3121 6983 1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Jurnal Biologi Indonesia 7 (2): 361-374 (2011)

Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan Semusim Habitat Curik Bali


(Leucopsar rothschildi Stresemann, 1912) di Kawasan Labuan Lalang,
Taman Nasional Bali Barat

Roemantyo
Pusat Penelitian Biologi – LIPI, Cibinong Science Centre, Jl Raya Jakarta – Bogor, Km 46.
Cibinong, Bogor. E-mail: roemantyo@yahoo.com

ABSTRACT

Vegetation structure and composition of Bali Starling (Leucopsar rothschildi Stresemann,


1912) Habitat at Labuan Lalang monsoon forest, Bali Barat National Park. Research was
conducted in Labuan Lalang monsoon forest, Bali Barat National Park in May 2010 to identify
their vegetation structure and composition of plant species communities in this area. This
information was important as basic data for developing model for habitat reconstruction of
endemic Bali starling birds (Leucopsar rothschildi Stresemann 1912). Several ecological
parameters information such as name species, frequency, density and abundance of individual
species were collected for qualitative an quantitative analyses.
The result showed that 93 species belonging 84 genera and 37 families were found in this area.
Some plant species were recorded as endangered such as Strycnos lingustrina, Helicteres
ixora, Protium javanicum, Rauvolfia serpentina, Zanthoxylum rhetza, Ziziphus rotundifolia,
Ceriops tagal, Flacourtia indica, and Santalum album. The important species that composed
in this forest were dominated by Grewia ericocarpa , Schoutennia ovata (Tiliaceae) and
followed by Vitex trifoliata and Abutilon indicum. The species diversity and evenness index
of Shannon-Wiener indicated that species diversity in this forest were not too high and the
populations on unstable condition. Principal Coordinat Analyses (PCO) on the tree height and
altitude data of every tress showed that tree species associated to Bali starling were found on
the 10 – 25 m tree hiehgt community and occupied in the area of 40 – 60 m asl. The problems and
real condition of the area as the habitat of Bali starling were discussed in this paper.

Key words: vegetation, species diversity, Bali starling, Bali Barat National Park

PENDAHULUAN Barat. Secara taksonomi karagaman


daerah tersebut cukup tinggi, mengingat
Penelitian eksplorasi yang dilakukan kawasan tersebut tergolong kering
oleh Arinasa dkk. (2010), menunjukkan dengan curah hujan rendah dan bulan
tidak kurang 146 jenis tumbuhan yang hujan yang pendek (Oldemann 1980).
digolongkan dalam 45 suku dan 119 Disamping itu kawasan hutan zona
marga telah dicatat terdapat di kawasan pemanfaatan Labuan lalang yang luasnya
hutan semusim zona pemanfaatan hanya sekitar 600 hektar ini merupakan
Labuan lalang Taman Nasional Bali zona pemanfaatan yang dikelola sebagai

361
Roemantyo

tempat ekowisata bersama pihak swasta komposisi dan struktur vegetasi


(Taman Nasional Bali Barat 2005). dikumpulkan berdasarkan parameter
Dari catatan sebelumnya diperoleh yang mudah diukur. Parameter tersebut
informasi bahwa jenis-jenis tumbuhan adalah nama dan jumlah jenis, jumlah
yang berassosiasi dengan Curik bali individu tiap jenis, luas tajuk tiap jenis,
(Leucopsar rothschildi Stresemann serta tinggi dari tiap individu. Semua
1912) ditemukan di kawasan ini; seperti parameter yang dikumpulkan kemudian
pohon Acacia leucophloea, Schoutenia diperhitungkan dengan membanding-
ovata, Grewia eriocarpa, Albizia kannya dengan satuan luas kawasan
lebbeckoides, Azadirachta indica, sebagai cuplikan yang diteliti. Untuk
Schleichera oleosa, Vitex pubescens, keperluan tersebut maka penelitian
Ziziphus nummularia, Phyllanthus dilakukan dengan membuat petak pada
emblica, Manilkara kauki, Sterculia kawasan hutan Labuan lalang (600
foetida, Erythrina variegata, Tama- hektar). Ada enam transek yang dibuat
rindus indica (Helvoordt 1987, Balen sesuai dengan metode “point –centered
et al. 2000, Arinasa dkk. 2011). Quarter Analyses” (Meuller-Dombois &
Berdasarkan kajian Noerdjito (2005) Ellenberg 1974) sepanjang kira-kira 1 km
kondisi lingkungan kawasan ini telah di seluruh kawasan. Penempatan transek
ditelaah sebelumnya menunjukkan bentuk ditentukan secara acak dari batas pinggir
“miniatur” habitat asli Curik bali salah kawasan ke bagian tengah kawasan
satunya dapat dilihat di kawasan ini hutan zone pemanfaatan Labuan lalang.
meskipun tidak lengkap. Hingga saat ini Untuk memudahkan pembuatan transek
memang sudah sulit ditemukan habitat digunakan peta kawasan hutan zona
Curik bali di alam, mengingat kawasan pemanfaatan Labuan lalang (Taman
habitat Curik bali umumnya telah beralih Nasional Bali Barat 2005) dan di tumpang
fungsi. Namun demikian gambaran susunkan pada citra Ikonos (Space
struktur dan komposisi vegetasi habitat Imaging 2000) dengan referensi geografi
“miniatur” curik bali ini belum berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia,
diungkapkan secara rinci sehingga layak Provinsi Bali, Digital (Bakosurtanal
untuk diteliti lebih lanjut. 2004). Posisi awal pembuatan cuplikan
Hasil kajian struktur dan komposisi dilakukan pada lembar peta dengan
vegetasi ini diharapkan dapat dipakai menentukan koordinatnya. Ada 6 posisi
sebagai dasar dalam pembuatan model koordinat yang kemudian dengan GPS
konsep rekonstruksi habitat curik bali koordinat tersebut dicari untuk dibuat
(Leucopsar rothschildi Stresemann petak pengamatan. Posisi cuplikan yang
1912) di Taman Nasional Bali Barat. dibuat transeknya digambarkan seperti
pada peta pada Gambar 1.
BAHAN DAN CARA KERJA Pada masing-masing transek
kemudian dibuat sub petak yang
Data kualitatif dan kuantitatif berbentuk kuadran dengan ukuran 20 x
tentang keanekaragaman jenis, 20 m2. Jarak antar kuadran adalah 50 m,

