Caraa Lugas

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya. Vol. 1 No.

1 (September2016): 52-61
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/Religious
ISSN: 2528-7249 (online) 2528-7230 (print)

WUJUD KEBUDAYAAN MASYARAKAT ADAT CIKONDANG


DALAM MELESTARIKAN LINGKUNGAN
Deni Miharja
Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. A.H. Nasution 105 Cibiru, Bandung 40614, Indonesia.
E-mail: miharjadeni@yahoo.co.id
__________________________
Abstract
This study departs from the human life lived long enough in a community, where the community will create a rule or
a handle on life that can be used as a way of survival for the creation of a safe, serene and peaceful. The rule could
be religious and also can be a culture. Indigenous peoples with all its potential ability to be creative to build an
environment that is completely self-contained and is also able to preserve the nature of the damage. As a result of
the natural environment inhabited by indigenous communities today rescued from various natural disasters. This
phenomenon would be an exciting study material for study. The Society has a certain cultural values that differ from
one another. The indigenous peoples are a society that is in life comes with a quirk inherited his ancestors, either in
the form of a view of life, religious traditions and values of other cultures that sought to be maintained and
implemented in his life as a commandment of life for the benefit of their ancestors The Cikondang society known as
the Sunda ethnic and categorized as indigenous communities, because until now still cling to the traditions of his
forefathers. It stands out that of the indigenous peoples Cikondang Cikondang is the persistence of indigenous
peoples to preserve and utilize the environment to life. This can be seen, when the rainy season Cikondang region is
not exposed to landslides, even a water source can be fully utilized for agriculture, so that agricultural produce in
abundance. Likewise third dry season Cikondang indigenous peoples do not worry about the lack of water even
position in the hills of the mountains.

Keywords:
Indigenous peoples; a form of culture; environment.
__________________________

Abstrak
Penelitian ini berangkat dari kehidupan manusia yang hidup cukup lama dalam sebuah komunitas masyarakat,
dimana masyarakat tersebut akan menciptakan berbagai aturan atau pegangan hidup yang bisa dijadikan sebagai
jalan untuk terciptanya keberlangsungan hidup yang aman, tentram dan damai. Aturan itu bisa berupa agama dan
juga bisa berupa kebudayaan. Masyarakat adat dengan segala potensi yang dimilikinya mampu berkreasi untuk
membangun sebuah lingkungan yang benar-benar mandiri dan juga mampu menjaga kelestarian alam dari
kerusakan. Alhasil lingkungan alam yang didiami oleh komunitas masyarakat adat saat ini terselamatkan dari
berbagai musibah bencana alam. Fenomena ini, tentu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diteliti. Masyarakat
memiliki nilai budaya tertentu yang berbeda satu dengan yang lainnya. Masyarakat adat adalah suatu masyarakat
yang dalam kehidupannya hadir dengan kekhasan yang diwariskan nenek moyangnya, baik berupa pandangan
hidup, tradisi keagamaan dan nilai-nilai kebudayaan lainnya yang diusahakan untuk tetap dipertahankan dan
dilaksanakan dalam hidupnya sebagai titah dari leluhurnya untuk kemaslahatan hidup. Masyarakat Cikondang
dikenal sebagai etnis Sunda dan dikategorikan sebagai komunitas masyarakat adat, karena sampai saat ini masih
berpegang teguh terhadap tradisi leluhurnya. Hal menonjol yang ada pada masyarakat adat Cikondang adalah
kegigihan masyarakat adat Cikondang dalam melestarikan dan memanfaatkan lingkungan sekitarnya untuk
kehidupannya. Hal ini bisa dilihat, ketika musim hujan wilayah Cikondang tidak terkena longsor, bahkan sumber air
bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk pertanian, sehingga hasil pertanian melimpah ruah. Begitupun ketiga
musim kemarau masyarakat adat Cikondang tidak khawatir kekurangan air walaupun posisinya ada di perbukitan
pegunungan.
Kata Kunci:
Masyarakat adat; wujud kebudayaan; lingkungan hidup.
__________________________
A. PENDAHULUAN dimana mereka tinggal. Masyarakat adat
Hal yang menarik, ketika sebuah dengan segala potensi yang dimilikinya
masyarakat adat mampu bertahan hidup di mampu berkreasi untuk membangun sebuah
tengah arus modernisasi dewasa ini dengan lingkungan yang benar-benar mandiri dan juga
konsep sederhana yang dikembangkannya, mampu menjaga kelestarian alam dari
yaitu terjaganya lingkungan alam tempat gangguan manusia. Alhasil lingkungan alam
Deni Miharja Wujud Kebudayaan Masyarakat Adat Cikondang dalam
Melestarikan Lingkungan

