Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 13, No.

1, Maret 2019: 76-83

PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KEMAMPUAN REMAJA PUTERI


DALAM PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI

Surmiasih1, Noven Winarsi2, Wahidun3

1Program Studi Keperawatan, STIKes Aisyah Pringsewu Lampung. Email: surmiasih12@gmail.com


2STIKes Karya Husada Kediri, Jawa Timur.
3Sekolah Menengah Kejuruan Nurul Falah Tanggamus, Lampung

ABSTRACT: THE EFFECTIVENESS OF REPRODUCTIVE HEALTH EDUCATION AMONG FEMALE


ADOLESCENTS

Background: The World Health Organization states that poor women's reproductive health problems have
reached 33% of the total burden of diseases suffered by women in the world. In Indonesia alone 75% of women
have experienced vaginal discharge at least once in their lives. In Lampung, it was recorded that the
implementation of health promotion or health education about hygiene behavior regarding the care of
reproductive organs in adolescents was 20.29% of teenagers doing good hygiene behavior.
Purpose: Knowing of the effectiveness of reproductive health education among female adolescents
Methods: This research is a type of quantitative research with quasi experimental design, one group pretest-post
test design approach. The population is 124 female students. The sampling technique in this study uses the total
population.
Results: There was an effect of health education on the ability of female adolescents in the care of reproductive
organs, obtained p-value 0.001.
Conclusion: expected to increase knowledge about reproductive health for adolescents and how to care for
good reproductive organs so that adolescents avoid the adverse effects caused if they do not treat reproductive
organs.

Keywords : Reproductive health education, female, adolescents

Pendahuluan: World Health Organization menyatakan masalah kesehatan reproduksi perempuan yang buruk
telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang diderita para perempuan di dunia. Di Indonesia sendiri
75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya. Di Lampung tercatat pelaksaan
promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan tentang perilaku hygiene tentang perawatan organ reproduksi
pada remaja sebanyak 20,29% remaja melakukan perilaku hygiene yang baik.
Tujuan: Diketahui adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kemampuan remaja puteri dalam perawatan
organ reproduksi.
Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimental design dengan
pendekatan one group pretest-posttest. .Jumlah populasi adalah 124 siswi.Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan total population.
Hasil: Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kemampuan remaja puteri dalam perawatan organ
reproduksi, didapatkan p-value 0,001.
Simpulan: Seluruh siswa dapat menambah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan cara merawat organ
reproduksi yang baik sehingga remaja terhindar dari efek buruk yang ditimbulkan jika mereka tidak merawat
organ reproduksi.

Kata kunci : Pendidikan kesehatan, kesehatan reproduksi, remaja, puteri

PENDAHULUAN optimal tergantung pada potensi biologiknya


Masa remaja disebut juga masa adolescence (Soetjiningsih, 2007).
(tumbuh menjadi dewasa). Remaja merupakan Beberapa masalah yang terjadi pada remaja
masa transisi antara masa kanak-kanak menuju salah satunya pada kesehatan
masa dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul reproduksinya.Banyak kasus remaja yang
ciri-ciri seksual sekunder, tercapainya fertilitas, dan mengalami masalah pada organ reproduksinya
terjadi perubahan-perubahan psikologi dan seperti keputihan yang abnormal, mengalami
kognitif.Tercapainya tumbuh kembang yang infeksi menular seperti herpes, penyakit kulit

76
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 13, No.1, Maret 2019: 76-83

PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KEMAMPUAN REMAJA PUTERI DALAM PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI

lainnya dan tidak jarang ditemukan kasus remaja Provinsi Lampung mencapai 132.308 jiwa, yang
menderita carcinoma/kanker pada organ harus kita waspadai perilaku kesehatan
reproduksinya.Hal itu bisa disebabkan dari hygiene reproduksinya. Dalam Riset Kesehatan Dasar di
yang tidak baik pada organ reproduksi.Presepsi Lampung tercatat pelaksaan promosi kesehatan
yang salah atau kurang menyebabkan perilaku atau pendidikan kesehatan tentang perilaku
kesehatan yang dilakukan remaja tidak maksimal hygiene tentang perawatan organ reproduksi pada
dalam perawatan organ reproduksi remaja sebanyak 20,29% remaja melakukan
(Purwaningrum, 2017). perilaku hygiene yang baik. Remaja yang tidak
Masalah kesehatan reproduksi perempuan melakukan perawatan organ reproduksi
yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total dikarenakan dari faktor pengetahuan yang kurang
beban penyakit yang diderita para perempuan di serta tidak adanya dukungan dan informasi dari
dunia salah satunya adalah keputihan. Sekitar 75% orang tua dan tenaga kesehatan tentang
wanita didunia pasti akan mengalami keputihan pentingnya merawat organ reproduksi (Kementrian
paling tidak sekali seumur hidup dan sebanyak Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
45% wanita mengalami keputihan dua kali atau Kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai
lebih, sedangkan pada kaum wanita yang berada keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara
di Eropa angka keputihan sebesar 25% dimana 40- utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
50% akan mengalami kekambuhan. Angka kecacatan) dalam semua hal yang berkaitan
prevalensi tahun 2014, 30-60% wanita mengalami dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
candidiasis, 20%-40% bacterial vaginosis dan 5%- prosesnya (Kumalsari, 2012). Kesehatan
15% mengalami trichomoniasis (WHO, 2015). Di reproduksi sangat berkaitan dengan kebersihan
Indonesia sendiri 75% wanita pernah mengalami organ. Organ reproduksi sangat penting dipelihara
keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan kebersihannya termasuk memilih air cebok,
setengah di antaranya mengalami keputihan pembalut dan cara pemakaiannya, serta
sebanyak dua kali atau lebih. Hal ini berkaitan kekerapan menggantinya, kebersihan selama haid,
dengan cuaca yang lembab yang mempermudah serta pakaian dalam yang digunakan harus bersih.
wanita indonesia mengalami keputihan, dimana Menjaga kebersihan organ reproduksi adalah
cuaca yang lembab ini dapat mempermudah perawatan pribadi terhadap vagina yang harus
berkembangnya infeksi jamur (Maghfiroh, 2010). dilakukan setiap perempuan agar vagina tetap
Berdasarkan estimasi pusat data dan informasi bersih, normal, sehat, dan terhindar dari
di Indonesia jumlah remaja di adalah 69.857.406 kemungkinan adanya penyakit (Wulandari, 2011).
jiwa atau 18.11% dari jumlah perempuan. Menjaga kebersihan organ kewanitaan dapat
Sebanyak 43,3 juta jiwa remaja berusia 15-24 mencegah terjadinya infeksi bisa dilakukan dengan
tahun berperilaku hygiene tidak sehat, yang perawatan organ genetalia eksterna.Infeksi yang
merupakan salah satu penyebab terjadinya tidak ditangani secara tuntas dapat menyebabkan
keputihan (Kementrian Kesehatan Republik infeksi merembet ke rongga rahim, kemudian ke
Indonesia, 2015). Kejadian keputihan banyak saluran telur dan sampai ke indung telur dan
disebabkan oleh bakteri kandidosis vulvovagenitis akhirnya ke rongga panggul.Buruknya perawatan
dikarenakan banyak perempuan yang tidak organ genetalia eksterna dan kondisi yang lembab
mengetahui membersihkan vaginanya, penyebab menyebabkan masalah.Infeksi yang diakibatkan
lainnya adalah vaginitis bacterial dan trichomonas oleh hygiene yang buruk sering terjadi pada
vaginalis. Khususnya di Indonesia data yang ada wanita.Gejala seperti pruritus vulva, iritasi,
dari wanita yang mengalami keputihan sulit untuk inflamasi, gatal-gatal, rasa perih, kemerahan dapat
didapat, hal ini dapat di maklumi karena sedikit dialami wanita (Baradero, 2006). Perilaku buruk
sekali wanita yang memeriksakan masalah alat dalam menjaga kebersihan genitalia, seperti
reproduksinya Studi menunjukkan bahwa mencucinya dengan air kotor, memakai pembilas
keputihan adalah yang paling serius didiagnosa secara berlebihan, menggunakan celana dalam
pada kalangan wanita muda, sekitar 15-30% dari yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti
gejala perempuan yang mengunjungi dokter celana dalam dapat berdampak menjadi pencetus
(Bubakar & Amiruddin, 2012). timbulnya infeksi. Pengetahuan dan perilaku dalam
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) kota menjaga kebersihan genitalia eksterna merupakan
Bandar Lampung tahun 2015, jumlah remaja di faktor penting dalam kehidupan sehari-hari (Ratna,

