9753 28034 1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p.

ISSN: 1411-1047
doi: 10.20885/eksakta.vol18.iss1.art5 e. ISSN: 2503-2364

Aktivitas Bakterisidal dan Antibiofilm Batang Jatropha multifida L. terhadap


Staphylococcus aureus dan MRSA

The Bactericidal and Antibiofilm Activity of Stem Bark of Jatropha multifida L. Against
Staphylococcus aureus and MRSA

Annisa Fitria*, Arde Toga Nugraha, Yurfida Meliani, Achdiani Choiriah

Prodi Farmasi FMIPA Universitas Islam Indonesia


Jl. Kaliurang KM 14,5 Kampus Terpadu, Sleman, Yogyakarta
Corresponding author: email: annisa.fitria@uii.ac.id

ABSTRACT

Chronical wound often caused by bacteria which has antibiotic resistance characteristic and
presence of biofilm formation. This study aims to evaluate the bactericidal and antibiofilm activity
of stem bark of Jatropha multifida L. against Staphylococcus aureus and MRSA (Methicillin-
Resistant Staphylococcus aureus), as alternative antimicrobial agents. Examination of bactericidal
activity of the extract was performed by time-kill assay to determine the speed of the extract to
eradicate bacteria. The inhibitory activity of extract toward biofilm production was quantified using
spectrophotometric method. The extract showed bactericidal activity which can be achieved at 8
hours and 12 hours against Staphylococcus aureus and MRSA in MBC value of 0.5 mg/mL and 1
mg/mL. The extract exhibited antibiofilm activity which indicates by its IC50 value of 0.3 mg/mL
and 0.76 mg/mL against Staphylococcus aureus and MRSA. These experiments have shown the
potential of the extract of Jatropha multifida L. stem bark as a bioactive substance in a topical
agent for chronical skin infection.

Keywords: Jatropha multifida L., time-kill assay, antibiofilm

ABSTRAK
Kasus infeksi luka kronis pada umumnya disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap
antibiotik serta memiliki kapasitas untuk memproduksi biofilm. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi aktivitas bakterisidal dan antibiofilm batang Jatropha multifida L. sebagai sumber
alternatif agen antibakteri, terhadap mikroba penyebab infeksi luka kronis yaitu Staphylococcus
aureus dan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Pengujian aktivitas bakterisidal
ekstrak dilakukan dengan menggunakan metode time-kill assay untuk menentukan kecepatan daya
bunuh ekstrak. Aktivitas penghambatan biofilm ekstrak dihitung secara kuantitatif menggunakan
metode spektrofotometri. Ekstrak diketahui menghasilkan aktivitas bakterisidal yang dapat dicapai
pada jam ke-8 dan jam ke-12, dengan KBM masing-masing sebesar 0,5 mg/mL dan 1 mg/mL
terhadap Staphylococcus aureus dan MRSA. Ekstrak menunjukkan penghambatan biofilm dengan
nilai IC50 sebesar 0,3 mg/mL terhadap Staphylococcus aureus dan 0,76 mg/mL terhadap MRSA.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak batang Jatropha multifida L.
berpotensi untuk dapat dikembangkan menjadi bahan baku sediaan topikal untuk mengatasi infeksi
luka kronis.

Kata kunci: Jatropha multifida L., time-kill assay, antibiofilm

Aktivitas Bakterisidal dan Antibiofilm Batang Jatropha multifida L.


