Artikel Feby

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI IKAN DENGAN

TINGKAT KECUKUPAN PROTEIN ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS KABILA BONE, KABUPATEN BONE BOLANGO

Febriani

Jurusan Kesehatan Masyarakat

Universitas Negeri Gorontalo

Gorontalo. Indonesia

Email : febrianimuhayyang@gmail.com

Abstrak

Nutritional problems that generally occur in toddlers are undernutrition, according to


WHO, undernutrition is a moderate level of nutritional deficiency caused by low intake of
energy and protein for a long time marked by body weight for age (W/U) which is at < 2 SD
to > -3SD WHO-NCHS standard table. Malnutrition is more common in children aged less
than 5 years (Khaidirmuhaj, 2009). Fish is a food that contains Omega3 which is very good for
increasing intelligence, maintaining health and increasing stamina. At the age of toddlers,
protein is needed for body growth and brain development. Fish protein content is not inferior
to protein derived from meat, milk or eggs (Apriani, 2012). Based on data from a preliminary
survey conducted at the Kabila Bone health center, there were 20 undernourished children
under five, from 2020-2021. The culture of consuming fish from the age of toddlers needs
attention, considering the diet for the family starts from eating habits since childhood. Toddlers
are a period of brain development and growth that need special attention. In fact, the growth of
brain cells is also very dependent on Omega 3, since babies in the womb to toddlers. If at that
age there is enough omega 3 available, then the child will grow with maximum intelligence
potential (Suhardjo, 1992: 259). The research method used a non-experimental research
method that was observational with a cross sectional approach, namely knowing the factors
that influence fish consumption and the level of protein adequacy of children under five in the
Work Area of the Kabila Bone Health Center, Bone Bolango Regency.
Keywords : Factor affecting, fish consumption, Protein Adequacy Level Toddler
Abstrak

Masalah gizi yang umumnya terjadi pada balita adalah Gizi Kurang, Menurut WHO Gizi
Kurang Merupakan Keadaan kurang zat gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh rendahnya
asupan energi dan protein dalam waktu cukup lama yang ditandai dengan berat badan menurut
umur (BB/U) yang berada pada <2 SD sampai >-3SD tabel baku WHO-NCHS. Gizi kurang
banyak terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun (Khaidirmuhaj, 2009). Ikan merupakan
bahan pangan yang mengandung kandungan Omega3 sangat baik untuk meningkatkan
kecerdasan, menjaga kesehatan dan meningkatkan stamina. Pada umur anak balita, protein
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak. Kandungan protein ikan
tidak kalah dengan protein yang berasal dari daging, susu atau telur (Apriani, 2012).
Berdasarkan data dari survei pendahuluan yang telah dilakukan di puskemas Kabila Bone
terdapat 20 Balita Gizi Kurang, dari tahun 2020-2021. Budaya mengkonsumsi ikan sejak usia
anak balita perlu mendapat perhatian, mengingat pola makan bagi keluarga dimulai dari
kebiasaan makan sejak masih kecil. Anak balita merupakan masa perkembangan dan
pertumbuhan otak yang perlu mendapat perhatian khusus. Bahkan, pertumbuhan sel otak juga
sangat tergantung pada Omega 3, sejak bayi dalam kandungan sampai anak balita. Jika pada
masa usia tersebut cukup tersedia omega 3 nya, maka anak tersebut akan tumbuh dengan
potensi kecerdasan maksimal (Suhardjo, 1992:259). Metode Penelitian menggunakan metode
penelitian non- eksperimental yang bersifat observasional dengan pendekatan cross sectional
yaitu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ikan dengan tingkat kecukupan
protein anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango.

Kata Kunci : Faktor yang Mempengaruhi, Konsumsi Ikan, Tingkat Kecukupan Protein
Pada Balita.