yang didiami oleh komunitas masyarakat adat Berdasarkan hasil penelitian yang telah
saat ini terselamatkan dari berbagai musibah dilakukan, maka penelitian tentang Wujud
bencana alam. Fenomena ini, tentu menjadi Kebudayaan Masyarakat Adat Cikondang ini
bahan kajian yang menarik untuk diteliti. menarik untuk ditulis dalam bentuk jurnal.
Masyarakat adat dengan kebudayaan yang Penelitian ini sendiri dilakukan pada masyara-
dimilikinya cenderung mampu mengaplikasi- kat Adat Cikondang Desa Lamajang Kecama-
kan fungsinya dalam wujud system budaya tan Pangalengan Kabupaten Bandung. Penulis
dan juga dalam bentuk aktifitas atau tradisi dalam melakukan penelitiannya menggunakan
ritual serta wujud artefaknya yang nyata-nyata metode deskriptif kualitatif yaitu berusaha
bisa mengandung nilai bagi keberlangsungan mengungkap data secara mendalam yang ada
kehidupan masyarakat adat itu sendiri. di lokasi penelitian.
Fenomena sebuah masyarakat adat yang Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mampu menjalankan ketiga wujud kebudayaan mengungkap tentang wujud ide atau panda-
dalam melestarikan lingkungan, bisa terlihat ngan hidup masyarakat adat Cikondang dalam
pada masyarakat adat Cikondang Desa Lama- melestarikan lingkungan, untuk mengetahui
jang Kecamatan Pangalengan Kabupaten tentang wujud aktifitas/sosial masyarakat adat
Bandung. Cikondang dalam melestarikan lingkungan,
Masyarakat Cikondang dikenal sebagai untuk mengetahui tentang wujud artefak/fisik
etnis Sunda1 dan dikategorikan sebagai masyarakat adat Cikondang dalam meles-
komunitas masyarakat adat, karena sampai tarikan lingkungan.
saat ini masih berpegang teguh terhadap ajaran
leluhurnya. Selanjutnya berdasarkan data yang B. HASIL DAN PEMBAHASAN
di peroleh, masyarakat Cikondang seluruhnya 1. Masyarakat dan Keagamaan
beragama Islam. Artinya disini terjadi proses a. Pengertian Masyarakat
integrasi Islam dengan budaya Sunda dalam Masyarakat adalah kumpulan individu atau
segala aspek kehidupan. Hal menonjol yang manusia yang hidup bersama dan menciptakan
ada pada masyarakat adat Cikondang adalah kebudayaan2, baik itu berupa nilai dan norma,
kegigihan masyarakat adat Cikondang dalam adat serta tradisi lainnya yang dipahami dan
melestarikan dan memanfaatkan lingkungan kemudian dijadikan pegangan untuk tujuan
sekitarnya untuk kehidupannya. Kondisi ini hidup bersama dalam waktu yang cukup lama.
bisa dilihat, ketika musim hujan wilayah Menurut Soerjono Soekanto, masyarakat
Cikondang tidak terkena longsor, bahkan sum- adalah orang yang hidup bersama yang
ber air bisa dimanfaatkan secara maksimal menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian,
untuk pertanian, walaupun posisi kampungnya tak ada masyarakat yang tidak mempunyai
berada di perbukitan Gunung Tilu. Begitupun kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebuda-
ketiga musim kemarau masyarakat adat Cikon- yaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan
dang tidak khawatir kekurangan air walaupun pendukungnya.3
posisinya ada di perbukitan pegunungan. Hidup bersama pada masyarakat tentu
menjadi sesuatu yang diciptakan4, dalam
1
Menurut Harsojo Etnis Sunda atau suku bangsa
2
sunda secara antropologi budaya adalah orang- Jusman Iskandar,Bahan-bahan Perkuliahan Teori
orang yang secara turun temurun menggunakan Sosial Jilid I, (Bandung:Pascasarjana IAIN SGD
bahasa ibu bahasa sunda serta dialeknya dalam Bandung,2001)171.
3
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,
kehidupan sehari-hari dan berasal serta bertempat
cet. keempat (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
tinggal di daerah Jawa Barat, daerah yang sering 1990),187.
juga disebut tanah pasundan atau Tatar Sunda. 4
Yang dimaksud diciptakan disini adalah bahwa
Harsojo, “Kebudayaan Sunda” dalam manusia tidak mungkin hidup sendiri, melainkan perlu
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di orang lain sehingga dengan nalurinya manusia akan
Indonesia. Cetakan XX, (Jakarta: Djambatan, selalu mencari manusia lain untuk hidup bersama.
2004), 307. Terlebih manusia dikategorikan sebagai social animal

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 52-61 53


Deni Miharja Wujud Kebudayaan Masyarakat Adat Cikondang dalam
Melestarikan Lingkungan

