Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Versi Online: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip J. Teknol.

dan Industri Pangan


DOI: 10.6066/jtip.2015.26.1.17 Vol. 26(1): 17-25 Th. 2015 ISSN: 1979-7788
Hasil Penelitian Terakreditasi Dikti: 80/DIKTI/Kep/2012

KAJIAN WAKTU PERENDAMAN “MARINATION” TERHADAP MUTU


DENDENG SAPI TRADISIONAL SIAP MAKAN

[The Study of Marination Time on the Quality of Traditional Dried Meat Ready to Eat]

Baiq Rien Handayani1)*, Cahyawan Catur Edi Margana1), Kertanegara2),


Asri Hidayati3), dan Wiharyani Werdiningsih1)
1)
Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram, Lombok
2)
Fakultas Peternakan, Universitas Mataram, Lombok
3)
Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, Lombok
Diterima 01 Agustus 2014 / Disetujui 12 Maret 2015

ABSTRACT
Generally, marination time at home industry of dried meat “jerky” in NTB province was conducted up to
18 hours at room temperature, which promote the growth of foodborne pathogen. This research was aimed
to determine the effective and efficient marination time to produce a good quality of jerky. A previous study
showed that 2.5% of liquid smoke Grade 1 was recommended to be used in traditional jerky processing.
Therefore, the concentration was used for marination of sliced meat in traditional spices for 0, 3, 6, 9, 12,
15 and 18 hours at room temperature. Data analyses were conducted using ANOVA. The results indicated
that marination time has significant effect on the chemical qualities (water, protein content and pH),
however no significant effect was observed on the ash content. In addition, a hedonic test exhibited that
marination time influenced the color, taste and flavor of the traditional jerky. However, it had no effect on
the jerky’s texture. Direct plating analyses indicated that marination time influenced the number of total
2 1
microbes (<1.0 x 10 (CFU/gram), coliform and molds (<1.0 x 10 CFU/gram). In conclusion, the best
traditional jerky quality was resulted from 3 hours of marination. The jerky had 11.77% of water content;
4.66% of ash; 48, 54% of protein and pH of 5.5. In general, 3 hours marination time exhibited a good
acceptance on the parameter of SNI 01-2908-1992, i.e. color (black towards brownish), texture (biteable)
and flavor (smoky flavor/barbeque) as well as, safe for consumption.

Keywords: liquid smoke, marination, quality, traditional jerky

ABSTRAK1
Pada umumnya, waktu perendaman dendeng skala industri rumah tangga di Provinsi NTB dilakukan
hingga 18 jam pada suhu kamar, yang mendorong pertumbuhan bakteri patogen. Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan lama waktu perendaman yang efektif dan efisien untuk menghasilkan dendeng dengan
kualitas yang baik. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa 2,5% asap cair G1 direkomendasikan untuk
digunakan dalam pengolahan dendeng tradisional. Oleh karena itu, konsentrasi asap cair tersebut
digunakan untuk perendaman irisan daging dalam bumbu tradisional selama 0, 3, 6, 9, 12, 15 dan 18 jam
pada suhu kamar. Analisis data dilakukan dengan analis keragaman menggunakan ANOVA. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa waktu perendaman memiliki pengaruh yang nyata terhadap kualitas kimia
(air, kadar protein dan pH), namun tidak signifikan pada kadar abu. Selain itu, uji hedonik menunjukkan
bahwa waktu perendaman mempengaruhi warna, rasa dan aroma dendeng tradisional namun tidak
berpengaruh pada tekstur dendeng. Pada uji mikrobiologi menunjukkan bahwa waktu perendaman
2 1
mempengaruhi jumlah total mikroba (< 1,0 x 10 CFU/gram), koliform dan kapang <1,0 x 10 CFU/gram).
Dapat disimpulkan bahwa dendeng sapi tradisional siap makan dengan kualitas terbaik dihasilkan dari 3
jam perendaman dengan kriteria sebagai berikut yaitu 11,77% kadar air, 4,66% kadar abu, 48,54% protein
dan 5,5 dari pH. Secara umum, waktu perendaman 3 jam menunjukkan penerimaan dendeng yang baik
pada parameter warna (hitam kecoklatan), tekstur (biteable) dan rasa (rasa berasa) yang terkait erat
dengan SNI 01-2908-1992, juga aman untuk dikonsumsi.

