Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

ANALISIS KORELASI FORMALIN DAN PROTEIN

PADA UDANG KELONG (Penaeus indicus)


DAN UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei)

Alnilla Hartin1, Sofia Anita2, Tengku Abu Hanifah2,


1
Mahasiswa Program Studi S1 Kimia
2
Bidang Kimia Analitik Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
alnilla.jhartin@student.unri.ac.id

ABSTRACT

Shrimp is very easy to rot and has high protein. Formaline is commonly used to
preservative food including sea food such as shrimp. As protein is splashed or bathed
by formaline, the aldehyde from formaldehyde will bond the protein. The purpose of
this study is to find out the correlation between formaline and protein in kelong shrimp
(Penaeus indicus) and white shrimp (Litopenaeus vannamei) at sell in some Pekanbaru
wet market. Qualitative analysis of formaldehyde was done using calium permanganate
and chromotrophic acid and quantitative analysis was done using High Performance
Liquid Chromatography method which derived using 2,4-dinitrophenylhydrazine,
meanwhile protein analysis was done using Kjeldahl method. The formaldehyde content
from samples was in range of 10 to 30 mg/Kg for kelong shrimp and 7 to 10 mg/Kg for
white shrimp. The protein content for kelong shrimp was in range of 5 to 9 % and 7 to
10 % for white shrimp. Study showed that there are no correlation between formaline
and protein in both samples, kelong shrimp and white shrimp.
Keywords : formaline, High Performance Liquid Chromatography, shrimp.

ABSTRAK

Udang merupakan bahan pangan yang mudah membusuk dan memliki kadar protein
yang tinggi. Formalin sering digunakan untuk mengawetkan makanan, termasuk
makanan laut seperti udang. Ketika makanan berprotein disiram atau direndam larutan
formalin, maka gugus aldehida dari formalin akan mengikat unsur protein. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi formalin terhadap kadar
protein pada udang kelong (Penaeus indicus) dan udang putih (Litopenaeus vannamei)
yang dijual dibeberapa pasar Tradisional Kota Pekanbaru. Analisis kualitatif formalin
menggunakan pereaksi kalium permanganat dan asam kromatofat dan analisis
kuantitatif menggunakan metode High Performance Liquid Chromatography yang
diderivatisasi menggunakan 2,4-dinitrofenilhidrazin, sedangkan analisis protein
menggunakan metode Kjeldahl. Kandungan formalin berada dikisaran 10 – 30 mg/Kg
untuk udang kelong dan 7 – 10 mg/Kg untuk udang putih. Kadar protein untuk udang
kelong berada dikisaran 5 – 9 % dan 7 - 10 % untuk udang putih. Hasil penelitian

1
menunjukkan bahwa tidak terlihatnya korelasi antara formalin dan protein pada sampel
udang kelong dan udang putih.

Kata kunci : formalin, High Performance Liquid Chromatography, udang.

