Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Media Justitia Nusantara Sep 2018
Jurnal Media Justitia Nusantara Sep 2018
Abstract. The national vision of financial inclusive has been formulated in order to realize a
financial system that can be accessed by all levels of society with the aim of encouraging national
economic growth in the micro and small enterprises segment. The implementation of digital
financial services, namely financial technology with peer to peer lending features is a form of
information technology-based money lending services. The author will conduct research, first, how
is the application of the principle of prudential banking to peer to peer lending products on the
application of financial technology? second, how far can the role of the financial services regulator
reach the legal protection of creditors & debtors for the delivery of peer to peer lending services in
the application of financial technolog? This study uses a normative juridical approach in
accordance with the field of legal studies. Assessment is carried out on legal principles which are
the research of philosophical aspects because the legal principle is an ideal element of law and legal
norms contained in the laws and regulations. The data collection technique is library research to
collect problem references as well as legislation according to the problem being studied. Data
obtained from secondary data using primary, secondary and tertiary legal materials. The research
specification is descriptive analysis to provide data as accurately as possible and all data collected
has been analyzed qualitatively juridically and described analytically descriptively. The study found
that, first, the application of the prudential banking principle of peer to peer lending products in the
application of financial technology was not optimal, second, regulators have not optimally regulated
the relationship of asymmetry between lenders and loan recipients, the amount of loan interest rates,
guarantee of non-performing loans, confidentiality of loan recipient data related to collection of
non-performing loans, track record of loan recipients, suspicious transaction reporting for financial
technology business entities and status/form of financial technology business entity including
portion of ownership by foreign parties in financial technology lending providers.
Abstrak. Visi nasional financial inclusion (keuangan inklusif) telah dirumuskan demi mewujudkan
sistem keuangan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat dengan maksud mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional pada segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Penyelenggaraan digital financial services atau LKD (layanan keuangan digital) yaitu financial
technology dengan fitur peer to peer lending merupakan bentuk layanan jasa pinjam meminjam uang
berbasis teknologi informasi. Penulis akan melakukan penelitian, kesatu, bagaimanakah penerapan
prinsip prudential banking terhadap produk peer to peer lending pada aplikasi financial technology?,
kedua, seberapajauhkah peranan regulator jasa keuangan dapat menjangkau perlindungan hukum
kreditur & debitur atas penyelenggaran layanan peer to peer lending pada aplikasi financial
technology? Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif sesuai dengan bidang
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 2
kajian ilmu hukum. Pengkajian dilakukan terhadap asas-asas hukum yang merupakan penelitian
aspek filosofis karena asas hukum merupakan unsur ideal dari hukum maupun norma hukum yang
terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Teknik pengumpulan data adalah studi kepustakaan
untuk mengumpulkan referensi masalah serta peraturan perundangan-undangan sesuai dengan
masalah yang sedang diteliti. Data diperoleh dari data sekunder yang menggunakan bahan hukum
primer, sekunder dan tersier. Spesifikasi penelitian adalah deskriptif analisis untuk memberikan data
yang seteliti mungkin dan seluruh data yang telah terkumpul dianalisis secara yuridis kualitatif dan
dijabarkan secara analitis deskriptif. Penelitian menemukan bahwa, pertama, penerapan prinsip
kehati-hatian produk peer to peer lending pada aplikasi financial technology belum optimal , kedua,
regulator belum secara optimal dalam hal mengatur hubungan asimetri antara pemberi peminjam dan
penerima pinjaman, besaran suku bunga pinjaman, penjaminan kredit bermasalah, kerahasian data
penerima pinjaman terkait dengan penagihan atas kredit bermasalah, track record penerima
pinjaman, pelaporan transaksi yang mencurigakan bagi badan usaha financial technology dan
status/bentuk badan usaha financial technology termasuk porsi kepemilikan oleh pihak asing pada
penyelenggara pinjam meminjam financial technology.
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 3
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 4
namun canggih), dan Kreditech (perusahaan yang Ikhtisar Data Keuangan Fintech (Peer To Peer Lending)
menyediakan layanan keuangan dengan fokus Periode September 20188
Growth
akses kredit)6. No. Deskripsi Jan-18 Juni 2018 Sep-18
(% )
Keunikan pemberian layanan fintech lebih 1 Jumlah Rekening 115.939 161.297 39
mudah dibandingkan dengan yang dilakukan oleh Pemberi Pinjaman
Bank atau lembaga keuangan non Bank yang 2 Jumlah Rekening 330.154 2.300.007 597
Penerima
terkenal dengan proses yang rigid dan cukup ketat
Pinjaman
dalam memberikan pinjaman sesuai dengan 3 Jumlah Transaksi 2.264.438 4.713.929 108
karakter natural perbankan yang sumber dananya Pemberi Pinjaman
berasal dari dan pihak ketiga. Layanan pinjam 4 Jumlah Transaksi 3.155.540 7.226.063 129
meminjam berbasiskan teknologi informasi Penerima
Pinjaman
memberikan beberapa kemudahan untuk
5 Jumlah Total 3.002.549 7.635.474 13.834.316 81
mendapatkan dana pinjaman termasuk disisi Pinjaman (Dalam
lainnya adalah sumber dana berupa modal untuk Jutaan Rupiah)
menjalankan usaha.
Sistem perdagangan dengan memanfatkan Segmen usaha mikro kecil dan menengah
sarana internet (interconnection networking), yang (UMKM) merupakan tulang punggung riil bagi
selanjutnya disebut e-commerce lahir atas tuntutan perekonomian Indonesia dan belum terlayani
masyarakat terhadap pelayanan yang serba cepat, secara optimal oleh industri keuangan tradisional
mudah dan praktis dan melalui internet, karena masalah kriteria strategis dan teknis
masyarakat mempunyai ruang gerak yang yang administratif. Globalisasi dalam sistem keuangan
lebih luas dalam memilih produk (barang/jasa) dan pesatnya kemajuan dibidang teknologi
yang akan dipergunakan tentunya dengan informasi serta inovasi finansial telah
berbagai kualitas dan kuantitas sesuai dengan menciptakan sistem keuangan yang sangat
yang diinginkan yang terkadang masyarakat kompleks, dinamis, dan saling terkait antar-
sebagai konsumen melupakan risiko yang dapat subsektor keuangan baik dalam hal produk
terjadi, oleh karena itu perlindungan hukum maupun kelembagaan9.
sangat dibutuhkan untuk melindungi pelanggan Fintech adalah penyelenggara layanan jasa
yang menggunakan transaksi e-commerce7. pinjam meminjam uang berbasis teknologi
informasi yang keberadaannya sangat membantu
meningkatkan akses keuangan masyarakat
terhadap produk jasa keuangan secara online
dengan berbagai pihak tanpa perlu saling
mengenal atau bertemu antara satu dengan lainnya,
tetapi pemberi pinjaman dapat mengetahui
identitas data peminjam tidak halnya dengan
penerima pinjaman yang tidak dapat mengetahui
identitas pemberi pinjamannya.
Hakekatnya layanan fintech tidak berbeda jauh
dengan layanan tranportasi online yang
mempertemukan antara mitra pengemudi dengan
penumpang hanya saja dalam layanan fintech
6
Ross P. Buckley, “FinTech in Developing Countries: tidak terjadi contact langsung antara pemberi
Charting New Customer Journeys” Jurnal : The Capco pinjaman (para surplus fund) dengan para
Institute Journal of Financial Transformation, hlm. 153 penerima pinjaman (para deficit fund).
(dalam jurnal Cita Yustisia Serfiyani , Perlindungan
Hukum Dan Penyelesaian Sengketa Bisnis Jasa PM-
TEKFIN, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 14 No. 03, 8
https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-statistik/fin
hlm 359) tech/Pages/Ikhtisar-Data- Keuangan-Fintech-( Peer-To-
7
Masri Sunusi, Aspek Hukum Perlidungan Konsumen E- Peer-Lending) - Periode-September-2018.aspx (diakses
Commerce, ,Vol. 1 / No. 2 / Juni 2013, 19 April 2019)
9
Hlm 97 Lihat Penjelasan UU OJK
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 5
Layanan fintech yang inovatif memiliki sesuai dengan kesepakatan yang telah
prospek yang tinggi karena dapat mengurangi diperjanjikan. Praktik dimaksud dinilai masih
halangan untuk masuk (barriers to entry) ke terdapat banyak kelemahan yang diantaranya
industri keuangan bagi UMKM atau pihak yang seperti pelaksanaan kegiatan pinjam meminjam
membutuhkan dana cepat, mudah dan efisien atau dilakukan oleh para pihak yang sudah saling
pihak yang karena alasan kriteria teknis atau mengenal dan harus bertatap muka, subjektifitas
apapun yang tidak dapat diberikan pembiayaan terhadap penilaian risiko gagal bayar, kesulitan
atau pendanaan oleh jasa keuangan tradisional dalam penagihan pembayaran, maupun tidak
seperti Perbankan, Pasar Modal, atau Perusahaan adanya sistemasi pencatatan pelunasan pinjaman
Pembiayaan. Pendapatan Rp 3 juta perbulan yang telah dilakukan11.
sekitaran upah minimum adalah prospect Era perkembangan ekonomi digital masyarakat
customer bagi penyelenggara layanan fintech. terus mengembangkan inovasi penyediaan
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan layanan dalam kegiatan pinjam meminjam yang
agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di dalam salah satunya ditandai dengan adanya penyediaan
sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, layanan jasa pinjam meminjam uang berbasis
adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu teknologi informasi yang dinilai turut
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh berkontribusi terhadap pembangunan dan
secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu perekonomian nasional.
melindungi kepentingan konsumen dan Layanan pinjam meminjam uang berbasis
masyarakat10. teknologi informasi sangat membantu dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor meningkatkan akses masyarakat terhadap produk
77/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam jasa keuangan secara online baik dengan berbagai
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi pihak tanpa perlu saling mengenal. Keunggulan
selanjutnya disebut dengan POJK Fintech pada utama dari layanan pinjam meminjam uang
pasal 1 ayat 3 disebutkan bahwa layanan pinjam berbasis teknologi informasi antara lain12:
meminjam uang berbasis teknologi informasi 1. Tersedianya dokumen perjanjian dalam bentuk
adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan elektronik secara online untuk keperluan para
untuk mempertemukan pemberi pinjaman dengan pihak.
penerima pinjaman dalam rangka melakukan 2. Tersedianya kuasa hukum untuk
perjanjian pinjam meminjam dalam mata uang mempermudah transaksi secara online.
rupiah. Teknologi informasi telah digunakan 3. Penilaian risiko terhadap para pihak secara
untuk mengembangkan industri keuangan yang online.
dapat mendorong tumbuhnya alternatif 4. Pengiriman informasi tagihan (collection)
pembiayaan bagi masyarakat. secara online.
