Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

EnviroScienteae 9 (2013) 44-53 ISSN 1978-8096

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM BATUBARA


DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KHUSUSNYA UUPPLH
DI KABUPATEN BANJAR DAN TANAH BUMBU

Sri Riyani1), Luthfi Fatah2), Udiansyah3), Yusuf Azis2)


1)
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat
2)
Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat
3)
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat
4)

Keywords: UUPPLH, Implementation, Management of natural resources coal.

Abstract

The research was doing to answer the research questions: Is the policy of management of
natural resources coal in accordance with UUPPLH and How the implementation of UUPPLH
in natural resources coal management policy. This research aims to know: (a) How the
implementation of UUPPLH in the management of natural resources coal, (b) How the
differences implementation of UUPPLH in management of natural resources coal in the
Banjar and Tanah Bumbu Regency, (c) What kinds of constraints encountered in UUPPLH
implementation at Banjar and Tanah Bumbu Regency. This research is a survey research
field using purposive sampling technique to determine informant as many as 18 people
(DPRD, BLHD, NGOs, Mining companies of PKP2B and IUP). Techniques of data colletion
conducted by interviews and observations, then the analysis by the method of scoring,
descriptive analysis and document analysis. The result showed that for the implementation of
UUPPLH in the management of natural resources coal in Banjar and Tanah Bumbu Regency
are divided into six aspects (Planning, Utilization, Controlling, Maintenance, Supervison, and
Law Enforcement). The different of implementation between Banjar and Tanah Bumbu
Regency visible in aspects of Law Enforcement, Banjar (Good) and Tanah Bumbu (Very
Good). Constraints encountered in UUPPLH implementation in two Regencies are restricted
budget, restricted of government human resources in guarding the UUPPLH implementation,
lack of awareness of government and business to the environment, low access to natural
resources and environmental information and reporting mechanism of environmental issues
for the community, weakness of Law Enforcement issues not in accordance with UUPPLH.

Pendahuluan banyaknya jumlah izin usaha


pertambangan (IUP) yang dikeluarkan oleh
Latar Belakang pemerintah daerah artinya investasi untuk
pertambangan tumbuh pesat.
Kalimantan Selatan memiliki sumber Sisi lain, kontradiktif ditemukan
daya yang melimpah termasuk batubara dalam masalah kemiskinan yang semakin
dan Kalimantan Selatan juga merupakan meroket tajam terutama di kabupaten yang
pulau yang memiliki banyak permasalahan potensi batubara melebihi kabupaten lain
lingkungan dan masalah kesejahteraan seperti Tanah Bumbu dan Banjar. Selain
masyarakat. itu ditambah lagi masalah lingkungan yang
Potensi batubara tercermin dari peran ditunjukkan dengan nilai Indeks Kualitas
pentingnya dalam menyumbang PDRB Lingkungan Hidup Kalimantan Selatan
daerah dalam menopang pembangunan (48,25) yang berada di bawah standar
daerah. Hal ini dapat dilihat dari nasional (59,79).
Sri Riyani, et al/EnviroScienteae 9 (2013) 44-53 45

