Professional Documents
Culture Documents
27-Article Text-110-1-10-20170327
27-Article Text-110-1-10-20170327
67-85
Program Studi Bimbingan dan Konseling | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan | INNOVATIVE
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTAS) COUNSELING
ISSN (Print): 2548-3226
Abstract: The background of this research was that there was tendency on the need of guidance and
counseling services for improving students’ maturity in the future. The research was aimed at
developing a career guidance program for improving students’ career maturity. This study used
descriptive method. The samples were second semester students of music, fine art and dance education
study programs of Language and Art Education Faculty (FPBS) of UPI in academic yaer 2007-2008.
Data collected by utilizing a career maturity instrument developed by the researcher. The research
concludes that (1) students’ career maturity was is mature category; (2) there was no guidance services
for improving career maturity of students of art education departments of FPBS and UPTLBK UPI; (3)
based on result of the research, a career guidance services program for improving student’s career
maturity could be formulated.
Rekomendasi Citasi: Nurillah, S.A. Lilly. (2017). Program Bimbingan Karir Untuk Meningkatkan Kematangan
Karir Mahasiswa. Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research, 1 (1), 67-85
Article History: Received on 12/15/2016; Revised on 12/24/2016; Accepted on 01/10/2017; Published Online:
01/16/2017. This is an open access article distributed under the Creative Commons Attribution License, which
permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly
cited. © 2017 Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research
67
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.1, No.1, Januari 2017
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Nurrillah, S.A. Lilly
yang pada akhirnya dapat membuat keputusan Fakta lainnya tentang kualitas SDM
karir (Sexton et al. dalam Whiston, 2000). bangsa Indonesia yang bermutu belum
maksimal. Fakta ini ditegaskan oleh Menteri
Kenyataan di atas merupakan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Waspada,
tantangan sekaligus ancaman bagi setiap
2004) bahwa pekerja Indonesia sangat
bangsa di dunia. Menjadi tantangan karena
memprihatinkan kualitasnya karena
dengan kemajuan pesat yang terjadi dalam
menempati posisi terendah dari 12 negara
ilmu pengetahuan dan teknologi informasi
ASEAN. Dengan kondisi ini wajar jika riset
membuka peluang-peluang global yang secara
yang dilakukan oleh PERC (Kompas, 2003)
kompetitif dapat memberikan keuntungan
menunjukkan bahwa kualitas tenaga kerja
sangat massive. Di lain pihak, akan menjadi
Indonesia sejajar dengan negara-negara
ancaman bila suatu bangsa atau negara tidak
Afrika, atau dengan kata lain menduduki
mempersiapkan diri untuk menyelaraskan
posisi 95 dari 110 negara yang disurvey.
antara kapabilitas manusianya dengan tuntutan
perubahan zaman yang berkembang sangat Berkaitan dengan persoalan rendahnya
pesat. HDI Indonesia, pemerintah Indonesia
membuat kebijakan link and match untuk
Sumber daya manusia (SDM) yang
menjebatani antara dunia Peguruan Tinggi
berkualitas dan memiliki kapabilitas tinggi
(PT) dengan dunia kerja profesional
hanya akan tercipta melalui proses pendidikan
(Djojonegoro dalam Suyanto, 2006). Mengapa
(Isjoni, 2006: 27). Artinya pendidikan
demikian? Karena dunia kerja selalu menuntut
merupakan investasi yang dalam jangka
profesionalisme dari angkatan kerja yang ada.
panjang memiliki rate of return paling tinggi.
Realitasnya ialah, saat ini angkatan kerja di
Sebagai bangsa, Indonesia telah Indonesia sebagian besar justru tidak
memiliki sebuah sistem pendidikan yang profesional pada bidangnya masing-masing.
dikokohkan dengan adanya UU No. 20 tahun Bayangkan, dari 2% angkatan kerja yang
2003. Persoalannya ialah, apakah sistem berpendidikan tinggi sebagian besarnya tidak
pendidikan yang ada saat ini telah efektif mampu mengimbangi tuntutan
untuk mendidik bangsa Indonesia menjadi profesionalisme dunia kerja. Melihat keadaan
bangsa yang modern; memiliki kemampuan itu tentu dapat dimengerti bila HDI Indonesia
daya saing tinggi di tengah-tengah persaingan berada pada posisi rendah.
global abad ke-21?