Kegiatan pinjam meminjam uang secara 5. Penyediaan informasi status pinjaman kepada
langsung berdasarkan perjanjian baik tertulis para pihak secara online.
maupun tidak tertulis merupakan praktik yang 6. Penyediaan escrow account dan virtual
telah berlangsung di tengah kehidupan account di perbankan kepada para pihak
masyarakat. Pinjam meminjam secara langsung sehingga seluruh pelaksanaan pembayaran
banyak diminati oleh pihak yang membutuhkan dana berlangsung dalam sistem perbankan.
dana cepat atau pihak yang karena sesuatu hal Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012
tidak dapat diberikan pendanaan oleh industri jasa Tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
keuangan konvensional seperti Perbankan, Pasar Elektronik selanjutnya disebut dengan PP Sistem
Modal, atau Perusahaan Pembiayaan. dan Transaksi Elektronik disebutkan bahwa
Manfaat ekonomi, kerugian yang ditimbulkan, sistem elektronik adalah serangkaian perangkat
serta dampak hukum dari kegiatan pinjam dan prosedur elektronik yang berfungsi
meminjam yang dilakukan secara langsung
sepenuhnya menjadi tanggung jawab para pihak 11
Penjelasan POJK Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi
10 12
Lihat Penjelasan UU OJK Ibid
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 6
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 7
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 8
20
Frianto Pandia, Manajemen Dana dan Kesehatan Bank,
18
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan Pertama, Rineke Cipta, Jakarta, Maret 2012,
Cetakan Pertama, UI-Press, Jakarta, 1981, Hlm 10 Hlm 199
19 21
Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Siswanto Sutojo, Analisa Kredit Bank Umum, Cetakan I,
Cetakan ke IV, Citra Adtya Bakti, Bandung, 2003, Hlm Pustaka Binaman Pressindo,Jakarta, 1995, Hlm 34
22
18 Ibid
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 9
atas kemampuan dan kesanggupan nasabah c. Kewajiban Bank untuk menyusun dan
debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai menerapkan prosedur pemberian kredit atau
dengan yang diperjanjikan merupakan faktor pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah.
penting yang harus diperhatikan oleh Bank dan d. Kewajiban Bank untuk memberikan informasi
dalam rangka memperoleh keyakinan tersebut, yang jelas mengenai prosedur dan persyaratan
sebelum memberikan kredit. kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip
Bank harus melakukan penilaian yang seksama Syariah.
terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan e. Larangan Bank untuk memberikan kredit atau
prospek usaha dari nasabah debitur, mengingat pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah
agunan sebagai salah satu unsur pemberian kredit, dengan persyaratan yang berbeda kepada
maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah nasabah debitur dan atau pihak-pihak
dapat diperoleh keyakinan atas kemampuan terafiliasi.
nasabah debitur mengembalikan utangnya, agunan f. Penyelesaian sengketa.
dapat hanya berupa barang, proyek, atau hak tagih Perjanjian kredit perlu memperoleh perhatian
yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. yang khusus baik oleh Bank sebagai kreditor
Tanah yang kepemilikannya didasarkan pada maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena
hukum adat, yaitu tanah yang bukti perjanjian kredit penting dalam hal pemberian,
kepemilikannya berupa girik, petuk, dan lain-lain pengelolaan dan penatalaksanaan kredit tersebut,
yang sejenis dapat digunakan sebagai agunan. berkaitan dengan itu menurut Ch Gatot Wardoyo
Bank tidak wajib meminta agunan berupa barang perjanjian kredit mempunyai fungsi-fungsi
yang tidak berkaitan langsung dengan obyek yang sebagai berikut24:
dibiayai, yang lazim dikenal dengan agunan 1. Perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok.
tambahan dan disamping itu Bank dalam 2. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti
memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban
prinsip syariah harus pula memperhatikan hasil diantara kreditor dan debitor.
analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) 3. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk
bagi perusahaan yang berskala besar dan atau melakukan monitoring tersebut.
berisiko tinggi agar proyek yang dibiayai tetap Perjanjian kredit antara kreditur yaitu pemberi
menjaga kelestarian lingkungan23. pinjaman dengan debitur yaitu penerima pinjaman
UU Perbankan selanjutnya Pasal 8 Ayat 2 didasarkan pada perjanjian kredit elektronik yang
disebutkan bahwa Bank Umum wajib memiliki bersifat baku termasuk antara penyelenggara
dan menerapkan pedoman perkreditan dan dengan pemberi pinjaman. UU Perlindungan
pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah, sesuai konsumen disebutkan bahwa perjanjian baku
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank dengan kondisi yang telah ditetapkan dan
Indonesia. Pokok-pokok ketentuan yang termasuk yang dilarang dalam UU Perlindungan
ditetapkan oleh Bank Indonesia memuat antara Konsumen batal demi hukum.
lain: Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13
a. Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan /POJK.02/2018 Tentang Inovasi Keuangan
Prinsip Syariah dibuat dalam bentuk perjanjian Digital di Sektor Jasa Keuangan pasal 1 angka 1
tertulis. disebutkan bahwa inovasi keuangan digital yang
b. Bank harus memiliki keyakinan atas selanjutnya disingkat IKD adalah aktivitas
kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur pembaruan proses bisnis, model bisnis, dan
yang antara lain diperoleh dari penilaian yang instrumen keuangan yang memberikan nilai
seksama terhadap watak, kemampuan, modal, tambah baru di sektor jasa keuangan dengan
agunan, dan prospek usaha dari nasabah melibatkan ekosistem digital.
debitur. IKD berperan penting dalam mendukung
pelayanan jasa keuangan yang lebih cepat, murah,
24
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia,
Cetakan ke 3, Edisi Revisi, Prenada Media Group,
23
Lihat Penjelasan Pasal 8 UU Perbankan Jakarta, Maret 2007, Hlm 72
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 10
mudah, dan luas sehingga dapat menjangkau perlindungan konsumen dan kehati-hatian dengan
daerah terpencil dalam rangka mempersempit inovasi dan kompetisi. Prinsip ini dilaksanakan
disparitas ekonomi yang tinggi antar wilayah. dalam bentuk pengaturan dan pemantauan oleh
Kehadiran teknologi lainnya juga mendukung para pelaku pasar sendiri (disiplin pasar). Otoritas
terciptanya layanan jasa keuangan yang lebih menetapkan pengaturan berbasis prinsip
efisien dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. (principle based regulations) yang mengatur
Peranan jasa keuangan dengan biaya operasional pokok regulasi sebagai acuan bagi industri untuk
murah dan dalam skala kecil sangat tepat untuk merumuskan lebih rinci peraturan pelaksanaan
melayani segmen mikro, kecil dan menengah. atau standar operasional untuk bisnisnya25.
Inovasi memiliki dua sisi yaitu sisi yang Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
memberikan manfaat atau sisi yang berpotensi 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam
mendisrupsi layanan jasa keuangan tradisional. Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi
Efek disrupsi yang akan terjadi dapat selanjutnya disebut dengan POJK Fintech pada
menimbulkan ketidakstabilan sektor keuangan pasal 1 disebutkan bahwa layanan pinjam
dan persaingan yang tidak sehat. meminjam uang berbasis teknologi informasi
Kredit yang bersifat konsumtif atau produktif adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan
dapat diakses dengan menggunakan jasa untuk mempertemukan pemberi pinjaman dengan
pelayanan fintech yang mudah dan proses cepat. penerima pinjaman dalam rangka melakukan
Kredit yang bersifat produktif yang dapat perjanjian pinjam meminjam dalam mata uang
mendorong secara langsung menumbuhkan rupiah secara langsung melalui sistem elektronik
ekonomi setempat seiring dengan pengembangan dengan menggunakan jaringan internet.
usaha mikro masyarakat setempat. Kesesuaian Penyelenggara layanan pinjam meminjam uang
dengan Master Plan Sektor Jasa Keuangan berbasis teknologi berbentuk badan hukum yang
Indonesia 2015-2019 pada sektor usaha mikro, menyediakan, mengelola, dan mengoperasikan
kecil, dan menengah yang telah teruji dalam layanan pinjam meminjam uang berbasis
perkembangan ekonomi nasional memiliki teknologi informasi.
ketahanan yang besar terhadap goncangan POJK Fintech secara spesifik strategis
sehingga keberadaan layanan keuangan fintech mengatur tentang layanan fintech terkait dengan
dalam momentum yang tepat dengan ruang lingkup fungsi OJK tentang pengaturan &
kontribusinya mempercepat jangkauan layanan pengawasan sektor jasa keuangan, Peraturan
keuangan pada segmen mikro. tersebut diterbitkan dengan maksud memberikan
Perluasan akses keuangan dan penguatan perlindungan terhadap kepentingan nasional
perlindungan konsumen dalam Master Plan terhadap gangguan pada stabilitas sistem
Sektor Jasa Keuangan Indonesia 2015-2019 dalam keuangan dan secara paralel tetap memberikan
rangka memperluas pembiayaan untuk UMKM ruang bertumbuh bagi perusahaan perintis (start
dilakukan dalam dengan cara-cara meningkatkan up company) dalam rangka peningkatan inklusi
perlindungan konsumen termasuk juga keuangan di Indonesia.
memperkuat regulasi edukasi dan perlindungan POJK Fintech pada pasal 18 disebutkan bahwa
konsumen dan hal ini layak diiringi dengan perjanjian pelaksanaan layanan pinjam meminjam
edukasi pada masyarakat salah satunya tentang uang berbasis teknologi informasi meliputi:
penggunaan perjanjian elektronik termasuk akibat 1. Perjanjian antara penyelenggara dengan
hukumnya dan kekuatan perjanjian elektronik pemberi pinjaman.
yang sama dengan perjanjian konvensional dari 2. Perjanjian antara pemberi pinjaman dengan
segi hukum perikatan. penerima pinjaman.