Korelasi negatif antara sumber implementasi UUPPLH di Kabupaten


batubara yang melimpah dengan tingkat Banjar dan Tanah Bumbu”
kesejahteraan dan pelestarian lingkungan Manfaat penelitian ini diharapkan
menjadi sebuah polemik besar padahal dapat memberikan alternatif instrumen
Indonesia berusaha mewujudkan kebijakan daerah yang lebih kompetitif
pembangunan berkelanjutan salah satunya dalam mengelola SDA Batubara dengan
dengan menerbitkan UU No.32 Tahun memberikan perbandingan yang terkini di
2009 Tentang Perlindungan dan dua daerah yang berbeda. Hasil penelitian
Pengelolaan Lingkungan Hidup. ini diharapkan dapat memberikan manfaat
Apakah selama ini UU No,32 Tahun bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
2009 ini sudah diterapkan secara benar
dalam mengelola SDA Batubara. Oleh
karena itu diperlukan penelitian yang Metode Penelitian
bertujuan untuk menjawab hal tersebut
apakah memang terjadi disfungsional Batasan Penelitian
dalam kebijakan atau ada faktor ekstenal
lain yang mempengaruhi fungsi kebijakan Mengkaji kebijakan pengelolaan
tersebut dalam pengelolaan SDA terutama SDA Batubara yang dikeluarkan oleh
Batubara. Pemerintah Daerah (IUP) di Kabupaten
Penelitian ini difokuskan pada Banjar dan Tanah Bumbu yang didasarkan
Kabupaten Banjar dan Tanah Bumbu atas UUPPLH, dimana secara spesifik
dikarenakan Penulis ingin melihat peran dalam penelitian ini dilihat dari aspek-
pemerintah dan pengusaha pertambangan aspek 6P (Perencanaan, Pemanfaatan,
dalam menerapkan UUPPLH terhadap Pengendalian, Pemeliharaan, Pengawasan
pengelolaan SDA batubara. Kabupaten dan Penegakan hukum).
Banjar dan Tanah Bumbu adalah
Kabupaten yang sedang giat-giatnya dalam Teknik Pengambilan Data
pembangunan daerah melalui investasi-
investasi segala sektor terutama Pengambilan data primer dalam
pertambangan. penelitian ini dilakukan dengan cara:
Oleh karena itu berdasarkan uraian Observasi, yaitu dengan mengadakan
latar belakang di atas Penulis memilih pengamatan langsung terhadap obyek yang
judul tentang “Analasis Kebijakan diteliti.
Pengelolaan SDA Batubara Ditinjau Dari Wawancara, yaitu dengan melakukan
Aspek Hukum Khususnya UUPPLH di wawancara langsung bebas terpimpin.
Kabupaten Banjar dan Tanah Bumbu”. Dalam hal ini dipersiapkan terlebih dahulu
daftar pertanyaan sebagai pedoman, tetapi
Tujuan dan Manfaat Penelitian masih dimungkinkan adanya variasi
pertanyaan yang disesuaikan dengan
Tujuan dari penelitian ini secara situasi pada saat wawancara dilakukan.
umum adalah: “Bagaimana penerapan
UUPPLH dalam pengelolaan SDA
Batubara” Obyek dan Peralatan Penelitian
Secara khusus tujuan penelitian adalah:
“Bagaimana perbedaan penerapan Obyek penelitian dalam kegiatan ini
UUPPLH No.32 Tahun 2009 dalam adalah DPRD Komisi III, BLHD, LSM,
pengelolaan SDA Batubara di Pelaku Usaha berskala IUP dan PKP2B
Kabupaten Banjar dan Tanah Bumbu” yang diambil bedasarkan teknik
dan “Seperti apa kendala dalam pengambilan sampling “Non Probability
Sampling (sampel tidak acak)” dimana
46 Sri Riyani, et al/EnviroScienteae 9 (2013) 44-53

