Korelasi Genotipik Dan Fenotipik Serta Pendugaan Parameter Genetik Percabangan Malai Padi

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Korelasi Genotipik dan Fenotipik serta Pendugaan

Parameter Genetik Percabangan Malai Padi


Halaman 80-88

KORELASI GENOTIPIK DAN FENOTIPIK SERTA PENDUGAAN


PARAMETER GENETIK PERCABANGAN MALAI PADI

Tri Hastini1, Willy Bayuardi Suwarno2, Munif Ghulamahdi2, Hajrial Aswidinnoor2*


1
Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman
Institut Pertanian Bogor, Jl. Meranti Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telp/fax:
0251-8629353
2
Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor, Jl. Meranti
Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telp/fax: 0251-8629353
*Penulis untuk Korespondensi: hajrial@gmail.com

ABSTRACT

Panicle rice branching traits define the number of grains produced by the single
panicle. This research aimed to estimate genotypic and phenotypic correlations
among panicle rice branching traits and its genetic parameters. The trial was
conducted on December 2015 until May 2016 at the experimental farm of Bogor
Agricultural University at Sawah Baru, Dramaga, Bogor. Material used were 19
advanced generation lines and one variety. The trial arranged by completely
randomized design with three replications. Locally agronomic practices were
done in this trial. The traits observed were panicle lenght (PM), number of grains
panicle-1 (JGT), number of primary branches (JCP), number of secondary
branches (JCS), primary branches lenght (PCP), secondary branches lenght
(PCS), number of grains primary branches -1 (JGCP), number of grains secondary
branches-1 (JGCS), total of primary branches lenght (TPCP), and total of
secondary branches lenght (TPCS). Data were analyzed by varians and covarians
analysis. Varians analysis gave the information that genotype IPB175-F-6-1-1
showed the best result at all traits. The TPCS trait showed the highest genotypic
and phenotypic coefficient of variation 18.896 and 21.732 respectively. The PM
trait had the highest broad sense heritability (0.91). Negative genotypic
coefficient correlation only found on JCP vs JGCS, while negative phenotypic
coefficient correlation only found on JCP vs JGCS and PCS vs JCP. The TPCS trait
could be suggested as selection criteria because of the broad of genotypic
coefficient variations, the highly enough heritability (0.76) and showed the
significant and highly significant genotypic and phenotypic coefficient correlations
with others.
Keywords: panicle branching, primary branches, secondary branches

ABSTRAK

Karakter percabangan malai padi menentukan jumlah gabah yang dihasilkan dari
setiap malai. Penelitian ini bertujuan untuk menduga korelasi genotipik dan
fenotipik antar karakter percabangan malai padi serta parameter genetiknya.
Percobaan dilaksanakan pada Desember 2015 sampai dengan Mei 2016 di Kebun
Percobaan IPB Sawah Baru, Dramaga Bogor. Materi genetik yang digunakan
adalah 19 galur generasi lanjut dan satu varietas. Percobaan disusun dengan
rancangan kelompok lengkap teracak dengan tiga ulangan. Teknis budidaya
dilakukan sesuai petunjuk teknis spesifik lokasi. Pengamatan dilakukan terhadap

80 Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017


Bogor, 3 Oktober 2017
Korelasi Genotipik dan Fenotipik serta Pendugaan
Parameter Genetik Percabangan Malai Padi
Halaman 80-88

karakter percabangan malai yaitu panjang malai (PM), jumlah gabah total malai -1
(JGT), jumlah cabang primer (JCP), jumlah cabang sekunder (JCS), panjang
cabang primer (PCP), panjang cabang sekunder (PCS), jumlah gabah cabang
primer-1 (JGCP), jumlah gabah cabang sekunder-1 (JGCS), total panjang cabang
primer (TPCP), dan total panjang cabang sekunder (TPCS). Data dianalisis
menggunakan analisis ragam dan peragam. Hasil analisis ragam memberikan
informasi bahwa genotipe IPB175-F-6-1-1 menunjukkan hasil terbaik pada semua
karakter. Karakter TPCS menunjukkan koefisien keragaman genotipik dan
fenotipik tertinggi berturut-turut 18.896 dan 21.732. Heritabilitas arti luas
tertinggi terdapat pada karakter PM (0.91). Koefisien korelasi genotipik yang
negatif hanya terdapat pada karakter JCP vs JGCS sedangkan koefisien korelasi
fenotipik negatif hanya ditunjukkan oleh JCP vs JGCS dan PCS vs JCP. Karakter
TPCS dapat disarankan sebagai kriteria seleksi karena mempunyai koefisien
keragaman genotipik yang luas, heritabilitas cukup tinggi (0.76) serta
menunjukkan nilai koefisien korelasi genotipik dan fenotipik yang positif nyata
dan sangat nyata dengan karakter percabangan malai yang lain.
Kata kunci: cabang primer, cabang sekunder, percabangan malai