Penumbuhkembangan IKD perlu dilakukan pula Perjanjian antara penerima pinjaman dengan
melalui pendekatan pemantauan berdasarkan penyelenggara dengan penerima pinjaman tidak
aktivitas (activity-based supervision) dan diatur dalam POJK Fintech sehingga tidak terjadi
pendekatan berdasarkan kelembagaan (institution-
based supervision). Pengaturan dan pemantauan 25
Lihat Penjelasan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
IKD menerapkan prinsip berimbang antara prinsip Nomor 13 /POJK.02/2018 Tentang Inovasi Keuangan
Digital Di Sektor Jasa Keuangan
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 11
hubungan hukum antara penyelenggara dengan b. Sektor keuangan dicirikan dengan informasi
penerima pinjaman hal ini tidak sesuai dengan yang tidak berimbang (asimetri) yang
fakta di lapangan disebutkan bahwa ditunjukkan dengan transaksi dengan pihak
penyelenggara dengan persetujuan dari masing- lainnya tidak mendapatkan informasi yang
masing pengguna (pemberi pinjaman dan/atau berimbang. Pemberi pinjaman (kreditur) lebih
penerima pinjaman) mengakses, memperoleh, mendapatkan informasi yang memadai tentang
menyimpan, mengelola dan/atau menggunakan kemampuan peminjam (debitur). Debitur yang
data pribadi pengguna (pemanfaatan data) pada berfungsi sebagai kreditur jika menempatkan
atau dalam benda, perangkat elektronik dst.. dananya tidak mendapatkan perlakuan yang
Hubungan perdata yang terjadi antara pemberi sama atas informasi.
pinjaman dengan penyelenggara layanan fintech c. Regulasi yang memadai dan efektifitas
dan penerima pinjaman dengan layanan fintech pengawasan dalam rangka berupaya untuk
adalah perjanjian pada umumnya yang diatur menghilangkan sistematis risiko.
dalam ruang lingkup Hukum Perdata, sementara Layanan fintech hanya sebagai fungsi perantara
itu perjanjian asimetri terbentuk antara pemberi yang mempertemukan pemberi pinjaman dengan
dan penerima pinjaman yang mana kedudukan penerima pinjaman dan layanan fintech tidak
pemberi pinjaman memiliki akses lebih luas menjalankan fungsi intermediasi layaknya
kepada penerima pinjaman yang merupakan perbankan termasuk menyimpan/mengelola dana
hubungam konsumen dengan produsen dari ruang dan sebagai subyek hukum pemberi pinjaman.
lingkup terbatas dengan posisi debitur sebagai POJK Fintech pada Pasal 19 selanjutnya
penerima pinjaman mendapatkan dana dari disebutkan bahwa perjanjian penyelenggaraan
produsen yaitu pemberi pinjaman. layanan pinjam meminjam uang berbasis
Pertumbuhan jumlah rekening penerima teknologi informasi antara penyelenggara dengan
pinjaman sebesar 597% hampir 6 kali dalam pemberi pinjaman dituangkan dalam dokumen
periode Januari 2018-September 2018 termasuk elektronik yang wajib paling sedikit memuat:
jumlah transaksi penerima pinjaman yang a. Nomor perjanjian.
meningkat 129% dalam periode Juni 2018- b. Tanggal perjanjian.
September 2018 perlu mendapatkan perhatian c. Identitas para pihak.
apakah kondisi asimetri tersebut perlu dikoreksi d. Ketentuan mengenai hak dan kewajiban para
dalam peraturan perudang-undangan tentang pihak.
akses penerima pinjaman terhadap pemberi e. Jumlah pinjaman.
pinjaman sesuai dengan prinsip kesetaraan dalam f. Suku bunga pinjaman.
asas-asas hukum perjanjian Indonesia termasuk g. Besarnya komisi.
juga diatur dalam POJK Fintech pasal 29 huruf a h. Jangka waktu.
dan b yang disebutkan bahwa penyelenggara i. Rincian biaya terkait.
wajib menerapkan prinsip dasar dari perlindungan j. Ketentuan mengenai denda (jika ada).
pengguna yaitu transparansi dan perlakuan adil. k. Mekanisme penyelesaian sengketa.
Zuhayr Mikdashi dalam bukunya tentang l. Mekanisme penyelesaian dalam hal
Regulating The Financial Sector in The Era of penyelenggara tidak dapat melanjutkan
Globalization mengatakan ada 3 area penting kegiatan operasionalnya.
dalam kebijakan publik untuk melindungi Penyelenggara wajib menyediakan akses
kepentingan konsumen, keterbukaan informasi informasi kepada pemberi pinjaman atas
dan risiko sistematis yaitu26 : penggunaan dananya tetapi tidak termasuk
a. Kebijakan-kebijakan secara umum bertujuan informasi terkait identitas penerima pinjaman.
untuk melindungi kepentingan konsumen, Informasi penggunaan dana paling sedikit
mencegah kejahatan, perlakuan tidak wajar memuat:
atau kecurangan dan kejahatan lainnya a. Jumlah dana yang dipinjamkan kepada
penerima pinjaman.
26
Zuhayr Mikdashi , The Financial Sector in The Era of b. Tujuan pemanfaatan dana oleh penerima
Globalization, First Published, Palgrave Macmillan, pinjaman.
New York, 2003, Hlm 31
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 12
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 13
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 14
dimengerti oleh pengguna dalam setiap dokumen Inovasi Keuangan pada Bab tentang perlindungan
elektronik meliputi penggunaan huruf, tulisan, dan kerahasiaan data dalam pasal 30 disebutkan
simbol, diagram, tanda, istilah, frasa, kalimat bahwa:
dan/atau simbol, diagram yang dapat memberikan 1. Penyelenggara wajib menjaga kerahasiaan,
kemudahan, kejelasan, dan pemahaman bagi keutuhan, dan ketersediaan data pribadi, data
pengguna. Kewajiban penggunaan istilah, frasa, transaksi, dan data keuangan yang dikelolanya
dan/atau kalimat yang sederhana dalam bahasa sejak data diperoleh hingga data tersebut
indonesia yang mudah dibaca dan dimengerti dimusnahkan.
dilakukan atas dokumen yang memuat hak dan 2. Ketentuan pemanfaatan data dan informasi
kewajiban pengguna, dapat digunakan pengguna pengguna yang diperoleh Penyelenggara harus
untuk mengambil keputusan dan memuat memenuhi syarat sebagai berikut:
persyaratan dan dapat mengikat pengguna secara a. Memperoleh persetujuan dari pengguna.
hukum. b. Menyampaikan batasan pemanfaatan data
Pasal 35 POJK Fintech selanjutnya disebutkan dan informasi kepada pengguna.
bahwa penyelenggara wajib mencantumkan c. Menyampaikan setiap perubahan tujuan
dan/atau menyebutkan dalam setiap penawaran pemanfaatan data dan informasi kepada
atau promosi layanan yang terdiri atas: pengguna dalam hal terdapat perubahan
a. Nama dan/atau logo penyelenggara. tujuan pemanfaatan data dan informasi.
b. Pernyataan bahwa penyelenggara terdaftar dan d. Media dan metode yang dipergunakan
diawasi oleh OJK. Terdaftar adalah dalam memperoleh data dan informasi
memperoleh izin usaha, persetujuan, terjamin kerahasiaan, keamanan, serta
pendaftaran, pengesahan, atau pernyataan keutuhannya.
efektif dari OJK. POJK Inovasi Keuangan selanjutnya pada pasal
Pasal 36 POJK Fintech selanjutnya disebutkan 38 disebutkan bahwa:
bahwa dalam hal penyelenggara menggunakan 1. Penyelenggara dilarang memberikan data
perjanjian baku, perjanjian baku tersebut wajib dan/atau informasi mengenai konsumen kepada
disusun sesuai dengan ketentuan peraturan pihak ketiga kecuali konsumen memberikan
perundang-undangan. Perjanjian baku yaitu persetujuan secara elektronik; dan/atau
perjanjian tertulis yang ditetapkan secara sepihak penyelenggara diwajibkan oleh ketentuan
oleh penyelenggara dan memuat klausula baku peraturan perundang-undangan untuk
tentang isi, bentuk, maupun cara pembuatan, dan memberikan data dan/atau informasi mengenai
digunakan untuk menawarkan layanan kepada konsumen kepada pihak ketiga.
pengguna secara masal. Perjanjian baku yang 2. Pembatalan atau perubahan sebagian
digunakan oleh penyelenggara dilarang persetujuan atas pengungkapan data dan/atau
menyatakan pengalihan tanggung jawab atau informasi dilakukan secara elektronik oleh
kewajiban penyelenggara kepada pengguna; dan konsumen dalam bentuk dokumen elektronik.
penyelenggara yang mengeluarkan layanan Praktiknya yang terjadi bagi penerima pinjaman
dilarang memuat klausula baku yang menyatakan yang bermasalah penagihan dilakukan oleh
bahwa layanan yang digunakan pengguna bukan penyelenggara secara langsung terhadap penerima
merupakan tanggung jawab penyelenggara pinjaman, terlepas hal tersebut tertuan dalam
apabila terdapat permasalahan. Termasuk juga klausula baku, dalam peraturan perudang-
menyatakan bahwa pengguna tunduk pada undangan tidak diatur adanya perjanjian antara
peraturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau penerima pinjaman dengan penyelenggara pinjam
perubahan yang dibuat secara sepihak oleh meminjam fintech sehingga penyelenggara secara
penyelenggara dalam periode pengguna perdata dapat seluas-luasnya membuat perjanjian
memanfaatkan layanan. baku yang tidak dapat dinegosiasikan oleh
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik penerima pinjaman. Fitur penagihan merupakan
Indonesia Nomor 13 /POJK.02/2018 Tentang tambahan pelayanan dari penyelenggara pinjam
Inovasi Keuangan Digital di Sektor Jasa meminjam fintech bagi pemberi pinjaman agar
Keuangan selanjutnya disebut dengan POJK dananya dapat terlindungi.