obyek penelitian(narasumber) tersebut 2. Tujuan kedua penelitian ini


dipilih dengan cara purposive sampling (Perbedaan UUPPLH di Kabupaten
Peralatan yang digunakan dalam Banjar dan Tanah Bumbu)
kegiatan Penelitian ini adalah: Panduan menggunakan metode analisis
Wawancara untuk data primer, kamera deskriptif, yaitu data yang diperoleh,
untuk dokumentasi dan alat tulis menulis. dipilih dan disusun secara sistematis
Analisis Data untuk kemudian dianalisa secara
deskriptif untuk menggambarkan hasil
Data yang telah diperoleh akan penelitian
dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian 3. Tujuan ketiga (Kendala dalam
yaitu menggunakan implementasi UUPPLH di Kabupaten
1. Tujuan pertama dalam penelitian ini Banjar dan Tanah Bumbu)
(penerapan UUPPLH meliputi aspek menggunakan metode analisis
perencanaan, pemanfaatan, deskriptif.
pengendalian, pemeliharaan, Data yang diperoleh agar
pengawasan dan penegakan hukum) mendapatkan keabsahan maka peneliti
menggunakan metode pemberian nilai melakukan teknik-teknik tertentu sebagai
di dalam panduan wawancara bagian dalam verifikasi dan validasi, yaitu
berdasarkan pada Skala Rating dan sebagai berikut:
Analisis dokumen. 1. Pengecekan ulang
Data yang diperoleh adalah data Peneliti pengecekan ulang setelah
kuantitatif yaitu memberikan nilai 1-5 melakukan pengamatan secara lebih
kemudian peneliti baru cermat dan berkesinambungan dengan
mentranformasikan data kuantitatif tujuan apakah data yang telah didapat
tersebut menjadi data kualitatif sesuai dengan yang diharapkan atau
(Nurcahyo, 2011). tidak. Peneliti juga memberikan
Perhitungan data dilakukan untuk deskripsi data yang akurat dan
menginterpretasikan nilai kumulatif sistematik tentang apa yang diamati,
ௌ஽ dengan cara membaca referensi buku
kuesioner dengan rumus P = ௌ௄ ×
maupun hasil penelitian atau
100%
dokumentasi yang berhubungan
P = Persentase
dengan temuan yang diteliti
SD = Skor hasil data yang dikumpulkan
2. Triangulasi
SK = Skor Kriteria (Riduwan, 2002).
Triangulasi menurut Sugiyono (2009)
Kemudian ditafsirkan dengan batasan-
adalah salah satu proses atau aktifitas
batasan presentase menurut Djamarah
yang digunakan untuk menguji
(2002) yaitu:
kredibilitas dengan memeriksa data -
Tabel 1. Presentase dan kategori
data yang diperoleh dari hasil
penilaian
wawancara kemudian dicek kembali
KATEGORI
PERSENTASE dengan observasi dan analisis
PENILAIAN
dokumen, bila hasil wawancara
81 % - 100 % Sangat baik berbeda dengan observasi dan analisa
dokumen maka skor dari hasil
61 % - 80 % Baik wawancara dikurangi sebanyak
41 % - 60 % Cukup Baik temuan dari hasil observasi dan
analisa dokumen sehingga diperoleh
21 % - 40 % Kurang Baik derajat keabsahan yang tinggi
sehingga kesimpulan data adalah hasil
Sangat Kurang dari penggunaan ketiga teknik tersebut
0 % - 20 %
Baik (Herdiansyah, 2010).
Sri Riyani, et al/EnviroScienteae 9 (2013) 44-53 47

Hasil Dan Pembahasan Aspek perencanaan adalah tugas


utama dan wewenang dari Pemerintah
Penerapan UUPPLH di Kabupaten Banjar Daerah dalam hal ini DPRD, karena
dan Tanah Bumbu wakil rakyat ini memiliki fungsi dalam
legislasi, anggaran dan pengawasan.
UUPPLH meliputi 6 aspek dalam Fungsi legislasi diwujudkan dalam
implementasinya, sehingga pemerintah agenda membentuk peraturan daerah
daerah Kabupaten Banjar dan Tanah bersama kepala daerah. Fungsi
Bumbu dalam hal ini selaku pembuat anggaran diwujudkan dalam
kebijakan (termasuk pemberian izin membahas, memberikan persetujuan
tambang) harus berada dalam koridor 6P dan menetapkan APBD bersama
ini yaitu Perencanaan, Pemanfaatan, pemerintah daerah. Fungsi
Pengendalian, Pemeliharaan, Pengawasan pengawasan diwujudkan dalam bentuk
dan Penegakan Hukum untuk mengelola pengawasan terhadap pelaksanaan
SDA batubara. Di bawah ini secara rinci UU, Peraturan Perundangan yang
diuraikan penerapan 6P tersebut di ditetapkan Pemerintah Pusat,
Kabupaten Banjar dan Tanah Bumbu. Peraturan Daerah, Peraturan Kepala
Daerah, Keputusan Kepala Daerah dan
1. Penerapan Aspek Perencanaan kebijakan yang ditetapkan oleh
Hasil penelitian diperoleh bahwa Pemerintah Daerah. Tetapi pada
penerapan aspek perencanaan dalam kenyataannya dalam pengelolaan SDA
UUPPLH di Kabupaten Banjar dan Batubara fungsi ini tidak dapat
Tanah Bumbu memiliki interpretasi dijalankan dengan optimal baik dari
Cukup Baik. Hal ini karena dua fungsi legislasi, anggaran maupun
kabupaten tersebut selama ini dari pengawasan.
aspek perencanaan menyerahkan
secara total kepada pelaku usaha yang 2. Penerapan Aspek Pemanfaatan
berencana melakukan kegiatan usaha Aspek Pemanfaatan adalah aspek
pertambangan batubara. Padahal lanjutan yang berkolerasi integral
kegiatan-kegiatan tersebut harusnya dengan aspek perencanaan.
dilakukan oleh pihak pemerintah Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagai pemilik SDA batubara penerapan aspek pemanfaatan dalam
sebagaimana terdapat di dalam UUPPLH di Kabupaten Banjar dan
UUPPLH pasal 63 yang telah Tanah Bumbu memiliki interpretasi
merincikan tugas dan wewenang Cukup Baik. Hal ini sebabkan karena
Pemerintah Daerah salah satunya yaitu pemanfaatan yang dilakukan adalah
melakukan perencanaan lingkungan pemanfaatan yang berdasarkan pada
hidup termasuk dalam pengelolaan orientasi perusahaan pertambangan.
SDA batubara. Pemanfaatan secara terdokumen hanya
dimiliki oleh perusahaan
Tabel 2. Aspek Perencanaan di pertambangan baik yang bersakala
Kabupaten Banjar dan PKP2B atau IUP dalam bentuk RAKB
Tanah Bumbu (Rencana Kerja Anggaran Biaya).
Kabupaten
Aspek Tanah
Banjar
Bumbu
Perencanaan 41,7 % 44,4 %
Cukup Cukup
Interpretasi
Baik Baik
48 Sri Riyani, et al/EnviroScienteae 9 (2013) 44-53

