(Manuju: Malahayati Nursing Journal, P-Issn: 2655-2728 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3 NOMOR 3 TAHUN 2021) HAL 340-352

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728

2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3 NOMOR 3 TAHUN 2021] HAL 340-352

PERBEDAAN EFEKTIFITAS FOOT MASSAGE DAN PROGRESSIVE MUSCLE


RELAXATION TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH DAN
KECEMASAN PENDERITA HIPERTENSI

Gustini1*, Djunizar Djamaludin2, Rika Yulendasari3


1,2,3
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati Bandar Lampung
E-mail Koresponden: gustinilpg@gmail.com

ABSTRACT: THE DIFFERENCE OF FOOT MASSAGE AND PROGRESSIVE MUSCLE


RELAXATION EFFECTIVENESSON REDUCTION OF BLOOD PRESSURE AND
ANXIETY OF HYPERTENSION

Background : Hypertension is persistent blood pressure with systolic pressure


above 140 mmHg and diastolic pressure above 90 mmHg. According to WHO
(World Health Organization) hypertension cases in the world has increased and
on 2025 will be about 1.5 billion people. In the working of Ogan Lima Community
Health Centre of North Lampung on 2019, hypertension placed the fifth rank with
19 hypertension people. The previous study obtained the result that most of
people with hypertension did not know about nonpharmacologic therapy to ease
hypertension such as foot massage and progressive muscle relaxation (PMR).
Method : This research is quantitative with two groups with intervention design.
The population in this research was hypertension patients in medical record of
Ogan Lima Community Health Centre with a sample of 18 respondents. Data
analysis using paired T-Test and independent T-Test.
Result : This research result showed blood pressure of systole and diastole result
before therapy was P-value 0,866 and 0,618, systole and diastole value after
therapy was p value 0,764 and 0,346, anxiety level before therapy was p value
0,567 and anxiety level after therapy was p value 0,913.
Conclusion : There was no different effectivity before therapy on reduction of
blood pressure (p value 0,866 and 0,618), there was no different effectivity after
therapy on reduction of blood pressure (p value 0,567), and there was no
different effectivity after therapy on anxiety (p value 0,913).

Keywords : Foot Massage; Progressive Muscle Relaxation; Blood Pressure;


Anxiety; Hypertension

INTISARI: PERBEDAAN EFEKTIFITAS FOOT MASSAGE DAN PROGRESSIVE MUSCLE


RELAXATION TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH DAN KECEMASAN
PENDERITA HIPERTENSI

Pendahuluan : Hipertensi adalah tekanan darah persisten dengan tekanan


sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Menurut WHO
(World Health Organization) penderita hipertensi di dunia terus bertambah dan
pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 1,5 miliar orang. Di Wilayah
Kerja Puskesmas Ogan Lima Kabupaten Lampung Utara pada tahun 2019
hipertensi menempati urutan kelima dengan jumlah penderita 819 orang. Studi
pendahuluan mendapatkan hasil bahwa banyak pasien hipertensi yang belum
mengetahui terapi nonfarmakologis untuk mengatasi hipertensi seperti foot
massage dan progressive muscle relaxation (PMR).

340
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3 NOMOR 3 TAHUN 2021] HAL 340-352

Metode :Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan two


groups with intervention design. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien
yang terdiagnosa hipertensi dalam rekam medik Puskesmas Ogan lima dengan
jumlah sampel 18 responden. Analisa data yang digunakan menggunakan uji
statistik paired T-Test dan independent T-Test.
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukan tekanan darah nilai sistole dan diastole
sebelum terapi adalah p value 0,866 dan 0,618, nilai sistole dan diastole setelah
terapi adalah p value 0,764 dan 0,346, tingkat kecemasan sebelum terapi dengan
p value 0,567, dan tingkat kecemasan setelah terapi dengan p value 0,913.
Simpulan : Tidak ada perbedaan efektifitas sebelum diberikan terapi terhadap
penurunan tekanan darah (p value 0,866 dan 0,618),Tidak ada perbedaan
efektifitas setelah diberikan terapi terhadap penurunan tekanan darah (p value
0,764 dan 0,346), Tidak ada perbedaan efektifitas sebelum diberikan terapi
terhadap tingkat kecemasan (p value 0,567), dan tidak ada perbedaan efektifitas
setelah diberikan terapi terhadap tingkat kecemasan ( p value 0,913).

Kata Kunci: Foot Massage; Progressive Muscle relaxation; Tekanan Darah;


Kecemasan; Hipertensi

PENDAHULUAN Kecemasan (ansietas/anxiety)