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 15
Pelayanan tambahan yang diberikan oleh bahwa penyelenggara wajib menerapkan program
penyelenggara pinjam meminjam fintech anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan
merupakan suatu manfaat tambahan yang terorisme disektor jasa keuangan terhadap
berpihak kepada pemberi pinjaman yang pengguna sesuai dengan ketentuan peraturan
merupakan sumber bisnis bagi penyelenggara perundang-undangan mengenai penerapan
pinjam meminjam fintech sehingga hal tersebut program anti pencucian uang dan pencegahan
menjadi sangat relevan demi kepentingan bisnis pendanaan terorisme. Pengaturan tentang ruang
perusahaan tetapi dilain sisi menjadi masalah bagi lingkup kegiatan usaha penyelenggaran diatur
penerima pinjaman yang tidak memberikan dalam Pasal 43 POJK Fintech yang disebutkan
persetujuan dalam hal penagihan atas kredit bahwa dalam menjalankan kegiatan usaha,
bermasalahnya. penyelenggara dilarang:
Beberapa cara untuk mencari dana operasional a. Melakukan kegiatan usaha selain kegiatan
dalam pasar pembiayaan financial technology usaha penyelenggara yang diatur dalam
yaitu peer to peer lending antara lain penawaran peraturan OJK.
umum saham, modal ventura, pinjaman Bank dan b. Bertindak sebagai pemberi pinjaman atau
peer to peer lending, yang mana lender individu penerima pinjaman.
menyediakan pendanaan (lender) berupa c. Memberikan jaminan dalam segala bentuknya
pinjaman kepada penerima pinjaman atas pemenuhan kewajiban pihak lain.
(borrower) 29 . Penciptaan keuntungan yang salah d. Menerbitkan surat utang yaitu surat berharga
satunya bersumber dari pemberi pinjaman kepada yang diterbitkan penyelenggara kepada pihak
penyelenggara pinjam meminjam fintech lain antara lain berupa surat sanggup bayar
dibutuhkan dalam rangka pembiayaan kegiatan (promissory note), atau medium term notes
operasional penyelenggara pinjam meminjam (MTN).
fintech. e. Memberikan rekomendasi kepada pengguna.
OJK perlu mengatur secara tegas kedudukan f. Mempublikasikan informasi yang fiktif
yang setara antara penerima pinjaman dengan dan/atau menyesatkan.
pemberi pinjaman termasuk kewenangan yang g. Melakukan penawaran layanan kepada
bersifat delegatif kepada penyelenggara pinjam pengguna dan/atau masyarakat melalui sarana
meminjam fintech untuk melakukan penagihan komunikasi pribadi tanpa persetujuan
kepada penerima pinjaman. pengguna dan yang dimaksud dengan sarana
komunikasi pribadi, yaitu alat komunikasi
Know Your Customer Principle (Prinsip pribadi bukan atas nama penyelenggara dengan
Pengenalan Nasabah) & Anti Money tujuan untuk kepentingan penyelenggara.
Laundring h. Mengenakan biaya apapun kepada pengguna
Pasal 39 POJK Fintech disebutkan bahwa atas pengajuan pengaduan.
penyelenggara dilarang dengan cara apapun, UU TPPU pasal 18 disebutkan bahwa lembaga
memberikan data dan/atau informasi mengenai pengawas dan pengatur menetapkan ketentuan
pengguna kepada pihak ketiga kecuali pengguna prinsip mengenali pengguna jasa dan pihak
memberikan persetujuan secara elektronik pelapor wajib menerapkan prinsip mengenali
dan/atau diwajibkan oleh ketentuan peraturan pengguna jasa yang ditetapkan oleh setiap
perundang-undangan. lembaga pengawas dan pengatur dan yang
Penerapan prinsip dan teknis pengenalan dimaksud dengan menerapkan prinsip mengenali
nasabah disebutkan pada pasal 42 POJK Fintech pengguna jasa adalah customer due dilligence
(CDD) dan Enhanced Due Dilligence (EDD)
sesuai dengan rekomendasi 5 Financial Action
29
Shulman, Jacob Gregory. "Regulating Online Task Force (FATF) on Money Laundering.
Marketplace Lending: To Be A Bank Or Not To Be A UU Money Laundring pasal 19 disebutkan
Bank?" Rutgers Computer & Technology Law Journal,
Spring 2018, 163+. LegalTrac (accessed April 25, 2019).
bahwa setiap orang yang melakukan transaksi
http://link.galegroup.com/apps/doc/A563460054/LT?u=f dengan pihak pelapor wajib memberikan identitas
jktlaw&sid=LT&xid=833f13ff. dan informasi yang benar yang dibutuhkan oleh
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 16
pihak pelapor dan sekurang-kurangnya memuat dari Basel Committee on Banking Supervision
identitas diri, sumber dana, dan tujuan transaksi dalam Core Principles for Effective Banking
dengan mengisi formulir yang disediakan oleh Supervision bahwa penerapan prinsip mengenal
pihak pelapor dan melampirkan dokumen nasabah merupakan faktor yang penting dalam
pendukungnya. melindungi kesehatan Bank, maka Bank perlu
Transaksi yang dilakukan untuk kepentingan menerapkan prinsip mengenal nasabah secara
pihak lain, maka wajib dipenuhi dengan lebih efektif.
memberikan informasi mengenai identitas diri, PBI KYC disebutkan pada Pasal 1 angka 2
sumber dana, dan tujuan transaksi pihak lain bahwa prinsip mengenal nasabah adalah prinsip
tersebut termasuk mengetahui bahwa pengguna yang diterapkan Bank untuk mengetahui identitas
jasa yang melakukan transaksi dengan pihak nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah
pelapor bertindak untuk diri sendiri atau untuk termasuk pelaporan transaksi yang mencurigakan,
dan atas nama orang lain dan wajib meminta selanjutnya pada pasal 2 disebutkan bahwa:
informasi mengenai identitas dan dokumen 1. Bank wajib menerapkan prinsip mengenal
pendukung dari pengguna jasa dan orang lain nasabah (know your customer principles).
tersebut dan jika identitas dan/atau dokumen 2. Dalam menerapkan prinsip mengenal nasabah
pendukung yang diberikan tidak lengkap maka Bank wajib:
pihak pelapor wajib menolak transaksi dengan a. Menetapkan kebijakan penerimaan nasabah.
orang tersebut. b. Menetapkan kebijakan dan prosedur dalam
Dokumentasi atas identitas pelaku transaksi mengidentifikasi nasabah. Dalam
atau pengguna jasa wajib disimpan oleh pengguna menetapkan kebijakan untuk penerimaan
jasa paling singkat 5 tahun sejak berakhirnya nasabah, Bank perlu menetapkan pula
hubungan usaha dengan pengguna jasa tersebut kebijakan untuk menolak nasabah yang
dan akan dikenakan sanksi terjadi pelanggaran dianggap tidak layak melakukan hubungan
atas kewajiban tersebut. Prinsip mengenal usaha dengan Bank dan kriteria nasabah
nasabah dapat melindungi bonafitas termasuk biasa atau nasabah yang berisiko tinggi.
menghindari lembaga keuangan sebagai sarana Dalam menetapkan kebijakan ini faktor-
untuk melakukan tindakan money laundring. faktor seperti latar belakang nasabah,
Peraturan Bank Indonesia Nomor kewarganegaraan, kegiatan usaha, jabatan,
5/21/PBI/2003 Tentang Perubahan Kedua Atas atau indikator faktor risiko lain harus
Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/10/PBI/2001 menjadi pertimbangan.
Tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah c. Menetapkan kebijakan dan prosedur
(Know Your Customer Principles) selanjutnya pemantauan terhadap rekening dan transaksi
disebut dengan PBI KYC disebutkan bahwa nasabah. Pemantauan terhadap rekening dan
dengan semakin berkembangnya kegiatan usaha transaksi nasabah merupakan bagian penting
perbankan, Bank dihadapkan kepada berbagai dari pelaksanaan prinsip mengenal nasabah.
risiko seperti risiko operasional, risiko hukum, Untuk dapat melakukan pemantauan dan
risiko terkonsentrasinya transaksi, dan risiko mengurangi risiko, Bank harus mengetahui
reputasi30. kegiatan dan karakteristik transaksi nasabah.
Ketidakcukupan penerapan prinsip mengenal d. Menetapkan kebijakan dan prosedur
nasabah dapat memperbesar risiko yang dihadapi manajemen risiko yang berkaitan dengan
Bank dan dapat mengakibatkan kerugian penerapan prinsip mengenal nasabah.
keuangan yang signifikan bagi Bank baik dari sisi Kebijakan dan prosedur manajemen risiko
aktiva maupun pasiva Bank. Mengingat hal antara lain mencakup pengawasan oleh
tersebut dan dengan memperhatikan rekomendasi manajemen, pendelegasian wewenang dan
pemisahan tugas secara jelas, pengawasan
30
Lihat Penjelasan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/ 21 intern yang melakukan pemantauan secara
/PBI/2003 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan reguler, serta program pelatihan karyawan
Bank Indonesia Nomor 3/10/PBI/2001 Tentang yang berkelanjutan.
Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your
Customer Principles)
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 17
Jika Bank meragukan atau tidak dapat meyakini menghindari pelaporan transaksi yang
identitas beneficial owner, Bank wajib menolak bersangkutan yang wajib dilakukan oleh pihak
untuk melakukan hubungan usaha dengan calon pelapor.
nasabah. Bank wajib memiliki sistem informasi c. Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal
yang dapat mengidentifikasi, menganalisa, dilakukan dengan menggunakan harta
memantau dan menyediakan laporan secara kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak
efektif mengenai karakteristik transaksi yang pidana.
dilakukan oleh nasabah Bank sesuai dengan Pasal d. Transaksi keuangan yang diminta oleh PPATK
9 PBI KYC. Sistem informasi yang dimiliki harus untuk dilaporkan oleh pihak pelapor karena
dapat memungkinkan Bank untuk menelusuri melibatkan harta kekayaan yang diduga berasal
setiap transaksi (individual transaction), apabila dari hasil tindak pidana.
diperlukan, baik untuk keperluan intern dan atau Pasal 2 angka 1 huruf a PP Nomor 43 Tahun
Bank Indonesia maupun dalam kaitannya dengan 2015 Tentang Pihak Pelapor Dalam Pencegahan
kasus peradilan. Hal-hal yang termasuk dalam Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
penelusuran transaksi antara lain adalah disebutkan bahwa pihak pelapor meliputi antara
penelusuran atas identitas nasabah, identitas mitra lain perusahaan pembiayaan dalam hal ini adalah
transaksi nasabah, instrumen transaksi, tanggal perusahan pembiayaan fintech yang merupakan
transaksi, jumlah dan denominasi transaksi, dan kelompok dari perusahaan pembiayaan. Pihak
sumber dana yang digunakan untuk transaksi. perusahaan pembiayaan fintech adalah subyek
Termasuk dalam karakteristik nasabah antara lain hukum yang telah diatur peraturan perundang-
adalah karakteristik transaksi dan sifat transaksi undangan untuk wajib melaporkan adanya
nasabah yang bersangkutan serta sifat hubungan transaksi keuangan yang mencurigakan sebagai
nasabah dengan Bank secara menyeluruh. bentuk kontribusi untuk turut serta dalam
PBI KYC selanjutnya dalam Pasal 10 pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
disebutkan bahwa Bank wajib memelihara profil pencucian uang.
nasabah yang sekurang-kurangnya meliputi Interprestasi oleh penulis menggolongkan
informasi mengenai: perusahaan pembiayaan adalah interpretasi dalam
a. Pekerjaan atau bidang usaha. arti luas karena penyelenggara pinjam meminjam
b. Jumlah penghasilan. fintech bukanlah subyek hukum yang mengelola
c. Rekening lain yang dimiliki. dana masyarakat, penyelenggara pinjam
d. Aktivitas transaksi normal. meminjam fintech hanya mempertemukan
e. Tujuan pembukaan rekening. pemberi pinjaman dan peneriman pinjaman
Terkait dengan proses pengenalan nasabah sehingga perlu ada pengaturan yang lebih spesifik
dalam rangka penerapan prudential financial seperti halnya pengaturan pada Bank yang
service diatur juga dalam Undang-Undang UU ditentukan batas dana yang diterima dihubungkan
TPPU pasal 1 ayat (4) yang disebutkan bahwa dengan pelaporan ke PPATK dalam jumlah
transaksi keuangan adalah transaksi untuk tertentu. Sumber dana yang diberikan oleh
melakukan atau menerima penempatan, peminjam dalam rentang yang cukup lebar sampai
penyetoran, penarikan, pemindah-bukuan, dengan Rp 2 Miliar yang berasal dari financial
pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, system nasional yaitu Bank yang terdeteksi
penitipan, dan/atau penukaran atas sejumlah uang transaksi masuk dan keluar dari Perbankan
atau tindakan dan/atau kegiatan lain yang nasional dengan kata lain sumber dananya dapat
berhubungan dengan uang. dengan mudah terdeteksi tetapi permasalahannya
Transaksi keuangan mencurigakan adalah: belum ada aturan khusus terhadap tipe
a. Transaksi keuangan yang menyimpang dari penyelenggara pinjam meminjam fintech.
profil, karakteristik, atau kebiasaan pola Pasal 1 angka 8, huruf b disebutkan bahwa
transaksi dari pengguna jasa yang transaksi keuangan oleh pengguna jasa yang patut
bersangkutan. diduga dilakukan dengan tujuan untuk
b. Transaksi keuangan oleh pengguna jasa yang menghindari pelaporan transaksi yang
patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk bersangkutan yang wajib dilakukan oleh pihak
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 18
pelapor sesuai dengan ketentuan peraturan pelaku usaha yang terikut dan tunduk pada
perundang-undangan yang mengatur mengenai regulasi sendiri tersebut yang mana regulasi
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana sendiri disebut juga dengan business ethic yang
pencucian uang. berarti pelaksanaan prinsip-prinsip moral pada
Peraturan Kepala Pusat Pelaporan Dan Analisis pihak yang menyelenggarakan usaha sehingga
Transaksi Keuangan Nomor PER- dengan dipatuhinya regulasi sendiri itu terjaga
09/1.02.2/PPATK/09/12 Tentang Tata Cara citra usaha perusahaan dalam masyarakat31.
Penyampaian Laporan Transaksi Keuangan POJK Inovasi Keuangan juga mengatur tentang
Mencurigakan Dan Laporan Transaksi Keuangan penerapan anti pencucian uang yang disebutkan
Tunai Bagi Penyedia Jasa Keuangan selanjutnya pada pasal 3 bahwa penyelenggara yang terdaftar
disebut dengan Peraturan PPATK Tentang wajib menerapkan program anti pencucian uang
Penyampaian Laporan Bagi Penyedia Jasa dan pencegahan pendanaan terorisme di sektor
Keuangan Pasal 3 ayat (2) disebutkan bahwa jasa keuangan terhadap konsumen sesuai dengan
dalam kondisi jika pengguna jasa menolak untuk Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai
mematuhi prinsip mengenali pengguna jasa atau penerapan program anti pencucian uang dan
PJK meragukan kebenaran informasi yang pencegahan pendanaan terorisme di sektor jasa
disampaikan oleh pengguna jasa maka pemutusan keuangan.
hubungan usaha dengan pengguna jasa harus juga POJK Nomor 12/POJK.01/2017 Tentang
disampaikan laporan transaksi keuangan yang Penerapan Program Anti Pencucian Uang Dan
mencurigakan ke PPATK. Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa
Pasal 6 UU Money Laundring mencantumkan Keuangan selanjutnya disebtu dengan POJK APU
bahwa tindak pidana juga akan dikenakan kepada disebutkan bahwa semakin berkembangnya
korporasi yang melakukan tindakan pidana money kompleksitas produk dan layanan jasa keuangan
laundring termasuk kepada personil pengendali termasuk pemasarannya (multi channel
korporasi tersebut. Perluasan definisi korporasi marketing), serta semakin meningkatnya
termasuk korporasi yang tidak berbadan hukum penggunaan teknologi informasi pada industri jasa
seperti halnya perseroan terbatas tetapi juga keuangan maka semakin tinggi risiko penyedia
menjangkau kelompok yang terorganisasi yaitu jasa keuangan digunakan sebagai sarana
kelompok terstruktur yang terdiri dari 3 orang pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme.
atau lebih, yang eksistensinya untuk waktu Peningkatan risiko yang dihadapi penyedia jasa
tertentu, dan bertindak dengan tujuan melakukan keuangan perlu diimbangi dengan peningkatan
satu atau lebih tindak pidana dengan tujuan kualitas penerapan program anti pencucian uang
memperoleh keuntungan finansial atau non- dan/atau pencegahan pendanaan terorisme yang
finansial baik secara langsung maupun tidak didasarkan pada pendekatan berbasis risiko (risk
langsung. based approach) sesuai dengan prinsip-prinsip
PP Pihak pelapor pencegahan money laundring umum yang berlaku secara internasional dan perlu
disebutkan dalam pasal 1 ayat 1 bahwa pusat adanya harmonisasi dan integrasi pengaturan
pelaporan dan analisis transaksi keuangan yang mengenai penerapan program anti pencucian uang
selanjutnya disingkat PPATK adalah lembaga dan/atau pencegahan pendanaan terorisme
independen yang dibentuk dalam rangka disektor jasa keuangan.
mencegah dan memberantas tindak pidana POJK APU Pasal 1 angka 11 disebutkan bahwa
pencucian uang. Pasal 2 angka 1 huruf a PP Pihak uji tuntas nasabah (customer due diligence) yang
Pelapor Pencegahan money laundring selanjutnya selanjutnya disingkat CDD adalah kegiatan
disebutkan bahwa pihak pelapor meliputi antara berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan
lain perusahaan pembiayaan dalam hal ini adalah yang dilakukan oleh PJK untuk memastikan
perusahan pembiayaan fintech yang merupakan transaksi sesuai dengan profil, karakteristik,
kelompok dari perusahaan pembiayaan. dan/atau pola transaksi calon nasabah, nasabah,
Regulasi sendiri bermaksud untuk menentukan atau WIC Pasal 12 selanjutnya disebutkan bahwa
tolak ukur sesungguhnya atau standar (minimum)
perilaku tertentu bagi perusahaan-perusahaan atau 31
Az Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen, Cetakan
3, Diadit Media, Jakarta, September, 2007, Hlm 201
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 19
uji tuntas lanjut (enhanced due diligence) yang Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
selanjutnya disingkat EDD adalah tindakan CDD 76/POJK.07/2016 Tentang Peningkatan Literasi
lebih mendalam yang dilakukan PJK terhadap dan Inklusi Keuangan di Sektor Jasa Keuangan
calon nasabah, WIC, atau nasabah, yang berisiko Bagi Konsumen Dan/Atau Masyarakat
tinggi termasuk PEP dan/atau dalam area berisiko selanjutnya disebut dengan POJK Literasi dan
tinggi. Nasabah berisiko tinggi (high risk Inklusi Keuangan disebutkan bahwa pengetahuan,
customers) adalah nasabah yang berdasarkan latar pemahaman dan akses masyarakat Indonesia
belakang, identitas dan riwayatnya dianggap terhadap lembaga, produk, dan layanan jasa
memiliki risiko tinggi melakukan kegiatan terkait keuangan masih rendah dan tidak merata pada
tindak pidana pencucian uang dan/atau pendanaan setiap sektor industri jasa keuangan, maka perlu
terorisme. dilakukan edukasi keuangan dan pembangunan
Pasal 2 POJK APU disebutkan bahwa PJK infrastruktur pendukung sebagai salah satu upaya
wajib mengidentifikasi, menilai, dan memahami peningkatan pengetahuan dan pemahaman
risiko tindak pidana pencucian uang dan/atau terhadap lembaga, produk, dan layanan jasa
tindak pidana pendanaan terorisme terkait dengan keuangan.