362
Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan Semusim Habitat

sehingga pada transek sepanjang kira-kira Dari enam transek (A s/d F) telah
1 km diharapkan dapat dibuat sekitar 8 – dibuat sebanyak 46 kuadran dengan
10 kuadran yang disesuaikan dengan ukuran 20 x 20 m. Sebaran vertikal dan
kondisi lapangan. Untuk menentukan horisontal masing-masing transek dapat
jalur digunakan GPS yang mengacu pada dilihat pada Gambar 2. Seluruh
peta dasar yang profilnya dapat dilihat parameter yang akan diukur baik jumlah
pada Gambar 2. jenis, jumlah individu tiap jenis, luas tajuk

Gambar 1:.Peta Lokasi pembuatan transek petak pengamatan. (Sumber peta: Citra Ikonos 29
September 2008. Citra Ikonos telah di beri referensi geografi: WGS1984 UTM Zone
50S. Projection: Transverse Mercator, Datum: DWGS 1984)

Gambar 2. Profil vertikal dan horisontal dari masing-masing transek (A – F) yang dibuat pada
lokasi pengamatan di zona pemanfaatan Labuan lalang Taman Nasional Bali Barat.

363
Roemantyo

tiap jenis, serta tinggi dari tiap individu (PCO) dengan perangkat lunak
dilakukan di masing-masing kuadran Multivariate Statistical Package-MVSP
yang dibuat. Pengukuran dilakukan pada 3.2 (Kovack Computing Service 2010).
semua tipe perawakan tumbuhan baik Diharapkan dari analisis ini didapatkan
berupa pohon, perdu, semak dan herba. gambaran struktur dan komposisi
Tumbuhan yang memiliki perawakan vegetasi yang terdapat di kawasan ini
pohon (diameter > 10 cm) termasuk
anakan (diameter 2- 10 cm) dicatat HASIL
masing 4 tegakannya yang memiliki jarak
terdekat dengan titik awal kuadran, diukur Keanekaragaman takson pada petak
dengan kriteria diameter setinggi dada pengamatan
dan ukuran tinggi pohonnya. Sedangkan Pengamatan terhadap pencacahan
untuk perdu dan semak dibuat sub petak jenis-jenis tumbuhan (pohon, anak pohon,
ukuran 2 x 2 m2 di dalam kuadran 20 x semak/perdu dan herba) yang ditemukan
20 m 2 dihitung jenisnya dan luas pada petak pengamatan ada sebanyak 93
penutupan terhadap sub petak dalam jenis dengan keaneragaman taksonnya
persen (%) luas. Sedangkan untuk herba meliputi 37 suku, 84 marga. Jika
dan semai (seedling) dibuat subpetak dibandingkan dengan hasil eksplorasi
yang lebih kecil 1 x 1 m2 di dalam sub (Arinase dkk. 2010), tampak bahwa
petak 2 x 2m2, dihitung jenisnya dan luas secara taksonomi jenis-jenis yang
penutupannya terhadap sub petak dalam ditemukan di petak pengamatan tidak
persen (%) luas. berbeda jauh jumlah sukunya yaitu 37
Berdasarkan parameter tersebut suku di petak pengamatan dan 45 suku
dihitung frekuensi keterdapatan, di kawasan yang dieksplorasi. Namun
kerapatan dan dominasi dari masing- jika ditinjau dari jumlah marga dan
masing jenis dari setiap transek yang jenisnya, terdapat perbedaan jumlah, yaitu
dibuat dihitung nilai penting (Meuller- 84 marga dan 93 jenis di petak
Dombois & Ellenberg 1974), indek pengamatan dan 119 marga dan 146 jenis
keragaman Shannon Wieners, dan di kawasan yang dieksplorasi. Hasil
kemerataan (Magurran 1998; Ludwig & pecacahan dan eksplorasi (Arinase dkk.
Reynolds 1988). Data potensi kawasan 2010) ini menunjukkan adanya indikasi
ini dalam menjaga kemampuan untuk secara takson keanekaragaman jenis
mempertahankan diri dari perubahan tumbuhan yang mampu tumbuh di
struktur dan komposisi secara alami kawasan ini relatif cukup tinggi, namun
dilakukan dengan menghitung keterda- tidak semua kelompok takson mampu
patan semai dan anak pohon dari masing- beradaptasi dengan baik. Hanya
masing jenis. Berdasarkan parameter kelompok takson tertentu saja dengan
rata-rata tinggi dan posisi masing-masing jumlah terbatas yang mampu hidup pada
jenis pohon pada transek terhadap habitat kawasan hutan musim ini.
ketinggian dari muka laut (Gambar 2) Jenis tumbuhan yang terdapat di
dibuat analisis ordinasinya dengan dalam petak pengamatan didominasi oleh
metoda Principal Coodinate Analyses
364
Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan Semusim Habitat