PENDAHULUAN

Karakter percabangan malai padi sangat menentukan jumlah gabah yang


dihasilkan dari setiap malai. Keragaman karakter percabangan malai padi sangat
ditentukan oleh genotipe selain juga dipengaruhi oleh lingkungan. Perkembangan
percabangan malai mempunyai pola yang khusus yang ditentukan secara genetik
(Komatsu et al., 2001). Wu et al. (2015) melaporkan bahwa over-ekspresi dari
OsDof12 mengambil peran dalam pembentukan arsitektur tanaman padi
termasuk percabangan malai. Over-ekspresi dari OsDof12 menyebabkan ukuran
malai menjadi lebih kecil disebabkan berkurangnya jumlah cabang primer dan
cabang sekunder. Yamagishi et al (2003) menyatakan bahwa malai yang besar
dengan jumlah bulir yang banyak tidak secara langsung berkorelasi dengan hasil
yang tinggi, namun sistem percabangan malai merupakan faktor yang sangat
penting untuk mendapatkan hasil yang tinggi.
Sistem percabangan malai padi sangat beragam. Yamagishi et al. (2003)
melaporkan bahwa bahwa seluruh karakter yang diamati pada varietas-varietas
japonica tersebar sangat luas, sedangkan pada varietas-varietas indica dan
keturunan japonica-indica terlihat lebih sempit. Antar karakter percabangan malai
juga menunjukkan hubungan yang erat dan sangat nyata. Lebih lanjut,
karakterisasi sistem percabangan malai akan sangat berguna dalam proses
seleksi.
Pengetahuan mengenai korelasi antar karakter sangat penting dalam
pemuliaan tanaman. Estimasi korelasi genotipik dan fenotipik sangat membantu
dalam merencanakan dan mengevaluasi program pemuliaan. Jika terdapat
korelasi yang positif antara dua karakter, maka perbaikan salah satu karakter
akan memperbaiki pula karakter yang lain. Koefisien korelasi juga sangat penting
dalam perbaikan karakter utama melalui karakter yang kurang dipentingkan
(Rashwan, 2011).
Penelitian bertujuan untuk menduga korelasi genotipik dan korelasi
fenotipik antar karakter percabangan malai padi serta parameter genetiknya
sehingga dapat memberikan informasi yang digunakan sebagai dasar seleksi.

Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 81


Bogor, 3 Oktober 2017
Korelasi Genotipik dan Fenotipik serta Pendugaan
Parameter Genetik Percabangan Malai Padi
Halaman 80-88

BAHAN DAN METODE

Pelaksanaan Percobaan
Percobaan dilaksanakan pada Desember 2015 sampai dengan Mei 2016 di
Kebun Percobaan IPB Sawah Baru, Dramaga Bogor. Percobaan menggunakan 19
genotipe galur padi sawah generasi lanjut dan satu varietas yaitu Mekongga.
Galur-galur yang digunakan dalam percobaan ini yaitu IPB161-F-6-1-1, IPB160-F-
82-2-1, IPB175-F-2-2-1, IPB160-F-28-3-1, IPB160-F-54-22-1, IPB160-F-3-3-1,
IPB160-F-36-1-1, IPB160-F-54-5-1, IPB160-F-95-1-1, IPB160-F-7-1-1, IPB160-F-
22-2-1, IPB175-F-6-1-1, IPB160-F-54-4-1, IPB175-F-13-2-1, IPB160-F-21-1-1,
IPB160-F-75-2-1, IPB175-F-1-1-1, IPB160-F-47-1-1, dan IPB160-F-110-1-1.
Sebagai rancangan lingkungan digunakan rancangan acak lengkap dengan
genotipe sebagai perlakuan dan diulang tiga kali. Teknis budidaya dilakukan
sesuai petunjuk teknis spesifik lokasi. Pengamatan dilakukan terhadap karakter
percabangan malai yaitu panjang malai (PM), jumlah gabah total per malai
(JGT), jumlah cabang primer (JCP), jumlah cabang sekunder (JCS), panjang
cabang primer (PCP), panjang cabang sekunder (PCS), jumlah gabah cabang
primer-1 (JGCP), jumlah gabah per cabang sekunder (JGCS), total panjang
cabang primer (TPCP), dan total panjang cabang sekunder (TPCS). Pengamatan
dilakukan terhadap lima malai dari setiap rumpun dan tiga rumpun dari setiap
ulangan, sehingga terdapat 45 malai dari setiap genotipe yang diamati. Total
malai yang diamati secara keseluruhan adalah 900 buah.

