Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

GRAVITY Vol. 4 No.

1 (2017)
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Gravity
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976

Signifikansi Discovery Learning Vs Guided Discovery


Learning Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep
Riski Muliyani1
1
STKIP Singkawang
E-mail: kikiriski1012@gmail.com

Abstract

This research aim to get description of the increasing conceptual understanding through
implementation of two type learning model (Discovery Learning and Guided Discovery Learning)
to two difference class and to know which the differences of mean more significant to increase
conceptual understanding between DL and DL learning model. This research was used
quantitative approach with pretest-posttest control group design. The control group class was
learned by GDL model. Custer random sampling technique was used in this research with
consideration the homogeneity of class. The measurement of conceptual understanding tested
using a conceptual understanding test (multiple choice form). The result shown that mean of n-
gain score of DL are medium category (n-gain score: 0,49) and GDL is low category ( n-gain
score: 0,23). The calculation of parametric statistics (t-test) shown that there is no significant
difference of the mean of the increasing conceptual understanding either DL class or GDL class
(sig.2-tailed: 0,183). It recommended to further research to more optimize the experiment session
for all of the model in order to achieve better result and able to apply these models to another
concepts.

Keywords: Discovery Learning, Guided Discovery Learning, increasing, conceptual


understanding

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatan pemahaman konsep
melalui penerapan dua model pembelajaran (Discovery Learning_DL dan Guided Discovery
Learning_GDL) pada kelompok yang berbeda dan signifikansi perbedaan peningkatan
pemahaman konsep yang lebih signifikan diantara penerapan kedua model tersebut pada kelas
yang telah di-treatment. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana desain yang
dipakai ialah pretest-posttest control group design dengan menginovasi kelas kontrol
menggunakan model pembelajaran GDL. Sampel yang dipakai menggunakan kluster acak
dengan mempertimbangkan homogenitas antara kelas. Untuk mengukur peningkatan pemahaman
konsep digunakan tes pemahaman konsep berbentuk pilihan ganda. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa model pembelajaran DL mampu meningkatkan pemahaman konsep dengan
kategori sedang (rerata n-gain= 0,49) dan GDL tergolong kategori rendah (rerata n-gain = 0,23).
Perhitungan uji statistik uji-t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam
peningkatan pemahaman konsep antara kelas yang mendapatkan pembelajaran model DL dengan
kelas yang mendapatakan pembelajaran model GDL (sig.2-tailed: 0,183, 𝛼= 5%). Diharapkan
pada penelitian selanjutnya untuk memaksimalkan eksperimen pada kedua model agar
mendapatkan hasil yang lebih baik dan diupayakan diuji pada konsep lainnya.

Kata kunci: Discovery Learning, Guided Discovery Learning, peningkatan, pemahaman konsep.

60
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
Riski Muliyani / Discovery Learning / Vol. 4, No. 1, Hal 60-72, (2018) 61

PENDAHULUAN untuk menyelesaikan masalahnya.


