1. The document discusses a study that aimed to compare the effectiveness of the Jigsaw learning model versus the STAD (Student Team Achievement Division) learning model on learning outcomes of an 11th grade marketing class' proposal writing.
2. The study found that using the Jigsaw model led to medium learning outcomes, while using the STAD model led to low learning outcomes.
3. Statistical analysis showed that the Jigsaw model was more effective than the STAD model for teaching proposal writing to 11th grade marketing students.
1. The document discusses a study that aimed to compare the effectiveness of the Jigsaw learning model versus the STAD (Student Team Achievement Division) learning model on learning outcomes of an 11th grade marketing class' proposal writing.
2. The study found that using the Jigsaw model led to medium learning outcomes, while using the STAD model led to low learning outcomes.
3. Statistical analysis showed that the Jigsaw model was more effective than the STAD model for teaching proposal writing to 11th grade marketing students.
1. The document discusses a study that aimed to compare the effectiveness of the Jigsaw learning model versus the STAD (Student Team Achievement Division) learning model on learning outcomes of an 11th grade marketing class' proposal writing.
2. The study found that using the Jigsaw model led to medium learning outcomes, while using the STAD model led to low learning outcomes.
3. Statistical analysis showed that the Jigsaw model was more effective than the STAD model for teaching proposal writing to 11th grade marketing students.
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar Jalan A.P. Pettarani, Sulawesi Selatan Posel: debitenri@gmail.com , muhammadsaleh.unm@gmail.com, usmanpahar@unm.ac.id
Abstract: The Effectiveness of Using the Jigsaw Learning Model on Learning
Outcomesof Class XI Student Proposal Texts at the Marketing Department of SMK Negeri 1 Makassar. Universitas Negeri Makassar. This research is a quasi-experimental study that aims to describe the proposal text learning outcomes of students using the Jigsaw learning model, describing the proposal text learning outcomes of students using the STAD learning model, and knowing the effectiveness of the Jigsaw learning model compared with the STAD learning model for the students' proposal text learning outcomes XI Marketing Department of SMK Negeri 1 Makassar. The independent variable in this study is the proposal text learning using the Jigsaw model and the STAD model (Student Team Achievement Division), while the dependent variable is the result of learning the proposal text. The population in this study were class XI students of Marketing Department of SMK Negeri 1 Makassar as many as 3 classes, while the sample was all students of class XI Marketing Department of SMK Negeri 1 Makassar who were actively studying and not implementing PSG outside of school as many as 42 people divided into 2 groups namely the experimental group and the control group. Data obtained from research results by giving the pre-test and post-test. The data analysis technique used is descriptive statistical analysis and inferential statistical analysis. The results of this study indicate that the results of the proposal text learning class XI Marketing Department of SMK Negeri 1 Makassar using the Jigsaw model is in the medium category. While the results of learning the proposal text of class XI Marketing Department of SMK Negeri 1 Makassar using the STAD learning model is in the low category. The Jigsaw learning model is more effective than the STAD learning model to be applied in the proposal text learning class XI students of Marketing Department of SMK Negeri 1 Makassar. This is evidenced by the value t value = 3.140. Whereas t table= 2.021 obtained from the predetermined list. Based on the hypothesis testing rules for values t value = 3.140> t table = 2.021, an alternative hypothesis is significantly accepted.
Keywords: Jigsaw, STAD, learning outcomes, effectiveness, proposal text
Abstrak Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw dalam Hasil Pembelajaran
Teks Proposal Siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1 Makassar. Universitas Negeri Makassar. Penelitian ini adalah penelitian quasi experiment yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar teks proposal siswa menggunakan model pembelajaran Jigsaw, mendeskripsikan hasil belajar teks proposal siswa menggunakan model pembelajaran STAD, dan membuktikan keefektifan model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran STAD dalam belajar teks proposal siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1 Makassar. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model Jigsaw dan model STAD (Student Team Achievement Division), sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar teks proposal. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1 Makassar sebanyak 3 kelas, sedangkan sampel adalah seluruh siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1 Makassar yang aktif belajar di sekolah sebanyak 42 orang yang dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data penelitian diperoleh dengan memberikan pretest dan postest. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar teks proposal siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1 Makassar dengan model Jigsaw berada pada kategori sedang. Hasil belajar teks proposal siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1 Makassar dengan model pembelajaran STAD berada pada kategori rendah. Model pembelajaran Jigsaw lebih efektif dibandingkan model pembelajaran STAD dalam pembelajaran teks proposal siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1 Makassar. Hal ini dibuktikan dengan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,140. Sedangkan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,021 yang didapatkan dari daftar 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yang telah ditentukan. Berdasarkan kaidah uji hipotesis untuk nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,140 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,021 maka secara signifikan hipotesis alternatif diterima. Artinya model pembelajaran Jigsaw lebih efektif daripada model pembelajaran STAD dalam pembelajaran teks proposal. Kata kunci : Jigsaw, STAD, hasil belajar, keefektifan, teks proposal PENDAHULUAN sosial. Pembelajaran menggunakan pendekatan SMK adalah suatu jenjang pendidikan ilmiah serta pengembangan nilai sosial di tingkat menengah yang terfokus tentunya dapat berjalan dengan baik dan mempersiapkan siswanya untuk masuk dalam mencapai tujuan ketika tercipta kondisi dunia kerja sesuai dengan ilmu dan keahlian pembelajaran yang mendukung. Khususnya yang dipelajari. Meskipun begitu, tidak pula situasi pembelajaran yang mengaktifkan siswa dibatasi jika lulusan SMK ingin melanjutkan untuk mencari informasi dan pengetahuan, pendidikannya ke perguruan tinggi. tujuan serta mengaktifkan siswa untuk berinteraksi yang menjadi fokus utama dalam sistem satu sama lain dalam kegiatan pembelajaran. sekolah kejuruan berbeda dengan sekolah Namun, pada kenyataannya hal ini belum umum. Perbedaan tujuan ini yang membuat dapat dilakukan secara maksimal karena terdapat beberapa perbedaan dalam kurikulum berbagai kondisi yang menjadi kendala di yang diterapkan di sekolah umum dengan dalam kelas. Kendala-kendala tersebut kurikulum yang diterapkan di sekolah kemudian dapat diatasi dengan kerja sama kejuruan. Khusus untuk pelajaran bahasa yang baik antar guru, siswa, serta penggunaan Indonesia, perbedaan ini dapat ditemukan model pembelajaran yang sesuai. dalam jumlah jam belajar siswa setiap Penerapan Kurikulum 2013 tentunya minggunya. Jumlah jam pelajaran Bahasa tidak berjalan lancar. Ada beberapa masalah Indonesia dalam Kurikulum 2013 untuk yang dialami dalam penerapan Kurikulum SMA/MA adalah 4 jam pelajaran setiap 2013 khususnya dalam pembelajaran minggunya. Sementara itu, di SMK hanya menggunakan pendekatan ilmiah dan kelas X yang belajar bahasa Indonesia selama pembelajaran yang turut mengembangkan 4 jam pelajaran setiap minggunya, sementara sikap sosial. Masalah tersebut berasal dari guru untuk kelas XI dan XII jumlah jam pelajaran maupun siswa. Guru masih sering bahasa Indonesia hanya 3 jam pelajaran. menggunakan model pembelajaran langsung. Perbedaan ini tentunya memengaruhi kuantitas Hal ini menyebabkan siswa masih dan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia mendapatkan informasi dari guru dan belum yang ada di SMK. mampu mencari dan mengelola Selain itu, implementasi kurikulum pengetahuannya sendiri. Sementara itu, 2013 juga menekankan pembelajaran dengan masalah yang berasal dari siswa adalah pendekatan ilmiah dan pengembangan nilai keaktifan siswa dan interaksi negatif siswa di berargumentasi siswa kelas VII SMP. Hasil kelas. dari penelitian tersebt adalah model Masalah tersebut juga terjadi di SMK pembelajaran Jigsaw lebih efektif digunakan Negeri 1 Makassar. Sekolah yang baru daripada model pembelajaran STAD dalam menerapkan Kurikulum 2013 secara pembelajaran argumentasi siswa kelas VII keseluruhan tahun 2018. Hal tersebut membuat SMP Negeri Kepanjen. guru masih perlu beradaptasi dengan Tujuan dari penelitian ini adalah penerapan Kurikulum 2013. Selai itu, sekolah untuk mendeskripsikan hasil pembelajaran teks ini mengirim siswanya di kelas XI untuk proposal menggunakan model pembelajaran mengikuti program praktik lapangan yang Jigsaw pada siswa Kelas XI Jurusan membuat siswa kelas XI hanya belajar satu Pemasaran SMK Negeri 1 Makassar, semester saja, dengan jumlah jam pelajaran mendeskripsikan hasil pembelajaran teks Bahasa Indonesia hanya 3 jam pelajaran proposal menggunakan model pembelajaran perminggu. Berdasarkan hasil observasi dan STAD pada siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran wawancara yang dilakukan oleh peneliti, guru SMK Negeri 1 Makassar, dan membuktikan sudah pernah menerapkan pembelajaran keefektifan pembelajaran teks proposal siswa kooperatif dengan model STAD. Hal ini kelas XI SMK Negeri 1 Makassar yang diajar membuat peneliti memutuskan untuk menggunakan model pembelajaran Jugsaw mengetahui hasil belajar siswa dengan dengan kelas yang diajar dengan model menggunakan model pembelajaran STAD pembelajaran STAD. sebagai model pembelajaran konvensional METODE yang sering diterapkan guru dalam Penelitian ini merupakan penelitian pembelajaran pada Kurikulum 2013. kuantitatif dengan desain penelitian ini quasi Pembelajaran yang melibatkan kerjasama experimental design dengan jenis nonequivalen siswa sekaligus menuntut siswa untuk mencari control group design. Populasi penelitian ini ilmu pengetahuannya sendiri bisa didapatkan adalah siswa Kelas XI SMK Negeri 1 melalui pembelajaran dengan model Jigsaw. Makassar yang terbagi atas 3 kelas. Sampel Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas memilih model pembelajaran Jigsaw untuk XI SMK Negeri 1 Makassar yang aktif belajar dieksperimenkan. di kelas dan tidak mengikuti program praktik Pembelajaran Bahasa Indonesia pada lapangan, jumlah