upaya terjadinya keberlangsungan hidup umat Konsep awal tentang kebudayaan berasal
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang dari E.B. Tylor yang mengemukakan bahwa
diberikan keleluasaan menggali dan culture atau civilization itu adalah complex
memanfaatkan sumber daya alam. Manusia whole includes knowledge, belief, art, morals,
dengan seluruh potensinya selalu berkarya law, custom, and any other capabilities and
untuk bisa eksis dan membangun peradaban habits acquired by man as a member of
yang diinginkannya. society. Batasan tentang kebudayaan ini me-
ngemukakan aspek kebendaan dan bukan
b. Masyarakat Adat kebendaan itu sendiri atau materi dan non-
Dalam mengkaji teori masyarakat adat materi, sebagaimana Tylor kemukakan bahwa
terdapat dua istilah yang berbeda yaitu masya- kebudayaan ialah keseluruhan kompleks yang
rakat dan adat. Koentjaraningrat mendefinisi- meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
kan istilah masyarakat adalah kesatuan hidup moral, hukum dan kemampuan-kemampuan
manusia yang berinteraksi menurut suatu lainnya serta kebiasaan yang diperoleh
system adat-istiadat tertentu yang bersifat kon- manusia sebagai anggota masyarakat.8
tinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa Kebudayaan adalah alat konseptual untuk
identitas bersama.5 Istilah masyarakat ini melakukan penafsiran dan analisis9. Jadi kebe-
digunakan untuk menyebut kesatuan-kesatuan radaan kebudayaan sangatlah penting, karena
hidup manusia baik dalam tulisan ilmiah akan menunjang terhadap pembahasan menge-
maupun dalam bahasa sehari-hari.6 Koentja- nai eksistensi suatu masyarakat. Kebudayaan
raningrat menambahkan bahwa istilah masya- sebagai suatu system budaya, aktivitas dan
rakat merupakan sekumpulan manusia yang hasil karya fisik manusia yang berada dalam
saling bergaul atau berinteraksi.7 suatu masyarakat dimana kemunculannya itu
Di dalam literatur dan perundang-undangan diperoleh melalui proses belajar, baik itu
terdapat dua penyebutan istilah masyarakat formal maupun informal. Hal ini menunjukan
adat, yaitu masyarakat adat dan masyarakat bahwa kebudayaan tidak akan hadir dengan
hukum adat. Namun demikian, perbedaan sendirinya, melainkan ada karena adanya
peristilahan tersebut tidak menegasikan hak- manusia dalam komunitas sosial, sehingga
hak adat yang dimiliki masyarakat yang antara manusia, masyarakat dan kebudayaan
bersangkutan. akan saling mendukung. Manusia mencipta-
Pemahaman yang sederhana terkait masya- kan kebudayaan sebagai usaha untuk mem-
rakat adat adalah masyarakat yang dalam pertahankan hidupnya di muka bumi ini,
kehidupannya hadir dengan kekhasan yang karena dengan kebudayaan manusia akan
diwariskan nenek moyangnya, baik berupa mampu melaksanakan tugasnya di muka bumi
pandangan hidup, tradisi keagamaan dan nilai- ini sebagai khalifah. Dengan kebudayaan pula
nilai lainnya yang diusahakan untuk tetap kehidupan keagamaan manusia akan nampak,
dipertahankan dan dilaksanakan dalam dan ini menjadikan pembeda terhadap jenis
hidupnya karena sudah merupakan titah dari makhluk lainnya yang ada di muka bumi ini.
leluhurnya.

2. Kebudayaan dan Ruang Lingkupnya


a. Pengertian Kebudayaan
b. Unsur-Unsur Kebudayaan

atau binatang sosial yang kecenderungannya


8
membutuhkan teman untuk hidup bersama-sama. Judistira K. Garna, Ilmu-Ilmu Sosial, Dasar-
5 Konsep-Posisi, (Pascasarjana Unpad, Bandung, 2001),
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi,
(Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1990), 146-147. 157
6 9
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi,144. K. Garna, Ilmu-Ilmu Sosial, Dasar-Konsep-
7
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi,145. Posisi,158.

54 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 52-61


Deni Miharja Wujud Kebudayaan Masyarakat Adat Cikondang dalam
Melestarikan Lingkungan

Kebudayaan setiap masyarakat atau suku menyebutnya sebagai sistem budaya atau
bangsa terdiri atas unsur-unsur besar maupun cultural system.
unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari 2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesa- aktifitas serta tindakan berpola dari
tuan. Ada beberapa unsur yang terdapat dalam manusia dalam masyarakat. Termasuk
kebudayaan, dimana kita sebut sebagai dalam kategori ini adalah tatanan manusia
cultural universals, yang meliputi:10 dalam hidup bersosialisasi dan
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia. berkomunikasi, serta bergaul diantara
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem sesamanya. Berbeda dengan sistem budaya,
ekonomi wujud kebudayaan berpola ini sangat
3. Sistem kemasyarakatan gampang dilihat bahkan dapat
4. Bahasa (lisan dan tulisan) didokumentasikan karena ia tampak nyata
5. Kesenian dalam perilaku kehidupan masyarakat.
6. Sistem pengetahuan 3) Wujud kebudayaan sebaga benda-benda
7. Religi (system kepercayaan). hasil karya manusia. Disebut juga
Selanjutnya, ketika memahami unsur-unsur kebudayaan fisik, dan memerlukan
kebudayaan tersebut, maka kita bisa keterangan banyak. Karena meruakan
mengetahui tentang terdapatnya unsur-unsur seluruh total dari hasil fisik dan totalitas
kebudayaan yang mudah berubah dan ada pula kebudayaan. Sifatnya yang kongkrit
unsur-unsur kebudayaan yang susah berubah. membuat wujud ketiga ini lebih tampak
Adapun unsur-unsur budaya yang mudah ber- jelas, bisa dilihat, serta diraba.
ubah meliputi; seni, bahasa, teknologi.
Sedangkan unsur-unsur budaya yang sulit 3. Lingkungan Hidup
berubah meliputi: agama (sistem kepercaya- Menurut Undang-Undang RI No. 4 tahun
an), sistem sosial, dan system pengetahuan.11 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Undang-
c. Wujud Kebudayaan Undang RI No. 32 Tahun 2009, tentang Peng-
Di atas telah dijelaskan beberapa pengertian elolaan Lingkungan Hidup, dikatakan bahwa;
dari budaya secara keseluruhan, dari penger- Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang de-
tian-pengertian itulah semua pemikiran manu- ngan semua benda, daya, keadaan, dan makh-
sia mengenai kebudayaan terwujud. Koentja- luk hidup, termasuk manusia dan perilakunya
raningrat menguraikan tiga wujud dari yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelang-
kebudayaan,12 yaitu: sungan perikehidupan dan kesejahteraan
1) Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari manusia serta makhluk lain. Dalam Undang-
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, Undang RI tersebut, begitu jelas bahwa ling-
peraturan. Sifat ini sesuai dengan wujud kungan hidup adalah kesatuan manusia
dasarnya masih merupakan sesuatu yang dengan ruang kehidupannya untuk mencapai
abstrak dan tidak dapat digambarkan secara suatu kesejahteraan hidup.
nyata. Sebagian masih merupakan kerangka Menurut Otto Soemarno, lingkungan hidup
pemikiran atau wacana dalam otaknya. adalah jumlah semua benda dan kondisi yang
Kalangan para antropolog dan sosiolog ada dalam ruang yang kita tempati yang mem-
pengaruhi kehidupan kita,13 dan menurut S.J.
McNaughto dan Larry L. Wolf, lingkungan hi-
10
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, dup adalah semua faktor eksternal yang bersi-
(Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1990), 193
11
Dadang Kahmad, disampaikan pada waktu kuliah
fat biologis dan fisika yang langsung mem-
Antropologi, Pascasarjana IAIN Sunan Gunung Dajti
Bandung, 2002.
12 13
Prasetya, Prabang. Etika, Moral dan Bunuh Diri Harum M. Huasein, Lingkungan Hidup: Masalah
Lingkungan dalam Perspektif Ekologi Solusi Berbasis Pengelolaan dan Penegakan Hukumnya, (Jakarta: PT
Enviromental Insight Quotient, 32. Bumi Aksara, 1993), 6.