terhadap Staphylococcus aureus dan MRSA

(Annisa Fitria, Arde Toga Nugraha, Yurfida Meliani, Achdiani Choiriah) 42


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

Pendahuluan aures yang berhasil diisolasi dari jaringan


Pengobatan penyakit infeksi luka kulit, terutama yang bersifat resisten
kronis menggunakan antibiotik mengalami terhadap antibiotik seperti MRSA,
penurunan efikasi akibat resistensi bakteri. memiliki potensi yang lebih tinggi untuk
Penurunan tingkat efisiensi antibiotik yang memproduksi biofilm dibandingkan isolat
disebabkan oleh bakteri resisten menjadi yang terdapat pada bagian tubuh lainnya
masalah klinis yang serius pada pengobatan termasuk darah (Belbase et al., 2017).
luka kronis seperti yang terjadi pada luka
Biofilm merupakan kumpulan sel-sel
diabetik. Infeksi luka kronis seperti yang
mikroba yang melekat pada suatu
terjadi pada kasus luka diabetik dapat
permukaan yang terbungkus dalam suatu
mengakibatkan amputasi sehingga dapat
matriks extracellular polymeric
menurunkan kualitas hidup pasien serta
substances (EPS) yang diproduksi oleh
dapat menyebabkan kematian (Chammas et
mikroorganisme tersebut. Biofilm
al., 2016). Insidensi kasus tersebut semakin
merupakan faktor virulensi mayor yang
meningkat terutama pada negara
berkontribusi pada infeksi luka kronis.
berkembang yang masih memiliki
Bakteri yang berada dalam biofilm
kekurangan dalam penyediaan fasilitas
mampu bertahan terhadap antibiotik,
kesehatan baik yang terkait dengan proses
karena antibiotik tersebut gagal untuk
diagnosa penyakit infeksi maupun
dapat berpenetrasi menembus biofilm. Hal
penanganan terapi pada pasien (Crevel et
tersebut menyebabkan eradikasi bakteri
al., 2016).
menjadi terhambat sehingga jaringan kulit
Staphylococcus aureus merupakan
yang mengalami infeksi sulit untuk
salah satu bakteri patogen yang ditemukan
disembuhkan. Selain itu proses
secara dominan pada kasus luka kronis.
reepitalisasi jaringan kulit terhambat
MRSA (methicillin-resistant
akibat keberadaan biofilm yang
Staphylococcus aureus) merupakan salah
berkembang pada jaringan tersebut
satu strain S. aureus isolat klinis yang
(Schierle et al., 2009).
ditemukan pada jaringan kulit pasien yang
Resistensi antibiotik dapat diatasi
diketahui telah resisten terhadap metisilin
dengan mengupayakan penemuan agen
(Smith et al., 2017). Strain bakteri patogen
antibakteri baru dari sumber daya alam.
yang tidak lagi sensitif terhadap pemaparan
Agen antibakteri dapat bekerja, baik
antibiotik menimbulkan kegagalan terapi
melalui mekanisme penghambatan
infeksi. Selain itu diketahui pula bahwa S.
aktivitas sel, penghancuran sel maupun
Aktivitas Bakterisidal dan Antibiofilm Batang Jatropha multifida L. terhadap
Staphylococcus aureus dan MRSA

(Annisa Fitria, Arde Toga Nugraha, Yurfida Meliani, Achdiani Choiriah) 43


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

dengan penghambatan secara spesifik pada aktivitas antibakteri serta penghambatan


produksi faktor virulensi seperti biofilm. produksi biofilm dari J. multifida L.
Ekstrak maupun senyawa bioaktif tunggal penting untuk dilakukan agar dapat
yang berasal tumbuhan obat telah terbukti mengeksplorasi potensi tumbuhan
menghasilkan berbagai macam metabolit tersebut sebagai sumber senyawa
sekunder yang bertindak sebagai agen antibakteri sehingga dapat dikembangkan
antimikroba dan inhibitor produksi menjadi bahan baku sediaan topikal yang
berbagai faktor virulensi bakteri seperti dapat digunakan untuk pengobatan infeksi
biofilm (Morán et al., 2017). luka kronis.
Jatropha multifida L. merupakan
spesies dari keluarga Euphorbiaceae, yang Metode Penelitian
sering digunakan sebagai obat tradisional Alat dan Bahan
untuk menyembuhkan penyakit infeksi Peralatan yang digunakan antara
pada kulit dengan penggunaan batang lain rotary evaporator (Heidolph),
tumbuhan tersebut secara topikal (Sabandar seperangkat alat sokhletasi, microplate
et al., 2013). Bagian batang J. multifida L. reader (Bio-Rad), biosafety cabinet
menghasilkan aktivitas antibakteri yang (ESCO, Class II BSC), colony counter
relatif tinggi terhadap beberapa bakteri (Scan 500, Interscience), inkubator
patogen dibandingkan dengan bagian (Memmert), autoklaf (All American),
tumbuhan lainnya (Aiyelaagbe et al., mikropipet (Brand), timbangan analitik
2008). Hal tersebut membuktikan bahwa (Mettler Toledo), serta berbagai peralatan
batang J. multifida memiliki potensi untuk gelas (Pyrex).
dapat dikembangkan sebagai sumber Simplisia kering serbuk batang J.
senyawa antibakteri. Meskipun telah multifida L. diperoleh dari C.V Merapi
terdapat penelitian yang dilakukan untuk Farma, Sleman, Yogyakarta dengan
menguji aktivitas antimkiroba dan menggunakan tanaman yang telah
antiparasit batang J. multifida L., namun dideterminasi di Laboratorium Biologi
belum ada penelitian yang menyebutkan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
aktivitas antibiofilm serta mengevaluasi Gadjah Mada. Pelarut soxhletasi yang
kemampuan bunuh ekstrak atau senyawa digunakan antara lain n-heksan dan etil
bioaktif tunggal tumbuhan tersebut asetat dan yang berderajad teknis. Bahan
terhadap bakteri patogen penyebab infeksi yang digunakan untuk pengujian
kulit (Falodun et al., 2014). Evaluasi mikrobiologi yaitu Staphylococcus aureus
Aktivitas Bakterisidal dan Antibiofilm Batang Jatropha multifida L. terhadap
Staphylococcus aureus dan MRSA