Kata kunci: asap cair, dendeng tradisional, mutu, perendaman

*Penulis Korespondensi:
E-mail: baiqrienhs@yahoo.com

17
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(1): 17-25, 2015

PENDAHULUAN lama perendaman yang bervariasi. Beberapa


industri pengolah dendeng tradisional di Nusa
Dendeng adalah salah satu produk daging Tenggara Barat menerapkan perendaman yang
olahan yang diawetkan, diproduksi secara seder- lama (18 jam) pada suhu kamar yang mendorong
hana dan mempunyai daya terima yang tinggi pertumbuhan berbagai jenis mikroba. Selain itu ada
Menurut Boles et al., 2007; Allen et al., 2007 dan juga industri pengolah daging atau dendeng di
Lonnecker et al., 2010 dendeng “jerky” adalah Seganteng-Cakranegara yang menerapkan peren-
produk siap makan yang populer, diolah oleh daman singkat selama 1 jam, namun dengan hasil
berbagai usaha kecil dan sangat kecil (mikro) di penetrasi flavor yang kurang disukai konsumen.
USA. dendeng yang dikenal dengan nama Jerky Teknik marinasi sebenarnya bukan saja
adalah makanan ringan dengan nilai gizi (protein) dilakukan oleh industri dendeng tradisional di
tinggi, rendah kalori dengan daya simpan lama Indonesia, tetapi teknik ini sudah dikenal berabad-
Dendeng biasanya dibuat dari irisan daging atau abad yang lalu di berbagai negara (Yusop et al.,
daging yang digiling dengan merendam atau men- 2011) dan dari beberapa penelitian diketahui bahwa
campur dengan berbagai jenis bumbu atau rempah- semakin lama marinasi atau perendaman daging
rempah. USDA pada tahun 2004 mengklasifikasikan dalam bumbu semakin tinggi daya terima konsumen
dendeng sapi yang diolah dengan panas sebagai termasuk untuk daging siap makan dan semakin
produk daging yang siap untuk dikonsumsi (Harrison meningkat penilaian sensori terhadap warna, aroma
et al., 2006). Untuk menghasilkan dendeng dengan dan flavor produk yang dihasilkan (Yusop et al.,
mutu dan keamanan yang terjaga USDA FSIS pada 2010 dan Lunde et al., 2008).
tahun 2003 menerbitkan pedoman yang menjadi Beberapa hasil penelitian komersial memper-
acuan dalam produksi dendeng baik yang berasal lihatkan bahwa perendaman dibutuhkan dalam
dari daging sapi maupun dari unggas (Borowski et usaha pengolahan dendeng “jerky” yaitu melakukan
al., 2009). perendaman daging dalam bumbu (marination)
Di Indonesia proses pembuatan dendeng selama 4 jam pada suhu dingin (4°C). Menurut
lebih banyak dilakukan dengan metode tradisional laporan Himpunan Pengolah daging Amerika
yang memiliki beberapa keuntungan diantaranya (AAMP), bahwa perendaman sesungguhnya adalah
adalah mudah dilakukan dan murah, karena energi merendam irisan daging dengan larutan mengan-
panas diperoleh dari matahari. Namun, proses pe- dung campuran garam, gula, rempah-rempah atau
ngolahan dendeng secara tradisional juga memiliki campuran perasa tambahan, pada suhu 4°C selama
beberapa kelemahan antara lain kebersihan bahan 12 jam (Whenten, 2004) sehingga memberi ke-
pangan yang tidak terjamin. Sehingga dendeng sempatan penetrasi bumbu ke dalam daging yang
kemasan yang dijual di pasaran oleh beberapa akan memberi cita rasa yang disukai konsumen
industri tradisional tidak aman konsumsi selain tetapi dengan pertumbuhan mikroba yang dapat
variasinya yang sangat terbatas. Hal ini sejalan ditekan karena perendaman dilakukan pada suhu
dengan pernyataan Nummer et al. (2004) bahwa dingin. Bowker et al. (2010) melakukan teknik
proses pengolahan dendeng tradisional dan proses perendaman dengan tekanan hidrodinamik selama
pengeringannya belum cukup untuk membunuh 30 menit dalam larutan yang mengandung air,
sejumlah mikroba pathogen seperti Escherichia coli garam dan phospate untuk meningkatkan mutu
O157, Salmonella, Staphylococcus aureus dan daging kalkun. Perendaman daging sesungguhnya
Listeria monocytogenes. Jo et al. (2004) dan bukan hanya dapat meningkatkan mutu kimia, fisik
Bjorkroth (2005) menegaskan bahwa pengendalian maupun sensori. Alvarado et al. (2007) juga
jumlah mikroba dalam produk olahan berbahan baku menyampaikan bahwa perendaman/marinasi daging
daging sangat penting untuk dilakukan oleh semua yang dilakukan pada pH rendah (pH 4) dapat ber-
industri pengolahan daging. fungsi menghambat bakteri patogen yaitu Listeria
Tingginya tingkat keamanan yang diinginkan monocytogenes yang menurut Kamaldeep et al.
tersebut sangat berbeda dengan kondisi yang terjadi (2012) merupakan bakteri patogen umum yang
di beberapa usaha pengolahan daging Indonesia. ditemukan pada daging sapi. Selain mampu me-
Hasil penelitian Harlia (2011) menunjukkan bahwa nekan pertumbuhan bakteri patogen, perlakuan
dendeng giling yang dijual di pasaran mengandung marinasi daging juga dapat meningkatkan kapasitas
mikroba melebihi ambang batas ketentuan SNI. Hal pengikatan air (Water Holding Capacity) produk.
ini disebabkan karena sanitasi yang kurang baik. Hal Bjorkroth (2005) menyatakan bahwa melakukan
serupa juga ditemukan pada berbagai produk marinasi pada daging dapat meningkatkan ke-
daging sapi asap NTT yang mengandung coliform amanan pangan dan memperpanjang masa simpan
melebihi batas ketentuan SNI (Hutasoit, Suarjana produk. Selama proses perendaman daging dalam
dan Suada, 2013). Dalam proses pengolahannya, bumbu dapat juga ditambahkan pengawet pangan.
dendeng tradisional Indonesia juga menerapkan Salah satu pengawet pangan yang dapat digunakan