nasabah, negara atau area geografis, produk, jasa, Ketersediaan akses masyarakat terhadap
transaksi atau jaringan distribusi (delivery lembaga, produk dan/atau layanan jasa keuangan
channels), termasuk kewajiban untuk: yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
a. Mendokumentasikan penilaian risiko. masyarakat untuk mendukung edukasi keuangan.
b. Mempertimbangkan seluruh faktor risiko yang Pasal 1 angka 6-8 POJK Literasi dan Inklusi
relevan sebelum menetapkan tingkat Keuangan disebutkan bahwa literasi keuangan
keseluruhan risiko, serta tingkat dan jenis adalah pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan,
mitigasi risiko yang memadai untuk yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk
diterapkan. meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
c. Mengkinikan penilaian risiko secara berkala. dan pengelolaan keuangan dalam rangka
d. Memiliki mekanisme yang memadai terkait mencapai kesejahteraan. Inklusi keuangan adalah
penyediaan informasi penilaian risiko kepada ketersediaan akses pada berbagai lembaga, produk
instansi yang berwenang. dan layanan jasa keuangan sesuai dengan
POJK APU selanjutnya pada pasal 16 kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam
disebutkan bahwa: rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
1. PJK wajib mengelompokkan calon nasabah Edukasi keuangan adalah serangkaian proses atau
dan nasabah berdasarkan tingkat risiko kegiatan untuk meningkatkan literasi keuangan.
terjadinya pencucian uang dan/atau pendanaan Peningkatan literasi keuangan dan inklusi
terorisme. keuangan dalam pelaksanaannya perlu
2. Pengelompokkan calon nasabah dan nasabah memperhatikan aspek perlindungan konsumen
berdasarkan tingkat risiko dilakukan yang secara tidak langsung memiliki peranan
berdasarkan analisis yang paling kurang penting dalam stabilitas keuangan dan
meliputi: pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ketiga hal
a. Identitas nasabah. dimaksud sebagai suatu trilogi pemberdayaan
b. Lokasi usaha bagi nasabah perusahaan. konsumen memiliki hubungan yang erat dalam
c. Profil nasabah. mencapai financial well-being. Financial well-
d. Frekuensi transaksi. being merupakan suatu keadaan yang ditandai
e. Kegiatan usaha nasabah. dengan kemampuan masyarakat untuk bertahan
f. Struktur kepemilikan bagi nasabah ketika terjadi krisis keuangan32.
perusahaan.
g. Produk, jasa, dan jaringan distribusi
(delivery channels) yang digunakan oleh
nasabah . 32
Lihat Penjelasan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
h. Informasi lainnya yang dapat digunakan Nomor 76 /POJK.07/2016 Tentang Peningkatan Literasi
untuk mengukur tingkat risiko nasabah. Dan Inklusi Keuangan Di Sektor Jasa Keuangan Bagi
Konsumen Dan/Atau Masyarakat
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 20
Pasal 12 POJK Literasi dan Inklusi Keuangan seharusnya diberi kewenangan yang sangat luas
disebutkan bahwa tujuan inklusi keuangan untuk mengatur dan mengawasi industri jasa
meliputi: keuangan yang bersifat offline maupun online33.
a. Meningkatnya akses masyarakat terhadap
lembaga, produk dan layanan jasa keuangan B. Keberadaaan Regulator Perbankan
PUJK. Menjangkau Perlindungan Hukum Kreditur
b. Meningkatnya penyediaan produk dan/atau & Debitur Atas Penyelenggaran Layanan
layanan jasa keuangan oleh PUJK yang sesuai Peer To Peer Lending Pada Aplikasi
dengan kebutuhan dan kemampuan Financial Technology
masyarakat. UU OJK Pasal 1 ayat (4) disebutkan bahwa
c. Meningkatnya penggunaan produk dan/atau lembaga jasa keuangan adalah lembaga yang
layanan jasa keuangan yang sesuai dengan melaksanakan kegiatan di sektor Perbankan, Pasar
kebutuhan dan kemampuan masyarakat. Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
d. Meningkatnya kualitas penggunaan produk dan Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan
layanan jasa keuangan sesuai kebutuhan dan Lainnya.
kemampuan masyarakat. Kualitas penggunaan UU OJK Pasal 1 ayat (10) disebutkan bahwa
produk dan layanan jasa keuangan dapat lembaga jasa keuangan lainnya adalah pergadaian,
berupa konsumen tidak hanya menggunakan lembaga penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor
produk dan/atau layanan jasa keuangan yang Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder
sejenis, namun telah menggunakan produk perumahan, dan lembaga yang menyelenggarakan
dan/atau layanan jasa keuangan lainnya; pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib,
dan/atau Contoh: konsumen tidak hanya meliputi penyelenggara program jaminan sosial,
menggunakan produk tabungan tetapi juga pensiun, dan kesejahteraan, sebagaimana
menggunakan produk dan/atau layanan jasa dimaksud dalam peraturan perundang-undangan
keuangan lainnya misalnya produk kredit atau mengenai pergadaian, penjaminan, lembaga
pembelian Obligasi Ritel Indonesia (ORI). pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan
Konsumen dapat mengukur dan menganalisa pembiayaan sekunder perumahan, dan
produk dan/atau layanan jasa keuangan yang pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib,
sesuai dengan kebutuhan pengelolaan serta lembaga jasa keuangan lain yang dinyatakan
keuangan yang diinginkan atau dicapai. diawasi oleh OJK berdasarkan peraturan
Contoh: konsumen dapat menganalisa antara perundang-undangan.
satu produk dan/atau layanan jasa keuangan
dengan produk dan/atau layanan jasa keuangan Perlindungan Konsumen
lainnya yang sesuai kebutuhannya saat ini UU OJK Pasal 4 disebutkan bahwa OJK
dengan tujuan pada masa mendatang. dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan
Pertumbuhan peer to peer lending sampai kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:
dengan September 2018 meningkat signifikan 1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan,
utamanya jumlah rekening penerima pinjaman dan akuntabel.
sebesar 597% hampir 6 kali dalam periode Januari 2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang
2018 - September 2018 termasuk jumlah transaksi tumbuh secara berkelanjutan dan stabil.
penerima pinjaman yang meningkat 129% dalam 3. Mampu melindungi kepentingan konsumen
periode Juni 2018 - September 2018 sehingga dan masyarakat dan yang dimaksud dengan
melihat pertumbuhan yang signifikan perlu melindungi kepentingan Konsumen dan
mendapatkan perhatian dari regulator untuk masyarakat termasuk perlindungan terhadap
melakukan elaborasi atas potensi masalah dimasa pelanggaran dan kejahatan di sektor keuangan
depan.
Peran OJK dalam pengaturan dan pengawasan
usaha jasa keuangan via internet (seperti tekfin 33
Cita Yustisia Serfiyani, Perlindungan Hukum Dan
dan crowdfunding) sebaiknya dimasukkan dalam Penyelesaian Sengketa Bisnis Jasa PM-TEKFIN, Jurnal
rencana revisi UU OJK di masa mendatang. OJK Legislasi Indonesia, Vol. 14 No. 03 - September 2017, Hlm
348
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 21
seperti manipulasi dan berbagai bentuk UU ITE selanjutnya pada Pasal 18 disebutkan
penggelapan dalam kegiatan jasa keuangan. bahwa:
UU OJK pada pasal 28 disebutkan bahwa untuk 1. Transaksi Elektronik yang dituangkan ke
perlindungan konsumen dan masyarakat, OJK dalam kontrak elektronik mengikat para pihak.
berwenang melakukan tindakan pencegahan 2. Para pihak memiliki kewenangan untuk
kerugian konsumen dan masyarakat, yang memilih hukum yang berlaku bagi transaksi
meliputi: elektronik internasional yang dibuatnya.
1. Memberikan informasi dan edukasi kepada Pilihan hukum yang dilakukan oleh para pihak
masyarakat atas karakteristik sektor jasa dalam kontrak internasional termasuk yang
keuangan, layanan, dan produknya. dilakukan secara elektronik dikenal dengan
2. Meminta lembaga jasa keuangan untuk choice of law. Hukum ini mengikat sebagai
menghentikan kegiatannya apabila kegiatan hukum yang berlaku bagi kontrak tersebut.
tersebut berpotensi merugikan masyarakat. pilihan hukum dalam transaksi elektronik
3. Tindakan lain yang dianggap perlu sesuai hanya dapat dilakukan jika dalam kontraknya
dengan ketentuan peraturan perundang- terdapat unsur asing dan penerapannya harus
undangan di sektor jasa keuangan. sejalan dengan prinsip hukum perdata
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 internasional (HPI).
sebagaimana telah diubah dengan Undang- 3. Jika para pihak tidak melakukan pilihan hukum
Undang No 19 tahun 2016 tentang Informasi dan dalam transaksi elektronik internasional,
Transaksi Elektronik selanjutnya disebut dengan hukum yang berlaku didasarkan pada asas
UU ITE pada pasal 9 disebutkan bahwa pelaku hukum Perdata Internasional.
usaha yang menawarkan produk melalui sistem 4. Para pihak memiliki kewenangan untuk
elektronik harus menyediakan informasi yang menetapkan forum pengadilan, arbitrase, atau
lengkap dan benar berkaitan dengan syarat lembaga penyelesaian sengketa alternatif
kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan. lainnya yang berwenang menangani sengketa
Informasi yang lengkap dan benar meliputi yang mungkin timbul dari transaksi elektronik
informasi yang memuat identitas serta status internasional yang dibuatnya.
subjek hukum dan kompetensinya, baik sebagai 5. Jika para pihak tidak melakukan pilihan,
produsen, pemasok, penyelenggara maupun penetapan kewenangan pengadilan, arbitrase,
perantara dan informasi lain yang menjelaskan hal atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif
tertentu yang menjadi syarat sahnya perjanjian lainnya yang berwenang menangani sengketa
serta menjelaskan barang dan/atau jasa yang yang mungkin timbul dari transaksi tersebut,
ditawarkan, seperti nama, alamat, dan deskripsi didasarkan pada asas Hukum Perdata
barang/jasa. Internasional.
