Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

Kontigensi

Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107


ISSN 2088-4877

Manajemen Berbasis Nilai, Studi Atas Penerapan Manajemen Berbasis Nilai

Lilis Sulastri
UIN Sunan Gunung Djati
E-mail :lsulastri@gmail.com

ABSTRACT

The study on the practice of value-based management was conducted at Binus University.This study is a
single case study that uses qualitative method and snowball sampling technique.Data was collected through
observation, interviews, in-depth interviews, and documentation. Researchers then conducted an analysis and
interpretation of data related to values-based management practice and it’s impact on sustainable competitive
advantage of Binus University.
This study states us that value-based management plays an important role in management practices
contained at Binus University as a public institution. Value-based management is implemented through two
complementary stages: (1) value creation as the initial process of values institutionalization in management
practices, and (2) value management as an effort to maintain and incorporate those values to a character on a
personal level, and culture at the organizational level. The results further show us that value based
management have a significant impact to sustainable competitive advantages of Binus University, which can
be seen from the achievements of the institution, a high level of public trust, as well as the interest of the
company to graduate students of Binus University.

Keywords:value based management, value creation, value management, sustainable competitive advantage.

ABSTRAK

Penelitian tentang basis nilai dalam praktik manajemen ini dilakukan di Binus
University.Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus tunggal (single case study) dengan
menggunakan metode kualitatif dan teknik Snowball Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara observasi, wawancara umum, wawancara mendalam (in-depth interview), dan dokumentasi.
Peneliti kemudian melakukan analisis dan interpretasi atas temuan data terkait praktik manajemen
berbasis nilai dan dampaknya pada tingkat keunggulan bersaing Binus University.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan basis nilai memegang peranan penting dalam
praktik manajemen yang dijalankan oleh Binus University sebagai lembaga publik. Manajemen
berbasis nilai ini dilakukan melalui dua tahapan yang saling melengkapi, yaitu: (1) penciptaan nilai
sebagai proses awal pelembagaan nilai dalam praktik manajemen; dan (2) pengelolaan nilai sebagai
upaya menjaga dan memasukkan nilai-nilai tersebut hingga menjadi karakter pada tingkat personal,
dan budaya pada tingkat organisasi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa manajemen berbasis
nilai yang dijalankan Binus University ini memberikan dampak pada tingkat keunggulan bersaing
berkelanjutan, yang bisa dilihat dari prestasi lembaga, tingkat kepercayaan masyarakat yangtinggi,
serta animo perusahaan terhadap lulusan Binus University.

89
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

Kata kunci : manajemen berbasis nilai, penciptaan nilai, pengelolaan nilai, keunggulan bersaing berkelanjutan.

PENDAHULUAN berkualitas dan bernilai lebih inilah, sebuah


lembaga pendidikan tinggi bisa menjadi
Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah perguruan tinggi unggulan dan diminati oleh
upaya sistematis untuk mengarahkan dan masyarakat.
membentuk perilaku, mental, serta sikap Data statistik Direktorat Jenderal Pendidikan
seseorang agar menjadi manusia yang Tinggi (Dirjen Dikti) Departemen Pendidikan
seutuhnya. Upaya ini umumnya mencakup Nasional, dalam hal ini mencatat bahwa secara
praktik pengajaran, pelatihan, pembentukan kuantitas perkembangan perguruan tinggi di
kesadaran, yang dilakukan secara bersama- Indonesia mengalami peningkatan yang sangat
sama dalam sebuah lembaga yang berjenjang signifikan. Ada banyak lembaga-lembaga
sesuai dengan pembagian tahapan pendidikan pendidikan tinggi (akademi, institut, sekolah
itu sendiri. Pendidikan yang dipraktikkan dalam tinggi, dan universitas) yang berdiri setiap
konteks lembaga ini tentu tidak bisa tidak bisa tahunnya. Pada tahun 2012, misalnya, jumlah
dijalankan tanpa adanya manajemen pendidikan perguruan tinggi swasta saja sudah mencapai
dan kelembagaan yang baik. Ia membutuhkan 3214 PTS, sedangkan perguruan tinggi negeri
perencanaan, penentuan target dan tujuan, mencapai 101 PTN. Konteks kuantitatif lembaga
pengelolaan, hingga evaluasi yang tertata pendidikan tinggi yang sangat tinggi ini jelas
sehingga bisa diukur tingkat keberhasilannya. melahirkan tingkat persaingan yang semakin
Pendidikan perlu dikelola dengan manajemen tajam. Ironisnya, ada banyak perguruan tinggi
yang profesional agar bisa memenuhi kebutuhan yang tidak siap dalam menghadapi era
dan tuntutan perubahan serta minat masyarakat, persaingan yang semakin kompetitif tersebut.
bahkan perkembangan disiplin ilmu Thomas Suyatno (2013), Ketua Asosiasi Badan
pengetahuan itu sendiri. Pendidikan tanpa Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan Indonesia (ABPPTS), menyatakan bahwa
beragam tuntutan perubahan tersebut, yang 90%(persen) dari jumlah perguruan tinggi
mencakup juga tuntutan kualifikasi dunia kerja, swasta (PTS) yang ada di Indonesia dinilai tidak
perkembangan minat dan bakat peserta didik, siap bersaing dengan perguruan tinggi asing.
hingga beragam kecenderungan generasi Hal ini juga bisa dilihat dari statistik pertumbuhan
kontemporer, pada akhirnya hanya akan menjadi perguruan tinggi yang meski terus mengalami
pendidikan yang buruk. Pendidikan yang tidak pertambahan, namun jarang sekali di antara
mampu mengakomodir kebutuhan zaman, hanya perguruan tinggi tersebut yang mampu menjadi
akan menghasilkan lulusan yang asal-asalan. perguruan tinggi unggulan.
Mengingat hal itu, maka wajar adanya bila Setiap lembaga pendidikan tinggi dituntut
lembaga-lembaga pendidikan, khususnya untuk bisa bertahan di tengah persaingan yang
lembaga pendidikan tinggi dituntut untuk lebih semakin pesat seiring pertumbuhan jumlah
bisa menyiapkan dirinya agar dapat perguruan tinggi itu sendiri. Dengan kata lain,
menghasilkan tingkat lulusan sarjana yang sebuah perguruan tinggi dituntut untuk memiliki
mampu untuk hidup dalam era dengan infrastruktur pendidikan yang mumpuni,
karakteristik yang menantang seperti sekarang. sekaligus nilai jual di mata masyarakat
Hal ini dikarenakan semua tuntutan itu pada penggunanya.Salah satu faktor penentu yang
dasarnya dapat dirangkum pada satu hal, yakni mendorong adanya perbedaan dan kesenjangan
tuntutan akan pendidikan yang lebih berkualitas nilai dan kualitas antar perguruan tinggi sendiri
dan memiliki nilai lebih. Melalui pendidikan yang adalah manajemen pengelolaan lembaga yang

90
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

baik serta tingkat keberhasilan masing-masing sumber keunggulan perguruan tinggi untuk terus
perguruan tinggi dalam mengusung nilai-nilai bisa bersaing. Tanpa adanya nilai-nilai yang
keunggulan berkelanjutan (sustainable ditawarkan, maka perguruan tinggi hanya akan
competitive advantages) yang dimilikinya. Di ditinggalkan.
tengah persaingan antar perguruan tinggi yang Nilai jual perguruan tinggi sendiri sebenarnya
pesat tersebut, maka penciptaan nilai-nilai bisa dilihat dari berbagai macam pola
keunggulan yang bisa menarik minat masyarakat pemeringkatan sebagaimana dapat dilihat pada
akan menjadi prasyarat lembaga yang tidak bisa tabel sebelumnya. Survey-survey tersebut
diacuhkan. menunjukkan bagaimana perguruan tinggi yang
Masalahnya tinggal bagaimana perguruan ada memiliki perbedaan nilai dan kesiapan untuk
tinggi mampu menata kepentingan ekonomis menghadapi persaingan tersebut. Meski survey
yang berkaitan dengan nilai jual tersebut, perguruan tinggi unggulan ini tidak menjadi satu-
sekaligus menata idealisme pendidikan yang satunya faktor yang membuat masyarakat serta-
terumuskan dalam pembangunan kualitas merta berminat, namun ia bisa menjadi ukuran
pendidikan tinggi yang baik dan ditunjang pula bagaimana besarnya jenjang perbedaan yang
oleh infrastruktur pendidikan yang memadai. ada. Dari survey-survey yang dilakukan secara
Pada titik ini, maka perguruan tinggi yang tidak rutin itu, dapat dicatat bahwa terjadi pergeseran
ditunjang oleh modalitas yang baik, akan sangat tingkat keunggulan antar lembaga pendidikan
berpeluang untuk tergusur dari arena tinggi setiap tahunnya. Dengan demikian, jika
persaingan. Mengingat akan hal itu, pemerintah menilik pada kondisi seperti ini, maka perguruan
sendiri sebenarnya sudah menetapkan tinggi yang sudah termasuk dalam kategori
peraturan tentang Pengelolaan dan perguruan tinggi unggulan pun tidak pernah
Penyelenggaraan Pendidikan yang terangkum berada pada posisi yang aman. Perguruan tinggi
dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 66 Tahun unggulan tidak bisa semata mempertahankan
2010, bahwasanya penyelenggaraan lembaga apa yang sudah diraihnya tanpa berusaha
pendidikan, apalagi perguruan tinggi harus melakukan inovasi baru guna dalam rangka
dilakukan dengan penuh persiapan dan pengelolaan nilai-nilai keunggulannya. Hal
perhitungan yang matang atas kemampuan tersebut akan membuatnya tertinggal dari
terkait modalitas yang dimiliki oleh perguruan tinggi lain yang justru akan terus
penyelenggaranya. melakukan segala cara guna meraih tingkat dan
Modalitas peguruan tinggi sendiri bukan nilai keunggulan lebih dari apa yang dimilikinya
hanya menyangkut persoalan kesiapan finansial sekarang.
semata, tetapi yang lebih penting adalah Selain itu, perlu diperhatikan juga bahwa
modalitas sumber daya manusia yang dimilikinya tingkat persaingan antar perguruan tinggi yang
(human capital). Sebuah perguruan tinggi tidak semakin tajam juga tidak selamanya hanya
lagi bisa dianggap sebagai lembaga non-profit melahirkan kompetisi yang jujur. Tingkat
yang berbeda dari organisasi dengan orientasi persaingan yang tinggi justru membuat banyak
bisnis. Perguruan tinggi pada hari ini harus pihak berusaha melakukan segala cara yang
dilihat sebagai sebuah organisasi yang alih-alih berujung pada peningkatan kualitas
memerlukan manajemen pengelolaan yang lembaga, melainkan penurunan mutu yang
terintegrasi seperti halnya sebuah perusahaan. merugikan seluruh pihak yang terlibat. Frensidy
Jika pada hari ini modalitas manusia merupakan (2007) dalam hal ini menyatakan bahwa tingkat
faktor penting dalam peningkatan kinerja persaingan antar perguruan tinggi yang berujung
organisasi, maka perguruan tinggi juga pada penurunan tingkat kualitas pendidikan
mengalami tuntutan yang sama. Faktor kesiapan tinggi tersebut sebenarnya berakar pada: (1)
lembaga yang sangat berkaitan juga dengan belum adanya etika pendidikan; (2) hilangnya
kreativitas manusianya inilah yang nantinya akan idealisme di kalangan perguruan tinggi yang
menunjang nilai-nilai perguruan tinggi berganti menjadi semata komersialisasi
bersangkutan. Nilai ini pula yang menjadi pendidikan; Fakta yang ada untuk menunjukkan