Tabel 3. Aspek Pemanfaatan di Tabel 4. Aspek Pengendalian di


Kabupaten Banjar dan Kabupaten Banjar dan
Tanah Bumbu Tanah Bumbu
Kabupaten Kabupaten
Tanah Tanah
Aspek Banjar Aspek Banjar
Bumbu Bumbu
Pemanfaatan 57,7 % 45,1 % Pengendalian 72 % 68,8 %
Cukup Cukup Interpretasi Baik Baik
Interpretasi
Baik Baik
Hal ini disebabkan karena untuk aspek
Terbukti bahwa perencanaan yang pengendalian Kabupaten Banjar dan
tidak dimiliki oleh pemerintah dalam Tanah Bumbu telah melaksanakan
pengelolaan SDA batubara telah dokumen AMDAL (KA, ANDAL,
berdampak pada pemanfaatan yang RKL, RPL) dan UPL/UKL, reklamasi
hanya orientasi pasar. Wajar jika (reboisasi) yang merupakan bagian
potensi batubara Kabupaten Banjar kecil dari aspek pengendalian namun
dan Tanah Bumbu yang melimpah bagian-bagian lain dari pengendalian
tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam tidak dilaksanakan seperti KLHS,
daerah (misalanya, sering padam instrumen ekonomi lingkungan hidup.
listrik) lebih banyak di ekspor ke luar Kesulitan dalam memperoleh izin juga
daerah bahkan ke luar negeri menjadi faktor bahwa dokumen-
akibatnya rakyat umum dan rakyat dokumen lingkungan dalam
yang disekitar tambang tidak bisa pengelolaan SDA Batubara hanya
merasakan manfaat dari melimpahnya sebagai pelengkap dalam memperoleh
SDA batubara tersebut, rakyat hanya ijin padahal perijinan pengelolaan
merasakan banjir dan bencana alam SDA Batubara merupakan usaha yang
lainnya yang dikibatkan pertambangan harus dilakukan untuk
yang tidak memperhatikan kaidah- mengoptimalkan pemanfaatan SDA
kaidah lingkungan (daya dukung dan yang melibatkan stakeholders dan
daya tampung). Maka untuk shareholders untuk mengembangkan
mengatasi permasalahan disorientasi ekonomi suatu wilayah (Prihatin,
pemanfaatan SDA batubara 2009). sebenarnya juga terpengaruh
pemerintah daerah Kabupaten Banjar oleh ada atau tidak adanya
dan Tanah Bumbu harus memiliki perencanaan karena pengendalian
kerangka acuan pemanfaatan dalam bertujuan untuk mengendalikan
memanfaatkan SDA batubara agar pencemaran lingkungan hidup dalam
sesuai dengan UUPPLH. kegiatan usaha termasuk pengelolaan
SDA Batubara.
3. Penerapan Aspek Pengendalian
Aspek Pengendalian dalam 4. Penerapan Aspek Pemeliharaan
perlindungan dan pengelolaan Aspek Pemeliharaan dalam
lingkungan hidup lebih ditekankan perlindungan dan pengelolaan
pada pengendalian pencemaran dan lingkungan hidup lebih ditekankan
kerusakan lingkungan dan penerapan kepada bagaimana menjamin
aspek pengendalian dalam UUPPLH keberlanjutan SDA yang dalam
di Kabupaten Banjar dan Tanah UUPPLH.
Bumbu memiliki interpretasi Baik.
Sri Riyani, et al/EnviroScienteae 9 (2013) 44-53 49