Surmiasih1 Program Studi Keperawatan, STIKes Aisyah Pringsewu Lampung. Email: surmiasih12@gmail.com
Noven Winarsi2 STIKes Karya Husada Kediri, Jawa Timur.
Wahidun3 Sekolah Menengah Kejuruan Nurul Falah Tanggamus, Lampung

77
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 13, No.1, Maret 2019: 76-83

PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KEMAMPUAN REMAJA PUTERI DALAM PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI

2010). Perawatan organ reproduksi dapat kesemuanya lebih banyak menggunakan ilmu pasti
dilakukan dengan cara bersihkan organ (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan
genetalia,gantilah celana dalam 2-3 kali sehari, desain penelitian adalah quasi eksperimental
gunakan celana dalam yang bersih dan berbahan design atau eksperimen semu dimana desain ini
katun, cuci tangan sebelum menyentuh organ tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap
genetalia,jangan pernah menggunakan handuk randomisasi, dan saat yang sama dapat
milik orang lain, Cukurlah rambut kemaluan mengkontrol ancaman-ancaman validitas.
maksimal 40 hari sekali, dan menjaga kebersihan Pendekatan penelitian yang digunakan adalah one
diri pada organ reproduksi untuk menghindari group pretest-posttest design. Artinya setiap subjek
kemungkinan buruk seperti tertularnya penyakit penelitian akan berikan pretest kemudian dilakukan
(Anurogo, & Wulandari, 2011). perlakuan dan kembali diberikanposttest sehingga
Studi pendahuluan di SMK Nurul Falah dengan terlihat karakter subjek pada saat penelitian
wawancara kepada 10 siswi didapatkan 7 (70%) (Arikunto, 2010). Populasi Dalam penelitian ini
siswi menyatakan belum pernah mendapatkan yang dijadikan populasi adalah seluruh siswi kelas
pendidikan kesehatan tentang perawatan organ 2 dan 3 di SMK Nurul Falah dengan jumlah 124
reproduksi dan 3 (30%) siswi pernah mendapatkan siswi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
pendidikan kesehatan tentang perawatan organ ini menggunakan total populasi.
reproduksi. Kemudian dari 10 siswi 8 diantaranya Siswi di bagi menjadi 2 kelompok berdasarkan
mengatakan pernah mengalami gangguan kelasnya, diberikan infomed consent/kesediaan
reproduksi berupa keputihan dan gatal-gatal menjadi responden. Selanjutnya peneliti
dibagian vagina. Berdasarkan latar belakang memberikan pretest sebelum dilakukan pendidikan
tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang kesehatan untuk mengetahui kemampuan
“Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap siswi/remaja dalam perawatan organ reproduksi.
kemampuan remaja puteri dalam perawatan organ Setelah dilakukan pretest peneliti melakukan
reproduksi. pendidikan kesehatan tentang perawatan organ
reproduksi selama 40 menit, dengan
METODE PENELITIAN menggunakan media power point, dan lealet.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, penelitian Selanjutnya setelah pemberian materi perawatan
kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk organ reproduksi peneliti memberikan postest
menyelidiki objek yang dapat diukur dengan untuk mengetahui tingkat pemahaman dalam
angka-angka, sehingga gejala-gejala yang diteliti melakukan perawatan organ reproduksi. Lembar
dapat diteliti/diukur dengan menggunakan skala- posttest yang telah terkumpul selanjutnya dianalisa
skala, indeks-indeks atau tabel-tabel yang sesuai dengan uji yang telah ditentukan.

