Analisis Kestabilan Lereng Dengan Metode Slope Mass Rating (SMR) Di Kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe Selatan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720

Research Journal e-ISSN : 2685-5755


(PSGRJ) | Vol. 1 | No. 2| 2019

Analisis Kestabilan Lereng Dengan Metode Slope Mass Rating (SMR) Di


Kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe Selatan
Hasria1), Erwin Anshari2), Muliddin3), La Ode Restele4), Harziman Ningrat5
1
Jurusan Teknik Geologi, Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia
email: hasriageologi@gmail.com
2
Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia
3
Jurusan Teknik Geologi, Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia
4
Jurusan Geografi, Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia
5
Jurusan Teknik Geologi, Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia

Abstract: Administratively the research area lies on Wolasi Sub Distritc, South of Konawe Regency, Southeast
Sulawesi Province. Geographically the research area coordinate be located to 04ᵒ 08' 49,7"- 04 09' 26,5"LS
and122ᵒ 29'58,0"- 122 29' 32.2"BT. Research area included to Meluhu Complex geologic map of Kolaka sheet
which Triasicc Meluhu age (TRJm)with the type of metamorphic rock in the form of mica schist and slate. Slope
stability analysis aims to determine slope stability and provide slope reinforcement recommendations based on
SMR values. Based on the SMR analysis, the slope conditions of all stations are categorized as stable but still
have the chance of a long-term occurrence of around 20%, so there is a need for recommendations for slope
reinforcement. At station 1 with a value of SMR 78, it is recommended to reinforce slopes in the form of trenches
at the foot of the slope and installation of rock bolts. As for the slope reinforcement stations 2, 3 and 4 with the
values of SMR 62, 67, and 70 are in the form of trenches at the foot of the slope and the installation of rock bolts
is added in combination with wire mesh.

Keywords:SMR, Slope Stability, landslide, slope reinforcement, Wolasi Sub Distritc, South of konawe regency.

1. PENDAHULUAN massa penyusun lereng (mass wasting


Masalah kestabilan lereng di dalam process) yang diikuti oleh proses
suatu pekerjaan yang melibatkan kegiatan pengendapan (sedimentasi) material yang
penggalian maupun penimbuman tertransport. Beberapa tahun terakhir di
merupakan masalah penting, karena hal ini Desa Matawolasi, Kecamatan Wolasi,
menyangkut masalah keselamatan Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi
manusia, peralatan dan bangunan yang Sulawesi Tenggara (Gambar 1) seringkali
berada di sekitar lereng tersebut. Apabila terjadi longsor. Efek yang terlihat dari
tanah atau batuan dikenakan suatu kegiatan longsoran tersebut menyebabkan tebing
seperti pengangkutan, penurunan, longsor menutupi badan jalan sehingga
penggalian, penimbunan, erosi atau ruas jalan mengalami kerusakan, seperti
aktivitas lain yang menyebabkan pada ruas Pegunungan Wolasi hingga
terganggunya kesetimbangan, maka tanah pendakian Gunung Anduna yang memiliki
atau batuan tersebut akan berusaha untuk tiga titik longsor. Daerah penelitian
mencapai kesetimbangan baru dengan cara merupakan salah satu jalur lintas yang
pengurangan beban terutama dalam bentuk terpadat di Sulawesi Tenggara Tenggara
terjadinya longsoran (Atmaja, 2014). karena kendaraan yang menuju ke
(Karnawati, 2007) menyatakan Kabupaten Bombana, Muna, Buton
bahwa tanah longsor adalah proses Tengah dan Kota Bau-Bau biasanya
transportasi atau pergerakan sebagian melewati jalur tersebut sebelum melakukan
September---9
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 1 | No. 2| 2019