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 52-61 55


Deni Miharja Wujud Kebudayaan Masyarakat Adat Cikondang dalam
Melestarikan Lingkungan

pengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkem- telah berubah rupa sejak kebakaran besar
bangan, dan reproduksi manusia. tahun 1942 yang melanda kampung ini,
Menurut Emil Salim, bahwa lingkungan namun nilai-nilai tradisi itu masih diper-
hidup adalah segala benda, daya, kondisi, tahankan. Beberapa bangunan adat berupa
keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam rumah dengan konsep rumah Sunda nampak
ruang yang kita tempati dan mempunyai hal- masih berdiri kokoh dan terpelihara dengan
hal yang hidup termasuk kehidupan manu- baik. Inilah yang menjadikan identitas adat
sia.14 Menurut Soerjani dan Surna T. Djaja- disandang oleh kampung Cikondang.17
diningrat, bahwa lingkungan hidup adalah eko-
logi, serta dengan mempertimbangkan disiplin Wujud Kebudayaan dalam bentuk
lain, terutama ekonomi dan geografi.15 Ber- pandangan hidup pada masyarakat adat
dasarkan pendapat para tokoh tersebut, maka Cikondang
harus ada upaya pemahaman yang seimbang Masyarakat adat Cikondang adalah masya-
tentang prinsip dan konsep dasar, serta saling rakat Sunda, sehingga kehidupan keseha-
keterkaitan antara ekologi, ekonomi dan geo- riannya sama dengan kehidupan yang dialami
grafi untuk mewujudkan lingkungan hidup oleh masyarakat Sunda yang ada di daerah
yang harmonis dan selaras. lainnya. Dalam hal pandangan hidup (world
view), masyarakat adat Cikondang mengenal,
4. Kondisi Umum Masyarakat Adat bahkan memiliki pemahaman yang sama
Cikondang terkait nilai spirit yang terkandung dalam pan-
Secara administratif wilayah Kampung dangan hidup tersebut.
Adat Cikondang terletak di Desa Lamajang Beberapa pandangan hidup yang nampak
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. terlihat dalam masyarakat adat Cikondang,
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa misalnya kudu handap asor (harus sopan)
Sukamaju Kecamatan Cimaung, dari sebelah dalam berprilaku terhadap sesama. Kudu
Selatan berbatasan dengan Hutan Lindung someah ka semah ( harus baik terhadap tamu).
Gunung Tilu dan Desa Pulosari Kecamatan Dalam ungkapan tersebut memiliki nilai Islam
Pangalengan, dari sebalah Timur berbatasan yang begitu mendalam. Di dalam ajaran Islam
Sungai Cisangkuy Desa Cikalong dan Desa seorang manusia harus sopan dalam berprilaku
Tribhakti, sebelah Barat berbatasan dengan terhadap sesamanya serta harus selalu hormat
Desa Sukamaju dan Desa Mekarsari Keca- terhadap tamu. Ungkapan pandangan hidup
matan Pangalengan, sebelah Barat Laut Hutan tersebut masih dipegang oleh masyarakat adat
Gunung Tilu yang berbatasan dengan Pasir Cikondang saat ini.
Jambu Gambung Perkebunan Teh.16 Masyarakat adat Cikondang, begitu sopan
Cikondang adalah nama sebuah kampung di dalam kesehariannya, sehingga tidak terdengar
Lereng Gunung Tilu yang nyaman dan damai. adanya perselisihan antar warga. Ini tentu ada
Secara turun-temurun, masyarakat Kampung pemahaman yang baik terhadap pandangan
Cikondang masih teguh memegang adat hidupnya.
istiadat leluhur. Karenanya, kearifan yang Selanjutnya setiap prilaku, baik yang
diwariskan secara turun temurun, menjadikan hubungannya dengan manusia atau alam,
wilayah setempat mampu membuat alam seki- masyarakat adat Cikondang mengakar pada
tarnya lestari dan terhindar dari bencana alam konsep pandangan hidup masyarakat Sunda
(longsor, banjir bandang). Meski Cikondang pada umumnya, hal ini terungkap dalam ben-
tuk peribahasa.
14
Babalik pikir, artinya:sadar atau insyaf dari
Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2008), 27.
perbuatan yang buruk dan melakukan per-
15
Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, 30. buatan yang baik. Mun teu ngarah moal nga-
16
Daftar Isian Data Profil Desa Lamajang
17
Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, Soreang: Wawancara dengan Abah Ilin Dasyah, sesepuh
BPMPD, 2011, 2. Adat Cikondang, Cikondang, Maret 2015.