Serangkaian fakta di atas seyogianya
Berbicara kemampuan, tenaga ahli juga menjadi perhatian Universitas Pendidikan
yang ada di Indonesia belum memadai untuk Indonesia (UPI). Sebagai salah satu dari enam
mengikuti persaingan global. Dilihat dari perguruan tinggi di Indonesia yang berstatus
pendidikannya, sebagian angkatan kerja (53%) BHMN (PP No. 6/2004), UPI merupakan
tidak berpendidikan. Mereka yang institusi pendidikan yang melahirkan kaum
berpendidikan dasar sebanyak 34%; pendidik. Bilapun ada sejumlah jurusan yang
berpendidikan menengah 11%; dan yang sifatnya masuk pada kategori bidang non-
berpendidikan tinggi hanya 2% (Suyanto, kependidikan, namun UPI selalu menekankan
2006: 12). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pendidikan adalah jati dirinya.
bahwa daya saing kita secara global masih
Menyitir tugas UPI di atas, tampaknya
rendah.
kewaspadaan lembaga ini perlu lebih
Laporan UNDP mengenai Human ditingkatkan. Kewaspadaan tersebut, selain
Development Index (HDI) tahun 2005 yang pada seluruh bidang pendidikan yang
menunjukkan bahwa Indonesia berada pada merupakan karakter UPI, juga pada jurusan-
peringkat 110 dari 174 negara di dunia. jurusan Seni di Fakultas Pendidikan Bahasa
Bahkan, di tingkat regional yaitu pada dan Seni (FPBS). Bagaimana tidak,
beberapa negara tetangga sesama anggota perkembangan lulusan PT di Indonesia kurang
ASEAN, Indonesia masih jauh ketinggalan: begitu menggembirakan. Salah satu alasan
Singapura berada pada peringkat 34; Brunei mengapa UPI perlu waspada adalah gambaran
Darussalam ke-36; Thailand ke-52; Malaysia hasil riset Dirjen Dikti tentang tingkat
ke-53. pengangguran berdasarkan bidang studi di PT
pada tabel 1 yang menunjukkan bahwa bidang
68
Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kematangan Karir Mahasiswa Nurrillah, S.A. Lilly
pendidikan menempati kelima (10,97%) dan Bahkan, ada mahasiswa yang ketika ditanya
pada studi seni menempati urutan pertama tentang masa depannya setelah lulus dari UPI,
(18,90%) dalam hal tingkat pengangguran. hanya tertawa kemudian kebingungan.
Sehubungan dengan kondisi itu, tentu
Memang ada, beberapa mahasiswa
perasaan malu mesti ada pada diri UPI bila
UPI yang telah memiliki rencana dengan
mengingat bahwa visi yang diusungnya adalah
mengambil keputusan berkarir di suatu tempat
universitas pelopor dan unggul, a leading and
kerja, namun sayangnya pilihan dari keputusan
outstanding university.
kariernya itu sama sekali tidak berhubungan
Situasi menggempur dan dengan jurusan yang sekarang sedang dia
“mengerikan” yang dideskripsikan pelajari. Jangankan memiliki keputusan karir
sebelumnya merupakan wajah dari siap yang masuk akal (pilihannya sesuai dengan
tidaknya mahasiswa sebagai penghuni jurusannya), untuk membuat keputusan
mayoritas suatu PT dalam menghadapi dunia terhadap pilihan-pilihan karirnya pun tidak
kerja. Di dalam bahasan ini, demikian juga sistematis. Misalnya, ada seorang mahasiswa
UPI. Mahasiswa UPI tidak boleh kehilangan Jurusan Seni Rupa semester enam,
arah dan jati diri lembaga serta jurusan yang mengungkapkan rencananya setelah lulus akan
menjadi almamaternya. Kesiapan mengambil bekerja di bank swasta saudaranya menjadi
keputusan terhadap karir di masa depan setelah seorang customer service. Keputusannya
menjadi alumni UPI seyogianya sejalan agaknya sudah pasti, akan tetapi sangat
dengan bidang profesi yang digelutinya sejak berlainan dengan pendidikan yang dijalaninya.
