Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Kabib Sholeh..

Keberagaman Masyarakat Dan Toleransi Beragama Dalam Sejarah Kerajaan Sriwijaya (Suatu Analisis Historis Dalam
Bidang Sosial, Budaya, Ekonomi Dan Agama)

KEBERAGAMAN MASYARAKAT DAN TOLERANSI BERAGAMA


DALAM SEJARAH KERAJAAN SRIWIJAYA
(SUATU ANALISIS HISTORIS DALAM BIDANG SOSIAL, BUDAYA,
EKONOMI DAN AGAMA)
Community Diversity And Religious Tolerance In The History Of The Sriwijaya Kingdom
(A Historical Analysis In The Field Of Social, Cultural, Economic and Religious)

Kabib Sholeh
Universitas PGRI Palembang: Jl. Jend. A. Yani, lrg. Gotong Royong 9/10 Ulu Palembang
habibsholeh978@gmail.com

Abstract
The kingdom of Sriwijaya was known as the greatest protector and follower of Buddhism
in the archipelago of his time. The diversity of society, race and religion make Sriwijaya
truly able to maintain peace, diversity and tolerance among religious people.. The purpose
of this study is to analyze the diversity of society in the kingdom of Sriwijaya in various
aspects of life, tolerance among religious communities between Buddhism, Islam and
Hinduism, and the factors emergence of life tolerance in the kingdom of Srivijaya. The
method used is historical method. The steps in historical methods include heuristics (data
collection / source), verification (selection or source criticism), interpretation (historical
interpretation) and the last is historiography (historical writing). This research explains the
diversity of society in the Sriwijaya kingdom from indigenous peoples, Arabs, Indians and
Chinese, and the foreign community is in the kingdom of Sriwijaya due to economic factors
and they enter by trade. The diversity of the people in the kingdom of Sriwijaya is highly
protected by the king of Sriwijaya kingdom so there is no emphasis, murder, threats from
the king of Sriwijaya kingdom unless they do the rebellion will be burned. The king of the
kingdom of Sriwijaya felt happy and respected the diversity of his people. The king of the
kingdom of Sriwijaya is open to strangers, loving peace based on the unreliability of
leadership in accordance with his Buddhist teachings. Such conditions have an impact on
the policy of the king of Sriwijaya kingdom in addressing a difference in running beliefs and
religions such as Buddhism, Islam, Hinduism and local beliefs. Sriwijaya highly upholds
religious tolerance as depicted on the Hindu temple site Bumiayu temple, the arrival and
settlement of Muslim traders in the kingdom of Sriwijaya, so that the kingdom of Sriwijaya
sent a letter to the Umayyads to request the sending of a mubaleq as king's adviser. All these
evidences depict the king of the kingdom of Sriwijaya very tolerant of other religions.

Keywords: Community Diversity; Religious Tolerance: Sriwijaya Kingdom.

Abstrak. Ker ajaan Sr iwijaya pada masa keemasannya banyak dikunjungi par a
pedagang asing (Arab, Cina India) yang datang ke Sriwijaya untuk berdagang dan
kepentingan lainnya, sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh pada keberagaman
masyarakat sekaligus memunculkan kehidupan toleran di bumi Sriwijaya. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisis keberagaman masyarakat di Sriwijaya dalam berbagai aspek
kehidupan, toleransi antar umat beragama seperti Budha, Islam dan Hindu, dan faktor-faktor
munculnya kehidupan toleransi di Sriwijaya. Metode yang digunakan adalah metode historis
atau metode sejarah. Adapun langkah-langkah dalam metode sejarah diantaranya adalah
heuristik (pengumpulan data/sumber), verifikasi (penyeleksian atau kegiatan kritik sumber),
interpretasi (penafsiran sejarah) dan yang terakhir historiografi (penulisan sejarah).
Penelitian ini menjelaskan kondisi keberagaman masyarakat Sriwijaya mulai dari
masyarakat pribumi, orang-orang Arab, India dan Cina, masyarakat asing tersebut ada di
Sriwijaya karena faktor ekonomi dengan cara berdagang mereka masuk. Keberagaman
masyarakat di Sriwijaya sangat dilindungi oleh raja Sriwijaya, tidak ada penekanan,
Naskah diterima 10/04/2018; Revisi diterima 28/04/20178 Disetujui 30/04/2018

1
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 1-12

pembunuhan, pengancaman dari raja Sriwijaya kecuali mereka melakukan pemberontakan


akan dibumihanguskan. Raja Sriwijaya merasa senang dan menghormati keberagaman
masyarakatnya. Raja Sriwijaya terbuka terhadap orang-orang asing, mencintai perdamaian
yang didasari kerelegiusan dalam memimpin sesuai dengan ajaran-ajaran Budha yang
dianutnya. Kondisi demikian berdampak terhadap kebijakan raja Sriwijaya dalam menyikapi
sebuah perbedaan dalam menjalankan kepercayaan dan agama seperti Budha, Islam, Hindu
dan kepercayaan lokal. Sriwijaya sangat menjunjung tinggi toleransi beragama seperti yang
digambarkan pada situs candi Bumiayu yang bercorak Hindu, datang dan menetapnya para
pedagang Muslim di Sriwijaya, sampai Sriwijaya mengirimkan surat kepada bani Umayah
untuk meminta dikirimkannya seorang mubaleq sebagai penasehat raja. Semua bukti-bukti
tersebut menggambarkan raja Sriwijaya sangat toleran dengan agama lain.