siswa sebanyak 42 orang Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang menjadi dua kelas. Teknik pengumpulan berbasis teks. Sehingga, pada penelitian ini data berupa tes yang meliputi tes awal dan tes peneliti memilih salah satu jenis teks yang akhir. Instrumen penelitian yang digunakan diajarkan pada kelas XI SMK. Teks tersebut berupa soal pilihan ganda dan uraian yang adalah teks proposal. Pemilihan teks proposal telah melalui uji vaiditas, uji reliabilitas, uji sebagai materi yang akan diajarkan pada kesukaran, dan daya beda. Teknik analisis data penelitian ini karena teks proposal memiliki yang dilakukan adalah dengan menggunakan fungsi yang penting dalam perencanaan sebuah teknik analisis statistik yaitu statistik deskiptif kegiatan. Selain itu, teks proposal merupakan dan statistik inferensial. teks majemuk yang dapat diartikan bahwa teks tersebut terdiri dari beberapa jenis teks. Teks HASIL DAN PEMBAHASAN proposal yang terdiri dari banyak teks itu dapat membuat siswa paham terhadap beberapa teks A. HASIL PENELITIAN sekaligus. Hal tersebut dapat membuat pembelajaran lebih efisien mengingat jam 1. Analisis Statisti Deskriptif pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMK hanya tiga jam pelajaran. Hasil Pembelajaran Teks Proposal Peneliti menemukan penelitian Menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw serupa yang dilakukan oleh Verantika (2010). Penelitian tersebut membandingkan Sebelum diberikan perlakuan, keefektifan model pembelajaran Jigsaw dengan kelompok eksperimen diberikan pretest untuk model pembelajaran STAD dalam kemampuan mengetahui pengetahuan awal siswa. Hasil pretest siswa disajikan dalam tabel berikut. Kriteria Nilai No. Data Statistik Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Eksperimen Jumlah 1. 21 No Nilai Siswa Frekuensi siswa 1 7,10 1 Nilai rata- 2. 30,54 2 17,90 2 rata 3. Median 30,4 3 23,20 1 4. Modus 25 4 25 3 5 28,6 2 Standar 5. 10,14211 6 30,40 1 deviasi 6. Rentang 42,90 7 30,60 1 Nilai 8 32,10 1 7. 7,10 9 33,90 1 minimal 10 35,70 1 Nilai 8. 50 maksimal 11 39,20 1 9. Sum 641,3 12 39,30 2 13 41.10 1 14 46,40 1 Seluruh hasil pretest siswa masuk 15 50 1 dalam kategori sangat rendah. Nilai rata-rata Total 21 pretest kelompok eksperimen yaitu 30,54 yang juga masuk dalam kategori sangat rendah. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi nilai Berdasarkan kedua pertimbangan tersebut pretest siswa lalu dikategorisasi. maka nilai pretest siswa kelompok eksperimen dikategorikan sangat rendah. Tabel 2 Kategorisasi Pretest Kelompok Setelah dilaksanakan pretest,siswa Eksperimen pada kelompok eksperimen diberikan Interval No. Nilai Kategori Frekuensi Presentase pembelajaran teks proposal menggunakan Sangat model pembelajaran Jigsaw. Setelah proses 1 90-100 0 0 pembelajaran selesai, siswa diberikan posttest tinggi 2 80-89 Tinggi 0 0 untuk mengetahui hasil belajar siswa. 3 65-79 Sedang 0 0 4 55-64 Rendah 0 0 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Sangat 5 0-54 21 100 Eksperimen Rendah Jumlah 21 100 Nilai No. Frekuensi Siswa 1 53,60 2 Berdasarkan hasil kategorisasi 2 60,70 2 diketahui bahwa pretest siswa kelompok 3 64 1 eksperimen seluruhnya masuk dalam kategori 4 64,30 1 5 67,90 1 sangat rendah. Selanjutnya dilakukan analisis 6 71,40 3 statistik deskriptif. 7 75 4 8 78,60 1 Tabel 3 Analisis Statistik Deksriptif Pretest 9 82,10 4 Kelompok Eksperimen 10 85,70 2 Total 21
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi nilai
posttest siswa lalu dikategorisasi.
Tabel 5 Kategorisasi Posttest Kelompok
Eksperimen Interval No. Kategori Frekuensi Presentase Nilai Sangat 1 90-100 0 0 tinggi 2 80-89 Tinggi 6 28,57 3 65-79 Sedang 9 42,86 4 55-64 Rendah 4 19,05 Hampir sama dengan kelompok eksperimen, Sangat 5 0-54 Rendah 2 9,52 pada kelompok kontrol juga dilaksanakan Jumlah 21 100 pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Nilai pretest siswa kelompok kontrol Hasil kategorisasi nilai posttest disajikan dalam tabel berikut. kelompok eksperimen berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa ada 6 orang siswa Tabel 7 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok (28,57%) yang mendapatkan kategori nilai Kontrol Nilai tinggi. Siswa yang berada pada kategori nilai No Siswa Frekuensi sedang ada 9 orang siswa (42,86%). Ada 4 1 21,40 1 siswa (19,05%) yang masuk dalam kategori 2 23,20 1 rendah. Sementara dalam kategori sangat 3 25 2 4 26,80 1 rendah terdapat 2 siswa (9,52%). 5 28,60 1 Nilai posttest siswa kelompok eksperimen 6 30,40 1 kemudian dianalisis menggunakan statistik 7 32,10 1 deskriptif. Analisis statistik deskriptif 8 33,90 1 menggunakan bantuan program SPSS. 9 37,50 2 10 39,20 1 11 41,10 2 12 44,60 2 Tabel 6 Analisis Deskriptif Posttest Kelompok 13 46,40 1 Eksperimen 14 48,20 1 15 50 2 Nilai 16 51,80 1 No. Kriteria Data Total 21 Statistik
1. Jumlah siswa 21 Berdasarkan distribusi frekuensi,