jenis-jenis yang berperawakan pohon tumbuhan yang berperawakan pohon


termasuk mangrove (48,3 %), disusul dipisahkan dengan tumbuhan perdu
oleh tumbuhan dengan perawakan herba semak dan merambat.
(25,8%), perdu (19.3%), sisanya 6,6 %
merupakan tumbuhan liana/climber yang 1.Tumbuhan berperawakan pohon
tumbuh merambat pada pohon lain. Satu Dari hasil pengamatan pada 6
hal yang menarik di kawasan ini jarang transek yang dibuat tercatat ada sekitar
ditemukan jenis tumbuhan efifit (paku- 41 jenis tumbuhan berperawakan pohon
pakuan, anggrek, dll.). (termasuk jenis mangrove) yang terdapat
di dalam petak pengamatan. Jika
Struktur dan komposisi vegetasi dibandingkan dengan jumlah pohon hasil
Analisis struktur dan komposisi eksplorasi (Arinase dkk. 2011), jumlah
vegetasi dilakukan dengan cara pohon yang ditemukan di dalam petak
pencacahan jenis, jumlah serta ukuran pengamatan ada sekitar 75 %. Artinya
atau luas penutupan masing-masing bahwa masih ada sekitar 25 % jenis
individu tumbuhan baik yang berpera- tumbuhan pohon lagi yang jumlahnya
wakan pohon, perdu semak dan terbatas sehingga tidak terhitung, karena
merambat maupun herba (tumbuhan terdapat di luar petak yang diamati.
yang tidak berkayu). Dalam perhitungan, Berdasarkan kelas diameter tercatat ada

Gambar 3. Diagram sebaran Nilai Indek Penting masing-masing takson serta jumlah pohon
dalam kelompok suku.
Keterangan: 1. Tiliaceae. (G. eriocarpa, S. ovata); 2. Fabaceae (A. lebekkoides, T. indica, I. fagiferous);
3. Verbenaceae (V. trifoliata); 4. Euphorbiaceae (C. argytatus, M. paniculatus); 5. Rhamnaceae (Z.
rotundifolia) 6. Moraceae (F. microcarpa, F. virens); 7. Malvaceae (A. indicum ); 8. Sonneratiaceae
(S. alba); 9. Rhizophoraceae (R. apiculata); 10. Myrtaceae (M. leucadendron); 11. Meliaceae (A.
indica); 12. Loganiaceae (S. lucida).