Tabel 5. Aspek Pemeliharaan di sehingga dijabarkan siapa pelaksana


Kabupaten Banjar dan pengawasan dan wewenang yang
Tanah Bumbu dimiliki dalam melakukan
Kabupaten pengawasan kepada setiap usaha yang
Tanah memiliki dokumen izin usaha.
Aspek Banjar
Bumbu
Pemeliharaan 30,5 % 32,2 % Tabel 6. Aspek Pengawasan di
Kurang Kurang Kabupaten Banjar dan
Interpretasi Tanah Bumbu
Baik Baik
Kabupaten
Hasil interpretasi ini kemudian Tanah
Aspek Banjar
didukung dengan fakta dilapangan Bumbu
dimana pemeliharaan yang dilakukan Pengawasan 79,3 % 80,0 %
hanya sebatas pada konservasi SDA Interpretasi Baik Baik
yang lebih dikerucutkan ke arah
konservasi tumbuhan sedangkan Aspek pengawasan di Kabupaten
upaya yang lain yaitu pencadangan Banjar dan Tanah Bumbu
SDA dan pelestarian fungsi atmosfer berinterpretasi Baik karena sebagian
belum diupayakan secara optimal. besar telah dilaksanakan sesuai dengan
Selain itu dokumen pengendalian yang UU No.32 Tahun 2009 sebagai contoh
dimiliki oleh perusahaan batubara dan adalah pelaksana pengawas yang
untuk pelestarian fungsi atmosfer oleh berasal dari instansi terkait dan
pemerintah dokumen yang ada hanya kewenangan pengawas seperti
membahas kurikulum pendidikan memantau, mengambil sampel telah
berbudaya lingkungan (Adiwiyata). dilakukan dan didukung dengan
Akhirnya aspek pemeliharaan adalah dokumen pengawasan yang sudah
aspek yang memiliki nilai interpretasi dilaksanakan dan tertuang dalam
Kurang Baik di Kabupaten Banjar dan Laporan Inventarisasi Ketaatan
Tanah Bumbu, hal ini dikarenakan Lingkungan Hidup.
aspek pemeliharaan dianggap aspek
yang tidak prioritas sehingga upaya 6. Penerapan Aspek Penegakan Hukum
untuk menjalankan UUPPLH ini Aspek Penegakan Hukum dalam
hanya sebatas upaya-upaya ceremonial perlindungan dan pengelolaan
seperti penanaman pohon lingkungan hidup lebih ditekankan
(penghijauan), penghargaan- kepada sanksi administratif bagi
penghargaan, sekolah percontohan pelanggaran-pelanggaran terhadap
berbudaya lingkungan. Selain itu, lingkungan sesuai dengan UUPPLH.
pemeliharaan yang dimaksud dalam Pelanggaran tersebut akan
UUPPLH tidak dapat dijalankan ditindaklanjuti selama ada pengaduan
karena salah satunya tidak adanya dari masyarakat dan sanksi
perencaaan perlindungan dan administratif tersebut dimulai dari
pengelolaan lingkungan hidp dalam surat teguran, paksaan pemerintah,
pengelolaan SDA Batubara. pembekuan izin sampai pencabutan.
Hasil penelitian dalam aspek
5. Penerapan Aspek Pengawasan pengawasan ini yaitu penerapan aspek
Aspek Pengawasan dalam penegakan hukum dalam UUPPLH di
perlindungan dan pengelolaan Kabupaten Banjar dan Tanah Bumbu
lingkungan hidup lebih ditekankan memiliki interpretasi Baik dan Sangat
kepada bagaimana menjamin Baik.
kesesuaian pelaksanaan UUPPLH
50 Sri Riyani, et al/EnviroScienteae 9 (2013) 44-53