Pemahaman adalah suatu usaha Sebaliknya, jika seseorang menemukan
untuk menangkap informasi baik berupa suatu solusi atas permasalahannya
fakta maupun dugaan ilmiah yang berarti orang tersebut mampu
berhubungan dengan kajian tertentu mengaplikasikan pemahaman
yang sedang dianalisis. Pemahaman konsepnya ke dalam kehidupan sehari-
konsep sangat penting karena level hari (Fauziah, 2010: 2).
kognitif ini menjadi dasar yang Dalam konteks sekolah, siswa
mumpuni untuk menerima suatu yang sering mengabaikan pemahaman
konsep, menguasai suatu konsep, dan konseptual dalam menyelesaikan
menjaga konsep yang telah diterima permasalahannya (termasuk masalah
agar selalu terekam di dalam memori fisika), mereka cenderung
kapan saja. Dampaknya, pembelajaran menggunakan rumus tanpa menggali
(termasuk fisika) memang harus lebih dalam hubungan antar konsep
dirancang untuk membuat siswa yang terkait (Bilgin, Şenocak, &
menjadi paham (Taufiq, Suhandi, & Sözbilir, 2009: 154). Berdasarkan
Liliawati, 2017: 1). Dengan kata lain, observasi yang telah dilakukan,
pemahaman konsep merupakan upaya diketahui bahwa upaya yang dilakukan
mengungkapkan kembali dan oleh guru dalam mengembangkan
menghubungkan beberapa konsep bahan ajar kurang optimal, sehingga
dengan baik dan benar. Misalnya, ketersediaan bahan ajar yang
kemampuan untuk mengungkapkan berkualitas masih kurang. (dina,
banyak konsep dengan sekali 2017:111). Pada kasus tertentu,
pernyataan dengan konsep yang lain seringkali ditemui bahwa siswa hanya
(dimana setiap sub-konsep tentu memiliki satu saja sumber belajar (buku
memiliki makna tersendiri). teks) sehingga mereka terfokus pada
Seseorang yang telah paham segala sesuatu yang tertera pada satu-
(memahami suatu konsep), berarti ia satunya buku yang dimilikinya. Dalam
mampu mencari solusi pemecahan perkembangan kognitifnya terdapat
masalahnya. Dengan konsep yang telah kemungkinan proses konstruksi
dimiliki, maka orang tersebut dapat konsepnya menjadi sempit, tidak akurat
menggunakan konsep sebagai “alat” bahkan cenderung keliru. Dampak

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Riski Muliyani / Discovery Learning / Vol. 4, No. 1, Hal 60-72, (2018) 62

jangka panjangnya, pemahaman konsep Model DL merupakan model


yang dibangun olehnya saat ini menjadi pembelajaran yang mengupayakan
sumber masalah belajarnya di masa pengembangan pemahaman konseptual
yang akan datang (Coetzee & Imenda, berbasis pengalaman langsung (yang
2012: 2). dialami siswa secara langsung). Dalam
Hal ini bertentangan dengan model ini, pengungkapan gambaran
haikat fisika sebagai salah satu bagian konsep tentang suatu fenomena harus
dari IPA. Fisika adalah ilmu-ilmu yang disampaikan dengan jelas. Akan tetapi,
mempelajari tentang kejadian alam, jika ternyata ada penjelasan yang
yang memungkinkan penelitian dengan diungkapkan tanpa diminta, maka
percobaan, pengukuran apa yang pernyataan itu akan diselidiki lebih
didapat, penyajian secara matematis, lanjut. Banyak fenomena fisika dapat
dan berdasarkan peraturan-peraturan dijelaskan dengan menghadirkan
umum (Wibowo, dkk, 2017). Fisika langsung di kelas sehingga dapat
adalah cabang IPA yang mempelajari memancing kognitif siswa agar
gejala-gejala alam serta interaksinya merespon fenomena itu (Wenning,
dan menerangkan bagaimana gejala- 2011: 12).
gejala alam tersebut diukur melalui Siswa yang telah memiliki konsep
pengamatan dan penyelidikan sebelumnya (yang sama dengan
(Wibowo, dkk, 2016). fenomena yang sedang dibahas) tentu
Terdapat berbagai macam cara sangat diuntungkan karena menjadi
untuk meningkatkan pemahaman bekal yang cukup untuk menemukan
konsep siswa. Satu diantara cara konsep baru melalui proses asimilasi
tersebut ialah menggunakan model konsep maupun akomodasi konsep.
pembelajaran inovatif. Pada penelitian Seperti diketahui, bahwa proses
ini, analisis peningkatan pemahaman asimilasi akan semakin lancar ketika
konsep dibandingkan melalui dua seseorang telah memiliki pengetahuan
model pembelajaran yang berbeda yaitu dengan kajian yang akan dibahas
model Discovery Learning (DL) sehingga proses “masuknya” suatu ilmu
dibandingkan dengan Guided Discovery cenderung lebih mudah. Berbeda
Learning (GDL). dengan asimilasi, akomodasi akan
cenderung sulit terjadi jika seseorang

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Riski Muliyani / Discovery Learning / Vol. 4, No. 1, Hal 60-72, (2018) 63

telah memiliki konsep awal namun Artinya, pemahaman siswa (yang


karena keyakinannya terhadap dirinya berimbas pada hasil belajar ranah
sendiri, ia enggan untuk mengubah kognitif siswa) dapat meningkat akibat
konsepsinya yang keliru atau tidak adanya bimbingan guru (Syaifulloh &
lengkap (Krisdiana & Supardi, 2015: Jatmiko, 2014: 177).
133). Berdasarkan latar belakang
Siswa dengan kinerja praktikum tersebut, maka peneliti mencoba untuk
yang rendah biasanya akan terlihat menentukan seberapa besar
kekurangannya dalam peningkatan pemahaman konsep setelah
memperhitungkan kemampuan diterapkan model pembelajaran DL dan
kognitifnya sendiri tetapi mereka GDL serta manakah diantara kedua
cenderung overconfidence dalam model tersebut yang lebih signifikan
melihat kemampuannya. Siswa perbedaan rata-ratanya dalam
golongan ini cenderung percaya diri meningkatkan pemahaman konsep.
dengan apa yang telah ia ketahui
padahal ia tidak paham. Dengan kata METODE
lain, siswa dapat membangun sebuah Penelitian ini merupakan studi
pemahaman yang baik dan benar jika komparatif. Desain penelitian ini
mereka mampu menelaah ulang kinerja menggunakan desain pretest-posttest
praktikumnya dengan benar (Klein, control group design dimana kelas
Müler, & Kuhn, 2017: 15). control akan diberikan pembelajaran
Model GDL memiliki dengan model gdl. Sampel pada
karakteristik yang sama dengan model penelitian ini dipilih secara klaster acak.
DL namun memiliki perbedaan yang Alat pengumpul data yang digunakan
sangat mencolok pada prosesnya yaitu berupa tes pemahaman konsep
berupa intervensi guru pada GDL. berbentuk pilihan ganda. Desain
Bentuk intervensi yang diberikan guru penelitian ditampilkan pada tabel 1.
ialah bimbingan selama proses
eksperimen/ penyelidikan berlangsung.

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Riski Muliyani / Discovery Learning / Vol. 4, No. 1, Hal 60-72, (2018) 64

Tabel 1. Desain penelitian


O DL O
O GDL O

Keterangan : aspek tersebut dipaparkan dengan


O = pretest dan posttest komprehensif pada bagian hasil dan
pembahasan.
Berdasarkan analisa dan diskusi
Proses pembelajaran gdl maupun
dengan tim peneliti, maka aspek
dl pada prinsipnya adalah sama karena
pemahaman konsep yang saling
gdl merupakan bagian dari dl yang
beririsan, mudah terukur sehingga
diinovasi/ dikembangkan dengan
benar-benar dapat terlatihkan dalam
bantuan bimbingan guru pada proses
model dl maupun gdl sekaligus ialah
pengujian konsep melalui eksperimen.
aspek interpretasi, inferensi,
Adapun aktivitas pembelajaran
membandingkan, dan menjelaskan. Oleh
ditunjukkan pada tabel 2.
karena itu, kajian terhadap ke-empat

Tabel 2. Sintaks DL dan GDL


Sintaks dl dan gdl Aktivitas pembelajaran
Stimulation Penyajian fenomena oleh guru dan diamati oleh siswa
Problem statement Siswa membuat sebuah dugaan (hipotesis)
Data collection Siswa melakukan eksperimen (gdl_didampingi oleh guru)
Data processing Siswa mengolah data hasil eksperimen
Siswa diberikan kesempatan untuk membuktikan dugaan yang
Verification
telah mereka buat sebelumnya
Generalization Siswa menyimpulkan hasil eksperimen yang telah dilakukan
(krisdiana & supardi, 2015: 134)
Berdasarkan tabel 2, dapat terlihat Dalam prakteknya, peneliti mencoba
bahwa peran siswa sangat dominan. untuk menghubungkan pemahaman
Namun hal ini bukan berarti lepas konsep dengan karakteristik sintaks dl
pengawasan dari guru. Guru tetap maupun gdl. Khusus sintaks gdl, telah
bertanggung jawab atas jelas bahwa seluruh tahapan
tersampaikannya konsep yang benar. pembelajaran gdl merupakan

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Riski Muliyani / Discovery Learning / Vol. 4, No. 1, Hal 60-72, (2018) 65

pengembangan sintaks dl namun pada perannya pada proses eksperimen yaitu


tahap tertentu disisipi intervensi guru. terjadi selama sintaks “data collection”
Pertanyaan arahan guru merupakan dan “data processing”. Secara ringkas,
bentuk intervensi guru dalam model gdl. hubungan ini dapat dilihat pada tabel 3.
Intervensi guru ini sangat dominan

Tabel 3. Hubungan antara pemahaman konsep dengan model DL dan GDL


Aspek
Sintaks dl dan gdl Intervensi gdl
Pemahaman konsep
Stimulation -
Interpretasi Problem statement -
Data collection Pertanyaan arahan guru
Inferensi Generalization Pertanyaan arahan guru
Data collection
Membandingkan Pertanyaan arahan guru
Data processing
Stimulation
-
Problem statement
-
Data collection
Menjelaskan Pertanyaan arahan guru
Data processing
-
Verification
-
Generalization

Interpretasi muncul pada tahap menuangkan masalah yang ada di


stimulation (awal) karena kemampuan pikirannya ke dalam bentuk pernyataan
pemahaman konsep ini dipakai untuk atau pertanyaan. Pada proses” data
mengamati fenomena/ gejala awal/ collection” diperlukan kemahiran
demonstrasi yang ditampilkan oleh guru mengamati, mencatat hal-hal penting,
sebagai “pengantar” eksperimen. dan membuat redaksi yang jelas atas
Langkah “problem statement” juga kejadian selama eksperimen
melatihkan hal ini karena kemampuan berlangsung. Oleh karena itu, ketiga
memparafrase suatu gagasan menjadi aspek pemahaman konsep ini dapat
kalimat baru yang orisinil atau

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Riski Muliyani / Discovery Learning / Vol. 4, No. 1, Hal 60-72, (2018) 66

dilatihkan pada tahap awal pembelajaran yang dimiliki dengan hasil eksperimen.
berlangsung. Proses verifikasi ini sekaligus untuk
Pada tahapan proses pengolahan meyakinkan siswa bahwa eksperimen
data (data processing) yang dilakukan dengan runtut, sistematis
kemampuanmembandingkan dan dan sesuai panduan eksperimen akan
menjelaskan dilatihkan secara menghasilkan data yang sesuai dengan
berdampingan. Siswa akan fakta ilmiah.
membandingkan hasil eksperimen jika Analisis data untuk mendapatkan
salah satu atau lebih variabel yang diuji seberapa tinggi peningkatan pemahaman
diubah ukurannya atau hal-hal lainnya. konsepnya menggunakan uji n-gain.
Perubahan tersebut harus mampu S post− S pre
 g =
dijelaskan oleh siswa sesuai dengan S max − S pre
konsep ilmiah. Sedangkan untuk mengetahui
Pada proses “verification”, apakah terdapat perbedaan rata-rata yang
terdapat sedikit pelatihan menjelaskan. lebih signifikan dalam peningkatan
Penjelasan siswa dimaksudkan untuk pemahaman konsepnya melalui uji
memastikan kecocokan antara konsepsi statistik (uji-t).

Tabel. 4 Kriteria Normalisasi Gain


Skor N-gain Kategori
( g ) ≥ 0,7 tinggi
0,7 > ( g ) ≥ 0,3 sedang
( g ) < 0,3 rendah

(Hake, 1999: 1)
HASIL DAN PEMBAHASAN sampe dilakukan selama 3 pertemuan
Penelitian ini dilakukan pada dua untuk masing-masing kelas. Artinya
kelas yang mendapatkan pengalaman total pertemuan tatap muka dengan
belajar yang berbeda. Satu kelas sampel terjadi selama 5 kali.
mendapatkan pengalaman belajar Berdasarkan analisis data di
menggunakan model DL sedangkan lapangan, diperoleh dua jenis data yaitu
lainnya menggunakan model GDL. data DL dan data DGL. Kedua data dari
Penerapan model DL maupun GDL pada penerapan dua model ini dianalisis

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Riski Muliyani / Discovery Learning / Vol. 4, No. 1, Hal 60-72, (2018) 67

perhitungan n-gain per aspek yang diuji. Gambar 1 serta keputusan kategori hasil
Secara ringkas, dapat dilihat pada analisis disajikan pada Tabel 4.

Gambar 1. Rekapitulasi Perbandingan n-gain DL dengan GDL

Tabel 4. Kategori Peningkatan aspek Pemahaman Konsep


Kategori
Aspek Pemahaman Konsep
DL GDL
Interpretasi Sedang Sedang
Inferensi Sedang -
Membandingkan Tinggi Rendah
Menjelaskan Rendah Rendah

Berdasarkan pada Gambar 1, Gambar 1 juga menunjukkan bahwa


diketahui sekilas model pembelajaran tidak terjadi peningkatan pemahaman
DL sedikit lebih unggul karena konsep pada aspek inferensi untuk kelas
setidaknya karena dua hal: 1) semua GDL.
aspek pemahaman konsep mengalami Berdasarkan sintaks atau tahapan
peningkatan dan, 2) terdapat aspek pembelajaran yang dirancang,
pemahaman konsep yang mencapai seharusnya aspek “menjelaskan”
kategori tinggi dan kategori rendah lebih menjadi yang tertinggi peningkatan
sedikit dibandingkan GDL dengan rata- pemahaman konsepnya. Hal ini atas
rata n-gain DL 0,49 dan. GDL 0,23. dasar asumsi bahwa aspek menjelaskan

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Riski Muliyani / Discovery Learning / Vol. 4, No. 1, Hal 60-72, (2018) 68

dilatihkan lebih banyak (5 x dalam setiap 32) yang mengatakan bahwa proses yang
proses pembelajaran) dibandingkan paling penting adalah penyiapan
aspek pemahaman konsep lainnya. apparatus experiment karena siswa
Namun faktanya tidak demikian, baik terlebih dahulu membuat langkah awal
pada kelas DL maupun GDL juga berada dalam kegiatan selanjutnya. Diduga,
pada level yang kurang memuaskan rendahnya efektifitas eksperimen sejalan
yaitu rendah. Hal ini diduga karena dengan rendahnya skill siswa dalam
adanya kesenjangan antara aktivitas mendesain eksperimen. Secara implisit,
eksperimen (pengumpulan data) dengan rendahnya skill bereksperimen
analisis hasil yang dianalis dalam berdampak pada kemampuan siswa
laporan. Faktor tidak adanya keterlibatan dalam menjelaskan hasil observasi, hasil
penuh oleh guru dapat menyebabkan eksperimen dan hasil analisis
siswa kebingungan apalagi jika siswa eksperimennya menjadi tidak optimal.
tidak pernah melakukan praktikum sama Berdasarkan Gambar 1 pula,
sekali. diketahui bahwa model GDL hanya
Pembimbingan guru dalam model mampu mengungguli skor n-gain DL
GDL sekalipun juga tidak terlalu pada aspek interpretasi. Namun, dari
signifikan karena pertanyaan arahan data tersebut, tidak bisa serta merta
tidak membantu penyelesaian masalah disimpulkan bahwa DL lebih signifikan
dalam hal “persiapan” eksperimen perbedaan rata-ratanya dalam
karena siswa menjadi subjek utama. peningkatan pemahaman konsep
Dampaknya, analisis yang dibuat oleh dibandingkan kelas GDL. Untuk
siswa cenderung “textbook oriented“ mengetahui signifikansi perbedaan
bukan karena “experienced oriented”. peningkatan pemahaman konsep
Makna pernyataan ini serupa dengan digunakanlah uji-t. Hasil perhitungan
yang diungkapkan oleh Trnova (2015: ditunjukkan seperti Gambar 2.

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Riski Muliyani / Discovery Learning / Vol. 4, No. 1, Hal 60-72, (2018) 69

Gambar 2. Hasil uji statistik signifikansi perbedaan rata-rata

Berdasarkan Gambar 2, data inferensi (n-gain = 0). Dampaknya, data


menunjukkan bahwa nilai signifikansi tersebut tidak masuk kategori rendah
normalitas grup DL dan GDL lebih besar karena memang tidak ada peningkatan
dari 0,05, sehingga data kedua kelompok pada saat pretest maupun posttest. Selain
terdistribusi normal. Data kedua itu, proses inferensi bukan sekedar
kelompok tersebut (DL & GDL) juga meringkas fenomena namun
homogen karena nilai signifikansi yang menghubungkan beberapa konsep yang
dihasilkan 0,619 > 0,05. Hasil analisis relevan berdasarkan fenomena baru yang
perhitungan perbedaan rata-rata kompleks. Dengan kata lain, proses
menunjukkan nilai signifikansi 0,183 meng-inferensi cenderung lebih
(dimana 0,183 > 0,05) artinya tidak kompleks dibandingkan meng-
terdapat perbedaan peningkatan interpretasi (menerjemahkan) sebuah
pemahaman konsep yang signifikan konsep. Kompleksitas ini tentunya
antara penerapan model GDL dan DL. berimplikasi dengan capaian aspek
Temuan data yang dapat inferensi dalam pemahaman konsep.
didiskusikan lebih lanjut terdapat pada Suatu fenomena baru, kompleks dan
hasil Tabel 2, dimana model GDL tidak memerlukan suatu alasan logis yang kuat
mampu meningkatkan kemampuan sehingga siswa mengalami kesulitan

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Riski Muliyani / Discovery Learning / Vol. 4, No. 1, Hal 60-72, (2018) 70

untuk menemukan konsep utama agar pemahaman konsep pada kelas GDL
masalah terselesaikan. Jika tidak mampu pada Tabel 4.
mengoptimalkan logika berpikir,
kemungkinan siswa tidak mampu secara SIMPULAN DAN SARAN
maksimal dalam mengaitkan hubungan Berdasarkan hasil pembahasan
antar konsep (Mazzolini, et.al, 2011: dapat disimpulkan bahwa peningkatan
151). pemahaman konsep pada penelitian ini
Rendahnya capaian pemahaman berada pada kategori sedang (rata-rata n-
konsep pada GDL diduga adanya gain DL 0,49) dan kategori rendah (rata-
pengaruh intervensi guru yang belum rata n-gain GDL 0,23). Tidak terdapat
terbiasa dalam pola “student centered”. perbedaan yang signifikan dalam
Satu-satunya kendali guru dalam GDL peningkatan pemahaman konsep pada
ialah membimbing melalui pertanyaan kelompok sampel yang mendapatkan
arahan. Ini merupakan sesuatu yang model pembelajaran DL dibandingkan
riskan, mengingat pertanyaan- dengan kelompok yang diterapkan
pertanyaan arahan harus dirancang hati- model GDL.
hati. Dengan kultur pembelajaran
sekolah (di Indonesia) yang umumnya UCAPAN TERIMAKASIH
bersifat informatif, tentu diperlukan Penulis mengucapkan terimakasih
upaya yang kuat dalam melatihkan kepada semua pihak baik yang terlibat
eksperimen secara terus-menerus. langsung maupun tidak langsung dalam
Pada kasus tertentu, penguasaan menyelesaikan penelitian dan penulisan
konsep guru menjadi penting. Meskipun jurnal ini.
seorang guru/ calon guru telah
DAFTAR PUSTAKA
menguasai konsep tertentu pada jenjang
Adadan, B. Y. E. 2013. Use of multiple
sebelumnya, mereka tetap mengalami
representations in developing
kesulitan dalam menggambarkan ulang
preservice chemistry teachers ’
karakter konsep sebelum pengajaran
understanding of the structure of
(Guzel & Adadan, 2012: 123). Tentunya,
matter. International Journal of
kedua hal tersebut memiliki andil
Enviromental & Science
terhadap rendahnya hasil capaian
Education (IJESE), 8(1), 109–130.

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Riski Muliyani / Discovery Learning / Vol. 4, No. 1, Hal 60-72, (2018) 71

Bilgin, I., Şenocak, E., & Sözbilir, M. Melalui Strategi React. Forum
2009. The effects of problem- Kependidikan, 30(1994), 1–13
based learning instruction on Hake, R. R. 1999. Analyzing
university students’ performance change/gain scores.
of conceptual and quantitative Unpublished.[online] URL:
problems in gas concepts. Eurasia Http://www. Physics. Indiana.
Journal of Mathematics, Science Edu/\~ sdi/AnalyzingChange-
and Technology Education, 5(2), Gain. Pdf, 16(7), 1073–80.
153–164. Retrieved from
Coetzee, A., Imenda, S.N. 2012. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub
Alternative conception held by med/22025883%5Cnhttp://scholar
first year physics student at a .google.com/scholar?hl=en&btnG
South African university of =Search&q=intitle:ANALYZING
technology concerning +CHANGE/GAIN+SCORES#0%
interference and diffraction of 5Cnhttp://scholar.google.com/sch
waves. Research in Higher olar?hl=en&btnG=Search&q=intit
Education Journal 16 (4), 1-13. le:Analyzing+change/gain+scores
Retrieved from #0
http://www.aabri.com/manuscript Klein, P., Müller, A., Kuhn, J. 2017.
s/121097.pdf Asessment of representational
Darman, D.R, wibowo, F,C, Putra, A, competences in kinematics.
dan Hasra, A .2017. Physical Review Physics
Pengembangan Buku Kerja Fisika Education Research 13 (010132),
Berbasis Kontekstual Pada Konsep 1-18
Suhu Dan Kalor. Gravity: Jurnal http://doi.org/10.1103/PhysRevPh
ilmiah Penelitian dan ysEducRes.13.010132
Pembelajaran Fisika (3) 109-122 Krisdiana, A., & Supardi, Z. A. I. 2015.
http://jurnal.untirta.ac.id/index.ph Penerapan Pembelajaran Guided
p/Gravity/article/view/2596 Discovery pada Materi Fluida
Fauziah, A. 2011. Peningkatan Dinamik dengan Media
Kemampuan Pemahaman Dan PhETuntuk Meningkatkan Hasil
Pemecahan Masalah Siswa Smp Belajar Siswa Kelas XI SMA

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Riski Muliyani / Discovery Learning / Vol. 4, No. 1, Hal 60-72, (2018) 72

Negeri 1 Sooko. Jurnal Inovasi


Pendidikan Fisika (JIPF), 4(2), Trnova, E. 2015. Revival of
133–140. Demonstration Experiments in
Mazzolini, A., Edwards, T., Rachinger, Science, 2(1997), 62–70.
W., Nopparatjamjomras, S., & Wenning, C. J. 2011. The Levels of
Shepherd, O. 2011. The use of Inquiry Model of Science
interactive lecture demonstrations Teaching. Journal of Physics
to improve students ’ Teacher Education Online, 6(2),
understanding of operational 9–16.
amplifiers in a tertiary Wibowo, F.C, A Suhandi, D. Rusdiana,
introductory electronics course. Y. Ruhiat, and D. R. Darman. (,
Latin American Journal of Physics 2016). Microscopic Virtual Media
Education, 5(1), 147–153. (MVM) in Physics Learning to
Syaifulloh, R. B., & Jatmiko, B. 2014. Build a Scientific Conception and
Penerapan Pembelajaran Dengan Reduce Misconceptions: A Case
Model Guided Discovery Dengan Study on Students' Understanding
Lab Virtual PhET Untuk of the Thermal Expansion of
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Solids. International Conference
Kelas XI Di SMAN 1 Tuban Pada on Innovation in Engineering and
Pokok Bahasan Teori Kinetik Gas Vocational Education (ICIEVE
Rizal Bagus Syaifulloh , Budi 2015. Atlantis Press,. 239-244.
Jatmiko. Jurnal Inovasi Wibowo, F. C., Suhandi, A., Rusdiana,
Pendidikan Fisika (JIPF), 3(2), D., Ruhiat, Y., Darman, D. R.,
174–179. Samsudin, A. (2017).
Taufiq, M., Suhandi, A., & Liliawati, W. Effectiveness of Microscopic
2017. Effect of science magic Virtual Simulation (MVS) for
applied in interactive lecture Conceptualizing Students’
demonstrations on conceptual Conceptions on Phase Transitions.
understanding. AIP Conference Advanced Science Letters. 23 (2):.
Proceedings, 1868. 839-842.
https://doi.org/10.1063/1.4995183

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976

You might also like