HASIL

Tabel 1. Kemampuan remaja sebelum diberikan pendidikan kesehatan (N=124)

Kemampuan Remaja Sebelum Frekuensi Persen(%)


Pendidikan Kesehatan
Kurang Baik 70 56.5
Baik 54 43.5
Total 124 100.0

Berdasarkan tabel 1. diatas didapatkan bahwa perawatan organ repoduksi pada remaja sebelum pendidikan
kesehatan sebesar 70 (56,5%) kurang baik dan sebesar 54 (43,5%) baik.

Surmiasih1 Program Studi Keperawatan, STIKes Aisyah Pringsewu Lampung. Email: surmiasih12@gmail.com
Noven Winarsi2 STIKes Karya Husada Kediri, Jawa Timur.
Wahidun3 Sekolah Menengah Kejuruan Nurul Falah Tanggamus, Lampung

78
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 13, No.1, Maret 2019: 76-83

PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KEMAMPUAN REMAJA PUTERI DALAM PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI

Tabel 2. Kemampuan Remaja setelah diberikan pendidikan kesehatan (N=124)

Kemampuan Remaja Frekuensi Persen


Setelah Pendidikan (%)
Kesehatan
Kurang Baik 59 47.6
Baik 65 52.4
Total 124 100.0

Berdasarkan tabel 2. diatas didapatkan bahwa perawatan organ repoduksi pada remaja setelah pendidikan
kesehatan sebesar 59 (47,6%) kurang baik dan sebesar 65 (52,4%) baik.

Tabel 3. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kemampuan remaja puteri


dalam perawatan organ reproduksi (N=124)

Kemampuan remaja Post


dalam perawatan Total p-Value
organ reproduksi Kurang Baik Baik
n % n % N %

Pre Kurang
Baik 59 47.6 11 8.9 70 56.5

Baik 0 0.00 54 43.5 54 43.5 0.001

Total 59 47.6 65 52.4 124 100.0

Berdasarkan tabel 3. diatas didapatkan bahwa perawatan organ repoduksi kurang baik. Hasil
kemampuan remaja kurang baik sebelum dan penelitian Siswati (2013) menyebutkan ada
sesudah diberikan pendidikan kesehatan sebesar pengaruh penyampaian pendidikan kesehatan
59 (47,6%) dan kemampuan remaja baik sebelum reproduksi oleh peer groub terhadap kemampuan
dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan perawatan daerah kewanitaan kepada remaja di
sebesar 54 (43,5%). Kemudian kemampuan dusun Tegalsari Sleman. Hasil penelitian
remaja kurang baik sesudah diberikan pendidikan didapatkan 54% responden memiliki kemampuan
kesehatan namun baik sebelum diberikan perawatan daerah kewanitaan kurang baik. Organ
pendidikan kesehatan sebesar 0 (0%) dan reproduksi yaitu suatu alat penting yang harus dan
kemampuan remaja baik sesudah diberikan kita rawat kesehatannya. Perawatan Organ
pendidikan kesehatan namun kurang baik sebelum Reproduksi adalah cara melakukan perawatan
diberikan pendidikan kesehatan sebesar 11 terhadap organ reproduksi dilakukan oleh semua
(8,9%). Hasil uji McNemer didapatkan p-value orang pria/wanita. Cara menjaga kesehatan organ
0,001 dapat disimpulkan ada pengaruh pendidikan reproduksi penting diketahui oleh semua orang
kesehatan terhadap kemampuan remaja puteri tidak hanya wanita namun pria pun perlu
dalam perawatan organ reproduksi. mengetahui bagaimana cara menjaga dengan baik
dan benar organ reproduksi yang dimilikinya,
PEMBAHASAN Selama ini jika ada yang menyebut organ
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa reproduksi langsung pikiran masyarakat luas
perawatan organ repoduksi pada remaja sebelum tertuju pada organ reproduksi wanita, padahal pria
pendidikan kesehatan sebesar 70 (56,5%) kurang pun memiliki organ reproduksi yang juga harus
baik dan sebesar 54 (43,5%) baik. Dapat dijaga dan dirawat.
disimpulkan bahwa sebagian besar remaja dengan