18
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(1): 17-25, 2015

yaitu 5% asam asetat untuk merendam daging masing seberat 500 gram dan ditambahkan dengan
selama 10 menit sebelum perendaman dengan 130 gram bumbu tradisional yang merupakan
bumbu-bumbu. Albright et al. (2007) melakukan campuran dari berbagai jenis rempah-rempah yaitu:
perendaman irisan daging dalam berbagai variasi 8,85 gram (0,885%) ketumbar, 0,51 gram (0,051%)
bumbu selama 24 jam pada suhu dingin 4°C. Hal kayu manis, 1,25 gram (0,125%) adas manis, 0,5
serupa juga dilakukan oleh Buege et al. (2006) yang gram (0,05%) jinten, 0,16 gram (0,016%) cengkeh,
juga melakukan perendaman irisan daging dalam 0,23 gram (0,023%) saparwantu, 17 gram (1,7%)
pembuatan dendeng sapi selama 24-25 jam pada bawang putih, 2,5 gram (0,25%) merica bubuk, 65
suhu dingin (5°C). Perendaman dendeng dengan gram (6,5%) lengkuas, 10,50 gram (1,05%) garam
menggunakan asap cair dari tempurung kelapa dan 200 gram (20%) gula merah. Ke dalam irisan
diketahui juga memiliki efek antimikroba yang daging ditambahkan asap cair Pro Awet dengan
sangat baik karena dapat menghambat pertumbuh- konsentrasi 2,5% (b/b) dan ditambahkan bumbu
an bakteri Gram positif, Gram negatif dan jamur dengan takaran tersebut di atas. Perendaman di-
(Milly et al., 2005 dan Paul et al., 2006). Saritha et lakukan dengan variasi waktu 0, 3, 6, 9, 12, 15, dan
al. (2007) dan Guilbaud et al. (2008) melaporkan 18 jam. Setelah dijemur selama 7 jam, dendeng
bahwa ekstrak asap cair memiliki aktivitas peng- mentah dioven pada suhu 135°C selama 15 menit
hambatan yang sangat baik terhadap L. Mono- (Memmert oven UNB 400, Germany).
cytogenes. Handayani et al. (2012) berhasil me- Medium yang digunakan untuk pertumbuhan
nemukan penggunaan 2,5% asap cair dengan mikroba adalah Plate Count Agar, untuk pertumbuh-
perendaman suhu kamar dalam bumbu menghasil- an kapang yaitu Potatoes Dextrose Agar (Merck
kan dendeng sapi tradisional siap makan. KgaA, Germany) dan untuk pertumbuhan koliform
Penerapan perendaman suhu dingin hingga menggunakan Violet Red Bile Agar (Merck KgaA,
saat ini sulit untuk diterapkan di NTB karena keter- Germany). Rancangan percobaan yang digunakan
sediaan sistim pendingin di tingkat industri pengolah adalah rancangan acak lengkap untuk uji kimia dan
pangan di NTB sangat terbatas bahkan hampir tidak mikrobiologi, dan rancangan acak kelompok untuk
tersedia, sehingga hampir seluruh industri terutama uji sensoris. Untuk setiap rancangan, dipergunakan
pengolahan daging tidak menggunakan mesin pen- 3 kali ulangan. Parameter penelitian yang diamati
dingin. Usaha pengolahan dendeng tradisional di yaitu mutu kimia yang terdiri dari kadar air dan kadar
NTB pada umumnya menggunakan suhu kamar abu dengan metode thermogravimetri, dan kadar
selama proses perendamannya. Suhu kamar me- protein dengan metode Kjeldahl (Rohman dan
rupakan suhu yang sangat ideal untuk mendorong Sumantri, 2007) dan Nilai pH yang diukur meng-
pertumbuhan mikroba mesofilik terutama mikroba gunakan pH meter. Selain itu dilakukan uji mutu
patogen pangan, dengan demikian diharapkan per- sensoris menggunakan 30 panelis semi terlatih
lakuan lama perendaman yang efisien dalam bumbu (mahasiswa Fakultas Teknologi Pangan dan Agro-
yang sudah mengandung asap cair 2,5% akan industri) untuk mengetahui penerimaan terhadap
membantu mempercepat proses perendaman, yang rasa, warna, aroma, dan tekstur (Rahayu, 1998).
biasanya dilakukan secara tradisional dengan mutu Penerimaan terhadap rasa, warna, aroma, dan
yang tetap memuaskan. Tujuan penelitian ini adalah tekstur dilakukan menggunakan skala hedonik dan
untuk menemukan lama waktu perendaman yang skala skoring. Skala hedonik (1=sangat tidak suka,
paling efisien untuk menghasilkan dendeng sapi 2=tidak suka, 3=agak suka, 4=suka, 5=sangat
siap makan dengan mutu terbaik. suka). Skala skoring rasa (1= rasa dendeng sangat
kuat, 2=rasa dendeng kuat, 3= rasa dendeng agak
kuat, 4= rasa dendeng agak lemah, 5=rasa dendeng
BAHAN DAN METODE lemah), warna (1=hitam, 2=coklat kehitaman,
3=coklat, 4=merah kecoklatan, 5=merah tua), aroma
Proses pembuatan dendeng tradisional me- (1=beraroma asap sangat kuat, 2=beraroma asap
ngikuti metode Handayani (2012). Daging lulur luar kuat, 3=beraroma asap, 4=beraroma asap lemah,
sapi Bali yang diperoleh dari Rumah Potong Hewan 5=tidak beraroma asap), dan tekstur (1=sangat
banyumulek, Lombok Barat, NTB. Daging dibersih- keras, 2=keras, 3=agak empuk, 4=empuk, 5=sangat
kan dari lemak yang melekat. Selanjutnya daging empuk). Uji mutu mikrobiologi dilakukan dengan
diiris dengan ukuran 10 cm x 5 cm dan dibekukan menghitung total mikroba dan total koliform meng-
dalam kantong plastik terpisah di dalam freezer gunakan metode tuang, dan total kapang dengan
selama 6±0,08 jam untuk mempermudah pengirisan. metode sebar (Harrigan, 1998). Data hasil pe-
Kemudian, daging beku dithawing selama 30±5 ngamatan dianalisis dengan analisis keragaman
menit dalam air mengalir dan diiris menggunakan (analysis of variance) pada taraf nyata 5% meng-
pengiris daging (Slicer/Shirman, Italy) dengan ke- gunakan ANOVA. Apabila terdapat perbedaan yang
tebalan 0,4 cm. Irisan dendeng ditimbang masing- nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji beda