Hipertensi merupakan silent adalah gangguan alam perasaan
killer dimana gejala dapat (affective) yang ditandai dengan
bervariasi pada masing-masing perasaan ketakutan atau
individu dan hampir sama dengan kekhawatiran yang mendalam dan
gejala penyakit lainnya. Gejala- berkelanjutan. Di Indonesia jumlah
gejalanya itu adalah sakit yang menderita gangguan
kepala/rasa berat di tengkuk, kecemasan ini baik akut maupun
pusing (vertigo), jantung berdebar- kronik mencapai 5% dari jumlah
debar, mudah lelah, penglihatan penduduk, dengan perbandingan
kabur, telinga berdenging antara wanita dan pria sebesar 2
(tinnitus), dan mimisan (Khairani & berbanding 1 dan diperkirakan
Fadhila, 2015). antara 2 - 4% di antara penduduk di
Berdasarkan data WHO ((World suatu saat dalam kehidupannya
Health Organization) pada tahun pernah mengalami gangguan cemas
2015, penderita hipertensi di dunia (Indrajaya, 2018).
yaitu sekitar 1,13 miliar orang. Penanganan hipertensi dan
Diperkirakan pada tahun 2025, kecemasan dilakukan dengan dua
jumlah orang yang mengalami cara yaitu secara farmakologis dan
hipertensi di dunia akan terjadi nonfarmakologis.Secara terapi
peningkatan secara terus-menerus farmakologis dapat digunakan obat-
setiap tahunnya yaitu akan ada obatan antihipertensi, tetapi terapi
penderita hipertensi sejumlah 1,5 farmakologis ini dapat menimbulkan
miliar orang. Orang-orang yang efek samping berupa mual, muntah,
meninggal akibat hipertensi dan pusing, takikardi dan palpitasi yang
komplikasi diperkirakan akan terus berbahaya pada tubuh. Sedangkan
bertambah sekitar ada 9,4 juta secara nonfarmakologis banyak
orang setiap tahun. pada tahun 2013 terapi individual yang bisa
prevalensi hipertensi di Indonesia diterapkan berupa diet, olah raga,
adalah 25,8% dan pada tahun 2018 meditasi dan terapi relaksasi (Putri
jumlahnya meningkat menjadi & Amalia, 2019).
34,1% (Riskesdas, 2018).

341
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3 NOMOR 3 TAHUN 2021] HAL 340-352

Salah satu terapi non 19.063 jumlah penduduk tetapi


farmakologis yang ditawarkan untuk pada tahun 2019 mengalami
menurunkan hipertensi yaitu terapi kenaikan yang signifikan
foot massage (pijat kaki) dan dibandingkan dengan tahun 2018
Progressive Muscle Relaxation yaitu sebanyak 40% dan pada
(PMR). Foot Massage adalah triwulan 1 sampai 4 di tahun 2019
manipulasi jaringan ikat melalui penderitanya terus menerus
pukulan, gosokan atau meremas bertambah tanpa mengalami
untuk memberikan dampak pada penurunan. Selain itu juga banyak
peningkatan sirkulasi, memperbaiki penderita hipertensi yang tidak
sifat otot dan memberikan efek menkonsumsi obat antihipertensi
relaksasi. Foot Massage mampu dengan berbagai alasan dan banyak
memberikan efek relaksasi yang penderita hipertensi dan kecemasan
mendalam, mengurangi kecemasan, yang belum mengetahui manfaat
mengurangi rasa sakit, teknik relaksasi untuk menurunkan
ketidaknyamanan secara fisik, dan tekanan darah dan kecemasan
meningkatkan kualitas tidur pada (Dinas Kesehatan Lampung Utara,
seseorang. Saat kaki dipijat energi 2019).
akan diproduksi dalam tubuh dan Dari pemaparan tersebut maka
aliran darah menjadi lancar tujuan penelitian ini adalah untuk
sehingga memudahkan aliran energi mengetahui perbedaan efektifitas
dalam tubuh (Yumni & Holidah, foot massage dan progressive
2018). muscle relaxation terhadap
Progressive Muscle Relaxation penurunan tekanan darah dan
(PMR) yaitu proses yang dapat kecemasan pada penderita
melepaskan ketegangan dan hipetensi.
mengembalikan keseimbangan baik
pikiran maupun tubuh. Apabila
teknik ini dilakukan pada pasien METODOLOGI PENELITIAN
yang memiliki tekanan darah tinggi, Jenis penelitian yang digunakan
mereka akan benar-benar merasa yaitu penelitian quasi experiment.
rileks sehingga dapat membantu Desain penelitian yang digunakan
meningkatkan kualitas tidur dan yaitu two groups with intervention
mengontrol peningkatan tekanan design. Desain penelitian ini dengan
darah, karena dengan cara membagi 2 kelompok yaitu
mengendurkan otot-otot secara kelompok intervensi foot massage
sengaja akan membuat suasana hati dan kelompok progressive muscle
menjadi lebih tenang dan juga lebih relaxation. Populasi pada penelitian
santai. Relaksasi otot progresif ini adalah pasien yang terdiagnosa
dipandang cukup praktis dan hipertensi berdasarkan catatan
ekonomis dibandingkan terapi yang rekam medik Puskesmas Ogan Lima.
lain karena tidak memerlukan Sampel yaitu pasien hipertensi yang
imajinasi yang rumit, tidak ada efek juga mengalami kecemasan yang
samping, mudah dilakukan, tidak diberikan intervensi foot massage
memerlukan biaya dan bisa sebanyak 9 orang dan diberikan
membuat tubuh dan pikiran intervensi Progressive Muscle
menjadi tenang, rileks dan lebih Relaxation (PMR) sebanyak 9 orang
mudah untuk tidur (Lestari & sehingga total sampel sebanyak 18
Yuswiyanti, 2018). responden.
Angka kejadian Hipertensi di Teknik sampling yang
Puskesmas Ogan Lima pada tahun digunakan yaitu purposive sampling
2019 yaitu sebanyak 819 orang dari dengan kriteria inklusi; Bersedia

