil penelitian sebelumnya
kerja terganggu, penilaian yang diberikan yang dilakukan oleh Hijrihani dan Wutsqa
sering didasarkan pada hasil kerja kelompok, (2015). Berdasarkan hasil penelitian tersebut
membutuhkan waktu yang lama untuk diketahui bahwa model pembelajaran Jigsaw
mencapai keberhasilan pembelajaran secara tidak lebih efektif digunakan dalam
kooperatif, menuntut kemampuan khusus dari pembelajaran matematika di SMP jika
guru, menuntut sifat khusus dari siswa. dibandingkan dengan model pembelajaran
Berdasarkan beberapa kekurangan yang STAD. Hasil penelitian tersebut
dikemukakan sebelumnya, ada beberapa mengungkapkan bahwa meskipun terdapat
kekurangan yang tidak dapat dihindari. Model perbedaan nilai rata-rata posttest antara kelas
pembelajaran STAD membutuhkan waktu yang menggunakan pembelajaran Jigsaw
yang lama, sementara waktu yang digunakan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran
dalam penelitian untuk model pembelajaran STAD. Namun, perbedaan itu tidak termasuk
STAD hanya 6 jam pelajaran. Selain itu, perbedaan yang signifikan berdasarkan hasil
kekurangan dari model pembelajaran STAD uji statistik inferensial.
adalah memerlukan kemampuan khusus dari Meskipun terdapat hasil penelitian
guru. Kemampuan khusus dari guru sangat sebelumnya yang tidak serupa dengan hasil
dibutuhkan khususnya pada tahapan presentasi penelitian ini. Namun, ada pula hasil penelitian
kelas yang dilakukan oleh guru. Hal tersebut yang menunjukkan bahwa model pembelajaran
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Slavin Jigsaw lebih efektif dari model pembelajaran
(2005:143) yang mengatakan tahapan STAD. Seperti hasil penelitian yang dilakukan
presentasi kelas merupakan tahapan ketika oleh Listiani (2013). Berdasarkan hasil
guru akan memulai kegiatan pembelajaran penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
dengan memberikan motivasi-motivasi serta model pembelajaran Jigsaw lebih efektif
informasi mengenai materi dan tujuan daripada model pembelajaran STAD.
pembelajaran. Selain itu, guru juga mengaitkan Kesimpulan tersebut diambil dari nilai t hitung
materi sebelumnya dengan materi yang akan sebesar 3,336 dan probabilitas signifikansi (2-
dipelajari. Setelah itu, guru menyampaikan tailed) sebesar 0,002 < 0,05. Terbukti juga
materi yang dapat dibantu melalui penggunaan dari perolehan rata-rata siswa kelas
media, demonstrasi, pertanyaan, atau contoh eksperimen yang diberi perlakuan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pengajar menggunakan model Jigsaw sebesar 85,19
atau guru dalam penelitian ini adalah peneliti sedangkan rata-rata hasil belajar siswa kelas
yang masih berstatus mahasiswa dengan kontrol yang diberi perlakuan menggunakan
pengalaman mengajar yang masih sedikit, model STAD sebesar 74,81.
sehingga kemampuan menyampaikan materi Perbandingan hasil penelitian ini
dan mengelola kelas masih perlu ditingkatkan dengan hasil penelitian yang lain baik yang
lagi. serupa maupun yang tidak serupa
menunjukkan bahwa keberhasilan sebuah kelompok awal untuk mengajarkan dan
pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh menjelaskan submaterinya yang telah
model pembelajaran saja, tetapi turut ditunjang didiskusikan sebelumnya. Pengetahuan ini
oleh faktor lain. Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian dipakai oleh setiap kelompok
yang digunakan sebagai perbandingan terdapat untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh
beberapa perbedaan. Penelitian ini menjadikan guru. Hal ini didukung oleh pendapat Bruner
siswa SMK sebagai populasi penelitian, dalam Trianto (2011: 91), bahwa berusaha
sementara kedua penelitian lainnya menjadikan sendiri untuk mencari pemecahan masalah