56 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 52-61


Deni Miharja Wujud Kebudayaan Masyarakat Adat Cikondang dalam
Melestarikan Lingkungan

rih, mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu aktifitas keseharaian ataupun aktifitas yang
ngoprek moal nyapek, artinya: Kalau tidak sudah terjadwal secara kontinyu yang dikemas
berusaha tak akan mungkin makan nasi, kalau dalam sebuah tradisi. Diantara tradisi tersebut
tidak bekerja takakan mungkin bisa makan, ini adalah:
sesuai dengan ajaran Islam, lebih menekankan a. Tradisi Wuku Taun
pentingnnya ikhtiar. Upacara ini berkaitan dengan upacara taun
Dihin pinasti anyar pinanggih, artinya: baru Islam yaitu tahun baru hijriah. Dipe-
nasib sudah dipastikan sejak awal, namun baru ringati setiap tanggal 15 muharam. Istilah
sekarang dialami. Kepercayaan akan adanya seleh taun, mapag taun dapat diartikan “seleh
takdir yang sudah ditetapkan sejak awal baru taun” maksudnya pergantian taun, sedang
kemudian di alami. “mapag taun” artinya menyambut atau
Mulih kajati mulang kaasal, artinya: menyongsong tahun baru. Istilah “saleh”
kembali ketempat asal, yaitu meninggal dunia. identik dengan “seren” berati serah terima
Kadang-kadang dipakai istilah mulih ka atau melepas tahun lalu dengan segala
rahmatullah atau mulia ka langgengan, yaitu kenangannya dan menyambut tahun baru agar
pulang ka rahmatullah atau pulang ka tempat lebih baik dari tahun yang sebelumnya.
yang langgeng. Konsep ini sangat Islami Upacara adat ini dilakukan secara besar-
karena menurut pandangan Islam manusia besaran, baik oleh penduduk Cikondang khu-
setelah meninggal kembali ketempat asalnya: susnya, maupun masyarakat Desa Lamajang
khadirat Allah Swt. rahmatullah, Innalillahi pada umumnya.
wa inna ilaihi roji’un b. Tradisi Ngaruat Lembur (Hajat
Mipit teu amit, ngala teu menta, artinya: Lembur)
mengambil barang atau memetik tanaman Ngaruat lembur atau hajat lembur yang
tanpa meminta tanaman terlebih dahulu biasa dilakukan masyarakat Cikondang adalah
kepada yang punya. Nilai ini sangat Islami, dalam bentuk mengadakan selametan yang
karena mengambil sesuatu tanpa izin lebih dilakukan oleh masyarakat setempat untuk
dahulu kepada yang punya sama saja mencuri. keselamatan kampung halamannya. Ngaruat
Hirup di dunya darma wawayangan, lembur adalah salah satu istiadat yang turun
artinya: hidup didunia itu seperti wayang temurun yang berkaitan dengan slametan
(yang digerakan oleh dalang). Sesuai dengan lembur. Dimana masyarakat meminta kepada
ajaran orang Islam yang menganggap manusia Allah Swt agar lingkungan yang ditempati
tak berdaya upaya melainkan dengan mendapatkan keberkahan dan keselamatan
kehendak Allah. La haula wa laa quwatta, ila hidup.
billahi aliyul adzim. c. Tradisi Ngaruat Bumi
Rejeki tara pahili, bagja teu paala-ala, Wujud kebudayaan dalam bentuk aktifitas
artinya: rizki atau takdir seseorang itu sudah di terdapat pada tradisi ngaruat bumi, ngaruat
tentukan sejak awal, sehingga takkan tertukar kandang hayam, dimana dalam tradisi tersebut
dengan takdir orang lain. Tuhanlah yang
masyarakat adat Cikondang mempersiapkan
menentukannya, maka orang harus menerima
dengan sabar apapun atau berapapun unsure segala sesuatunya, dari persiapan awal, proses
rizki yang diperolehnya. tradisi sampai setelah tradisi tersebut dilak-
sanakan. Adapun tujuan ngaruat bumi dan
Wujud Kebudayaan dalam bentuk aktifitas juga kandang hayam sebagai ungkapan rasa
pada masyarakat adat Cikondang syukur kepada Allah Swt. yang dikemas
Dalam hal wujud kebudayaan yang sifatnya dalam sebuah tradisi yang dilestarikan ma-
aktifitas kegiatan, yang terkait dengan peles-
syarakat adat Cikondang dan mereka tetap se-
tarian lingkungan dan kepedulian terhadap
lingkungan yang ada pada masyarakat adat tia melaksanakan ritual ngaruat tersebut sam-
Cikondang bisa ditemakan pada beberapa pai saat ini.

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 52-61 57


Deni Miharja Wujud Kebudayaan Masyarakat Adat Cikondang dalam
Melestarikan Lingkungan