342
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3 NOMOR 3 TAHUN 2021] HAL 340-352

menjadi responden penelitian; HARS. Kelompok pertama diberikan


Responden yang terdiagnosa intervensi foot massage dan
hipertensi berdasarkan catatan kelompok kedua diberikan
rekam medis Puskesmas; Pasien intervensi progressive muscle
hipertensi dengan sistolik ≥140 relaxation selama 7 hari berturut-
mmHg dan/atau diastolik ≥90 turutdengan durasi setiap intervensi
mmHg; Pasien Hipertensi dengan 15 menit sampai 20 menit
dengan kecemasan Ringan (Skor 14- kemudian pada hari ketujuh diukur
20); Pasien Hipertensi dengan kembali tekanan darah dan
dengan kecemasan sedang (Skor 21- kecemasan untuk mengetahui
27); Responden mampu perubahan tekanan darah dan
berkomunikasi dengan baik dan tingkat kecemasan.
mengerti instruksi. Pengumpulan data dan pada
Pengumpulan data dilakukan saat melakukan intervensi foot
pada tanggal 3 Juni 2020 sampai 20 massage dan intervensi progressive
Juni 2020 di wilayah kerja muscle relaxation , dilakukan
Puskesmas Ogan Lima Kabupaten dengan tetap memperhatikan
Lampung Utara dengan cara kedua protokol kesehatan selama
kelompok pada hari pertama diukur menghadapi pandemi Covid-19
tekanan darah menggunakan antara lain; memakai masker;
Sphygmomanometer dan stetoskop menjaga jarak minimal 1,5 meter;
kemudian diukur tingkat rajin mencuci tangan dan
kecemasan menggunakan kuesioner mengunakan hand sanitiz.

HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Genetik,
Obesitas, Merokok dan Minum kopi di Wilayah Kerja Puskesmas Ogan Lima
Kabupaten Lampung Utara
n= 18
Responden
Usia (Tahun) Progressive Muscle
Foot Massage
Relaxation
Persentase Persentase
Jumlah Jumlah
(%) (%)
40-49 2 22,2 2 22,2
50-54 4 44,4 5 55,6
55-59 2 22,2 2 22,2
60-65 1 11,1 0 0,0
Total 9 100,0 9 100,0
Jenis Kelamin
Laki-laki 3 33,3 3 33,3
Perempuan 6 66,7 6 66,7
Total 9 100,0 9 100,0
Genetik Hipertensi
Ya 8 88,9 6 66,7
Tidak 1 11,1 3 33,3
Total 9 100,0 9 100,0
Obesitas
Ya 0 0 0 0
Tidak 9 100,0 9 100,0

343
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3 NOMOR 3 TAHUN 2021] HAL 340-352

Total 9 100,0 9 100,0


Merokok
Ya 4 44,4 3 33,3
Tidak 5 55,6 6 66,7
Total 9 100,0 9 100,0
Minum kopi
Ya 6 66,7 2 22,2
Tidak 3 33,3 7 77,8
Total 9 100,0 9 100,0

Dari tabel 1 diatas, dapat pada kelompok kedua sebanyak 6


dilihat jumlah responden dengan orang (66,7). Pada kelompok 1 dan
usia terbanyak pada kelompok 1 2 tidak ada responden yang
adalah pada rentang 50-54 tahun mengalami obesitas (0,0%).
sebanyak 4 responden ( 44,4%) dan Berdasarkan kebiasaan merokok
pada kelompok kedua juga pada pada kelompok 1 ada 4 orang yang
rentang 50-54 tahun sebanyak 5 merokok (44,4%) dan pada
responden (55,6%). Berdasarkan kelompok 2 ada 3 orang yang
jenis kelamin responden terbanyak merokok (33,3%). Berdasarkan
pada kelompok 1 dan 2 adalah kebiasaan minum kopi pada
perempuan dengan jumlah yang kelomok pertama ada 6 orang yang
sama yaitu 6 orang (66,7%). minum kopi (66,7%) dan pada
Responden dengan genetik kelompok 2 hanya ada 2 orang yang
hipertensi pada kelompok pertama punya kebiasaan minum kopi
sebanyak 8 respoden (88,9%) dan (22,2%).

Tabel 2
Distribusi Rata-Rata Nilai Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Terapi Foot Massage dan Progressive Muscle Relaxation di Wilayah Kerja
Puskesmas Ogan Lima Kabupaten Lampung Utara Tahun 2020
n=18
Kelompok TD Mean ± SD Min - Max
Pre test foot massage Sistole 153,33 ± 14,142 140 – 180
Diastole 101,11 ± 10,541 90 - 120
Post test foot Sistole 145,56 ± 16,667 120 – 170
massage Diastole 91,11 ± 10,541 80 - 110
Pre test progressive Sistole 154,44 ± 13,333 140 – 180
muscle relaxation Diastole 98,89 ± 7,817 90 - 110
Post test progressive Sistole 143,33 ± 14,142 120 – 170
muscle relaxation Diastole 95,56 ± 8,819 80 - 110

Berdasarkan tabel 2 terlihat keletihan atau kelelahan terus-


bahwa sebagian besar penderita menerus sepanjang hari (Majid,
gagal jantung mengalami kelelahan 2017). Kelelahan pada pasien gagal
berat sebanyak 11 responden jantung disebabkan oleh gangguan
(73,3%) dan responden yang neurohormonal yang terjadi akibat
mengalami kelelahan ringan kegagalan jantung
sebanyak 4 orang (26,7%). Hal ini mempertahankan sirkulasi
sesuai dengan teori bahwa gejala (Nugraha, Fatimah,& Kurniawan,
dari penyakit gagal jantung adalah 2017).