PENDAHULUAN bakteri pembusuk, sehingga makanan


berformalin menjadi awet. Dengan
Udang merupakan salah satu hasil adanya reaksi antara formaldehid dan
perikanan yang memiliki prospek protein melalui gugus amin dari protein,
ekonomis yang tinggi karena digemari maka senyawa peptida akan semakin
banyak orang. Di dalam udang terdapat menurun.
vitamin A, vitamin B 1, zat kapur Menurut IPCS (International
maupun fosfor (Sulistiyono, 2005). Programme on Chemical Safety) Tahun
Darmono (1991) dalam Maharani et al., 2006, lembaga khusus dari tiga
(2009) menambahkan bahwa udang organisasi PBB yaitu ILO, UNEP dan
merupakan salah satu bahan makanan WHO yang peduli pada keselamatan
sumber protein hewani bermutu tinggi penggunaan bahan-bahan kimia,
yang sangat digemari oleh konsumen menetapkan bahwa batas toleransi yang
dalam negeri maupun luar negeri karena dapat diterima dalam tubuh maksimum
memiliki rasa yang sangat gurih dan 10 - 20 mg/Kg (Singgih, 2013).
kadar kolesterolnya yang lebih rendah Pada penelitian ini, pengujian awal
dari pada hewan mamalia. Kandungan untuk mengetahui adanya formalin pada
protein pada udang yaitu sekitar 21%. udang kelong dan udang putih dilakukan
Udang termasuk jenis bahan dengan menggunakan asam komatofat
pangan yang mudah rusak dan dan larutan kalium permanganat.
membusuk. Letak geografis kota Pengujian selanjutnya untuk menghitung
Pekanbaru yang berada jauh dari laut kandungan formalin pada udang
akan membutuhkan waktu berhari-hari digunakan metode HPLC dan untuk
agar udang sampai di Pekanbaru. Hal mengetahui kadar protein pada udang
tersebut menyebabkan nelayan dan digunakan metode Kjeldahl. Sampel
pedagang menggunakan zat kimia udang kelong diperoleh dari Pasar
berbahaya seperti formalin. Formalin Bawah dan Pasar Pagi Arengka,
jauh lebih murah dibanding pengawet sedangkan sampel udang putih diambil
lainnya dan juga mudah digunakan dari Pasar Bawah dan Pasar Pusat.
(Yuliarti, 2007). Sampel diambil dari tiga pedagang
Formaldehid mempunyai berbeda yang dipilih secara acak.
kemampuan untuk mengawetkan
makanan karena gugus aldehida yang METODE PENELITIAN
bersifat mudah bereaksi dengan protein
membentuk senyawa methylene a. Alat dan Bahan
(-NCHOH). Dengan demikian, ketika
makanan berprotein disiram atau Alat yang digunakan dalam
direndam larutan formalin, maka gugus penelitian ini adalah timbangan analitik
aldehida dari formaldehid akan mengikat (Mettler tipe AE 200), hot plate (PMC
unsur protein. Protein yang terikat 502 series), HPLC (Shimadzu LC
tersebut tidak dapat digunakan oleh solution) detektor UV-Vis, kolom C-18,

2
alat destilasi, labu Kjeldahl, buret, homogen dipanaskan menggunakan
Erlenmeyer, tabung reaksi, aluminium penangas air dengan suhu 100oC selama
foil dan kertas saring. 15 menit. Sampel yang mengandung
Bahan yang digunakan dalam formalin akan ditunjukkan dengan
penelitian ini adalah udang kelong dan berubahnya warna larutan dari bening
udang putih, aquadest, larutan menjadi merah muda hingga ungu.
formaldehid (H2CO) (E-merck), larutan Semakin ungu berarti kadar formalin
asam kromatofat (E-merck), larutan semakin tinggi.
asam fosfat (H3PO4) (E-merck),
methanol, larutan dinitrofenilhidrazin d. Analisis menggunakan larutan
(DNPH), larutan asam sulfat (H2SO4) KMnO4
pekat, larutan asam sulfat (H2SO4) 72%,
larutan asam sulfat (H2SO4) 0,05 N, Larutan KMnO4 sebanyak 1 tetes
indikator bromokesol hijau, indikator dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
metil merah, etanol 95%, larutan asam diencerkan dengan 2 mL akuades.
borat (H3BO3) 1%, natrium hidroksida Kemudian filtrat sampel ditambahkan
(NaOH) 40%, tembaga sulfat (CuSO4), sebanyak 1 mL dan dilihat perubahan
kalium sulfat (K2SO4), kalium warna larutan yang terjadi. Sampel yang
permanganat (KMnO4), selenium dan mengandung formalin ditunjukkan
diklorometan. dengan berubahnya warna larutan
KMnO4 dari ungu pekat menjadi merah
a. Preparasi sampel untuk analisis muda hingga bening.
formalin (Suryadi, 2010)
e. Analisis kandungan formalin
Sampel udang kelong yang telah menggunakan HPLC (Li, 2007)
diberi kode dibersihkan dan dibuang
kepalanya. Sampel dipotong dan 1. Derivatisasi formalin
dihaluskan menggunakan lumpang.
Sampel ditimbang sebanyak ±5 g dan Masing-masing filtrat sampel
ditambahkan 50 mL aqua demineralisasi diambil sebanyak 1 mL dan dimasukkan
(DM) kemudian dipanaskan pada suhu ke dalam tabung reaksi. Ke dalam
96℃ selama 30 menit. Sampel disaring tabung reaksi ditambahkan 0,5 mL
menggunakan kertas saring dan filtrat larutan DNPH 0,1% dan 1 mL
yang diperoleh akan digunakan untuk diklorometan lalu diaduk. Setelah
analisis kualitatif dan kuantitafif. terbentuk dua lapisan, fase diklorometan
Perlakuan yang sama dilakukan untuk diambil dan fase airnya dihilangkan.
sampel udang putih. Diklorometan diuapkan dan sisa
penguapan dilarutkan dengan 1 mL
c. Analisis menggunakan asam metanol. Larutan kemudian disaring
kromatofat (SNI 01-2894-1992) menggunakan filter membran 0,45 µm
sebelum diinjeksikan.
Filtrat sampel diambil sebanyak 1
mL dan dimasukkan ke dalam tabung 2. Analisis HPLC
reaksi. Kemudian asam kromatofat
ditambahkan sebanyak 5 mL lalu Analisis HPLC menggunakan
dihomogenkan. Larutan yang telah instrumen seperangkat alat HPLC