yaitu dari kata "selamat" yang artinya


d. Tradisi Ruat Solokan terhindar dari bahaya. Jadi upacara hajat atau
Tradisi ngaruat solokan, pada prinsipnya nyelametkeun ialah ungkapan syukur kita
merupakan upaya untuk melestarikan solokan terhadap nikmat Allah Swt yang telah
sebagai saluran air yang akan mengairi sawah diberikannya serta terhindar dari segala
dan kolam serta yang lainnya, sehingga apa- bahaya yang datang dari alam atau dari
bila solokan/aliran air terjaga dengan baik, manusia lain. Hajat yang isinya asal kata dari
maka akan memberikan manfaat bagi kehi- hayat atau hidup, yang berarti hajat solokan
dupan masyarakat. Pada tradisi ruat solokan hirupna solokan ayana cai deng-deng
pun begitu nampak nilai-nilai ajaran Islam, langgeng henteu kakurangan cai.18
dimana dengan dibacakannya tawasul dan
do`a-do`a yang dikumandangkan dan juga Wujud Kebudayaan dalam bentuk artefak
ketika tujuan ngaruat solokan sebagai ung- pada masyarakat Adat Cikondang
kapan rasa syukur kepada Allah Swt. yang a. Rumah Adat
dikemas dalam sebuah tradisi yang diles- Dalam wujud kebudayaan yang berbentuk
tarikan masyarakat adat Cikondang dan mere- artefak salah satunya bisa dilihat dengan
ka tetap setia melaksanakan ritual ngaruat ter- adanya rumah adat Cikondang. Rumah adat
sebut. Cikondang merupakan ikon masyarakat adat
e. Tradisi Ruat Hajat Cikondang yang menjadi kebanggaan, karena
Wujud kebudayaan dalam bentuk aktifitas rumah adat tersebut merupakan salah satu
terdapat pada tradisi ngaruat hajat. Pada rumah yang terhidar dari kebakaran hebat
tradisi ngaruat hajat ini, tampak masyarakat yang melanda kampung Cikondang.
melakukan berbagai aktiftas, dari mulai Bila dicermati bahwa dalam pembuatan
persiapan, proses ngaruat hajat, sampai rumah adat, leluhur masyarakat adat Cikon-
selesainya ngaruat hajat tersebut. Adapun dang tidak sembarangan dalam membuat
tujuan ngaruat hajat sebagai ungkapan rasa rumah, hal ini bisa dilihat dalam pembuatan
syukur kepada Allah Swt. yang dikemas dalam rumah adat, di mana bisa dijabarkan sebagai
sebuah tradisi yang dilestarikan masyarakat berikut; ruangan dalam rumah adat ini pada
adat Cikondang dan mereka tetap setia dasarnya minim sekat dan berkesan luas.
melaksanakan ritual ngaruat hajat tersebut. Ruangan menyatu secara fungsional menjadi
f. Tradisi Upacara Pertanian satu kesatuan ruang, ruang keluarga, ruang
Pada saat bertani, para petani menyiapkan tamu, dapur dan kamar disebut bumi tengah.
seperangkat bahan-bahan untuk melang- Ruang yang disebut gowah terletak pada
sungkan upacara yang sangat sederhana, bagian belakang, berfungsi sebagai tempat
mereka menyiapkan hanjuang, jawer kotok, untuk menyimpan gentong (paniisan) beras.
daun temiang, dan daun peuteuy selong. Pada bagian depan sebelum masuk dalam
Kemudian membuat rujak tujuh rupa, bahan- rumah terdapat golodok tangga, bang barung,
bahan terdiri dari tujuh macam, asem, kelapa, pintu disebut panto.
gula, tiwu, surawung, pisang-emas, dan Dalam rumah adat ini terdapat tiang utama
pisang-ambon. Rujak ini di simpan dalam berjumlah 21 tiang dan memiliki 5 jendela
daun pisang. Ditambah seperangkat bahan sebagai simbol sholat lima waktu. Simbol
menyirih dengan dupa dan kemenyan. religi juga diterapkan pada panto (pintu) yang
g. Tradisi Upacara Hajat Paralon mana cuma terdapat satu panto dalam rumah
Hajat atau Selamatan adalah suatu tradisi adat ini sebagai simbol akan keyakinan bahwa
yang dilaksanakan dipedesaan atau Kampung tuhan itu satu. Lantai (palupuh) terbuat dari
Cikondang Desa Lamajang Kecamatan Panga- bahan rotan dan bambu yang terdiri dari
lengan Kabupaten Bandung yang sifatnya lapisan lampit, bahas dan dolos.
turun temurun ke generasi penerusnya. kata
hajat (Nyelametkeun) berasal dari dialek Sunda
18
Makalah Abah Ilin Dahsyah,4.

58 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 52-61


Deni Miharja Wujud Kebudayaan Masyarakat Adat Cikondang dalam
Melestarikan Lingkungan