Surmiasih1 Program Studi Keperawatan, STIKes Aisyah Pringsewu Lampung. Email: surmiasih12@gmail.com
Noven Winarsi2 STIKes Karya Husada Kediri, Jawa Timur.
Wahidun3 Sekolah Menengah Kejuruan Nurul Falah Tanggamus, Lampung

79
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 13, No.1, Maret 2019: 76-83

PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KEMAMPUAN REMAJA PUTERI DALAM PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI

Menurut Pendapat Harahap (2003). Secara Penelitian Misgiyanti (2014) tentang Pengaruh
garis besar dapat faktor yang mempengaruhi penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap
kebersihan reproduksi, antara lain : faktorSosial- perilaku menjaga organ kebersiihan alat reproduksi
Ekonomi dan demografi (terutama pada usia pubertas siswi kelas VIII di SMP N 1
kemiskinan,tingkat pendidikan yang rendah dan Mirit Kabupaten Kebumen menyatakan bahwa
ketidak ketahuan tentang perkembangan seksual pendidikan kesehatan sangat diperlukan untuk
dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal menanamkan nilai-nilai kesehatan bagi seseorang.
yang terpencil). Faktor budaya dan Lingkungan Meningkatnya perilaku remaja dapat disebabkan
(misalnya, praktek tradisional yang berdampak karena bertambahnya pengetahuan remaja yang
buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan mencakup domain kognitif yang berpengaruh
banyak anak banyak rezeki, informasi tentang dalam membentuk tindakan seseorang. Cara
fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan menjaga kesehatan organ reproduksi penting
remaja karena saling berlawanan satu dengan diketahui oleh semua orang tidak hanya wanita
yang lain sebagainya). Faktor psikologis (dampak namun pria pun perlu mengetahui bagaimana cara
pada keretakkan orang tua pada remaja,depresi menjaga dengan baik dan benar organ reproduksi
karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak yang dimilikinya, Selama ini jika ada yang
berharga wanita terhadap pria yang membeli menyebut organ reproduksi langsung pikiran
kebebasan secara materi, dan lain sebagainya). masyarakat luas tertuju pada organ reproduksi
Dan faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada wanita, padahal pria pun memiliki organ reproduksi
saluran reproduksi pasca penyakit menular yang juga harus dijaga dan dirawat.Secara garis
seksual, dan lain sebagainya). besar dapat faktor yang mempengaruhi kebersihan
Baik dan buruknya perawatan organ reproduksi reproduksi, antara lain : faktor Sosial-Ekonomi dan
pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa demografi (terutama kemiskinan,tingkat pendidikan
faktor diantaranya pengetahuan, dari ketidak yang rendah dan ketidak ketahuan tentang
tahuan seseorang sangat menentukan perilaku perkembangan seksual dan proses reproduksi,
mereka. Kemudian dipengaruhi juga oleh faktor serta lokasi tempat tinggal yang terpencil). Faktor
sumber informasi dan dukungan orang tua. budaya dan Lingkungan (misalnya, praktek
Sumber informasi bisa didapatkan dari media tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan
massa atau sosialisasi, jika banyak yang belum reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak
mendapatkan sosialisasi hal tersebut dapat rezeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang
mempengaruhi perilaku mereka dalam melakukan membingungkan anak dan remaja karena saling
perawatan organ reproduksi. Dukungan orang tua berlawanan satu dengan yang lain sebagainya).
yang baik untuk menerapkan perilaku bersih dan Faktor psikologis (dampak pada keretakkan orang
sehat terutama pada organ reproduksi juga tua pada remaja,depresi karena
berpengaruh terhadap kebiasaan mereka untuk ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga
melakukan perawatan. wanita terhadap pria yang membeli kebebasan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa secara materi, dan lain sebagainya). Dan faktor
perawatan organ repoduksi pada remaja setelah biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran
pendidikan kesehatan sebesar 59 (47,6%) kurang reproduksi pasca penyakit menular seksual, dan
baik dan sebesar 65 (52,4%) baik. Dapat lain sebagainya) (Harahap, 2003).
disimpulkan bahwa sebagian besar remaja dengan Pendidikan kesehatan merupakan salah satu
perawatan organ repoduksi baik. Pendidikan sarana untuk menambahkan sumber informasi dan
kesehatan adalah proses untuk meningkatkan pengetahuan seseorang. Dari ketidaktahuan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan seseorang dengan diberikan pendidikan kesehatan
meningkatkan kesehatan. Sedang dalam mereka lebih tahu dan dapat melakukan
keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan perubahan hidup sehat berdasarkan materi yang
satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri telah diberika serta merubah perilaku dalam
untuk membantu klien baik individu, kelompok, melakukan perawatan organ reproduksi sehingga
maupun masyarakat dalam mengatasi masalah hasil penelitian sebagian besar perawatan organ
kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, reproduksi remaja dengan kategori baik.
yang didalamnya perawat berperan sebagai Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
perawat pendidik (Notoatmodjo, 2012). kemampuan remaja puteri dalam perawatan organ