Analisis Data
Analisis ragam peragam menggunakan acuan dari Singh & Chaudary
(1979). Analisis ragam digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan antar
genotipe pada suatu karakter. Jika terdapat perbedaan antar genotipe, maka
dilakukan uji lanjut menggunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf 5%. Analisis ragam juga digunakan untuk menghitung nilai ragam genotipe
dan ragam fenotipe.
Nilai ragam genotipe (2g) diperoleh dengan cara mengurangkan kuadrat
tengah perlakuan dengan kuadrat tengah galat pada analisis ragam, dan
kemudian dibagi dengan jumlah ulangan. Nilai ragam fenotipe (2p) merupakan
penjumlahan nilai ragam genotipe dengan nilai ragam lingkungan (2e), dan nilai
ragam lingkungan adalah kuadrat tengah galat pada analisis ragam Singh &
Chaudary (1979).

2e = KTG
2g =
2p = 2g + 2e
2e : ragam lingkungan
2g : ragam genotipe
2p : ragam fenotipe
KTG : Kuadrat tengah galat
KTP : Kuadrat tengah perlakuan
r : jumlah ulangan
Nilai koefisien keragaman genotipik (KKG) dihitung sebagai:

KKG = ; adalah rataan umum.

82 Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017


Bogor, 3 Oktober 2017
Korelasi Genotipik dan Fenotipik serta Pendugaan
Parameter Genetik Percabangan Malai Padi
Halaman 80-88

Dan nilai koefisien keragaman fenotipik (KKP) dihitung sebagai :



KKP = ; adalah rataan umum.
Nilai heritabilitas arti luas dapat dihitung sebagai :
Hbs =
Analisis peragam dilakukan terhadap setiap pasangan yang mungkin dari
karakter yang diamati. Setiap nilai pengamatan karakter x1 dikalikan dengan
karakter x2 dan selanjutnya dianalisis seperti analisis ragam. Peragam genotipe
x1x2 diperoleh dengan mengurangkan kuadrat tengah perlakuan dengan kuadrat
tengah galat dan dibagi jumlah ulangan. Peragam fenotipe x1x2 diperoleh dengan
cara menjumlahkan peragam genotipe x1x2 ditambah dengan kuadrat tengah
galat.
Peragam lingkungan antara karakter x1 dan x2 adalah 2e1e2 = KTGP

peragam genotipik antara karakter x1 dan x2 adalah 2g1g2 =

dan peragam fenotipik antara karakter x1 dan x2 adalah 2p1p2 = 2g 1g2 + 2e 1e2
Selanjutnya korelasi dihitung menggunakan formula:
( )
√ ( ) ( )
r(x1x2) : korelasi antara x1 dan x2
Cov x1x2 : peragam antara x1 dan x2
V(x1) : ragam x1
V(x2) : ragam x2
Beda nyata setiap nilai koefisien korelasi dihitung dengan
membandingkan nilai r absolut hasil perhitungan dengan r tabel pada taraf nyata
5% dan 1% dengan derajat bebas (n-2). Jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r
tabel, maka dikatakan koefisien korelasi tersebut berbeda nyata pada taraf nyata
tersebut (Gomez & Gomez, 1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kisaran panjang malai seluruh genotipe adalah 23.23–32.76 cm, jumlah


gabah total 166.51–296.84 butir, jumlah cabang primer 9.87–13.13 buah, jumlah
cabang sekunder 30.07–54.49 buah, panjang cabang primer 11.22–16.27 cm,
panjang cabang sekunder 3.03–4.01 cm, jumlah gabah pada cabang primer
15.95–23.63 butir, jumlah gabah pada cabang sekunder 3.35–4.12 butir, total
panjang cabang primer dalam satu malai 115.78–202.63 cm dan total panjang
cabang sekunder dalam satu malai 92.78–220.40 cm.
Analisis ragam terhadap 10 karakter percabangan malai menunjukkan
terdapat perbedaan yang sangat nyata antar genotipe. Berdasarkan uji lanjut
DMRT taraf 5%, genotipe IPB175-F-6-1-1 terlihat unggul pada 10 karakter
pengamatan. Genotipe IPB175-F-6-1-1 mempunyai nilai tertinggi pada karakter
panjang malai, jumlah gabah total, jumlah cabang sekunder, panjang cabang
sekunder dan total panjang cabang sekunder (Tabel 1). Pada karakter jumlah
cabang primer, jumlah terbanyak pada kisaran 12.31–13.13 buah yaitu pada
genotipe IPB160-F-3-3-1, IPB175-F-6-1-1, IPB161-F-6-1-1, IPB175-F-2-2-1, dan
IPB175-F-13-2-1 dan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Genotipe
IPB175-F-6-1-1 juga mempunyai ukuran cabang primer terpanjang (16.27 cm)
dan genotipe IPB175-F-1-1-1 dengan panjang 15.46 cm tidak menunjukkan

Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 83


Bogor, 3 Oktober 2017
Korelasi Genotipik dan Fenotipik serta Pendugaan
Parameter Genetik Percabangan Malai Padi
Halaman 80-88

adanya perbedaan. Pada karakter jumlah gabah pada cabang primer terdapat
tiga genotipe yaitu IPB160-F-47-1-1, IPB160-F-7-1-1 dan IPB175-F-6-1-1)
mempunyai jumlah terbanyak masing-masing 21.22, 21.32 dan 23.63 butir dan
tidak menunjukkan perberbedaan yang nyata. Genotipe IPB175-F-6-1-1 juga
mempunyai jumlah gabah pada cabang sekunder tertinggi (4.12 butir), dan
genotipe lain yang tidak berbeda adalah IPB160-F-7-1-1, IPB175-F-1-1-1,
IPB160-F-36-1-1, IPB160-F-22-2-1, IPB160-F-47-1-1, IPB175-F-2-2-1 dan
IPB160-F-28-3-1. Pada karakter total panjang cabang primer dalam satu malai
yang terpanjang pada genotipe IPB175-F-6-1-1 (202.63 cm) dan genotipe lain
yang tidak berbeda adalah IPB175-F-13-2-1 (194.79 cm).
Penampilan genotipe yang berbeda-beda disebabkan oleh dua faktor, yaitu
faktor genetik dan faktor lingkungan. Kedua faktor tersebut tidak dapat berdiri
sendiri dalam kontribusinya mempengaruhi penampilan tanaman, namun saling
berinteraksi. Penampilan tanaman yang disebabkan oleh faktor lingkungan tidak
akan dapat diturunkan, namun hanya penampilan tanaman yang disebabkan oleh
faktor genetik sajalah yang dapat diturunkan kepada generasi berikutnya
(Phoelman, 1987; Acquaah, 2007).
Koefisien keragaman menunjukkan luas keragaman genotipe yang diuji
pada karakter yang diamati. Semakin besar nilai koefisien keragaman, maka
semakin beragam pula karakter tersebut. Koefisien keragaman genotipe tertinggi
terdapat pada TPCS sebesar 18.896, demikian juga pada koefisien keragaman
fenotipe (21.732). Karakter PM mempunyai heritabilitas paling luas yaitu 0.91,
diikuti oleh TPCP (0.89), PCP (0.85), PCS (0.85) dan JCP (0.81). Karakter yang
mempunyai heritabilitas rendah adalah JGCP dan JGCS. Heritabilitas yang rendah
menunjukkan bahwa seleksi secara langsung pada karakter tersebut tidak akan
efektif (Akinwale et al., 2011).
Menurut Yakub et al. (2012), nilai duga heritabilitas yang tinggi
mengindikasikan bahwa faktor genetik lebih besar mempengaruhi penampilan
suatu karakter dibandingkan faktor lingkungan. Informasi nilai duga heritabilitas
yang tinggi dapat digunakan sebagai acuan bahwa seleksi pada karakter tersebut
dapat dilakukan pada generasi awal.
Tabel 3 menampilkan nilai koefisien korelasi genotipik dan fenotipik pada
10 karakter yang diamati pada 20 genotipe. Secara umum, korelasi genotipik
maupun fenotipik antar karakter menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf
1%. Perbedaan yang nyata pada taraf 5% pada korelasi genotipik terdapat pada
PM vs JCP, JGT vs JGCS, JCP vs TPCS, PCS vs TPCP, JGCP vs TPCP dan JGCS vs
TPCS, sedangkan JGT vs PCS, JCP vs PCP, JCP vs PCS, JCP vs JGCP, JCP vs
JGCS, JCS vs JGCS dan JGCS vs TPCP tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Pada korelasi fenotipik, perbedaan pada taraf nyata 5% terdapat pada korelasi
PM vs JCS, PM vs JGCP, PM vs JGCS, JGT vs JGCS, JCP vs TPCS, PCS vs TPCP,
JGCP vs TPCP dan JGCS vs TPCS, sedangkan korelasi yang tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata terdapat pada PM vs JCP, JGT vs PCS, JCP vs PCP, JCP vs
PCS, JCP vs JGCP, PCP vs JGCS, JCS vs JGCS, JGCP vs TPCP dan JGCS vs TPCP.
Arah korelasi genotipik maupun fenotipik antar karakter pada umumnya
positif, sedangkan arah yang negatif pada korelasi genotipik maupun fenotipik
terdapat pada hubungan JCP vs JGCS. Arah korelasi genotipik yang negatif juga
terlihat pada JCP vs PCS dan pada korelasi fenotipik terlihat pada hubungan JCS
vs PCS. Seluruh hubungan korelasi yang negatif tersebut tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata dengan nilai koefisien korelasi (r hitung) jauh di bawah
nilai r tabel.