PENDAHULUAN terjamin sehingga tubuh dapat melakukan


aktivitasnya dengan baik pula. Untuk
Setiap manusia membutuhkan energi
memenuhi kebutuhan gizi, diperlukan
yang cukup untuk menjalankan
mengonsumsi makanan yang beragam dan
aktivitasnya sehari-hari. Energi tersebut
melengkapi kebutuhan gizi yang diperlukan
bisa didapatkan dari makanan yang
seperti, Karbohidrat, Lemak, Protein,
dikonsumsi. Dengan mengkonsumsi
Vitamin dan Mineral. Makanan yang
makanan yang bergizi, berimbang, beragam
bergizi yang berfungsi sebagai
dan aman kondisi fisik tubuh akan lebih
pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh rendahnya asupan energi
pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan protein dalam waktu cukup lama yang
yang rusak, sebagai metabolisme dalam ditandai dengan berat badan menurut umur
tubuh, penjaga keseimbangan cairan tubuh (BB/U) yang berada pada <2 SD sampai >-
dan pertahanan tubuh terhadap penyakit. 3SD tabel baku WHO-NCHS. Gizi kurang
banyak terjadi pada anak usia kurang dari 5
Setiap hari manusia membutuhkan
tahun (Khaidirmuhaj, 2009).
makanan yang mengandung karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral untuk Berdasarkan Riskesdas tahun 2018,
memenuhi kebutuhan gizi. Namun, menunjukkan masih tingginya prevalensi
nyatanya masih banyak masyarakat kekurangan gizi pada balita di indonesia,
indonesia yang mengkonsumsi makanan antara lain sebanyak 17,7% balita kurang
yang tidak berdasarkan pada kebutuhan gizi gizi di indonesia (BB/U), sebanyak 30,8%
sehingga terjadi berbagai macam masalah balita mengalami stunting (PB/U dan
kesehatan dari berbagai kelompok umur TB/U) dan 10,2% balita dalam kondisi
yang rentan. Salah satu masalah yang sering kurus (BB/PB atau BB/TB). Provinsi
terjadi adalah kekurangan energi protein gorontalo berdasarkan PSG tahun 2017,
pada balita. berdasarkan indeks BB/U kasus gizi buruk
sebesar 6,0%, gizi kurang sebesar 17,5%,
Berbagai macam penyebab kekurangan
gizi baik sebesar 75,9% dan gizi lebih,
energi protein yaitu pendapatan yang
0,6% (Kemenkes RI, 2018). Dari 6
rendah sehingga daya beli terhadap
kabupaten yang ada di provinsi gorontalo
makanan berprotein rendah, kemudian
kabupaten Bone Bolango merupakan
rendahnya pendidikan umum dan
pencetus gizi terbesar, yaitu 7,22% gizi
pendidikan gizi, sehingga kurang adanya
buruk, dan 19,24% gizi kurang.
pemahaman peranan zat gizi bagi balita.
Masalah ini dapat mempengaruhi tumbuh Puskesmas Kabila Bone merupakan
kembang dimana balita merupakan salah satu puskesmas yang ada di wilayah
generasi penerus dan merupakan tumpuan Kecamatan Kabila Bone dengan wilayah
bagi bangsa dan negara. kerja di desa Botubarani, Huangobotu,
Botubarani, Biluango, Modelomo,
Masalah gizi yang umumnya terjadi
Molotabu, Bintalahe, Oluhuta, dan Olele.
pada balita adalah Gizi Kurang, Menurut
Berdasarkan Hasil observasi awal di
WHO Gizi Kurang Merupakan Keadaan
Puskesmas Kabila Bone masih ditemukan
kurang zat gizi tingkat sedang yang
masalah kejadian gizi kurang pada balita
Tahun 2020-2021 ditemukan prevalensi pertumbuhan sel otak juga sangat
gizi kurang sebesar 0,20% balita yang tergantung pada Omega 3, sejak bayi dalam
mengalami gizi kurang. kandungan sampai anak balita. Jika pada
masa usia tersebut cukup tersedia omega 3
Tidak pandang status sosial, status
nya, maka anak tersebut akan tumbuh
ekonomi, budaya, ataupun lingkungan
dengan potensi kecerdasan maksimal
masalah ini masih saja terus terjadi. Seperti
(Suhardjo, 1992:259).
di daerah pesisir Kecamatan Kabila Bone