3
dengan fase gerak metanol:air HASIL DAN PEMBAHASAN
(60:40 v/v), laju alir 1,0 mL/menit,
volume injeksi sebesar 20 µL detektor a. Hasil Penelitian
UV-Vis pada panjang gelombang 355
nm menggunkaan kolom C-18 dengan 1. Hasil uji kualitatif formalin
panjang 250 mm dan diameter 4,60 mm.
Waktu analisis selama 15 menit. Hasil pengujian formalin pada 12
sampel udang kelong dan udang putih
f. Analisis protein (SNI 01-2891-1992) yang dijual di pasar tradisional Kota
Pekanbaru secara kualitatif
Sampel yang telah dihaluskan terindentifikasi positif mengandung
ditimbang sebanyak 0,5 g dan formalin pada kedua metode
dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. permanganometri dan asam kromatofat.
Kemudian ditambahkan 0,5 g campuran Berubahnya warna ungu larutan KMnO4
selen dan 5 mL asam sulfat pekat. menjadi warna coklat saat ditambahkan
Semua bahan dalam labu Kjeldahl filtrat sampel udang menunjukkan
dipanaskan di dalam lemari asam selama adanya kandungan formalin dalam
±40 menit hingga warna bahan menjadi sampel. Metode asam kromatofat
hijau jernih. Sampel didiamkan hingga menunjukkan hasil yang sama, dimana
dingin dan ditambahkan akuades secara terjadi perubahan warna coklat asam
perlahan hingga volume total 50 mL. kromatofat menjadi warna ungu yang
Larutan sampel dibasakan menggunakan menandakan adanya formalin pada
larutan NaOH 40% dan dilakukan sampel
destilasi. Destilat ditampung
menggunakan Erlenmeyer yang telah 2. Hasil uji kuantitatif formalin
berisi 5 mL asam borat 1% yang telah Sampel yang dinyatakan positif
dicampur dengan indikator campuran. pada pengujian kualitatif dilanjutkan
Destilasi dilakukan hingga didapatkan dengan pengujian kuantitatif dengan
destilat sebanyak 50 mL. Destilat yang menggunakan metode High Performance
diperoleh dititrasi menggunakan H2SO4 Liquid Chromatography (HPLC).
0,05 N hingga dicapainya titik akhir Kandungan formalin yang terdapat
titrasi yang ditandai dengan dalam sampel dapat dilihat pada Tabel 1.
terbentuknya warna merah muda pudar. Berdasarkan tabel, kandungan
formalin tertinggi pada udang putih
g. Analisis Data terdapat pada sampel UPB 1 dengan
nilai 9,7617 mg/Kg. Pada udang kelong,
Analisis data dari hasil penentuan kandungan formalin tertinggi terdapat
kandungan formalin dan kadar protein pada sampel UKPa 1 yaitu sebesar
pada udang kelong (Penaeus indicus) 30,0401 mg/Kg.
dan udang putih (Litopenaeus vannamei)
menggunakan HPLC dan Kjeldahl
ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik,
diagram dan kurva kalibrasi.