84 Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017


Bogor, 3 Oktober 2017
Korelasi Genotipik dan Fenotipik serta Pendugaan
Parameter Genetik Percabangan Malai Padi
Halaman 80-88

Tabel 1 Rata-rata 10 karakter percabangan malai dan perbandingan rata-rata berdasarkan uji DMRT taraf 5%
PM JGT JCP JCS PCP PCS JGCP JGCS TPCP TPCS
Genotipe
Nilai rata-rata ± simpangan baku
IPB161-F-6-1-1 25.72±0.43 h 223.96±25.41 b-f 12.62±0.53 a 46.53±5.42 b 13.36±0.32 d-g 3.25±0.02 f-i 17.74±1.25 cde 3.53±0.16 ef 168.72±10.93 b 153.48±18.20 B
IPB160-F-82-2-1 25.44±0.69 gh 207.53±18.77 c-f 10.80±1.25 c-f 36.76±3.18 d-g 12.75±0.35 f-i 3.18±0.06 g-j 18.26±1.97 cde 3.80±0.23 bcd 138.34±19.65 c-f 117.07±8.71 e-h
Mekongga 24.23±0.67 hi 166.51±9.04 g 10.33±0.24 def 31.38±2.41 g 11.22±0.25 k 3.03±0.15 j 15.95±0.79 e 3.35±0.09 f 115.78±2.62 g 104.52±9.06 h
IPB175-F-2-2-1 27.23±0.83 c-f 256.27±10.25 b 12.87±0.37 a 46.98±1.98 b 13.66±0.30 def 3.19±0.08 g-j 19.54±0.55 bcd 3.89±0.09 a-d 176.42±6.58 b 135.72±7.13 bc
IPB160-F-28-3-1 26.59±0.78 d-g 188.84±0.45 fg 10.44±0.14 def 33.00±0.47 fg 12.98±0.27 e-h 3.67±0.03 bc 18.12±0.41 cde 3.88±0.06 a-d 135.52±4.18 def 122.35±2.78 d-g
IPB160-F-54-22-1 24.31±0.39 hi 191.29±21.33 efg 10.58±0.08 def 33.91±3.74 efg 11.90±0.48 ijk 3.08±0.09 hij 18.16±1.79 cde 3.77±0.17 b-e 125.68±5.77 fg 105.10±14.28 gh
IPB160-F-3-3-1 26.43±0.65 efg 240.40±19.68 bcd 12.31±0.21 ab 46.04±4.34 bc 12.12±0.63 h-k 3.28±0.07 e-h 19.52±1.39 bcd 3.73±0.10 cde 149.15±9.69 ed 151.86±16.67 b
IPB160-F-36-1-1 27.11±0.27 c-f 198.89±10.08 d-g 11.04±0.10 cde 33.60±2.84 efg 13.69±0.19 def 3.74±0.01 b 17.96±0.96 cde 3.94±0.04 abc 151.26±0.74 c 126.71±9.06 b-g
IPB160-F-54-5-1 23.23±0.33 i 169.87±10.80 g 10.07±0.50 f 30.07±2.45 g 11.62±1.26 jk 3.04±0.23 ij 16.87±2.13 de 3.64±0.23 de 116.88±6.88 g 92.78±14.73 h
IPB160-F-95-1-1 27.95±0.85 c 196.58±22.64 d-g 10.22±0.32 ef 36.09±5.91 d-g 13.75±0.46 de 3.40±0.02 def 19.15±1.77 bcd 3.81±0.06 bcd 140.92±8.50 cde 123.82±19.56 c-g