365
Roemantyo

18 jenis yang tergolong dalam 12 suku indica. Jenis tersebut kanopinya cukup
dan 17 marga yang memiliki diameter di melebar dan tampak menonjol di antara
atas 10 cm dengan nilai penting di atas jenis-jenis pohon yang lain dengan tinggi
10 %. Sebarannya takson dan Nilai Indek sekitar 20 – 25 m. Tercatat juga jenis-
Penting dari jenis-jenis dengan nilai diatas jenis pohon dengan ukuran sedang
10 % digambarkan pada diagram dengan tinggi antara 10 – 19 m
(Gambar 3.) merupakan jenis pohon lapis kedua
Tampak bahwa komposisi tumbuhan seperti Azadirachta indica, Croton
pohon kawasan ini dikuasai oleh jenis- argytatus, Inocarpus fagiferous,
jenis dari suku Tiliaceae dengan jenis G. Melaleuca leucadendron, Strychnos
ericocarpa dan S. ovata. Selain itu juga lucida, Vitex trifoliata, Ziziphus
suku Verbenaceae dengan jenis V. rotundifolia dll. Sedangkan beberapa
trifoliata menduduki lapis kedua yang jenis merupakan pohon dengan ketinggian
mendominasi di kawasan ini dan di bawah 10 m seperti Phyllanthus
kemudian disusul oleh Abutilon indicum emblica, Schleichera oleosa dan
(kapasan) dan jenis-jenis dari suku Flacourtia indica. Secara umum rata-
Moraceae seperti Ficus microcarpa dan rata tinggi pohon kawasan ini berkisar
F. virens. antara 7 – 14 m.
Analisis terhadap keragaman jenis
pohon di masing masing petak 3. Rekruitmen jenis-jenis pohon
pengamatan (A – F) di Labuan lalang Proses rekruitmen alami jenis-jenis
dengan kisaran nilai 1,7 – 2,51 pohon di kawasan ini dianalisis dengan
mengindikasikan bahwa kawasan ini menggunakan parameter seberapa
berdasarkan klasifikasi Shannon-Wiener banyak anak pohon dan semainya yang
termasuk dalam kelas sedang. Sedangkan ditemukan di kawasan ini. Perhitungan
Indek kemerataannya berkisar antara terhadap jenis-jenis anak pohon (diameter
0,48 – 0,68 yang mengindikasikan bahwa 2 – 9 cm) menunjukkan bahwa ada 26
kawasan ini berdasarkan klasifikasi jenis tumbuhan yang tergolong dalam 16
Shannon-Wiener termasuk dalam suku dan 24 marga. Beberapa individu
kategori populasi jenisnya tidak begitu anak pohon (11 jenis) hanya tercatat
seimbang (Gambar 4). ditemukan di dalam petak pengamatan
seperti Alstonia angustifolia, Bauhinia
2. Profil tinggi pohon diameter > 10 cm hirsuta, Bruguiera gymnorrhiza,
Secara umum profil tinggi pohon Ficus superba, Guazuma ulmifolia,
dengan diameter >10 cm menunjukkan Micromelum sp., Osbornea octodonta,
ada sekitar 16 jenis pohon yang memiliki Rhizophora stylosa, Syzygium sp.,
tinggi antara 2 sampai sekitar 25 m. Jenis- Thespesia populnea, Xylocarpus
jenis pohon yang tinggi antara lain Acasia moluccensis. Sedangkan ada pula
leucophloea, Ficus microcarpa, beberapa jenis pohon yang anak
Abutilon indicum, Grewia eriocarpa, pohonnya tidak ditemukan dalam petak
Schoutenia ovata, dan Tamarindus pengamatan seperti Tamarindus indica,

366
Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan Semusim Habitat

Azadirachta indica, Ficus microcarpa, bulan. Sedangkan musim basahnya


dan Ficus virens. hanya 3-4 bulan. Rendahnya curah hujan
Sedangkan pengamatan terhadap dan pendeknya musim hujan di kawasan
semai pohon yang ditemukan di kawasan ini menjadikan kendala bagi pertumbuhan
ini ada sekitar 32 jenis yang tergolong berbagai jenis tumbuhan. Karena itu
dalam 13 suku dan 30 marga. Ada sekitar hanya takson-takson tertentu saja yang
9 jenis semai pohon yang tidak ditemukan bisa tumbuh di kawasan ini. Dengan
pohon induk maupun anak pohonnya di keterbatasan ekologis, kawasan ini
petak pengamatan yaitu Ceiba pentan- cenderung mendorong jenis-jenis yang
dra, Dalbergia latifolia, Flacourtia tumbuh adalah yang mampu beradaptasi
indica, Hibiscus tiliaceus, Litsea sp., pada kondisi dengan spesifikasi kering.
Trema orientalis, Vitex trifoliata, Dari catatan temuan di kawasan ini,
Xylocarpus sp., dan Zanthoxylum beberapa jenis tergolong langka dan sulit
rhetsa. Sebaliknya ada sekitar 20 jenis ditemukan di tempat lain seperti Strycnos
pohon dan anak pohon yang tidak lingustrina, Helicteres ixora, Protium
ditemukan semainya pada petak javanicum, Rauvolfia serpentina,
pengamatan. Jenis tersebut diantaranya Zanthoxylum rhetza, Ziziphus rotundi-
adalah Inocarpus fagife-rous, Alstonia folia, Ceriops tagal, Flacourtia
angustifolia, Bruguiera gymnorrhiza, indica, Santalum album.
Cordia dichotoma, Excoecaria Dari data yang diperoleh tampak
agallocha, Ficus micro-carpa, Ficus bahwa jenis-jenis yang dahulu pernah
virens, Flacourtia indica, Guazuma dicatat sebagai tumbuhan yang banyak
ulmifolia, Melaleuca leucadendron, terdapat di kawasan ini, saat ini sudah
Mimusops elengi, Phyllanthus emblica, tidak menjadi jenis tumbuhan yang utama,
Sonneratia alba, Rhizophora apicu- seperti Schoutennia ovata, Grewia
lata, Thespe-sia populnea, Rhizo- eriocarpa, Phyllantus emblica, Albizia
phora stylosa, Protium javanicum, lebbekoides, Azidirachta indica,
Vitex trifoliate, Xylocarpus moluccen- Schleicera oleosa, Vitex pubescens,
sis, Syzygium sp. Zizyphus nummularia, Acasia leuco-
phloea, Corypha utan dan Borassus
PEMBAHASAN flabellifer (Paardt 1929 dan Voogd
1937). Perubahan komposisi tumbuhan
Keterbatasan keberadaan tumbuhan di kawasan ini bisa diakibatkan oleh
efifit mengindikasikan bahwa perubahan status lahan yang sering
kelembaban kawasan di sini sangat terjadi di kawasan ini (Roemantyo, dkk.
rendah. Kawasan ini memiliki musim 2010). Padahal kondisi alami kawasan ini
kering yang lebih panjang dibandingkan sangat ekstrem, dimana musim keringnya
dengan musim basah. Kawasan ini sangat pendek (Oldeman dkk. 1980).
tergolong dalam Klassifikasi “Agro- Dari hasil penelitian beberapa jenis masih
Climatic” D4 (Oldemann dkk. (1980), terlihat mampu bertahan mendominasi
dimana musim keringnya lebih dari 6 kawasan ini seperti Schoutennia ovata,