penyeberangan kapal Feri dari Torobulu 2. F2 mengacu pada sudut kemiringan


menuju Tampo.Hal tersebut menyebabkan diskontiniutas .
pentingnya dilakukan penelitian tentang 3. F3= hubungan antara permukaan
kestabilan lereng yang dapat menjadi lereng dengan kemiringan
rekomendasi bagi pemerintah setempat diskontinuitas.
dalam pengambilan kebijakan tentang 4. F4=merupakan faktor berkaitan
perkuatan lereng di daerah penelitian dan dengan metode ekskavasi pada Tabel 2.
daerah lainnya yang mempunyai kondisi Parameter dalam penentuan SRM
geologi yang sama. Penentuan kestabilan 1. Massa batuan berdasarkan Rock Mass
lereng pada daerah penelitian dengan Rating (RMR)
menggunakan metode Rock Mass Rating 2. Arah discontinuitas (αj) dan arah
(RMR)telah dilakukan oleh (Hasria dkk., lereng (αs)
2019), tetapi metode ini hanya dapat 3. Sudut kemiringan discontinuitas (βj)
menentukan kestabilan lereng berdasarkan dan sudut kemiringan lereng (βs)
kualitas massa batuan tidak tetapi belum SMR digunakan untuk menentukan
dapat memberikan suatu rekomendasi kestabilan suatu lereng yang dikaitkan
tentang perkuatan lereng untuk kondisi dengan geometri lereng dan diskontinuitas.
lereng tertentu. Adapun metode SMR Pembobotan nilai SMR didasarkan pada
(Slope Mass Rating)adalah suatu metode pers. (1) dan Tabel 2 berdasarkan Romana,
untuk menentukan suatu jenis longsoran 1985. Untuk lereng yang sangat stabil akan
sehingga dapat dikeluarkan suatu mengasilkan nilai SMR >80. Untuk SMR
rekomendasi untuk perkuatan lereng untuk range 60-80 termasuk dalam kelas stabil
kondisi suatu lereng tertentu. dengan kemungkinan bisa terjadi
Untuk mengevaluasi stabilitas lereng longsoran berupa blok yang probalitasnya
batuan, Romana (1985) mengusulkan 20%. Untuk SMR range 40-60 termasuk
sistem klasifikasi Slope Mass Rating dalam kelas sedang atau sebagian stabil
(SMR) (Tabel 1).SMR diperoleh dari RMR yang dimana probalitas longsornya 40%
berdasarkan(Bieniawski, 1989) dengan yang dikontrol oleh adanya kekar atau baji
mengurangi hubungan faktor penyesuaian kecil. Untuk SMR range 20-40 masuk
lereng dan menambahkan faktor kategori tidak stabil dengan probalitas 60%
tergantung pada metode penggalian (Singh yang kemungkinan terjadi longsoran
& Goel,1999). bidang atau baji besar. Adapun untuk
SMR = RMR + (F1. F2. F3) +F4……....(1) lereng yang sangat tidak stabil memiliki
1. F1 = hubungan arah kemiringan nilai SMR 0-20 dengan probalitas longsor
diskontiniutas dan arah kemiringan 90% dengan jenis longsoran bidang atau
lereng. seperti keruntuhan material lepas.

Tabel 1. Pembobotan massa batuan SMR


Sangat Tidak Sangat
Tipe Formula Diskontinuitas Baik Biasa
baik baik tidak baik
Lb = (αj – αs)
Lg = (αj – αs) – 180
Derajat >30o 30 – 20 o 20 – 10 o 10 – 5 o <5 o
F1
Lbj = αi – αs
Lb = Lg = Lbj Bobot 0.15 0.40 0.70 0.85 1.00
Lb = βj
Derajat <20 o 20 – 30 o 30 – 35 o 35 – 45 o 45 o
Lbj = βi
F2 Lb = Lbj Bobot 0.15 0.40 0.70 0.85 1.00

10---September
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 1 | No. 2| 2019

Sangat Tidak Sangat


Tipe Formula Diskontinuitas Baik Biasa
baik baik tidak baik

Lg Bobot 1 1 1 1 1
Lb = βj – βs o o o o
Derajat 10 10 – 0 0 0 – 10 <-10 o
Lbj= βi-βs
F3 Lg = βj+βs 110 – 120
Derajat <110 o o >120 o - -
Lb = Lg = Lbj Bobot 0 -6 -25 -50 -60
Lb = longsoran bidang αs = Arah lereng