pertama kali menginjakkan kaki di kampus. Ada juga mahasiswa yang bingung tentang
caranya membuat perencanaan di masa depan
Berbicara tentang “kesiapan”, salah
– dari mana mulainya.
satu pakar bidang bimbingan dan konseling
khususnya bimbingan karir dan perkembangan Fenomena rendahnya kualitas
karir, mengemukakan bahwa kesiapan kematangan karir mahasiswa Jurusan Seni di
individu dalam membuat keputusan karir yang UPI yang telah dideskripsikan pada dua
tepat diistilahkan dengan “kematangan karir” paragraf terakhir di atas menunjukkan mereka
(Super dalam Sharf, 1992: 155-159; Riyadi, tidak siap dalam membuat keputusan karir
2006). Kematangan karir tersebut ditandai oleh yang tepat untuk masa depannya. Kondisi
enam hal, yaitu: (1) keterlibatan dalam mereka tidak sejalan dengan pendapat Crites
aktivitas-aktivitas rencana karir; (2) adanya (Ilfiandra, 1997: 58-59) dan Super (Sharf,
keinginan untuk menggali dan mendapatkan 1992: 155-159) yang menyatakan bahwa
informasi karir; (3) memiliki pengetahuan parameter seseorang memiliki kematangan
tentang membuat keputusan yang memadai; karir yaitu mempunyai kompetensi dari aspek
(4) memiliki pengetahuan tentang beberapa sikap dan kompetensi yang memadai terhadap
informasi pekerjaan dan dunia kerja; (5) karir dalam rangka membuat keputusan secara
mendalami pekerjaan yang lebih disukai; dan tepat bagi masa depannya.
(6) realistis dalam membuat keputusan karir.
Jika fenomena di atas lebih lanjut
Secara sepintas melalui pengamatan secara khusus dianalisis berdasarkan konsep
tidak sistematis pada saat peneliti mengajar, kematangan karir Super (Sharf, 1992: 155-
mahasiswa UPI khususnya Jurusan Seni, baik 159; Riyadi, 2006), maka mahasiswa yang
Seni Rupa, Seni Musik, maupun Seni Tari teramati tersebut, dari dimensi sikap,
memperlihatkan kematangan karir yang cenderung tidak memiliki perencanaan masa
kurang memadai. Keadaan tersebut dibuktikan depan; tidak terlibat dengan aktivitas
saat beberapa dari mereka ditanya tentang pengembangan karir; dan secara umum
rencana masa depan setelah lulus dikaitkan mereka memiliki dorongan yang minim untuk
dengan identitas UPI sebagai penghasil lulusan mencari informasi lanjutan mengenai peluang-
pendidik (guru). Sebagian mahasiswa peluang karir dari jurusan dan program yang
menjawab dengan jawaban yang rata-rata sedang dipelajarinya di bangku kuliah. Oleh
identik. Ada yang mengatakan bahwa hal itu karena itu, wajar bila ternyata sebagian dari
merupakan urusan nanti, masih jauh untuk mereka memiliki keputusan karir masa depan
dipikirkan; ada pula yang menjawab hidup jadi yang tidak realistis. Artinya, skill yang
mahasiswa perlu dinikmati dengan santai. dipelajari selama di bangku kuliah tidak secara
69
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.1, No.1, Januari 2017
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Nurrillah, S.A. Lilly
70
Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kematangan Karir Mahasiswa Nurrillah, S.A. Lilly
71
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.1, No.1, Januari 2017
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Nurrillah, S.A. Lilly
mahasiswa (student), dan anak (child). Perbedaan yang mencolok itu secara
Keenam peran tersebut lebih terkenal dengan khusus mengarahkan pemaknaan karir terbagi
ilustrasi gambar yang disebut sebagai “pelangi menjadi dua kelompok. Pertama, definisi
karier-kehidupan” (the life-career rainbow). kematangan karir yang menekankan tahapan
Dimensi longitudinal dari gambar itu hidup (life stage). Crites (Herr & Cramer,
menunjukkan rentangan kehidupan 1979: 174; Riyadi, 2006) misalnya,
“maxicycle”, yang mencakup tahapan-tahapan mengatakan “…the maturity of an individual’s
dari tahap pertumbuhan sampai tahap vocational behavior as indicated by the
kemunduran. similarity between his behavior and that of the
oldest individuals in his vocational stages”.