Struktur rangka melintang dari bahan kayu bukan saja berfungsi sebagai penutup rumah,
yang bertugas memperkuat berdirinya dinding khususnya pada wilayah dapur, atap yang ada
(bilik) yang disebut palang dada. Palang dada memiliki perbedaan dengan atap lainnya, baik
terdapat pada setiap dinding rumah. Juga dari segi bahan maupun fungsinya. Secara
terdapat pangeret pada struktur dinding yang umum atap menggunakan bahan ijuk, namun
hanya digunakan pada sisi bagian lebar pada sisi lainnya pada bagian dapur
dinding ruangan. Pada bagian panjang ruangan menggunakan bahan bambu atau disebut
dan dinding menggunakan unsur pengikat tarahab. Penggunaan dan pemilihan bambu
lainnya yang disebut pamikul. ini tentu saja memiliki maksud dan tujuan,
Uniknya, struktur dinding ini memiki antara lain menyiasati masuknya sinar
fungsi lain dari sekedar penguat bilik, sebagai matahari untuk kebutuhan di dalam ruangan,
tempat untuk menaruh benda-benda pajangan. atau dengan kata lain untuk kebutuhan
Apabila sudah berfungsi seperti ini maka pencahayaan alami. Fungsi tarahab juga
palang dada ini disebut pamidangan. sebagai sirkulasi udara, dimana sirkulasi udara
Orientasi rumah adat ini diatur turun- kotor seperti asap dari dapur yang timbul atas
temurun harus menghadap ke arah timur, suatu kegiatan memasak dapat keluar dengan baik.
aturan adat yang melarang menghadap selain Prosesnya sangat sederhana, tarahab
ke arah timur, terlebih pada arah selatan. awalnya adalah bambu utuh dengan panjang
Menurut keyakinan penduduk, arah selatan yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan
adalah tempat para leluhur bersemayam. dibelah menjadi dua bagian. Dua bagian yang
Sehingga apabila dilanggar termasuk kategori terbelah itu di letakan menempel pada balok
pamali. Sisi lain yang berfungsi maksimal dengan posisi dikaitkan.
terdapat pada bagian atas pada ruang dalam, Masing-masing diposisikan berbeda, satu
tepat di atas ruang bumi tengah yang disebut menutup dan satunya membuka atau dengan
pagok berupa lantai pada bagian atas sebelum kata lain belahan bambu yang memiliki bagian
pelafon. cembung diposisikan menghadap ke bawah,
Pagok berbahan bambu yang berfungsi dan bambu yang memiliki sisi cekung
sebagai tempat menyimpan makanan atau diposisikan menghadap ke atas. Bambu yang
sejenisnya, lebih banyak berfungsi apabila ada posisinya menutup disebut tutup dan yang
pelaksanaan upacara adat. Di bagian lain di dalam posisi membuka disebut tadah. Susunan
atas pagok, masih di ruang bumi tengah, tadah yang saling berdampingan diikat oleh
terdapat parak yang secara tidak langsung pasak bambu yang disebut pangerong, Dengan
sebagai plafon dan berfungsi sebagai tempat begitu posisinya tidak dapat bergeser, tidak
menyimpan dan mengeringkan hasil panen ada ikatan antara tadah dan tutup.
pertanian berupa bawang. Uniknya apabila menginginkan sinar
Hasil panen dapat kering dengan matahari masuk dilakukan dengan cara pidak
memanfaatkan panas dari atap, tentunya juga atau menjolok tutup dengan dibantu kayu
didukung oleh jarak antara atap dan parak panjang sehingga terbuka dan sinar matahari
yang relatif dekat. Hal yang sama juga terdapat dapat masuk dengan leluasa. Apabila musim
pada bagian lain di atas wilayah dapur yang hujan datang, air hujan jatuh di tadah dan
disebut parak sumuk, digunakan untuk dapat mengalir dengan baik.
menyimpan alat-alat dan makanan pendukung
kegiatan di dapur. b. Hutan Keramat
Hal menarik lainnya terdapat pada bagian Warga kampung adat Cikondang terdiri
kepala atau atap bangunan, secara prinsip dari sekitar 200 kepala keluarga. Meski telah
memiliki keistimewaan yang realistis dengan menjalani hidup secara modern, namun
menyiasati lingkungan alam guna untuk selama lebih dari 300 tahun, mereka mampu
kepentingan dan kebutuhan pengguna rumah. menjaga kelestarian lingkungan, berikut
Contohnya dalam hal memanfaatkan atap yang mahluk hidup di dalamnya. Salah satu

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 52-61 59


Deni Miharja Wujud Kebudayaan Masyarakat Adat Cikondang dalam
Melestarikan Lingkungan

buktinya adalah masih tetap terjaganya areal tuk mempertahankan keberlangsungan hidup-
hutan yang oleh masyarakat setempat disebut nya dengan ragam bentuknya.
hutan keramat atau hutan larangan. Kedua, dalam wujud kebudayaan yang
Menurut sesepuh kampung Adat bersifat ide/pandangan hidup pada masya-
Cikondang, Abah Ilin Dasyah (73), hutan rakat adat Cikondang bisa dilihat salah
larangan atau hutan keramat milik kampung satunya dalam konsep pandangan hidup yang
adat adalah seluas 3 hektar dan merupakan dikenal pada masyarakat adat Cikondang,
bagian dari Gunung Tilu. Berdasarkan peta yaitu dalam ungkapan silih asih, silih asah
wilayah, Cikondang memiliki areal persawah- dan silih asuh. Ketiga, wujud kebudayaan
an seluas 4.200 meter persegi, terdiri dari dalam bentuk aktifitas bisa terlihat dalam
lahan palawija 3.500 meter persegi dan permu- tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat
kiman atau rumah adat 700 meter persegi. adat Cikondang yang sudah terjadwal secara
Sementara luas pemakaman 5 hektar. terus menerus. Dalam tradisi tersebut, terlihat
Masyarakat Cikondang taat benar bahwa keterlibatan masyarakat, baik dalam persiapan
hutan merupakan sumber kehidupan yang awal, proses pelaksanaan tradisi, sampai
tidak boleh diganggu. Karenanya, jangan manfaat dari pelaksanaan tradisi tersebut.
harap melihat ada warga di sana yang masuk Adapun beberapa tradisi yang melibatkan
hutan untuk mencari kayu bakar dengan cara aktifitas masyarakat terkait pelestarian
menebangnya. “Adapun yang diperbolehkan lingkungan hidup bisa dilihat dalam tradisi
adalah mengambil kayu-kayu yang sudah jatuh wuku taun, tradisi ngaruat hajat, tradisi
di tanah atau dari pohon-pohon yang sudah ngaruat lembur, tradisi ngaruat, tradisi ngaruat
tumbang tumbang, " kata Abah Ilin. solokan, bumi tradisi pertanian, dan tradisi
Uniknya, masyarakat dari luar komunitas hajat paralon.
adat Cikondang pun tidak berani masuk ke Keempat, wujud kebudayaan dalam bentuk
hutan tersebut. Mereka mempercayai bila artefak bisa dilihat dari adanya hutan keramat,
berlaku sembrono, mereka akan tersesat di yang menjadi simbol bagi keutuhan alam, dan
dalamnya. Pohon-pohon di hutan itu pun juga bisa dilihat dari adanya rumah adat
masih rapat. Banyak pohon yang diameternya sebagai simbol keutuhan adat masyarakat
mencapai 2 meter. Tiap lima tahun sekali, Cikondang.
untuk mengganti pohon tumbang, masyarakat
menanam pohon lain, seperti rasamala, kayu
putih, dan pinus. Sementara itu, jenis binatang DAFTAR PUSTAKA
yang ada di dalamnya antara lain kera, rusa, Amos, Neolaka. Kesadaran Lingkungan.
harimau, babi hutan, dan ular-ular besar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2008
Beatty, Andrew. Varieties of Javanese
C. SIMPULAN Religion.” Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hasil penelitian terkait wujud kebudayaan 2001.
masyarakat adat dalam melestarikan ling- Bahrudin, Supardi. Berbakti Untuk Bumi,
kungan pada masyarakat adat Cikondang Desa Bandung; Rosdakarya, 2009.
Lamajang Kecamatan Pangelangan Kabupaten Kahmad, Dadang. Metode Penelitian Agama
Bandung, diperoleh kesimpulan. Persepektif Ilmu Perbandingan Agama,
Pertama, masyarakat adat Cikondang Bandung: Pustaka Setia. 2000.
adalah sebuah masyarakat ladang yang kehi- Kahmad, Dadang. “Agama Islam dalam
dupannya tergantung pada alam. Alam dipo- Perkembangan Budaya Sunda”, dalam Cik
sisikan sebagai makro kosmos dan manusia Hasan Bisri, dkk. ( ed.) Pergumulan Islam
sebagai mikro kosmos. Dalam konteks ini dengan Kebudayaan Lokal di Tatar Sunda.
masyarakat adat Cikondang berusaha men- Bandung: Kaki Langit, 2005.
ciptakan berbagai kebudayaan sebagai alat un- Miharja, Deni. “Integrasi Islam dengan
Budaya Sunda.” Disertasi, Bandung, 2013.