19
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(1): 17-25, 2015

nyata jujur BNJ untuk uji kimia dan mikrobiologi dan sesuai dengan kadar air menurut SNI 01-2908-1992
uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)/uji jarak dengan maksimum kadar air sebesar 12%. Per-
berganda Duncan untuk uji organoleptik, pada taraf lakuan perendaman 0 sampai dengan 6 jam meng-
nyata yang sama (Rahayu, 1998 dan Hanafiah, hasilkan kadar air yang paling mendekati per-
2002). syaratan SNI tersebut.
Hasil analisis kadar protein memperlihatkan
bahwa kadar protein dendeng cukup tinggi yaitu
HASIL DAN PEMBAHASAN
berkisar 41,57-48,54% dalam produk. Hal ini
dimungkinkan karena kandungan air yang cukup
Pengaruh waktu perendaman “marination” ter-
rendah yaitu 11,66-4,94%. Berdasarkan SNI 01-
hadap mutu kimia (kadar air, kadar abu, kadar
2908-1992, diperlihatkan bahwa kadar protein
protein dan pH)
produk dendeng dengan kadar air sebesar 12%
Waktu perendaman “marination” berpengaruh
akan mengandung protein rata-rata sebesar 30%.
terhadap mutu kimia dendeng tradisional siap
Tingginya kadar protein dimungkinkan karena
makan. Tabel 1 memperlihatkan bahwa perlakuan
rendahnya kadar air dalam bahan. Hasil penelitian
perendaman dalam bumbu yang mengandung 2,5%
ini menunjukkan bahwa dengan rata-rata kadar air
asap cair berpengaruh nyata terhadap kadar air, 26,09%, memenuhi persyaratan Direktorat Gizi,
kadar protein dan nilai pH. Akan tetapi perlakuan Departemen Kesehatan RI (1981) dan memiliki
perendaman tidak berpengaruh terhadap kadar abu
kadar protein sebesar 31,38% yang sangat dekat
dendeng tradisional siap makan.
dengan persyaratan mutu kadar protein menurut
Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan pe-
SNI 01-2908-1992. Kadar protein dendeng me-
rendaman dalam bumbu yang mengandung asap
nunjukkan kecenderungan berkurang sebanding
cair secara nyata meningkatkan kandungan air dan dengan semakin lamanya waktu perendaman hal ini
menurunkan kandungan total padatan terutama diduga karena asap cair yang terdapat di dalam
protein dendeng sapi siap makan. Peningkatan
bumbu perendam menyebabkan lisis pada kom-
kandungan air tidak mempengaruhi kandungan abu
ponen-komponen terlarut dalam sel. Semakin lama
dalam dendeng. Perlakuan waktu perendaman tidak
waktu perendaman, semakin meningkat jumlah
merubah kandungan abu dalam produk, yaitu komponen terlarut termasuk protein sel yang
dengan rata-rata sebesar 4,65%. Kadar air dendeng mengalami lisis.
siap makan meningkat dengan lamanya pe-ren-
Nilai pH daging sangat mempengaruhi
daman dari 11,66% menjadi 13,46%. Kadar air kualitas sensori seperti warna, teksture dan flavor
dendeng tertinggi diperoleh dengan perlakuan waktu produk olahannya (Ke et al., 2009). Nilai pH
perendaman 9 jam yaitu sebesar 14,94%. Diduga
dendeng dengan perlakuan perendaman berkisar
hal ini terkait dengan nilai pH dendeng sebesar 5,60. antara 5,42–5,69. Nilai pH maksimum perlakuan
Dendeng dengan pH 5,60 belum mencapai titik tersebut mendekati nilai pH dendeng industri rumah
isoelektrik, dimana pH isoelektrik tercapai pada pH tangga yang dilakukan oleh Dierschke et al. (2010)
5,3-5,5. Pada saat mencapai pH isoelektrik, bahan
yang berkisar antara 5,61-5,80 dan hasil studi
akan kehilangan kemampuan menahan air. Meski- Lonnecker et al. (2010) yang menunjukkan pH
pun persentase kadar air tersebut terjadi pe-
dendeng dari berbagai industri rata-rata sebesar
ningkatan, namun masih dalam batas normal kadar 5,85.
air sebesar 25% yang ditegaskan oleh Direktorat
Gizi, Departemen Kesehatan RI (1981) dan sangat

Tabel 1. Purata hasil pengamatan waktu perendaman terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein dan
perubahan pH dendeng sapi siap makan
Perlakuan Purata
Lama Perendaman (Jam) Kadar Air Kadar Abu Kadar Protein pH
c a a a
0 11,66 ± 0,28 4,84 ± 0,19 47,93 ± 0,25 5,69 ± 0,14
c a a ab
3 11,77 ± 0,27 4,66 ± 0,02 48,54 ± 0,43 5,51 ± 0,14
c a b ab
6 11,72 ± 0,25 4,57 ± 0,14 46,63 ± 0,24 5,43 ± 0,07
a a b ab
9 14,94 ± 0,40 4,51 ± 0,17 46,48 ± 0,48 5,60 ± 0,11
b a d ab
12 12,97 ± 0,10 4,69 ± 0,18 41,57 ± 0,44 5,49 ± 0,04
b a b ab
15 13,56 ± 0,29 4,61 ± 0,11 45,90 ± 0,26 5,46 ± 0,03
b a c b
18 13,46 ± 0,27 4,64 ± 0,11 44,81 ± 0,17 5,42 ± 0,07
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan
nyata pada taraf nyata 5%

20
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(1): 17-25, 2015

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai 5


pH dendeng dengan berbagai lama perendaman

Nilai Hedonik Tesktur


menunjukkan pola menurun dengan semakin lama- 4
3,12a 3,20a 3,28a 3,12a 3,08a
nya perendaman. Hal ini kemungkinan disebabkan 3,04a 2,88a
3
karena sel daging cukup memperoleh waktu untuk
masuknya asap cair yang juga mengandung asam- 2
asam yang akan menurunkan pH dalam bahan.
Adanya kandungan asam dalam asap cair ditunjuk- 1
kan oleh laporan Milly et al. (2008) yang menyata-
0
kan bahwa asap cair dan fraksi-fraksinya mengan- 0 3 6 9 12 15 18
dung sejumlah asam dengan pH rendah di bawah
Waktu Perendaman (Jam)
pH 4,6, mengandung karbonil dan senyawa fenol.
Data Tabel 1 memperlihatkan bahwa pH isoelektrik Gambar 2. Penilaian tekstur dendeng sapi siap
sudah dapat tercapai dengan melakukan peren- makan dengan uji hedonik
daman selama 3 jam (pH 5,51). Menurut Christen 5
(2000), titik isoelektrik dari myosin dan actomyiosin