Lg = longsoran guling β s = Dip lereng


Keterangan Lbj = longsoran baji
αj = Arah diskontinuitas Βj= Dip diskontinuitas

αi = Plunge direction dari garis Βi = plunge dari garis intersection


intersection
Sumber : Romana, 1985

Tabel 2. Pembobotan Massa Jenjang


Klasifikasi V IV III II I
Bobot Massa
0 – 20 20 – 40 40 – 60 60 – 80 >80
Jenjang (SMR)
Deskripsi Sangat Tidak Stabil Tidak Stabil Sedang Stabil Sangat Stabil
Kestabilan
Sangat Tidak Stabil Tidak Stabil Sebagian Stabil Stabil Sangat Stabil
Jenjang/Lereng
Bidang atau seperti Dikontrol oleh
Kemungkinan Bidang atau
keruntuhan Material adanya kekar atau Berupa Blok Tidak Longsor
Bentuk Longsoran Baji besar
Lepas baji kecil
Probalitas
0.9 0.6 0.4 0.2 0
Longsoran
Sumber : Romana, 1985

Berdasarkan nilai SMR pada Tabel perkuatan lereng berupa paritan dan baut
2, maka dapat diketahui jenis perkuatan batuan. Nilai SMR 40-11 termasuk dalam
lereng dengan mengacu kepada perkuatan kategori tidak stabil dan kondisi lereng
lereng berdasarkan Rohmana, 1985 (Tabel dapat menyebabkan terjadi longsor
3). Berdasarkan Tabel 3, nilai SMR > 81 sehingga diperlukan jenis perkuatan berupa
menunjukkan bahwa tidak perlu adanya jangkar kabel baja yang dikombinasikan
perkuatan lereng karena kemiringan dengan beton semprot dan dinding
lerengnya sudah sangat stabil. Adapun penahan serta penggalian kembali drainase
nilai SMR 80-50 perlu adanya tindakan (Romana, 1985).

Tabel 3. Jenis perkuatan lereng SMR


Kelas SMR Rekomendasi Perkuatan
Ia 91-100 Tidak ada
Ib 81-90 Tidak ada atau scaling
IIa 71-80 (Tidak ada. Paritan pada kaki lereng ataupagar) dan titik baut batuan
IIb 61-70 Paritan pada kaki lereng atau pagar lereng, jala kawat dan titik baut batuan
IIIa 51-60 Paritan pada kaki lereng dan jala kawat, baut batuan dan beton semprot
(Paritan pada kaki lereng dan jala kawat), jangkar kabel baja, beton semprot
IIIb 41-50
Paritan pada kaki lereng dan beton gigi/konvensional
Iva 31-40 Jangkar kabel baja, beton semprot, dinding penahan dan beton dan penggalian

September---11
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 1 | No. 2| 2019

Kelas SMR Rekomendasi Perkuatan


kembali drainase
Perkutan sistematis beton semprot, dinding penahan dan beton, penggalian kembali
IVb 21-30
dan kedalaman drainase
Va 11-20 Gravitasi atau dinding penahan atau penggalian kembali
Sumber : Romana, 1985

