Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

EduChemia Vol.4, No.

1, 2019
(Jurnal Kimia dan Pendidikan) e-ISSN 2502-4787

PENGARUH MODEL DAUR BELAJAR ENAM FASE-


STAD TERHADAP HASIL DAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA PADA MATERI ASAM BASA
Anike Sem1, Srini Iskandar2, dan Sri Rahayu3
123Prodi Pendidikan Kimia, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5, Malang

E-mail: semanike@yahoo.co.id

Diterima: 26 September 2018. Disetujui: 15 Desember 2018. Dipublikasikan: 31 Januari 2019


DOI: 10.30870/educhemia.v4i1.1846

Abstract: Learning Cycle Model emphasizes the problem of low learning outcomes and
encourages student motivation in the classroom. The Learning Cycle Learning can be
integrated with the STAD learning in the elaboration phase. This integration aimed to learn
the differences in learning outcomes and students' motivation that were taught with the LC 6E-
STAD learning and students who were taught with the LC 6E learning. This research used a
quasi-experimental design. Participant in this research consisted of two classes of XI Science
classes. The research instrument consisted of multiple-choice tests of the acid-base concept
and a motivational questionnaire that were valid and reliable. The data of student learning
outcomes and motivation were analyzed descriptively and statistically using the t-test at the
level of sig. α = 0.05. The results showed that there were differences in learning outcomes and
motivation between students who were taught with the LC 6E-STAD model and the LC 6E
model. The cognitive and psychomotor learning outcomes of LC 6E-STAD students are better
than LC 6E students. Student learning motivation in the LC 6E-STAD class is higher than
learning motivation in the LC 6E class.

Keywords: Learning Cycle, Learning Cycle -STAD, learning outcomes, motivation, Acid-
base

Abstrak: Model Pembelajaran Learning Cycle menekankan pada masalah rendahnya hasil
belajar siswa dan mendorong motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran. Model
pembelajaran Learning Cycle dapat dipadukan dengan model pembelajaran STAD pada fase
elaborasi. Perpaduan tersebut bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dan
motivasi siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran LC 6E-STAD dengan siswa
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran LC 6E. Penelitian ini menggunakan rancangan
eksperimen semu. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas XI IPA yang dipilih secara random
sampling. Instrumen penelitian terdiri atas tes pilihan ganda materi asam basa dan angket
motivasi yang valid dan reliabel. Data hasil belajar dan motivasi siswa dianalisis secara
deskriptif dan statistik dengan menggunakan uji t pada taraf sig. α = 0,05. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar dan motivasi belajar antara siswa yang
dibelajarkan menggunakan model pembelajaran LC 6E-STAD dengan siswa yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran LC 6E pada materi asam basa. Hasil belajar kognitif dan
psikomotor siswa kelas LC 6E-STAD lebih baik dari kelas LC 6E. Motivasi belajar siswa pada
kelas LC 6E-STAD lebih meningkat dibanding motivasi belajar pada kelas LC 6E.

97
98 EduChemia,Vol.4, No.1, 2019 Sem, Iskandar, dan Rahayu

Kata-kata Kunci: Learning Cycle, Learning Cycle -STAD, hasil belajar, motivasi belajar,
Asam Basa

PENDAHULUAN dan perhitungan kimia. Konsep yang

Ilmu kimia merupkan bagian dari bersifat konkrit berhubungan dengan

ilmu pengetahuan alam yang mempelajari segala sesuatu yang dapat diamati melalui

materi dan sisfat-sifatnya. Ilmu kimia panca indera. Misalnya, agar siswa lebih

adalah ilmu tentang perubahan zat sampai memahami tentang konsep asam basa

definisi yang lebih luas yaitu ilmu tentang yang berkaitan dengan sifat-sifatnya,

sifat-sifat zat, perubahan zat, hukum dan kepada siswa ditunjukan bagaimana

prinsip yang menggambarkan perubahan menentukan apakah suatu zat/larutan

zat, serta konsep-konsep dan teori-teori bersifat asam atau basa dengan

yang menafsirkan atau menjelaskan menggunakan indikator. Salah satunya

perubahan zat (Chang, 2003). Ilmu kimia adalah indikator berupa kertas lakmus.

terdiri dari konsep, prinsip, hukum yang Berdasarkan pengamatannya, siswa dapat

menggambarkan perubahan zat, serta mengklasifikasikan bahwa zat/larutan

teori-teori yang menafsirkan atau yang bersifat asam akan memerahkan

menjelaskan perubahan zat tersebut kertas lakmus, sedangkan yang bersifat

(Effendi, 2013). Menurut Permendiknas basa akan membirukan kertas lakmus.

No 23 tahun 2006, pelajaran kimia pada Konsep abstrak merupakan gagasan yang

sekolah menengah bertujuan agar siswa menggambarkan ciri-ciri umum suatu

memahami konsep, hukum, teori kimia obyek atau peristiwa yang dapat

dan prinsip serta keterkaitannya dan mempermudah komunikasi antar manusia

penerapannya untuk menyelesaikan dan memungkinkan manusia untuk

masalah dalam kehidupan sehari-hari. berpikir. Aspek abstrak yang terlibat

Asam basa merupakan salah satu dalam materi asam basa berkaitan dengan

materi kimia yang dipelajari di sekolah reaksi asam basa. Misalnya dalam teori

menengah atas dan merupakan konsep asam basa Brosted-Lowry menyebutkan

dasar untuk mempelajari materi lebih bahwa reaksi asam basa melibatkan

lanjut. Materi asam basa meliputi sifat- transfer proton, dimana asam merupakan

sifat asam basa, teori-teori asam basa, pendonor proton dan basa merupakan

indikator, dan kekuatan asam basa penerima proton (Effendy, 2010).