Nilai Hedonik Aroma


4 3,64a
tercapai pada pH 5,3–5,5. Pada kondisi ini masa 3,40ab 3,20ab
3,16ab 3,08b 3,12b 3,20ab
simpan produk (daging/dendeng) akan lebih lama 3
karena kondisi pH tersebut dapat menurunkan atau
menekan pertumbuhan mikroba. Analisis nilai pH 2
memperlihatkan bahwa semakin lama perlakuan
lama perendaman menyebabkan penurunan nilai 1
pH. Nilai pH terendah diperoleh dengan perlakuan 0
lama perendaman selama 18 jam (pH 5,42). 0 3 6 9 12 15 18
Keseluruhan data kimia memperlhatkan bahwa per-
lakuan lama perendaman 3 jam dalam bumbu dan Waktu Perendaman (Jam)
asap cair 2,5%, cukup efisien untuk menghasilkan
dendeng siap makan. Gambar 3. Penilaian aroma dendeng sapi siap
makan dengan uji dan skoring dan
Pengaruh waktu perendaman terhadap mutu hedonik
sensoris dendeng sapi siap makan 5
Berdasarkan penilaian panelis dengan
Nilai Hedonik Rasa

metode kesukaan, perlakuan waktu perendaman 4 3,56a


3,28ab 3,08ab 3,28ab 3,32ab
tidak mempengaruhi kesukaan panelis terhadap 3,04ab 3,00b
tekstur akan tetapi mempengaruhi rasa, warna dan 3
aroma dendeng sapi tradisional siap makan yang
2
dihasilkan. Hasil analisis uji lanjut terhadap metode
hedonik dan diperlihatkan oleh Gambar 1 sampai 1
dengan Gambar 4.
0
5 0 3 6 9 12 15 18
Nilai Hedonik Warna

4 3,64ab 3,72a 3,52abc 3,52abc


Waktu Perendaman (Jam)
3,24bcd 3,16cd
2,92d
3 Gambar 4. Penilaian rasa dendeng sapi siap
makan dengan uji skoring dan hedonik
2
Keterangan: Gambar 1-4 menggunakan rancangan per-
1 cobaan polinomial ortogonal, dimana masing-masing
perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Data dianalisis
0 dengan analisis keragaman pada taraf nyata 5%,
0 3 6 9 12 15 18 apabila terdapat beda nyata dilakukan uji lanjut
Waktu Perendaman (Jam) dengan Uji Beda Jarak Nyata Duncan (DMRT). Huruf
yang berbeda pada di tiap balok data menunjukkan
Gambar 1. Penilaian warna dendeng sapi siap nilai yang berbeda nyata pada taraf signifikansi 5%
makan dengan uji hedonik

21
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(1): 17-25, 2015

Gambar 1. memperlihatkan bahwa perlakuan siap makan. Hasil analisis uji lanjut total mikroba
waktu perendaman memberikan pengaruh yang dapat dilihat pada Gambar 5.
nyata terhadap warna dengan metode kesukaan
(hedonik). Panelis memberikan penilaian terhadap 7 6,4a
warna yang bervariasi diduga karena perbedaan

Jumlah Total Mikroba X 102


kemampuan panelis untuk membedakan warna 6
yang ada pada permukaan dendeng. Secara umum 5

(CFU/gram)
panelis memberikan penilaian suka karena warna
dendeng yang merah kecoklatan (merah agak 4 3,5b
gelap) yang ditimbulkan dari reaksi non-enzimatis 3 2,5bc 2,3bc 2,5bc
melalui reaksi kondensasi antara karbonil dan 2,0bc
dikarbonil dalam asap dengan asam-asam amino 2 1,5c
protein dan asam amino bebas dalam produk 1
pangan (daging). Dilihat dari hasil uji hedonik, skor
warna cenderung menurun dengan semakin lama- 0
0 3 6 9 12 15 18
nya waktu perendaman. Diduga asap cair menye-
babkan lisis warna pada daging yang diikuti dengan Waktu Perendaman (Jam)
oksidasi mioglobin menjadi metmioglobin. Hal ini Gambar 5. Pengaruh waktu perendaman terhadap
sejalan dengan Arizona et al. (2011) yang menyata- total mikroba dendeng sapi tradisional
kan bahwa mioglobin (zat warna merah pada siap makan. Huruf yang berbeda di tiap
daging) dapat dioksidasi menjadi metmioglobin yang balok data menunjukkan nilai yang ber-
berwarna coklat. beda nyata pada taraf signifikansi 5%
Gambar 2 memperlihatkan bahwa perlakuan
waktu perendaman tidak berpengaruh terhadap Gambar 5. memperlihatkan bahwa perlakuan
tekstur dendeng, Semua panelis memberikan waktu perendaman berpengaruh nyata terhadap
penilaian yang sama dengan kriteria agak suka kandungan total mikroba pada dendeng yang
karena dendeng yang dihasilkan memiliki tekstur dihasilkan. Tanpa perendaman jumlah mikroba
agak empuk, sehingga memudahkan untuk digigit dalam dendeng cukup tinggi. Hal ini disebabkan
atau dikunyah. Gambar 3 dan 4, menunjukkan karena daging sapi sebagai bahan baku dendeng
bahwa perlakuan perendaman berpengaruh ter- mengandung nutrisi yang tinggi sehingga ber-
hadap aroma dan rasa dendeng yang dihasilkan. peluang ditumbuhi oleh berbagai jenis mikroba.
Aroma dan rasa dendeng yang dihasilkan tanpa Hassan et al. (2010) menyatakan bahwa 84%
perendaman lebih disukai oleh panelis. Hal ini daging yang dijual di pasaran terkontaminasi ber-
diduga karena tidak ada aroma asap sehingga rasa bagai jenis bakteri dan 66% diantaranya di-
khas dendeng menjadi lebih kuat. Penerimaan kategorikan sebagai patogen. Akan tetapi, jumlah
panelis terhadap aroma dan rasa dendeng menurun mikroba awal ini semakin menurun dengan me-
menjadi agak suka dengan perlakuan perendaman 3 ningkatnya waktu perendaman menggunakan asap
sampai dengan 18 jam. Semakin lama waktu pe- cair dan mencapai jumlah terendah dengan waktu
rendaman menyebabkan semakin tinggi penetrasi perendaman 18 jam Total mikroba pada dendeng
komponen fenolik yang terdapat di dalam asap cair. sapi siap makan secara keseluruhan memenuhi SNI
Guilboud et al. (2008) menyatakan bahwa aroma 7388:2009 (BSN, 2009) tentang dendeng sapi atau
yang terbentuk pada dendeng siap makan disebab- daging asap yang diolah dengan panas yang
kan oleh adanya absorpsi senyawa fenol pada asap mensyaratkan batas maksimum jumlah mikroba
cair yang berupa hidrokarbon aromatik yang ter- berdasarkan angka lempeng total (ALT) sebesar
susun dari cincin benzen dengan sejumlah gugus 5
1,0x10 CFU/gram. Jumlah purata total mikroba dari
hidroksil yang saling terikat. Hal berbeda dikemuka- seluruh perlakuan perendaman berkisar <1,5x10
2
kan oleh Morey et al. (2012) bahwa penyerapan 2
sampai dengan 6,4x10 CFU/gram Data tersebut
asap cair yang semakin tinggi di dalam produk RTE menunjukkan bahwa berdasarkan total mikroba
secara nyata tidak menyebabkan perubahan dalam dendeng sapi tradisional siap makan yang dihasil-
flavor produk yang dihasilkan. kan aman untuk dikonsumsi. Secara umum,
semakin lama perendaman menyebabkan terjadinya
Mutu mikrobiologis dendeng sapi siap makan penurunan pH yang menyebabkan penurunan
Gambar 5 memperlihatkan bahwa waktu pe- kandungan mikroba. Hal ini diduga disebabkan oleh
rendaman secara nyata mempengaruhi kandungan adanya kandungan asam pada asap cair yang
total mikroba akan tetapi tidak mempengaruhi terbukti sangat efektif dalam menghambat dan
jumlah total kapang dan koliform pada dendeng sapi mematikan mikroba dengan cara asam menembus