60 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 52-61


Deni Miharja Wujud Kebudayaan Masyarakat Adat Cikondang dalam
Melestarikan Lingkungan

S. Ekadjati, Edi. Kebudayaan Sunda Zaman Koentjaraningrat. (Redaksi), Metode-Metode


Pajajaran, Jilid 2, Cet. II, Jakarta: Pustaka Penelitian Masyarakat, cetakan kedua,
Jaya. 2009, Jakarta: Gramedia, 1977.
Suryani, Elis. Ragam Pesona Budaya Sunda, J.Meloeng, Lexy. Metodologi Penelitian
Bandung: Ghalia Indonesia. 2010, Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya,
Suryani, Elis. Pandangan Hidup Orang Sunda 1999.
tentang Hubungan antara Manusia dengan Ramly, Nadjmuddin. Membangun Lingkungan
Lingkungan Masyarakatnya, Bandung: Hidup yang Harmonis dan Beperadaban,
Fakultas Pascasarjana Unpad. 1988. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005.
Harsojo, “Kebudayaan Sunda” dalam Setyono, Prabang. Etika, Moral dan Bunuh
Koentjaraningrat, Manusia dan Diri Lingkungan dalam Perspektif Ekologi
Kebudayaan di Indonesia. Cetakan XX, (Solusi Berbasis Enviromental Insight
Jakarta: Djambatan, 2004. Quotient), Surakarta: UNS, Press dan LPP
M.Huasein, Harum. Lingkungan Hidup: UNS, 2011.
Masalah Pengelolaan dan Penegakan Simuh. “Aspek Mistik Islam Kejawen Dalam
Hukumnya, Jakarta: PT Bumi Aksara, 1993. ‘Wirid Hidayat Jati’”, Dalam Ahmad Rifa’i
Abdullah, Irwan. dkk. (ed.). Agama dan Hasan (ed.), Warisan Intelektual Islam
Kearifan Lokal dalam Tantangan Indonesia, Bandung: Mizan, 1987.
Global,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu
K. Garna, Judistira. Ilmu-Ilmu Sosial, Dasar– Pengantar. Cet. IV, Jakarta: Raja Grafindo
Konsep-Posisi. Bandung : Pascasarjana Persada, 1990.
Unpad, 200. Sambas, Syukriadi. “Pemimpin Adat dan
Gillin, J.L. dan Gillin, J.P. dalam Soemardjan, Kosmologi Waktu, Kajian tentang
Selo. dan Soelaeman Soemardi. (editor), Kepemimpinan Adat dalam Komunikasi
Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Intra Budaya di Kampung Naga,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Tasikmalaya, Jawa Barat”,Tesis, Bandung:
1964, Magister Pascasarjana Unpad, 1998.
Iskandar, Jusman. Bahan-bahan Perkuliahan S, Nasution,1992, Metode Penelitian
Teori Sosial. Jilid I, Bandung:Pascasarjana Naturalistik kualitatif, Bandung: Tarsito.
IAIN SGD Bandung, 2001. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005,
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta;
Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 1990. Balai Pustaka.
Koentjaraningrat. Kebudayaan, Mentalitet dan Campbell, Tom. Tujuh Teori Sosial, Sketsa,
Pembangunan, Jakarta: Penerbit PT Penilaian, Perbandingan.Yogyakarta:
Gramedia, 1979. Kanisius, 1994.

Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 52-61 61

You might also like