4
Tabel 1. Kandungan formalin pada Pada Tabel 2 didapatkan bahwa
udang putih dan udang kadar protein pada udang putih berada
kelong disekitar 6 - 11%. Kadar protein tertinggi
Kandungan terdapat pada sampel UPB 3 yaitu
Sampel
(mg/Kg) sebesar 10,27% dan kadar protein
UPB 1 9,7617 terendah terdapat pada sampel UPP 2
UPB 2 9,4739 yaitu sebesar 7,25%. Kadar protein
UPB 3 9,3184 dalam udang kelong berada disekitar 5 -
UPP 1 7,1261 10%. Kadar protein tertinggi terdapat
UPP 2 7,0824 pada sampel UKPa 3 yaitu 9,39%
UPP 3 7,5898 sedangkan kadar protein terendah
UKB 1 12,2362 terdapat pada sampel UKB 1 yaitu
UKB 2 13,9001 5,41%.
UKB 3 10,2162
UKPa 1 30,0401 h. Pembahasan
UKPa 2 14,5119
UKPa 3 18,9289 1. Analisis formalin
Keterangan :
UKB : Udang Kelong Pasar Bawah, Hal yang perlu diperhatikan dalam
UKPa : Udang Kelong Pasar Pagi Arengka analisis kuantitatif dengan metode HPLC
UPP : Udang Putih Pasar Pusat adalah pembuatan kurva standar
UPB : Udang Putih Pasar Bawah formalin karena dari kurva standar
tersebut akan didapatkan persamaan
3. Analisis kadar protein
linier antara konsentrasi dan luas area
Hasil analisis kadar protein pada formalin. Persamaan linier tersebut dapat
udang putih dan udang kelong digunakan sebagai penentu konsentrasi
menggunakan metode Kjeldahl dapat formalin dari luas area yang diperoleh.
dilihat pada Tabel 2. Hasil pengujian empat larutan standar
Tabel 2. Hasil analisis kadar protein formalin dengan konsentrasi bertingkat
pada udang putih dan udang yaitu 0 ppm, 20 ppm, 60 ppm, dan 180
kelong ppm menunjukkan persamaan grafik
Sampel Kadar (%)
linier sebagai berikut y = 70281x.
UPB 1 8,66
Dari Tabel 1 dapat diketahui
bahwa tidak ada perbedaan konsentrasi
UPB 2 7,81
formalin antara sampel udang putih yang
UPB 3 10,27
dijual di dalam satu pasar, baik untuk
UPP 1 8,67
udang putih yang dijual di Pasar Bawah
UPP 2 7,25
(UPB) maupun udang putih yang dijual
UPP 3 9,82 di Pasar Pusat (UPP). Tidak adanya
UKB 1 5,41 perbedaan ini disebabkan karena hanya
UKB 2 5,85 terdapat satu distributor pada masing-
UKB 3 6,65 masing pasar, dan udang juga berasal
UKPa 1 8,56 dari satu daerah. Survey pendahuluan
UKPa 2 8,71 yang telah dilakukan peneliti didapatkan
UKPa 3 9,39 bahwa udang putih Pasar Bawah berasal
dari Medan dan udang putih Pasar Pusat