(Annisa Fitria, Arde Toga Nugraha, Yurfida Meliani, Achdiani Choiriah) 44


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

ATCC 25923 dan MRSA yang diperoleh dengan 2 kali pengenceran sehingga
dari Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas didapatkan seri konsentrasi sebesar 1
Kedokteran Universitas Gadjah Mada, mg/mL-0,012 mg/mL dengan volume
Nutrien Agar dan Mueller Hinton Broth pada tiap sumuran microplate sebesar
(Oxoid), DMSO, NaCl 0,9% steril, Mc 100µL. Inokulum dengan jumlah bakteri
Farland 0,5, ampisilin, siprofloksasin dan 106 CFU/ mL sebanyak 10 µL,
cefoxitim (Sigma). ditambahkan pada tiap sumuran yang
telah diisi media dan ekstrak. Dalam
Prosedur Kerja pengujian ini digunakan kontrol bakteri
Ekstraksi Batang J. multifida L. yakni sumuran yang berisi MHB, DMSO
Serbuk simplisia kering batang J. 10% dan bakteri uji serta kontrol media
multifida sebesar 300 gr disoxhletasi yakni sumuran yang berisi MHB tanpa
menggunakan n-heksan sebanyak 1,5 L. inokulum bakteri. Kontrol antibiotik yang
Setelah disoxhletasi, ampas yang dihasilkan digunakan adalah ampisilin dan
dikeringanginkan sampai terbebas bau n- siprofloksasin. Kultur tersebut kemudian
heksan. Ampas kemudian dilanjutkan diinkubasi secara aerobik pada suhu 37°C
disoxhletasi menggunakan etil asetat. selama 24 jam. KHM ditentukan sebagai
Filtrat yang dikumpulkan, kemudian konsentrasi ekstrak yang menunjukkan
diuapkan menggunakan rotary evaporator tidak adanya pertumbuhan bakteri (jernih)
pada suhu 50°C hingga diperoleh ekstrak bila dibandingkan dengan kontrol (keruh).
pekat. Ekstrak kemudian dikeringkan pada Sampel dari beberapa sumuran yang
suhu ruang menggunakan desikator, diduga menghasilkan nilai KHM tersebut
kemudian disimpan pada suhu 4°C. kemudian dikulturkan pada MHA untuk
menentukan KBM. KBM dapat ditetapkan
Penentuan Konsentrasi Hambatan jika tidak ditemukan koloni bakteri hidup
Minimum (KHM) dan Konsentrasi pada media agar. Percobaan ini dilakukan
Bunuh Minimum (KBM) sebanyak tiga kali pengulangan.
Nilai KHM dan KBM ekstrak
ditentukan dengan metode mikrodilusi, Time-kill Assay
sesuai dengan metode yang ditetapkan oleh Pengujian ini dilakukan
Clinical Laboratory Standards Institute berdasarkan metode yang dilakukan
(CLSI) (M. P. Weinstein, 2012). Ekstrak (Belley et al., 2008) dengan sedikit
diencerkan menggunakan media MHB modifikasi Dalam erlenmeyer dimasukkan
Aktivitas Bakterisidal dan Antibiofilm Batang Jatropha multifida L. terhadap
Staphylococcus aureus dan MRSA