(Effendy, 2010). Materi asam basa terdiri Prasyarat yang dibutuhkan untuk

dari konsep yang bersifat konkrit, abstrak, memahami konsep-konsep materi asam

e-ISSN 2502-4787
Pengaruh Model Daur Belajar Enam Fase-STAD 99

basa adalah siswa perlu memiliki mengajar di SMA YPPK Santo Thomas
pengetahuan deklaratif, prosedural dan Wamena menyatakan bahwa hasil belajar
kondisional (Rahmayani, 2009: 15). siswa terkait materi kimia masih sangat
Pengetahuan deklaratif meliputi rendah, dimana dapat dikatakan bahwa
pengetahuan yang dapat dinyatakan, siswa tidak tahu dan tidak paham apa yang
biasanya secara verbal melalui ceramah, dipelajari. Berdasarkan data hasil belajar
buku, tulisan, pertukaran kata-kata, dua tahun terakhir pada mata pelajaran
bahasa sandi, notasi matematika dan kimia, diperoleh data pada tahun ajaran
sebagainya. Contohnya, siswa 2013/2014 nilai rata-rata siswa adalah
mengetahui persamaan reaksi untuk 50,6 sedangkan tahun ajaran 2014/2015
memahami hukum laju reaksi. nilai rata-rata siswa menjadi 60,00.
Pengetahuan prosedural mengarah pada Sebagian besar siswa tidak memiliki
pengetahuan tentang strategi atau ketertarikan dan motivasi yang rendah
prosedur apa yang digunakan untuk untuk belajar materi kimia, sehingga
menyelesaikan suatu masalah. mempengaruhi hasil belajar. Model
Contohnya, siswa diberi data yang terdiri pembelajaran yang digunakan guru masih
atas konsentrasi awal reaktan-reaktan dan sangat primitif. Guru cenderung
laju awal, melalui data ini siswa diarahkan menggunakan model pembelajaran yang
untuk menentukan orde reaksi total. kurang bervariasi, seperti ceramah,
Pengetahuan kondisional merupakan kurangnya bahan ajar atau fasilitas
pengetahuan yang berkaitan dengan kapan belajar, guru kurang aktif mencari
digunakan suatu prosedur, keterampilan, informasi tentang perkembangan
atau strategi dan kapan tidak dapat kurikulum, dalam proses pembelajaran
digunakan, kemudian mengapa prosedur guru tidak mengaitkan materi
tersebut dapat digunakan dan mengapa pembelajaran dengan kehidupan sehari-
suatu prosedur lebih baik dibandingkan hari, akibatnya siswa cenderung terlihat
prosedur lain. Contohnya, ketika pasif karena hanya didominasi oleh
menyelesaikan suatu problem, siswa perlu kegiatan membaca, mencatat dan
menganalisis dan memahami terlebih mendengar penjelasan guru.
dahulu mengenai masalah tersebut, Berdasarkan hasil wawancara
sehingga siswa tahu bagaimana informal dengan guru kimia di SMA
menyelesaikan problem tersebut. Santo Thomas Wamena pada pelajaran
Hasil observasi yang dilakukan kimia, ternyata terdapat perbedaan
peneliti selama proses kegiatan belajar keaktifan belajar antara siswa asli

e-ISSN 2502-4787
100 EduChemia,Vol.4, No.1, 2019 Sem, Iskandar, dan Rahayu

Wamena dan siswa yang berasal dari luar perbuatan atau kegiatan yang berlangsung
Wamena, bahkan luar Papua. Beberapa secara sadar. Motivasi belajar yang
kendala utama yang berhubungan dengan dimiliki siswa dalam setiap kegiatan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat berperan untuk
pembelajaran kimia adalah kemampuan meningkatkan hasil belajar siswa dalam
memahami konsep kimia, siswa malu mata pelajaran tertentu (Nashar, 2004:11).
untuk mengemukakan ide-ide kreatifnya, Oleh sebab itu perlu dilakukan kajian
malu bertanya, siswa kurang termotivasi untuk mengetahui motivasi belajar siswa
dalam belajar dan kurang memahami Suku Dani yang bisa saja menjadi faktor
bahasa yang digunakan dalam sains dan penghalang dalam proses pembelajaran
siswa hanya mendengarkan informasi dari kimia.
guru saja. Kurangnya motivasi belajar Oleh karena itu peneliti
kimia ini ditunjukan dengan nilai evaluasi mengusahakan perbaikan dalam proses
belajar dan retensi hasil belajar saat pembelajaran dengan menggunakan
review materi dalam rangka persiapan pendekatan Daur Belajar Enam Fase (Six
ujian nasional. Phased Learning Cycle) yang selanjutnya
Telaah pustaka dan pengamatan di sebut sebagai LC 6E. Model
empiris terhadap anak-anak Wamena pembelajaran LC 6E memberikan
memperlihatkan bahwa kebiasaan kultural kesempatan siswa untuk mengkonstruk
masih dipegang kuat. Contoh dalam pengetahuan sendiri secara maksimal,
mengambil suatu keputusan, selalu sehingga memungkinkan terjadinya
mendengar pada satu pihak yang mana proses asimilasi, akomodasi dan
pihak itu dianggap lebih mempunyai organisasi dalam struktur kognitif siswa
pengaruh yang besar dalam suku tersebut. (Opara & Waswa, 2013; Telmuz, Yilmas
Hal ini tentu mempengaruhi motivasi & Ozgur, 2013). Di antara model daur
siswa asli Wamena dalam keaktifan belajar yang banyak digunakan adalah
pembelajaran di sekolah. Dalam proses model LC 6E.
pembelajaran di kelas, siswa yang berasal Menurut Iskandar (2004:12) langkah-
dari Wamena sulit mengemukakan ide-ide langkah dalam LC 6E adalah fase 1
kreatifnya, malu bertanya atau bahkan identifikasi tujuan pembelajaran, fase 2
takut mengemukakan pendapat. Menurut engange (undangan), fase 3 eksplorasi,
Nawawi (2003:351) motivasi adalah suatu fase 4 eksplansi (penjelasan), fase 5
keadaan yang mendorong atau menjadi ekspansi (penerapan), fase 6 evaluasi.
sebab seseorang melakukan sesuatu Beberapa penelitian tentang penggunaan