Kabupaten Bone Bolango yang Berdasarkan data Dinas Kelautan dan
notabenenya adalah daerah penghasil ikan, Perikanan Provinsi Gorontalo, konsumsi
pun mengalami gizi kurang pada balitanya. ikan di Gorontalo mencapai 63,44%
Padahal masyarakatnya sebagian besar kilogram per kapita pada tahun 2020.
bermatapencaharian sebagai nelayan, yang Angka itu melebihi target nasional sebesar
hasil tangkapan ikannya dapat dikonsumsi 56,39% kilogram per kapita.
untuk menyumbang kebutuhan protein
Berdasarkan data dari survei
pada balita.
pendahuluan yang telah dilakukan di
Ikan merupakan bahan pangan yang puskemas Kabila Bone terdapat 20 Balita
mengandung kandungan Omega3 sangat Gizi Kurang, dari tahun 2020-2021 di desa
baik untuk meningkatkan kecerdasan, modelomo terdapat 6 balita gizi kurang,
menjaga kesehatan dan meningkatkan desa botubarani 3 balita gizi kurang, desa
stamina. Pada umur anak balita, protein botutonuo 3 balita gizi kurang, desa olele 1
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan balita gizi kurang, desa oluhuta 2 balita gizi
tubuh dan perkembangan otak. Kandungan kurang, desa bintalahe 1 balita gizi kurang,
protein ikan tidak kalah dengan protein desa huangobotu 1 balita gizi kurang, desa
yang berasal dari daging, susu atau telur molotabu 3 balita gizi kurang (Laporan
(Apriani, 2012). Puskesmas Kabila Bone Tahun 2020-
2021).
Budaya mengkonsumsi ikan sejak usia
anak balita perlu mendapat perhatian, Berdasarkan hasil survei pendahuluan,
mengingat pola makan bagi keluarga sebagian besar penduduk bekerja sebagai
dimulai dari kebiasaan makan sejak masih nelayan yang pergi melaut tiga kali
kecil. Anak balita merupakan masa seminggu. Kurangnya penghasilan untuk
perkembangan dan pertumbuhan otak yang memenuhi kebutuhan sehari-hari membuat
perlu mendapat perhatian khusus. Bahkan, para nelayan menjual sebagian besar hasil
laut mereka. Keuntungan yang didapat Jenis penelitian yang digunakan
digunakan untuk membeli kebutuhan adalah metode penelitian non-
pangan sehari-harinya. Hasil survei eksperimental yang bersifat observasional
pendahuluan tersebut juga menunjukkan dengan pendekatan cross sectional yaitu
bahwa masyarakat di Kecamatan Kabila mengetahui faktor-faktor yang
Bone, Kabupaten Bone Bolango yang mempengaruhi konsumsi ikan dengan
notabene penghasil ikan, tidak tingkat kecukupan protein anak balita di
mengonsumsi ikan dengan baik. Hal ini Wilayah Kerja Puskesmas Kabila Bone,
dikarenakan status ekonomi masyarakat Kabupaten Bone Bolango. Penelitian akan
Kecamatan Kabila Bone yang masih dilakukan Di Wilayah Kerja Puskesmas
tergolong menengah ke bawah, sehingga Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango
lebih mengutamakan menjual ikan hasil Populasi dalam penelitian ini adalah
tangkapan daripada mengonsumsinya. anak balita ( 06 – 59 bulan ) Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kabila Bone, Kabupaten
Berdasarkan hal di atas, peneliti bermaksud
Bone Bolango. Pengumpulan data
untuk meneliti bagaimana Faktor-Faktor
dilakukan dengan menggunakan formulir
Yang Mempengaruhi Konsumsi Ikan
food recall dan juga dengan formulir food
Dengan Tingkat Kecukupan Protein Anak
frequency dan sebagai responden adalah
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila
ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Bone, Kabupaten Bone Bolango
Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango.
METODE PENELITIAN
Judul Penulis Metode Penelitian Populasi dan Sampel Hasil