344
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3 NOMOR 3 TAHUN 2021] HAL 340-352

Tabel 3. Rata-Rata Nilai Tingkat Kecemasan Sebelum Dan Sesudah Diberikan


Terapi Foot Massage dan Progressive Muscle Relaxation di Wilayah Kerja
Puskesmas Ogan Lima Kabupaten Lampung Utara Tahun 2020
n= 15
Kelompok Mean ± SD Min - Max
Pre test foot massage 19,67 ± 5,099 14 - 27
Post test foot massage 15,56 ± 5,102 8 - 22
Pre test progressive muscle 18,44 ± 3,644 14 - 25
relaxation
Post test progressive muscle 15,78 ± 3,232 10 – 20
relaxation

Berdasarkan tabel 3 diketahui Hasil ini sesuai dengan penelitian


bahwa sebelum diberikan Terapi Nugraha (2017) yang menyatakan
Emotional Freedom Technique bahwa teknik relaksasi merupakan
(EFT) rata-rata tingkat kelelahan intervensi keperawatan yang
penderita gagal jantung sebesar dilakukan untuk mengatasi masalah
21,27 dengan standar deviasi 9,384. terutama akibat respon saraf
Hal ini berarti bahwa pasien gagal simpatis. Berdasarkan Nursing
jantung di Puskesmas hanura Intervension Classiication (NIC)
mengalami kelelahan berat Domain physiological ; basic, ada
sehingga mengganggu aktivitas berbagai macam upaya relaksasi
sehari-hari. Tingkat kelelahan diantaranya teknik napas dalam,
pasien gagal jantung sesudah terapi relaksasi otot progresif, diharapkan
EFT sebesar 26,40 dengan standar dapat menstimulasi saraf
deviasi 8,41. Hal ini berarti bahwa parasimpatis yang akan meredakan
rata-rata penderita gagal jantung ketegangan otot, vasodilatasi, dan
Puskesmas Hanura mengalami yang paling utama adalah dapat
penurunan tingkat kelelahan tetapi mengatasi kelelahan.
masih mengalami kelelahan berat.

Analisis Bivariat

Tabel 4. Tekanan Darah Responden yang Diberikan Terapi Foot Massage dan
Progressive Muscle Relaxation di Wilayah Kerja Puskesmas Ogan Lima
Kabupaten Lampung Utara Tahun 2020
n=18
Variabel Mean SD SE P value
Foot massage
TD sebelum 153,33/101,11 14,142/10,541 4,714/3,514 0,008/0,003
TD Setelah 145,56/91,11 16,667/10,541 5,556/3,514
Progressive musle relaxation
TD sebelum 154,44/98,89 13,333/7,817 4,444/2,606 0,013/0,041
TD Setelah 143,33/95,56 14,142/8,819 4,174/2,940
*p<0,05, paired t-test
Berdasarkan tabel 4 didapatkan bermakna terhadap penurunan
nilai t hitung untung tingkat tingkat kelelahan pasien gagal
kelelahan sebesar 11,249 dengan p- jantung sebelum dan sesudah
value sebesar 0,000 terlihat bahwa diberika terapi Emotional Freedom
p value kurang dari α (0,05). Hal ini technique (EFT).
menunjukan bahwa ada perbedaan

345
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3 NOMOR 3 TAHUN 2021] HAL 340-352

Tabel 5. Kecemasan Responden yang Diberikan Terapi Foot Massage


dan Progressive Muscle Relaxation di Wilayah Kerja Puskesmas Ogan
Lima Kabupaten Lampung Utara Tahun 2020

n = 18
Variabel Mean SD SE P value
Foot Massage
Cemas sebelum 19,67 5,099 1,700 0,003
Cemas Setelah 15,56 5,102 1,701
Progressive Muscle Relaxation
Cemas sebelum 18,44 3,644 1,215 0,019
Cemas Setelah 15,78 3,232 1,077
*p<0,05, paired t-test

Tabel 6. Perbedaan Tekanan Darah Responden yang Diberikan Terapi Foot


Massage Dan Terapi Progressive Muscle Relaxation di Wilayah Kerja
Puskesmas Ogan Lima Kabupaten Lampung Utara Tahun 2020

n = 18
Variabel Mean SD t p value 95% CI
Sistole 153,33 14,142
sebelum FM 0,171 0,866 14,846-12,623
Sistole 154,44 13,333
sebelum PMR
Diastol 101,11 10,541
sebelum FM 0,508 0,618 7,051-11,496
Diastole 98,89 7,817
sebelum PMR
Sistole 145,56 16,667
setelah FM 0,305 0,764 13,223-17,668
Sistole 143,33 14,142
setelah PMR
Diastole 91,11 10,541
setelah FM 0,970 0,346 14,156-5,267
Diastole 95,56 8,819
setelah PMR
*p<0,05, independent t-test
menunjukan bahwa ada perbedaan
Berdasarkan tabel 4 didapatkan bermakna terhadap penurunan
nilai t hitung untung tingkat tingkat kelelahan pasien gagal
kelelahan sebesar 11,249 dengan p- jantung sebelum dan sesudah
value sebesar 0,000 terlihat bahwa diberika terapi Emotional Freedom
p value kurang dari α (0,05). Hal ini technique (EFT).