(Annisa Fitria, Arde Toga Nugraha, Yurfida Meliani, Achdiani Choiriah) 45


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

kultur mikroba uji dengan nilai akhir 106 Uji Penghambatan Pembentukan
CFU/mL, ekstrak dengan konsentrasi Biofilm
tertentu dan MHB 10 mL. Kultur kemudian Eksperimen ini dilakukan
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam berdasarkan metode yang dideskripsikan
dalam incubator shaker. Pada percobaan ini oleh (Liu et al., 2015). Bakteri uji
disusun variasi perlakuan dengan dikulturkan dalam tabung reaksi yang
menambahkan ekstrak pada tiap erlenmeyer mengandung 3 mL MHB dan glukosa 1%,
dengan variasi konsentrasi yakni sebesar kemudian diinkubasi selama 24 jam pada
1/2 KHM, KHM, dan 2 KHM. Kontrol suhu 37°C. Sebanyak 20μL kultur bakteri
terdiri dari kultur bakteri dan DMSO 10% (108CFU/mL) dan ekstrak dengan
yang diinkubasi dengan kondisi yang sama. konsentrasi tertentu sebanyak 20 μl
Sampel sebanyak 0,1 mL diambil setiap ditambahkan pada sumuran micoplate
dua jam (0, 2, 4, 6, 8,10,12, dan 24 jam) yang telah diisi dengan 180 μL MHB.
baik dari kultur kontrol maupun kultur dari Pada pengujian ini disusun variasi
tiap perlakuan. Sampel ini kemudian perlakuan dengan menambahkan ekstrak
diinokulasikan dengan metode pour plate pada tiap sumuran dengan variasi
dengan menggunakan MHA kemudian konsentrasi yakni sebesar KHM, 1/2
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. KHM, 1/4 KHM dan 1/8 KHM. Sumuran
Koloni bakteri yang tumbuh dihitung yang mengandung kultur bakteri tanpa
dengan colony counter kemudian ekstrak digunakan sebagai kontrol. Kultur
ditentukan jumlahnya dalam nilai tersebut kemudian diinkubasi pada suhu
logaritmik (log10 CFU/ml). Eksperimen ini 37°C selama 24 jam. Setelah inkubasi
dilakukan dengan tiga kali pengulangan. seluruh cairan dalam sumuran dibuang,
Jumlah bakteri yang berhasil dibunuh oleh kemudian microplate dicuci sebanyak tiga
ekstrak dalam rentang waktu tertentu dapat kali dengan PBS 300μL (pH 7,2)
ditentukan dari nilai log kill. Nilai tersebut selanjutnya ditiriskan dan didiamkan
diperoleh dengan cara menghitung selisih mengering pada suhu kamar. Larutan
antara jumlah bakteri kontrol dengan kristal violet 0,5% sebanyak 150μL
jumlah bakteri sampel dari masing-masing ditambahkan ke dalam masing-masing
perlakuan tiap dua jam. Aktivitas sumuran. Setelah 15 menit, semua larutan
bakterisidal dapat ditetapkan jika nilai log pada sumuran dibuang, kemudian
kill mencapai >3log10 CFU/mL. ditambahkan 200 μL etanol untuk
melarutkan kristal violet yang mewarnai
Aktivitas Bakterisidal dan Antibiofilm Batang Jatropha multifida L. terhadap
Staphylococcus aureus dan MRSA

(Annisa Fitria, Arde Toga Nugraha, Yurfida Meliani, Achdiani Choiriah) 46


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

biofilm. Absorbansi larutan diukur dengan dapat mempengaruhi aktivitas yang


menggunakan microplate reader pada dihasilkan. Kandungan senyawa dalam
panjang gelombang 570 nm sesuai dengan ekstrak mempengaruhi aktivitas
serapan maksimum kristal violet. antibakteri yang dihasilkan. Pada
Percobaan ini dilakukan dengan beberapa penelitian lain terkait J.
pengulangan sebanyak enam kali. multifida L. telah dibuktikan bahwa
Presentase penghambatan dihitung penggunaan etil asetat sebagai pelarut
menggunakan rumus sebagai berikut: dapat menghasilkan aktivitas antibakteri
paling tinggi dibandingkan dengan pelarut
…(1) lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa etil
asetat memiliki kemampuan yang paling
Hasil dan Pembahasan baik dalam mengekstraksi senyawa
Penentuan KHM dan KBM antibakteri dari tanaman tersebut
Nilai KHM diperlukan sebagai (Rampadarath, et al., 2014).
acuan untuk melakukan time-kill assay dan Penentuan Aktivitas Bakterisidal
uji antibiofilm. Hasil penentuan KHM dan Penentuan aktivitas bakterisidal
KBM ekstrak terhadap bakteri uji atau daya bunuh suatu agen antibakteri
tercantum pada Tabel 1. Ekstrak etil asetat diperlukan untuk mengetahui efektivitas
menghasilkan aktivitas antibakteri paling suatu agen antibakteri terhadap bakteri
tinggi terhadap S. aureus dan MRSA patogen. Kemampuan antibakteri yang
dengan nilai KHM masing-masing sebesar dihasilkan ekstrak tanaman dapat
0,25 mg/mL dan 0,5 mg/mL. Ekstrak suatu bervariasi yakni dapat bersifat
tanaman dapat dinyatakan menghasilkan bakteriostatik atau bakterisidal
aktivitas antibakteri jika diperoleh nilai (Olajuyigbe & Afolayan, 2012; Nuryanti
KHM dibawah 1 mg/mL (Ríos & Recio, et al., 2014). Oleh karena itu diperlukan
2005). Meskipun ekstrak diketahui time-kill assay untuk mengevaluasi
memiliki aktivitas antibakteri, namun karakteristik aktivitas antibakteri yang
berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dihasilkan ekstrak J. multifida L.
aktivitas antibakteri ekstrak relatif lebih Evaluasi daya bakterisidal ekstrak
rendah jika dibandingkan dengan etil asetat disajikan pada Gambar 1.
antibiotik. Perbedaan aktivitas tersebut Berdasarkan kurva tersebut diperlihatkan
dapat disebabkan karena ekstrak bahwa J. multifida menghasilkan daya
mengandung campuran senyawa yang bakterisidal yang aktivitasnya tergantung
Aktivitas Bakterisidal dan Antibiofilm Batang Jatropha multifida L. terhadap
Staphylococcus aureus dan MRSA