e-ISSN 2502-4787
Pengaruh Model Daur Belajar Enam Fase-STAD 101

model pembelajaran LC 6E telah siswa dalam menemukan konsep dan


dilakukan. Misalnya Rubianus (2008) memecahkan masalah selama proses
meneliti keefektifan belajar LC 6E pada pembelajaran. Pada fase ini diharapkan
materi hidrolisis garam dan Zahri (2010) juga motivasi siswa lebih meningkat
pada materi pokok asam basa. Hasil karena adanya kerjasama dalam setiap
penelitian tersebut menunjukan bahwa kelompok. Penelitian tentang penggunaan
model pembelajaran Learning Cycle dapat model pembelajaran LC-STAD terbukti
meningkatkan hasil belajar siswa. bahwa siswa yang di belajarkan dengan
Budiasih, dkk., (2004); Dasna dan Fajaroh model pembelajaran LC 6E-STAD lebih
(2003) juga menyatakan bahwa tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan
penggunaan model pembelajaran dengan model pembelajaran LC 6E
Learning Cycle mampu meningkatkan (Setyawati, 2011; Ismurini, 2013;
kualitas proses dan hasil belajar, karena Agistria, 2015). Penelitian ini dilakukan
siswa terlibat langsung dalam melakukan dengan mengambil konsep asam basa. Hal
kegiatan pembelajaran. ini disebabkan karena materi asam basa
Penelitian ini menggunakan model mengandung konsep-konsep dasar kimia
pembelajaran kooperatif yang paling yang penting dalam mempelajari konsep
sederhana untuk dilaksanakan, yaitu lanjutan. Selain itu materi asam-basa
model pembelajaran kooperatif STAD. dekat dengan alam dan saat melakukan
Kelompok belajar STAD terdiri dari 4-5 eksperimen siswa dapat memanfaatkan
siswa yang diawali dengan pembentukan kekayaan alam yang berada di sekitarnya.
kelompok kemudian bertukar pikiran.
STAD lebih menekankan adanya METODE
kerjasama siswa dalam kelompoknya Penelitian ini menggunakan
sehingga siswa lebih aktif bertukar pikiran rancangan deskriptif dan rancangan
untuk menyampaikan pendapat dan eksperimental semu (quasi experimental
pemahaman masing-masing (Slavin, designs). Rancangan deskriptif digunakan
2007). Model Pembelajaran LC 6E dapat untuk mengamati keterlaksanaan proses
dipadu dengan model pembelajaran pembelajaran dan motivasi siswa.
kooperatif STAD pada fase elaborasi Rancangan eksperimen semu digunakan
(Bybee; 2006). Integrasi STAD dengan LC untuk mengkaji pemahaman siswa tentang
6E diharapkan dapat mengoptimalkan konsep asam basa berupa tes hasil belajar
terjadinya interaksi sosial, komunikasi, ranah kognitif khususnya tentang
saling menghargai dan bekerjasama antar perbedaan hasil belajar dengan