91
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

hal ini misalnya adalah menurunnya jumlah Lulusan; (4) Standar Pendidik dan Tenaga
mahasiswa dalam bidang keteknikan dibanding Kependidikan; (5) Standar Sarana dan
mahasiswa yang memasuki program studi Prasarana; (6) Standar Pengelolaan; (7) Standar
seperti bidang ekonomi dan terapannya. Dengan Pembiayaan; dan (8) Standar Penilaian
kata lain, ada banyak perguruan tinggi yang Pendidikan. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya,
membuka program studi baru yang bersifat yang kemudian dipertegas lagi dengan adanya
instan, yakni ia dibuka tatkala minat masyarakat standar BAN-PT, masih sedikit lembaga
memang merujuk pada program studi tersebut pendidikan tinggi yang mampu mencapai
tanpa diiringi kesiapan yang memadai dari standar yang diharapkan.
perguruan tinggi yang bersangkutan; (3) Oleh karena itu, tidak heran jika survey
peraturan yang tidak tegas dari pemerintah perguruan tinggi unggulan pun akhirnya hanya
melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dipenuhi oleh perguruan tinggi yang hampir
dalam menindak perguruan tinggi yang sama setiap tahunnya. Jarang sekali terjadi
melanggar aturan; dan (4) biaya pendidikan perubahan yang signifikan karena kesulitan
tinggi yang terkadang dibuat semakin rendah perguruan tinggi lainnya untuk meningkatkan
guna menjaring mahasiswa sebanyak- kualitas dan nilai-nilai keunggulannya di tengah
banyaknya namun tidak diiringi dengan tuntutan komersialisasi pendidikan tinggi yang
peningkatan kualitas pendidikan yang semakin instan dan tuntutan masyarakat akan
memadai.Kondisi ini tentu berhaluan dengan lulusan perguruan tinggi yang mudah diterima di
semangat standar pendidikan tinggi yang dunia kerja.
diamanatkan Undang-undang dan terutama Berkaca pada hal ini, maka lumrah jika
yang dinyatakan dalam Undang-undang No. 12 seringkali tingkat keunggulan perguruan tinggi
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, di mana seringkali didominasi oleh perguruan tinggi yang
seharusnya perguruan tinggi bisa mengacu pada bisa melahirkan lulusan yang memang sesuai
ketetapan tersebut untuk meningkatkan,baik dengan tuntutan dunia kerja. Akibatnya, banyak
standar nasional pendidikan, standar penelitian, perguruan tinggi yang masih memegang
standar pengabdian, maupun standar dalam idealisme pendidikan menjadi berubah haluan
bidang akademik dan nonakademik yang dengan menawarkan program-program baru
dimilikinya. Namun, adanya persaingan yang yang justru tidak sesuai dengan basis nilai-nilai
tidak sehat seperti di atas pada akhirnya banyak keunggulannya. Ringkasnya, ada banyak
membuat perguruan tinggi yang tidak memiliki lembaga pendidikan tinggi saat ini yang bukan
modalitas yang cukup menjadi tergusur. Alih-alih merupakan organisasi sarat nilai, melainkan
meningkatkan mutu lembaga dan standar organisasi profit yang melulu mengejar
pendidikannya, perguruan tinggi lebih disibukkan keuntungan temporal yang justru merugikan
dengan tuntutan untuk meraup jumlah para penggunanya di kemudian hari.
mahasiswa dan keuntungan sebesar-besarnya. Pembukaan program-program studi baru yang
Perintah untuk belajar, menuntut ilmu, dan diniatkan untuk memenuhi tuntutan dunia kerja
mendapatkan pendidikan yang berkualitas agar justru menjadi lahan penghasil sarjana
menjadi manusia yang lebih baik inilah yang pengangguran yang semakin tajam. Data Badan
seharusnya diperhatikan oleh setiap Pusat Statistik (2013) misalnya mencatat bahwa
penyelenggara pendidikan di setiap tingkatnya. tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurut
Pemerintah sendiri sudah menetapkan standar tingkat pendidikan yang ada memang
pendidikan nasional yang mesti dicapai oleh mengalami penurunan, akan tetapi tingkat
setiap bentuk lembaga pendidikan, tidak partisipasi angkatan kerja (TPAK) sendiri juga
terkecuali perguruan tinggi. Standar nasional mengalami penurunan sebesar 0,45 persen
pendidikan yang sudah diatur oleh pemerintah poin.
melalui Kementrian Pendidikan Nasional sendiri Persoalannya kemudian adalah bahwa
mencakup 8 poin utama, yaitu: (1) Standar Isi; kondisi persaingan yang tinggi antar lembaga
(2) Standar Proses; (3) Standar Kompetensi pendidikan, khususnya perguruan tinggi,

92
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

ditambah juga dengan harapan dan tuntutan tinggi yang mampu fokus pada pencapaian apa
masyarakat agar lulusan perguruan tinggi bisa yang sudah ditentukan dalam visi, misi, dan
langsung diterima di dunia kerja, membuat nilai tujuannya. Fokus pada visi berarti fokus pada
praktis dari pendidikan ini lebih menjadi orientasi nilai-nilai yang menjadi pedoman gerak
banyak perguruan tinggi. Di satu sisi, ia tentu manajemen lembaga pendidikan tinggi itu
saja bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi sendiri. Dengan kata lain, seperti disebutkan
masyarakat, sekaligus menjadi daya jual bagi oleh Iyer (2009) manajemen yang tidak
perguruan tinggi bersangkutan jika lulusannya dijalankan secara profesional atau baik, adalah
dibutuhkan oleh dunia kerja. Namun, di sisi lain, manajemen yang “miskin nilai” (lack of values)
orientasi praktis ini membuat perguruan tinggi atau tidak memiliki pedoman dan standar dalam
hanya mampu mencetak lulusan dengan mental menjalankan praktik kelembagaannya.
pekerja, yang sangat bergantung pada kondisi Manajemen yang „miskin nilai‟, menurut Iyer
dunia kerja itu sendiri. Jika terjadi dalam karyanya Managing for Value (2009),
ketidakseimbangan antara kebutuhan dunia umumnya disebabkan oleh beberapa hal, di
kerja dengan lulusan yang dihasilkan, maka antaranya: (1) lack of knowledge and information
angka pengangguran akan semakin tinggi. (kurangnya pengetahuan dan informasi); (2) lack
Akhirnya, kembali kualitas pendidikan dan nilai- of time (waktu yang kurang); (3) poor quality
nilai yang dikandungnya yang disalahkan. (kualitas rendah); (4) poor communication
Lulusan perguruan tinggi sejatinya mampu (komunikasi yang kurang); (5) unrealistic
menjadi manusia yang cakap, kreatif, dan requirements (kebutuhan yang tidak realistik),
mandiri. Lulusan perguruan tinggi tidak sekadar dan lainnya. Oleh karena itu, untuk mengatasi
lulusan yang siap melamar kerja, tapi juga persoalan kemiskinan nilai dalam organisasi,
mampu menciptakan lapangan kerja. Dengan maka manajemen lembaga pendidikan tinggi
kata lain, meski kondisi perekonomian bangsa harus menyadari pentingnya keberadaan dan
menjadi salah satu penyebab tingginya angka peranan nilai ini bagi lembaganya. Nilai bukanlah
pengangguran bagi lulusan perguruan tinggi, sesuatu yang abstrak dan tidak terukur,
namun praktik pendidikan di lembaga melainkan sebuah hubungan yang dibangun
bersangkutan juga ikut menjadi penyebabnya. melalui perbandingan antara berbagai hal
Hal inilah yang semestinya disadari oleh penting dan menjadi tujuan dalam manajemen
segenap pelaksana perguruan tinggi. sebuah organisasi.
Meningkatkan daya jual dengan merubah Lembaga pendidikan yang tidak
orientasi pendidikan, bersinergi dengan dunia mengindahkan pentingnya peranan nilai dalam
kerja, menambah jurusan dan konsentrasi praktik manajemen yang dijalankannya, akan
pendidikan yang lagi dibutuhkan, semua itu kehilangan pedoman dan fokus pada apa yang
memang harus dilakukan oleh setiap perguruan menjadi tujuannya. Karena itu, tidak heran
tinggi, tapi tidak lantas kehilangan nilai-nilai ideal banyak sekali lembaga pendidikan yang belum
dari seharusnya tujuan dan fungsi pendidikan juga sanggup mencapai visi yang sudah
tinggi itu sendiri. dicanangkan sejak lama. Alih-alih mencapai
Jika pada akhirnya banyak perguruan tinggi tujuan yang sudah ditetapkan, lembaga
yang masih belum berhasil mencapai standar pendidikan tinggi justru tidak mampu
pendidikan tinggi yang sudah ditetapkan, atau mempertahankan eksistensinya di tengah
banyak perguruan tinggi yang belum siap untuk tuntutan perubahan dan persaingain perguruan
bersaing baik di tingkat lokal apalagi global, atau tinggi yang semakin sengit.Pentingnya peranan
jika masih banyak perguruan tinggi dengan nilai sebagai landasan bagi praktik manajemen
kualitas yang rendah, maka dapat dipastikan sebuah organisasi, tidak terkecuali perguruan
bahwa hal itu bersumber dari pengelolaan dan tinggi inilah yang harus disadari betul oleh setiap
manajemen perguruan tinggi yang tidak pemangku organisasi. Dalam konteks perguruan
profesional.Perguruan tinggi dengan manajemen tinggi, maka salah satu perguruan tinggi yang
yang baik dan profesional adalah perguruan sedari awal mengusung basis nilai dalam praktik