(Annisa Fitria, Arde Toga Nugraha, Yurfida Meliani, Achdiani Choiriah) 47


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

dari konsentrasi ekstrak serta waktu efek penghambatan pertumbuhan bakteri


inkubasi. Ekstrak menghasilkan kecepatan pada nilai KHM. Ekstrak dengan nilai ½
bunuh yang berbeda terhadap masing- KHM tidak menunjukkan jumlah bakteri
masing strain bakteri. S. aureus berhasil yang lebih rendah dibanding jumlah
dieradikasi dari kultur setelah dipapar oleh bakteri pada kontrol, sehingga dapat
ekstrak selama 8 jam sedangkan MRSA hal disimpulkan tidak terjadi penghambatan
tersebut terjadi pada jam ke-12. Eradikasi pertumbuhan bakteri saat bakteri
bakteri ditandai dengan sama sekali tidak dipaparkan dengan ekstrak pada
ditemukannya koloni bakteri yang hidup konsentrasi dibawah nilai KHM.
pada kultur. Ekstrak membutuhkan waktu Hasil yang diperoleh
yang relatif lebih lama dibandingkan isolat memperlihatkan bahwa kandungan
atau senyawa tunggal dalam mengeradikasi senyawa dalam ekstrak J. multifida L.
bakteri secara keseluruhan karena menghasilkan aktivitas bakterisidal atau
mengandung campuran senyawa yang kematian sel terhadap bakteri S. aureus
dapat mempengaruhi aktivitas (Tyagi et al., dan MRSA. Kesimpulan ini didukung
2015). oleh hasil dari beberapa penelitian lain
Berdasarkan hasil perhitungan nilai yang membuktikan bahwa senyawa
log kill yang tersaji pada Tabel 2., dapat tunggal yang berhasil diisolasi dari J.
disimpulkan bahwa bakteri S. aureus dan multifida L. menunjukkan aktivitas
MRSA hanya dapat dibunuh pada sitotoksik sehingga menyebabkan
konsentrasi ekstrak dengan nilai 2 KHM kematian sel. Beberapa senyawa bioaktif
yang ditandai dengan nilai log kill sebesar tersebut diketahui termasuk dalam
log 3,3 pada S. aureus dan log 4,1 pada golongan diterpenoid (Das et al., 2009;
MRSA. Pada pemaparan ekstrak sebesar ½ Kanth et al., 2011; Falodun et al., 2014).
KHM dan KHM tidak ditemukan aktivitas Beberapa senyawa diterpenoid
bakterisidal pada kedua strain bakteri diperkirakan memiliki mekanisme aksi
tersebut sampai pada jam ke-24. Meskipun yang bervariasi tergantung dari struktur
demikian, jumlah koloni yang berhasil dan gugus fungsi pada senyawa tersebut,
dihitung pada pemaparan ekstrak dengan namun demikian senyawa diterpenoid
nilai KHM menunjukkan jumlah bakteri pada umumnya memiliki kemampuan
yang lebih rendah dibanding jumlah bakteri untuk berinteraksi dengan membran sel
pada kontrol (log kill >1). Hal tersebut sehingga menyebabkan lisis sel (Urzúa et
menunjukkan bahwa ekstrak menghasilkan al., 2008).
Aktivitas Bakterisidal dan Antibiofilm Batang Jatropha multifida L. terhadap
Staphylococcus aureus dan MRSA