e-ISSN 2502-4787
102 EduChemia,Vol.4, No.1, 2019 Sem, Iskandar, dan Rahayu

menggunakan model pembelajaran LC menjadi kelas kontrol dan kelas


6E-STAD dan LC 6E. Rancangan eksperimen. Kelas XI IPA1 dipilih
penelitian eksperimental semu yang sebagai kelas eksperimen dan kelas XI
diberikan pada Tabel 1. IPA2 dipilih sebagai kelas kontrol.
Tabel 1. Rancangan Penelitian Instrumen tes berupa lembar
Model Kelas Variabel keterlaksanaan pembelajaran, angket
Pembelajaran yang diukur
Model XI 0 motivasi SMTSL, dan soal tes kognitif
pembelajaran LC
6E-STAD yang valid dan reliabel. Data penelitian
Model - 0
Pembelajaran LC
dinalisis secara statistic dan deskriptif.
6E Data skor penelitian keterlaksanaan
Keterangan
O : Hasil belajar, motivasi belajar pembelajaran dan motivasi dikonversi
XI : Kelas LC 6E-STAD
kedalam persentase kelas kemudian
- : Kelas LC 6E
dikategorisasikan. Data hasil tes kognitif
Subjek dalam penelitian ini adalah dianalisis untuk setiap tangkat kognitif
siswa kelas XI IPA SMA YPPK Santo (C1-C2).
Thomas Wamena Kabupaten Jayawijaya
pada semester 1 tahun ajaran 2015/2016 HASIL DAN PEMBAHASAN
yang terdiri dari 2 kelas dengan rincian
Keterlaksanaan Pembelajaran
kelas IPA1 sebanyak 30 siswa dan IPA2
Keterlaksanaan proses pembelajaran
sebanyak 30 siswa. Guru kimia kelas XI
menggunakan model pembelajaran LC
IPA menyatakan bahwa kemampuan
6E-STAD dan model pembelajaran LC 6E
siswa dari masing-masing kelas sama. Hal
dinilai untuk meyakinkan bahwa telah
tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata
terjadi proses pembelajaran di kelas
tengah semester yang homogen. Untuk
eksperimen dan kelas kontrol.
melihat bahwa kedua kelas memiliki
keterlaksanaan pembelajaran pada kelas
kemampuan yang sama maka dianalisis
eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada
dengan uji statistik (uji-t) menggunakan
Tabel 2.
program SPSS for windows 17 dan
Berdasarkan data yang dipaparkan
diperoleh bahwa sig-2 tailed 0,70. Artinya
pada Tabel 2, diperoleh bahwa
tidak ada perbedaan kemampuan antara
keterlaksanaan pembelajaran pada kelas
dua kelas. Sampel penelitian diambil
yang dibelajarkan dengan LC 6E adalah
dengan teknik penarikan sampel secara
84,5% dan kelas yang dibelajarkan
acak berkelompok (cluster random
dengan LC 6E-STAD 90,5%. Hasil
sampling) untuk menentukan kelas yang
penelitian ini menunjukan bahwa

e-ISSN 2502-4787
Pengaruh Model Daur Belajar Enam Fase-STAD 103

pembelajaran terlaksana dengan baik. pada guru. Siswa yang belajar dalam
Walaupun kategori kedua kelas baik, kelompok dapat berinteraksi untuk
namun skor rata-rata keterlaksanaan mengkonstruk pengetahuan yang pada
pembelajaran kelas eksperimen lebih akhirnya dapat mengembangkan
tinggi daripada kelas kontrol. Hasil keterampilan sosial dan kognitif. Hal ini
tersebut diduga karena perbedaan model sesuai dengan teori Piaget untuk
pembelajaran yang diterapkan oleh guru. mengajarkan ilmu sains sebaiknya siswa
Penerapan model LC 6E-STAD diberi kesempatan untuk melakukan
menyebabkan siswa antusias dalam interaksi dengan lingkungannya atau
mengikuti pembelajaran, sehingga temannya sehingga mereka bisa menguji
suasana kelas lebih aktif dari pada kelas ide mereka bersama-sama. Slavin (2008)
LC 6E. Hal ini didukung oleh lembar menyatakan bahwa dalam pembelajaran
observasi. Dalam kelas LC 6E-STAD kooperatif siswa akan terdorong untuk
siswa terlihat antusias dan aktif dalam menemukan dan memahami konsep-
mengikuti pembelajaran. Guru memantau konsep yang sulit apabila mereka saling
aktivitas tiap-tiap kelompok secara mendiskusikan masalah-masalah tersebut
bergantian sehingga setiap kelompok dengan teman.
memperoleh kesempatan untuk bertanya

Tabel 2. Data Kualitas Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas Esperimen dan Kelas Kontrol

No Aspek yang Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Diamati Skor Kategori Presenta Skor Kategori Presentase
Rata-Rata se (%) Rata-Rata (%)
1 Kegiatan Awal 5 sangat Baik 100 5 sangat baik 100
2 Kegiatan Inti
Fase 1 5 Sangat Baik 83 5 SangatBaik 78
Fase 2 5 Sangat Baik 83 3,5 Baik 80
Fase 3 3,5 Baik 89 3,3 Baik 80
Fase 4 3,5 Baik 94 3,2 baik 86
Fase 5 3,3 Baik 97 3,2 baik 89
Fase 6 3,6 Baik 97 3,5 baik 94
3 Kegiatan Akhir 5 Sangat Baik 100 3,8 sangat baik 100
Skor total 33,9 30,5
Skor rata-rata 5,65 5,08
Persentase 90,5% 84,5%
Keterangan kriteria:
1 = Sangat Kurang baik 2 = Kurang baik 3 = Cukup Baik 4 = baik 5 = Sangat Baik

Skor rata-rata keterlaksanaan menggunakan LC 6E-STAD. Hal ini


pembelajaran LC 6E lebih rendah disebabkan dalam pembelajaran daur
dibandingkan pembelajaran yang belajar enam fase cenderung belajar