367
Roemantyo

Grewia eriocarpa, Azidirachta indica, populasinya (Gambar 4), petak D adalah


Vitex trifoliata. Sedangkan jenis-jenis petak yang paling rawan, dengan
lain seperti Phyllantus emblica, Albizia keragaman jenis yang terrendah dan
lebbekoides, Schleicera oleosa, tingkat tekanan yang paling tinggi.
Zizyphus nummularia, Acasia leuco- Sedangkan petak F adalah kawasan
phloea masih ditemukan terdapat di yang memiliki keragaman jenis yang tinggi
kawasan ini meskipun tidak mendominasi dengan populasi yang paling stabil jika
kawasan. Jenis-jenis seperti Corypha dibandingkan dengan lokasi lain.
utan dan Borassus flabellifer sudah Observasi di lapangan menunjukkan
jarang tampak tumbuh di kawasan ini. bahwa petak D memiliki mikro-habitat
Beberapa tegakan masih terlihat namun yang berupa savanna yang didominasi
tergolong sangat jarang. oleh jenis-jenis dari suku Poaceae. Di
Berdasarkan parameter jumlah jenis beberapa tempat memiliki substrat yang
dan individunya, tampak bahwa keaneka- berbatu karang dengan jenis-jenis semak
ragaman jenisnya tidak terlalu tinggi. belukar. Jarangnya tumbuhan pohon yang
Populasi dari masing-masing jenis yang melindungi lantai dasar menyebabkan
tumbuh di kawasan ini berada pada posisi kawasan ini mudah mengering pada saat
yang rentan terhadap keseimbangan dan musim kemarau dan rawan terbakar.
mudah sekali untuk berubah. Artinya jika Sedang pada petak pengamatan F kondisi
ada tekanan terhadap kawasan ini mikro-habitatnya lebih lembab karena
(perubahan iklim, pemanfaatan lahan, terletak berdekatan dengan pantai yang
bencana alam dll) maka jenis maupun landai dengan substrat tanah yang
jumlah populasi akan mudah menurun. terpengaruh pasang surut air laut.
Jika dibandingkan diantara lokasi petak Sebagian kawasan ini tertutupi oleh
pengamatan berdasarkan nilai indeks endapan lumpur. Banyak jenis pohon
keanekaragaman jenis dan kemerataan yang mendominasi di kawasan ini seperti

Gambar 4. Diagram sebar nilai indek keragaman dan kemerataan jenis pohon dengan diameter
> 10 cm.