2. Nilai rata-rata 72,26 dibuat kategorisasi untuk nilai pretest 3. Median 75 4. Modus 75 kelompok kontrol yang disajikan dalam tabel Standar berikut. 5. 9,83685 deviasi 6. Rentang 32,10 Tabel 8 Kategorisasi Pretest Kelompok Kontrol 7. Nilai minimal 53,60 Interval Nilai No. Kategori Frekuensi Presentase 8. 85,70 Nilai maksimal Sangat 9. Sum 1517,40 1 90-100 0 0 tinggi 2 80-89 Tinggi 0 0 Rata-rata nilai posttest kelompok 3 65-79 Sedang 0 0 eksperimen masuk dalam kategori sedang. 4 55-64 Rendah 0 0 Sangat Berdasarkan kategorisasi nilai posttest siswa 5 0-54 rendah 21 100 kelompok eksperimen, siswa yang mendapat Jumlah 21 100 kategori sedang sebanyak 42,86%. Presantase tersebut adalah presentase tertinggi di antara Berdasrkan tabel 8, nilai pretest kategori yang lain. Sementara itu, nilai rata- seluruh siswa pada kelompok kontrol masuk rata posttest siswa sebesar 72,26 yang apabila dalam kategori sangat rendah. Nilai pretest dikategorikan berdasarkan tabel kategorisasi kelompok kontrol kemudian dianalisis juga termasuk dalam kategori sedang. menggunakan analisis statistik deskriptif Berdasarkan kedua data tersebut maka dapat dengan bantuan aplikasi SPSS. Hasil disimpulkan bahwa nilai posttest siswa analisisnya disajikan dalam tabel berikut. kelompok eksperimen masuk dalam kategori sedang. Tabel 9 Analisis Statistik Deskriptif Pretest Kelompok Kontrol Hasil Pembelajaran Teks Proposal Menggunakan Model STAD Sangat 1 90-100 0 0 Nilai tinggi No. Kriteria Data Statistik 2 80-89 Tinggi 1 4,76 3 65-79 Sedang 5 23,81 1. Jumlah siswa 21 4 55-64 Rendah 10 47,62 2. Nilai rata-rata 37,07 Sangat 5 0-54 5 23,81 3. Median 37,50 rendah 4. Modus 25 Jumlah 21 100 Standar 5. 9,74373 deviasi Hasil dari kategorisasi posttest pada 6. Rentang 30,40 7. Nilai minimal 21,40 pembelajaran teks proposal sesuai tabel 11 Nilai menunjukkan bahwa tidak ada hasil posttest 8. 51,80 maksimal siswa kelompok kontrol masuk dalam kategori 9. Sum 778,40 sangat tinggi. Siswa yang masuk kategori tinggi sebanyak 1 orang dengan presentase Berdasarkan kategorisasi nilai posttest 4,76%. Ada 5 siswa yang masuk kategori siswa kelompok eksperimen, siswa yang sedang dengan presentase 23,81%. Sebanyak mendapat kategori sangat rendah sebanyak 10 siswa dengan presentase 47,62% masuk 100%. Sementara itu, nilai rata-rata posttest dalam kategori rendah, dan 5 siswa dengan siswa sebesar 37,07 yang apabila dikategorikan presentase 23,81% masuk dalam kategori berdasarkan tabel kategorisasi juga termasuk sangat rendah. dalam kategori sangat rendah. Berdasarkan Nilai posttest kelas kontrol kemudian kedua data tersebut maka dapat disimpulkan dianalisis menggunakan program SPSS. bahwa nilai pretest siswa kelompok kontrol Analisis yang digunakan adalah analisis masuk dalam kategori sangat rendah. statistik deskriptif. Rangkuman hasil analisis Setelah dilaksanakan pretest,siswa statistik deskriptif dapat dilihat dalam tabel 12 pada kelompok kontrol diberikan pembelajaran berikut. teks proposal menggunakan model pembelajaran STAD. Setelah proses Tabel 12 Analisis Deskriptif Posttest Kelompok pembelajaran selesai, siswa diberikan posttest Kontrol untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil Nilai posttest kelompok kontrol disajikan dalam No. Kriteria Data Statistik tabel distribusi frekuensi berikut. 1. Jumlah siswa 21 Tabel 10 Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok 2. Nilai rata-rata 63,60 Kontrol 3. Median 64,30 Nilai 4. Modus 64,30 No Frekuensi Standar Siswa 5. 7,92045 1 53,60 5 deviasi 2 57,10 1 6. Rentang 28,50 3 60,70 2 7. Nilai minimal 53,60 4 64,20 1 Nilai 8. 82,10 5 64,30 6 maksimal 6 66,10 1 9. Sum 1335,70 7 71,40 2 8 73,20 1 Hasil kategorisasi nilai posttest siswa 9 75 1 10 82,10 1 kelompok kontrol menunjukkan bahwa siswa Total 21 dengan kategori rendah sebanyak 10 orang dengan presentase 47,62%. Data tersebut Nilai posttest kelompok kontrol dikategorisasi merupakan prosentase tertinggi. Sementara itu, dengan hasil berikut ini. nilai rata-rata posttest kelompok kontrol adalah 63,60 yang apabila dikategorikan berdasarkan Tabel 11 Kategorisasi Posttest Kelompok tabel kategori hasil belajar makan termasuk Kontrol dalam kategori rendah. Berdasarkan kedua No. Interval Kategori Frekuensi Presentase pertimbangan tersebut, maka dapat Nilai disimpulkan bahwa nilai posttest siswa kelompok kontrol berada pada kategori Uji homogenitas dilakukan untuk rendah. menunjukkan varians data homogen atau tidak. Uji homogenitas merupakan salah satu 2. Analisis Statistik Inferensial prasayarat tidak mutlak untuk uji hipotesis. Data pretest dari kelompok eksperimen dan a. Uji Prasyarat Analisis kelompok kontrol akan digabungkan. Data posttest dari kelompok eksperimen dan Sebelum dilakukan uji hipotesis, kelompok kontrol akan digabungkan. Masing- dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan masing data kemudian dianalisis menggunakan uji homogenitas. Jika data berdistribusi normal program SPSS. Data dikatakan memiliki varian maka syarat mutlak untuk uji hipotesis yang homogen apabila taraf signifikansinya menggunakan uji t dapat dilakukan. Namun, lebih besar dari 5% atau 0,05. Rangkuman uji jika data tidak berdistribusi normal maka homogenitas sebaran pretest dan posttest dilakukan uji nonparametrik. ditampilkan dalam tabel berikut. 1) Hasil Uji Normalitas Data yang digunakan untuk uji Tabel 14 Hasil Analisis Uji Homogenitas normalitas adalah data pretest dan posttest dari Lavene Data df1 df2 Sig. Keterangan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Statistic Hasil uji normalitas dapat dilihat pada nilai sig. Sig. > 0,05 Pretest 0,77 1 40 0,782 homogen pada Shapiro Wilk yang dapat menunjukkan Sig. > 0,05 sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Posttest 1,534 1 40 0,223 homogen Syarat dari sebuah data dikategorikan terdistribusi normal apabila nilai 𝑃𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 yang diperoleh lebih besar dari signifikansi 5% atau Tabel 14 menunjukkan bahwa data 0,05. Hasil uji normalitas data pretest dan pretest dan posttest memiliki varians homogen. posttest kelompok eksperimen dan kelompok Meskipun bukan syarat mutlak uji normalitas, kontrol disajikan dalam tabel berikut. namun uji homogenitas juga diperlukan