e-ISSN 2502-4787
104 EduChemia,Vol.4, No.1, 2019 Sem, Iskandar, dan Rahayu

secara individu, tidak ada interaksi antar menjelaskan materi seperti biasanya yang
siswa. Siswa yang termotivasi akan menyebabkan ketidaknyamanan yang
berusaha menyelesaikan tugas, sedangkan dirasakan siswa. Namun pada pertemuan
siswa yang kurang termotivasi cenderung selanjutnya siswa sudah memahami teknis
pasif. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
tanya jawab pada kelas ini hanya
Hasil Belajar
didominasi oleh siswa tertentu yang
Tujuan pembelajaran dapat diketahui
benar-benar memiliki rasa antusias untuk
ketercapaiannya melalui hasil belajar
belajar. Fakta inilah yang menyebabkan
siswa. Adapun tingkat pemahaman
perbedaan skor rata-rata keterlaksanaan
tentang suatu materi dapat dilihat melalui
pembelajaran.
hasil belajar kognitif siswa. Hasil belajar
Esensi pelaksanaan pembelajaran LC
kognitif diperoleh dari nilai ulangan
6E-STAD sebenarnya sudah dilakukan
harian dengan bentuk soal pilihan ganda
dengan baik, meskipun belum terlaksana
yang jenjang soalnya dimulai dari C1- C4.
secara sempurna. Pada awal penerapan
Tabel 3 menunjukkan deskripsi hasil
pembelajaran dengan LC 6E-STAD
belajar kognitif materi asam basa, Tabel 4
mengalami sedikit kendala. Hal ini
menunjukkan presentase jumlah siswa
dikarenakan baik guru maupun siswa
yang menjawab benar soal hasil belajar
tidak terbiasa menggunakan model LC
kognitif dengan tingkat C1-C4 pada kelas
6E-STAD. Salah satu kendala yang
eksperimen dan kelas kontrol.
dihadapi oleh guru adalah mempersiapkan
bahan ajar. Sedangkan kendala yang Tabel 3. Deskripsi Hasil Belajar Kognitif Siswa
dihadapi siswa pada awal pembelajaran Kelas Rata-rata
yaitu siswa nampak bingung. Hal ini Eksperimen 90,5
Kontrol 85
dikarenakan guru tidak menyajikan atau

Tabel 4. Presentase Jumlah Siswa yang Menjawab Benar Soal Pemahaman dengan Tingkat Kognitif C1-C4

Presentase (%) Jawaban Benar Hasil Kriteria


Pemahaman dengan Tingkat Rata -Rata pemahaman
Pengetahuan Kognitif C1-C4 kognitif
Kelas
Awal Siswa
C1 C2 C3 C4
Tinggi 93 93 98 92 94 Tinggi
Eksperimen
Rendah 92 93 79 84 87 Tinggi
Tinggi 95 88 88 88 90 Tinggi
Kontrol
Rendah 83 86 71 78 80 Tinggi

e-ISSN 2502-4787
Pengaruh Model Daur Belajar Enam Fase-STAD 105

Tabel 3. menunjukkan bahwa hasil karena itu, siswa yang dibelajarkan


belajar siswa pada kelas yang dibelajarkan dengan LC 6E-STAD memperoleh hasil
dengan menggunakan model yang lebih baik. Selain itu, adanya fase
pembelajaran LC 6E-STAD lebih baik evaluasi dapat digunakan sebagai kegiatan
dibandingkan dengan kelas yang refleksi. Siswa dapat menulis kembali
dibelajarkan menggunakan model LC 6E. pengetahuan dan pengalaman baru,
Perbedaan hasil belajar ini sebagai akibat sehingga kegiatan ini berdampak positif
dari perbedaan model pembelajaran. Hal terhadap daya ingat siswa pada materi
ini sesuai dengan pernyataan Arends yang dipelajari. Hal ini mempengaruhi
(2008) yang menyatakan bahwa strategi prestasi belajar siswa. Selaras dengan
pembelajaran dapat membantu siswa pandangan kontruktivis bahwa penemuan
dalam mendapatkan informasi baru, pengetahuan yang disusun dan dibangun
mempelajari berbagai keterampilan sendiri oleh siswa maka pengetahuan
penting dan merespon informasi yang tersebut akan melekat pada ingatan siswa
diperoleh. Pada kelas eksperimen yang pada waktu yang lama.
menekankan pembelajaran berpusat pada Secara umum, nilai siswa pada
siswa melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran materi asam basa memiliki
pembelajaran sehingga belajar siswa rata-rata diatas 6,5. Hal ini disebabkan
menjadi bermakna. Menurut Driven pada bahasan materi ini siswa sudah
dalam Dahar (2012) mengatakan belajar memiliki pengetahuan awal tentang istilah
bermakna dapat terjadi dengan asam maupun basa pada pelajaran
mempelajari fenomena, teks melalui pengenalan ilmu kimia yang diperoleh di
negosiasi interpersonal atau refleksi kelas X, namun konsep asam dan basa
internal. Pembelajaran dengan yang perlu digali. Faktor lain yang
menggunakan LC 6E-STAD memberikan mendukung data tersebut adalah
pengalaman secara langsung pada siswa pembelajaran di kelas eksperimen dan
dalam penyelesaian masalah secara kontrol sama-sama menerapkan
berkelompok. Hal ini sejalan dengan pembelajaran praktikum. Manfaat
pernyataan White (1996) bahwa belajar kegiatan praktikum seperti yang dirujuk
dengan pengalaman sendiri akan dari Krischer dalam Wicaksono (2013)
memperoleh memory of event yang yaitu siswa dapat memperoleh fenomena
merupakan gambaran pengalaman yang dan pengalamannya dalam kehidupan
memiliki efek jangka panjang. Oleh sehari-hari.

e-ISSN 2502-4787
106 EduChemia,Vol.4, No.1, 2019 Sem, Iskandar, dan Rahayu

Mortivasi Belajar motivasi belajar diperoleh dari angket


Motivasi belajar siswa diukur dari motivasi SMTSL yang diberikan pada
beberapa aspek yang meliputi keefektifan akhir pembelajaran. Ringkasan data
pribadi, strategi pembelajaran aktif, nilai motivasi belajar dan jumlah siswa
pembelajaran sains (kimia), tujuan berdasarkan kriteria motivasi pada kelas
tindakan/kinerja, tujuan berprestasi, dan yang dibelajarkan dengan model LC 6E-
stimulus lingkungan pembelajaran. Data STAD dan LC 6E disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Ringkasan Data Motivasi Siswa