Tabel 7. Aspek Penegakan Hukum di Secara umum kondisi penegakan


Kabupaten Banjar dan hukum masalah lingkungan termasuk
Tanah Bumbu lemah karena upaya tebang pilih yang
Kabupaten sangat terasa dalam pelanggaran
Tanah lingkungan ditambah lagi aparat
Aspek Banjar penegak hukum lingkungan dan
Bumbu
Penegakan prasarana yang tidak memadai
71,1 % 81,1 % (Siregar, 2007). Inilah salah satu
Hukum
Sangat sebab kenapa masalah lingkungan
Interpretasi Baik masih terus berlangsung hingga
Baik
sekarang.
Perbedaan ini Berdasarkan Kabupaten Penelitian yang dilakukan
Banjar tidak menemukan pelanggaran- membuktikan bahwa SDA Batubara
pelanggaran masalah lingkungan yang melimpah bukanlah kutukan
dalam pengelolaan SDA Batubara hanya saja menjadi bencana bagi
sehingga penegakan hukum juga tidak masyarakat karena ketidakcermatan
banyak dilakukan (hampir tidak stakeholders dalam menjalankan tugas
pernah mengeluarkan surat dan fungsinya sebagai pelaksana
teguran/paksaan pemerintah terhadap pembangunan berkelanjutan demi
pelanggaran lingkungan) padahal kesejahteraan masyarakat.
pengaduan masyarakat untuk masalah
lingkungan ada tetapi lambat dalam Perbedaan Penerapan UUPPLH di
aksi tindaklanjut dari instansi Kabupaten Banjar dan Tanah Bumbu
pemerintah dan inilah yang
mendukung nilai interpretasi di Secara umum kondisi pertambangan
Kabupaten Banjar Baik. dan tekanan terhadap lingkungan di
Kabupaten Tanah Bumbu yang banyak Kabupaten Banjar dan Tanah Bumbu
mendapatkan pengaduan masyarakat adalah sama termasuk untuk penerapan
dan penegakan hukum bagi UUPPLH dalam 5 aspek yaitu
pelanggaran lebih beragam meskipun Perencanaan, Pemanfaatan, Pengendalian,
masih berkisar sanksi administratif Pemeliharaan dan Pengawasan terkecuali
dalam surat teguran atau paksaan untuk Penegakan Hukum di dua
pemerintah kepada pelanggaran Kabupaten tersebut memiliki perbedaan.
pengelolaan SDA Batubara tetapi Kabupaten Banjar berinterpretasi Baik
lebih cepat tanggap sehingga konflik sedangkan Kabupaten Tanah Bumbu
sosial dan konflik lingkungan dapat berinterpretasi Sangat Baik.
dihindari dengan segera. Selain itu, Penegakan Hukum erat kaitannya
instansi BLHD (sebagai wakil dengan sistem peradilan yang ada di
pemerintah dalam masalah Daerah berarti ada delik aduan, delik
lingkungan) memiliki komitmen dan pemeriksaan, dan sangat terkaitan dengan
program untuk meningkatkan standar hukum lingkungan yang diterapkan oleh
pelayanan minimal, terwujud dengan daerah masing-masing. Berkaitan dengan
dipermudahnya proses pembuatan izin delik aduan masalah lingkungan adalah hal
dokumen dan proses-proses lain yang mendasar yang harus ada karena tanpa
berkaitan dengan lingkungan. Hal delik aduan permasalahan lingkungan
inilah yang mendukung nilai dianggap tidak ada kemudian adalah delik
interpretasi penegakan hukum pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas
Kabupaten Tanah Bumbu menjadi yang berwenang dalam masalah
Sangat Baik. lingkungan ada pejabat Penyidik Pengawai
Negeri Sipil (PPNS) Bidang Lingkungan
Sri Riyani, et al/EnviroScienteae 9 (2013) 44-53 51