2. Tahap dan Tugas Perkembangan Karir
Kematangan karir dianggap sebagai
(Career Developmental Stages & Task)
kongruensi (kesesuaian) antara perilaku karir
Konsep life-stages Super memiliki individu dengan perilaku karir yang
sejarah yang panjang. Dimulai pada tahun diharapkan pada usia tertentu di setiap tahap
1950-an Super bersama sejumlah koleganya (Super dalam Ilfiandra, 1997: 52). Batasan ini
memformulasi teori perkembangan kariernya ditambah dengan kutipan lain dari Super
dengan 10 proposisi mengenai struktur dan (Dillard, 1985: 22; Riyadi, 2006) yang
sifat perkembangan karir yang diterbitkannya menyatakan kematangan karir sebagai
pada tahun 1953 (Manrihu, 1992: 92; “…accomplishment of career developmental
Munandir, 1996: 93-94; Riyadi, 2006). Pada steps as compared with other individuals of
tahun 1957, pada bukunya The Psychology of the same age”. Secara umum definisi
Careers diberikan penambahan dua proposisi kematangan karir yang dinyatakan Super pada
sehingga jumlah proposisinya menjadi 12 pendefinisian kelompok pertama ini berujung
buah. Setelah perhatiannya tentang konsep pada “…the successful accomplishment of age
kematangan dan tahapan karir pada remaja and stage developmental tasks across the life
tersebut, Super, Thompson, & Lindeman span”. Definisi ini memungkinkan orang
(1988) mengembangkan Adult Career mengartikan bahwa setiap tahap
Concerns Inventory bagi pengukuran perkembangan karir yang dilewati individu
perkembangan karir orang dewasa. Instrumen akan melalui proses kematangan karier,
itu sama seperti instrumen lain yang dia termasuk usia anak-anak yang berada pada
kembangkan yaitu di arahkan untuk membantu level pertumbuhan (growth).
menjelaskan konsep life-stages.
Kedua, definsi yang menyatakan
bahwa kematangan karir sebagai “…the
readiness to make appropriate career
Perkembangan Karir, Makna Kematangan
decisions” (Super dalam Sandra, 1998).
Karir dan Identifikasinya pada Mahasiswa
Konsep ini muncul sebagai hasil dari
Salah satu tema yang paling mencuat penelitian ekstensif yang dilakukan Super
pada perkembangan karir remaja dan dengan beberapa koleganya terhadap para
perkembangan karir secara keseluruhan adalah remaja (Patton & Lokan, 2001: 32-33).
penelitian yang berkaitan dengan kematangan Mereka memusatkan perhatiannya pada
karier. Super memperkenalkan konsep ini “…readiness to make (a) good choice(s)” atau
setelah penelitiannya tentang pola karir di kesiapan individu untuk membuat pilihan yang
tahun 1950-an. Di awal kajian dijelaskan tepat (Sharf, 1992: 155; Savickas, 2001: 51;
bahwa penelitian ini menggunakan konsep Riyadi, 2006).