Kelas Skor Rata-rata pada Setiap Aspek Skor Kriteria


Pengukuran Motivasi Rata-rata Motivasi
A B C D E F
Eksperimen 23 30,6 20,5 13,1 19,8 20,3 21,2 Tinggi
Kontrol 22 29,1 19,7 12,8 18,5 21,5 20,6 Sedang

Keterangan Tabel 4.6:


A = keefektifan pribadi (self efficacy)
B = model pembelajaran aktif (active learning strategies)
C = nilai pembelajaran sains (kimia) (science learning value)
D = tujuan tindakan/ kinerja (performance goal)
E = tujuan berprestasi (achievement goal)
F = stimulus lingkungan pembelajaran (learning environment stimulation)

Tabel 5 menunjukkan bahwa skor kehidupan sehari-hari, maka siswa akan


rata-rata motivasi siswa pada kelas termotivasi belajar sains (kimia).
eksperimen, dan kontrol secara berturut- Perbedaan motivasi siswa yang
turut adalah 21,2 dan 20,6. Adapun dibelajarkan dengan LC 6E-STAD dan LC
motivasi belajar siswa kelas eksperimen 6E dalam penelitian ini dapat disebabkan
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas bebrapa hal. (1) Pembelajaran dengan
kontrol. Menurut Tuan dkk, (2005) model LC 6E-STAD dimulai dengan
strategi belajar aktif mengarah pada masalah yang tidak asing dengan dunia
keterlibatan siswa secara aktif dalam siswa, sehingga siswa dapat
menggunakan strategi pembelajaran memanfaatkan pengetahuannya untuk
untuk mengkonstruk pengetahuan baru menemukan pengetahuan baru atau
berdasarkan pengetahuan awalnya. konsep baru. Sejalan dengan pernyataan
Tujuan belajar sains dipengaruhi oleh Tanrere (2009) bahwa pembelajaran yang
kesadaran siswa untuk pentingnya belajar diawali dengan masalah dunia nyata akan
sains. Dengan memahami pentingnya menstimulus siswa belajar berdasarkan
belajar sains dan penerapannya dalam pengetahuan dan pengalaman belajar yang
dimiliki sehingga mempermudah

e-ISSN 2502-4787
Pengaruh Model Daur Belajar Enam Fase-STAD 107

membentuk pengetahuan baru. Dengan mencari informasi lebih lanjut tentang


demikian siswa akan bergairah. Dalam materi yang diajarkan. Sementara itu,
pembelajaran guru sebaiknya hanya stimulus lingkungan dipengaruhi oleh
memberikan topik yang akan dipelajari lingkungan belajar di sekitar siswa seperti
dan siswa memberikan rumusan masalah interaksi antar siswa, materi pembelajaran
sendiri berdasarkan topik yang telah yang relevan dengan dunia siswa dan
ditentukan, sehingga siswa berperan aktif tugas yang relevan dengan materi
dalam pembelajaran yang bedampak pada mempengaruhi motivasi siswa dalam
meningkatnya motivasi intrinsic belajar sains. Oleh karena itu, siswa akan
(Agustini, 2013 dalam Purwati, 2015). termotivasi dalam belajar jika lingkungan
Hal ini juga berdampak positif terhadap belajar dapat memberikan rangsangan,
motivasi belajar siswa. (2) Adanya sehingga siswa tertarik untuk belajar.
tahapan dalam fase-fase pembelajaran LC Sejalan dengan penelitian oleh Lestari
6E-STAD, hal ini memunculkan rasa ingin (2012) yang menyatakan bahwa belajar
tahu yang dapat meningkatkan motivasi. dengan cara penemuan dengan menjawab
Sesuai dengan pernyataan Sanjaya (2011) masalah dapat membangkitkan kreativitas
bahwa motivasi belajar siswa akan dan motivasi belajar siswa. Temuan ini
meningkat jika siswa terlibat langsung didukung oleh teori motivasi penguatan
dalam proses pembelajaran. (3) Belajar dan modifikasi perilaku oleh Uno (2010)
secara kelompok dapat menstimulus yang menyatakan bahwa perubahan
belajar siswa. Faktor ekstrinsik seperti perilaku manusia tidak hanya ditentukan
stimulus dari lingkungan belajar akan oleh faktor internal saja, namun juga
memunculkan antusias belajar pada diri dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena
siswa. Hal ini mempengaruhi tujuan manusia cenderung tidak mengulangi
intrinsik siswa yang kurang berminat kegiatan yang akan merugikan dirinya.
belajar, sehingga memunculkan kesadaran Hasil temuan pada penelitian ini,
pada diri siswa akan pentingnya belajar. belajar secara berkelompok pada
Bekerja dalam kelompok akan lebih pembelajaran LC 6E-STAD mendorong
mudah untuk memecahkan masalah dari siswa untuk lebih bersemangat dalam
pada bekerja secara individu. belajar. Diperkuat dengan hasil penelitian
Pembelajaran pada kelas LC 6E- Purwati (2015) yang menyatakan bahwa
STAD menarik perhatian siswa, sehingga siswa yang belajar secara berkelompok
siswa akan menyediakan waktu, memberi mampu meningkatkan motivasi belajar
perhatian, mengikuti pembelajaran dan secara intrinsik dan ekstrinsik,