2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian dibagi dalam 3 (tiga) pelapukan, kondisi air tanah. Pengukuran
tahap yakni: (1) studi pustaka (desk study), data lereng meliputi arah kemiringan,
(2) pekerjaan lapangan (fieldwork) dan (3) kemiringan, tinggi lereng, arah kemiringan
analisis laboratorium. scanline, kemiringan scanline, dan panjang
sacnline
1. Studi Pustaka (Desk Study)
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan 3. Analisis Laboratorium
data sekunder dan pengkajian literatur Analisis laboratorium pada penelitian
hasil penelitian terdahulu yang ini terdiri atas analisis Uji Uniaxial
berhubungan dengan kondisi geologi Compressive Strength (UCS) bertujuan
untuk mengukur kuat tekan uniaksial yang
daerah penelitian.
kompresif pada spesimen yang ukurannya
2. Pekerjaan Lapangan (Fieldwork) berukuran 5x5 cm. Uji ini menggunakan
alat Compression Testing Machine yang
Pekerjaan lapangan meliputi
dilakukan di Laboraorium Survei dan
pengamatan geologi permukaan dan Konstruksi Bahan Jurusan Teknik Sipil,
pengamatan geometri lereng, data struktur Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.
geologi, dan litologiserta pengambilan Selanjutnya dilakukan analisis SMRyang
sampel yang representatif. Untuk didasarkan pada Tabel 1, 2 dan Tabel 3.
pengambilan sampel batuan dilakukan Penelitian ini dilakukan di
sepanjang jalur lintasan yang berada pada
dengan menggunakan palu geologi
area tepi jalan Desa Matawolasi dengan
sedangkan geometri lereng berupa arah jumlah titik pengamatan sebanyak 4
kemiringan dan sudut kemirigan lereng. stasiun (Gambar 1).
Adapun struktur geologi berupa data
diskontinuitas berupa kedudukan, jarak
semu, kemenerusan, bukaan, kekasaran,

12---September
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 1 | No. 2| 2019

Gambar 1. Lokasi penelitian dan stasiun pengamatan

3. HASIL DAN PEMBAHASAN akan menjadikan lereng menjadi lebih


Penelitian ini merupakan penelitian stabil dan memperbesar kekuatan lereng.
lanjutan dengan lokasi dan stasiun yang Pembobotan SMR menyesuaikan
sama oleh (Hasria dkk., 2019).Stasiun dengan geometri lereng dan geometri
singkapan dilakukan di sepanjang jalur diskontinuitas. Parameter yang dibutukan
lintasan yang berada pada area tepi jalan berupa massa batuan RMR, arah
yang memiliki morfologi perbukitan tinggi kemiringan diskontinuitas, arah
dengan kemiringan lereng miring sampai kemiringan lereng, kemiringan
agak curamyang terdiri dari 4 (empat) diskontinuitas, dan kemiringan lereng.
stasiun pengamatan. Hasil penelitian Perhitungan F1, F2, F3, dan F4 didasarkan
(Hasria dkk., 2019) dengan menggunakan pada klasifikasi pembobotan SMR menurut
metode Rock Mass Rating(RMR) Romana (1985).
menunjukkan bahwa kualitas massa batuan
pembentuk lereng pada stasiun 1 dan a. Stasiun 1
staiun 2 termasuk dalam kelas II dengan Pada stasiun 1, goemetri lereng
kualitas massa batuan yang baikyang N70ᵒE/50ᵒ dan batuannya adalah sekis
diidentifikasikan sebagai lereng yang mika (Gambar 2). Pembobotan massa
relatif stabil, sedangkan stasiun 3 dan batuan SMR (Romana 1985) (Tabel 1)
stasiun 4 termasuk dalam kelas III dengan menunjukkan bahwa potensi jenis
kualitas massa batuan yang sedang yang longsoran guling, orientasi lereng
diindikasikan sebagai sebagai lereng yang menunjukkan arah muka lereng N70E
kurang stabil sehingga rawan terjadinya dengan kemiringan 55ᵒ. Karena memiliki
longsor(Sivakugan dkk., 2012). Nilai RMR dua buah diskontinuitas yang ditunjukkan
ini dapat digunakan untuk penentuan SMR pada dips 6.0, maka untuk nilai arah
sehingga dapat ditentukan rekomendasi kemiringan diskontinuitas dan kemiringan
perkuatan lereng setiap stasiun berdasarkan diskontinuitas diambil dari arah dan sudut
kondisi lereng.Jenis perkuatan tersebut perpotongan garis intersection (trend dan