khususnya untuk mengetahui kesamaan Tabel 13 Hasil Uji Normalitas kemampuan awal siswa yang dilihat dari Sig. homogenitas varians nilai pretest siswa kedua Data Shapiro Keterangan Kategori Wilk kelompok. Pretest Kelompok 0,946 > 0,05 Normal b. Uji Hipotesis Eksperimen Uji hipotesis dilakukan untuk Posttest mengetahui apakah hipotesis yang diajukan Kelompok 0,171 > 0,05 Normal dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Data Eksperimen Pretest posttest dari kelompok eksperimen dan Kelompok 0,244 > 0,05 Normal kelompok kontrol merupakan data yang Kontrol dianalisis dalam uji hipotesis. Uji hipotesis Posttest yang digunakan adalah uji independent sample Kelompok 0,071 > 0,05 Normal t-test. Kontrol Hasil analisis statistik inferensial menunjukkan bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,140. Tabel 13 menunjukkan bahwa seluruh data pretest dan posttest kelompok Sedangkan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,021 yang didapatkan dari eksperimen dan kelompok kontrol memperoleh daftar 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yang telah ditentukan. nilai 𝑃𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 yang lebih besar dari signifikansi Berdasarkan dengan kaidah uji hipotesis untuk 5% atau 0,05 sehingga dapat disimpulkan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,140 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,021 maka bahwa keseluruhan data berdistribusi normal secara signifikan hipotesis alternatif diterima. sehingga data tersebut sudah memenuhi Berdasarkan analisis statistik inferensial prasyarat untuk dianalisis. tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran teks proposal menggunakan 2) Hasil Uji Homogenitas model pembelajaran Jigsaw lebih efektif. B. PEMBAHASAN Penelitian tersebut mendapatkan data posttest materi teknik kontrol menggunakan model Data berupa nilai pretest dan posttest pembelajaran Jigsaw memperoleh nilai rata- yang telah melalui uji statistik deskriptif dan rata 79,67 yang apabila dikategorikan masuk uji statistik inferensial yang telah dipaparkan ke dalam kategori sedang. Sementara itu, hasilnya pada bagian hasil penelitian, Irdayanti (2015) juga melakukan penelitian kemudian akan dibahas pada bagian ini sebagai menggunakan model pembelajaran Jigsaw jawaban terhadap rumusan masalah dalam dalam pembelajaran sosiologi dengan hasil penelitian ini. rata-rata 80,47 yang masuk dalam kategori tinggi. 1. Hasil Belajar Teks Proposal Penelitian ini menerapkan model Menggunakan Model Pembelajaran pembelajaran Jigsaw hanya satu kali saja, Jigsaw padahal untuk mendapatkan manfaat dari Sebelum pembelajaran teks proposal model pembelajaran Jigsaw perlu penerapan dengan model pembelajaran Jigsaw dilakukan, model berulang. Penerapan yang hanya satu terlebih dahulu diadakan pretest. Hasil dari kali dengan waktu 6 jam pelajaran merupakan pretest siswa masih dikategorikan sangat waktu yang sedikit untuk pelaksanaan model rendah karena dalam kategorisasi nilai seluruh pembelajaran Jigsaw secara keseluruhan nilai siswa masuk dalam kategori sangat sehingga siswa kurang mampu menguasai rendah dengan presentase 100%. Selain itu, materi secara keseluruhan. Selain itu, nilai rata-rata pretest siswa yang berada pada kemampuan siswa sebagai tutor sebaya masih angka 30,54 yang juga masuk dalam kategori kurang sebab belum terbiasa mengajarkan sangat rendah. Berdasarkan hasil tersebut dapat materi kepada teman sebayanya. diketahui pengetahuan dasar siswa mengenai Kondisi-kondisi tersebut sejalan teks proposal sangat rendah. Hal ini dengan pendapat Djumingin (2016:139) yang disebabkan karena siswa memang belum menyatakan kekurangan model pembelajaran pernah mempelajari materi teks proposal Jigsaw yaitu, membutuhkan waktu yang lama sebelumnya. dalam proses perencanaan dan Setelah pretest dilaksanakan, proses pelaksanaannya, siswa dengan latar belakang pembelajaran teks proposal menggunakan yang berbeda-beda membuat sulitnya dibentuk model Jigsaw diterapkan. Siswa mengikuti kelompok yang heterogen dengan tipe sama di instruksi peneliti dengan baik. Sehingga proses tiap kelompoknya, siswa dengan kemampuan pembelajaran berjalan dengan lancar selama yang kurang akan menjadi penghambat bagi dua kali pertemuan. Kemudian diadakan siswa dengan kemampuan tinggi, kemampuan posttest untuk mengukur hasil belajar teks peer teaching siswa harus baik agar dapat proposal siswa menggunakan model membantu temannya memahami materi, sulit pembelajaran Jigsaw. Berdasarkan hasil mengadakan penilaian individual jika tidak penelitian diketahui bahwa nilai hasil belajar dilakukan posttest individual, harus ada teks proposal siswa masuk dalam kategori penerapan model yang berulang, tidak satu kali sedang. Hal ini dibuktikan dengan jumlah saja, sulit membangun kepercayaan siswa yang mendapatkan nilai kategori sedang kemampuan individual karena hasil kerja sebanyak 9 siswa dari 21 siswa, dengan merupakan hasil kerja bersama, dan siswa presentase 42,86 persen. Selain itu, rata-rata terlambat menguasai materi secara nilai hasil belajar teks proposal menggunakan keseluruhan. model Jigsaw berada pada angka 72,28 yang Pembelajaran teks proposal juga masuk dalam kategori sedang. menggunakan model pembelajaran Jigsaw Hasil belajar siswa yang berada pada pada penelitian ini juga terhambat dengan kategori sedang dapat diartikan bahwa hasil kondisi kelas yang kurang nyaman bagi siswa belajar belum mampu dikatakan efektif. Hasil untuk belajar. Hal ini disebabkan oleh fasilitas pembelajaran teks proposal menggunakan belajar siswa