kematangan karir dari teori perkembangan
karir Super (Dillard, 1985; Sharf, 1992; Patton Super sebagaimana diterjemahkan
& Lokan, 2001; Savickas, 2001; Riyadi, Manrihu (1986: 32-34) memperjelas definisi-
2006). Namun, batasan terhadap kematangan definisi tersebut dengan membedakan antaran
karir yang terungkap dari Super sendiri – Vocational Maturity I (Career Maturity/CM I)
melalui beberapa kutipan – menunjukkan dan Vocational Maturity II (Career Maturity/
adanya perbedaan, sehingga memungkinkan CM II). CM I didefinisikan sebagai tahap
orang dibuat bingung dalam memahaminya. kehidupan di mana individu sebagaimana
adanya ditunjukkan oleh tugas-tugas
perkembangan yang ia hadapi berhubungan
72
Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kematangan Karir Mahasiswa Nurrillah, S.A. Lilly
dengan tahap kehidupan di mana ia diharapkan langkah yang logis dan sistematis dalam
menjadi demikian berdasarkan umurnya. proses merencanakan dan mengambil
Definisi CM II menyatakan kematangan keputusan karir, dan (5) pemecahan masalah,
perilaku dalam tahap kehidupan sesungguhnya penguasaan terhadap cara-cara/strategi dalam
(dengan tidak memandang apakah itu tahap menyelesaikan persoalan yang dihadapi dalam
yang diharapkan), seperti ditunjukkan oleh proses pengambilan keputusan karir
perilaku yang terlihat dalam hubungannya
Berdasarkan uraian dari beberapa
dengan tugas-tugas perkembangan dari tahap
batasan kematangan karir di atas, mungkin
kehidupan sebenarnya dibandingkan dengan
kedua pengertian tersebut benar bagian dari
perilaku individu-individu lainnya yang
pernyataan Super tentang kematangan karier.
menghadapi tugas-tugas perkembangan yang
Namun, definisi konseptual kematangan karir
sama. Intinya, definisi CM II tidak
untuk kepentingan studi ini dijatuhkan pada
menekankan pencapaian tugas-tugas
penjelasan kematangan karir kelompok ke dua
berdasarkan usia, namun lebih menekankan
yang menyatakan kematangan karir sebagai
unsur “kesiapan” personal yang dimiliki
kesiapan individu dalam membuat keputusan-
individu untuk memenuhi tugas perkembangan
keputusan karir yang tepat (Riyadi, 2006).
karir dari tahap eksplorasi hingga tahap
Dari keadaan itu, konstruk beserta dimensi-
deklinasi. Artinya, batasan tersebut
dimensi yang membangunnya sangat detail
menekankan kematangan karir akan dilalui
dan jelas (Sharf, 1992; Patton & Lokan, 2001;
mulai dari saat individu berada pada tahap
Riyadi, 2006). Selain itu, makna kematangan
remaja yaitu pada tahap eksplorasi karir
karir kelompok kedua ini sesuai dengan
hingga tahap kemunduran.
pendapat Hurlock (1980: 86) yang mengatakan
Career Maturity Inventory (CMI), bahwa istilah “kematangan” merujuk pada
yang dikonstruksi oleh Crites terdiri dari dua kesiapan fungsi-fungsi individu untuk
bagian, yang masing-masing menilai dimensi- melakukan tugas perkembangan “belajar”
dimensi kematangan karir yang berbeda, yaitu untuk memperoleh pengalaman, sehingga
sikap dan kompetensi,. Dimensi sikap, terdiri dengan begitu individu dapat berkembang.
atas : (1) keterlibatan, mengukur Dari pernyataan Hurlock itu jelas sekali bahwa
kecenderungan arah tindakan individu inti dari istilah kematangan adalah adanya
terhadap pemilihan karir, kecenderungan yang “kesiapan”.
dimanifestasikan dalam keterlibatan atau
Secara keseluruhan, konsep
keikutsertaan dalam proses pengambilan
kematangan karir dalam konteks
keputusan karir, (2) kemandirian,
developmental digunakan untuk menunjukkan
ketidakbergantungan pada pihak lain, terutama
tingkat perkembangan karier, yaitu tahap yang
orang tua dalam proses pengambilan
dicapai pada kontinum perkembangan karir
keputusan karir, (3) orientasi, cara pandang
dari tahap eksplorasi sampai dengan tahap
individu dalm proses pengambilan keputusan
kemunduran (Super, 1957; Tennyson et. al.,
karir, (4) kompromi, adanya keluwesan atau
1974 dalam Manrihu, 1986: 32; Riyadi, 2006).