IPB160-F-7-1-1 25.93±0.16 fg 211.47±15.40 c-f 9.87±0.40 f 38.62±3.20 def 12.92±1.06 e-h 3.59±0.07 bcd 21.32±0.75 ab 4.01±0.05 ab 133.10±4.27 ef 139.87±13.38 b-f
IPB160-F-22-2-1 26.21±0.42 fg 200.78±19.51 d-g 10.53±0.27 def 34.24±3.45 efg 13.75±0.68 de 3.76±0.20 b 19.08±1.97 bcd 3.97±0.21 abc 145.00±9.37 cde 129.88±19.21 b-g
IPB175-F-6-1-1 32.76±0.82 a 296.84±33.77 a 12.47±0.46 a 54.49±5.12 a 16.27±0.17 a 4.01±0.07 a 23.63±1.94 a 4.12±0.16 a 202.63±9.50 a 220.40±22.11 a
IPB160-F-54-4-1 27.88±0.94 cd 199.33±7.90 d-g 10.22±0.39 ef 36.62±1.06 d-g 14.14±0.38 cd 3.46±0.14 cde 19.53±1.19 bcd 3.80±0.11 bcd 144.54±1.66 cde 127.30±7.62 b-g
IPB175-F-13-2-1 30.23±0.72 b 223.73±17.43 b-f 13.13±0.69 a 40.04±3.62 cde 14.79±0.52 bc 3.51±0.19 cd 16.95±2.16 de 3.65±0.16 de 194.79±3.97 a 141.89±20.16 b-e
IPB160-F-21-1-1 26.43±0.98 efg 228.02±15.04 bcd 11.58±0.43 bc 42.42±3.13 bcd 12.49±0.20 g-j 3.30±0.04 efg 19.45±0.82 bcd 3.79±0.02 bcd 145.48±6.64 cde 141.53±11.15 b-e
IPB160-F-75-2-1 28.41±1.03 c 196.09±27.38 d-g 10.33±0.57 def 34.98±5.45 efg 14.10±0.57 cd 3.49±0.13 cde 18.87±2.01 bcd 3.81±0.14 bcd 146.00±12.25 cde 123.99±22.62 c-g
IPB175-F-1-1-1 30.15±0.79 b 227.11±8.93 b-e 11.27±0.52 cd 39.47±2.02 def 15.46±0.38 ab 3.74±0.22 b 20.08±1.06 bc 4.01±0.14 ab 174.34±5.96 b 149.08±8.92 bcd
IPB160-F-47-1-1 27.62±0.68 cde 215.64±29.98 c-f 10.13±0.55 ef 39.49±5.04 def 14.15±0.55 cd 3.58±0.14 bcd 21.22±2.08 ab 3.97±0.15 abc 143.58±10.67 cde 142.60±22.77 b-e
IPB160-F-110-1-1 27.84±0.25 cd 200.87±8.99 d-g 11.51±0.40 bc 34.89±1.37 efg 13.10±0.16 efg 3.24±0.00 f-i 17.43±0.33 cde 3.68±0.07 de 150.81±3.32 c 113.55±4.27 fgh
KK (%) 2.58 8.62 4.42 9.06 3.83 3.28 7.83 3.45 5.23 10.74
Keterangah: PM : panjang malai, JGT : jumlah gabah total, JCP : jumlah cabang primer, JCS : jumlah cabang sekunder, PCP : panjang cabang primer, PCS : panjang
cabang sekunder, JGCP : jumlah gabah cabang primer, JGCS : jumlah gabah cabang sekunder, TPCP : total panjang cabang primer, TPCS : total panjang cabang sekunder,
KK : koefisien keragaman

Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 85


Bogor, 3 Oktober 2017
Korelasi Genotipik dan Fenotipik serta Pendugaan
Parameter Genetik Percabangan Malai Padi
Halaman 80-88

Tabel 2. Koefisien keragaman genotipik (KKG) dan koefisien keragaman fenotipik


(KKP) dan heritabilitas arti luas
Karakter KKG KKP Hbs
Panjang malai 8.075 8.477 0.91
Jumlah gabah total 13.046 15.635 0.70
Jumlah cabang primer 9.033 10.054 0.81
Jumlah cabang sekunder 15.138 17.644 0.74
Panjang cabang primer 9.100 9.872 0.85
Panjang cabang sekunder 7.767 8.432 0.85
Jumlah gabah cabang primer 8.149 11.301 0.52
Jumlah gabah cabang sekunder 4.291 5.506 0.61
Total panjang cabang primer 15.097 15.978 0.89
Total panjang cabang sekunder 18.896 21.732 0.76

Tabel 3. Nilai koefisien korelasi genotipik dan fenotipik 10 karakter percabangan


malai
PM JGT JCP JCS PCP PCS JGCP JGCS TPCP TPCS
PM 0.711** 0.457* 0.567** 0.947** 0.738** 0.622** 0.567** 0.852** 0.766**
JGT 0.640** 0.774** 0.966** 0.648** 0.439ns 0.695** 0.452* 0.862** 0.947**
JCP 0.412ns 0.642** 0.772** 0.368ns 0.069ns 0.089ns -0.058ns 0.815** 0.631**
JCS 0.547* 0.945** 0.695** 0.505** 0.280ns 0.637** 0.263ns 0.773** 0.918**
PCP 0.895** 0.591** 0.277ns 0.495** 0.802** 0.629** 0.659** 0.837** 0.726**
PCS 0.692** 0.433ns -0.013ns 0.296ns 0.773** 0.653** 0.803** 0.538* 0.626**
JGCP 0.521* 0.756** 0.006ns 0.664** 0.579** 0.629** 0.793** 0.453* 0.777**
JGCS 0.464* 0.553* -0.119ns 0.361ns 0.593** 0.762** 0.839** 0.376ns 0.493*
TPCP 0.816** 0.785** 0.805** 0.755** 0.783** 0.478* 0.376ns 0.302ns 0.829**
TPCS 0.706** 0.933** 0.550* 0.922** 0.685** 0.606** 0.776** 0.554* 0.787**
Keterangan: PM : panjang malai, JGT : jumlah gabah total, JCP : jumlah cabang primer, JCS :
jumlah cabang sekunder, PCP : panjang cabang primer, PCS : panjang cabang
sekunder, JGCP : jumlah gabah cabang primer, JGCS : jumlah gabah cabang sekunder,
TPCP : total panjang cabang primer, TPCS : total panjang cabang sekunder, korelasi
genotipik (rg): atas diagonal, korelasi fenotipik (rp) : bawah diagonal, *beda nyata
pada taraf 5%, ** beda nyata pada taraf 1%, ns tidak berbeda nyata. r tabel taraf 5%
= 0.444 dan r tabel taraf 1% = 0.561

Koefisien korelasi genotipik pada umumnya lebih tinggi daripada koefisien


korelasi fenotipik. Menurut Karim et al. (2014) hal tersebut mengindikasikan
korelasi yang terjadi disebabkan oleh pengaruh genetik. Seleksi dapat dilakukan
terhadap karakter-karakter yang mempunyai korelasi genotipik lebih besar
daripada korelasi fenotipik. Misalnya panjang malai dapat digunakan untuk
seleksi terhadap sembilan karakter yang lain karena korelasi genotipik panjang
malai dengan sembilan karakter yang lain lebih besar daripada korelasi
fenotipiknya.
Koefisien korelasi menginformasikan besar dan arah hubungan antar dua
karakter. Nilai koefisien korelasi memberikan informasi bahwa seleksi terhadap
satu karakter berarti pula menyeleksi karakter lainnya yang mempunyai korelasi
positif dengan karakter tersebut (Marie & Mohammed, 2010). Korelasi antar
karakter yang positif dan berbeda nyata pada taraf 1% mengindikasikan bahwa
antara karakter yang dikorelasikan tersebut mempunyai arah yang sama dan
sangat kuat korelasinya. Kenaikan karakter satu selalu diikuti oleh karakter yang
lain. Beberapa karakter yang telihat mempunyai korelasi demikian adalah antara
PM vs JGT, artinya semakin panjang malai, maka jumlah gabah total semakin
banyak. Hasil percobaan ini menunjukkan terdapat banyak karakter percabangan

86 Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017


Bogor, 3 Oktober 2017
Korelasi Genotipik dan Fenotipik serta Pendugaan
Parameter Genetik Percabangan Malai Padi
Halaman 80-88

malai yang berkorelasi sangat erat dan mempunyai arah yang sama. Satu
karakter yang berkorelasi positif dan nyata atau sangat nyata baik secara
genotipik maupun fenotipik dengan karakter lain adalah TPCS. Berdasarkan nilai
KKG yang besar serta nilai koefisien korelasi genotipik dan fenotipik yang positif
nyata dan sangat nyata, karakter TPCS dapat disarankan untuk digunakan
sebagai kriteria seleksi karakter percabangan malai.
Karakter yang sangat erat berhubungan dengan JGT adalah PM, JCP, JCS,
PCP, JGCP, TPCP dan TPCS, sedangkan PCS berkorelasi positif namun tidak
nyata. Hasil analisis sesuai dengan hasil penelitian Yamagishi et al. (2003) yang
menyatakan korelasi JGT vs JCS serta JGT vs JGCS adalah nyata pada taraf 1%,
meskipun korelasi JGT vs JGCS pada penelitian ini terlihat nyata pada taraf 5%.
Berdasar hal tersebut dapat diduga, meskipun terdapat perbedaan latar belakang
genetik antara jenis padi yang digunakan dalam penelitian ini dengan jenis padi
yang digunakan dalam penelitian Yamagishi et al. (2003) namun pola korelasi
antar karakter percabangan malai relatif tidak berbeda. Padi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah O. sativa var indica, sedangkan padi yang digunakan
dalam penelitian Yamagishi et al (2003) adalah O. sativa var japonica. Hasil
penelitian memperkuat dugaan bahwa karakter percabangan malai padi serta
korelasi antar karakter percabangan malai cukup stabil, dan lebih ditentukan oleh
faktor genetik daripada oleh faktor lingkungan.