346
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3 NOMOR 3 TAHUN 2021] HAL 340-352

Tabel 7. Perbedaan Tingkat Kecemasan Responden yang Diberikan Terapi


Foot Massage dan Progressive Muscle Relaxation di Wilayah Kerja
Puskesmas Ogan Lima Kabupaten Lampung Utara Tahun 2020
n = 18
Variabel Mean SD t p value 95% CI
Cemas sebelum FM 19,67
5,099
Cemas sebelum 18,44 0,585 0,567 3,206-5,651
PMR 3,644

15,56 5,102
Cemas setelah FM
-
0,913 4,490 – 4,045
Cemas setelah 15,78 3,232 0,110
PMR
*p<0,05, independent t-test
menunjukan bahwa ada perbedaan
Berdasarkan tabel 4 didapatkan bermakna terhadap penurunan
nilai t hitung untung tingkat tingkat kelelahan pasien gagal
kelelahan sebesar 11,249 dengan p- jantung sebelum dan sesudah
value sebesar 0,000 terlihat bahwa diberika terapi Emotional Freedom
p value kurang dari α (0,05). Hal ini technique (EFT).

PEMBAHASAN menjadi 26,40. Tetapi nilai 26,40


Analisa Univariat masih termasuk dalam kriteria
Berdasarkan hasil penelitian kelelahan berat. Faktor usia dan
diperoleh responden yang jenis kelamin menjadi faktor
mengalami kelelahan berat predisposisi yang dapat
sebanyak 11 orang (73,3%) . hal ini memperburuk kondisi pasien gagal
disebabkan kegagalan jantung jantung. Penderita berjenis kelamin
mempertahankan sirkulasi yang perempuan lebih banyak menderita
menyebabkan terhambatnya aliran gagal jantung dikarenakan
darah dan nutrisi jaringan sehingga perempuan mengalami penurunan
akan mengganggu perfusi jarngan kadar hormon estrogen yang
dan meningkatkan tekanan vaskuler berakibat meingkatnya kadar
perifer. . manifestasi kelelahan kolesterol LDL yang berimbas pada
adalah penurunan kapasitas fisik peningkatan kadar kolesterol
maupun psikis dalam melakukan plasma. LDL yang teroksidasi yang
aktivitas sehari-hari. Selain itu akan merusak dinding vaskuler dan
perasaan tidak berdaya merupakan akan membentuk aterosklerosis
salah satu manifestasi yang yang berujung pada hipertensi.
memperburuk pasien gagal jantung Faktor usia juga memperburuk
secara psikologis. prediksi penerita gagal jantung.
Dilihat dari rata-rata tingkat Seseorang yang berusia >40 tahun
kelelahan sebelum dan sesudah akan mengalami proses penuaan
intervensi EFT terlihat adanya yang akan berimbas pada penurunn
penurunan tingkat kelelahan. Rata- fungsi jantung.
rata sebelum intervensi sebesar Pasien usia lanjut seringkali
21,27 dan termasuk dalam kriteria mengalami polifarmaka yang
kelelahan berat. Setelah intervensi mengarah pada penurunan fungsi
EFT nilai rata-rata kelelahan pasien hati dan ginjal sehingga
gagal jantung mengalami penurunan menurunkan ketersediaan energi

347
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3 NOMOR 3 TAHUN 2021] HAL 340-352