Kata kunci: Keberagaman Masyarakat; Toleransi Beragama; Kerajaan Sriwijaya.

1. Pendahuluan mahluk merupakan tujuan utama seseorang


Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan yang sudah mencapai tingkat kebudhaannya.
maritim terbesar di nusantara yang banyak Seorang Bodhisattwa mempunyai kewajiban
didatangi oleh para pedagang asing dari moral untuk menolong sesamanya dan
Arab, India dan Cina. Sriwijaya juga dikenal mahluk lain agar terbebas dari reinkarnasi.
sebagai salah satu pusat pembelajaran Pusat pengajaran agama Buddha yang
agama Buddha dan pengajaran bahasa terbesar pada masa itu adalah Nalanda.
Sansekerta di Asia Tenggara (Sholeh 2015, Beberapa sumber Cina juga menyebutkan
50). Karena itulah Sriwijaya banyak bahwa di Sriwijaya juga menjadi pusat
dikunjungi oleh para bhiksu dari luar, pembelajaran agama Budha yang ramai,
dengan demikian tidak mustahil di pusat informasi ini didukung dengan catatan Cina
Sriwijaya ada kelompok masyarakat yang yang dijelaskan oleh I-Tsing ketika
beragama selain Budha yaitu agama Islam, berkunjung di Sriwijaya terdapat 1000 lebih
Hindu, dan kepercayaan lokal lainnya. biksu yang sedang belajar agama Budha di
Untuk telaah kehidupan agama di Sriwijaya (Tim Rumah Peradaban Kedatuan
Śriwijaya data yang dipakai sebagai acuan Sriwijaya 2017, 33). Hingga permulaan
adalah prasasti, peninggalan arca, abad ke-11 Masehi, Kadatuan Śriwijaya
peninggalan berupa candi di Bumiayu, masih merupakan pusat pengajaran agama
berita-berita asing (Cina dan Arab), dan data Buddha.
arkeologis yang sampai sekarang banyak Aktivitas keagamaan pada masyarakat di
ditemukan bukti-bukti terbaru. Keberadaan wilayah Kadatuan Śriwijaya bukan hanya
agama Buddha Mahayana dapat diketahui agama Buddha Mahayana saja, agama lain
dari isi prasasti Talang Tuo (23 Maret 684 juga berkesempatan untuk berkembang.
Masehi) selain menjelaskan juga tentang Bukti-bukti arkeologis berupa arca batu
pembangunan sebuah taman, yang yang mewakili agama Hindu dan Tantris,
menunjukkan doa dan harapan untuk juga ditemukan di wilayah Kadatuan
keselamatan segala mahluk (Coedes 1989, Śriwijaya. Di Palembang, selain ditemukan
56-61). Menolong keselamatan semua arca Buddha juga ditemukan arca Hindu

2
Kabib Sholeh.. Keberagaman Masyarakat Dan Toleransi Beragama Dalam Sejarah Kerajaan Sriwijaya (Suatu Analisis Historis Dalam
Bidang Sosial, Budaya, Ekonomi Dan Agama)

yang berupa arca Ganeśa (abad ke-9 dikirimkannya mubaleq dari dinasti
Masehi) dan arca Siwa (Siregar 2010, 34). Umaiyah sebagai salah satu penasehat raja
Ini membuktikan bahwa di kota Śriwijaya di Sriwijaya (Azra 1995, 41-42). Berita dari
terdapat juga kelompok masyarakat yang Arab tersebut semakin menguatkan
meme­luk agama Hindu yang hidup di perkembangan dan kondisi di pusat kerajaan
antara kelompok masyarakat yang beragama Sriwijaya tidak hanya agama Budha saja,
Buddha. tetapi hidup berdampingan dengan damai,
Sebuah arca yang menarik untuk menjunjung tinggi toleransi dengan agama
dicermati adalah arca Bodhisattwa lain seperti Islam, Hindu dengan Budha.
Awalokiteśwara yang dibuat dari batu. Di Melihat bukti-bukti sejarah yang
bagian punggung arca terdapat prasasti yang diuraikan di atas, setidaknya membuktikan
singkat yaitu menginformasikan tentang kalau raja Sriwijaya sangat menjujung tinggi
seorang pendeta Hindu menghadiahkan toleransi dan menghormati sebuah
sebuah arca Bodhisattwa yang tentunya keberagaman masyarakat meskipun dalam
untuk masyarakat pemeluk agama Buddha perbedaan umat beragama. Sebuah
Mahayana (Utomo 2018, 22). Dari bukti pembelajaran yang sangat berharga bagi
tersebut dapat ditafsirkan ada keserasian generasi muda masa kini dan masa yang
hidup beragama diantara kelompok akan datang tentang kehidupan yang toleran
masyarakat pemeluk agama Buddha yang dalam keberagaman masyarakat pada masa
mayoritas, dan kelompok masyarakat yang lampau seperti masa Sriwijaya.
pemeluk agama Hindu yang tergolong Adapun tujuan penelitian ini adalah
minoritas. Pada candi Bumiayu juga untuk menganalisis keberagaman
terdapat peninggalan-peninggalan arca yang masyarakat di Sriwijaya dalam berbagai
bercorak Hindu sehingga bukti tersebut aspek kehidupan, untuk menganalisis
menambah kuatnya keberagaman di bumi toleransi antar umat beragama di Sriwijaya
Sriwijaya tentang toleransi beragama. antara Budha, Islam dan Hindu, dan faktor-
Agama Islam masuk di Palembang pada faktor munculnya kehidupan toleransi antar
abad ke-7 Masehi dengan dibawa oleh para umat beragama dalam berbagai bidang di
pedagang Muslim dari Arab langsung. Bukti Sriwijaya.
keberadaan Islam di pusat kerajaan
Sriwijaya diperoleh dari berita Arab yang 2. Metode Penelitian
menjelaskan raja Sriwijaya pernah mengirim Penelitian ini dilaksanakan di situs-situs
utusan kepada Khalifah Umar ibn ‘Abd. Al- peninggalan kerajaan Sriwijaya seperti candi
Aziz (717-720 Masehi) masa Dinasti Bumiayu di Kabupaten Pali dan situs-situs
Umayyah. Adapun isi surat tersebut kerajaan Sriwijaya Palembang sekitarnya.
menjelaskan tentang pemberian hadiah dari Penelitian ini menggunakan metode sejarah
Sriwijaya sebagai tanda persahabatan dan (historis). Metode sejarah adalah proses
sekaligus permohonan untuk meminta menguji dan menganalisis secara kritis

3
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 1-12

rekaman dan peninggalan masa lampau, 3). Interpretasi (Penafsiran Sejarah)


dengan kata lain metode penelitian sejarah Untuk menganalisis data yang sudah
adalah instrumen untuk merekonstruksi dikumpulkan dari berbagai sumber dan
peristiwa sejarah menjadi sejarah sebagai sudah dilakukan verifikasi maka kegiatan
kisah (Gottschalk 2008,32). Penelitian ini ketiga ini penulis melakukan interpretasi
juga menggunakan banyak pendekatan dari atau disebut juga tahap analisis data
berbagai bidang keilmuan (multi Aproach) (penafsiran sejarah). Interpretasi atau
yaitu pendekatan teologis, sosiologis, penafsiran sejarah sering kali disebut juga
ekonomologis dan politikologis. dengan analisis sejarah atau penafsiran.
Adapun langkah-langkah metode Pada tahap ini peneliti melakukan sintesis
sejarah pada penelitian ini diantaranya atas sejumlah fakta dan data yang diperoleh
adalah: dari sumber-sumber sejarah tentang
1). Pengumpulan Sumber (Heuristik) kehidupan sosial-budaya masyarakat
Heuristik adalah suatu teknik dalam Sriwijaya dan bersama-sama dengan teori-
penelitian sejarah untuk mencari dan teori, disusunlah fakta itu ke dalam suatu
mengumpulkan sumber-sumber sejarah, interpretasi yang menyeluruh. Peneliti akan
seperti sumber lapangan mulai dokumentasi, melakukan perbandingan dengan data
observasi dan wawancara. Selain tersebut dan melakukan serangkaian secara
mengumpulkan data lapangan, dilakukan abstrak untuk membentuk struktur penulisan
juga pengumpulan sumber pustaka (library yang baik.
research), seperti jurnal, laporan hasil 4). Historiografi
penelitian arkeologi, dan buku-buku relevan Sebagai tahap terakhir dalam metode
lainnya. sejarah adalah historiografi, historiografi
2). Verifikasi Sumber adalah cara penulisan, penyusunan atau
Verifikasi atau lazim disebut juga pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah
dengan kritik sumber, untuk memperoleh dilakukan (Abdurrahman 1999, 67). Pada
keabsahan sumber yang benar-benar valid. tahapan terakhir dalam penelitian ini,
Dalam hal ini kritik sumber terbagi menjadi peneliti melakukan penulisan sejarah dengan
dua yaitu kritik ekstern dan kritik intern tujuan hasil yang ditulis dapat memberikan
(Daliman 2015, 64). Pada tahap kedua ini gambaran yang jelas mengenai proses
penulis melakukan verifikasi sumber yang penelitian dari awal sampai akhir.
sudah terkumpul dengan tujuan untuk Berdasarkan penulisan tersebut akan dapat
mendapatkan sumber yang benar-benar dinilai apakah penelitiannya berlangsung
dipercaya dan dapat dipertanggung sesuai dengan prosedur yang
jawabkan. Sumber-sumber yang diperoleh dipergunakannya atau tidak, memiliki
dari lapangan maupun dari buku dilakukan validitas dan reliabilitas yang memadai atau
pemilahan-pemilihan yang sesuai dengan tidak, sehingga penulisan sejarah itu akan
sumber yang benar-banar dapat dipercayai. dapat ditentukan mutu penelitian sejarah itu

4
Kabib Sholeh.. Keberagaman Masyarakat Dan Toleransi Beragama Dalam Sejarah Kerajaan Sriwijaya (Suatu Analisis Historis Dalam
Bidang Sosial, Budaya, Ekonomi Dan Agama)

sendiri. Cina), berbeda dengan kondisi pada masa


abad ke-7 Masehi, menurut Obdyen kondisi
3. Hasil dan Pembahasan geografis deretan kepulauan dari Malaka
3.1. Keberagaman Masyarakat di sampai Bangka terdapat deretan kepulauan
Sriwijaya Riau-Lingga dan pulau-pulau kecil sampai
Hubungan dagang nusantara dengan menuju selat Bangka yang masih menyatu
negeri-negeri luar terutama dengan India, kepulauan tersebut (Daldjoeni 1984, 43).
Cina dan Arab sangatlah mudah terjadi. Kondisi geografis demikian sangat
Kondisi tersebut karena adanya faktor menguntungkan bagi Sriwijaya, maka para
geografis yang menguntungkan bagi pedagang dari Arab, India dan Cina setiap
nusantara sendiri yaitu adanya angin musim melalui jalur tersebut secara otomatis akan
yang baik untuk berlayar menyeberangi mampir di pusat Sriwijaya.
Samudera India ke Timur dan sebaliknya Bukti-bukti arkeologis mengenai
(Notosusanto 2008, 5). Kondisi yang permukiman lama yang ada di pusat
demikian jelas menjadikan Sriwijaya Sriwijaya banyak ditemukan di tepian
menjadi wilayah yang secara geografis akan sungai besar yag diduga dahulunya wilayah
diuntungkan. Mau tidak mau para pedagang pantai kuno. Temuan arkeologis yang
asing akan melalui jalur perdagangan ditemukan para arkeolog yaitu berupa bekas
Sriwijaya atau mampir setidaknya di pusat tiang-tiang rumah kuno yang terpendam
Sriwijaya terlebih dahulu sebelum dalam tanah berada pada tepian sungai-
melanjutkan perjalanannya. Pendapat ini
didukung oleh Bernad, bahwasanya
nusantara banyak didatangi para pedagaang
asing karena faktor geografis, kondisi
demikian yang menjadikan Sriwijaya ramai
akan para pedagang asing (Vlakke 2008, 8).
Jalur pelayaran perdagangan masa
Sriwijaya khususnya jalur yang melalui
Selat Malaka menuju Selat Bangka pada
masa itu sangat strategis, kondisi pada masa
itu dengan kondisi masa sekarang telah
mengalami perubahan yang signifikan.
Seperti pada jalur Selat Malaka yang Gambar 1. Foto peta wilayah situs Margomulyo
dan Air Sugiahan tampak berada pada
menuju Selat Bangka pada kondisi sekarang tepian pantai timur Sumatera Selatan
yang dekat dengan Selat Bangka dan
pada deretan kepulauan jalur tersebut temuan arkeologi berupa tiang-tiang
kayu nibung bekas permukiaman kuno
banyak pulau-pulau yang sudah tenggelam masa Sriwjaya dan temuan barang
sehingga para pedagang yang melalui laut dagang berupa damar (Wiyana 2014,
79-83).
dapat secara langsung menuju ke Utara (laut

5
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 1-12

sungai lama. Kayu tersebut terbuat dari kayu ajaran Braham (ajaran monotheime
nibung atau kayu ulen (kayu besi) peninggalan nabi Ibrahim) (Sirzani 2011,24-
ditemukan di Air Suguhan dan situs 27).
Margomulyo (Wiyana 2014, 83). Diduga Sri Indrawarman atau Sri Maharaja
wilayah Air Sugihan tersebut dahulunya Indrawarmadewa merupakan seorang
sebagai tempat pelabuhan dagang kuno maharaja Sriwijaya. Dalam catatan Cina, ia
masa Sriwijaya. dikenal dengan sebutan Shih-li-t-’o-pa-mo
(Jayanegara 2009, 69). Petunjuk tentang
3.2. Kehidupan Toleransi Beragama di keberadaan raja ini hanya berasal dari surat
Kerajaan Sriwijaya yang dibuat atas titahnya yang
3.2.1. Agama Islam di Sriwijaya diperuntukkan kepada penguasa Arab pada
Hubungan pelayaran perdagangan masa itu Umar bin Abdul Aziz (717-719 M,
Sriwijaya dengan pedagang Muslim (Arab) seorang khalifah dari Bani Umayah).
sudah terjadi sejak lama. Nama Arab sering Disebutkan dalam surat bertarikh 718 M
diceritakan oleh orang-orang Cina sama tersebut bahwa surat itu dikirim dari seorang
dengan sebutan Ta-shih atau Ta-shih K’uo Maharaja yang memiliki ribuan gajah,
yang biasanya juga disebut Arab (Wolters memiliki rempah-rempah dan wewangian
2011, 227). Hubungan pelayaran dan serta kapur barus, dengan kotanya yang
perdagangan antara bangsa Arab dengan dilalui oleh dua sungai sekaligus untuk
Śrīwijaya dibarengi dengan hubungan mengairi lahan pertanian mereka dan
persahabatan dan perdagangan (Gadjahnata menghantarkan hadiah buat khalifah Umar
1984, 30). Pada sekitar tahun 628 Masehi, (Azra 1995, 28-29). Pengirim yang
ada sahabat nabi Muhammad SAW. yang dimaksud adalah raja Sriwijaya kepada
bernama Akasyah bin Muhsin al-Usdi dinasti Umayah masa pemerintahan Umar
masuk ke nusantara untuk menyampaikan bin Abdul Aziz.
dakwah dengan membawa surat dari nabi Sementara surat kedua yang
Muhammad SAW. kepada penguasa di terdokumentasikan dalam buku tulisan Ibnu
Nusantara (Husni 2006, 19). Utusan tersebut Abdul Rabbih (860-940 M) berjudul Al Iqd
menjelaskan untuk menyampaikan dakwah al Farid (Kalung Istimewa), yang isinya
Islam kepada penguasa awal kerajaan tentang permintaan dari raja Sriwijaya
Sriwijaya (Kan-to-li), dan mendapat kepada dinasti Umayah untuk mengirimkan
sambutan yang baik oleh penguasa tersebut. mubaleq ke Sriwijaya sebagai penasehat raja
Salah satu alasannya menurut penguasa Kan (Azra 1995, 28). Untuk di Sriwijaya sendiri
-to-li bahwa Islam adalah ajaran pada abad ke-7 Masehi sudah terdapat
monotheisme, yang memiliki kemiripan sebuah kelompok pedagang Muslim yang
dengan keyakinan yang dianut oleh tinggal di tepi-tepi sungai besar atau pantai
bangsawan Kan-to-li. Keyakinan dengan para pedagang lainnya seperti Cina
monotheisme di Kan-to-li, dikenal sebagai dan India (Purwanti 2004, 111). Untuk

6
Kabib Sholeh.. Keberagaman Masyarakat Dan Toleransi Beragama Dalam Sejarah Kerajaan Sriwijaya (Suatu Analisis Historis Dalam
Bidang Sosial, Budaya, Ekonomi Dan Agama)

wilayah selat Bangka sendiri secara setidaknya memberi makna dan penafsiran
arkeologis banyak ditemukan temuan- sendiri bagi perekembangan kehidupan
temuan artefak kapal dagang Arab dan sosial-budaya dan agama masyarakat pada
barangnya yang setelah dilakukan uji labor masa itu dan khususnya kerajaan Sriwijaya.
pada serpihan kayu kapal dan barang Kompleks percandian Bumiayu jelas dapat
lainnya diperkirakan masa abad ke-9 dipahami sebagai contoh kehidupan yang
Masehi. Ditegaskan juga oleh arkelog Retno kompleks pada masa itu, dimana kehidupan
Purwanti, Islam sudah masuk di wilayah masyarakat berdampingan dalam sebuah
bangka masa Sriwijaya (Purwanti, 2015:42). perbedaan keyakinan atau kepercayaan yang
Masuknya agama Islam di Sriwijaya tidak berjalan dengan damai dan penuh toleransi
lepas dari peranan para pedagang dari Arab pada masa itu.
yang membawanya. Faktor utama tumbuhnya kehidupan yang
menjujung tinggi toleransi dalam beragama
3.2.2. Agama Hindu di Sriwijaya tidak lain ialah seorang raja penguasa
Hubungan baik dengan penguasa Hindu Sriwijayalah yang menjadikan
tidak hanya dilakukan dengan penguasa masyarakatnya taat kepada ajaran-ajaran
Jawa saja tetapi hubangan tersebut yang dipeluknya, bukan untuk saling
berlangsung dengan penguasa-penguasa melecehkan, mengusir, membunuh atau hal-
wilayah takhlukan Sriwijaya lainnya. hal yang membuat agama lain menjadi tidak
Wilayah-wilayah vasal Sriwijaya terletak nyaman di bumi Sriwijaya. Raja Sriwijaya
pada pedalaman dan ada juga di tepian dapat dikatakan sebagai contoh penguasa
pantai atau sungai. Seperti wilayah vasal yang memiliki kebijakan untuk saling
Sriwijaya yang terletak pada pedalaman dan
kebetulan bercorak Hindu yaitu wilayah
situs candi Bumiayu yang terletak tidak jauh
dari sungai Lematang.
Mengenai keberagaman pada situs candi
Bumiayu yang sudah dikenal sebagai situs
peninggalan masa Sriwijaya yang bercorak
Hindu, terdapat pada salah satu candi yang
bercorak Budha dengan ditemukannya pada
struktur candi tersebut berupa stupa dalam
kondisi masih utuh. Stupa adalah sebuah
Gambar 2. foto arca dewa, makara, nandi,
benda atau bangunan suci pada agama reruntuhan bagian-bagian candi yang
Budha. Bentuknya merupakan sebuah berrelief yang ada pada candi Bumiayu
Kabupaten Pali Sumatera Selatan yang
bangunan kubah, beridiri di atas sebuah alas bercorak Hindu yang semasa pada
zaman Srwijaya yaitu abad ke-9 – 13
(lapik) dan sebuah tiang puncak di atasnya Masehi (Sumber koleksi foto: Kabib
Sholeh
(Nasir 1980, 31). Temuan stupa tersebut

7
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 1-12

menghargai sebuah perbedaan dalam hal dikultuskan sebagai penjelmaan seorang


menjalankan agamanya masing-masing. dewa yang dikirim di dunia memberikan
contoh seperti yang diajarkan sang Budha
3.3. Pembahasan untuk selalu berbuat baik kepada siapa saja.
Berdasarkan Hubungan pelayaran dagang Dengan kereligiusan yang dimiliki raja
yang baik akan mengarahkan kepada Sriwijaya tersebut maka secara otomatis
hubungan kerja sama yang baik juga. akan berpengaruh pada setiap kebijakan-
Sriwijaya banyak dikunjungi oleh para kebijakan politiknya dalam hal ini untuk
pedagang asing dari luar yaitu Arab, India merespon dan menyikapi sebuah
dan Cina. Tentu keberadaan para pedagang kemajemukan atau keberagaman di
asing tersebut membuat bertambah masyarkatnya yaitu adanya kehidupan para
beragamnya masyarakat bumi Sriwijaya pedagang asing dari Arab, India dan Cina.
pada masa itu, tidak hanya beragam dalam Kebijakan yang paling utama seorang raja
bentuk etnis, politik, sosial, budaya, Sriwijaya terhadap kemajemukan pada masa
ekonomi tetapi juga agama. itu yaitu, pertama menjadikan kenyamanan
Kondisi demikian akan menjadi perhatian dan kemanan para pedagang asing yang
khusus bagi raja Sriwijaya sebagai tinggal di Sriwijaya, tanpa membeda-
penguasa, maka dengan kepemimpianan bedakan mereka dengan masyarakat pribumi
yang cakap dan bijaksana, raja Sriwijaya asli. Kondisi keadilan dalam kenyamanan
menghadapi keberagaman tersebut dengan dan keamanan tersebut diterima dan
suka cita dan gembira yang artinya raja disambut baik kepada para pedagang asing
Sriwijaya bangga akan keberagaman yang tinggal sifatnya semi permanen
masyarakatnya dan sedikitpun ia tidak maupun yang tinggal sudah permanin di
merasa dirugikan dengan keberagaman bumi Sriwijaya.
tersebut justru keberagaman etnis, sosial, Selain jaminan kemanan dan
budaya dan agama dijadikan sebagai tolak kenyamanan yang diperoleh masyarakat
ukur kebesaran Sriwijaya sebagai kerajaan asing, di Sriwijaya juga tumbuh budaya dan
yang memiliki kekuasaan karismatik dan kebijakan dari seorang raja besar dalam
disegani oleh penguasa-penguasa luar atau menjujung tinggi toleransi agama. Di
penguasa asing. Sriwijaya tidak hanya tumbuh keberagaman
Sriwijaya adalah kerajaan yang bercorak etnis dan budaya saja tetapi dalam bidang
agama Budha sehingga terkenal kerajaan agama terdapat agama Budha, Hindu, Islam
pelindung agama Budha terbesar di dan kepercayaan lokal lainnya. Pada agama
negerinya. Raja Sriwijaya merupakan raja Islam yang sudah masuk di Sriwijaya pada
yang sangat taat kepada ajaran-ajaran abad ke-7 Masehi atau semasa dengan awal
Budha, terlihat dalam tulisan isi prasasti perkembangan kerajaan Sriwijaya di
talang Tuo, pola kebijakan seoarang raja Palembang, agama Islam yang statusnya
besar Sriwijaya, ia tampil sebagai yang adalah agama minoritas yang jumlahnya

8
Kabib Sholeh.. Keberagaman Masyarakat Dan Toleransi Beragama Dalam Sejarah Kerajaan Sriwijaya (Suatu Analisis Historis Dalam
Bidang Sosial, Budaya, Ekonomi Dan Agama)

sangat sedikit di Sriwijaya dibandingkan sebuah ancaman. Bisa jadi permintaan


dengan agama kerajaan yaitu Budha justru pengirimana ulama ke Sriwijaya sebagai
hidup berdampingan dan saling seorang penasehat kerajaan karena raja
menghormati atara agama Islam dengan Sriwijaya sangat memahami agama Islam
agama Budha. merupakan salah satu agama monoteis yang
Untuk Agama Islam memang belum dianggap oleh raja Sriwijaya memiliki
sempat berkembang di bumi Sriwijaya kemiripan atau kesamaan dengan agama
dengan pesat seperti pada abad ke-15-16 atau kepercayaan yang dianut oleh penguasa
Masehi, namun keberadaan dan kedatangan sebelum Sriwijaya berdiri (Kan-to-li) yaitu
Islam di Bumi Sriwijaya telah memberi agama Abraham (Monoteisme). Alasan
warna tersendiri, dimana raja Sriwijaya lainnya adalah Islam yang dikenal oleh
mempersilahkan datang dan masuk dengan Sriwijaya adalah agama yang membawa
melalui para pedagang dari Arab langsung. perdamaian, menjunjung tinggi keadilan dan
Raja Sriwijaya memberi jaminan keamanan saling menghormati antara agama satu
seperti pendatang asing yang lainnya, para dengan agama lainnya. Raja Sriwijaya
pedagang dari Arab tersebut menetap semi sendiri terkenal akan ketaatannya dalam
permanen dan ada juga yang sudah menjalankan ajaran-ajaran Budha dan salah
permanen, sambil menunggu angin musim satunya menjujung tinggi toleransi antar
untuk melanjutkan perjalanannya. Dalam umat beragama sehingga ajaran tersebut ada
catatan berita dari Arab sendiri hubungan persamaan dengan agama Islam yang
baik dan saling menghormati antar berasal dari Arab dengan demikian wajar
beragama ditunjukkan oleh Sriwijaya apabila raja Sriwijaya memiliki kebijakan
dengan mengirimkan surat kepada dinasti untuk mengambil seorang ulama atau
bani Umayah selama dua kali dan salah satu mubaleq dari Arab langsung untuk dijadikan
yang menarik dari pengiriman surat tersebut salah satunya sebagai penasehat kerajaan
salah satunya isinya menjelaskan tentang pada masa itu.
raja Sriwijaya meminta dikirimkan seorang Selain dengan agama Islam toleransi
ulama dari dinasti Umar bin Abdul Aziz antar umat beragama juga terjadi antara
(Muawiyah). Sriwijaya dengan agama Hindu. Hubungan
Permintaan pengiriman ulama dari baik dengan Hindu juga terjadi, kondisi
dinasti Umar bin Abdul Aziz ke Sriwijaya demikian dibuktikan dengan temuan-temuan
merupakan salah satu bentuk hubungan secara arkeologis adanya peninggalan masa
persahabatan yang baik, tetapi menariknya Sriwijaya yang bercorak Hindu. Situs candi
bukan hanya masalah hubungan Bumiayu merupakan situs yang terletak di
persahabatan antar negara penguasa, lebih hulu Sungai Musi atau anak-anak sungai
dalam lagi seakan-akan raja Sriwijaya ingin Musi yaitu dekat dengan Sungai Lematang.
menunjukan sebuah kepemimpinan yang Cadi Bumiayu merupakan peninggalan masa
tidak melihat sebuah perbedaan menjadi kerajaan Sriwijaya pada abad ke-9-13

9
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 1-12

Masehi, dimana candi yang bercorak Hindu masyarakatnya, meskipun ia sebagai


tersebut dahulunya sebagai wilayah kekuasaan wilayah vasal dari Sriwijaya.
penyanggah peradaban Sriwijaya atau Temuan bangunan stupa sebagai candi
tempat barang-barang komoditas yang bercorak agama Budha ditemukan
perdagangan berasal yang selanjutnya dari disalah satu percandian di Bumiayu tentu
pedalaman barang-barang tersebut dibawa menambah kuat kegiatan masyarakat yang
keluar melalui Sungai Lematang menuju benar-benar menjujung tinggi perbedaan
Sungai Musi sebagai pusat kerajaan dalam memeluk keyakinan dan agamanya
Sriwjaya. Wilayah Bumiayu juga dapat masing-masing. Tidak ada pemerintahan
dikatakan sebagai wilayah mandala atau yang beragam dalam kehidupan
wilayah vasal Sriwijaya yang bercorak bermasyarakat kecuali pemerintahan
Hindu. tersebut dipimpin oleh seorang raja yang
Bukti situs candi Bumiayu bercorak benar-benar menjujung tinggi sebuah
Hindu ditemukannya disetiap struktur pada keberagaman dalam mejalankan kehidupan
candi ditemukannya beberapa arca yang masyarakat baik dalam bidang sosial,
biasa ada pada candi yang bercorak Hindu budaya, ekonomi dan agaman. Sejarah
seperti araca nandi, arca dewa/dewi, kala, Sriwijaya merupakan contoh konkrit yang
makara dan corak Hindu pada candi yang memang benar-benar menjalankan roda
lainnya. Menariknya lagi pada salah satu pemerintahan berjalan dengan baik,
struktur pada candi di Bumiayu terdapat pemerintahan yang dijalankan berlandaskan
temuan-temuan berupa stupa yang terbuat ajaran-ajaran agama yang baik tanpa melihat
dari tanah liat merah yang menunjukan mayoritas dan minoritas di dalam
sebagai corak agama Budha atau agama masyarakat tetapi yang ada adalah hubungan
penguasa Sriwijaya. Dari bukti dan temuan masyarakat yang berdasarkan persatuan dan
tersebut jelas hubungan keagamaan dengan kesatuan sosial, menghormati sebuah
Hindu terjalin sangat baik sekali dengan perbedaan dan toleransi dalam memeluk
Sriwijaya sebagai agama Budha. Meskipun keyakinan atau agamanya masing-masing.
wilayah Bumiayu dikenal sebagai wilayah
kekuasaan tersendiri yang bercorak Hindu 4. Penutup
dan secara geografis letak agak masuk jauh 4.1. Kesimpulan
ke dalam dengan pusat Sriwijaya, sepertinya Keberagaman masyarakat Sriwijaya
raja Sriwijaya berupaya memberi keluasaan dipengaruhi oleh para pedagang asing (Arab,
terhadap berkembangnya agama Hindu di India, Cina), yang datang untuk berdagang
pedalaman tersebut justru apa bila dilihat dengan jangka masa yang tidak ditentukan,
dari temuan-temuan strukrur candi yang dan tidak jarang pula mereka menetap semi
kurang lebih ada 11 struktur percandian permanen di Sriwijaya. Keberagaman
Hindu mengindikasikan dahulunya penguasa masyarakat Sriwijaya tidak menjadi
di Bumiayu sangat sejahtera dan damai halangan, justru keberagaman tersebut

10
Kabib Sholeh.. Keberagaman Masyarakat Dan Toleransi Beragama Dalam Sejarah Kerajaan Sriwijaya (Suatu Analisis Historis Dalam
Bidang Sosial, Budaya, Ekonomi Dan Agama)

membuat raja Sriwijaya ingin menunjukan yang letaknya tidak jauh dari Sungai
kepemimpinan yang adil dan bijaksana Lematang cabang anak sungai Musi, candi
tentunya dengan dilandasi kereligiusan tersebut berdasarkan bukti-bukti
seorang raja yang taat akan ajaran-ajaran peninggalannya bercorak Hindu sekitar abad
Budha selama ia memimpin di Sriwijaya. ke-9 – 13 Masehi, situs tersebut dahulunya
Para pedagang Arab, India dan Cina, diduga sebagai kekuasaan vasal Sriwijaya
menempati tempat-tempat yang sudah sekaligus penyanggah peradaban dari
disediakan oleh Sriwijaya, mereka tidak pedalaman Sriwijaya.
jarang membuat kelompok-kelompok
komunitas tersendiri di tepian sungai atau 4.2. Saran-Saran
pantai dengan kapal-kapal dagangnya, ada Bagi mahasiswa dan dosen yang ada di
juga yang sudah menetap semi permanen di lingkungan civitas perguruan tinggi
Sriwijaya. diharapkan untuk lebih giat lagi dalam
Keberagaman masyarakat dalam berbagai penelitian sejarah dan kebudayaan lokal
bidang terutama bidang keagamaan, yang ada di wilayah masing-masing sebagai
menjadikan Sriwijaya memiliki kebijakan upaya mengangkat sejarah dan budaya
yang penting untuk menyikapi perbedaan kelokalan untuk dijadikan sejarah dan
antara Budha, Islam dan Hindu. Pada agama budaya nasional sebagai identitas sebuah
Islam, raja Sriwijaya benar-benar bangsa.
menghormati dan menghargai bagi Bagi peneliti lanjutan, diharapkan
masyarakat terutama para pedagang Arab untuk lebih giat dan semangat lagi untuk
yang tinggal di Sriwijaya untuk menjalankan menulis dan meneliti tentang sejarah
ibadahnya sesuai ajaran Islam. Saling kerajaan Sriwijaya sehingga pada akhirnya
menghormati dan menjujung tinggi toleransi nanti akan menghasilkan penelitian-
terhadap Islam tidak hanya ditunjukan penelitian baru yang belum pernah diungkap
dalam negeri saja, raja Sriwijaya pernah sebelumnya.
mengirimkan dua kali surat kepada bani
Umayah pada masa kepemimpinan Umar
bin Abdul Aziz di Arab, isi surat tersebut Daftar Pustaka
diantaranya adalah Sriwijaya meminta Abdurrahman, Dudung. 1999, Metode
mubaleg sebagai penasehat kerajaan di bumi Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos
Sriwijaya. Wacana Ilmu.
Toleransi antar umat beragama tidak Azra, Azyumardi. 1995. Jaringan Ulama
hanya ditunjukkan kepada Islam saja, tetapi Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara
terhadap Hindu yang tumbuh berkembang di Abad XVII dan XVIII. Bandung: Mizan
bumi Sriwijaya juga ikut membuktikan raja Bandung.
Sriwijaya memang benar-benar terbuka Coedes, George. 1989. Kedatuan Sriwijaya.
dengan agam lain. Situs candi Bumiayu Jakarta: PT. Reka Viva Karya.

11
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 1-12

Daldjoeni, N. 1984. Geografi Kesejarahan Balai Arkeologi Palembang


II Indonesia. Bandung: Percetakan Offset Sholeh, Kabib. 2015. Kemaritiman Kerajaan
Alumni Kotak Pos Anggota IKAPI. Sriwijaya dan Pedagang Muslim di
Daliman, 2015. Metode Penelitian Sejarah. Palembang pada abad VII-IX Masehi.
Yogyakarta: Ombak. Palembang:NoerFikri.
Gottschalk, Louis. 2008. Mengerti Sejarah: Siregar, Sondang M. 2010. Siddhayatra.
pengantar metode sejarah (terjemahan: Palembang: Kementerian Kebudayaan
Nugroho Notosusanto). Jakarta: Yayasan dan Pariwisata, Balai Arkeologi
Penerbit Universiatas Indonesia. Palembang.
Gadjahnata, K.H.O. 1984. Masuk dan Sirzani, Raghib As.2011. Sumbangan
Berkembangnya Islam di Sumatera Peradaban Islam pada Dunia. Jakarta
Selatan. Jakarta: Universitas Indonesia. Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Husni, Dardiri, dkk.2006. Sejarah Islam Utomo, Bambang. 2018. Rumah Peradaban,
Asia Tenggara. Riau: Istitute for Southest Jejak Silam: Toleransi. Jakarta: Pusat
Asian Islamic Studis (ISAIS), UIN Suska Penelitian Arkeologi Nasional.
dengan Alaf Riau-Pekanbaru. Wolters, O.W. 2011. Kemaharajaan Maritim
Jayanegara, Erwan Suryanegara bin Asnawi. Sriwiaya dan Perniagaan Dunia Abad III
2009. Kerajaan Sriwijaya. Palembang: – Abad VII. Jakarta: Komunitas Bambu.
Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Wiyana, Budi. 2014. Hubungan
Selatan. Perdagangan Antara Pantai Timur
Notosusanto, Marwati Djoened Sumatera Selatan dengan Dunia Luar
Poesponegoro Nugroho, 2008. Sejarah dalam Jurnal Siddhayatra: V ol. 19. No.2
Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Tahun 2014. Palembang: Kementerian
Pustaka Pendidikan dan Kebudayaan Balai
Nasir, M.1980. Arkeologi Klasik Daerah Arkeologi Palembang.
Jambi. Proyek pengembangan
permusiuman Jambi Kantor wilayah
Depertemen pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Jambi.
Purwanti, Retno.2004. Perubahan Pola
Permukiman Masyarakat Palembang
dalam Persepektif Arkeo-Ekologi dalam
Jurnal Tamaddun: Jurnal Kebudayaan
dan Sastra Islam, Vol. 1V. No.1 tahun
2004. Palembang IAIN Palembang.
____________, 2015. Islamisasi Bangka.
Tinjauan arkeologi-Filologi dalam Jurnal
Siddhayatra: Vol. 21. no.1. Palembang:

12

You might also like