368
Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan Semusim Habitat

Sonneratia alba, Abutilon indicum, Kondisi ini dapat dipahami, karena


Grewia eriocarpa, Tamarindus kondisi alam yang sangat berat dimana
indica, Schoutenia ovata, Rhizophora musim hujan sangat pendek dan musim
apiculata, Croton argytatus, Vitex kemarau lebih dari 6 bulan (Oldeman dkk.
trifoliata yang memiliki tajuk yang luas 1980.) Kondisi ini juga diperparah oleh
besar menaungi lantai dasar hutan. tipisnya lapisan tanah yang subur,
Bahkan jenis-jenis pohon mangrove di terbatasnya unsur hara tanah dimana
kawasan ini selain kedua jenis kawasan ini memiliki struktur berbatu
(Sonneratia alba dan Rhizophora lepas dan berkapur (RePPProt 1989).
apiculata ) masih banyak dijumpai. Berdasarkan analisis ordinasi
Secara umum memang tidak banyak dengan menggunakan parameter rata-
jenis pohon yang berukuran tinggi, dan rata tinggi pohon didapatkan gambaran
juga jenis-jenis tersebut sebagian bukan bahwa dari sekitar 41 jenis pohon yang
merupakan jenis yang dominan, seperti terdapat diseluruh petak pengamatan
Acasia leucophloea, Ficus micro- umumnya (33 jenis) merupakan
carpa, Abutilon indicum, Grewia komunitas pohon dengan profil rata-rata
eriocarpa, Schoutenia ovata, dan ketinggian yang hampir seragam
Tamarindus indica. Namun kemungki- (Gambar 5). Hanya sekitar 8 jenis yang
nan jenis-jenis tersebut merupakan pohon memiliki profil yang berbeda. Jenis-jenis
“kunci” untuk kawasan ini sebagai habitat tersebut sebagain besar merupakan
curik bali “miniatur” seperti yang kelompok komunitas mangrove seperti
dinyatakan oleh Noerdjito (2000). Jenis Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora
tersebut tercatat sebagai pohon yang apiculata, Rhizophora mucronata,
cukup kuat relatif masih hijau tajuknya Rhizophora stylosa, dan Sonneratia
meskipun musim kemarau melanda alba, dengan tinggi pohonnya kurang dari
kawasan ini. Acasia leucophloea 3 m. Terdapat 2 jenis mangrove yaitu
merupakan tempat persarangan, Rhizophora mucronata dan Bruguiera
sedangkan jenis lain merupakan tempat gymnorhiza yang memisah jauh dari jenis
sumber pakan curik bali mangrove lain. Dari catatan lapangan
Ditemukannya semai dari jenis-jenis kedua jenis mangrove tersebut memiliki
pohon yang terdapat di dalam petak tinggi pohon 3 – 4 m, meskipun terdapat
pengamatan memberikan indikasi bahwa di antara jenis-jenis mangrove lain.
proses permudaan alam jenis-jenis Tercatat 3 jenis yang merupakan komuni-
tumbuhan di kawasan hutan ini dapat tas jenis pohon yang tergolong memiliki
berjalan secara alami. Masalahnya ketinggian sedang (3 – 5 m) seperti
adalah apakah semua jenis yang Phyllanthus emblica, Schleichera
ditemukan mampu bertahan sehingga oleosa dan Flacourtia indica.
sampai menjadi pohon yang besar. Dari Jenis pohon Acacia leucophloea
catatan anak pohon yang ditemukan (pilang) yang biasa dipakai sebagai
tampak bahwa tidak semua semai tempat bersarang curik bali tampak
mampu tumbuh menjadi anak pohon. berada dalam satu komunitas dengan

369
Roemantyo

Gambar 5. Pengelompokan jenis pohon pada kawasan Labuan lalang menggunakan parameter
rata-rata tinggi pohon dengan analisis ordinasi Principal Coodinate Analyses (PCO).
Keterangan: 1 A.indicum; 2 A.leucophloea; 3 A.nilotica; 4 A.lebekkoides; 5 A angustifolia; 6 A.
indica; 7 B. gymnorrhiza; 8 Caesalpinia sp.; 9 C. alata; 10 C. dichotoma; 11 C. argytatus; 12
E. agallocha; 13 F. virens; 14 F. superba; 15 F. indica; 16 G. eriocarpa; 17 Grewia sp.; 18 G.
ulmifolia; 19 Leea sp. 20 Mallotus paniculatus; 21 M. leucadendron; 22 Micromelum sp.; 23
M. elengi; 24 O.octodonta; 25 P. emblica; 26 P. javanicum; 27 R. apiculata; 28 R. mucronata;
29 R. stylosa; 30 S. oleosa; 31 S. ovata; 32 S. alba; 33 S. asper; 34 S. lucida; 35 S.
pycnanthum; 36 T. indica; 37 T. populnea; 38 V. trifoliata; 39 X. moluccensis; 40 Z. rhetsa; 41
Z. rotundifolia.
struktur dan komposisi pohon seperti kurang dari 2 km dari komunitas ini (lihat
jenis-jenis Ficus spp. (kresek dan apak), Gambar 2) merupakan kombinasi yang
Tamarindus indica (asem), Abutilon baik, mengingat jenis ini akan selalu hijau
indicum (kapasan), Grewia eriocarpa sepanjang tahun dan juga merupakan
(talok), Schoutenia ovata (walikukun) sumber pakan bagi satwa burung
yang diketahui menghasilkan buah pakan termasuk curik bali.
burung serta bunga dan daunnya disukai Analisis ordinasi dengan mengguna-
serangga. Peran dari kehadiran serangga kan parameter rata-rata ketinggian
perlu diteliti lebih mendalam, mengingat tempat tumbuh dari permukaan laut
pada saat musim hujan datang populasi (altitut) menunjukkan adanya pengelom-
serangga ini cukup melimpah (Noerdjito pokan yang lebih rinci. Ada 5 kelompok
2000). Dari data profil pohon jenis-jenis lokasi ketinggian pada masing-masing
tersebut tergolong dalam kelompok pohon komunitas pohon yang menunjukkan
yang tingginya di atas 10 m. Adanya jenis adanya komposisi jenis pohon yang
mangrove yang tumbuh mengelompok berbeda (Gambar 6). Komunitas yang
sebagai komunitas mangrove berada terdapat pada 0 – 10 m dpl umumnya