UU ITE pada pasal 17 disebutkan bahwa: OJK menerbitkan Keputusan Nomor KEP-
1. Penyelenggaraan transaksi elektronik dapat 01/D.07/2016 tanggal 21 Januari 2016 tentang
dilakukan dalam lingkup publik ataupun privat. Daftar Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa
Undang-Undang ini memberikan peluang di Sektor Jasa Keuangan yang sampai ini terdapat
terhadap pemanfaatan teknologi informasi oleh 6 lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang
penyelenggara negara, orang, badan usaha, merupakan wadah penyelesaian sengketa antara
dan/atau masyarakat. Pemanfaatan teknologi konsumen dengan lembaga jasa keuangan di
informasi harus dilakukan secara baik, sektor perasuransian, pasar modal, dana pensiun,
bijaksana, bertanggung jawab, efektif, dan perbankan, penjaminan, pembiayaan dan
efisien agar dapat diperoleh manfaat yang pergadaian yang memenuhi prinsip aksesibilitas,
sebesar-besarnya bagi masyarakat. independensi, keadilan, efisiensi, dan efektifitas
2. Para pihak yang melakukan transaksi serta diawasi oleh OJK
elektronik wajib beriktikad baik dalam
melakukan interaksi dan/atau pertukaran Pengawasan
informasi elektronik dan/atau dokumen UU OJK Pasal 5 selanjutnya disebutkan bahwa
elektronik selama transaksi berlangsung. OJK berfungsi menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 22
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor aman untuk menguji penyelenggara teknologi
jasa keuangan dan pasal 6 disebutkan bahwa OJK finansial beserta produk, layanan, teknologi,
melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan dan/atau model bisnisnya.
terhadap: PADG Regulatory Sandbox selanjutnya dalam
1. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan. pasal 2 disebutkan bahwa penyelenggaraan
2. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal. teknologi finansial dikategorikan ke dalam:
3. Kegiatan jasa keuangan di sektor 1. Sistem Pembayaran
Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Sistem pembayaran mencakup otorisasi, kliring,
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan penyelesaian akhir, dan pelaksanaan
Lainnya. pembayaran. Contoh penyelenggaraan
UU OJK pada pasal 7 disebutkan bahwa untuk teknologi finansial pada kategori sistem
melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan pembayaran antara lain penggunaan QR code,
di sektor Perbankan OJK mempunyai wewenang teknologi blockchain, atau distributed ledger
pengaturan dan pengawasan mengenai aspek untuk penyelenggaraan transfer dana, uang
kehatihatian Bank, meliputi antar lain: elektronik, dompet elektronik, dan mobile
1. Manajemen risiko. payments.
2. Tata kelola Bank. 2. Pendukung Pasar
3. Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian Yang dimaksud dengan pendukung pasar
uang. adalah teknologi finansial yang menggunakan
4. Pencegahan pembiayaan terorisme dan teknologi informasi dan/atau teknologi
kejahatan perbankan elektronik untuk memfasilitasi pemberian
Risiko timbul karena ketidakpastian dengan informasi yang lebih cepat dan lebih murah
faktor-faktor yang mempengaruhi sebagai terkait dengan produk dan/atau layanan jasa
berikut34: keuangan kepada masyarakat. Contoh
1. Faktor manusia (human uncertainties) penyelenggaraan teknologi finansial pada
misalnya adanya sifat malas, tidak jujur, sakit kategori pendukung pasar (market support)
dan sebagainya antara lain penyediaan data perbandingan
2. Faktor ekonomis (economic uncertainties) informasi produk atau layanan jasa keuangan.
misal karena adanya perubahan harga, 3. Manajemen Investasi Dan Manajemen Risiko
penurunan permintaan, menurunnya daya beli Contoh penyelenggaraan teknologi finansial
perubahan tingkat bunga dan sebagainya. pada kategori manajemen investasi dan
3. Ketidakpastian bisa juga karena faktor alam manajemen risiko antara lain penyediaan
misalnya banjir, tanah longsor, gempa bumi, produk investasi online dan asuransi online.
kemarau panjang dan sebagainya. 4. Pinjaman, Pembiayaan, Dan Penyediaan Modal
Perkembangan dan inovasi pada industri Contoh penyelenggaraan teknologi finansial
teknologi keuangan perlu dimitigasi secara tepat pada kategori pinjaman (lending), pembiayaan
dan memadai agar memberikan manfaat bagi (financing atau funding), dan penyediaan
masyarakat dan perekonomian dan mampu modal (capital raising) antara lain layanan
mendorong laju inovasi yang dilakukan oleh pinjam meminjam uang berbasis teknologi
penyelenggara teknologi finansial dengan tetap informasi (peer-to-peer lending) serta
menerapkan prinsip perlindungan konsumen serta pembiayaan atau penggalangan dana berbasis
manajemen risiko dan kehati-hatian. teknologi informasi (crowd-funding).
Peraturan Anggota Dewan Gubernur 5. Jasa Finansial Lainnya
No.19/14/Padg/2017 Tentang Ruang Uji Coba Yang dimaksud dengan jasa finansial lainnya
Terbatas (Regulatory Sandbox) Teknologi adalah teknologi finansial selain kategori
Finansial selanjutnya disebut dengan PADG sistem pembayaran, pendukung pasar,
Regulatory Sandbox disebutkan bahwa regulatory manajemen investasi dan manajemen risiko,
sandbox adalah suatu ruang uji coba terbatas yang serta pinjaman, pembiayaan, dan penyediaan
modal
34
Frianto Pandia, Opcit, Hlm 199
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 23
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 24
dan/atau jasa dan selanjutnya pada pasal 5 mereka yang sesuai dengan isi penjanjian,
disebutkan bahwa kewajiban konsumen adalah: dengan kata lain realisasi perjanjian yang
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi sebenarnya dimaksudkan oleh para pihak.
dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan Tahapan pelaksanaan perjanjian yang penting
barang dan/atau jasa, demi keamanan dan adalah masalah penafsiran perjanjian.
keselamatan. Seperti yang dikatakan oleh filsuf Friedman
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi aspek penegakan hukum bergantung pada 3 aspek
pembelian barang dan/atau jasa. yaitu struktur, substansi dan kultur yang mana
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang kultur masyarakat dalam tulisan ini adalah
disepakati. masyarakat yang ingin mendapatkan alternatif
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa layanan pembiayaan yang cepat, mudah dan
perlindungan konsumen secara patut. efisien dan mereka adalah yang tidak dapat
UU Perlindungan Konsumen selanjutnya pada memenuhi kriteria peminjam oleh Bank/tidak
Pasal 6 pelaku usaha adalah: bankable, sehingga menggunakan layanan fintech
a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai untuk memperoleh dana tunai dalam rangka
dengan kesepakatan mengenai kondisi dan pengembangan usahanya.
nilai tukar barang dan/atau jasa yang Aspek substansi yaitu peraturan perundang-
diperdagangkan. undangan, pertanyaannya apakah menerbitkan
b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari peraturan bersama antara BI, OJK dan bahkan
tindakan konsumen yang beritikad tidak baik. bersama kementerian komunikasi dan informatika
Tahapan transaksi antara produsen dan diperlukan? mengingat layanan fintech adalah
konsumen dapat dibedakan dalam tiga tahap sarana komunikasi dan informasi berbasiskan
yaitu35: teknologi keuangan yang turut serta berkontribusi
1. Tahap pratransaksi adalah tahap sebelum terhadap perekonomian nasional. Sebagai contoh
adanya transaksi/perjanjian konsumen yaitu kejelasan pengaturan antara OJK, BI dan PP
keadaan-keadaan atau peristiwa-peristiwa yang tentang status bentuk badan usaha penyelenggara
terjadi sebelum konsumen memutuskan untuk layanan fintech secara hukum dapat dikaji ulang,
membeli dan memakai produk yang diedarkan apakah sekedar berbadan usaha saja atau hanya
konsumen. Pada tahapan ini sesuai dengan boleh badan usaha dengan bentuk berbadan
haknya sebagai konsumen, konsumen mencoba hukum PT dan Koperasi. Pengaturan harus jelas
mencari informasi mengenai kebutuhannya agar memberikan kepastian hukum bagi
antara lain syarat-syarat yang perlu pemangku kepentingan layanan usaha layanan
dipenuhi/disediakan, harga, komposisi, fintech.
kegunaan, keunggulannya dll. Tahapan ini Aspek struktur adalah instansi OJK, BI dan
penting karena dapat mempengaruhi keabsahan Pemerintah yang mana khusus OJK dan BI
dari tahapan transaksi berikutnya termasuk memiliki kewenangan penegakan hukum terbatas
keabsahan dari hak dan kewajiban yang timbul. dan memiliki kewenangan yang tinggi sebagai
2. Tahap transaksi adalah konsumen pembuat peraturan, penegakan peraturan dan
menentukan/mengambil putusan apakah pemberian sanksi atas pelanggaran peraturan
membeli atau tidak membeli. Konsumen sehingga fungsi atau peran OJK/BI yang berisikan
menggunakan haknya yaitu hak untuk memilih komponen kedudukan hukum,
dan ketika konsumen sudah menyatakan eksistensi/keberadaan serta kontribusi dapat
persetujuannya pada saat itu lahir perjanjian. terwujud optimal, seperti yang dinyatakan oleh
3. Tahap purnatransaksi adalah dimana transaksi Mochtar Kusumaatmadja dalam teori hukum
(kontrak) yang sudah dibuat antara produsen pembangunan bahwa peranan hukum dalam
dengan konsumen yang harus direalisasikan pembangunan adalah untuk menjamin bahwa
yaitu pemenuhan hak dan kewajiban antara perubahan itu terjadi dengan teratur dan hukum
diharapkan agar berfungsi sebagai suatu alat
35
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen, pembaharuan masyarakat/law as a tool of social
Cetakan ke l, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, Hlm engeneering.