93
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

manajemennya adalah Universitas Bina akan lebih berusaha untuk menonjolkan nilai-
Nusantara atau biasa dikenal dengan Binus nilai kultural. Begitu pula halnya dengan
University. Nilai, bagi Binus University perguruan tinggi yang dirancang untuk menjadi
merupakan sumber utama yang menjadi perguruan tinggi dengan standar nilai-nilai
pedoman gerak manajemen agar senantiasa universal. Basis nilai ini yang seringkali menjadi
terfokus pada apa yang menjadi tujuannya. Oleh alasan masyarakat untuk memilih lembaga
karena itu, dalam praktiknya, Binus University pendidikan tertentu bagi anak-anak mereka.
mencantumkan empat nilai utama sebagai Fenomena yang terjadi, khususnya dalam
landasan dan pedoman kerja seluruh elemen konteks pendidikan, para orang tua pada
yang terdapat di dalamnya, yaitu: (1) tenacious dasarnya berusaha untuk mendapatkan
focus; (2) freedom to innovate; (3) farsighted; pendidikan yang terbaik untuk anak-anak
dan (4) embrace diversity. Tidak heran, jika pada mereka. Namun, pilihan tersebut tidak semata
akhirnya, Binus University selalu berhasil masuk berdasarkan pada kualitas pendidikan semata,
dalam jajaran perguruan tinggi terbaik di namun juga pada nilai-nilai yang menonjol dari
Indonesia sebagaimana bisa dilihat sebelumnya lembaga pendidikan bersangkutan. Pada titik ini,
dalam tabel pemeringkatan tingkat keunggulan lembaga pendidikan yang bisa memaksimalkan
perguruan tinggi berdasarkan survey basis nilai yang dimilikinya, jelas akan
Webometrics, 4ICU, dan TeSCA. mendapatkan keuntungan dibandingkan yang
Secara umum, setiap organisasi pada lembaga pendidikan yang dijalankan seadanya.
dasarnya akan mewujudkan dan memiliki Berdasarkan pertimbangan atas fenomena
nilainya sendiri, baik yang bersumber dan tersebut, maka wajar kiranya jika basis nilai pada
dibentuk oleh lingkungan kultural, budaya kerja, akhirnya memegang peran penting dalam gerak
ideologi, pemahaman akan cita-cita bersama, dan praktik manajemen sebuah lembaga
sistem dan struktur organisasi, maupun pendidikan. Persoalannya tentu saja adalah
komparasi eksistensi dan produk lembaga tinggal bagaimana lembaga pendidikan tersebut
dengan yang lainnya. Akan tetapi, dalam mampu membuat nilai-nilai yang dirumuskannya
konteks pemanfaatan nilai-nilai tersebut guna menjadi bagian integral dari seluruh kesadaran
kepentingan praktis manajemen, jarang sekali dan gerak setiap unsur yang ada dalam dirinya.
lembaga yang bisa melakukannya dengan baik. Bagaimana seluruh unsur mulai dari staf
Tidak heran jika akhinya sering ditemukan fakta fungsional, pejabat, tenaga pengajar, hingga
bahwa banyak perguruan tinggi yang masih mahasiswa atau anak didiknya mampu
menjalankan manajemennya secara asal-asalan. menyerap dan memahami nilai-nilai tersebut,
Pemanfaatan basis nilai bagi kepentingan sehingga setiap individu bisa bekerja secara
manajemen sebuah organisasi inilah yang maksimal dan sarat nilai. Hal inilah yang
membedakan, dalam hal ini Binus University, mendorong Binus University untuk
dengan lembaga pendidikan tinggi lainnya. mencantumkan empat nilai utama sebagai
Dalam konteks pemanfaatan basis nilai bagi landasan gerak organisasi dan acuan budaya
manajemen perguruan tinggi, sebenarnya kerja dan belajar yang dimilikinya. Hal ini pula
hampir setiap perguruan tinggi memiliki basis yang akhirnya membedakan antara Binus
nilainya sendiri. Hal ini dikarenakan setiap University dengan perguruan tinggi unggulan
perguruan tinggi memiliki visi yang dirumuskan sejenis, seperti Universitas Gunadarma, atau
selaras dengan kepentingan dan cita-cita yang Universitas Komputer Indonesia, sebagai
didasarkan baik pada tujuan pendidikan tertentu, lembaga pendidikan tinggi dengan tawaran
afiliasi dengan ideologi tertentu, budaya dan pilihan program studi yang tidak jauh berbeda.
lokalitas tertentu, dan lain sebagainya. Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan
Perguruan tinggi dengan afiliasi pada agama oleh penulis, apa yang menarik dari Binus
tertentu, Islam misalnya, akan memiliki basis sendiri adalah bagaimana manajemen
nilai yang berbeda dengan perguruan tinggi organisasi yang dijalankannya selalu didasarkan
umum. Perguruan tinggi yang menjadi ikon lokal pada nilai-nilai ideal yang menjadi panduan bagi

94
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

gerak lembaga. Visi Binus University yang pengangguran. Nilai-nilai tersebut melebihi hal-
berusaha menjadi A World Class University, in hal praktis seperti itu.
continous pursuit of innovation and enterprise, Selain itu, cara Binus University dalam
betul-betul diterjemahkan dalam bentuk merumuskan sasaran sebagai derivasi atas visi
infrastruktur pendidikan dan penghargaan yang dan misi yang ditetapkannya, selalu
berhasil diraihnya. Meski begitu, berbeda dibahasakan dalam konteks praktis. Ini misalnya
dengan lembaga pendidikan tinggi lain, Binus tampak pada beberapa sasaran pendidikan yang
University dalam gerak manajemennya juga ingin dicapai oleh Binus University, di antaranya:
memasukkan nilai-nilai utama yang menjadi (1) setiap satu dari tiga orang lulusan Binus
fondasi manajemen dan praktik pendidikan di University menjadi enterpreneur atau bekerja di
dalamnya. Nilai-nilai tersebut adalah: (1) perusahaan multinasional dalam kurun waktu 6
Tenacious focus, adanya komitmen dan bulan setelah kelulusan; (2) menciptakan 25
keteguhan dalam upaya untuk mencapai tujuan bentuk properti intelektual yang terdaftar (hak
yang sudah ditetapkan; (2) Freedom to innovate, cipta) setiap tahunnya; (3) 20 persen mahasiswa
adanya kebebasan berkreasi, berinovasi, dan aktif mendapatkan pengalaman internasional
tentu saja berorientasi pada spirit kesuksesan; dalam masa studinya; dan lainnya. Perumusan
(3) Farsighted, berbagi pandangan, mengambil sasaran dalam bentuk dan bahasa praktis
tindakan yang diperlukan dalam melihat peluang seperti ini jelas memudahkan Binus untuk
di depan; (4) Embrace diversity, merayakan mengukur tingkat keberhasilannya.
perbedaan dan keragaman dalam konteks Berdasarkan pada kondisi di atas, dapat
kesuksesan bersama. dikatakan bahwa Binus University sendiri tentu
Pencantuman nilai-nilai tersebut merupakan belumlah maksimal dalam upayanya untuk
cerminan kesungguhan upaya Binus University mencapai cita-citanya menjadi perguruan tinggi
untuk menerapkan basis nilai dalam berkelas internasional. Ada banyak hal yang
perjalanannya mencapai visinya sebagai “a harus dibenahi oleh manajemen Binus
world class university”. Dalam konteks University, terutama yang berkaitan dengan sisi
maksimalisasi basis nilai ini pula, maka Binus kelemahan yang dimilikinya. Akan tetapi, dengan
University memiliki perbedaan yang mendasar adanya kesadaran tentang basis nilai yang terus
dengan perguruan tinggi lainnya. Empat nilai ditanamkan pada setiap individu yang terlibat di
tersebut juga yang menjadi asas bagi Binus Binus University, maka seharusnya kelemahan
University dalam melaksanakan berbagai dan tantangan tersebut bisa dihadapi. Hal ini
macam program pendidikan dan manajemen bisa dibuktikan dari keberhasilan Binus
kelembagaannya. Dengan adanya nilai yang University untuk meraih standar internasional
pada akhirnya terlembagakan dalam gerak manajemen kelembagaan, sekaligus menjadi
manajemen dan organisasi secara keseluruhan, pilihan banyak kalangan yang bisa dilihat dari
maka bagi Binus University yang terpenting jumlah pelamar untuk menjadi mahasiswa di
adalah menjaga nilai-nilai tersebut. Sehingga Binus University.
siapapun yang berada di dalamnya akan ikut Dengan demikian, poin utama yang
terpacu dan bergerak dengan berlandaskan kemudian menjadi keunggulan Binus University
pada nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai ini pula yang untuk terus bertahan dan berada di garis depan
menjadi acuan kesadaran akan perlunya dalam arena persaingan pendidikan tinggi
membuat sinergi antara Binus University sebagai tersebut adalah kesadaran akan pentingnya
lembaga pendidikan dengan beberapa peranan dan basis nilai bagi manajemen
perusahaan sebagai mitra kerja yang nantinya lembaganya. Nilai-nilai ini bagi Binus University,
berguna bagi lulusan Binus sendiri. Pendidikan haruslah diciptakan, dibentuk, dan dikelola
dan manajemen organisasi berorientasi pada seiring pertumbuhan organisasi dalam mencapai
nilai ini pula yang membuat Binus University visinya. Nilai-nilai tersebut juga harus
tidak melulu terfokus pada perihal kerja atau ditanamkan dan dihasilkan dari kerja keras
bagaimana agar lulusannya tidak menjadi segenap unsur manajemen Binus dalam kurun

95
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

waktu yang lama, serta keseriusan masing- pada lembaga publik (non-profit), seperti
masing personal lembaga untuk mewujudkan perguruan tinggi, sebagaimana dijelaskan oleh
visi dan misi yang sudah ditetapkan.Dengan kata Samuel C. Weaver & J. Fred Weston dalam
lain, terdapat upaya manajemen lembaga untuk “Implementing Value Based Management”
menciptakan, mengelola, dan meningkatkan (2003), seharusnya lebih diarahkan pada
nilai-nilai keunggulan dari waktu ke waktu, atau bagaimana upaya lembaga memajukan nilai-nilai
secara umum dikenal dengan istilah manajemen stakeholder (nilai-nilai keunggulan abstrak yang
berbasis nilai (value based management). tidak semata bersifat ekonomis) seperti
Manajemen berbasis nilai ini, sebagaimana penggunaan VCI (Value Creation Index). Secara
dijelaskan oleh Philippe Haspeslagh dalam ringkas, dapat dikatakan bahwa manajemen
“Managing for Value, It’s not Just About The berbasis nilai ini, dengan menepikan perbedaan
Number” (2001) merupakan suatu bentuk filosofi konteks penggunaannya,akan menentukan
manajemen yang praktiknya diarahkan pada tingkat keberlanjutan keunggulan kompetitif yang
praktik penciptaan nilai (value creation) dan dimiliki oleh sebuah lembaga atau organisasi,
pengelolaan nilai (value management). Melalui baik itu lembaga privat (profit) maupun lembaga
praktik ini, maka diharapkan sebuah lembaga publik (non-profit).
atau organisasi bisa memiliki nilai-nilai Dalam konteks Binus University, basis nilai
keunggulan yang pada akhirnya akan bagi manajemen ini dibangun dari kesadaran
menghasilkan daya saing yang tinggi pada akan pentingnya peranan nilai tersebut dalam
lembaga atau organisasi tersebut. Manajemen membangun kinerja manajemen itu sendiri.
nilai yang baik akan melahirkan daya saing Meski demikian, pencantuman nilai-nilai tertentu
berdasarkan keunggulan-keunggulan yang sebagai pedoman gerak manajemen lembaga,
diciptakan dan dikelola secara berkelanjutan. tidak dengan sendirinya menjadikan Binus
Ham dan Hayduk dalam “Value-based Business University bisa menutupi berbagai kelemahan
Strategy” (2003) juga mengungkapkan bahwa yang masih ada. Persoalan utama dari
terdapat tiga faktor yang mesti menjadi acuan penggunaan basis nilai bagi manajemen ini
dalam mengembangkan daya saing sebuah umumnya terletak pada konsistensi atas
organisasi, termasuk dalam hal ini perguruan penciptaan dan pengelolaan nilai-nilai yang ada.
tinggi, yakni: (1) service quality atau kualitas Manajemen berbasis nilai (value based
pelayanan dan kinerja yang diberikan oleh management) dalam konteks lembaga publik
lembaga atau organisasi bersangkutan terhadap seperti umumnya lembaga pendidikan tinggi,
segenap stakeholder-nya; (2) customer harus dimaknai sebagai upaya untuk
satisfaction atau kepuasan konsumen terhadap menyeimbangkan antara tuntutan bisnis dan
produk dan jasa yang diberikan pada mereka; idealisme pendidikan itu sendiri. Pada titik ini,
dan (3) behavioral intentions atau Binus University sebagaimana umumnya
kecenderungan dan tindakan dari lembaga perguruan tinggi swasta lainnya seringkali masih
bersangkutan dalam menjalankan praktik terjebak dalam tuntutan untuk memperkuat
manajemennya. eksistensinya, dan belum secara utuh
Dalam penerapannya, manajemen berbasis menjalankan fungsi tri darma dari perguruan
nilai ini seringkali dibedakan praktiknya tinggi itu sendiri.Beberapa persoalan lainnya
berdasarkan karakteristik lembaga terkait penerapan basis nilai dalam praktik
bersangkutan. Praktik manajemen berbasis nilai manajemen yang dijalankan oleh Binus
pada lembaga privat (profit), sejauh ini University ini antara lain adalah: (1) Binus
didominasi oleh konsepsi manajemen berbasis University lebih dikenal sebagai kampus bagi
nilai yang diarahkan untuk mengukur nilai-nilai kalangan tertentu, eksklusif, dan memiliki biaya
profit organisasi (nilai-nilai shareholder) melalui pendidikan yang tinggi. Hal ini jelas berhaluan
penggunaan metode-metode seperti EVA dengan salah satu nilai yang diusungnya, yaitu:
(economic value added), ROI, dan lainnya. “embrace diversity” (merangkul perbedaan) yang
Sementara praktik manajemen berbasis nilai berarti Binus University harusnya lebih terbuka

96
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

kepada publik dan memperbaiki citra negatifnya tersebut berkaitan erat dengan pemanfaat basis
sebagai kampus yang eksklusif.(2) Visi Binus nilai bagi praktik manajemen yang dijalankannya
University untuk menjadi “a world-class yang tidak semata berorientasi pada profit (nilai-
university” adalah sebuah visi yang besar. Ia nilai shareholder), melainkan lebih pada nilai-
membutuhkan kerja keras dari seluruh elemen nilai keunggulan abstrak, seperti daya tarik
Binus University untuk mewujudkannya. Namun, lembaga, kekuatan lembaga di tengah
jika melihat posisi Binus University yang terus persaingan, kemampuannya dalam memenuhi
mengalami kemunduran dalam pemeringkatan kepercayaan masyarakat dan ekspektasi dunia
perguruan tinggi unggulan berdasarkan survey kerja, maupun bagaimana ia mampu
yang dilakukan oleh Webometrics, 4ICU, menciptakan suatu bentuk “mitos” tentang
ataupun TeSCA, maka ia seolah menegaskan keunggulannya yang mengakar di masyarakat,
bahwa manajemen Binus University belum dan lainnya. Penelitian ini diajukan oleh penulis
sepenuhnya siap untuk hal tersebut. Maka, dalam rangka mencari jawaban dan untuk
bagaimana peranan nilai dalam praktik menganalisa serta mengkaji lebih lanjut
manajemen di Binus University harus dianalisa bagaimana basis nilai dalam praktik manajemen
ulang; apakah ia sudah diberdayagunakan ini diterapkan oleh Binus University, sekaligus
dengan baik atau sebaliknya, terutama merumuskannya dalam konsep manajemen
dampaknya pada tingkat keunggulan bersaing berbasis nilai yang lebih ditujukan pada
(competitive advantages) Binus University di kepentingan stakeholder lembaga yang selama
masa mendatang terutama jika dibandingkan ini jarang dibahas, khususnya dalam kajian
dengan lembaga pendidikan tinggi unggulan manajemen berbasis nilai (value based
lainnya dengan konsep yang berbeda. (3) Basis management).
nilai bagi manajemen dalam teorinya merupakan
upaya yang melibatkan seluruh elemen METODE
organisasi, masyarakat, pemerintah, dan seluruh
stakeholder lembaga itu sendiri untuk Mengkaji dan menganalis persoalan nilai
menciptakan dan mengelola nilai-nilai yang terus sebagai sesuatu yang abstrak jelas memiliki
berkembang seiring tuntutan perubahan. Praktik persoalan tersendiri. Pendekatan yang
penciptaan dan pengelolaan ini bahkan harus umumnya digunakan untuk menganalisis
terus diiringi pula dengan evaluasi berkala atas persoalan nilai ini biasanya adalah mereduksi
nilai-nilai tersebut. Dalam konteks Binus nilai dalam kuantifikasi tertentu sehingga bisa
University, maka ia berarti sebuah proses yang diukur secara rinci. Hal ini tentu bertentangan
tidak semata berkaitan dengan manajemen dengan tujuan dari penelitian yang ingin
Binus sendiri, melainkan ia adalah proses yang dilakukan oleh penulis, yakni memperoleh
melibatkan segenap stakeholder pendidikan gambaran lengkap dan holistik bagaimana peran
tinggi pada umumnya. Pada titik inilah, nilai yang abstrak tersebut sebagai basis bagi
diperlukan analisa yang mendalam tentang praktek manajemen sekaligus menjadi tujuan
bagaimana upaya Binus University dalam akhir dalam bentuk keunggulan bersaing
menerapkan basis nilai dalam praktek berkelanjutan (sustainable competitive
manajemen lembaganya. advantage) lembaga. Oleh karena itu,
Berdasarkan poin-poin di atas pula, maka pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini
peneliti tertarik untuk melakukan analisa dan adalah pendekatan kualitatif.
penelitian yang lebih mendalam, agar bisa Pendekatan kualitatif sendiri lebih dipilih
didapatkan kerangka konseptual yang tepat karena pendekatan ini memiliki keluwesan dan
hingga bisa diterapkan pada lembaga menawarkan kebebasan lebih bagi peneliti untuk
pendidikan tinggi lainnya. Penulis sendiri mengadakan interaksi langsung dan terlibat aktif
memiliki ketertarikan yang besar terhadap dalam mengumpulkan informasi tentang yang
fenomena keunggulan yang dimiliki Binus ditelitinya. Peneliti memegang peranan sentral,
University, terutama bagaimana keunggulan karena olah data dilakukan dengan cara

97
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

interpretasi atas informasi yang diterima, yang informan akan menghubungkan peneliti dengan
dengan demikian peneliti bisa mencari kaitan, orang-orang dalam jaringan sosialnya yang
hubungan, efek, akibat, antara data yang cocok dijadikan sebagai narasumber penelitian,
diterima, pengalaman penulis, teori, serta demikian seterusnya (Minichielo, 2009).
fenomena yang disaksikan di lapangan. Selain Merujuk pada explanatory study, maka
itu, pendekatan kualitatif ini memiliki beberapa teknik analisisnya juga lebih mengarah pada
karakteristik utama yang sesuai dengan explanatory, yang mana akan banyak dilakukan
kebutuhan penulis dalam penelitian ini. analisis dan penjelasan serta data yang didapat
Karakteristik penelitian kualitatif sendiri selama peneltian dilakukan, berikut adalah garis
sebagaimana dijelaskan oleh Bogdan & Biklen besar teknik analisis yang dilakukan melalui
(1982: 17-30), meliputi: (1) Sumber data beberapa tahapan mulai dari menyeleksi data
langsung dalam situasi yang wajar, dimana berdasarkan relevansi proposisi yang telah
peneliti menjadi instrumen utama, (2) bersifat ditetapkan; kemudian dilakukan triangulasi pda
deskriptif, (3) mengutamakan proses daripada saat pengumpulan data, sehingga data yang
produk atau hasil, (4) analisis data secara dikumpulkan benar valid dan terpercaya.
induktif, dan (5) mengutamakan makna.
Penelitian dengan menggunakan HASIL dan PEMBAHASAN
pendekatan kualitatif, seperti disebutkan
sebelumnya, pada dasarnya berupaya untuk Proposisi Satu:Nilai memegang peranan
mencari penjelasan yang bersifat deskriptif, dan penting dalam praktik manajemen yang
menguji teori yang digunakan secara lebih dijalankan oleh Binus University
mendalam berdasarkan temuan dan interpretasi Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa
atas data yang ada di lapangan. Dalam konteks Binus University sedari awal sudah menganggap
tersebut, penelitian ini juga berupaya membuat penting persoalan nilai ini dalam praktik
deskripsi yang menjelaskan perihal basis nilai manajemen dan praktik pendidikan yang
dalam praktek manajemen atau manajemen dijalankannya. Berdasarkan pada hasil
berbasis nilai dalam kerangka yang utuh dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
holistik. Secara teoritis, penelitian ini sesuai informan kunci (key informan) atau responden
dengan bentuk explanatory research, yang yang terkualifikasi, diperoleh beberapa
berusaha mencari jawaban atas fenomena yang penjelasan terkait pentingnya peranan nilai
dihadapi berdasarkan pada teori sebagai dalam praktik manajemen di Binus University.
kerangka kriteria untuk jawaban tersebut. Hal ini ditandai dengan beberapa perihal berikut:
Terkait dengan jenis penelitian yang bersifat Pencantuman empat nilai utama dalam profil
single case researchyang dipilih oleh peneliti, lembaga Binus University setelah visi dan misi,
dan didasarkan pada fenomena dan berbagai yakni: (1) tenacious focus; (2) freedom to
fakta yang terjadi saat ini,maka dalam penelitian innovate; (3) farsighted; dan (4) embrace
ini digunakan teknik Snowball Sampling yang diversity. Empat nilai ini merupakan derivasi dari
dilakukan secara berantai dengan meminta visi Binus University itu sendiri yang ingin
informasi pada orang yang telah diwawancarai menjadi a world-class university.
atau telah dihubungi sebelumnya, demikian Binus University sedari awal sudah
seterusnya (Poerwandari, 2007).Snowball menyadari pentingnya persoalan nilai ini sebagai
Samplingsendiri merupakan salah satu metode landasan dan pedoman bagi praktik manajemen
yang paling umum digunakan (Minichiello, 2009). dan praktik pendidikan yang terdapat di
Melalui teknik snowball subjek atau sampel dalamnya. Karena itu, setiap elemen yang
dipilih berdasarkan rekomendasi orang ke orang menjadi bagian dari Binus University diwajibkan
yang sesuai dengan penelitian dan adekuat untuk memiliki karakter Binusian, yang disebut
untuk diwawancarai (Patton, 2002). Teknik ini sebagai Binusian yang Smart and Good. Lima
melibatkan beberapa informan yang aspek kompetensi Binusian yang smart and
berhubungan dengan peneliti. Kemudian good ini, adalah: (1) kompetensi dalam bidang

98
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

ilmunya dan spesifik kepada peminatan; (2) harus dianggap sebagai cara Binus University
memiliki learning habit, yang dibudayakan meluaskan pandangannya, cita-citanya, hingga
melalui Multi Channel Learning; (3) memiliki tindakan dan segenap kebijakan yang
karakter baik dan soft skills yang dipelajari dan diambilnya. Hal ini pula yang membuat
terinternalisasi melalui kelompok mata kuliah “farsighted” menjadi salah satu nilai yang
Character Building, kapita selekta, seminar, dicantumkan oleh Binus University sebagai nilai
mengamalkan budaya mutu, nilai-nilai, etos kerja yang harus dimiliki untuk mewujudkan visinya
Binus dan menjalani peraturan dan kedisiplinan tersebut.
selama masa pendidikan dan pembelajaran di Selain itu, untuk menjadikan dirinya
Binus University; (4) kemampuan enterpreneur perguruan tinggi berkelas internasional, Binus
dan intrapreneur, melalui mata kuliah University harus bersifat terbuka, berdiri untuk
enterpreneurship dan pembelajaran serta dan di atas semua golongan, etnis, suku bangsa,
pelatihan pada unit kerja CforE (Center for kelompok, agama, dan tidak terbatasi oleh
Enterpreneurship); dan (5) kemampuan sekat-sekat tertentu lainnya. Merayakan
menggunakan Teknologi Informasi, yang perbedaan (embrace diversity) harus diwujudkan
dipelajari melalui kelompok mata kuliah dalam bentuk tindakan yang memberikan
Teknologi Informasi dan penggunaan segala peluang yang sama bagi semua orang yang
fasilitas administrasi, serta fasilitas ingin menjadi bagian dari Binus University
pembelajaran.Apa yang bisa ditangkap dari (Binusian).
kompetensi wajib bagi Binusian ini dapat Pencantuman nilai-nilai yang diderivasikan
diartikan bahwa ada nilai-nilai tertentu yang ingin dari visi dan misi Binus University tersebut
diusung oleh Binus University. Nilai-nilai inilah sebenarnya, seperti dijelaskan oleh responden
yang nantinya menjadi karakter seorang yang diwawancara oleh peneliti, merupakan
Binusian. pengembangan dari nilai-nilai sebelumnya,
Dalam penjelasannya, terkait peranan nilai seperti sense of belonging, trust in God, dan
tersebut, dikatakan bahwa Binus University lainnya.Dengan kata lain, pencantuman nilai
mencantumkan empat nilai utama sebagai dalam konteks pengembangan kelembagaan
landasan gerak dan pedoman praktik bagi sudah lama dilakukan oleh Binus University.
manajemen dan pendidikan yang dijalankannya Adapun pencantuman empat nilai utama sebagai
tersebut, diolah dari nilai-nilai yang dianggap landasan gerak bagi manajemen dan elemen
bisa mewakili visi dari Binus University sendiri, personal di dalamnya seperti disebutkan di atas,
yakni untuk menjadi a world-class univerisity. adalah penyempurnaan atas nilai-nilai
Binus University menyadari bahwa untuk sebelumnya.Ia bukan menghilangkan nilai-nilai
menjadi perguruan tinggi berkelas internasional, yang sudah ada, melainkan nilai-nilai tersebut
bukan perkara yang mudah. Ia memerlukan sudah tercantum dalam empat nilai yang
persistensi dan upaya yang terfokus untuk diberlakukan sejak tahun 2007.
mencapainya (tenacious focus). Ia juga Berdasarkan pada visi global tersebut, Binus
membutuhkan budaya akademik yang University dari jauh-jauh hari sudah menerapkan
memberikan kebebasan dalam berinovasi praktik manajemen modern. Binus University
(freedom to innovate), sehingga bisa memiliki struktur kepengurusan, kelembagaan,
menghasilkan penelitian yang bermanfaat bagi kebijakan, dan lainnya sebagaimana lazimnya
masyarakat banyak. Binus University juga sebuah organisasi atau perusahaan. Secara
dituntut untuk menyadari betul bahwa lebih khusus, Binus University menerapkan apa
persaingain yang ada antar lembaga pendidikan yang disebut dengan SODA (Sentralisasi
tinggi, bukan lagi dengan perguruan tinggi lokal, Operasi Desentralisasi Akademik). Dengan
namun dengan perguruan tinggi level global SODA ini, maka setiap program studi memiliki
yang sudah mapan dan berhasil menunjukkan keluasan untuk mengembangkan kurikulum atau
eksistensinya selama puluhan bahkan ratusan kebijakannya sendiri. Sehingga masing-masing
tahun. Oleh karena itu, memiliki visi seperti ini, program studi bisa saja berbeda, sesuai dengan

99
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

kebutuhan dan tuntutan perubahan itu sendiri. Forces dari Michael E. Porter (2008). Model ini
Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, itu semua merupakan suatu perangkat yang digunakan
tersentralisasi. Ada manajemen pusat yang untuk menganalisa tingkat attractiveness atau
mengatur dan mengontrol kegiatan penjadwalan nilai dalam struktur industri. Analisis ini dibuat
akademik, seperti registrasi, praktikum, ujian, dengan mengidentifikasi 5 kekuatan (forces)
pembinaan bimbingan akademik, kontrol prestasi kompetitif utama, yaitu:
akademik, yudisium, dan lainnya. Singkatnya, a. Entry of Competitors; bagaimana
semua pelaksanaan pada dasarnya bersifat munculnya pesaing baru dalam lingkup
terpusat, akan tetapi perihal pengemasan kompetisi yang sudah ada baik dengan model
produk, diserahkan pada masing-masing sub- yang sama ataupun berbeda. Ancaman dari
unit dari manajemen Binus University, dalam hal adanya pesaing baru ini biasanya bergantung
ini program studi yang ada. pada hal-hal berikut: 1) skala ekonomis
Berdasarkan sistem manajemen seperti itu, (economies of scale); 2) berbagai kebutuhan dan
maka Binus University sebenarnya ingin persyaratan modal atau investasi
menegaskan bahwa kebijakan yang (capital/investment requirements); 3) biaya
tersentralisasi sekaligus memberikan peluang pergantian konsumen (customer switching
bagi sub-unit lembaga untuk mengembangkan costs); 4) adanya akses pada corong distribusi
kebijakannya sendiri. Dengan demikian ada nilai- industri (access to industry distribution
nilai kelembagaan yang tetap dipertahankan, channels); 4) akses teknologi (access to
sekaligus dikemas dengan kebijakan yang technology) yang memadai; 5) loyalitas pada
diperluas pada tingkat program studi. produk dari konsumen (brand loyalty); 6) retaliasi
dari para pemain dalam industri tersebut; 7)
kebijakan pemerintah (government regulations),
Proposisi Dua:Penciptaan nilai (value
seperti apakah pesaing atau pemain baru
creation) merupakan proses awal dalam
mendapatkan subsidi?.
praktik Manajemen Berbasis Nilai yang
b. Threat of subtitutes; bagaimana sebuah
terdapat di Binus University
produk atau jasa bisa berubah dan terganti, baik
Praktik penciptaan nilai oleh manajemen di
kualitas, harga, maupun jenisnya. Ancaman dari
suatu lembaga merupakan sebuah praktik
produk pengganti ini bergantung pada beberapa
panjang yang melibatkan seluruh anasir
hal berikut: 1) kualitas, apakah produk pengganti
organisasi, baik stakeholder maupun
tersebut lebih baik dari produk sebelumnya?; 2)
shareholder-nya. Pendiptaan nilai ini juga
keinginan atau minat pembeli terhadap barang
merupakan proses yang sangat berkaitan
pengganti tersebut; 3) performa dan harga dari
dengan budaya organisasi, perkembangan
barang pengganti; dan 4) biaya pergantian
struktur manajemen, kebijakan dan regulasi
produk atau barang.
yang ada dalam organisasi, maupun bagaimana
c. Bargaining power of buyers; seberapa
seluruh pihak dalam organisasi menafsirkan visi,
kuat posisi pembeli, bisakah mereka
misi, tujuan, falsafah, hak, dan kewajiban yang
bekerjasama dalam pembelian volume produk
sudah ditetapkan.
yang besar? Daya tawar dari pembeli ini
Terkait proses penciptaan nilai, secara
umumnya bergantung pada: 1) konsentrasi
konseptual ada banyak alternatif yang bisa
pembeli (concentration of buyers), apakah
dilakukan oleh manajemen sebuah organisasi,
terdapat pembeli atau penjual yang dominan
terutama melalui inovasi, perubahan strategi,
dalam industri?; 2) diferensiasi (differentiation),
maupun implementasi segenap visi, misi, dan
apakah produk yang ada sudah mencapai
sasaran yang dimilikinya secara gradual.
standar?; 3) keuntungan pembeli (profitability of
Namun, satu hal terpenting yang mesti dilakukan
buyers), apakah pembeli tersebut dipaksa untuk
sebelum itu semua adalah pemahaman akan
membeli produk yang ada?; 4) peran kualitas
kondisi dan posisi kekinian dari organisasi atau
dan layanan (role of quality and service); 5)
perusahaan. Untuk bisa melakukan hal tersebut,
ancaman dari integrasi ke depan dan belakang
salah satu cara adalah menerapkan model Five

100
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

pada industri; dan 6) biaya pertukaran (switching “pemerintah” (goverment). Daya yang terakhir ini
cost), apakah mudah bagi pembeli untuk mau tidak mau harus diakui memiliki pengaruh
mengganti atau menukar pemasok mereka. yang signifikan terhadap pertumbuhan dan
d. Bargaining power of suppliers; seberapa perkembangan sebuah organisasi atau
kuat posisi penjual, apakah terdapat banyak perusahaan. Kebijakan-kebijakan yang
pemasok barang ataukah hanya sedikit, ataukah dikeluarkan oleh pemerintah bisa membawa
terjadi monopoli? Daya tawar pemasok ini dampak yang sangat memengaruhi pengambilan
seperti halnya daya tawar pembeli juga putusan dalam konteks organisasi dan
bergantung pada beberapa hal berikut: 1) lingkungan bisnis, baik mikro maupun makro.
konsentrasi pemasok (concentration of Model Five Forces dari Porter ini dalam
suppliers), apakah terdapat pembeli atau penjual konteks upaya menjadikan nilai sebagai basis
yang dominan dalam industri?; 2) branding, dari praktik manajemen pada dasarnya dapat
apakah merk pemasok tersebut cukup kuat?; 3) digunakan untuk proses penciptaan nilai-nilai
keuntungan pemasok (profitability of suppliers), dalam sebuah organisasi atau perusahaan.
apakah para pemasok dipaksa untuk Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses
meninggikan harga oleh lingkungan?; 4) penciptaan nilai-nilai harus dimulai dari
pemasok dapat mengancam dunia industri penentuan nilai-nilai apa yang diinginkan untuk
seperti mendirikan outletnya sendiri; 5) pembeli menjadi landasan gerak sebuah organisasi atau
tidak mengancam para pemasok; 6) peran dan perusahaan. Pemahaman akan posisi dan
aturan kualitas dan pelayanan; 7) industri kekuatan yang ada dalam sebuah organisasi
bukanlah kunci kelompok pelanggan pada atau perusahaan dapat membantu dalam
pemasok; 8) biaya pertukaran (switching costs) menetapkan nilai-nilai tersebut.
apakah para pemasok mudah dalam Temuan penelitian yang ada berdasarkan
mendapatkan pelanggan baru?. wawancara dengan responden yang dilakukan
e. Rivalry among the existing players; oleh peneliti, menyatakan bahwa proses
apakah terdapat kompetisi yang kuat antara penciptaan nilai (value creation) sudah lama
perusahaan-perusahaan yang ada? Adakah dilakukan oleh Binus University.Penciptaan nilai
salah satu di antaranya yang cukup dominan ini sudah terkandung mulai dari proses
yang mengungguli yang lain? Intensitas perumusan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan,
persaingan ini biasanya bergantung pada hal-hal prosedur, serta setumpuk regulasi akademik,
berikut: 1) struktur kompetisi, persaingan akan kegiatan belajar-mengajar, dan praktik
semakin intens dan sengit jika terdapat banyak manajemen secara keseluruhan.
kompetitor yang sepadan, dan persaingan akan
semakin kurang jika dunia industri memiliki Proposisi Tiga:Pengelolaan nilai (value
pimpinan pasar (market leader); 2) struktur biaya management) adalah upaya untuk
industri; 3) derajat diferensiasi produk, industri memelihara, menjaga, dan melembagakan
dengan produk yang menjadi komoditas nilai sebagai cita ideal dan pedoman bagi
biasanya memiliki pesaing yang banyak; 4) biaya praktik manajemen di Binus University
pertukaran (switching costs); dan 5) sasaran- Seperti diketahui, penciptaan nilai semata
sasaran strategik (strategic objectives). tidaklah cukup untuk menjadikan nilai sebagai
Model kekuatan kompetitif (competitive basis bagi praktik manajemen dalam sebuah
forces) dari Porter ini mungkin merupakan salah organisasi. Diperlukan adanya proses
satu model yang paling sering dijadikan pengelolaan nilai (managing value) yang bisa
perangkat strategik bagi sebuah organisasi menjamin bahwa nilai-nilai yang terdapat dalam
untuk memahami posisi dan kondisinya dalam praktik manajemen sebuah lembaga atau
konteks persaingan yang sengit. Sebagai perusahaan tetap berjalan dengan baik.
tambahan, terdapat satu kekuatan lagi yang Sebuah lembaga atau perusahaan yang bisa
sering dirujuk sebagai kekuatan ke-enam dari melakukan proses penciptaan nilai (creating
lima kekuatan (forces) Porter tersebut, yakni value) baik melalui inovasi, derivasi visi pada

101
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

setiap gerak manajemen lembaga atau Pertama, pihak manajemen harus bisa
perusahaan, ataupun melalui value creating menunjukkan komitmen mereka untuk
activities sebagaimana tergambar pada matriks mengelola nilai (managing value) yang terdapat
dalam bahasan teoritis tentang nilai, akan dalam perusahaan. Komitmen ini harus terlihat
menjadi lembaga atau perusahaan sarat nilai. dalam setiap uraian operasional yang dinyatakan
Lebih dari itu, jika proses penciptaan nilai ini bisa oleh pihak manajemen dalam menjalankan
dilanjutkan dengan proses pengelolaan organisasi atau perusahaan. Komitmen pihak
(managing value) yang baik juga, maka ia manajemen terhadap upaya pengelolaan nilai ini
bahkan bisa menjadi lembaga atau perusahaan bisa mengambil berbagai bentuk, di antaranya:
pembawa nilai bagi yang lain. Salah satu 1) Incorporating the managing for value
perusahaan yang bisa melakukan hal tersebut approach throughout the organisation;
misalnya adalah Apple Inc. Perusahaan 2) Integrating it as a supplement and
teknologi yang dipimpin oleh Steve Jobs ini complement to the management techniques
mampu menciptakan nilai-nilai mereka sendiri already instituted in the company; training and
dan membuat para konsumennya juga building skills in the technique - initially, all
merasakan dan memiliki nilai-nilai yang dibawa Managers and decision makers, then all key
oleh Apple tersebut. Semboyan “Think different” personnel, and lastly, covering every employee;
seolah menjadi kebanggan tersendiri bagi para 3) Organising and overseeing value
pengguna produk dan jasa Apple, bahwa management projects, as a routine; and
“inovasi” sebagai nilai yang dibawa oleh Apple appraising and appropriately rewarding
menjadi identitas baru bagi para konsumennya. accomplishments.
Perusahaan ini merupakan contoh sukses 4) A prestudy is recommended. Here the
bagaimana nilai bisa menjadi basis dalam praktik senior management can collect and clarify their
manajemen yang dijalankan. thinking. It will prevent the Team from chasing
Secara umum, praktik pengelolaan nilai every issue they fancy when working on the
sebenarnya merupakan tanggungjawab seluruh projects. (S.S. Iyer, 2009:162)
bagian atau lini manajemen yang terdapat dalam Kedua, pihak manajemen mesti
sebuah organisasi atau perusahaan. mengintegrasikan upaya pengelolaan nilai
Bagaimanapun, sukses atau tidaknya rencana (managing value) dengan berbagai teknik
organisasi atau perusahaan dalam upayanya manajemen.
untuk mencapai visinya, sangat bergantung
pada sejauhmana tingkat profesionalitas dan Proposisi Empat:Manajemen berbasis nilai
keberhasilan setiap lini dalam mencapai target memiliki dampak yang besar terhadap tingkat
yang sudah ditetapkan. Dalam konteks keunggulan bersaing berkelanjutan
perguruan tinggi, hal ini berarti bergantung tidak (sustainable competitive advantage) Binus
hanya pada tingkat manajemen puncak University
(kepemimpinan rektor) yang ada, tapi juga Persaingan adalah hal yang tidak terelakkan
menjadi bagian tanggungjawab dari unit dalam konteks kemajuan teknologi informasi dan
lembaga terkecil, yakni program studi (jurusan) komunikasi seperti sekarang ini. Ada banyak
yang ada di perguruan tinggi bersangkutan. perguruan tinggi yang menawarkan produk dan
Keterlibatan semua lini dalam praktik warna baik yang sama ataupun yang berbeda
pengelolaan nilai ini, sebagaimana ditekankan sebagai cara agar terus kompetitif di tengah
oleh Iyer dimaksudkan agar pengelolaan nilai persaingan tersebut. Bagi Binus University
menjadi bagian dari fungsi semua elemen yang sendiri, persaingan tersebut tidak lagi dalam
terlibat dalam gerak manajemen sebuah konteks dan skala lokal, melainkan global. Hal ini
organisasi. Berikut adalah beberapa langkah mengingat visi Binus University yang ingin
yang bisa dilakukan dalam upaya managing menjadi world-class university, maka dengan
value tersebut. sendirinya, persiapan yang dilakukan adalah

102
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

untuk persaingan dengan pendidikan tinggi dijalankan. Antara kebijakan yang diambil
dalam konteks global tersebut. dengan ketaatan untuk melaksanakan.Nilai tidak
Untuk menjadi kompetitif, setiap lembaga semata perihal abstrak yang hanya terwujud
pendidikan tinggi tentu membutuhkan modalitas dalam wacana ideal dari pikiran, melainkan ia
baik secara teknis kelembagaan, fasilitas, harus diejawantahkan secara konkrit dalam
maupun kesiapan infrastruktur akademik itu bentuk kesadaran, tindakan, rumusan, aturan,
sendiri. Dengan kata lain, untuk menghadapi kebijakan, karakter, hingga lulusan dari Binus
persaingan, Binus University memerlukan University sendiri.Nilai ini pula yang nantinya
kesiapan baik secara struktur fisik, maupun menjadi modal utama sebuah lembaga
kesiapan karakter psikis yang terwujud dalam pendidikan tinggi untuk memiliki daya tawar dan
sikap, tindakan, dan cara setiap anggota daya saing dengan lenbaga pendidikan tinggi
Binusian dalam memandang persaingan itu lainnya. Dengan kata lain, nilailah yang
sendiri. Pada titik inilah, nilai menjadi persoalan mendasari keunggulan kompetitif berkelanjutan
penting, karena ia yang melandasi gerak, arah, (sustainable competitive advantages) sebuah
kebijakan, dan seluruh tindakan yang diperlukan. lembaga pendidikan tinggi di masa mendatang.
Nilai menjadi pedoman. Nilai menjadi titik tolak Jika sebuah perguruan tinggi atau lembaga
karakter yang dibangun oleh Binus University. pendidikan pada umumnya bisa memiliki
Berdasarkan wawancara yang dilakukan keunggulan kompetitif ini, maka dapat dipastikan
oleh peneliti, ditemukan penjelasan bahwa eksistensinya akan bertahan dan mampu
persoalan utama yang seringkali dihadapi oleh menghadapi tekanan persaingan yang ada.
lembaga pendidikan tinggi adalah keterceraian Meski persoalan daya tawar dan daya saing
antara visi, misi, strategi, tujuan, tindakan, sebuah perguruan tinggi juga bergantung pada
falsafah, dan nilai yang sudah ditetapkan sedari banyak hal selain keunggulan kompetitif, seperti
awal. Setiap lembaga pendidikan tinggi pasti promosi, dan lainnya, namun apa yang menjadi
memiliki visi, misi, tujuan, strategi, falsafah, dasar atas kepercayaan stakeholderlah yang
bahkan nilai-nilai yang diusung. Namun, jika utama. Kepercayaan ini hanya bisa terwujud jika
dalam praktiknya ternyata hanya sedikit yang perguruan tinggi mampu memberikan
bisa bertahan dalam kinerja ideal untuk pertanggungjawaban melalui prestasi dan
mencapai visi, misi, dan tujuannya, maka dapat keunggulan. Hal inilah yang seharusnya disadari
dipastikan ada yang salah dengan praktik betul oleh setiap pengelola lembaga pendidikan
manajemenya. Kesalahan ini biasanya tinggi.Berdasarkan analisa yang dilakukan oleh
dikarenakan masing-masing ideal cita organisasi penulis, apa yang dilakukan oleh Binus
tersebut berdiri sendiri, dan terlepas dari University untuk memasarkan keberadaannya,
kesadaran dan tindakan elemen lembaga yang tentu saja tidak melulu bergantung pada
menjadi pengurus dan anggotanya. Dalam bagaimana mewujudkan daya saing tersebut. Ia
konteks yang lebih sederhana, jika sebuah juga secara lebih teknis dilakukan melalui
perguruan tinggi yang sudah memiliki visi yang komunikasi yang berkesinambungan dengan
bagus, daya tunjang infrastruktur yang mapan, seluruh stakeholder lembaga atau masyarakat
sumber daya yang mumpuni, namun masih saja secara umum. Semua media dan sarana yang
tidak bisa bersaing dengan perguruan tinggi lain, membantu Binus University dalam
maka dapat dipastikan bahwa itu dikarenakan mempromosikan keberadaan lembaganyaselalu
tidak ada konkritisasi nilai yang menjadi perekat diberdayakan dengan maksimal. Manajemen
atas semua unsur dan faktor yang sudah Binus Universityterkait promosi lembaganya,
disebutkan sebelumnya. tidak ragu untuk mengunjungi berbagai daerah
Nilai, dengan demikian memiliki fungsi dalam skala nasional untuk berkomunikasi
sebagai perekat atau bisa juga sebagai wadah secara langsung dengan masyarakat dan
yang menyatukan antara visi yang ditetapkan menyampaikan apa yang menjadi visi, misi, dan
dengan strategi yang dijalankan. Antara misi tujuan dari Binus University.Manajemen Binus
yang ditentukan dengan tindakan yang Universityjuga mengikuti berbagai pameran

103
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

pendidikan, hingga tentu saja yang paling utama keinginan dan cita-cita bersama secara
menjali kerjasama mutualistik dengan berbagai harmonis. Dalam konteks Binus University,
instansi, baik sejenis ataupun perusahaan yang praktik pengelolaan nilai ini terkandung dari
nantinya mendukung promosi Binus University mulai perumusan kebijakan, penetapan prosedur
itu sendiri. dan aturan, penetapan kurikulum dan hal-hal
Disampaikan juga, bahwa keunggulan yang berkaitan dengan aspek akademis
sebuah lembaga berkaitan erat dengan lembaga, praktik kepemimpinan, hingga
keberhasilannya mencapai derajat dan level penataan elemen manajemen baik secara
tertentu, baik dalam konteks kualitas pendidikan fungsional maupun struktural.
ataupun standar manajemen. Keunggulan inilah Adanya basis nilai dalam praktik manajemen
yang menjadi modal utama bagi lembaga yang dijalankan oleh Binus University, baik
pendidikan tinggi untuk menjadi kompetitif di sebagai lembaga pendidikan maupun sebagai
tengah persaingan tersebut. Tanpa nilai-nilai lembaga yang dituntut untuk terus bersaing
keunggulan, kita tidak akan bisa survive dan dengan mengutamakan peningkatan kualitas,
mendapatkan kepercayaan masyarakat. membuat Binus University mampu meraih
Padahal, kepercayaan masyarakat inilah yang prestasi baik dalam standar manajemen (ISO
menjadi tolak ukur keberhasilan lembaga 9001:2008) maupun prestasi yang berkaitan
pendidikan dalam menghadapi persaingan. dengan kualitas akademik (termasuk dalam
perguruan tinggi unggulan berdasarkan
KESIMPULAN pemeringkatan perguruan tinggi Webometrics,
4iCU, danTeSCA).
Penerapan basis nilai memegang peranan
penting dalam praktik manajemen, khususnya REFERENSI
pada lembaga pendidikan tinggi sebagai
lembaga yang berorientasi non- Amit, R., & Schoemaker, P. J., 1993. Strategic
profit.Manajemen berbasis nilai in imembuat assets and Organizational Rent. Strategic
lembaga yang menerapkannya mampu Management Journal, 14 (1), 33-46.
menyeimbangkan antara aspek idealism Argyris, C. and D.A. Schon, 1996. Organizational
Pendidikan dengan tuntutan persaingan bisnis Learning: Theory, Method and Practices.
dan kompetisi antar lembaga pendidikan tinggi. Reading. MA: Addison-Wesley.
Armstrong, Michael, 2009. Strategic Human
Praktik penciptaan nilai di Binus University
Resource Management: A Guide to Action.
(value creation) merupakan praktik awal dalam
New York: Kogan Page Ltd.
kerangka penerapan manajemen berbasis nilai
Bagus, Lorens, 2002. Kamus Filsafat. Jakarta:
pada sebuah lembaga. Dalam konteks Binus
Gramedia Pustaka Utama.
University, praktik ini diawali dengan perumusan
Barnard, Chester Irving, 2001. Organization and
visi, misi, tujuan, strategi, dan perumusan nilai-
Management. Harvard University Press.
nilai filosofis kelembagaan yang akan menjadi
Barney, Jay, 1991. “Firm Resources and
pedoman dan tuntunan bagi setiap unsure
Sustained Competitive Advantage”. Journal
manajemen dan lembaga secara umum dalam
Of Management. Vol.17, No. 1.
menjalankan setiap bentuk upaya mencapai
Bernstein, Jeffrey I., and M. Ishaq Nadiri. 1983.
tujuan yang sudah ditetapkan.
“Does Knowledge Intensity Matter? A
Praktik pengelolaan nilai (value Dynamic Analysis of Research and
management) adalah tahapan kedua dari Development, Capital Utilization and Labor
penerapan manajemen berbasis nilai yang Requirement”. available on-line
mencakup internalisasi nilai-nilai ideal yang athttp://papers.ssrn.com.
sudah dirumuskan ke dalam setiap unsure Bertens, K., 2004. Etika. Jakarta: Gramedia
manajemen dan lembaga.Hal ini bertujuan agar Pustaka Utama.
semua elemen mampu bergerak sesuai dengan
104
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

Birchall, David, George Tovstiga, 2005. Business Competition.New Jersey: Pearson


Capabilities for Strategic Advantage: Education Ltd.
Leading Through Technological Innovation. Flippo, Edwin B., 2000. Personnel Management.
New York: Palgrave Macmillan. New York: McGraw-Hill.
Blake, R. & Mouton, J., 1964. The Managerial Fred C. Lunenburg, Allan C. Ornstein, 2004.
Grid: The Key to Leadership Excellence. Educational Administration: Concepts and
Houston: Gulf Publishing Co. Practices. Singapore: Wadsworth.
Blanchard, K. &Hersey, P., 1992. Manajemen French, W. L., 1986. Human Resource
Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga. Management. USA: Houghton Mifflen.
Bogdan, Robert C. & Knopp Sari Biklen, 1992. Fritz, Thomas, 2009. The Competitive
Qualitative Research for Education: An Advantage Period and The Industry
Introduction to Theory and Methods. Advantage Period. Gabler.
London: Allyn and Bacon. Gaspersz, Vincent. 2001. Total Quality
Brandenburger, M. and Harborne W. Stuart, Jr., Management. Jakarta: PT Gramedia
1996. “Value-based Business Strategy,” Pustaka Utama.
Journal of Economics & Management George, Jennifer M.,Gareth R. Jones. 2012.
Strategy. No. 5. Understanding and Managing
Byrne, Stephen O., 2000. Does Value Based Organizational Behavior: Global Edition.
Management Discourage Investment in New Jersey: Pearson Education Ltd.
Intangibles? In Value-Based Metrics: Gomes, Faustino Cardoso, 2003. Manajemen
Foundations and Practice. Frank J. Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi
Associates. Offset.
Daft, Ricard L. & Dorothy Marcic, 2011. Gordon, Judith R., 2006. Organizational
Understanding Management. Boston: Behavior: A Diagnostic Approach, New
Cengage Learning. Jersey: Prentice Hall Inc.
David, Fred R. 2000. Strategic Management: Greenberg, Jerald, Robert A. Baron, 2011.
Concept and Cases. New Jersey: Prentice Behavior in Organizations. New Jersey:
Hall. Pearson Education Ltd.
Dessler, Gary. 2011. Human Resource Griffin, Ricky W., 2004. Management. Boston:
Management (13th Edition). New York: Cengage Learning.
Prentice Hall. Hamel, Gary, Aimé Heene, 2004. Competence-
Drucker, Peter F., 2002. "Chapter 8: Based Competition.New York: John Wiley &
Management by Objectives and Self- Sons, Inc.
Control". Martin Hinterseer, Harris, Peter and Marco Monqiello, 2012.
Zusammenfassung Kapitel 8. Accounting and Financial Management.
Drucker, Peter F., 2009. Managing for Results. London: Taylor & Francis Publishing.
New York: HarperCollins. Hart, David K., William G. Scott, 1980. The
Drucker, Peter F., 2009. Management, Tasks, Organizational Imperative. The Journal of
Responsibilities, Policies. New York: Applied Behavioral Science. July 1, 1980,
HarperBusiness Publishing. 16: 423-437.
Etzioni, 2002. Organisasi-Organisasi Modern. Hasibuan, Malayu. S. P., 2002. Manajemen
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Sumber Daya Manusia: Dasar dan Kunci
Ferdinand, Augusty. 2003. Sustainable Keberhasilan. Jakarta: Gunung Agung
Competitive Advantage: Sebuah Eksplorasi Haspeslagh, Philippe. Managing for Value; It’s
Model Konseptual. Semarang: Badan not Just About The Number, Juli-Augut
Penerbit Universitas Diponegoro. 2001, Harvard Business Review.
Fleisher, Craig S., Babette E. Bensoussan, Hitt, Michael., Stewart Black, and Lyman W.
2003. Strategic and Competitive Analysis: Porter. 2005. Management. 1st Edition. New
Methods and Techniques for Analyzing Jersey: Prentice Hall, Inc.

105
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

Holland, C., Lockett G., dan Blackman L. 1992, http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/downloa


“Planning for Electronic Data Interchange”. d?doi=10.1.1.133
Strategic Management Journal. Vol.13, Nasution, S., 2000. Metode Penelitian
No.7. Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Hunger, J. David, Thomas L. Wheelen, 2002. Nawawi, Hadari, 2008. Manajemen Sumber
Strategic Management. New Jersey: Daya Manusia Untuk Bisnis Yang
Prentice Hall. Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada
Iyer, S.S. 2009. Managing for Value. New York: University Press.
New Age Publisher. Oliver, Sandra, 2009. Public Relations Strategy.
Kartakusumah, Berliana, 2006. Pemimpin London: Kogan Page Publishing.
Adiluhung: Genealogi Kepemimpinan Pace, et al., 2005. Trophic Cascades Revealed
Kontemporer. Jakarta: Teraju. in Diverse Ecosystems. TREE, Vol. 14,
Koller, Timothy, 1994. What is Value Based Elsevier Science Ltd.
Management. New York: John Wiley and Pareke, Fahrudin J.S. dan Astuti, Sih Darmi.
Sons. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia
Kreitner, R., A. Kinicki, 2001. Organizational Sebagai Sumber Keunggulan Kompetitif
Behavior 5th Edition. Burr Ridge, ILL: Irwin/ yang Berkelanjutan. Fokus Ekonomi, April,
New York: McGraw-Hill. Vol.2, No.1.
Kreitner, Robert, Charlene Cassidy, 2012. Pearce, John A and Richard B. Robinson, 2012,
Management, 12th Edition. New York: Strategic Management, Planning for
South-Western College Publishing. Domestic & Global Competition, New York:
Lashway, Larry, 2002. Developing Instructional McGraw-Hill.
Leaders. ERIC Digest, Number 160: Porter, Michael E., 2008. Competitive
University of Oregon. Advantage: Creating and Sustaining
Luthans, Fred, 1995. Organizational Behavior. Superior Performance. Free Press.
McGraw Hill Inc., Singapore. Porter, Michael E., 2011. Competitive Advantage
Makagiansar, M., 1996. Shift in Global of Nations. New York: Free Press.
paradigma and The Teacher of Tomorrow. Prahalad, C. K., Gary Hamel, 2004. The Core
17th. Convention of the Asean Council of Competence of The Corporation. Harvard
Teachers (ACT); 5-8 Desember, 1996, Business Review.
Republic of Singapore. Proctor, Tony, 2013. Strategic Marketing, an
Manning, George, Kent Curtis, 2000. The Art of Introduction. London: Routledge.
Leadership. New York: McGraw-Hill. Rangkuti, Freddy, 2004. Analisis SWOT, Teknik
Mar'at, 1985. Pemimpin danKepemimpinan, Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.
Jakarta: Ghalia Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.
Mathis, Robert L dan Jhon H. Jackson, 2001. Reddin, J. William., 1970, Managerial
Manajemen Sumber Daya Manusia. Buku I, Effectiveness, Mc. Graw-Hill Book
Terjemah: Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira Company, New York.
Hie, Jakarta: Salemba Empat. Reddin’s 3-D Leadershipmodel. Data diambil
Melnick, Edward L., 2007. Creating Value in dari situs http://www.effective-
Financial Services: Strategies, Operations management.co.uk/.../english_reference_re
and Technologies. Berlin: Springer. ddin-s_3d_leadership_model_def.pdf
Miner, John B., 2002. Organizational Behavioral: Reed, R. R. J. DeFilippi, 2006. Casual
Foundations, Theories, and Analyses. Ambiguity, Barriers to Imitation and
Oxford: Oxford University Press. Sustainable Competitive Advantage. Journal
Morin, Edgar, 2005.Tujuh Materi Penting bagi of Academy of Management Review, July 5,
Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. 2006.
Morin, Edgar, 1999. Seven Complex Lessons in Reinhartz, Judy, Don M. Beach, 2004.
Education for the Future. UNESCO. Educational Leadership: Changing Schools,

106
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

Changing Roles.New Jersey: Pearson Tannenbaum, Robert, Fred Massarik, 2000.


Education Ltd Leadership: A Frame of Reference.
Robbins P. Stephen & Couiter Mary .2010. University of California.
Management. 6th Edition. Prentice Hall Tannenbaum, Robert, Irving R. Weschler, Fred
International Inc. Massarik, 2012.Leadership And
Rothwell, William J., & Kazanas H. C.. 2003. Organization: A Behavioral Science
Mastering the Instructional Design Process: Approach. USA: Literary Licensing, LLC.
A Systematic Approach. 3rd Edition. New Thiry, Michael, 1997. A Framework for Value
Jersey: Prentice Hall. Management Practice. USA: Project
Rothwell, William J., & Kazanas H. C.. 2003. Management Institute.
Mastering the Instructional Design Process: Thoha, Miftah, 2000. Perilaku Organisasi:
A Systematic Approach. 3rd Edition. New Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta:
Jersey: Prentice Hall. Rajawali.
Salmi, Timo, Ilka Virtanen, 2001, Economic Tilaar, H.A.R., 1998. Beberapa Agenda
Value Added: A Simulation Analysis of The Reformasi Pendidikan Nasional dalam
Trendy, Owner Oriented Management Perspektif Abad 21. Magelang: Tera
Tool,Acta Wasaensia,No. 20. Indonesia.
Schermerhorn, John R., 2012. Management, 11th Tilaar, H.A.R., 2009. Kekuasaan Dan
Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc. Pendidikan: Manajemen Pendidikan
Schnapper, Mel, Ph.D. Steven Rollins, PMP. Nasional Dalam Pusaran Kekuasaan.
2006. Value-Based Metrics for Improving Jakarta: Rineka Cipta.
Results; An Enterprise Project Management Tosi, H.L., Rizzo, J.R., dan Carrol, S.J., 2000.
Toolkit. USA: J. Ross Publishing. Managing Organizational Behaviour. 2nd
Senge, Peter M., & Richard Ross & Bryan Smith Edition. Harper and Row. NewYork.
& Charlotte Robert & Art Kleiner, 2001. Tunggal, Amin Widjaja, 2001. Memahami
Buku Pegangan Kelima (Strategi dan Alat Konsep Value Added dan Value Based
untuk Membangun Organisasi Management. Jakarta: Harvindo.
Pembelajaran. Batam: Interakasara, Batam Velez, Ignatio P., 2000. Value Creation and Its
Center. Measurement A Critical Look At EVA.
Siagian, Sondang P. 2003. Manajemen Sumber Bogota Colombia: Universidad Jeveriana.
Daya Manusia. Cetakan 10. Jakarta: Bumi Weaver, Samuel C., J. Fred Weston, 2003.
Aksara. Implementing Value Based Management,
Spencer, LM and Spencer, SM. 1993. College of Business and Economics, Lehigh
Competence at Work: Models for Superior University.
Performance. New York: John Willey and Werther, William B., Keith Davis, 2011. Human
Sons, Inc. Resources and Personnel
Stogdill, R.M. 1974. Handbook of Leadership. Management.New York: McGraw-Hill.
New York: The Free Press. Wexley, K.N., L. A. Yukl, 2002. Organizational
Stolle, Michael A., 2008. From Purchasing to Behavior and Personnel Psychology.
Supply Management: A Study of the Boston: Richad D. Irwin, Inc.
Benefits and Critical Factors of Evolution to Williams, Jeffrey R., 2012. How Sustainable is
Best Practice. Berlin: Springer. Your Competitive Advantage?. Journal of
Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitati., Management. California Management
Bandung: Alfabeta. Review 34 (3), 2012; 29-51.
Sulastri, Lilis . 2010. Sumber Daya Manusia
Strategik, Bandung : La Goods Publishing
Sulastri, Lilis . 2012. Manajemen, sebuah
pengantar, Sejarah, Tokoh, Teori, dan
Praktik, Bandung : La Goods Publishing

107
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 89 - 107
ISSN 2088-4877

108

You might also like