22
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(1): 17-25, 2015

dinding sel mikroba yang menyebabkan terjadinya cara menembus dinding sel mikroba yang me-
lisis sel yang selanjutnya dapat menyebabkan nyebabkan sel mikroba menjadi lisis kemudian mati.
kematian mikroba. Selain asam organik, di dalam Dari hasil penelitian diduga bahwa tanpa melakukan
asap cair ditemukan juga senayawa dominan lain perendaman dendeng dalam bumbu yang me-
seperti fenolik dan senyawa karbonil (Montazeri et ngandung asap cair, tidak tersedia cukup waktu bagi
al., 2012). Fenolik diketahui sebagai senyawa utama asap cair untuk masuk dan melisis sel mikroba atau
dalam tumbuh-tumbuhan yang berperan juga se- kapang. Semakin lama perendaman menyebabkan
bagai pengawet alami. Simon et al. (2005) mem- semakin menurunnya nilai pH yang mengindikasikan
pertegas hal ini dengan menyatakan bahwa asap bahwa kandungan asam pada asap cair semakin
cair bukan hanya berperan mempengaruhi rasa, meningkat di dalam sel. Perubahan keasaman sel
aroma dan warna produk tetapi juga dapat berfungsi menyebabkan kerusakan dan kematian sel mikroba
sebagai pengawet dengan cara mengurangi kadar atau kapang. Hal ini sejalan dengan pendapat
air dalam bahan dan bersifat bakteriosttatik. Bjorkroth (2005) yang menyatakan bahwa asam-
Hasil pengamatan kandungan kapang pada asam organik memiliki kemampuan menghambat
media PDA juga memperlihatkan bahwa perlakuan atau mematikan mikroba.
waktu perendaman tidak mempengaruhi per- Hasil pengamatan kandungan koliform
tumbuhan kapang pada dendeng sapi tradisional dengan media VRBA memperlihatkan bahwa tidak
siap makan karena sudah diproses dengan oven. ditemukan adanya koliform pada dendeng sapi siap
Pemanasan dendeng sapi tradisonal mentah makan. Adanya kandungan koliform menunjukkan
dengan suhu oven 135°C selama 10-15 menit tingkat sanitasi yang baik dari sejak tahap persiapan
secara umum mematikan pertumbuhan kapang maupun sanitasi proses yang dilakukan hingga
sehingga hampir tidak ditemukan pertumbuhan pengemasan dendeng tradisional siap makan.
kapang pada seluruh petridish pada media uji PDA. Secara umum perlakuan waktu perendaman dan
Jumlah kapang pada semua petridish kurang dari perlakuan lanjutan menguntungkan dari pe-
1
standar perhitungan jumlah kapang (<1,0x10 ngurangan jumlah kandungan mikroba baik dari total
CFU/gram) bahkan tidak ditemukan adanya koloni mikroba, total kapang dan kandungan koliform pada
-2
kapang sampai dengan pengenceran 10 . Selain itu dendeng yang dihasilkan. Waktu perendaman
tidak ditemukan pertumbuhan kapang dengan pe- (marination) selama 3 jam dalam bumbu yang
ngamatan secara visual pada produk dendeng ditambah dengan 2,5% asap cair terbukti efisien
tersebut. Dendeng yang diberi perlakuan perendam- untuk menghasilkan tingkat keamanan yang cukup
an dalam bumbu yang mengandung asap cair me- dalam proses pengolahan dendeng tradisional.
menuhi syarat yang ditetapkan dengan No. SNI 01- Dengan demikian hasil pengamatan uji mikrobiologi
2908-1992 yaitu tidak tampak kapang pada dendeng menunjukkan bahwa perlu dilakukan perendaman
sapi. minimal 3 jam dalam bumbu-bumbu yang diracik
Pertumbuhan kapang ditemukan pada tradisional dan ditambah dengan 2,5% asap cair
dendeng mentah yang diproses dengan tanpa me- sebelum penjemuran untuk memperoleh kandungan
lakukan perendaman (0 jam). Pertumbuhan kapang mikroba (total mikroba, total kapang maupun
pada dendeng mentah yang sudah dijemur ditemu- koliform) pada level yang aman baik melalui
kan setelah penyimpanan 2 minggu. Pertumbuhan pengamatan visual maupun perhitungan pada media
kapang ini dimungkinkan karena daging sebagai agar. Penggunaan asap cair 2,5% juga digunakan
bahan yang mengandung nutrisi tinggi yang memiliki oleh Morey et al. (2012) dan menemukan bahwa
peluang sebagai media pertumbuhan berbagai jenis asap cair pada konsentrasi ini secara nyata me-
mikroba termasuk bakteri dan kapang. Pemberian nurunkan kandungan mikroba L. Monocytogenes
asap cair yang seharusnya memiliki efek anti- dan mikroflora penyebab kebusukan seperti bakteri
mikroba tidak terbukti efektif mengurangi per- aerob, kapang dan khamir, koliform dan bakteri
tumbuhan kapang jika tidak dilakukan proses asam laktat).
perendaman. Hal ini disebabkan karena untuk mem-
berikan aktifitas antimikroba, asap cair yang me-
ngandung sejumlah komponen antimikroba harus KESIMPULAN
masuk ke dalam sel selama proses perendaman
untuk terjadinya lisis sel. Halini sesuai dengan Dendeng sapi tradisional siap saji dengan
pendapat Guilbaud et al. (2008) dan Cornu et al. mutu terbaik diperoleh dengan waktu perendaman
(2006) yang menyatakan bahwa asap cair sangat paling singkat selama 3 jam dengan kriteria: kadar
efektif dalam menghambat dan mematikan per- air (11,77%), kadar abu (4,66%), kadar protein
tumbuhan mikroba pada produk makanan. Asap cair (48,54%) dan pH (5,5) dengan penilaian sensoris
yang mengandung sejumlah komponen antimikroba berdasarkan tingkat kesukaan rasa, tekstur dan
seperti fenol masuk ke dalam sel mikroba dengan aroma agak disukai dengan nilai skoring panelis