September---13
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 1 | No. 2| 2019

plunge) sehingga nilai trend N259E dan maka rekomendasi perkuatan lereng
plunge 34ᵒ. Berdasarkan hal tersebut, maka berdasarkan nilai SMR tersebut yang
mengacu pada Tabel 3, diperoleh nilai mengacu pada Tabel 3 adalah tidak ada,
pembobotan SMR sebesar 78 dengan tetapi mengingat potensi terjadinya
klasifikasi kestabilan jenjang lereng longsoran adalah 20%, maka harus
termasuk stabil, tetapi masih ada dibuatkan paritan pada kaki lereng atau
kemungkinan terjadi longsoran 20% pagar dan titik baut batuan (Romana,
berupa longsoran blok (Romana, 1985) 1985)
(Gambar 6). Berdasarkan hal tersebut,
.

Gambar 2. Litologi Stasiun 1.

b. Stasiun 2 arah dan sudut perpotongan garis


Stasiun 2 (Gambar 3) intersection yang ditunjukkan pada dips
mempunyaibatuan yang berwarna lapuk yaitu N203E/4ᵒ. Hasil pembobotan SMR
cokelat kekuningan dan warna segar abu- menghasilkan nilai SMR sebesar 62
abu yang termasuk dalam batuan sekis dengan tingkat kestabilan berupa stabil
mika dengan geometri lereng hingga sebagian stabil (Gambar 6).
N210ᵒE/51ᵒ.Stasiun 2 berpotensi 20-30% Berdasarkan hal tersebut, maka
terjadinya longsoran baji, kestabilan lereng rekomendasi perkuatan lereng berdasarkan
relatif stabil hingga sebagian stabil. nilai SMR tersebut yang mengacu pada
Orientasi lereng menunjukkan arah Tabel 3 adalah perlu adanya paritan pada
kemiringan N201E dengan kemiringan 55ᵒ. kaki lereng atau pagar lereng, jala kawat
Trend dan plunge diskontinuitas berupa dan titik baut batuan (Romana, 1985).

14---September
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 1 | No. 2| 2019

Gambar 3. Stasiun 2

c. Stasiun 3 N123E dan sudut kemiringan 71ᵒ. Adapun


Stasiun 3 geometri lereng arah kemiringan dikontinuitas dan
N123ᵒE/71ᵒ dengan kenampakan warna kemiringan diskontinuitas dilihat dari arah
batuan yang umumnya sudah lapuk dan dan sudut perpotongan garis intersection
sebagian batuannya terdiri dari lempung dikarenakan ada dua buah diskontinuitas
(Gambar 4). Stasiun 3 memiliki kestabilan sehingga trend nya sebesar N312E dan
lereng sedang atau lerengnya sebagain plunge 28ᵒ. Hasil pembobotan SMR
stabil, berpotensi terjadinya jenis menghasilkan nilai SMR sebesar 67 dan
longsoran guling yang dikontrol oleh rekomendasi perkuatn lereng yang
adanya kekar dengan peluang dibutuhkan adalah paritan pada kaki lereng
40%.Geometri lereng menunjukkan atau pagar lereng, jala kawat dan titik baut
orientasi dengan arah kemiringan lereng batuan (Gambar 6).

Gambar 4. Stasiun 3
d. Stasiun 4 batuannya adalah sabak. Stasiun 4 memilik
Pada tasiun 4 (Gambar 5) geometri potensi jenis longsoran guling sebesar
lereng N101ᵒE/51ᵒ, batuan memiliki warna 20%. Geometri lereng menunjukkan
lapuk kuning kecoklatan dan warna segar orientasi arah kemiringan lereng N101E
abu-abu dengan komposisi kimia mineral dengan kemiringan lereng 51ᵒ.
lempung, kuarsa, dan muskovit dan jenis

September---15
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 1 | No. 2| 2019

Gambar 5. Stasiun 4
Pada arah kemiringan diskontinuitas kondisi lereng yang stabil hingga sebagian
dan kemiringan sudut diskontinuitas dilihat stabil. Berdasarkan Tabel 3, maka
dari arah dan susut garis perpotongan rekomendasi perkuatan lerengnya adalah
intersection yaitu N283E/41ᵒ. Dari hasil puritan pada kaki lereng atau pagar lereng,
pembobotan SMR menghasilkan nilai jala kawat dan titik baut batuan (Romana,
SMR sebesar 70 yang termasuk dalam 1985) (Gambar 6).