Hidup yang diangkat langsung oleh Banjar. Perbedaaan tingkat kepedulian


Menteri Lingkungan Hidup (Peraturan Pemerintah Daerah menunjukkan
Menteri Negara LH RI No. 02 Tahun bahwa motto ‘Good Governance’nya
2012) dan adanya hukum lingkungan yang Kabupaten Tanah Bumbu berusaha
tegas berupa pelaksanaan sanksi untuk diwujudkan.
administratif sesuai UUPPLH.  Ketegasan aparat pemerintah
Penerapan aspek Penegakan Hukum Hal ini menjadi penting karena kunci
di Kabupaten Banjar berinterpretasi Baik dalam penegakan hukum adalah
sedangkan Kabupaten Tanah Bumbu ketegasan yang harus dimiliki oleh
berinterpretasi Sangat Baik. Perbedaan ini aparat, apabila aparat penegak
disebabkan karena beberapa sebab yang hukumnya tidak tegas maka hukum
berkaitan dengan pelaksana hukum itu dapat dipermainkan. Ketegasan aparat
sendiri yaitu Pemerintah Daerah, sebab- Kabupaten Banjar dan Kabupaten
sebab tersebut antara lain: Tanah Bumbu bisa dibilang lemah
 Anggaran untuk pengelolaan hanya berbeda bentuknya saja.
lingkungan hidup Ketidaktegasan aparat pemerintah di
Kabupaten Tanah Bumbu memiliki Kabupaten Banjar dalam bentuk
jumlah anggaran yang lebih banyak penyelesaian masalah lingkungan
dibandingkan dengan Kabupaten yang menggunakan solusi
Banjar hal ini berpengaruh terhadap kekeluargaan (kompromi) sedangkan
kegiatan operasional dalam aspek di Tanah Bumbu ketidaktegasannya
penegakan hukum ini. Karena delik berbentuk penyelesaian masalah
aduan yang diadukan oleh pelapor lingkungan yang tebang pilih
akan ditindaklanjuti oleh PPNS (kekuatan politik).
dengan kegiatan pemeriksaan yang Kabupaten Tanah Bumbu memiliki
tentu saja memerlukan biaya dengan banyak kasus yang terselesaikan,
alasan kekurangan biaya maka penyelesaian tersebut mengarah pada
menjadi legal pada saat tidak sanksi administratif (sesuai UUPPLH)
melakukan proses tindaklanjut. bahkan penutupan usaha tambang dan
Kabupaten Banjar dalam kondisi tindaklanjut dari kasus lingkungan
seperti di atas yaitu kekurangan tersebut berupa pembinaan lingkungan
anggaran dan menjadikan hal tersebut yang terencana dan sistematik
alasan untuk tidak melaksanakan sehingga hal inilah yang menjadikan
proses tindaklanjut hukum berbeda Kabupaten Tanah Bumbu
halnya dengan Kabupaten Tanah berinterpretasi Sangat Baik dalam
Bumbu, mereka lebih banyak Penegakan Hukum dibandingkan
memiliki anggaran dalam pengelolaam dengan Kabupaten Banjar yang sedikit
lingkungan hidup sehingga proses sekali kasus yang dapat diselesaikan
tindaklanjut dapat dilaksanakan dan dan sampai penelitian ini dilaksanakan
status pengaduan tidak sampai belum ada pembinaan secara
menimbulkan konflik lingkungan atau berkesinambungan terhadap pelaku
konflik sosial. Hal inilah yang pelanggaran pengelolaan
menyebabkan Kabupaten Tanah pertambangan batubara. Sehingga
Bumbu berinterpretasi Sangat Baik nilai interpretasi Penegakan Hukum
dalam penegakan hukum. Kabupaten Banjar bernilai Baik.
Hal di atas menjadi cerminan bahwa
Pemerintah Daerah melalui DPRD
Kabupaten Tanah Bumbu lebih peduli
terhadap masalah lingkungan
dibandingkan dengan Kabupaten
52 Sri Riyani, et al/EnviroScienteae 9 (2013) 44-53