HUBUNGAN Anggun Rusyantia Metode penelitian desain anak dibawah usia tiga tahun Terdapat 28.6% anak batita
KEBIASAAN KONSUMSI cross sectional study (batita) di Pulau Pasaran memiliki
IKAN DAN ASUPAN Jurnal Surya status gizi stunting. Terdapat
PROTEIN HEWANI Medika,Volume 4 No. 1, 28.6% anak batita di Pulau
DENGAN KEJADIAN 2018 Pasaran memiliki status gizi
STUNTIN BATITA DI stunting. Stunting
PULAU PASARAN didefinisikan sebagai nilai
KOTAMADYA BANDRA tinggi badan atau panjang
LAMPUNG badan menurut umur yang
kurang dari 2 standar deviasi
dari median standar
pertumbuhan anak
PENDIDIKAN GIZI Rachmah, dkk. Amerta Nut Metode Quasi Eksperimen metode total sampling yaitu Desa Gempol Manis terletak
GEMAR MAKAN IKAN dengan rancangan one group mengambil semua ibu di Kecamatan Sambeng,
SEBAGAI UPAYA Jurnal Penelitian IAGIKMI pre-test and post-test design. dengan balita usia 0 – 59 Kabupaten Lamongan,
PENINGKATAN & Universitas Airlangga, bulan di desa Gempolmanis, Provinsi Jawa Timur,
PENGETAHUAN IBU 2020 Kecamatan Sambeng, Indonesia. Desa ini terletak
TENTANG Kabupaten Lamongan di sebelah selatan, sekitar 35
PENCEGAHAN sebanyak 22 ibu balita. kilometer dari ibu kota
STUNTING DI DESA Kabupaten Lamongan.
GEMPOLMANIS Secara geografi , sebelah
KECAMATAN utara merupakan Kecamatan
SAMBENG KABUPATEN Sugio, sebelah Selatan yakni
LAMONGAN PROVINSI Kecamatan Kabuh dan
JAWA TIMUR Kecamatan Kudu yang
termasuk Kabupaten
Jombang, sebelah barat
yakni Kecamatan Ngimbang
dan yang terakhir sebelah
timur yakni Kecamatan
Mantup. Desa Gempol
Manis terdiri dari 5 dusun
dan memiliki 1 posyandu
umum. Berdasarkan hasil
observasi, posyandu umum
dilakukan sebanyak satu kali
dalam satu bulan dengan
kunjungan petugas gizi
berkala pada saat jadwal
posyandu dilakukan
PROMOSI GIZI Galuh Nita Prameswari Metode penelitian sampel 54 siswa Sekolah Penelitian ini telah
TERHADAP SIKAP eksperimental dengan Dasar. dilaksanakan di SD Ummul
GEMAR MAKAN IKAN Kampus Sekaran, rancangan penelitian one Quro Semarang. Subyek
PADA ANAK USIA Gunungpati, Semarang group pretest posttest design. penelitian ini adalah siswa
SEKOLAH 2018 kelas 2 dan 3 SD Ummul
Quro Semarang. Jumlah
siswa kelas 2 adalah
sebanyak 23 siswa dan kelas
3 sebanyak 31 siswa,
sehingga jumlah total siswa
yang menjadi subyek
penelitian ini adalah
sebanyak 54 siswa. Rentang
usia siswa bervariasi antara
7 sampai 9 tahun, sedangkan
jenis kelamin siswa yaitu
sebanyak 25 laki-laki
(46,3%) dan 29 perempuan
(53,7%). Sebelum
penyampaian materi promosi
gemar makan ikan,
dilakukan pre test untuk
mengetahui sikap siswa
terhadap gemar makan ikan.
Dari hasil pretest
menunjukkan bahwa 50
siswa (92,6%) menyatakan
sikap gemar makan ikan,
namun ada 4 siswa (7,4%)
yang menyatakan sikap tidak
gemar makan ikan dengan
alasan baunya amis dan
banyak durinya. Setelah
dilakukan pretest,
selanjutnya dilaksanakan
pemberian intervensi berupa
promosi gemar makan ikan
PENINGKATAN Galuh Nita Prameswari, Arif Metode Penelitian Ibu yang bersedia Pendapat atau sikap Ibu
PENGETAHUAN IBU Rahmat Kurnia, Mursid Tri eksperimental dengan menghadiri acara tentang pelatihan ini secara
MELALUI Susilo. rancangan one group pre- penyuluhan gemar ikan dan keseluruhan telah baik,
PENYULUHAN DAN posttest design pelatihan pembuatan mengingat pada 9 parameter
PELATIHAN HIGEIA JOURNAL OF makanan olahan ikan bagi sikap Ibu telah menjawab
PEMBUATAN PUBLIC HEALTH balita dari awal sampai 3,3 sampai 3,6 dari
MAKANAN OLAHAN RESEARCH AND akhir. maksimal skor 5. Hal ini
IKAN DEVELOPMENT, 2019 menunjukkan bahwa
pelatihan telah memberikan
manfaat terkait pandangan
tentang produk olahan ikan.
Ibu menjadi percaya bahwa
mengolah ikan dapat
dilakukan dengan mudah.
Semua bahan yang
diperlukan untuk mengolah
ikan pun mudah diperoleh,
harganya terjangkau, alatnya
tersedia, bahkan satu jenis
ikan dapat dibuat menjadi
berbagai macam olahan
sehingga dapat dengan