KESIMPULAN

Genotipe IPB175-F-6-1-1 merupakan genotipe yang terbaik dalam karakter


percabangan malai. Karakter percabangan malai padi serta korelasi antar
karakter percabangan malai cukup stabil, dan lebih ditentukan oleh faktor
genetik daripada oleh faktor lingkungan. Karakter TPCS dapat disarankan untuk
digunakan sebagai kriteria seleksi karakter percabangan malai karena
mempunyai KKG yang luas serta menunjukkan nilai koefisien korelasi genotipik
dan fenotipik yang positif nyata dan sangat nyata dengan seluruh karakter
percabangan malai yang lain dengan nilai heritabilitas arti luas cukup tinggi
(0.76).

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada Kemenristek Dikti atas pendanaan


penelitian skema PUPT 2016 nomor 079/SP2H/LT/DRPM/II/2016 dan PUPT 2017
nomor 011/SP2H/LT/DRPM/IV/2017.

DAFTAR PUSTAKA

Acquaah, G. 2007. Principles of Plant Genetics and Breeding. Blackwell Publishing


Ltd. Malden, Oxford, Victoria.
Akinwale, M.G., G. Gregorio, F. Nwilene, B.O. Akinyele, S.A. Ogunbayo, A.C.
Odiyi. 2011. Heritability and correlation coefficient analyisis for yield and its
components in rice (Oryza sativa L.). Afr. J. Plant Sci. 5(3):207–212.
Gomez, K.A., A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Ed
ke-2. Sjamsuddin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr.
Terjemahan dari Statistical Procedures for Agricultural Research.

Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017 Buku-1 87


Bogor, 3 Oktober 2017
Korelasi Genotipik dan Fenotipik serta Pendugaan
Parameter Genetik Percabangan Malai Padi
Halaman 80-88

Karim, D., M.N.A. Siddque, U. Sarkar, M.Z. Hasnat, J. Sultana. 2014. Phenotypic
and genotypic correlation co-efficient of quantitative characters and
character association of aromatic rice. Journal of Bioscience and
Agricultural Research. 01(01):34–46.
Komatsu, M., M. Maekawa, K. Shimamoto, J. Kyozuka. 2001. The LAX1 and
FRIZZY PANICLE 2 genes determine the inflorescense architecture of rice
by controlling rachis-branch and spikelet development. Developmental
Biology. 231:364–373.
Marie, A.J.I., G.H. Mohammed. 2010. Correlation, path coefficient and regression
analysis in summer squash. Mesopotamia J. of Agric. 38.
Phoelman, J.M. 1987. Breeding Field Crops. 3rd ed. Van Nostrand Reinhold, New
York, London, Victoria, Ontario.
Rashwan, A.M.A. 2011. Study of genotypic and phenotypic correlation for some
agro-economic traits in okra (Abelmoschus esculents (L.) Moench). Asian J.
Crop Sci. 3(2):85–91.
Singh, R.K., B.D. Chaudary. 1977. Biometrical Methods in Quantitative Genetic
Analysis: Kalyani Publishers Ludhiana. New Delhi
Wu, Q., D. Li, D. Li, X. Liu, X. Zhao, X. Li, S. Li, L. Zhu. 2015. Overexpression of
OsDof12 affects plant architecture in rice (Oryza sativa L.). Front. Plant Sci.
6:833.
Yakub, S., A.M. Kartina, S. Isminingsih, M.L. Suroso. 2012. Pendugaan parameter
genetik hasil dan komponen hasil galur-galur padi lokal asal Banten. Jurnal
Agrotropika. 17(1):1–6.
Yamagishi, J., K. Nemoto, C. Mu. 2003. Diversity of the rachis-branching system
in a panicle in japonica rice. Plant Production Science 6(1):59–64.

88 Prosiding Seminar Nasional PERIPI 2017


Bogor, 3 Oktober 2017

You might also like