Kendala Mengimplementasikan UUPPLH - Penerapan aspek pengawasan


dalam Pengelolaan SDA Batubara terkategori Baik
- Penerapan aspek penegakan
Berdasarkan penelitian yang hukum terkategori Baik
dilakukan terdapat beberapa kendala yang (Kabupaten Banjar) dan Sangat
timbul dalam pelaksanaan UUPPLH Baik (Kabupaten Tanah Bumbu)
terhadap pengelolaan SDA batubara di 2. Secara umum antara Kabupaten
Kabupaten Banjar dan Tanah Bumbu Banjar dan Tanah Bumbu terlihat
antara lain: adanya perbedaan dalam hal
1. Keterbatasan anggaran penerapan UUPPLH yaitu Aspek
2. Keterbatasan SDM Pemerintah dalam Penegakan Hukum, Kabupaten Banjar
menjalankan tugas dan fungsi (Baik) dan Kabupaten Tanah Bumbu
perlindungan dan pengelolaan (Sangat Baik). Kabupaten Banjar
lingkungan hidup disebabkan karena kurangnya
3. Kurangnya kesadaran pemerintah dan perhatian dari pemerintah daerah
pengusaha akan pentingnya dalam masalah anggaran dan
perlindungan dan pengelolaan ketidaktegasan aparat pemerintah
lingkungan hidup dalam pengelolaan sedangkan untuk Kabupaten Tanah
SDA Batubara Bumbu anggaran yang dialokasikan
4. Rendahnya akses masyarakat terhadap untuk pengelolaan lingkungan lebih
informasi SDA dan Lingkungan serta besar dan aparat pemerintah dalam
mekanisme pelaporan terhadap menjalankan penegakan hukum lebih
persoalan-persoalan lingkungan tegas.
5. Lemahnya penegakan hukum dan 3. Kendala dalam mengimplementasikan
aparat dalam penegakan hukum UUPPLH baik di Kabupaten Banjar
lingkungan menurut UUPPLH dan Tanah Bumbu menghadapi
persoalan yang sama yaitu:
keterbatasan anggaran, keterbatasan
Kesimpulan SDM Pemerintah dalam mengawal
berjalannya UUPPLH, kurangnya
Uraian tulisan dalam penelitian ini kesadaran pemerintah dan pengusaha
maka diperoleh kesimpulan demi terhadap pelestarian lingkungan, akses
menjawab tujuan penelitian, yaitu: informasi SDA Lingkungan dan
1. UU No.32 Tahun 2009 (UUPPLH) mekanisme pelaporan persoalan
telah diterapakan di Kabupaten Banjar lingkungan yang rendah bagi
dan Tanah Bumbu dalam hal masyarakat serta persoalan lemahnya
pengelolaan SDA Batubara baik untuk penegakan hukum yang tidak sesuai
yang berskala IUP atau PKP2B yang dengan UUPPLH.
merupakan bagian dari proses
pembangunan berkelanjutan yang
bertujuan untuk kesejahteraan Daftar Pustaka
masyarakat
- Penerapan aspek perencanaan Djamarah,SB dan Zaini A. 2002. Strategi
terkategori Cukup Baik Belajar Mengajar (edisi revisi). PT.
- Penerapan aspek pemanfaatan Rineka Cipta.
terkategori Cukup Baik Herdiansyah,H. 2010. Metodologi
- Penerapan aspek pengendalian Penelitian Kualitatif. Salemba
terkategori Baik Humanika. Jakarta.
- Penerapan aspek pemeliharaan Nurcahyo,Bagus. 2011. Metode
terkategori Kurang Baik Penelitian.
Sri Riyani, et al/EnviroScienteae 9 (2013) 44-53 53

http://www.bagus.staff.gunadarma.ac
.id/.../files/.../metode+penelitian.5%2
B6.ppt/ . Diakses tanggal 7 Januari
2011 Pukul 11:00 a.m
Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Republik Indonesia No. 02
Tahun 2012 Tentang Tata Laksana
Jabatan Penyidik Pegawai Negeri
Sipil Lingkungan Hidup.
Prihatin,E.S. 2009. Laporan Hasil
Penelitian. Otonomi Daerah dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro. Semarang.
Siregar, E. 2007. Tesis. Kebijakan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menurut Undang-Undang No. 23
Tahun 1997 di Kota Binjai. Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian
Kualitatif. Alfabeta. Bandung.

You might also like