Surmiasih1 Program Studi Keperawatan, STIKes Aisyah Pringsewu Lampung. Email: surmiasih12@gmail.com
Noven Winarsi2 STIKes Karya Husada Kediri, Jawa Timur.
Wahidun3 Sekolah Menengah Kejuruan Nurul Falah Tanggamus, Lampung

80
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 13, No.1, Maret 2019: 76-83

PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KEMAMPUAN REMAJA PUTERI DALAM PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI

reproduksi, berdasarkan hasil pengolahan data mengkonsumsi banyak alkohol, menjaga berat
didapatkan p-value 0,001 yang berarti ada badan ideal (Prajati, & Nawangsih, 2014).
pengaruh pendidikan kesehatanterhadap Penelitian Hasnaeni (2018). mengatakan
kemampuan remaja puteri dalam perawatan organ bahwa tingginya angka kejadian keputihan pada
reproduksi. Hasil penelitian Sulistyoningtyas,,S remaja putri. Upaya perawatan organ
(2016) dengan judul pengaruh penyuluhan reproduksi yang sudah dilakukan, para responden
kesehatan terhadap sikap remaja dalam merawat rata-rata sudah melakukan perawatan organ
organ reproduksi menunjukkan ada pengaruh reproduksi dengan baik, namun responden
penyuluhan tentang kesehatan terhadap sikap yang mengalami keputihan dapat dikarenakan
merawat organreproduksi ditinjau dari akses media perubahan hormone sebelum dan sesudah
sosial. Penyuluhan dan akses media social menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari ke
mempengaruhi peningkatan sikap pada remaja 10-16 siklus menstruasi. Berdasarkan hasil
puteri menjadi lebih baik dalam merawat organ penelitian dapat disimpulkan bahwa setelah
reproduksi. Hal ini juga didukung oleh pendapat dilakukan pendidikan kesehatan sumber informasi
Walgito (2005) yang menjelaskan beberapa faktor dan peengetahuan responden menjadi lebih baik
yang dapat mempengaruhi sikap seseorang. ditunjukan dari hasil kuesioner dengan perubahan
Sejalan dengan teori pendidikan kesehatan perilaku remaja. Pendidikan kesehatan yang
adalah proses untuk meningkatkan kemampuan dilakukan peneliti dianggap penting dan dapat
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan membuat mereka lebih mejaga kebersihan organ
kesehatan. Sedang dalam keperawatan, genetalia, melakukan perawatan dengan baik serta
pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk mengerti dampak yang akan ditimbulkan apabila
intervensi keperawatan yang mandiri untuk tidak melakukan perawatan organ reproduksi.
membantu klien baik individu, kelompok, maupun Dengan demikian agar banyak remaja mencapai
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi yang baik sebaiknya sering
kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, dilakukan penyuluhan agar menambah wawasan
yang didalamnya perawat berperan sebagai remaja dalam segala bentuk kesehatan reproduksi
perawat pendidik (Notoatmodjo, 2012).Tujuan baik perawatan organ reproduksi, masalah
utama pendidikan kesehatan adalah agar orang reproduksi dan sebagainya. Upaya yang perlu
mampu menerapkan masalah dan kebutuhan dilakukan oleh sekolah adalah dengan melakukan
mereka sendiri, mampu memahami apa yg dapat kerja sama lintas sektoral dengan tenaga
mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan kesehatan agar memberikan sosialisasi tentang
sumber daya yg ada pada mereka ditambah kesehatan reproduksi, karena remaja merupakan
dengan dukungan dari luar, dan mampu generasi penerus respoduksi di masa depan.
memutuskan kegiatan yg tepat guna untuk Sehingga dari dini remaja perlu mengerti
meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi.
masyarakat (Mubarak, 2009). Organ Reproduksi
adalah suatu alat penting yang harus dan kita SIMPULAN
rawat kesehatannya. Perawatan Organ Reproduksi didapatkan perawatan organ repoduksi pada
adalah cara melakukan perawatan terhadap organ remaja sebelum pendidikan kesehatan sebesar 70
reproduksi dilakukan oleh semua orang (56,5%) kurang baik dan sebesar 54 (43,5%) baik.
pria/wanita. Ada berbagai cara yang bisa dilakukan Kemampuan remaja puteri dalam perawatan organ
untuk menjaga kesehatan organ reproduksi reproduksi setelah diberikan pendidikan kesehatan
:memakai celana dalam dari katun, rajin mengganti didapatkan perawatan organ repoduksi pada
celana dalam, mengeringkan organ reproduksi, remaja setelah pendidikan kesehatan sebesar 59
tidak menggunakan obat pembersih wanita, rajin (47,6%) kurang baik dan sebesar 65 (52,4%) baik.
cuci tangan, mencuci tangan sehabis bab, Ada pengaruh pendidikan kesehatanterhadap
membasuh organ reproduksi dengan benar, tidak kemampuan remaja puteri dalam perawatan organ
menggaruk kemaluan, rajin mengganti pantyliner, reproduksi didapatkan p-value 0,001 (<0.05).
menjaga kebersihan organ intim saat menstruasi,
rajinlah mengganti pembalut, , rajin membersihkan SARAN
badan, hindari gula dan kafein, hindari Diharapkan hasil penelitian ini dapat
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan

Surmiasih1 Program Studi Keperawatan, STIKes Aisyah Pringsewu Lampung. Email: surmiasih12@gmail.com
Noven Winarsi2 STIKes Karya Husada Kediri, Jawa Timur.
Wahidun3 Sekolah Menengah Kejuruan Nurul Falah Tanggamus, Lampung

81
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 13, No.1, Maret 2019: 76-83

PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KEMAMPUAN REMAJA PUTERI DALAM PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI

reproduksi bagi remaja dan cara perawatan organ dijadikan data awal untuk melakukan penelitian
reproduksi yang baik agar remaja terhindar dari selanjutnya tentang pengaruh pendidikan
dampak buruk yang ditimbulkan jika tidak kesehatan tentang kesehatan reproduksi terhadap
melakukan perawatan organ reproduksi. kemampuan remaja dalam perawatan organ
Diharapkan hasil penelitian ini menjadi masukan reproduksi dengan menambahkan variabel lain
bagi SMK untuk melakukan kerja sama lintas seperti kemampuan remaja dalam melakukan
sektoral agar para siswa/i mendapatkan personal hygiene atau vulva hygiene dan
pendidikan kesehatan tentang kesehatan menggunakan metodologi penelitian yang berbeda
reproduksi dan dapat menerapkan dirumah agar seperti uji dengan menggunakan metode
terhidar dari dampak buruk akbibat kurangnya ekperimen.
perawatan organ reproduksi. Penelitian ini dapat
Misgiyanti, (2014). Pengaruh penyuluhan
DAFTAR PUSTAKA kesehatan reproduksi terhadap perilaku
menjaga organ kebersiihan alat reproduksi
Anurogo, D., & Wulandari, A. (2011). Cara jitu pada usia pubertas siswi kelas VIII di SMP N 1
mengatasi nyeri haid. Yogyakarta: CV Andi Mirit Kabupaten Kebumen tahun 2014
Offset.
Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2009). Ilmu
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitien Suatu keperawatan komunitas pengantar dan
Pendekatan Praktek, Ed. Revisi V. Jakarta: teori. Jakarta: Salemba Medika.
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian
Bubakar, A.R, & Amiruddin, M.D. (2012). Clinical Kesehatan: Rineka Cipta Jakarta.
aspects fluor albus of female and
treatment. Indonesian J Dermatol Venerol, 1(1), Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan dan
19-29. perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 45-
62.ssertation, STIKes'Aisyiyah Yogyakarta).
Harahap, J. (2003). Kesehatan
Reproduksi. Kesehatan Reproduksi. Prajati, R. N., & Nawangsih, U. H. E.
(2014). Hubungan Pengetahuan Kesehatan