(Annisa Fitria, Arde Toga Nugraha, Yurfida Meliani, Achdiani Choiriah) 48


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

Penentuan Aktivitas Antibiofilm moderat. Aktivitas antibiofilm yang


Aktivitas pembentukan biofilm tergolong kuat terdapat pada ekstrak
pada umumnya ditentukan dengan tumbuhan yang menghasilkan
menggunakan konsentrasi ekstrak dibawah penghambatan produksi biofilm >50%
nilai KHM. Hal tersebut dimaksudkan agar dengan pemaparan ekstrak dibawah nilai
bakteri masih mengalami pertumbuhan KHM (Dwivedi & Singh, 2015;
sehingga dapat memproduksi biofilm. Teanpaisan et al., 2016). Beberapa jenis
Dengan demikian pengaruh ekstrak golongan senyawa dalam tumbuhan
terhadap pembentukan biofilm dapat diketahui dapat menghasilkan aktivitas
diamati dan dapat ditentukan nilai antibiofilm bakteri dengan cara menekan
penghambatannya. ekspresi gen yang menyandi protein dan
Efek penghambatan biofilm bakteri enzim yang digunakan untuk membentuk
oleh ekstrak etil asetat J. multifida biofilm (Ta & Arnason, 2016).
ditemukan dalam penelitian ini. Aktivitas Kesimpulan
ekstrak terhadap pembentukan biofilm Berdasarkan hasil pengujian
bakteri dapat diamati dengan diketahui bahwa J. multifida L.
membandingkan nilai absorbansi antara menghasilkan aktivitas bakterisidal dan
sampel perlakuan dengan kontrol. antibiofilm terhadap bakteri S. aureus
Berdasarkan Gambar 2. dapat diperlihatkan maupun strain bakteri S. aureus yang
bahwa ekstrak mampu menurunkan massa resisten terhadap antibiotik metisilin
biofilm baik pada bakteri S. aureus maupun (MRSA). Hal tersebut juga menunjukkan
MRSA. Sesuai dengan yang dipaparkan bahwa J. multifida berpotensi untuk
pada Tabel 3. diketahui bahwa ekstrak dikembangkan menjadi sediaan topikal
dapat menghambat produksi biofilm bakteri yang dapat diaplikasikan untuk
dengan nilai <50% pada pemaparan ekstrak pengobatan luka kronis.
sebesar ½ KHM. Hasil tersebut serupa
dengan perhitungan IC50 yang Ucapan Terimakasih
menunjukkan nilai sebesar 0,3 mg/mL dan Ucapan terimakasih ditujukan kepada
0,76 mg/mL, yang berada diatas nilai KHM pihak DPPM UII serta skema AIPT atas
(0,25 mg/mL dan 0,5 mg/mL) pada masing- hibah yang diberikan sehingga seluruh
masing bakteri uji. Berdasarkan hasil rangkaian penelitian ini dapat
tersebut, maka ekstrak dapat dinyatakan dilaksanakan
menghasilkan aktivitas antibiofilm yang
Aktivitas Bakterisidal dan Antibiofilm Batang Jatropha multifida L. terhadap
Staphylococcus aureus dan MRSA

(Annisa Fitria, Arde Toga Nugraha, Yurfida Meliani, Achdiani Choiriah) 49


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

Pustaka Chemistry Letters. Elsevier Ltd,


19(1), pp. 77–79. doi:
Aiyelaagbe, O. O. et al. (2008) ‘The
10.1016/j.bmcl.2008.11.014.
antimicrobial activity of Jatropha
Dwivedi, D. and Singh, V. (2015)
multifida extracts and
‘Journal of Traditional and
chromatographic fractions against
Complementary Medicine
sexually transmitted infections’,
Effects of the natural compounds
Journal of Medical Sciences, pp.
embelin and piperine on the bio
143–147. doi:
fi lm-producing property of
10.3923/jms.2008.143.147.
Streptococcus mutans’, Journal
Belbase, A. et al. (2017) ‘Antibiotic
of Traditional Chinese Medical
resistance and biofilm production
Sciences. Elsevier Ltd, (2014),
among the strains of
pp. 9–13. doi:
Staphylococcus aureus isolated
10.1016/j.jtcme.2014.11.025.
from pus/wound swab samples in
Falodun, A. et al. (2014) ‘Isolation of
a tertiary care hospital in Nepal’,
antileishmanial, antimalarial and
Annals of Clinical Microbiology
antimicrobial metabolites from
and Antimicrobials. BioMed
Jatropha multifida’, Asian
Central, 16(1), p. 15. doi:
Pacific Journal of Tropical
10.1186/s12941-017-0194-0.
Biomedicine, 4(5), pp. 374–378.
Belley, A. et al. (2008) ‘Assessment by
doi:
Time-Kill Methodology of the
10.12980/APJTB.4.2014C1312.
Synergistic Effects of Oritavancin
Kanth, B. S. et al. (2011) ‘New bioactive
in Combination with Other
macrocyclic diterpenoids from
Antimicrobial Agents against
Jatropha multifida’, Bioorganic
Staphylococcus aureus’, 52(10),
and Medicinal Chemistry Letters.
pp. 3820–3822. doi:
Elsevier Ltd, 21(22), pp. 6808–
10.1128/AAC.00361-08.
6810. doi:
Chammas, N. K., Hill, R. L. R. and
10.1016/j.bmcl.2011.09.032.
Edmonds, M. E. (2016) ‘Increased
Liu, H. et al. (2015) ‘Antibacterial and
Mortality in Diabetic Foot Ulcer
anti-biofilm activities of
Patients: The Significance of Ulcer
thiazolidione derivatives against
Type’, Journal of Diabetes
clinical staphylococcus strains’,
Research. Hindawi Publishing
(November 2014), pp. 1–6. doi:
Corporation, 2016. doi:
10.1038/emi.2015.1.
10.1155/2016/2879809.
M. P. Weinstein. (2012) Methods for
Crevel, R. Van, Vijver, S. Van De and
Dilution Antimicrobial
Moore, D. A. J. (2016) ‘The global
Susceptibility Tests for Bacteria
diabetes epidemic : what does it
That Grow Aerobically ;
mean for infectious diseases in
Approved Standard — Ninth
tropical countries ?’, THE
Edition, Methods for Dilution
LANCET Diabetes &
Antimicrobial Susceptibility
Endocrinology. Elsevier Ltd,
Tests for Bacteria That Grow
8587(16), pp. 1–12. doi:
Aerobically; Approved Standar-
10.1016/S2213-8587(16)30081-X.
Ninth Edition. doi:
Das, B. et al. (2009) ‘Multifidone: A novel
10.4103/0976-237X.91790.
cytotoxic lathyrane-type diterpene
Morán, A., Gutiérrez, S. and Ferrero, M.
having an unusual six-membered
A. (2017) ‘Non-toxic plant
A ring from Jatropha multifida’,
metabolites regulate
Bioorganic and Medicinal
Aktivitas Bakterisidal dan Antibiofilm Batang Jatropha multifida L. terhadap
Staphylococcus aureus dan MRSA

(Annisa Fitria, Arde Toga Nugraha, Yurfida Meliani, Achdiani Choiriah) 50


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

Staphylococcus viability and biofilms impair wound healing


biofilm formation : a natural by delaying reepithelialization in
therapeutic strategy useful in the a murine cutaneous wound
treatment and prevention of skin model’, Wound Repair and
infections’, 30(10), pp. 1–6. Regeneration, 17(3), pp. 354–
Nuryanti, A., Yulinah, E. and Fidrianny, I. 359. doi: 10.1111/j.1524-
(2014) ‘Activity of Several Plant 475X.2009.00489.x.
Extracts Against Drug-Sensitive Smith, K. et al. (2017) ‘Biofilm formation
and Drug- Resistant Microbes’, by Scottish clinical isolates of
Procedia Chemistry. Elsevier Ltd., Staphylococcus aureus’, (2008),
13, pp. 164–169. doi: pp. 1018–1023. doi:
10.1016/j.proche.2014.12.021. 10.1099/jmm.0.2008/000968-0.
Olajuyigbe, O. O. and Afolayan, A. J. Ta, C. A. K. and Arnason, J. T. (2016)
(2012) ‘In vitro antibacterial and ‘Mini review of phytochemicals
time-kill assessment of crude and plant taxa with activity as
methanolic stem bark extract of microbial biofilm and quorum
Acacia mearnsii de wild against sensing inhibitors’, Molecules,
bacteria in shigellosis’, Molecules, 21(1). doi:
17(2), pp. 2103–2118. doi: 10.3390/molecules21010029.
10.3390/molecules17022103. Teanpaisan, R., Kawsud, P. and
Rampadarath, S., Puchooa, D. and Pahumunto, N. (2016) ‘Journal
Ranghoo-Sanmukhiya, V. M. of Traditional and
(2014) ‘Antimicrobial, Complementary Medicine
phytochemical and larvicidal Screening for antibacterial and
properties of Jatropha multifida antibio fi lm activity in Thai
Linn.’, Asian Pacific Journal of medicinal plant extracts against
Tropical Medicine, 7(S1), pp. oral microorganisms’, Journal of
S380–S383. doi: 10.1016/S1995- Traditional Chinese Medical
7645(14)60262-5. Sciences. Elsevier Ltd, pp. 6–11.
Ríos, J. L. and Recio, M. C. (2005) doi:
‘Medicinal plants and 10.1016/j.jtcme.2016.06.007.
antimicrobial activity’, Journal of Tyagi, P. et al. (2015) ‘Bactericidal
Ethnopharmacology, 100(1–2), Activity of Curcumin I Is
pp. 80–84. doi: Associated with Damaging of
10.1016/j.jep.2005.04.025. Bacterial Membrane’, pp. 1–15.
Sabandar, C. W. et al. (2013) ‘Medicinal doi:
property, phytochemistry and 10.1371/journal.pone.0121313.
pharmacology of several Jatropha Urzúa, A. et al. (2008) ‘A structure-
species (Euphorbiaceae): A activity study of antibacterial
review’, Phytochemistry. Elsevier diterpenoids’, Molecules, 13(4),
Ltd, 85, pp. 7–29. doi: pp. 882–891. doi:
10.1016/j.phytochem.2012.10.009. 10.3390/molecules13040822.
Schierle, C. F. et al. (2009) ‘Staphylococcal

Aktivitas Bakterisidal dan Antibiofilm Batang Jatropha multifida L. terhadap


Staphylococcus aureus dan MRSA

(Annisa Fitria, Arde Toga Nugraha, Yurfida Meliani, Achdiani Choiriah) 51


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

LAMPIRAN GAMBAR

(A)

(B)

Gambar 1. Kurva time-kill ekstrak J. multifida L. dengan variasi nilai KHM terhadap S.
aureus (A) dan MRSA (B)

Aktivitas Bakterisidal dan Antibiofilm Batang Jatropha multifida L. terhadap


Staphylococcus aureus dan MRSA

(Annisa Fitria, Arde Toga Nugraha, Yurfida Meliani, Achdiani Choiriah) 52


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

(A)

(B)

Gambar 2. Aktivitas antibiofilm ekstrak J. multifida L. dengan variasi seri pengenceran


KHM terhadap S. aureus (A) dan MRSA (B)

Aktivitas Bakterisidal dan Antibiofilm Batang Jatropha multifida L. terhadap


Staphylococcus aureus dan MRSA

(Annisa Fitria, Arde Toga Nugraha, Yurfida Meliani, Achdiani Choiriah) 53


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

LAMPIRAN TABEL

Tabel 1. KHM dan KBM ekstrak J. multifida L. terhadap bakteri uji

Bakteri uji Ekstrak etil asetat Antibiotik


(mg/mL) (µg/mL)
KHM KBM KHM KBM
S. aureus 0,25 0,50 9,76 19,53
MRSA 0,50 1 2,44 4,88

Tabel 2. Nilai Log Kill CFU/mL ekstrak J.multifida terhadap bakteri uji

Jam ke- Kontrol Jumlah koloni (Log CFU/ml)


½ KHM Log Kill KHM Log Kill 2 KHM Log Kill
½ KHM KHM 2 KHM
Staphylococcus aureus
0 3,42 3,18 0,24 2,38 1,04 3,37 0,05
2 3,02 3,48 -0,46 3,46 -0,44 3,42 -0,4
4 3,16 3,41 -0,25 3,2 -0,04 3,23 -0,07
6 3,49 3,08 0,41 3,05 0,44 2,51 0,98
8 3,3 2,98 0,32 3,16 0,14 0 3,3
10 3,32 3,32 0,09 3,18 0,14 0 3,32
12 3,35 2,94 0,41 2,81 0,54 0 3,35
24 3,67 2,86 0,81 2,51 1,16 0 3,67
MRSA
0 3,64 3,16 0,48 3,26 0,38 3,38 0,26
2 3,63 4,26 -0,63 3,4 0,23 3,41 0,22
4 4,39 4,20 0,19 3,51 0,88 3,43 0,96
6 4,31 4,24 0,07 3,43 0,88 3,2 1,11
8 4,35 4,21 0,14 3,26 1,09 3,25 1,1
10 4,49 4,17 0,32 3,11 1,38 3,08 1,41
12 4,51 3,83 0,68 3,08 1,43 0 4,51
24 4,58 3,05 1,53 2,98 1,6 0 4,58

Aktivitas Bakterisidal dan Antibiofilm Batang Jatropha multifida L. terhadap


Staphylococcus aureus dan MRSA

(Annisa Fitria, Arde Toga Nugraha, Yurfida Meliani, Achdiani Choiriah) 54


Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA p. ISSN: 1411-1047
e. ISSN: 2503-2364

Tabel 3. Nilai presentase penghambatan biofilm ekstrak J.multifida terhadap bakteri uji

Seri konsentrasi S. aureus IC50 MRSA IC50


KHM 88,80% 0,3 mg/mL 55,93% 0,76 mg/mL
1/2 KHM 37,72% 45,57%
1/4 KHM 12,77% 28,27%
1/8 KHM 0% 13,37%

Aktivitas Bakterisidal dan Antibiofilm Batang Jatropha multifida L. terhadap


Staphylococcus aureus dan MRSA

(Annisa Fitria, Arde Toga Nugraha, Yurfida Meliani, Achdiani Choiriah) 55

You might also like