mudah untuk dipraktikkan
ibu-ibu di rumah.
PENILAIAN STATUS Ch Retnaningsih, Bayu Metode Penelitian metode anak balita pada Desa Gogik Data kosumsi energi,protein
GIZI BERDASARKAN Satria Putra, Sumardi survey dengan menggunakan Kecamatan Ungaran Barat diolah secara manual
KECUKUPAN ENERGI kuisioner Kabupaten Semarang berdasarkan hasil recall
(KALORI) DAN SERI KAJIAN ILMIAH, konsumsi yaitu deskripsi
PROTEIN PADA BALITA Volume 14, Nomor 2, makan dari makan pagi
(USIA 3 – 5 TAHUN) DI Nopember 201 sampai malam yg benar-
DESA GOGIK benar dikonsumsi 24jam
KECAMATAN yang lalu atau 1 hari
UNGARAN BARAT sebelum nya sacara 8 hari
KABUPATEN secara acak selama 1 bulan
SEMARANG dan dihitung menggunakan
Daftar Komposisi Bahan
Makanan (DKBM)
kemudian dirata-rata.
Hasilnya kemudian
dibandingkan dengan angka
kecukupan gizi (AKG) dari
Widyakarya Pangan Gizi
Nasional VI tahun 2004.
Data yang telah diolah
kemudian disajikan dalam
bentuk tabel dan diagram.
Data diolah dengan bantuan
perangkat lunak SPSS
(Statistical Package for The
Social Science) 17.0 for
Windows
PEMBAHASAN yang dianjurkan. Sejalan juga dengan
penelitian Putri (2015) yang menyatakan
Ikan merupakan salah satu bahan
bahwa terdapat hubungan jumlah ikan
makanan yang mengandung berbagai
dengan pengetahuan anak, yang artinya
macam zat gizi. Selain harga yang lebih
jumlah ikan berkontribusi dalam
murah, absorpsi protein ikan lebih tinggi
pertumbuhan dan perkembangan otak.
dibandingkan dengan produk hewani lain
seperti daging sapi dan ayam, karena KESIMPULAN
daging ikan mempunyai serat-serat protein
Kesimpulan dari penelitian ini Ikan
lebih pendek dari pada serat-serat protein
mengandung protein tinggi yang terdiri atas
daging sapi atau ayam. Jenisnya pun sangat
asam amino esensial yang tidak rusak pada
beragam dan mempunyai beberapa
waktu pemasakan. Kandungan protein pada
kelebihan, diantaranya adalah mengandung
ikan bervariasi, tergantung kandungan
omega 3 dan omega 6, dan kelengkapan
lemak dan airnya. Namun secara umum,
komposisi asam amino (Pandit, 2008).
ikan mengandung 13-20% protein. Protein
protein daging sapi atau ayam. ini dapat membantu pertumbuhan sel otak,
Jenisnya pun sangat beragam dan sehingga ikan sering disebut makanan
mempunyaPenelitian Riyandini (2014) penunjang kecerdasan. Karena serat
mengungkapkan yaitu terdapat hubungan proteinnya lebih pendek, protein pada ikan
yang signifikan antara jumlah konsumsi gampang dicerna bahkan bagi bayi
ikan dengan prestasi belajar anak SD, sekalipun. Proporsi protein konektifnya
artinya protein dari ikan yang dikonsumsi (kolagen) juga jauh lebih rendah dari hewan
memberi kontribusi yang berarti terhadap ternak, yaitu 3-5% dari total protein.
perkembangan otak yang pada akhirnya Makanya dibandingkan daging sapi, daging
mempengaruhi prestasi anak di sekolah, ikan terasa empuk dan lebih mudah hancur
maka dari itu konsumsi ikan perlu untuk saat dikunyah (Andriani dan Bambang,
ditingkatkan lagi baik dari segi jumlah dan 2012).
frekuensinya.
Ibu sebagai pengolah bahan
Hal ini sejalan dengan penelitian makanan dalam rumah tangga agar lebih
yang dilakukan oleh Meliala (2009) yang meningkatkan konsumsi protein ikan pada
menyatakan bahwa jumlah ikan juga perlu anak balitanya dengan memanfaatkan
ditingkatkan, sehingga protein ikan dapat sumber protein ikan yang ada dari hasil
berkontribusi dalam memenuhi kecukupan tangkapan nelayan karena protein ikan
memiliki manfaat yang baik terhadap Apriani, R. (2012). Pola Konsumsi Ikan
pertumbuhan dan perkembangan balita. pada Aanak Balita di Nagari
Untuk lebih meningkatkan pengetahuan TaruangTaruang Kecamatan Rao
masyarakat tentang gizi khususnya Kabupaten Pasaman.
konsumsi ikan dan kontribusinya terhadap
Astawan. (2005). Ikan Air Tawar Kaya
kebutuhan protein, diharapkan kepada
Protein dan Vitamin. Retrieved from
petugas kesehatan setempat agar
http//www.gizi.net
memberikan .penyuluhan