Hasnaeni, H., & Din, F. (2018). Hubungan Reproduksi Remaja Putri dengan Sikap
perawatan organ reproduksi dengan kejadian Menghadapi Premenstrual Syndrome di SMP
keputihan pada mahasiswa DIII Kebidanan Mataram Kasihan Tahun 2014 (Doctoral
Tingkat 1 Kelas A Stikes Nani Hasanuddin dissertation, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta).
Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis, 12(3), 237-239. Purwaningrum, A. E. (2017). Gambaran perilaku
personal hygiene remaja putri kelas VIII dan IX
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2013). Saat Menstruasi Di Smp N 1 Gamping
Riskesdas 2013. Jakarta: Badan Litbang Kabupaten Sleman.Ratna, D. P. (2010).
Kesehatan. Pentingnya menjaga organ
kewanitaan. Jakarta: Indeks, 1-2.
Maghfiroh, K. (2010). Hubungan Pengetahuan
tentang Keputihan dengan Penanganan Siswati, S., & Isnaeni, Y. (2013). Pengaruh
Keputihan pada siswi Pondok Pesantren Darul Penyampaian Pendidikan Kesehatan
Hasanah Kali Kondang Demak 2010. D III Reproduksi Oleh Peer Group terhadap
Kebidanan: Univeritas Muhammadiyah Kemampuan Perawatan Daerah Kewanitaan
Semarang (UNIMUS). Karya Tulis Ilmiah. pada Remaja di Dusun Tegalsari Tegaltirto
Berbah Sleman (Doctoral dissertation,
STIKES'Aisyiyah Yogyakarta).

Surmiasih1 Program Studi Keperawatan, STIKes Aisyah Pringsewu Lampung. Email: surmiasih12@gmail.com
Noven Winarsi2 STIKes Karya Husada Kediri, Jawa Timur.
Wahidun3 Sekolah Menengah Kejuruan Nurul Falah Tanggamus, Lampung

82
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 13, No.1, Maret 2019: 76-83

PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KEMAMPUAN REMAJA PUTERI DALAM PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI

Soetjiningsih, P. (2007). Dr. SpA (K), IBCLC Sulistyoningtyas, S. (2016). Pengaruh Penyuluhan
(penyunting) dalam Tumbuh Kembang Remaja Tentang Kesehatan Terhadap Sikap Remaja
dan Permasalahannya. Cet. 2. Dalam Merawat Organ Reproduksi. Jurnal
www.depkes.go.id/resources/download/.../profil Keperawatan Intan Husada, 3(2), 39. Walgito,
-kesehatan-Indonesia-2015 B. (2005). Bimbingan dan konseling (Studi dan
Karir). Yogyakarta: Andi

Walgito, B. (2005). Bimbingan dan konseling (Studi


dan Karir). Yogyakarta: Andi

Surmiasih1 Program Studi Keperawatan, STIKes Aisyah Pringsewu Lampung. Email: surmiasih12@gmail.com
Noven Winarsi2 STIKes Karya Husada Kediri, Jawa Timur.
Wahidun3 Sekolah Menengah Kejuruan Nurul Falah Tanggamus, Lampung

83

You might also like