kurang nyaman. Kelas yang model pembelajaran Jigsaw yang berada pada ditempati oleh siswa tidak terdapat kipas angin kategori sedang dalam penelitian ini, juga sehingga ketika belajar di siang hari siswa ditemukan dalam penelitian Sulanjari (2015). mengeluh kepanasan dan tidak betah di dalam kelas. Kondisi tersebut sejalan dengan hasil ditunjukkan oleh jumlah siswa yang mendapat penelitian yang dilakukan oleh Effendi (2015) kategori rendah adalah sebanyak 10 siswa menyatakan bahwa faktor-faktor yang dengan presentase 47,62%. Presentase tersebut mempengaruhi keberhasilan penerapan model merupakan presentase terbanyak dibandingkan pembelajaran Jigsaw adalah kesiapan siswa jumlah siswa yang masuk dalam kategori lain. dalam menerapkan jigsaw, manajemen kelas Selain itu, nilai rata-rata posttest kelompok yang dilakukan guru, serta sarana dan fasilitas kontrol berada pada angka 63,60 yang apabila belajar. dikategorikan juga termasuk dalam kategori Kondisi dan hasil penelitian tersebut rendah. juga sesuai dengan pendapat Syah (2006: 144) Berdasarkan hasil penelitian ini dapat yang mengelompokan faktor-faktor yang dikatakan bahwa penerapan model mempengaruhi proses belajar dalam tiga pembelajaran STAD pada pembelajaran teks bagian: 1) Faktor internal yang merupakan proposal tidak berhasil karena masih dalam faktor dari dalam siswa, yakni keadaan atau kategori rendah. Hasil penelitian ini berbeda kondisi jasmani dan rokhani siswa; 2) faktor dengan penelitian yang dilakukan oleh eksternal yang merupakan faktor dari luar Ardiyanti (2016) yang mengeksperimenkan siswa, yakni kondisi lingkungan disekitar model pembelajaran STAD untuk diterapkan siswa; 3) faktor pendekatan belajar, yakni jenis dalam pembelajaran menulis teks berita pada upaya belajar siswa yang meliputi startegi dan siswa kelas VIII SMP. Hasil belajar menulis metode yang digunakan siswa untuk teks berita menggunakan model pembelajaran melakukan kegiatan mempelajari materi-materi STAD berada pada rata-rata 70,9 dan masuk pelajaran. pada kategori sedang. Hasil penelitian lain 2. Deskripsi Hasil Belajar Teks Proposal juga menambah perbedaan tentang penerapan Menggunakan Model STAD (Student model pembelajaran STAD, seperti pada Team Achievement Division) penelitian yang dilakukan oleh Muzakkir Pembelajaran di kelompok kontrol (2014) yang mengujikan model pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD. STAD pada pembelajaran IPS. Hasil dari Sebelum dimulai pembelajaran teks proposal penelitian tersebut adalah hasil belajar siswa menggunakan model STAD, siswa diberikan setelah belajar menggunakan model pretest untuk mengetahui pengetahuan awal pembelajaran STAD berada pada rata-rata siswa kelompok kontrol. Hasil pretest siswa 86,76 yang masuk dalam kategori tinggi. masuk dalam kategori sangat rendah karena Perbedaan hasil belajar dari masing- seluruh siswa sebanyak 21 orang dengan masing penelitian menunjukkan bahwa presentase 100% masuk dalam kategori sangat penerapan sebuah model pembelajaran pada rendah. Pengkategorian tersebut juga kondisi berbeda, tentu berbeda juga hasilnya. didasarkan pada rata-rata nilai pretest siswa Jika dibandingkan, penelitian ini menerapkan yang berada pada angka 37,07. Rendahnya model pembelajaran STAD pada materi teks nilai pretest siswa salah satunya disebabkan proposal, penelitian lain menerapkan pada karena pembelajaran teks proposal sama sekali materi teks berita, dan penelitian yang lainnya belum dipelajari sebelumnya. menerapkan pada mata pelajaran IPS. Selain Setelah dilakukan pretest, maka itu, siswa yang diterapkan model pembelajaran pembelajaran teks proposal menggunakan STAD pun berbeda, pada penelitian ini STAD model STAD. Siswa mengikuti pembelajaran diterapkan pada siswa SMK, pada penelitian dengan baik, mengikuti instruksi peneliti lain pembelajaran STAD diterapkan pada dengan baik, sehingga proses pembelajaran siswa SMP, dan penelitian lainnya menerapkan selama 2 kali pertemuan dapat dilaksanakan STAD pada siswa SD. dengan lancar. Setelah proses pembelajaran Berdasarkan perbandingan tersebut, selesai, siswa diberikan posttest. Posttest dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran dilakukan untuk mengetahui pengetahuan STAD tidak cocok diterapkan pada semua siswa setelah diberikan pembelajaran teks materi ataupun mata pelajaran. Pemilihan proposal menggunakan model pembelajaran model pembelajaran harus mempertimbangkan STAD. Hasil dari posttest siswa kelompok berbagai hal. Ada beberapa pertimbangan atau kontrol masuk dalam kategori rendah. Hal ini azas-azas untuk memilih model pembelajaran menurut Indrawati (2011) yaitu, tujuan 3. Keefektifan Penggunaan Model pembelajaran, sifat materi pelajaran, Pembelajaran Jigsaw Dibandingkan ketersediaan fasilitas dan sarana, kemampuan Model Pembelajaran STAD Terhadap pembelajar, kondisi pembelajar, dan alokasi Hasil Belajar Teks Proposal Siswa waktu. Pertimbangan dalam memilih model pembelajaran diharapkan mampu Kedua kelompok dalam penelitian ini menghasilkan pembelajaran yang efektif. yaitu kelompok eksperimen dan kelompok Ketidakberhasilan penerapan model kontrol mengalami peningkatan nilai dari pembelajaran STAD pada pembelajaran teks pretest ke posttest. Namun, jika dibandingkan proposal disebabkan karena beberapa menggunakan analisis statistik inferensial kekurangan model pembelajaran STAD yang maka didapatkan hasil bahwa pembelajaran tidak dapat diantisipasi. Hamruni (2009:171) teks proposal dengan model Jigsaw lebih menyebutkan beberapa kekurangan dari efektif dibandingkan dengan penggunaan pembelajaran