Hartati, Y. (2006). Faktor-faktor yang


DAFTAR PUSTAKA
Berhubungan dengan Konsumsi Ikan
Agus G.T.K. (2002). Budi Daya Gurami. dan Status Gizi Anak 1 - 2 Tahun di
Tangerang: PT Agro Media Pustaka. Kecamatan Gandus Kota Palembang.

Ambo, D. (2016). Preferensi Makanan dan Indriana, S. (2005). Hubungan Pendapatan,


Daya Ramban Ikan Baronang, siganus Pengetahuan Gizi Ibu dengan
canaliculatus pada Berbagai Jenis Ketersediaan Ikan Tingkat Rumah
lamun. Retrieved from Tangga Daerah Perkotaan., 1(1).
htp://repository.unhas.ac.id/ Retrieved from
jakarta.http://www.depkes.go.id/
Anindita, P. (2012). Hubungan Tingkat
Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga, Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi
Kecukupan Protein & Zinc dengan Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Stuntin (Pendek) pada Balita Usia 6- Asdi Mahasatya.
35 Bulan di Kecamatan Tembalang
Sediaoetama A.D. (1985). Ilmu Gizi. (P. D.
Kota Semarang, 1(2), 617–626.
Rakyat, Ed.). Jakarta.
Retrieved from
http://ejournals1.undip.ac.id/index.ph
Suhartini dan Hidayat. (2005). Olahan Ikan
p/jkm
Segar. (P. T. A. Sarana, Ed.).
Surabaya.
Andriani, M. dan B. (2012). Pengantar Gizi
Masyarakat. Jakarta: Kencana
Sumedi. (2005). Hasil Melimpah Konsumsi
Prenada Media Group.
Ikan Rendah. Retrieved from
http://www.kompas.com
Sunarti, D. (n.d.). Mutu Ikan Tongkol Gu Kabupaten Buton Provinsi
(Euthynnus Affinis C.) di kabupaten Sulawesi Tenggara.
Gunungkidul dan Sleman Daerah
Waysima, ujung Sumarwan, Ali Khomsan
Istimewa Yogyakarta. Retrieved from
dan Fransiska R, Z. (2010). Sikap
http://e-journal.uajy.ac.id/
Afektif Ibu Terhadap Ikan Laut Nyata
Yulius, D. (2013). Komposisi Jenis dan Meningkatkan Apresiasi Anak
Ukuran Ikan Layang (Decapterus spp) Mengkonsumsi Ikan Laut. Jurnal Gizi
di Perairan Teluk Lombe Kecamatan Dan Pangan, 197–204

You might also like