5
berasal dari Bagan Siapi-Api. Jauhnya konsumsi formalin sebagai sumber
jarak tempuh dari daerah asal ke tempat makanan.
penjualan menyebabkan udang cepat
membusuk sebelum didistribusikan, 2. Analisis protein
sehingga para nelayan berfikir untuk
mencegah terjadinya pembusukan Berdasarkan pengujian yang telah
tersebut dengan menggunakan formalin dilakukan, kadar protein udang putih
yang lebih ekonomis dibandingkan rata-rata sebesar 7 – 10%. Sedangkan
dengan es batu untuk pengawetannya. untuk kadar protein udang kelong rata-
Perbedaan konsentrasi formalin rata sebesar 5 – 9%. Kadar protein pada
yang terkandung pada udang kelong dan sampel udang putih dan udang kelong
udang putih disebabkan karena minat dapat dilihat pada Tabel 2.
pembeli terhadap udang kelong tidak Menurut Djaeni (2008), kadar
begitu banyak apabila dibandingkan protein pada udang segar rata-rata adalah
dengan udang putih. Udang kelong 21%. Sementara itu, kadar protein rata-
memilliki harga jual yang lebih mahal rata udang dalam penelitian adalah 5 -
dan dibutuhkan waktu yang lebih lama 10%, jauh lebih kecil dibandingkan dari
agar udang habis terjual. Oleh karena itu, teori yang ada. Hal ini disebabkan
para pedagang akan menggunakan lebih karena formalin masuk ke dalam sel-sel
banyak formalin agar udang kelong tetap udang dan mengikat unsur protein.
awet dan tahan lebih lama sehingga para Formalin mampu memodifikasi atau
pedagang tidak mengalami kerugian mendenaturasi protein dan asam nukleat
yang lebih banyak. Survey pendahuluan melalui proses alkilasi antara gugus
yang dilakukan peneliti terhadap para –NH2 dan –OH dari protein dan asam
pedagang didapatkan bahwa rata-rata nukleat dengan gugus hidroksimetil dari
harga jual untuk udang kelong adalah formaldehid membentuk senyawa
Rp. 100.000,-/Kg dan untuk udang putih metilen (-NCHOH) sehingga kadar
adalah Rp 40.000,-/Kg. protein yang ada di dalam udang kelong
Menurut International Programme dan udang putih akan berkurang.
on Chemical Safety (IPCS) pada Tahun Semakin banyak formalin yang
2002, lembaga khusus dari tiga digunakan, maka semakin banyak juga
organisasi di PBB, yaitu ILO, UNEP, protein yang terikat. Reaksi asam amino
serta WHO menyatakan bahwa dengan formaldehid dapat dilihat pada
penggunaan formalin dalam makanan Gambar 1 (Wikanta, 2011).
laut sebesar 10 - 20 mg/Kg tidak dapat
dipertimbangkan sebagai sumber
makanan. Berdasarkan hal tersebut,
kandungan formalin yang diperoleh dari
semua udang kelong yang dianalisis Gambar 1. Reaksi asam amino dengan
melebihi ambang batas yang formaldehid
diperbolehkan dengan kandungan
tertinggi sebesar 30,0401 mg/Kg yaitu Namun, pada penelitian ini tidak
pada sampel UKPa 1. Sedangkan semua terlihat adanya korelasi kandungan
udang putih yang dianalisis tidak ada formalin dan kadar protein di dalam
yang melebihi ambang batas aman sampel udang kelong dan udang putih.
Ini dibuktikan dengan nilai koefisien

6
determinasi (R2) yang jauh lebih kecil telah mampu membuat formalin
dari 1 dan dapat dilihat pada Gambar 2 berikatan dengan protein pada daging
dan Gambar 3. Faktor yang ikan cakalang. Sotelo et al. (1995)
menyebabkan tidak terlihatnya korelasi menambahkan bahwa jembatan metilen
antara konsentrasi formalin dengan yang membentuk ikatan silang
kadar protein yang ada di dalam sampel (crosslinks) intra- dan intermolekuler
udang kelong dan udang putih adalah akan menyebabkan polimerisasi dan
penentuan kadar protein yang digunakan penurunan kelarutan protein dan
adalah metode Kjeldahl yang modifikasi sifat-sifat lain
mengakibatkan protein diukur
berdasarkan jumlah nitrogen total yang

Kadar Protein (%)


ada di dalam sampel, sehingga ada 10
kemungkinan molekul-molekul lain yang 8
6
bukan protein tetapi mengandung
4
nitrogen ikut terukur sebagai nitrogen 2
R² = 0.344
total. Semakin banyak jumlah nitrogen 0
yang terukur, maka semakin besar kadar 0 20 40
protein yang terkandung dalam sampel Konsentrasi formalin (mg/Kg)
tersebut (Hermiastuti, 2013). Faktor
lainnya disebabkan karena proses Gambar 3. Hubungan konsentrasi
penimbangan sampel dilakukan dalam formalin dan protein
keadaan basah dengan kadar air yang pada udang kelong
dimiliki berbeda tiap sampelnya,
sehingga masing-masing sampel akan KESIMPULAN
memiliki kadar protein yang berbeda
pula. Semakin tinggi kadar protein maka Berdasarkan penelitian yang telah
semakin rendah kadar airnya (Buckle et dilakukan dapat disimpulkan bahwa
al., 1987). konsentrasi formalin yang terdapat pada
udang putih untuk keenam sampel yang
dianalisis berada dikisaran 7 - 10 mg/Kg
12
dan konsentrasi formalin yang terdapat
Kadar protein (%)