untuk beraktifitas mengingat kedua ada pengaruh intervensi Emotional


kondisi tersebut akan memicu Freedom Technique (EFT) terhadap
respon inflamai kronis yang disertai tingkat kelelahan pasien gagal
dengan peningkatan konsentrasi jantung di Puskesmas Hanura Tahun
mediator terutama sitokin. 2020.
Peningkatan sitokin akan Hasil penelitian ini sejalan
menyebabkan kelelahan. Penelitian dengan panatalaksanaan penderita
terbaru yang dilakukan oleh gagal jantung meliputi
Banerjee pada 423 pasien yang penatalaksanaan secara non
mengalami gagal jantung farmakologis dan farmakologis,
membuktikan bahwa faktor umur keduanya dibutuhkan karena akan
berpengaruh secara signifikan (p- saling melengkapi untuk
value=0,000) sebesar 54% terhadap penatalaksanaan gagal jantung baik
kualitas hidup pasien (Akhmad, itu akut maupun kronis ditujukan
Primanda,& Istanti, 2016). untuk memperbaiki gejala dan
Menurut asumsi peneliti, prognosis, meskipun
penatalaksanaan non farmakologis penatalaksnaan secara individual
juga harus dilaksanakan pada tergantung dari etiologi serta
pasien gagal jantung. beratnya kondisi. Sehingga semakin
Penatalaksanaan farakologis antara cepat kita mengetahui penyebab
lain dengan menjelaskan kepada gagal jantung akan semakin baik
pasien mengenai penyakitnya, prognosisnya. Salah satu teknik non
pengobatan serta pertolongan yang farmakologis yang dapat dilakukan
dapat dilakukan sendiri. Perubahan dalam intervensi keperawatan
gaya hidup seperti pengaturan adalah teknik relaksasi.
nutrisi, penurunan berat badan, Menurut analisis peneliti, dapat
konsumsi alkohol serta pembatasan diartikan bahwa teknik relaksasi
asupan cairan perlu dianjurkan pada berupa Emotional Freedom
penderita terutama pada kasus Technique (EFT) berpengaruh
gagal jantung berat. Ketidaktahuan terhadap penurunan tingkat
atau ketidakmampuan pasien dan kelelahan pada pasien gagal jantung
keluarga mengenai cara perawatan di Puskesmas Hanura. Terapi EFT
di rumah juga berdampak pada merupakan mind body therapy.
masalah kesehatan atau Terapi ini menggabungkan ketukan
ketidaksiapan merawat pasien gagal ringan (tapping) pada titik-titik
jantung. Pasien gagal jantung harus meridian tubuh. Dan pada fase set-
bisa menjaga kesehatan seperti up, yang dapat diartikan sebagai
membatasi aktivitas fisik, mengatur doa. Dengan doa timbul rasa amat
pola makan serta menghindari gaya dekat yang tidak akan membuatnya
hidup yang tidak sehat seperti sedih. Nilai ibadah sangat penting
kebiasaan merokok. Jika hal dalam megurangi tekanan
tersebut dapat dilaksanakan maka emosional sehingga berpengaruh
akan mengrangi tingkat kelelahan pada proses terjadinya kelelahan.
pasien gagal jantung yang pada Motivasi dan sikap beribadah yang
akhirnya akan meningkatkan ikhlas dapat dijadikan alternatif
kualitas hidup pasien gagal jantung. sebagai psikoterapi yang dapat
menstabilkan hormon stres. Adanya
Analisa Bivariat sugsti dalam bentuk kalimat
Hasil uji statistik dengan uji afirmasi yang diucapkan oleh diri
Paired test diperoleh t hitung sendiri secara sadar, mengalir serta
untung tingkat kelelahan sebesar ikhlas dapat menetralkan pikiran
11, 249 p-value = 0,000 yang berarti negatif di dalam otak. Dengan

348
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3 NOMOR 3 TAHUN 2021] HAL 340-352

adanya sugesti positif yang jantung mengarah pada penurunan


dibarengi dengan tapping dapat skor kelelahan terlebih jika diikuti
menghilangkan psychological dengan perbaikan pada parameter
reversal pada seseorang dengan fisiologis. Teknik relaksasi dapat
penyakit gagal jantung, terutama mempengaruhi prameter fisiologis
untuk meredakan kecmasa yang seperti tekanan darah, nadi,
akan menyebabkan respon simpatis frekuensi pernapasan, suhu dan
serta menjadi salah satu faktor yang saturasi oksigen. Perbaikan kondisi
menyebabkan terjadinya kelelahan psikologis setlah EFT mengarah
berkaitan dengan perubahan pada teratasinya kelelahan pada
neurohormonal pada penderita pasien gagal jantung.
gagal jantung. Analisis peneliti berdasarkan
Menurut Nugraha, Fatimah & hasil penelitian ini menunjukkan
Kurniawan (2017) bahwa teknik bahwa rerata tingkat kelelahan
relaksasi akan menstimulasi sekresi sesudah terapi lebih rendah
endorfin di otak. Relaksasi akan dibandingkan sebelum diberikan
memicu pengeluaran hormon intervensi EFT, hal ini berarti bahwa
endorfin. Hormon tersebut terapi EFT efektif untuk
berbentuk polipeptida yang menurunkan tingkat kelelahan pada
mengandung 30 unit asam amino pasien gagal jantung. Manfaat EFT
yang mengikat reseptor opiat di pada pasien dengan gagal jantung
otak. Hormon ini bertindak seperti selain untuk mengatasi kelelahan
morphine , bahkan dikatakan 200 adalah untuk menekan kecemasan
kali lebih efektif dari morphine. yang merupakan salah satu
Endorfin mampu menimbulkan prediktor terjadinya kelelahan pada
perasaan euforia, bahagia, nyaman, pasien gagal jantung. Penurunan
menciptakan, ketenangan dan skor kecemasa akan menciptakan
memperbaiki suasana hati kenyamanan fisik dan psikologis.
seseorang hingga membuat Dengan meningkatnya kenyamanan,
seseorang rileks. Relaksasi akan maka kualitas istirahat pasin akan
memicu limbik sistem dan memicu lebih baik sehingga proses
hipotalamus untuk mensekresikan konservasi energi akan lebih
endorfin. Dalam kondisi tersebut, optimal. Manfaat berikutnya adalah
maka konsentrasi endorfin di otak penurunan beban kerja jantung
akan meningkat. pada fase after load dikarenakan
Hasil penelitian ini sejala dengan vasodilatasi pembuluh darah dan
penlitian Isworo, Anam, & Indrawati penurunan tekanan darah pada
(2019) yang menyatakan yang pasien gagal jantung setelah
menyatakan ada perbedaan yang dilakukan intervensi. Gangguan fisik
bermakna TDS sebelum dan setelah pada pasien gagal jantung yang
dilakukan terapi EFT (p<0,01), cenderung menetap terutama
tetapi tidak ada perbedaan yang gangguan pada struktur jantung
bermakna pada TDD pada kelompok yang tidak dapat diatasi dengan
intervensi (p=0,699). Pada teknik EFT. Akan tetapi, gangguan
kelompok kontrol baik TDS maupun yang sifatnya psikis dapat diatasi
TDD tidak ada perbedaan bermakna dengan EFT. Hal ini dapat
sebelum dan sesudah perlakuan dibuktikan dengan penurunan
(p=0,343), (p=0,620). Perbaikan tingkat kelelahan pada pasien gagal
kondisi psikologis pada pasien gagal jantung.