370
Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan Semusim Habitat

Gambar 6. Pengelompokan jenis pohon pada kawasan Labuan lalang menggunakan parameter
rata-rata ketinggian dari muka laut dengan analisis ordinasi Principal Coordinate
Analyses (PCO).
Keterangan: Lihat Gambar 5

merupakan jenis-jenis mangrove dan – 60 m merupakan kawasan dengan


jenis-jenis yang mampu beradaptasi struktur dan komposisi pohonnya sangat
tumbuh di pinggir pantai seperti beragam. Ada sekitar 13 jenis pohon yang
Excoecaria agallocha (buta-buta), menyusun komunitas pada kawasan ini,
Streblus asper (serut), yang umumnya diantaranya adalah jenis-jenis pohon tinggi
terdapat pada petak transek F (Gambar dan bertajuk lebar seperti Acasia
2). Komunitas selanjutnya merupakan leucophloea, Albizia lebeckoides,
jenis pohon yang tumbuh pada 10 – 20 m beberapa jenis Ficus spp., Abutilon
dpl. seperti Osbornea octodonta, indicum, Grewia eriocarpa, Schoute-
Guazuma ulmifolia, Cordia dichotoma nia ovata, dan Tamarindus indica.
(kendal), Leea sp. dan Strychnos lucida Hampir semua jenis pohon yang terdapat
(kayu pahit). Pada ketinggian 20 – 30 m di dalam kelompok ini memiliki asosiasi
dpl terdapat struktur dan komposisi dari dengan curik bali seperti yang disebutkan
Protium javanicum (trengulun), Cassia oleh Helvoordt, 1987 dan Balen et al.
alata, Mimusops elengi (tanjung), 2000 terdapat pada komunitas ini.
Grewia sp. dan Thespesia populnea Pada kawasan petak pengamatan di
(waru laut). Pada ketinggian 30 – 40 m atas 40 m dpl ini juga ditemukan jenis
terdapat komposisi pohon Melaleuca pohon Acacia nilotica yang tumbuh
leucadendron, Caesalpinia sp. dan bersama-sama dengan jenis-jenis
Micromelum. Pada ketinggian di atas 40 memiliki asosiasi dengan curik bali.

371
Roemantyo

Pohon Acacia nilotica termasuk dalam struktur dan komposisinya sudah


kelompok invasif yang dapat tumbuh berbeda, dimana beberapa jenis sudah
mendominasi suatu kawasan. Pertumbu- menjadi sulit menjadi jarang ditemukan
hannya sangat cepat, mudah berkembang di kawasan ini seperti Strycnos
biak dan memiliki kemampuan tumbuh lingustrina, Helicteres ixora, Protium
bersaing dengan jenis-jenis lokal. Indikasi javanicum, Rauvolfia serpentina,
pertumbuhannya sudah tampak dari Zanthoxylum rhetza, Ziziphus
cukup banyaknya semai dan anakan jenis rotundifolia, Ceriops tagal, Flacourtia
ini tumbuh di kawasan ini. Pengendalian indica, dan Santalum album.
jenis ini perlu segera dilakukan mengingat Berdasarkan pada analisis ordinasi
pertumbuhannya terdapat di komunitas Principal Coordinate Analyses (PCO), di
di mana masih ditemukannya struktur dan dapatkan gambaran bahwa jenis-jenis
komposisi pohon yang berasosiasi dengan yang berasosiasi dengan jurik bali
Curik bali. umumnya merupakan komunitas pohon
memiliki profil dengan tinggi di atas 10
UCAPAN TERIMA KASIH m. Selain itu berdasarkan pada tempat
hidupnya komunitas ini terletak pada
Penulis mengucapkan terima kasih ketinggian di atas 40 – 60 m dpl. Adanya
kepada Dr. Balgooy, Dr. Welzen, Dr. de komunitas mangrove yang selalu hijau di
Wilde, Dr. Adema, dan Dr. Berg dari kawasan ini yang terletak tidak jauh dari
Herbarium Leyden Belanda yang telah komunitas pohon yang berasosiasi
membantu dalam mengidentifikasi dengan curik bali akan memberikan nilai
beberapa jenis koleksi yang telah ekologis yang tinggi dalam daya
dikumpulkan. Penelitian ini dibeayai dari dukungnya terutama pada saat musim
Proyek DIKTI – LIPI di Pusat Penelitian kemarau terhadap habitat curik bali yang
Biologi tahun 2010. hidup liar maupun dilepasliarkan di
kawasan ini.
KESIMPULAN Tampak jenis-jenis pendatang “baru”
muncul di kawasan ini seperti Acacia
Jenis-jenis tumbuhan yang hidup nilotica, Mimusops elengi, Ceiba
sewaktu curik bali masih ditemukan hidup pentandra, Dalbergia latifolia dan
liar di habitat aslinya, tampak masih Pterocarpus indicus yang tampak
ditemukan hidup dikawasan ini seperti berkembang di antara jenis-jenis asli.
Schoutennia ovata, Grewia eriocarpa, Jenis-jenis tersebut perlu diperhatikan
Phyllantus emblica, Albizia keberadaan dan perkembangbiakannya,
lebbekoides, Azidirachta indica, mengingat termasuk jenis yang mudah
Schleicera oleosa, Vitex pubescens, tumbuh dan memiliki potensi untuk
Zizyphus nummularia, Acasia mendominasi suatu kawasan, terutama
leucophloea, Corypha utan dan Acacia nilotica.
Borassus flabellifer. Namun dari hasil Keterbatasan akan kondisi dan
penelitian di kawasan ini menunjukkan lingkungan yang kurang menguntungkan