siswa SMP sebagai populasi penelitian. serta pengetahuan yang menyertai pemecahan
Perbedaan lain juga terdapat pada mata masalah serta pengetahuan yang menyertainya,
pelajaran yang diajarkan di dalam penelitian. menghasilkan pengetahuan yang benar- benar
Penelitian ini mngajarkan mata pelajaran bermakna. Selain itu, Djumingin (2019)
Bahasa Indonesia dengan materi teks proposal, mengemukakan bahwa presentasi memiliki
sementara kedua penelitian lainnya efek yang meluas pada keberhasilan siswa
mengajarkan mata pelajaran Matematika. dalam pembelajaran bahasa. Hal ini
Perbedaan selanjutnya terletak pada lokasi disebabkan karena setelah mengerjakan
penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di kota
tugas pada pembelajaran Jigsaw siswa juga
Makassar, pada penelitian yang menyatakan
model Jigsaw tidak efektif dibandingkan mempresentasikan hasil kerja
model STAD dilaksanakan di kabupaten kelompoknya.
Sleman, dan penelitan yang menyatakan model
Jigsaw lebih efektif dibandingkan model PENUTUP
STAD dilaksanakan di Kota Salatiga.
Beberapa perbedaan yang mendasar Berdasarkan hasil analisis data dan
dalam penelitian ini yaitu perbedaan pembahasan dapat disimpulkan hasil penelitian
karakteristik siswa, perbedaan guru yang ini sebagai berikut. 1) Hasil belajar teks
mengajar, perbedaan materi yang diajarkan, proposal siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran
serta perbedaan lokasi. Hal ini sesuai dengan SMK Negeri 1 Makassar menggunakan model
pendapat Sanjaya (2009:52) bahwa faktor- pembelajaran Jigsaw pada kelas eksperimen
faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah berada pada kategori sedang dengan rata-rata
faktor siswa, faktor guru, faktor lingkungan, nilai posttest 72,28. 2)Hasil belajar teks
dan faktor sarana dan prasarana. proposal siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran
Hasil penelitian ini yang menyatakan SMK Negeri 1 Makassar menggunakan model
bahwa model pembelajaran Jigsaw lebih pembelajaran STAD (Student Team
efektif digunakan dibandingkan model Achievement Division) pada kelas kontrol
pembelajaran STAD dalam pembelajaran teks berada pada kategori rendah dengan nilai rata-
proposal siswa kelas XI Jurusan Pemasaran. rata 63,60. 3) Penggunaan model pembelajaran
Hal ini disebabkan karena dalam model Jigsaw lebih efektif daripada pembelajaran
pembelajaran Jigsaw, siswa lebih aktif dan teks proposal menggunakan model STAD
bertanggung jawab untuk pengetahuannya dan (Student Team Achievement Division) dalam
pengetahuan teman-temannya karena proses pembelajaran teks proposal siswa Kelas XI
pembelajarannya yang tidak lagi menjadikan Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1 Makassar.
guru sebagai sumber pengetahuan. Hal ini dibuktikan melalui haisl uji hipotesis
Hasil tersebut sesuai dengan pendapat menggunakan analisis statistik inferensial yang
Rusman (2012:217) mengenai langkah- diperoleh hasil 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,140 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =
langkah model pembelajaran Jigsaw berikut ini 2,021 yang membuat hipotesis alternatif pada
model pembelajaran Jigsaw ini penelitian ini diterima.
mengkondisikan siswa dalam setiap kelompok Sejalan dengan kesimpulan yang telah
dibagikan submateri yang berbeda, lalu diutus dipaparkan bahwa model pembelajaran Jigsaw
untuk mendiskusikan materi tersebut bersama lebih efektif dibandingkan model pembelajaran
beberapa orang dengan pembagian submateri STAD dalam pembelajaran teks proposal maka
yang sama dari kelompok lain, setelah paham Peneliti menyarankan: 1) menggunakan model
dan sepakat anggota kelompok kembali ke pembelajaran Jigsaw dalam pembelajaran teks