10
pada enam udang kelong yang dianalisis
8
berada dikisaran 10 - 30 mg/Kg.
6
4
Menurut standar International Program
R² = 0.041 on Chemical Safety Tahun 2002, semua
2
0 sampel udang kelong yang dianalisis
0 5 10 15 melebihi ambang batas 10 - 20 mg/Kg,
Konsentrasi formalin (mg/Kg) sedangkan semua sampel udang puth
yang dianalisis tidak ada yang melebihi
Gambar 2. Hubungan konsentrasi ambang batas. 3. Kadar protein
formalin dan protein yang terdapat pada udang putih untuk
pada udang putih keenam sampel yang dianalisis berkisar
antara 7 - 10% dan kadar protein yang
Penelitian yang dilakukan oleh terdapat pada udang kelong untuk
Sanger dan Montolalu (2008) keenam sampel berkisar antara 5 – 9%.
menunjukan bahwa perendaman Korelasi yang diperoleh antara
cakalang selama 1 jam dalam formalin kandungan formalin dan kadar protein

7
yang ada di dalam udang putih dan Sanger, G. dan L. Montolalu. 2008.
udang kelong adalah tidak linier. Metode Pengurangan Formalin
pada Ikan Cakalang (Katsuwonus
UCAPAN TERIMA KASIH pelamis L). Warta WIPTEK. 32: 6-
10
Penulis ucapkan terima kasih
disampaikan kepada pihak yang telah Singgih, H. 2013. Uji Kandungan
membantu terselesaikannya penelitian Formalin pada Ikan Asin
ini yaitu: Ibu Sofia Anita selaku Menggunakan Sensor Warna
pembimbing I dan Bapak T. Abu dengan Bantuan FMR (Formalin
Hanifah selaku pembimbing II. Main Reagent). Jurnal ELTEK. 1:
55-70.
DAFTAR PUSTAKA
Sotelo, C.G., P.A. Santiago, I. Ricardo,
Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. dan M.G. Jose. 1994. Protein
H., and Wotton, M. 1987. Ilmu Denaturation in Frozen Stored
Pangan. Penerjemah Hari Purnomo Hake Muscle: The Role of
dan Adiono. Universitas Indonesia Formaldehyde. J. Food Chem. 50:
Press, Jakarta. 267-275.

Djaeni, A. 2008. Ilmu Gizi untuk Sulistiyono, E. 2005. Variasi Genetik


Mahasiswa dan Profesi. Jilid 1. Populasi Udang Putih (Penaeus
Dian Rakyat, Jakarta. merguiensis de Man) di Juwana
dan Banyuwangi Berdasarkan Data
Hermiastuti, M. Analisis Kadar Protein Elektroforesis Enzim.
dan Identifikasiasam Amino Pada Bioteknologi. 1: 1–8.
Ikan Patin (Pangasius djambal).
Skripsi. Universitas Jember, Jawa Suryadi, H., Maryati, K., dan Yuanki, M.
Timur. 2010. Analisis Formalin dalam
Sampel Ikan dan Udang Segar dari
Li, J. 2007. Determination of Pasar Muara Angke. Jurnal
Formaldehyde in Squid by High Majalah Ilmu Kefarmasian.VII (3).
Performance Liquid
Chromatography. Jurnal Asia Wikanta. 2011. Perubahan Nilai Gizi
Pasific Nutrition. 16: 127 - 130. Protein Udang Putih (Letapenaeus
vannamei) Terkontaminasi
Maharani, G., Sunarti., Triastuti., J. Formalin. Proceedings Seminar
Juniastuti dan Tutik. 2009. Nasional Kimia Unesa 19 Pebruari
Kerusakan dan Jumlah Hemosit 2011. ISBN: 978-979-028-378-7.
Udang Windu (Penaeus monodon Surabaya: B392-B396.
Fab.) yang Mengalami
Zoothamniosis. Jurnal Ilmiah Yuliarti, N. 2007. Awas! Bahaya Di
Perikanan dan Kelautan. 1 (1): 21- Balik Lezatnya Makanan. Andi,
29. Yogyakarta.

You might also like