23
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(1): 17-25, 2015

menyukai dengan ciri-ciri tekstur agak empuk, warna bacteria starter cultures as pathogen surro-
coklat kehitaman, aroma agak tercium asap yang gates. J Food Protect 72: 1234-1247.
menyebabkan rasa dendeng agak kuat. Selain itu Buege DR, Searls G, Ingham SC. 2006. Lethality of
perendaman 3 jam menghasilkan kandungan total commercial whole-muscle beef jerky
mikroba, total kapang dan koliform pada level aman manufacturing processes against Salmonella
untuk dikonsumsi. serovars and Escherichia coli O157:H7. J
Food Protect 69: 2091-2099.
UCAPAN TERIMA KASIH Bowker BC, Callahan JA, Solomon MB. 2010. Effect
of hydrodinamic pressure processsing on the
Penulis mengucapkan terima kasih kepada marination and meat quality of Turkey breast.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan-Dirjen Poultry Sci 89: 1744-1749. DOI: 10.3382/ps.
Dikti melalui Penelitian Prioritas Nasional Master- 2009-00484.
plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Christen GL, Jack SS. 2000. Food Chemistry
Ekonomi Indonesia (Penprinas MP3EI 2011-2015), Principles and Application Scie and Technol
Koridor V, Peternakan, Perikanan dan Pariwisata. System. West Sacramento. LA.
Cornu M, Beaufort A, Rudelle S, Laloux L, Bergis H,
DAFTAR PUSTAKA Miconnet N, Serot T, Delignette-Muller ML.
2006. Effect of temperature, water-phase salt
Albright SN, Kendall PA, Avens JS, Sofos JN. 2007. and phenolic contents on Listeria mono-
Effect of marinade and drying temperature on cytogenes growth rates on cold-smoked
inactivation of Escherichia coli O157:H7 on salmon and evaluation of secondary models.
inoculated home dried beef jerky. J Food Int J Food Microbiol 106: 159-168. DOI: 10.
Safety 22: 155-167. DOI: 10.1111/j.1745- 1016/j.ijfoodmicro.2005.06.017.
4565.2002.tb00338.x. Dierschke S, Ingham SC, Ingham BH. 2010.
Allen K, Cornforth D, Whittier D, Vasavada M, Destruction of Escherichia coli O157:H7,
Nummer B. 2007. Evaluation of high humidity Salmonella, Listeria monocytogenes, and
and wet marinade methods for pasteurization Staphylococcus aureus achieved during
of jerky. J Food Sci 72: C351-C355. DOI: manufacture of whole-muscle beef jerkyin
10.1111/j.1750-3841.2007.00458.X. home-style dehydrators. J Food Protect 73:
2034–2042.
Alvarado C, Mc Kee S. 2007. Marination to improve
functional properties and safety of poultry Guilbaud M, Chafsey I, Pilet MF, Leroi F, Prévost H,
meat. J Appl Poultry Res 16: 113-120. DOI: Hébraud M, Dousset X. 2008. Response of
10.1093/japr/16.1.113. Listeria monocytogenes to liquid smoke. J
Appl Microbiol 104: 1744-1753 DOI: 10.1111/
Arizona R, Suryanto E, Erwanto Y. 2011. Pengaruh
j.1365-2672.2008.03731.x.
konsentrasi asap cair tempurung kenari dan
lama penyimpanan terhadap kualitas kimia Hanafiah KA. 2002. Rancangan Percobaan: Teori
dan fisik daging. Buletin Peternakan 35: 50- dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Permata,
56. Jakarta.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009. Batas Handayani BR, Kartanegara, Margana CCE,
Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. Hidayati A. 2012. Diversivikasi Dendeng Sapi
SNI 7388:2009. “Jerky” Tradisional Siap Saji Menggunakan
Asap Cair Sebagai Pengawet Alami Untuk
Bjorkroth J. 2005. Microbiological ecology of
Meningkatkan Keamanan Pangan dan
marinated meat products. Int Meat Sci 70:
Perekonomian Masyarakat NTB. [Laporan
477-480. DOI: 10.1016/0168-1605(96)01135-
Penelitian] Masterplan Percepatan dan Per-
X.
luasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Boles JA, Neary K, Clawson K. 2007. Survival of (MP3EI) 2012-2015, Koridor V ke Peternakan
Listeria monocytogenes on jerky contaminat- dan Perikanan: Universitas Mataram. Mata-
ed postprocessing. J Muscle Food 18: 186- ram.
193. DOI: 10.1111/j.1745-4573.2007. 00076.
Harlia E. 2011. Keamanan Dendeng Giling yang
x.
dijual di Pasar Tradisional ditinjau dari
Borowski AG, Ingham SC, Ingham BH. 2009. Cemaran Bakteri Patogen. [Skripsi]. Uni-
Validation of ground-and-formed beef jerky versitas Pajajaran, Bandung.
processes using commercial lactic acid