proposal; 2)mengantisipasi kekurangan setiap Cooperative
model pembelajaran agar mendapatkan hasil Learning Tipe Jigsaw dan STAD
yang maksimal; 3) bagi calon peneliti yang Ditinjau dari Prestasi Belajar dan
akan menggunakan model pembelajaran Kepercayaan Diri Siswa.
Jigsaw dalam penelitian agar kiranya PHYTAGORAS: Jurnal Pendidikan
memperhatikan kelemahan-kelemahan model Matematika, 10 (1), 1-14, p-ISSN
pembelajaran Jigsaw, dan bisa 1978-4578.
menggunakannya untuk materi lain atau
mengkombinasikannya dengan media Irdayanti. 2015. Peningkatan Hasil Belajar
pembelajaran. Siswa Melalui Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
DAFTAR PUSTAKA pada Materi Masyarakat Multikultural
Mata Pelajaran Sosiologi Siswa Kelas
Ardiyati, Syafira Mhafuzi. 2016. “Keefektifan Xi Ips 2 Sma Negeri 1 Makassar.
Strategi Student Team Achievement Jurnal Sosialisasi Pendidikan
Division (STAD) dalam Pembelajaran Sosiologi FIS UNM, 2 (2), 36-41.
Menulis Berita pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 2 Prambanan Klaten”. Indrawati. 2011. Model-Model
Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa Pembelajaran dalam Pembelajaran
dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Fisika. FKIP Universitas Jember: tidak
Sastra. Universitas Negeri Yogyakarta. diterbitkan.
Djumingin, S., Sukardi W, & Juanda. Listiani, Tanti. 2013. “Efektifitas Model
(2019) Anxiety in Classroom Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Presentation in Teaching Learning dengan Jigsaw terhadap Hasil Belajar
Interaction in English for Students of Matematika Siswa Kelas VIII SMP
Indonesian Study Program at Higher Negeri 7 Salatiga pada Materi
Education. Internasional Journal of Lingkaran”. Skripsi. Program Studi
Education and Practice, 7(1), 1-9, Pendidikan Matematika. Fakultas
DOI: 10.18488/journal.61.2019.71.1.9. Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Kristen
Djumingin, Sulastriningsih. 2016. Strategi dan Satya Wacana.
Aplikasi Model Pembelajaran
Inovatif Bahasa dan Sastra. Makassar: Muzakkir, Akmad. 2014. Keefektifan
Badan Penerbit Universitas Negeri Model Pembelajaran Cooperative Tipe
Makassar. STAD dan Model Elaborasi Tipe
PQ4R Ditinjau dari Kualitas dan Hasil
Effendi, Muhammad Haris, dkk. 2015. Belajar IPS. Jurnal Penelitian Ilmu
Analisis Faktor Penentu Keberhasilan Pendidikan, 7 (2), 45-55. e-ISSN
Penerapan Model Pembelajaran 2541-5492.
Jigsaw pada Materi Hidrokarbon Di
Sman 3 Kota Jambi. Prosiding Rusman. 2012. Model-Model
SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS- Pembelajaran Mengembangkan
PTN Barat Universitas Tanjungpura, Porfesionalisme Guru. Depok:
Pontianak. Hal. 569-578. Rajagrafindo Persada
Hamruni. 2009. Strategi dan Model-Model Sanjaya, Wina. 2009. Strategi
Pembelajaran Aktif Menyenangkan. Pembelajaran Berorientasi Standar
Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Pendidikan. Prenada: Jakarta.
Sunan Kalijaga.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative
Hijrihani, Curie Putri, Wutsqa, Dhoriva Learning: Teori, Riset, dan Praktik.
Urwatul. 2015. Keefektifan Yusron Narulita, penerjemah.
Bandung (ID): Penerbit Nusa Media.
Terjemahan dari:
Allymand Bacon.

Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sulanjari, Muhamad. 2015. Keefektifan


Model Pembelajaran Kooperatif
Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Teknik Kontrol Pada Siswa
Kelas X Mekatronika Smk Negeri
Tembarak Temanggung. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Teknik
Mekatronika. Fakultas Teknik.
Universitas Negeri Yogyakarta.

Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran


Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.

You might also like