372
Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan Semusim Habitat

bagi pertumbuhan jenis-jenis tumbuhan 2010 Laporan perjalanan internal,


mengakibatkan tidak terlalu tinggi tidak dipublikasikan.
keanekaragaman jenis. Jenis-jenis Balen, van S., IWA. Dirgayusa, IMWA.
tumbuhan yang tumbuh di kawasan ini Putra & HT. Prins Herbert. 2000.
cenderung rawan terhadap perubahan Status and distribution of the
lingkungan dan alih fungsi lahan. Dengan endemic Bali Starling Leucopsar
demikian struktur dan komposisi rothschildi. Oryx 34 (3): 188-197.
vegetasinya juga mudah berubah. Ada Helvoort, van BE., MN. Soetawidjaya &
beberapa jenis (11 jenis) yang tidak P. Hartojo, 1985. The Rothschild’s
ditemukan pohon besarnya, namun Mynah (Leucopsar rothschildi):
semainya ditemukan di dalam petak a Case for Captive or Wild
pengamatan memberikan indikasikan pula Breeding ? ICBP, Cambridge.
bahwa terdapat jenis pohon yang tidak Kovack Computing Service. 2010.
melimpah namun kemampuan MultiVariate Statistic Package.
regenerasinya cukup baik. Copyright 1985 - 2010. http://
Jenis-jenis asli kawasan ini yang www.kovcomp.com
perlu diperhatikan karena semakin sulit Ludwig, JA. & JF. Reynolds. 1988.
ditemukan seperti Strycnos lingustrina, Statistical Ecology: A Primer
Helicteres ixora, Protium javanicum, Methods and Computing. John
Rauvolfia serpentina, Zanthoxylum Willey & Sons, New York 337 p.
rhetza, Ziziphus rotundifolia, Ceriops Magguran, AE.1988. Ecological
Diversity and Its Measurement.
tagal, Flacourtia indica, Santalum
Chapman and Hall London.
album perlu dipantau pertumbuhannya
Meuller-Dombois and Ellenberg, 1974.
di alam. Selain memiliki potensi ekonomi Aim and Methods of Vegetation
(obat, tanaman hias, adat) peran ekologi Ecology. John Wiley and Sons,
di kawasan yang kering ini sangat berarti Inc. Canada.
dalam menyususun system habitat hutan Noerdjito, M. 2005. Pola Persarangan
semusim yang merupakan habitat curik Curik Bali Leucopsar rothschildi
bali. Stresemann 1912 dan Kerabatnya
di Taman Nasional Bali Barat.
DAFTAR PUSTAKA Berita Biologi 7(4): 215-222.
Oldemann, LR. L. Irsal & Muladi. 1980.
Arinasa, IBK., Roemantyo & M. Agro-Climatic Map of Bali Nusa
Ridwan. 2010. Eksplorasi Flora Tenggara Barat and Nusateng-
Taman Nasional Bali Barat: gara Timur. Scale 1 : 2.250.000.
Keanekeragaman Flora Kawasan Central Research Institute for
Hutan Zona Pemanfaatan Labuan Agriculture. Bogor.
Lalang. Laporan Perjalanan Paardt, 1929. Manoek putih: Leucopsar
Eksplorasi Flora di Taman rothschildi. Tropisce Natuur 15:
Nasionla Bali Barat. Proyek Dikti 169 -173.

373
Roemantyo

Roemantyo, HIP. Utaminingrum & M. GeoEye, Dulles, Virginia, 29


Ridwan. 2010. Peta keragaman September 2008
ekosistem serta tataguna lahan Taman Nasional Bali Barat 2005. Peta
semenanjung Prapat Agung dan batas dan sarana prasarana Taman
sekitar Bali barat sebelum 1950. Nasional Bali Barat (digital).
Laporan Perjalanan Eksplorasi Taman Nasional Bali Barat,
Flora di Taman Nasionla Bali Departemen Kehutanan.
Barat. Proyek Dikti 2010 Laporan Voogd, C.N.A. 1937. Botanische
perjalanan internal, tidak aantekeningen van de Kleine
dipublikasikan. Soenda. Eilanden III. Bali Zoals
Space Imaging. 2000. IKONOS, Level een toerist het niet ziet. Trop.
Standard Geometrically Corrected, Natuur 26: 1-9, 37-40.

Memasukkan: Mei 2011


Diterima: Agustus 2011

374

You might also like