Gambar 6. Peta Slope Mass Rating (SMR) lokasi penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan SMR Pada stasiun 1 dengan nilai SMR 78


pada 4 stasiun pengamatan menunjukkan termasuk dalam kategori kelas IIa.Jenis
kondisi lerengpada stasiun 1, 2, 3 dan perkuatan digunakan berupa paritan pada
stasiun 4 perlu adanya rekomendasi kaki lereng (toe ditch) dikombinasikan
perkuatan lereng. Hal ini dapat dilihat dari dengan oleh baut batuan (spot bolting).
nilai SMR yang masuk dalam range 51-78. Adapun stasiun 2 dengan nilai SMR 62,
Walaupun ada stasiun yang lerengnya stasiun 3 dengan nilai SMR 67, dan stasiun
dikategorikan stabil, tetapi berdasarkan 4 dengan nilai SMR 70 masuk dalam
kalsifikasi SMR kemungkinan dapat terjadi kategori kelas IIb. Jenis perkuatan yang
longsor dalam bentuk jatuhan berupa blok dibutuhkan berupa paritan pada kaki lereng
blok batuan mengingat sudut kemiringan (toe ditch), dikombinasikan dengan baut
lereng berkisar 50-70ᵒ dengan probabilitas batuan yang sistematis (systematic bolting)
longsoran 20-40%. Oleh karena itu pada beberapa titik lereng dengan
diperlukan perkuatan lereng untuk penggunaan jala kawat (nets).
melindungi dan memperbesar kemantapan
lereng sesuai rekomendasi SMR.
16---September
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 1 | No. 2| 2019

4. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis SMR, maka
kondisi lereng semua stasiun dikategorikan Hasria;, Anshari;, E., Ningrat;, H., 2019.
stabil tetapi masing berpeluang terjadinya Klasifikasi Kualitas Massa Batuan
longsorang sekitar 20% sehingga perlu Dengan Metode Rock Mass Rating
adanya rekomendasi perkuatan lereng. (Rmr) Terhadap Kestabilan Lereng
Pada stasiun 1 dengan nilai SMR Pada Kecamatan Wolasi, Konawe
78,direkomendasikan perkuatan lereng Selatan, Sulawei Tenggara. J.
berupa paritan pada kaki lereng dan Rekayasa Geofis. Indones. 1, 38–46.
pemasangan baut batuan. Adapun untuk Karnawati, D., 2007. Mekanisme Gerakan
perkuatan lereng stasiun 2, 3 dan 4 dengan Massa Batuan Akibat Gempabumi
nilai SMR 62, 67, dan 70 adalah berupa Tinjauan dan Analisis Geologi
paritan pada kaki lereng dan baut batuan Teknik. J. Din. Tek. Sipil 2, 179–190.
ditambahkan kombinasi dengan jala kawat. Sivakugan, N., Shukla, S.K., Das, B.M.,
2012. Rock Mechanics An
DAFTAR PUSTAKA Introduction. CRC Press Taylor &
Atmaja, D.A., 2014. Kajian Klasifikasi Francis Group., New York.
Massa Batuan Dan Analisis Romana, M., 1985, New Adjustment
Stereografis Terhadap Stabilitas Ratings for Application of
Lereng Pada Operasi Penambangan Bieniawski Classification to Slope.
Tambang Batubara Air Laya Desa Mexico, ISRM, 59-68.
Tanjung Enim Kabupaten Muara
Enim Sumatera Selatan. Skripsi,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Bieniawski, Z.T., 1989. Engineering Rock
Mass Classification. John Wiley &
Sons, New York.

September---17
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 1 | No. 2| 2019

18---September

You might also like