349
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3 NOMOR 3 TAHUN 2021] HAL 340-352

KESIMPULAN 4. Ada pengaruh antara


Dari penelitian yang dilakukan di pemberian terapi Emotional
Puskesmas Hanura tahun 2020, Freedom Technique terhadap
dengan judul “Pengaruh Emotional penurunan tingkat kelelahan
Freedom Technique (EFT) terhadap pasien gagal jantung di
Penurunan Tingkat Kelelahan Gagal Puskesmas Hanura Kabupaten
Jantung” dapat disimpulkan sebagai Pesawaran Tahun 2020 (p-value
berikut: =0,000).
1. Distribusi frekuensi jenis
kelamin responden perempuan Saran
sebanyak 12 responden (80%), 1. Bagi institusi pendidikan
berusia lebih dari 60 tahun keperawatan
sebanyak 9 responden (26,7%), Penelitian ini dapat
responden berpendidikan SD dijadikan salah satu literatur
sebanyak 5 orang (35,7%) dan untuk proses pembelajaran
responden yang mengalami tentang Emotional Freedom
kelelahan berat sebanyak 11 technique (EFT) dan fatique
responden (73,3%). pada pasien gagal jantung
2. Rata-rata tingkat kelelahan pada mata kuliah
pasien gagal jantung di keperawatan medikal
Puskesmas Hanura sebelum bedah.
terapi Emotional Freedom 2. Bagi pelayanan Kesehatan
Technique (EFT) sebesar 21,27 Berdasarkan penelitian
dengan standar deviasi 9.384. ini, maka teknik Emotional
3. Rata-rata tingkat kelelahan Freedom Technique (EFT)
pasien gagal jantung di dapat diaplikasikan dalam
Puskesmas Hanura sesudah kegiatan puskesmas
terapi Emotional Freedom misalnya kegiatan PROLANIS
technique (EFT) sebesar 26,40 puskesmas untuk mengatasi
dengan standar deviasi 8,441. kelelahan pada pasien gagal
jantung.

DAFTAR PUSTAKA of Evidence-based


Akhmad, A.N. (2018). Kualitas integrative medicine, 24,
Hidup Pasien Gagal 2515690x8823691.
Jantung Kongestif (GJK) Brahmantia, B., & Huriah, T. (2018).
berdasarkan Pengaruh Spiritual
Karakteristik Demografi. Emotional Freedom
Jurnal Keperawatan technique (SEFT)
Siedirman, 11 (1), 27-34. terhadap Penurunnan
Aprina, A., & Anita, A . (2017) Riset Nyeri dan Kecemasan
Keperawatan. Tidak pada Pasien Pasca Bedah
dipublikasikkan. Transurethral resection
Bach,D., Groesbeck, g., prostate (TURP) di RSUD
Stapleton,p., Sims, R., dr.Soekardjo Kota
Blickheuser, K.,& Tasikmalaya. Jurnal
Crurch,D.(2019). Clinical Kesehatan karya Husada,
EFT(emotional Freedom 6(2), 160-177
techniques) improves Clond, M. (2016). Emotional
multiple Physiological freedom techniques for
markers of Health. Jurnal anxiety: a systematic

350
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3 NOMOR 3 TAHUN 2021] HAL 340-352