STAD yaitu, membutuhkan model pembelajaran STAD pada siswa kelas waktu yang lama, siswa dengan kemampuan XI Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1 lebih merasa terhambat dengan siswa dengan Makassar. Hasil penelitian ini bertolak kemampuan kurang yang menyebabkan iklim belakang dengan hasil penelitian sebelumnya kerja terganggu, penilaian yang diberikan yang dilakukan oleh Hijrihani dan Wutsqa sering didasarkan pada hasil kerja kelompok, (2015). Berdasarkan hasil penelitian tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk diketahui bahwa model pembelajaran Jigsaw mencapai keberhasilan pembelajaran secara tidak lebih efektif digunakan dalam kooperatif, menuntut kemampuan khusus dari pembelajaran matematika di SMP jika guru, menuntut sifat khusus dari siswa. dibandingkan dengan model pembelajaran Berdasarkan beberapa kekurangan yang STAD. Hasil penelitian tersebut dikemukakan sebelumnya, ada beberapa mengungkapkan bahwa meskipun terdapat kekurangan yang tidak dapat dihindari. Model perbedaan nilai rata-rata posttest antara kelas pembelajaran STAD membutuhkan waktu yang menggunakan pembelajaran Jigsaw yang lama, sementara waktu yang digunakan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran dalam penelitian untuk model pembelajaran STAD. Namun, perbedaan itu tidak termasuk STAD hanya 6 jam pelajaran. Selain itu, perbedaan yang signifikan berdasarkan hasil kekurangan dari model pembelajaran STAD uji statistik inferensial. adalah memerlukan kemampuan khusus dari Meskipun terdapat hasil penelitian guru. Kemampuan khusus dari guru sangat sebelumnya yang tidak serupa dengan hasil dibutuhkan khususnya pada tahapan presentasi penelitian ini. Namun, ada pula hasil penelitian kelas yang dilakukan oleh guru. Hal tersebut yang menunjukkan bahwa model pembelajaran sesuai dengan yang dikemukakan oleh Slavin Jigsaw lebih efektif dari model pembelajaran (2005:143) yang mengatakan tahapan STAD. Seperti hasil penelitian yang dilakukan presentasi kelas merupakan tahapan ketika oleh Listiani (2013). Berdasarkan hasil guru akan memulai kegiatan pembelajaran penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan motivasi-motivasi serta model pembelajaran Jigsaw lebih efektif informasi mengenai materi dan tujuan daripada model pembelajaran STAD. pembelajaran. Selain itu, guru juga mengaitkan Kesimpulan tersebut diambil dari nilai t hitung materi sebelumnya dengan materi yang akan sebesar 3,336 dan probabilitas signifikansi (2- dipelajari. Setelah itu, guru menyampaikan tailed) sebesar 0,002 < 0,05. Terbukti juga materi yang dapat dibantu melalui penggunaan dari perolehan rata-rata siswa kelas media, demonstrasi, pertanyaan, atau contoh eksperimen yang diberi perlakuan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pengajar menggunakan model Jigsaw sebesar 85,19 atau guru dalam penelitian ini adalah peneliti sedangkan rata-rata hasil belajar siswa kelas yang masih berstatus mahasiswa dengan kontrol yang diberi perlakuan menggunakan pengalaman mengajar yang masih sedikit, model STAD sebesar 74,81. sehingga kemampuan menyampaikan materi Perbandingan hasil penelitian ini dan mengelola kelas masih perlu ditingkatkan dengan hasil penelitian yang lain baik yang lagi. serupa maupun yang tidak serupa menunjukkan bahwa keberhasilan sebuah kelompok awal untuk mengajarkan dan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh menjelaskan submaterinya yang telah model pembelajaran saja, tetapi turut ditunjang didiskusikan sebelumnya. Pengetahuan ini oleh faktor lain. Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian dipakai oleh setiap kelompok yang digunakan sebagai perbandingan terdapat untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh beberapa perbedaan. Penelitian ini menjadikan guru. Hal ini didukung oleh pendapat Bruner siswa SMK sebagai populasi penelitian, dalam Trianto (2011: 91), bahwa berusaha sementara kedua penelitian lainnya menjadikan sendiri untuk mencari pemecahan masalah siswa SMP sebagai populasi penelitian. serta pengetahuan yang menyertai pemecahan Perbedaan lain juga terdapat pada mata masalah serta pengetahuan yang menyertainya, pelajaran yang diajarkan di dalam penelitian. menghasilkan pengetahuan yang benar- benar Penelitian ini mngajarkan mata pelajaran bermakna. Selain itu, Djumingin (2019) Bahasa Indonesia dengan materi teks proposal, mengemukakan bahwa presentasi memiliki sementara kedua penelitian lainnya efek yang meluas pada keberhasilan siswa mengajarkan mata pelajaran Matematika. dalam pembelajaran bahasa. Hal ini Perbedaan selanjutnya terletak pada lokasi disebabkan karena setelah mengerjakan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di kota tugas pada pembelajaran Jigsaw siswa juga Makassar, pada penelitian yang menyatakan model Jigsaw tidak efektif dibandingkan mempresentasikan hasil kerja model STAD dilaksanakan di kabupaten kelompoknya. Sleman, dan penelitan yang menyatakan model Jigsaw lebih efektif dibandingkan model PENUTUP STAD dilaksanakan di Kota Salatiga. Beberapa perbedaan yang mendasar Berdasarkan hasil analisis data dan dalam penelitian ini yaitu perbedaan pembahasan dapat disimpulkan hasil penelitian karakteristik siswa, perbedaan guru yang ini sebagai berikut. 1) Hasil belajar teks mengajar, perbedaan materi yang diajarkan, proposal siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran serta perbedaan lokasi. Hal ini sesuai dengan SMK Negeri 1 Makassar menggunakan model pendapat Sanjaya (2009:52) bahwa faktor- pembelajaran Jigsaw pada kelas eksperimen faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah berada pada kategori sedang dengan rata-rata faktor siswa, faktor guru, faktor lingkungan, nilai posttest 72,28. 