24
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.1.17 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(1): 17-25, 2015

Harrigan WF. 1998. Laboratory Methods in Food products for control of Listeria innocua M1. J
rd
Microbiology. 3 Edition. Academic Press. Food Sci 73: M179-M183. DOI: 10.1111/j.
San Diego. 1750-3841.2008.00714.x.
Harrison MA, Singh RK, Harrison JA, Singh N. 2006. Montazeri N, Oliveira ACM, Himelbloom BH, Leigh
Antimicrobial Intervention and Process MB, Crapol CA. 2012. Chemical charac-
Validation in Beef Jerky Processing. [Final terization of commercial liquid smoke
Report-Summary]. University of Georgia. products. J Food Sci Ntr 1: 102-115. DOI:
Hassan AN, Farooqui A, Khan A, Khan AY, Kazmi 10.1002/fsn3.9.
Su. 2010. Microbial contamination of raw Morey A, Bratcher CL, Singh M, McKee SR. 2012.
meat amd its environment in retail shops in Effect of liquid smoke as an ingredient in
Karachi, Pakistan. J Infect Dev Ctries 4: 382- frankfurters on Listeria monocytogenes and
388. quality attributes. Poultry Sci 91: 2341-2350.
Hutasoit K, Suarjana IGK, Suadda IK. 2013. Kualitas DOI: 10.3382/ps.2012-02251.
daging se’i sapi di kota kupang ditinjau dari Nummer BA, Harrison JA, Harrison MA, Kendall P,
jumlah bakteri coliform dan kadar air. Sofos JN, Andress EL. 2004. Effects of
Indonesia Medicus Veterinus 2: 248-260. preparation methods on the microbiological
Jo C, Kang HJ, Shin DH, Byun MW. 2004. safety of home-dried meat jerky. J Food
Inactivation of foodborne pathogens in Protect 67: 2337-2341.
marinated beef rib by ionizing radiation. Food Paul JM, Toledo RT, Ramakrishnan S. 2006.
Microbiol 21: 543-548. DOI: 10.1016/j.fm. Determination of minimum inhibitory concen-
2003.11.005. trations of liquid smoke fractions. J Food Sci
Kamaldeep KU, Kelly JKG, Elizabeth AEB, Nigel 70: M12-M17 DOI: 10.1111/j.1365-2621.2005.
MH, April SS, Lobaton S, Bruce B. 2012. tb09040.x.
Effect of packaging and storage time on Rahayu WP. 1998. Penuntun Praktikum Penilaian
survival of Listeria monocytogenes on kipper- Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan dan
ed beef steakand Turkey tenders. J Food Sci Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
71: M57-M60. DOI: 10.1111/j. 1750-3841. Pertanian Bogor.
2011.02485.x. Rohman A, Sumantri. 2007. Analisis Makanan. UGM
Ke S, Huang Y, Decker EA, Hultin HO. 2009. Impact Press.Yogyakarta.
of citric acid on the tenderness, microstructure Saritha G, Escoubas JR, Muriana PM. 2007. Effect
and oxidative stability of beef muscle. Meat of inhibitory liquid smoke fractions on Listeria
Sci 82: 113–118. DOI: 10.1016/j.meatsci. monocytogenes during long-term storage of
2008.12.010. Frankfurters. J Food Protect 70: 386-391.
Lonnecker SM, Boyle EAE, Getty KJK, Buege DR, Simon R, Calle B, Palme S, Meier D, Anklam E.
Ingham SC, Searls G, Harper NM. 2010. 2005. Composition and analysis of liquid
Production methods and product charac- smoke flavouring primary products. J Sep Sci
teristics of jerky produced by small and very 28: 871-882 DOI: 10.1002/jssc.200500009.
small meat processing businesses. J Muscle
Whenten JB. 2004. Special Report Jerky: Com-
Foods 21: 826-833. DOI: 10.1111/j. 1745-
pliance Guidelines–Compliance vs. Guidance.
4573.2010.00222.x.
American Association of Meat Processors.
Lunde K, Egelandsdal B, Kubberod G. 2008.
Yusop SM, O’Sullivan MG, Kerry JF, Kerry JP. 2010.
Marinating as technology to shift sensory
Effect of marinating time and low pH on
thresholds in RTE entire male pork meat.
marinade performance and sensory accept-
Meat Sci 80: 1264-1272. DOI: 10.1016/j.
ability of poultry meat. Meat Sci 85: 657-663.
meatsci.2008.05.035.
DOI: 10.1016/j.meatsci.2010.03.020.
Milly PJ, Toledo RT, Ramakrishnan S. 2005.
Yusop SM, O’Sullivan MG, Kerry JP. 2011.
Determination of minimum inhibitory
Marinating and enhancement of the nutritional
concentrations of liquid smoke fractions. J
content of processed meat products. Process-
Food Sci 70: M12-M17. DOI: 10.1111/j.1365-
ed Meats 421-449. DOI: 10.1533/9 780857
2621.2005.tb09040.x.
092946.3.421.
Milly PJ, Toledo RT, Chen J, 2008. Evaluation of
liquid smoke treated ready-to-eat (RTE) Meat

25

You might also like