review with meta- Care Management Pasien


analysis. The Jurnall of Gagal Jantung.
nervous and mental Proceeding of the
disease, 204(5), 388-395. URECOL, 496-503.
Dewanti, G . S ., & Hudiyawati, D. Latifah, L., & Ramawati, D. (20180.
(2019).Gambaran Intervensi Emotional
Aktivitas Fisik pada Freedom technique (EFT)
Pasien Gagal Jantung untuk MengurangiNyeri
(Doctoral disertation, Post Operasi Sectio
Universitas Caesaria (SC). Indonesian
Muhammadiyah Nursing Journal of
Surakarta) Education and Clinic
Djamaludin,D., Tua,R., & Deria,D. (INJEC), 1 (1), 53-60
(2018). Hubungan Self Majid, A. (2017). Asuhan
Care Terhadap Kualitas keperawatan pada Pasien
Hidup pada Klien Gagal dengan Gangguan Sistem
Jantung di Poli Jantung Kardiovaskuler.
RSUD Dr. H. Abdul Masengi, K. G., OngkowijY, J ., &
Moeloek Provinsi Wantania., F (2016).
Lampung Tahun 2017. Hubungan Hipeurisemia
Holistik Jurnal dengan kardiomegali
kkesehatan,12(3), 178- pada Pasien Gagal
188 Jantung
Fatmawati, D . (2018). Spiritual Kongestif.e.Clinic, 4 (1).
Emotional Freedom Nirmalasari, N. (2017). Deep
technique (SEFT) untuk Breathing exercises and
menurunkan Stress Pada Active Range of Motion
Pasien Hipertensi Effectively Reduce
(Dictoral dissertation, Dyspnea in Congestive
Universitas Mercu Buaana Heart Failure Patients.
Yogyakarta). Nureseline Journal, 2 (2),
Isworo, A., Anam, A.,& Indrawati, 159-165
N. (2019). Pengaruh Nugraha, B.A. (2016). Fatique pada
terapi Emotional Pasien Gagal
Freedom technique (EFT) Jantung.”Jurnal Medika
dalam Menurunkan Cendikia, 3 (01), 58-67.
Tekanan darah pada Nugraha, B.A. (2018, August).
Lansia Hipertensi. Kelelahan pada Pasien
Gaster: Jurnal Kesehatan, dengan Penyakit Kronis .
17(2), 154-166. In prosiding Seminar Bakti
Kemenkes, R.I. (2018). Hasil utama Tunas Husada (vol 1,
RISKESDAS 2018. Online No.1).
http: Nugraha, B.A., Fatimah, S.,&
//www.depkes.go.id/res Kurniawan ,T. (2017).
ources/download/infoter Pengaruh Pijat Punggung
kini/materi_rakorpop_20 terhadap Skor Kelelahan
18/Hasil%20Riskesdas,20 Pasien Gagal Jantung.
20218. Jurnal keperawatan
Kristinawati,BB.,& Khasanah, R.N. pandjjadjaran, 5 (1).
(2019). Hubungan Nugraha, B.A.,Pebrianti,S .,&
Pelaksanaan Edukasi Platini, H. (2018).
dengan KemampuanSelf Gambaran Kelelahan

351
TAHUN [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
2021 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 3 NOMOR 3 TAHUN 2021] HAL 340-352

pada Pasien Gagal Clinical Pharmacy,5(4),


Jantung. Jurnal Medika 231-237.
Cendikia, 5(01), 16-21. Susilo. M.H. (2019). Terapi Depresi
Nurarif, A.H., Kusuma H . (2015). Tekhnik Kilat melepaskan
Aplikasi Asuhan masalah dan Emosi
Keperawatan menggunakan Metode
Berdasarkan Diiagnosa Sederhana EFT
Medis & NANDA (North (Emotional Freedom
American Nursing Technique). Psikologi
Diagnosis Association) Corner. Yogyakarta.
Nic-Noc. Tennant, K. (2015). Assessment of
Pudiarifanti,N. Pramantara, I.D., & Fatique in older adults:
Ikawati,Z. (2015). Faktor- The FACIT Fatique Scale
faktor yang Mempengauhi (version 4). Suppportive
Kualitas Hidup Pasien Care in Cancer, 23 (5),
Gagal Jantung kronik. 1355-1364.
Jurnal Manajemen dan Thahir, A., Sulastri., & Almurhan, A.
Pelayanan Farmasi (2016). Emotional
(Jurnal of Management Freedom Techique.
and Pharmacy Practice), Jurnal kesehatan, 5 (1).
5 (4), 259.266. Trisnawati, N. (2018). Terapi
Rahmayanti, N. S., & Ariguntar, T. Akupressur untuk
(2017). Karakteristik Mengatasi Fatique pada
Responden dalam pasien dengan Gagal
Penggunaan Jaminan Ginjal Kronik dengan
kesehatan Pada Era BPJS Hemodialisa di Rumah
di Puskesmas Cisoka sakit islam Purwokerto
Kabupaten Tangerang (Doctoral dissertation,
Januari –Agustus 2015. Universitas
Jurnal Medicoeticolegal Muhammadiyah
dan Manajemen Rumah Purwokerto).
Sakit, 6(1), 61-65. Trisnawati, N., Pebriyani, U., &
Rofacky, H. F.,& Aini, F. (2015). Gemilang, I . (2016).
Pengaruh Terapi Spiritual Hubungan Hipertensi
Emotional Freedom dengan Kejadian Penyakit
Technique (SEFT) Gagal Jantung Kongestif
terhadap tekanan Darah di Rumah Sakit Pertamina
penderita Hipertensi. Bintang Amin provinsi
Jurnal Keperawatan Lampung. Jurnal Ilmu
Soedirman, 10(1), 41-52 kedokteran dan
Sihombing, J . P., Hakim, L., kesehatan, 3 (4)
Andayani, T . M . , & Widagdo, F., Karim, D., &
Irijanto, F. (2016). Novayellinda, R. (2015).
Validasi Kuisioner Skala Faktor-faktor yang
Kelelahan FACIT pada Berhubungan dengan
Pasien Gagal Ginjal Kejadian Rawat Inap
Kronis yang Menjalani Ulang Di Rumah Sakit
Hemodialisis Rutin. pada Pasien Chf (Doctoral
Indonesian Journal of dissertation, Riau
Universit.

352

You might also like