e-ISSN 2502-4787
108 EduChemia,Vol.4, No.1, 2019 Sem, Iskandar, dan Rahayu

meningkatkan aktivitas dan kreaktivitas belajar. Menurut Sardiman (2011)


serta meningkatkan hasil belajar siswa. motivasi berfungsi sebagai pendorong
Selain itu belajar dalam kelompok juga usaha dan pencapaian hasil belajar. Siswa
efektif untuk meningkatkan pencapaian dengan motivasi yang rendah atau bahkan
konsep dan pemecahan masalah. Dengan tidak memiliki motivasi akan sulit diajak
demikian, pembelajaran dengan LC 6E- berprestasi, siswa cepat puas dan tidak
STAD memberi kesempatan pada siswa kreatif. Tuan, dkk. (2005), Dindar &
untuk mendapatkan informasi dari luar, Geban (2011) menyatakan motivasi siswa
sehingga antar siswa memperoleh berpengaruh terhadap model belajar dan
informasi satu sama lain. Sesuai dengan hasil belajar siswa.
pernyataan Setyosari (1997) bahwa salah Hasil penelitian ini sesuai dengan
satu peran guru dalam pembelajaran penelitian yang dilakukan resnick dalam
kontruktivistik yaitu memberi kesempatan sirhan (2007) yang menyatakan bahwa
pada siswa untuk mengumpulkan siswa akan termotivasi secara intrinsik
informasi sebayak-banyaknya agar siswa dalam pembelajaran jika dihadapkan
menjadi pebelajar mandiri. Oleh karena dengan masalah yang menarik, bermakna
itu, guru harus mendorong dan dan memiliki keterkaitan dengan
menstimulus siswa agar kehidupan nyata. Oleh karena itu dapat
bertanggungjawab terhadap belajarnya. dinyatakan bahwa penerapan model lc 6e-
Namun, peran guru pada penelitian ini stad mempengaruhi motivasi belajar
kurang berjalan dengan baik. Siswa masih siswa dalam pembelajaran kimia materi
memerlukan bimbingan dan arahan guru asam basa. Meskipun kebanyakan siswa
yang melebihi peran guru sebagai tertarik dengan lc 6e-stad, namun
fasilitator dan motivator. Hal ini sebagian kecil siswa nampak tidak
dikarenakan keterbatasan sarana dan terpengaruh belajarnya dengan strategi
prasarana pembelajaran yang tersedia ini. Beberapa siswa nampak kurang
seperti ketersediaan referensi, media antusias dalam aktivitas belajar.
ataupun sarana laboratorium. Kemungkinan karena siswa menganggap
Pemberian penghargaan dalam setiap pembelajaran kimia dengan menggunakan
pertemuan pada akhir pembelajaran, model lc 6e-stad dirasa lebih berat
kepada kelompok yang terbaik dapat daripada pembelajaran sebelumnya.
memotivasi kerja tim. Motivasi Siswa harus mencari informasi,
merupakan salah satu aspek penting yang menghubungkan informasi dengan
sangat mempengaruhi keberhasilan pengetahuan yang dimiliki dan mencari

e-ISSN 2502-4787
Pengaruh Model Daur Belajar Enam Fase-STAD 109

pengetahuan sendiri. Oleh karena itu, Hasil belajar siswa pada kelas yang
siswa menganggap banyak tugas yang dibelajarkan dengan LC 6E-STAD lebih
harus diselesaikan. tinggi dibandingkan dengan kelas yang
dibelajarkan menggunakan LC 6E.
KESIMPULAN demikian juga dengan motivasi belajar
pada kelas yang dibelajarkan dengan LC
Pembelajaran dengan LC 6E-STAD
6E-STAD lebih tinggi dibandingkan
dapat mengoptimalkan terjadinya
dengan kelas yang dibelajarkan dengan
interaksi sosial, komunikasi, saling
LC 6E. Peran guu sangat berpengaruh
menghargai dan bekerjasama antar siswa
pada implementasi model LC 6E-STAD,
dalam menemukan konsep dan
sehingga perlu dioptimalkan peran guru
memecahkan masalah selama proses
sebagai fasilitator dalam membimbing
pembelajaran. Implementasi model LC
siswa menemukan konsep melalui model
6E-STAD memberikan hasil yang positif
tersebut.
terhadap hasil dan motivasi belajar siswa.
.

DAFTAR RUJUKAN

Agistria, R. (2015), Pengaruh model Pendidikan dan Pembelajaran.Vol.


pembelajaran Learning Cycle 5E dan 10. Hal: 70-78.
Learning Cycle 5E-STAD terhadap Bybee, R., Taylor, J., Gardner, A., Scottr,
hasil belajar siswa kelas X IPA SMAN P., Powell, J., Westbrook, A.,
10 Malang Pada Materi Redoks. LandesN. (2006). The BSCS 5E
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Instructional Model: Origins and
UM. Effectiveness. A Report Prepared for
Arends, R. I. (2008). Learning to Teach Office of Science Education Nation
Belajar untuk Mengajar. Edisi Kedua. Institutes of Health: BSCS Colorado
Buku Dua. Yogyakarta: PT Pustaka Springs, CO, (Online),
Pelajar. (Http://science.Education.nih.gov/ho
Budiasih, E. dan Widarti, H.R. (2004). useofreps.nsf/Appendix), diakses 5
Penerapan Pendekatan Daur Belajar Februari 2015.
(Learning Cycle Dalam Chang, R. (2003). General Chemistry:
Pembelajaran Matakuliah Praktikum The Essential Concepts Third
Analisis Instrument. Jurnal Editions. Terjemahan oleh Suminar