71-73
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 25
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 26
dan menumbuhkan kesadaran lembaga jasa Lembaga keuangan tidak hanya berperan dalam
keuangan sehingga mampu meningkatkan membantu penegakan hukum, tetapi juga menjaga
kepercayaan masyarakat pada sektor jasa dirinya dari berbagai risiko, yaitu risiko
keuangan. operasional, hukum, terkonsentrasinya transaksi,
Perlindungan konsumen merupakan rangkaian dan reputasi karena tidak lagi digunakan sebagai
kebijakan dan pelaksanaan kegiatan yang sarana dan sasaran oleh pelaku tindak pidana
mencakup edukasi, pelayanan informasi, dan untuk mencuci uang hasil tindak pidana. Dengan
pengaduan serta fasilitasi penyelesaian Sengketa pengelolaan risiko yang baik, lembaga keuangan
bagi Konsumen sektor jasa keuangan dan akan mampu melaksanakan fungsinya secara
masyarakat pengguna jasa keuangan. pptimal sehingga pada gilirannya sistem keuangan
Mekanisme penyelesaian pengaduan di sektor menjadi lebih stabil dan terpercaya37.
jasa keuangan ditempuh melalui 2 tahapan yaitu Campur tangan negara dalam kegiatan ekonomi
penyelesaian pengaduan yang dilakukan oleh diperlukan jika terjadi penyimpangan yang dapat
lembaga jasa keuangan (internal dispute merugikan pihak tertentu mengingat tujuan dasar
resolution) dan penyelesaian sengketa melalui kegiatan ekonomi adalah mencari keuntungan
lembaga peradilan atau lembaga diluar peradilan sehingga berpotensi terjadi penyimpangan.
(external dispute resolution). Campur tangan negara dalam hal38:
Penyelesaian pengaduan oleh lembaga jasa 1. Menjaga keseimbangan kepentingan semua
keuangan dilakukan berdasarkan azas pihak di dalam masyarakat.
musyawarah untuk mencapai mufakat dan dalam 2. Melindungi kepentingan produsen dan
penyelesaian pengaduan tidak selalu tercapai konsumen.
kesepakatan antara konsumen dengan lembaga 3. Melindungi kepentingan negara dan
jasa keuangan. Dalam rangka melindungi kepentingan umum terhadap kepentingan
konsumen, diperlukan adanya suatu mekanisme perusahaan atau pribadi.
penyelesaian sengketa antara konsumen dengan Koreksi atas POJK perlu dilakukan mengingat
lembaga jasa keuangan di eksternal lembaga jasa semangat dari iklusi keuangan fintech adalah
keuangan melalui lembaga peradilan atau lembaga pembiayaan sektor UMKM yang mana dalam
di luar peradilan. Penyelesaian sengketa melalui pasal 3 ayat 2 POJK Fintech disebutkan asing
lembaga di luar peradilan dapat dilakukan oleh warga negara asing atau badan hukum asing dapat
lembaga alternatif penyelesaian sengketa. memiliki saham hingga 85% pada penyelenggara
Sejalan dengan karakteristik dan perkembangan jasa pinjam meminjam fintech yang mana dengan
di sektor jasa keuangan yang senantiasa cepat, batas maksimum total pemberian pinjaman dana
dinamis, dan penuh inovasi, maka lembaga Rp 2 Miliar (POJK Fintech pasal 6 angka 2) akan
alternatif penyelesaian sengketa di luar peradilan terbuka pilihan yang luas untuk fokus pada
memerlukan prosedur yang cepat, berbiaya plafond kredit tinggi sedangkan masyarakat perlu
murah, dengan hasil yang obyektif, relevan, dan adanya keberpihakan pada kredit yang tidak
adil. Penyelesaian sengketa melalui lembaga terlalu tinggi nilai pinjamannya sesuai dengan
alternatif penyelesaian sengketa bersifat rahasia tujuan awal fintech menjangkau kepentingan
sehingga masing-masing pihak yang bersengketa rakyat atas kebutuhan mereka mencari dana untuk
lebih nyaman dalam melakukan proses usaha pada segmen mikro.
penyelesaian sengketa, dan tidak memerlukan
waktu yang lama karena didesain dengan IV. KESIMPULAN
menghindari kelambatan prosedural dan Penerapan prinsip kehati-hatian pada produk
administratif. Selain itu, penyelesaian sengketa peer to peer lending pada aplikasi financial
melalui lembaga alternatif penyelesaian sengketa technology belum optimal yang ditunjukkan
dilakukan oleh orang-orang yang memang
memiliki keahlian sesuai dengan jenis sengketa, 37
Lihat penjelasan UU TPPU
sehingga dapat menghasilkan putusan yang 38
Sri Redjeki Hartono, Pembinaan Cita Hukum Dan
obyektif dan relevan. Penerapan Asas-asas Hukum Nasional No.2, Majalah
Hukum Nasional Edisi Khusus 50 Tahun Pembangunan
Nasional, Jakarta 1995, Hlm 132
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 27
belum diatur secara tegas perjanjian antara H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank
penerima pinjaman dengan layanan jasa pinjam Garansi, Cetakan Kesatu, Citra Aditya Bhakti,
meminjam uang berbasis teknologi informasi dan Bandung 2005
perjanjian yang asimetri antara pemberi dan Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen,
penerima pinjaman termasuk kerahasian data yang Cetakan ke l, Citra Aditya Bakti, Bandung,
disimpan penyelenggara pinjam meminjam 2006
terhadap penerima pinjaman. J.J.H. Bruggink (dalam terjemahan Arief
Regulator belum optimal dalam hal mengatur Sidharta), Refleksi Tentang Hukum, Cetakan
hubungan asimetri antara pemberi peminjam dan Kedua, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999
penerima pinjaman, besaran suku bunga Johannes Ibrahim, Bank Sebagai Lembaga
pinjaman, penjaminan kredit bermasalah, Intermediasi, Cetakan Pertama, Utomo,
kerahasian data penerima pinjaman terkait dengan Bandung, 2004
penagihan atas kredit bermasalah, track record Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan,
penerima pinjaman, pelaporan transaksi yang Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor,
mencurigakan bagi badan usaha financial Februari, 2002
technology dan status/bentuk badan usaha Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di
financial technology termasuk porsi kepemilikan Indonesia, Cetakan ke IV, Citra Adtya Bakti,
oleh pihak asing pada penyelenggara pinjam Bandung, 2003
meminjam fintech. Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian
Layanan jasa pinjam meminjam uang berbasis Hukum Dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,
teknologi informasi dapat menerapkan pengaturan Jakarta,1990
yang diterapkan oleh perbankan nasional Siswanto Sutojo, Analisa Kredit Bank Umum,
konvensional tentang prinsip kehati-hatian dan Cetakan I, Pustaka Binaman Pressindo,Jakarta,
kerahasian data penerima pinjaman secara terbatas 1995,
sesuai dengan karakteristik dan skala Sri Redjeki Hartono, Pembinaan Cita Hukum Dan
ekonomisnya. Penerapan Asas-asas Hukum Nasional, No.2,
Regulator dapat menerapkan peraturan Majalah Hukum Nasional Edisi Khusus 50
perundang-undangan bidang perbankan atau Tahun Pembangunan Nasional, Jakarta 1995
industri keuangan non Bank pada penyelenggara Syahril Sabirin, Arsitektur Perbankan Indonesia
pinjam meminjam financial technology termasuk Tatanan Baru Sistem Perbankan Nasional,
koreksi pengaturan dalam ruang lingkup Bank Indonesia, Jakarta 2003
keseimbangan perjanjian, kerahasian data, Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,
monitoring track record penerima pinjaman, Cetakan Pertama, UI-Press, Jakarta, 1981
mekanisme pelaporan transaksi yang Zuhayr Mikdashi , The Financial Sector in The
mencurigakan, bentuk badan usaha financial Era of Globalization, First Published, Palgrave
technology dan porsi kepemilikan. Macmillan, New York, 2003
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 28
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 8 No. 2 September 2018 Fontian M. Tinjauan Umum Yuridis… 29
A563460054/LT?u=fjktlaw&sid=LT&xid=833
f13ff
https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-stati
stik/fintech/Pages/Ikhtisar-Data-Keuangan-Fin
tech-(Peer-To-Peer-Lending)-Periode-Septem
ber-2018.aspx 19 April
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/info-
terkini/Documents/Pages/Master-Plan-Sektor-
Jasa-Keuangan-Indonesia-2015-2019/Master
plan-SJK-ind.pdf 19 april
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/pub
likasi/Documents/Pages/Master-plan-sektor-
jasa-keuangan-indonesia-periode-2015-2019/
MPSJKI%20OJK%20Final_Ind.pdf 19 april
Jurnal
Masri Sunusi, Aspek Hukum Perlidungan
Konsumen E-Commerce, ,Vol. 1 /
No. 2 / Juni 2013
Cita Yustisia Serfiyani , Perlindungan Hukum
Dan Penyelesaian Sengketa Bisnis Jasa PM-
TEKFIN, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 14
No. 03 - September 2017
Ross P. Buckley, “Fintech in Developing
Countries: Charting New Customer Journeys”
Jurnal : The Capco Institute Journal of
Financial Transformation, hlm. 153 (dalam
Jurnal
Master Plan Sektor Jasa Keuangan Indonesia
2015-2019
Program Studi S2 Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung