Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Psikoborneo

Jurnal Imiah Psikologi p-ISSN: 2477-2666


Volume 8 No 4 | Desember 2020: 562-571 e-ISSN: 2477-2674
DOI: 10.30872/psikoborneo

Intensitas Mengunggah Konten Media Sosial Instagram


dengan Perilaku Narsistik pada Remaja Awal
Resta Nurina Fauziah
Department of Psychology, University Mulawarman Samarinda, Indonesia

Article Info ABSTRACT (10 PT)


Article history: Research is conducted to know the correlation between the intensity of
Received Agustus 7, 2020 uploading content to Instagram social media with the narcissistic
Revised September 17, 2020 behavior in early adolescents in Samarinda. Narcissistic behavior is a
Accepted Oktober 17, 2020 personality pattern dominated by feelings of great self in early
adolescents, pleased to be praised, and admired and there is no sense of
Keywords: empathy that early adolescents can experience. This type of research is
Intensity quantitative research. The subjects in the study numbered 70 early
narcissistic behavior teens. The method of collecting data using two scales is intensity and
Early teen narcissistic behavior. Analysis of the data used with the correlation
analysis test Product Moment with the help of program Statistical
Package for Social Sciences (SPSS) 25.0 for Windows. The results showed
that there was a very significant link between the intensity of uploading
content to Instagram social media with the early adolescent narcissistic
behavior in Samarinda city with the result value R = 0.898 and P = 0.000
(P < 0.05) which indicates both variables have moderate correlation.
Thus the hypothesis in this study was received.

ABSTRAK (10 PT) Kata kunci


Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara intensitas mengunggah Intensitas
konten ke media sosial instagram dengan perilaku narsistik pada remaja awal di Perilaku narsistik
kota samarinda. Perilaku narsistik adalah pola kepribadian yang didominasi oleh Remaja awal
perasaan dirinya hebat pada remaja awal, senang dipuji, dan dikagumi serta tidak
ada rasa empati yang bisa dialami oleh remaja awal. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif. Subjek dalam penelitian berjumlah 70 remaja awal. Metode
pengumpulan data menggunakan dua skala yaitu intensitas dan perilaku narsistik.
Analisa data yang digunakan dengan uji analisis korelasi Product Moment dengan
bantuan program Statistical Package for Sosial Sciences (SPSS) 25.0 for windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan
antara intensitas mengunggah konten ke media sosial instagram dengan perilaku
narsistik pada remaja awal di kota samarinda dengan nilai hasil r = 0.898 dan p =
0.000 ( p < 0.05) yang menunjukkan kedua variabel tersebut memiliki korelasi yang
sedang. Sehingga dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima.

562
PSIKOBORNEO Volume 8 No 4 Desember 2020: 562-571

PENDAHULUAN narsisme cenderung ingin mendapatkan


perhatian dan kekaguman dari orang lain
Dalam interaksi perilaku sosial, suara
sehingga ia menampilkannya melalui foto-
manusia menjadi salah satu saluran
foto selfie yang diunggahnya di media
utama pembawa atribut ekspresi emosi
sosial.
kondisi mentalnya. Suara manusia
Remaja akan cenderung mengubah
merupakan hasil olah vokal yang tersusun
dirinya agar telihat berbeda dari orang lain,
dengan disertai urutan kata demi kata,
salah satu cara yang dilakukan dengan
hingga menghasilkan kalimat dalam rupa
memperhatikan penampilan fisiknya.
pola wicara yang memiliki makna
Generasi next ini dipandang menjadi
ekspresi kondisi psikologisnya (Gumelar,
sebuah generasi masa depan yang
Yuniarno, Anggraeni, Sugiarto5, Kristanto,
berwatak menyendiri (desosialisasi),
Purnomo1, 2020). Di zaman sekarang yaitu
dibesarkan dalam lingkungan budaya baru
memasuki era globalisasi saat ini teknologi
media digital yang interaktif (Ibrahim,
dan informasi telah mengalami
2011). Kemudian untuk media sosial baru
perkembangan yang sangat pesat. Hal ini
yang lebih spesifik penggunaannya, salah
dapat dilihat dari banyaknya media sosial
yang muncul dan hadir di tengah satunya yakni instagram. Menurut Lim
(2017) instagram sebagai aplikasi fotografi
kehidupan masyarakat. Media sosial
sosial tanpa memerlukan biaya dan
merupakan sebuah media online, dimana
dirancang untuk digunakan pada hp
para penggunanya dapat dengan mudah
smartphone, instagram memberikan
berpartisipasi, berbagi informasi, dan
pengunanya dapat mengirim gambar
membentuk tulisan-tulisan seperti blog,
visual sharing. Diluncurkan pada tahun
wiki dan forum (Cahyono, 2016).
2010, aplikasi gratis ini pertama kali keluar
Instagram merupakan salah satu
sebagai salah satu platform sosial media
media sosial yang paling banyak digemari
yang paling banyak dipakai oleh
dan digunakan oleh anak remaja zaman
penggunanya tahun 2015, menurut Hoing
sekarang, khususnya di Indonesia. Hal ini
& MacDowall (2016). Pertumbuhan
disebabkan karena instagram merupakan
instagram sangat cepat hal ini
media sosial yang membantu
menunjukkan bahwa Instagram
penggunanya dalam membagikan foto
mempunyai foto selfie atau potret
atau video kepada khalayak ramai. Selain
sehingga menarik pengguna sosial media
itu, instagram juga memiliki berbagai
biasa. Aplikasi gratis ini terinspirasi seperti
macam fitur yang dapat digunakan oleh
genre seni rupa biasa bahkan tanpa
penggunanya seperti fitur live, fitur-filter
Pendidikan seni rupa formal (Zappavigna,
digital foto, fitur share location, fitur
2016).
stories, dan fitur-fitur lainnya. Salah
Munculnya instagram tersebut pada
satunya seperti kegemaran memposting
akhirnya berimbas pada makin banyaknya
foto selfie juga dapat mengundang
penghobi foto yang mendadak meledak.
kejahatan sosial, membuat pekerjaan
Terlebih karena kemajuan teknologi dan
terbengkalai, mengganggu orang lain,
menjadikan mudahnya seseorang dalam
memengaruhi pikiran orang lain yang
membuat sebuah foto, hanya
melihatnya dan meningkatkan risiko
menggunakan telepon genggam sekarang
perubahan gambar (Yulistara, 2014).
sudah menghasilkan foto dengan kualitas
Obsesi tersebut disebabkan karena adanya
yang baik. Dari hasil foto tersebut
perilaku narsistik yang dimiliki orang
pengguna Instagram saling berinteraksi
tersebut. Hal ini disebabkan karena
Intensitas Mengunggah Konten Media Sosial Instagram dengan Perilaku Narsistik pada Remaja Awal 563
(Resta Nurina Fauziah)
PSIKOBORNEO Volume 8 No 4 Desember 2020: 562-571

berupa memberikan tanda love, komentar. narsis guna menutupi perasaan-perasaan


Soelarko (2015) semakin banyaknya hampa yang dialaminya.
penikmat dan penggila foto maka Remaja dengan perilaku narsistik
mengubah penggunaan foto itu sendiri, mempunyai anggapan bahwa dirinya
yang dahulu sebagai pelengkap sebuah spesial, ambisius, dan suka mencari
tulisan atau artikel, saat ini foto menjadi keternaran (Ranni, 2011). Remaja akan
bagian utama dan tulisan hanya sebagai cenderung mengubah dirinya agar telihat
caption atau penjelasan dari foto tersebut. berbeda dari orang lain, salah satu cara
Interaksi social di dunia maya yang dilakukan dengan memperhatikan
Instagram tersebut dapat cukup penampilan fisiknya. Ranni (2011)
mempengaruhi perilaku narsistik menyebutkan bahwa semakin tinggi
seseorang. Hal tersebut seperti dikatakan perilaku narsistik yang dialami individu
oleh Dangwal (2016) bahwa pengguna semakin tinggi pula perilaku intensitas
internet khususnya pengguna media social mengakses media sosial. Selain itu remaja
dikalangan anak muda akan dengan perilaku narsis akan bertindak
mempengaruhi kematangan emosinya, secara berlebihan demi mencari
dan dari hasil penelitiannya ditemukan ketakjuban dari orang lain.
bahwa remaja pengguna internet, Ranni (2011) menyebutkan bahwa
khususnya social media cenderung kurang semakin tinggi perilaku narsistik yang
matang emosinya, terutama instagram. dialami individu semakin tinggi pula
Remaja yang memiliki perilaku narsistik perilaku intensitas mengakses media
membutuhkan kekaguman dan rasa sosial. Selain itu remaja dengan
keunikan dari orang lain. Maka dari itu kepribadian narsis akan bertindak secara
pada masa remaja perilaku narsistik ini berlebihan demi mencari ketakjuban dari
sudah dapat terbentuk karena orang lain. Narsisme adalah cinta terhadap
berdasarkan penelitian pada anak-anak diri sendiri secara berlebihan, paham yang
kepribadian ini sudah dapat terbentuk mengharapkan diri sendiri lebih unggul
kecenderungan narsistik dapat dan amat penting dibandingkan orang lain,
mengarahkan tingkah laku aktif terhadap serta menganggap dirinya lebih pandai,
lingkungan (Apsari, 2012). lebih hebat, lebih berkuasa, lebih bagus
Narsistik adalah pola perilaku yang dan lebih segalanya (Chaplin, 2011).
didominasi oleh perasaan dirinya hebat, Narsisme biasanya ditunjukkan pada
senang dipuji dan dikagumi serta tidak ada orang-orang yang memiliki kecenderungan
rasa empati. Perilaku narsistik memiliki untuk mencintai dirinya sendiri dan
perasaan yang kuat bahwa dirinya adalah kemudian mempengaruhi tingkah lakunya,
orang yang sangat penting serta serta meminta pengaguman dan pemujian
merupakan individu yang unik. Mereka dari orang lain. Hal yang paling sering
sangat sulit sekali menerima kritik dari dilakukan orang yang narsisme adalah ia
orang lain, sering ambisius dan mencari sering membicarakan dan memuji dirinya
ketenaran (Ardani, 2011). Nevid (2005) sendiri dihadapan orang lain. Sedangkan
menyatakan bahwa perilaku narsistik orang yang senang memotret dirinya
merupakan gangguan kepribadian yang sendiri (selfie) dan mempostingnya ke
ditandai oleh self-image yang media sosial juga dapat dikatakan
membumbung serta tuntutan akan narsisme.
perhatian dan pemujaan. Hal tersebut Hal ini karena orang yang
dilakukan oleh individu dengan perilaku memposting foto selfie cenderung

Intensitas Mengunggah Konten Media Sosial Instagram dengan Perilaku Narsistik pada Remaja Awal 564
(Resta Nurina Fauziah)
PSIKOBORNEO Volume 8 No 4 Desember 2020: 562-571

memiliki motif untuk mendapatkan perilaku narsistik pada remaja awal di kota
perhatian, pujian dan pengaguman dari Samarinda, H0: Tidak ada hubungan antara
orang lain (Yulistara, 2014). Chaplin (2011) intensitas mengunggah konten ke media
Intensitas terbentuk dari aktivitas atau sosial Instagram dengan perilaku narsistik
kegiatan yang memberikan kepuasaan pada remaja awal di kota Samarinda.
atau kesenangan kepada individu yang
melakukannya, sehingga individu tersebut METODE PENELITIAN
cenderung untuk mengulangi aktivitas Desain Penelitian
yang dilakukannya. Kepuasan yang di Jenis penelitian yang digunakan dalam
dapat oleh khalayak (para remaja). penelitian ini adalah dengan menggunakan
Ketika menggunakan internet adalah
metode kuantitatif dengan jenis penelitian
pemenuhan kepuasan pengetahua, korelasi antara variable intensitas dengan
kegunaan kesenangan intensitas perilaku narsistik.
peggunaan internet sangat berpengaruh
dengan kesenangan dan rasa ingin Subjek Penelitian
mengetahui sesuatu. Menurut Aulia (2015) Pengambilan subjek menggunakan Teknik
para remaja awal adalah remaja yang Purposive sampling. Subjek yang terlibat
dapat di katakan anak milenial pada zaman dalam penelitian ini adalah remaja yang
sekarang yang mereka dapat dengan berusia remaja awal yaitu dalam rentang
mudah untuk bergaul dan berinteraksi usia dari 12 – 15 tahun (Hurlock, 2011) di
dengan siapa saja, dengan adanya kota Samarinda yang berjumlah 70 sampel
perkemangan teknologi yang sudah
subjek.
sangat berkembang pesat hamper semua
remaja memiliki smartphone dan dapat Metode Pengumpulan Data
dengan mudah mereka dapatkan. Metode pengumpulan data yang
Berdasarkan uraian latar belakang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
diatas, maka diperoleh rumusan masalah psikologi. Selain sebagai alat ukur, skala
dalam penelitian ini adalah apakah psikologi memiliki karakteristik khusus
terdapat hubungan antara intensitas yang membedakannya dari berbagai
mengunggah konten ke media sosial bentuk instrument pengumpulan data
Instagram dengan perilaku narsistik pada yang lain seperti angket, daftar isian,
remaja awal di kota Samarinda?. inventori, dan lain-lainnya (Azwar, 2013).
Berdasarkan rumusan masalah di atas
maka tujuan penelitian ini adalah untuk Teknik Analisis Data
mengetahui hubungan antara intensitas Analisis data yang dilakukan untuk
mengunggah konten ke media sosial pengolahan data penelitian adalah dengan
Instagram dengan perilaku narsistik pada menggunakan analisis korelasi product
remaja awal di kota Samarinda. moment. Keseluruhan teknik analisis data
Berdasarkan uraian teroritis yang menggunakan SPSS (Statistical Package for
telah dikemukakan diatas, maka hipotesis Social Sciences) versi 25.0 for window.
awal dari penelitian ini yaitu, H1: Ada
hubungan antara intensitas mengunggah
konten ke media sosial Instagram dengan

Intensitas Mengunggah Konten Media Sosial Instagram dengan Perilaku Narsistik pada Remaja Awal 565
(Resta Nurina Fauziah)
PSIKOBORNEO Volume 8 No 4 Desember 2020: 562-571

HASIL PENELITIAN
Hasil Uji Asumsi: Uji Normalitas

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas


Variabel Koimogrov-Smirnof Z P Keterangan
Pemujaan Selebriti 0.067 0.200 Normal
Keterampilan Sosial 0.090 0.045 Tidak Normal

Berdasarkan tabel 7, didapatkan hasil normal. Sebaran data variabel intensitas


sebaran data variabel perilaku narsistik memiliki signifikansi dengan probabilitas
memiliki signifikansi dengan probabilitas (p) 0.200 nilai probabilitasnya di atas 0,05
(p) 0.200 nilai probabilitasnya di atas 0.05 (p>0,05) maka distribusi data dikatakan
(p>0.05) maka distribusi data dikatakan normal.

Hasil Uji Asumsi: Uji Linearitas


Tabel 8. Hasil Uji Linearitas
Variabel F Hitung F Tabel P Keterangan
Perilaku Narsistik – Intensitas 0.762 1.76 0.780 Linearitas

Berdasarkan tabel 8, didapatkan linearity F hitung < F tabel = 0.762 < 1.76 dan
hasil bahwa analisis uji asumsi linearitas p = 0.780 > 0.05. Hal ini menunjukkan
antara variabel perilaku narsistik terhadap bahwa hubungan kedua variabel tersebut
ntensitas mempunyai nilai devistion from adalah linear.

Uji Hipotesis
Tabel 9. Hasil Uji Kendall’s Tau-b
Variabel R P Keterangan
Intensitas (X)
0.898 0.235 0.000
Perilaku Narsistik (Y)

Berdasarkan data tabel 9, maka PEMBAHASAN


didapatkan hasil bahwa analisis uji korelasi Hasil penelitian ini menunjukan
yang terbentuk adalah sebesar 0.898. Nilai bahwa terdapat hubungan yang kuat dan
0.898 merupakan nilai R Hitung > R Tabel, sangat signifikan antara intensitas
dimana angka ini menunjukkan korelasi mengunggah konten ke media sosial
atau hubungan yang kuat dan signifikan instagram dengan perilaku narsistik pada
antara intensitas dengan perilaku narsistik. remaja awal di kota Samarinda. Hal ini
Dengan demikian hasil tersebut ditunjukan dari hasil uji korelasi product
menunjukkan kedua variabel tersebut moment dengan nilai hasil R Hitung = 0.898
memiliki korelasi ada hubungan antara > R Tabel = 0.235 dan P = 0.000. Hasil
intensitas mengunggah konten ke media penelitian tersebut menunjukkan bahwa
sosial instagram dengan perilaku narsistik semakin tinggi intensitas mengunggah
pada remaja awal di kota Samarinda. konten ke media sosial instagram, akan
Sehingga dengan demikian hipotesis dala berpengaruh pula perilaku narsistik pada
penelitian ini diterima. remaja di kota Samarinda. Sebaliknya,
semakin rendah intensitas mengunggah

Intensitas Mengunggah Konten Media Sosial Instagram dengan Perilaku Narsistik pada Remaja Awal 566
(Resta Nurina Fauziah)
PSIKOBORNEO Volume 8 No 4 Desember 2020: 562-571

konten ke media sosial instagram, maka sosial instagram membuat para remaja
semakin rendah perilaku narsistik pada semakin berpotensi terpapar berbagai
remaja tersebut. Hasil tersebut sejalan informasi yang dipandang mampu
dengan penelitian sebelumnya yang megubah perilaku atau bahkan keyakinan
menyatakan bahwa frekuensi penggunaan remaja terhadap suatu nilai (Ho, Shin, &
internet yang dijabarkan melalui Lwin, 2017). Melalui karakteristik remaja
penggunaan media sosial menjadi salah yang lebil dan cenderung masih mencari
satu agen yang dapat menyebarkan nilai komitmen akan suatu nilai yang baik
materialism (Ahluwalia & Sanan, 2015). maupun buruk dalam kehidupannya, para
Hasil analisa data diatas juga sesuai dengan remaja akan sangat rentan menerima
hasil penelitian yang dilakukan oleh nilainilai yang justru negatif dari media
Sorokowski (2015) yang menyatakan sosial instagram (Nurhayati, 2015).
bahwa individu yang memiliki narasisme Kepopularitasan instagram di antara kaum
tinggi akan cenderung memposting foto remaja dapat mengalahkan facebook.
selfie-nya di media sosial dibandingkan Survei yang telah dilakukan oleh
dengan individu yang memiliki narasisme lembaga riset Piper Jaffray terhadap
rendah. Dan diperkuat lagi dengan hasil responden remaja Amerika Serikat (AS)
penelitian yang dilakukan Buffardi & menunjukkan bahwa 33 persen para
Campbell (2010) yang menyatakan bahwa remaja yang berusia 13 hingga 19 tahun,
terdapat hubungan positif antara narsisme cenderung lebih banyak mengakses
dan pengguna media sosial. Artinya instagram, sedangkan yang mengakses
pengguna yang memiliki perilaku narsistik twitter sebesar 20 persen, sehingga
tinggi akan lebih sering mem-posting ditempatkan menjadi peringkat kedua
fotonya ke media sosial dibandingan (Widiartanto, 2015). Dari hasil wawancara
dengan pengguna yang memiliki perilaku salah satu mahasiswi yang masih aktif
narsistik yang rendah. Jadi salah satu berkuliah di kampus Universiat
penyebab perilaku mem-posting foto selfie Mulawarman semester V yang berinisial RR
ke media sosial yaitu karena adanya mengaku setiap kali berpergian ketempat
narsisme yang berperan pada diri yang menurutnya dia bagus, ia selalu
seseorang. melakukan foto selfie dan
Instagram merupakan aplikasi mengunggahnya ke media sosial
berbasis internet dan mobile yang mampu instagramnya. Ia mengaku sangat cukup
membuat penggunaanya untuk puas jika ia sudah mengunggah posting
mengambil foto maupun video secara selfie dirinya di tempat yang menurutnya
instan, membagiakan momen, serta bagus dan dilihat oleh teman-temannya
berbagi informasi salah satunya mengenai yang juga aktif di media sosial instagram.
informasi produk dengan sesame Menurut Simatupang (2015) menyatakan
pengguna (Agustina, 2016). Saat ini, bahwa posting selfie muncul sebagai
Indonesia menduduki Negara dengan bentuk kekaguman diri sendiri atas
pertumbuhan penggunaan media sosial perhatian orang lain yang diakibatkan dari
tertinggi ketiga di dunia (Sumber dari data: banyaknya like atau komentar positif yang
We Are Social, 2018). Hal tersebut semakin didapatkan oleh foto tersebut.
memperkuat bahwa semakin banyak Pearlaman (2013) juga mengatakan
orang yang menggunakan media sosialnya bahwa posting selfie merupakan gejala
untuk sebagai media berinteraksi. yang ditimbulkan oleh adanya media
Tingginya intensitas penggunaan media sosial. Hal ini berarti bahwa mengunggah

Intensitas Mengunggah Konten Media Sosial Instagram dengan Perilaku Narsistik pada Remaja Awal 567
(Resta Nurina Fauziah)
PSIKOBORNEO Volume 8 No 4 Desember 2020: 562-571

foto selfie merupakan suatu aktivitas yang (Yulistara, 2014). Seperti kasus yang
berguna untuk mempromosikan diri dialami oleh Miss Iraq, Sarah Idan yang
kepada khalayak ramai di dalam media mendapat ancaman pembunuhan dan
sosial. Selain itu mengunggah foto selfie akan diberhentikan menjadi Miss Irak
juga berguna untuk meningkatkan regulasi karena memposting foto dirinya bersama
diri atau disebut self regulation dengan Miss Israel, Adar Gandelsman yang
(Sorokowski, 2015). dianggap sebagai serangan terhadap
Dalam ilmu psikologi, kebiasaan atau masyarakat Palestina (Muhaimin, 2017).
kegemaran seseorang memposting foto Kasus lainnya yang terjadi dituliskan
selfie di media sosial disebut dengan oleh Pryanka (2016), yakni seorang pilot
intensitas posting selfie. Seseorang yang berusia 29 tahun berusaha memotret dan
gemar melakukan selfie biasanya dapat memposting foto selfienya saat
memposting atau mengunggah foto melakukan penerbangan di sekitar
selfienya sebanyak 4-6 kali dalam sebulan Bandara Colorado. Namun tindakan
(Borelli, 2016). Sedangkan menurut Judith tersebut membuat pesawatnya jatuh dan
(2011) mengatakan bahwa seseorang yang ia meninggal bersama dengan seluruh
gemar melakukan selfie biasanya dapat penumpang lainnya. Kasus ini terjadi
mengunggah foto sebanyak 1-2 kali/hari. karena pilot tersebut hanya fokus dalam
Seperti penelitian yang dilakukan oleh memotret dan memposting foto dirinya
Charoensukmongkol (2016) pada subjek sehingga melalaikan pekerjaan yang
mahasiswa di Bangkok, Thailand yang sedang dilakukannya. Lisnawati (2014)
menyebutkan bahwa ada hubungan positif juga menuliskan berita tentang tragedi
antara posting foto yang berkaitan posting selfie yang dialami oleh seorang
tentang hidupnya dengan kesepian. remaja yang berusia 18 tahun, dimana ia
Artinya individu yang gemar memposting kehilangan nyawanya hanya demi
foto selfie atau tentang dirinya di media mendapatkan sebuah foto terbaik yang
sosialnya mempunyai tingkat kesepian akan ditunjukkan kepada khalayak ramai.
yang lebih tinggi dibandikan individu yang Ketiga kasus tersebut terjadi karena para
tidak gemar memposting foto yang pelaku posting selfie terobsesi
berkaitan tentang dirinya di media menampilkan foto selfie terbaiknya untuk
sosialnya. Sedangkan menurut Houghton di posting di media sosial agar
(dalam Widiani, 2013) seseorang yang mendapatkan pujian dan komentar positif
gemar memposting fotofoto yang dari para netizen. Obsesi tersebut
berkaitan dengan dirinya di media sosial terbentuk dari perasaan individu yang
berisiko membahayakan dirinya sendiri. menganggap dirinya lebih baik dari orang
Hal ini disebabkan karena posting tersebut lain dan memiliki keinginan untuk
berpotensi memperburuk kodisi hubungan diperhatikan dan dikagumi oleh orang lain.
sosial dan membuat pengunggahnya tidak Obsesi tersebut disebabkan karena
disukai orang lain. adanya sifat narsisme yang dimiliki orang
Kegemaran memposting foto tersebut. Hal ini disebabkan karena
tentang dirinya hingga berlebihan juga narsisme cenderung ingin mendapatkan
dapat mengundang kejahatan sosial, perhatian dan kekaguman dari orang lain
membuat pekerjaan terbengkalai, sehingga ia menampilkannya melalui foto-
mengganggu orang lain, memengaruhi foto selfie yang diunggahnya di media
pikiran orang lain yang melihatnya dan sosial. Seperti yang dikatakan oleh
meningkatkan risiko perubahan gambar Freedland (2013) bahwa posting selfie

Intensitas Mengunggah Konten Media Sosial Instagram dengan Perilaku Narsistik pada Remaja Awal 568
(Resta Nurina Fauziah)
PSIKOBORNEO Volume 8 No 4 Desember 2020: 562-571

merupakan lambang utama dari narsisme. pertahanan hidup individu. Perbedaan


Didukung oleh penelitian yang dilakukan antara narsis yang sehat dan narsis yang
Simatupang (2015) bahwa posting selfie gangguan adalah dalam ukuran dan
muncul sebagai bentuk kekaguman diri perilakunya. Narsisme dapat dikatakan
sendiri atas perhatian orang lain yang gangguan apabila individu sudah tidak
diakibatkan dari banyaknya like atau mampu membedakan antara kenyataan
komentar positif yang didapatkan foto dan khayalan, sehingga merusak dan
tersebut. mengganggu fungsi individu tersebut baik
Menurut Nevid, Rathus, & Greene, secara psikis maupun fungsi sosialnya.
(2009) Narsisme adalah cinta diri dimana Seperti yang dikatakan oleh Raskin & Terry
individu tersebut memperdulikan dirinya (1988) yaitu narsisme mempunyai masalah
sendiri secara berlebihan, mempunyai pada hubungan interpersonal identik
keyakinan yang berlebihan tentang dirinya dengan perasaan eksploitatif dan kurang
seperti khayalan akan kekuasaan dan berempati terhadap orang lain. Pada DSM-
keberhasilan, cinta terhadap pengakuan V, narsisme disebut sebagai gangguan
akan kecerdasan ataupun kepandaian. kepribadian narsistik dengan membentuk
Narsisme dikategorikan sebagai salah satu suatu pola dasar grandiosity yang diresapi
gangguan kepribadian, namun dalam (dalam berfantasi dan berperilaku).
perkembangannya narsisme tidak selalu Menurut Campbell & dkk (dalam Myers,
merujuk pada gangguan kepribadian. 2012). Kecenderungan untuk mencintai
Kemberg (dalam Harmawan, 1999) dirinya sendiri serta meminta pengaguman
berpendapat bahwa individu yang dan pemujian dari orang lain. Orang yang
mengalami narsisme tidak mencintai dirinya sendiri secara berlebihan
memperlihatkan adanya gangguan disebut dengan narsisis.
perilaku, malah sebagian besar dari Narsisis biasanya memiliki harga diri
individu tersebut mampu berinteraksi yang tinggi, tetapi mereka kurang memiliki
dengan baik dan memiliki kontrol impuls kepedulian terhadap orang lain. Meskipun
yang baik dibandingkan gangguan narsisis sering dianggap ramah dan
kepribadian lainnya. Menurut Millon mempesona, namun lama-kelamaan
(dalam Harmawan, 1999), narsisme keberpusatan yang ada pada dirinya sering
merupakan gangguan kepribadian yang kali menimbulkan masalah hubungan
paling tidak parah karena masih adanya sosial ataupun masalah dengan orang lain
struktur kohesif dalam dirinya. Ia juga (Campbell, dalam Myers, 2012). Dan dari
mengatakan bahwa narsisme dapat terjadi penelitian ini yang berjudul “Hubungan
pada individu yang normal, dan antara intensitas mengunggah konten ke
mengkategorikannya sebagai gangguan media sosial instagram dengan perilaku
kepribadian yang memiliki kepercayaan narsistik pada remaja awal di kota
diri yang tinggi dengan gejala yang sama Samarinda” peneliti memiliki alasan
namun derajatnya berbeda. melakukan penelitian yang menggunakan
Hal tersebut senada dengan sampel remaja awal, karena remaja adalah
pendapat dari Vaknin (2010) dalam buku individu yang berada pada masa peralihan
“Malignant Self Love Narcissism Revisited” dari masa kanak-kanak menuju masa
yang mengatakan bahwa setiap orang dewasa yang ditandai dengan perubahan
mempunyai narsisme dalam derajat yang yang pesat baik secara biologis, kognitif,
berbeda. Narsisme merupakan suatu serta sosial emosional (Suhartanti, 2016).
fenomena yang sehat dalam membantu Masa remaja ini merupakan suatu masa

Intensitas Mengunggah Konten Media Sosial Instagram dengan Perilaku Narsistik pada Remaja Awal 569
(Resta Nurina Fauziah)
PSIKOBORNEO Volume 8 No 4 Desember 2020: 562-571

penentu karena pada periode ini individu menyebabkan kejahatan sosial seperti
meninggalkan tahap kehidupan anak-anak penculikan, penipuan, pemerasan dll.
menuju tahap kehidupan dewasa. Masa ini Untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya
dianggap sebagai suatu krisis karena dalam mengumpulkan data disertai
remaja belum mempunyai pegangan, dengan wawancara dan observasi secara
sedangkan kepribadiannya sedang langsung agar informasi yang diperoleh
mengalami pembentukan sehingga rentan lebih akurat dan mendalam. Mengkaji lebih
mengalami gangguan (Soekanto, dalam banyak jurnal sejenis yang terkait dengan
Engkus 2017). intesitas, maupun perilaku narsistik
sehingga dapat menentukan konstruk
SIMPULAN konseptual dan operasional yang lebih
baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
DAFTAR PUSTAKA
bahwa terdapat hubungan yang sangat
signifikan antara intensitas mengunggah Agustina. (2016). Analisis penggunaan
konten ke media sosial instagram dengan media sosial instagram terhadap
perilaku narsistik pada remaja awal di kota sikap konsumerisme remaja di SMA
Samarinda. Hasil penelitian tersebut Negeri 3 Samarinda. E-journal Ilmu
menunjukkan bahwa semakin tinggi Komunikasi. 4 (3) 410-420.
intensitas mengunggah konten ke media A.B, Gumelar1, E.M., Yuniarno, W.,
sosial instagram, akan berpengaruh pula Anggraeni, I., SugiarTO5, A.A.,
perilaku narsistik pada remaja awal. Kristanto, & M.H., Purnomo. (2020).
Kombinasi fitur multispektum hilbert
SARAN dan cochleagram untuk identifikasi
emosi wicara. Jurnal Nasional Teknik
Berdasarkan hasil penelitian yang
Elektro dan Teknologi Informasi. 9 (2),
diperoleh, maka dikemukakan saran-saran
180-189.
yaitu, untuk para remaja dihimbau agar
Ahluwalia, A. K., & Sanan, P. (2015).
mampu mengendalikan dirinya untuk
Materialism among adolescents: A
membatasi, mengurangi dan menahan diri
consumer socialization perspective.
terhadap perilaku narsis dengan cara
International Journa. Commerce and
memanfaatkan waktu dengan sebaik
Management. (9) 88-96.
mungkin, misalnya dengan cara membaca
Apsari, F. (2012). Hubungan antara
buku atau memanfaatkan media sosial
kecenderungan narsisme dengan
dengan membaca artikel yang berbau
minat membeli kosmetik merek
akademik.
asing pada pria metroseksual. Jurnal.
Untuk para remaja diharapkan untuk
Talenta Psikologi, 1, (2), 183–202.
lebih tekun dalam mengerjakan tugas-
Azwar, S. (2013). Metode penelitian.
tugas dari sekolah agar dapat mencapai
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
keberhasilan dan cita-cita yang ingin diraih.
Cahyono, A. S. (2016). Pengaruh
Hal tersebut lebih baik dibandingkan
media sosial terhadap perubahan
dengan membuang-buang waktu hanya
sosial masyarakat di Indonesia.
untuk mengakses media sosial yang tidak
Jurnal. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 9,
ada habisnya. Dan membatasi diri untuk
(1), 140–157.
mengunggah foto atau video yang
Buffardi, L. E., & Campbell, W. K. (2010)
berkaitan dengan diri, karena dapat
Narcissism and social networking
Intensitas Mengunggah Konten Media Sosial Instagram dengan Perilaku Narsistik pada Remaja Awal 570
(Resta Nurina Fauziah)
PSIKOBORNEO Volume 8 No 4 Desember 2020: 562-571

websites. Personality and Social Erlangga.


Psychology Bulletin. (34) 1302–1314. Nurhayati, T. (2015). Perkembangan
Engkus. (2017). Perilaku narsis pada remaja perilaku psikososial pada masa
media sosial di kalangan remaja dan pubertasi. Jurnal Pendidikan Sosial
upaya penanggulangannya. Jurnal Ekonomi. 4(1).
Penelitian Komunikasi. 20 (2) 121–134. Myers, D. G. (2012). Psikologi sosial edisi 10.
Hurlock, E., B. (2011). Psikologi Jakarta: Salemba Empat.
Perkembangan: Suatu Pendekatan Pearlaman, J. (2013). Australian men
Sepanjang Rentang Kehidupan. “invented the selfie after drunken
Jakarta: night out”. Journal. The Telegraph.
Erlangga. (19) 109 – 122.
Ho, H., Shin, W., & Lwin, M. O (2017). Social Raskin, A., & Terry, H (1988). A principal-
networking site use and materialistic components analysis of the
values among youth: The narcissistic personality inventory and
safeguarding role of the parent-child further evidence of its construct
relationship and selfregulation. validity. Journal of Personality and
Communication Research. 1-26. Social Psychology. (54) 890–902.
Ibrahim, I. S. 2011. Kritik Budaya Simatupang, F. F. (2015). Psikologi Remaja.
Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra. Jakarta: Rajawali.
Judith, C. (2011). Hubungan penggunaan Suhartanti, L. (2016). Pengaruh kontrol diri
situs jejaring sosial facebook terhadap narcissistic personality
terhadap perilaku remaja di kota disorder pada pengguna instagram
Makassar. Jurnal. Penelitian IPTEK- di SMAN 1 Seyegan. E-Journal
KOM. 13. Bimbingan dan Konseling. (8) 184–
Lim, Y.J. 2017. Decision to use either 195.
snapchat or instagram for most Soelarko. 2015. Foto yang Berkisah.
powerful celebrities. Research Semarang : Dahara Publishing.
Journal of the Institute for Public Sorokowski, P. (2015). Selfie postingan
Relations. 3(2). behaviors are associated with
Lupiyoadi, R. & Hamdani, A. (2011). narcissism among men. Personality
Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi and Individual Differences. (85) 123-
Kedua. Salemba Empat: Jakarta. 127.
Nevid. J. S., Rathus S. A. & Greene B.
(2009). Psikologi abnormal. Jakarta:

Intensitas Mengunggah Konten Media Sosial Instagram dengan Perilaku Narsistik pada Remaja Awal 571
(Resta Nurina Fauziah)

You might also like