e-ISSN 2502-4787
110 EduChemia,Vol.4, No.1, 2019 Sem, Iskandar, dan Rahayu

Setiati Achmadi, Ph.D. 2005. Jakarta: Lestari, N. N 2012. Pengaruh Model


Erlangga. Pembelajaran Berbasis Masalah
Dahar, R. W. (2011). Teori-teori Belajar (problem Based Learning) dan
dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Motivasi Belajar Terhadap Prestasi
Dindar, C.A., dan Geban, O. 2011. What Belajar Fisika Bagi Siswa Kelas VII.
Affect High School Student’ Artikel Journal Pendidikan Ganesha.
Chemistry Learning?. Journal of Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan
Education Science. 439-442. Kemampuan Awal dalam Kegiatan
Effendy. 2010. A-Level Chemistry for Pembelajaran. Jakarta: Delila Press.
Senior High School Students Based on Nawawi, H. 2003. Metode Penelitan
2007. Cambridge Curriculum Volume Bidag Sosial. Yogyakarta: Gajah
1A. Malang: Bayumedia Publishig. Mada University Press.
Fajaroh, F. dan Dasna, I, W. 2003. Opara, F., & Waswa, P. 2013. Enhanching
Penggunaan Model Pembelajaran Students’ Achievement in Chemistry
Larning Cycle untuk Meningkatkan through the Piagetian Model: The
Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Learning Cycle. International
Kimia Zat Aditif dalam Bahan Journal of Cross-Disciplinary
Makanan pada Siswa Kelas II SMU Subjects in Education (IJCDSE). 4(4):
Negeri I Tumpang Malang. Malang: 1270-1278.
Lembaga Penelitian UM. Purwati, L. 2015. Pengaruh Strategi
Iskandar, S.M. 2004. Learning Cycle dan Pembelajaran Berbasis Masalah
Problem Posing. Makalah disajikan (PBL) Pada Pembelajaran Kimia
dalam Workshop kegiatan piloting Topik Tanah Materi Asam Basa
JICA-INSTEP FMIPA UM dengan Terhadap Motivasi Kreaktivitas dan
tema peningkatan kualitas Hasil Belajar Kognitif Siswa SMK
pembelajaran konstruktivistik, Pertanian. Tesis. Tidak
Jurusan Kimia UM, 29-31 Januari. dipublikasikan.
Ismurini. 2013. Perbedaan Hasil Belajar Rubianus. 2008. Keefektifan model
Materi Asam Basa pada Penerapan Learning Cycle terhadap Hasil
Pembelajaran LC 5E dan LC 5E- Belajar Kimia Siswa Kelas XI SMA
STAD bagi Siswa Kelas X SMK Negeri I Makalele dari Tingkatan
Negeri 7 Malang. Skripsi tidak Motivasi Belajar yang Berbeda. Tesis
diterbitkan: FMIPA Universitas tidak diterbitkan. Malang. Program
Negeri Malang. Pasca Sarjana UM.

e-ISSN 2502-4787
Pengaruh Model Daur Belajar Enam Fase-STAD 111

Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Questionnaire to Measure Students’


Berorientasi Standar Proses Motivation Towards Science
Pendidikan. Jakarta: Kencana Learning. International Journal of
Prenada Media. Science Education, 27 (6): 639–654.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Uno, H. B. 2010. Teori Motivasi dan
Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Pengukurannya Analisis di Bidang
Grafindo persada. Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Setyawati, I. 2012. Pengaruh Variasi White, R.T 1996. The Link Beetween The
Media pada Cooperative Learning Validity Study of the Student’
Cycle 5E (CLC 5E) dan Kemampuan Motivation Toward Science Learning
Awal Terhadap Motivasi dan Hasil (SMTSL).
Belajar Siswa dalam Materi Laju Wicaksono, A. T. 2013. Keefektifan
Reaksi. Tesis tidak diterbitkan. Pasca Pembelajaran Larutan Penyangga
Sarjana Universitas Negeri Malang. Menggunakan Ceramah Demonstrasi
Setyosari, P. 1997. Model Pembelajaran dan Praktikum Berbantuan Diagram
Kontrutivistik. Sumber Belajar Kajian Vee Ditinjau Dari Motivasi dan Hasil
Teori dan Aplikasinya, ISSN 0054- Belajar Siswa. Tesis Tidak
8515. Diterbitkan, Program Studi
Sirhan, G. 2007. Learnig Difficulties in Pendidikan Kimia, Program
Chemistry: An Overview. Journal of Pascasarjana Universitas Negeri
Turkish Science Education, 4(2), 2- Malang.
20. Zahri, F. 2010. Pengaruh model
Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning. pembelajaran Learning Cycle
Bandung: Nusa Media. terhadap Kualitas Proses, Hasil
Tanrere, M. 2009. Model Pembelajaran Belajar dan retensi Hasil Belajar
Kontruktivistik Realistik dengan Siswa pada Materi Pokok Asam Basa
Seting Kooperatif Serta Dampaknya Kelas XI IPA SMAN 1 Indrapuri Aceh
Terhadap Konsep Pemahaman Kimia. Besar. Tesis: Tidak diterbitkan.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Malang, Pasca Sarjana Universitas
Vol 13 No 2 Negeri Malang.
Tuan, H.L., Chin, C.C., & Shieh, S.H.
2005. The Development of A

e-ISSN 2502-4787

You might also like