2)Hasil belajar teks dan faktor sarana dan prasarana. proposal siswa Kelas XI Jurusan Pemasaran Hasil penelitian ini yang menyatakan SMK Negeri 1 Makassar menggunakan model bahwa model pembelajaran Jigsaw lebih pembelajaran STAD (Student Team efektif digunakan dibandingkan model Achievement Division) pada kelas kontrol pembelajaran STAD dalam pembelajaran teks berada pada kategori rendah dengan nilai rata- proposal siswa kelas XI Jurusan Pemasaran. rata 63,60. 3) Penggunaan model pembelajaran Hal ini disebabkan karena dalam model Jigsaw lebih efektif daripada pembelajaran pembelajaran Jigsaw, siswa lebih aktif dan teks proposal menggunakan model STAD bertanggung jawab untuk pengetahuannya dan (Student Team Achievement Division) dalam pengetahuan teman-temannya karena proses pembelajaran teks proposal siswa Kelas XI pembelajarannya yang tidak lagi menjadikan Jurusan Pemasaran SMK Negeri 1 Makassar. guru sebagai sumber pengetahuan. Hal ini dibuktikan melalui haisl uji hipotesis Hasil tersebut sesuai dengan pendapat menggunakan analisis statistik inferensial yang Rusman (2012:217) mengenai langkah- diperoleh hasil 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,140 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = langkah model pembelajaran Jigsaw berikut ini 2,021 yang membuat hipotesis alternatif pada model pembelajaran Jigsaw ini penelitian ini diterima. mengkondisikan siswa dalam setiap kelompok Sejalan dengan kesimpulan yang telah dibagikan submateri yang berbeda, lalu diutus dipaparkan bahwa model pembelajaran Jigsaw untuk mendiskusikan materi tersebut bersama lebih efektif dibandingkan model pembelajaran beberapa orang dengan pembagian submateri STAD dalam pembelajaran teks proposal maka yang sama dari kelompok lain, setelah paham Peneliti menyarankan: 1) menggunakan model dan sepakat anggota kelompok kembali ke pembelajaran Jigsaw dalam pembelajaran teks proposal; 2)mengantisipasi kekurangan setiap Cooperative model pembelajaran agar mendapatkan hasil Learning Tipe Jigsaw dan STAD yang maksimal; 3) bagi calon peneliti yang Ditinjau dari Prestasi Belajar dan akan menggunakan model pembelajaran Kepercayaan Diri Siswa. Jigsaw dalam penelitian agar kiranya PHYTAGORAS: Jurnal Pendidikan memperhatikan kelemahan-kelemahan model Matematika, 10 (1), 1-14, p-ISSN pembelajaran Jigsaw, dan bisa 1978-4578. menggunakannya untuk materi lain atau mengkombinasikannya dengan media Irdayanti. 2015. Peningkatan Hasil Belajar pembelajaran. Siswa Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw DAFTAR PUSTAKA pada Materi Masyarakat Multikultural Mata Pelajaran Sosiologi Siswa Kelas Ardiyati, Syafira Mhafuzi. 2016. “Keefektifan Xi Ips 2 Sma Negeri 1 Makassar. Strategi Student Team Achievement Jurnal Sosialisasi Pendidikan Division (STAD) dalam Pembelajaran Sosiologi FIS UNM, 2 (2), 36-41. Menulis Berita pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Prambanan Klaten”. Indrawati. 2011. Model-Model Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa Pembelajaran dalam Pembelajaran dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Fisika. FKIP Universitas Jember: tidak Sastra. Universitas Negeri Yogyakarta. diterbitkan. Djumingin, S., Sukardi W, & Juanda. Listiani, Tanti. 2013. “Efektifitas Model (2019) Anxiety in Classroom Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Presentation in Teaching Learning dengan Jigsaw terhadap Hasil Belajar Interaction in English for Students of Matematika Siswa Kelas VIII SMP Indonesian Study Program at Higher Negeri 7 Salatiga pada Materi Education. Internasional Journal of Lingkaran”. Skripsi. Program Studi Education and Practice, 7(1), 1-9, Pendidikan Matematika. Fakultas DOI: 10.18488/journal.61.2019.71.1.9. Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Kristen Djumingin, Sulastriningsih. 2016. Strategi dan Satya Wacana. Aplikasi Model Pembelajaran Inovatif Bahasa dan Sastra. Makassar: Muzakkir, Akmad. 2014. Keefektifan Badan Penerbit Universitas Negeri Model Pembelajaran Cooperative Tipe Makassar. STAD dan Model Elaborasi Tipe PQ4R Ditinjau dari Kualitas dan Hasil Effendi, Muhammad Haris, dkk. 2015. Belajar IPS. Jurnal Penelitian Ilmu Analisis Faktor Penentu Keberhasilan Pendidikan, 7 (2), 45-55. e-ISSN Penerapan Model Pembelajaran 2541-5492. Jigsaw pada Materi Hidrokarbon Di Sman 3 Kota Jambi. Prosiding Rusman. 2012. Model-Model SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS- Pembelajaran Mengembangkan PTN Barat Universitas Tanjungpura, Porfesionalisme Guru. Depok: Pontianak. Hal. 569-578. Rajagrafindo Persada Hamruni. 2009. Strategi dan Model-Model Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Aktif Menyenangkan. Pembelajaran Berorientasi Standar Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Pendidikan. Prenada: Jakarta. Sunan Kalijaga. Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Hijrihani, Curie Putri, Wutsqa, Dhoriva Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Urwatul. 2015. Keefektifan Yusron Narulita, penerjemah. Bandung (ID): Penerbit Nusa Media. Terjemahan dari: Allymand Bacon.
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sulanjari, Muhamad. 2015. Keefektifan
Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Teknik Kontrol Pada Siswa Kelas X Mekatronika Smk Negeri Tembarak Temanggung. Skripsi. Program Studi Pendidikan Teknik Mekatronika. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Yogyakarta.