kerelaan invidu untuk menerima usulan/saran
Apabila dihubungkan dengan konsep Super
dari pihak laindalam kaitannya dengan proses
(Sharf, 1992: 190-191) tentang istilah
pengambilan keputusan karir, dan (5)
recycling, maka pernyataan di atas dapat
penentuan keputusan, adanya
dimaknai bahwa individu bisa saja mengalami
ketegasan/keajegan/kepastian dalam proses
beberapa kali kematangan karier, terutama jika
pengambilan keputusan karir. Dimensi
individu yang bersangkutan mengalami proses
kompetensi, terdiri atas : (1) pemahaman diri,
“daur ulang” (setelah melewati tahap
yaitu penguasaan terhadap kelebihan dan
kemunduran, kembali lagi memulai
kekurangan diri sendiri, (2) informasi
perkembangan kariernya dari mulai tahap
pekerjaan, penguasaan terhadap syarat-syarat
eksplorasi dan seterusnya).
pekerjaan, pendidikan/pelatihan pekerjaan dan
pengetahuan praktis tentang pekerjaan, (3) Konstruk kematangan karir Super
pemilihan pekerjaan, penguasaan terhadap dapat dipelajari dari inventori yang telah
seleksi tujuan dan nilai-nilai pribadi yang dikembangkan dengan para koleganya yakni
dikejar dalam suatu pekerjaan, (4) perencanaan inventori perkembangan karir (Career
pekerjaan, penguasaan terhadap langkah- Development Inventory/CDI). Dalam CDI
73
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.1, No.1, Januari 2017
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Nurrillah, S.A. Lilly
terdapat lima aspek pokok kematangan karier, psikologis biasanya diukur dengan tes atau
yaitu perencanaan karir (career planning), inventori (Manrihu 1986: 31; Winkel, 1997:
eksplorasi karir (career exploration), 591-598; Riyadi, 2006).
pengetahuan tentang membuat keputusan
Super et. al. (Osipow, 1983: 162-163;
(decision making), informasi (sejumlah
Riyadi, 2006) mengklasifikasi faktor-faktor
pengetahuan) tentang dunia kerja (world-of-
yang mempengaruhi kematangan karir ke
work information), dan pengetahuan tentang
dalam lima kelompok. Berikut ringkasan
kelompok pekerjaan yang lebih disukai
kelima faktor yang dimaksud tersebut.
(knowledge of the preferred occupational
group) (Sharf, 1992: 155-159; Patton & 1. Faktor bio-sosial, yaitu informasi yang
Lokan, 2001: 33-34; Riyadi, 2006). Kemudian, lebih spesifik, perencanaan, penerimaan,
aspek terakhir dalam kematangan karir Super tanggung jawab dalam perencanaan
yang tidak ada dalam CDI adalah realisme karier, orientasi pilihan karir berhubungan
keputusan karir (realism) (Sharf, 1992: 155; dengan faktor bio-sosial seperti umur dan
Riyadi, 2006). Dengan demikian, konsep kecerdasan.
kematangan karir Super dibangun oleh enam
aspek, termasuk realisme. 2. Faktor lingkungan, yaitu indeks
kematangan karir individu berkorelasi
Di dalam pembahasan berikutnya, dengan tingkat pekerjaan orang tua,
mahasiswa diidentifikasi berada pada tahap kurikulum kampus, stimulus budaya dan
eksplorasi karier. Khususnya pada sub transisi kohesivitas keluarga.
(18 – 21 tahun), yang ditandai dengan
menonjolnya pertimbangan yang lebih realistis 3. Kepribadian, meliputi konsep diri, fokus
untuk memasuki dunia kerja atau latihan kendali, bakat khusus, nilai/norma dan
profesional serta berusaha tujuan hidup.
mengimplementasikan konsep dirinya. 4. Faktor vokasional, kematangan karir
Kemudian sub mencoba (trial) – dengan individu berkorelasi positif dengan
sedikit komitmen (22 – 24 tahun), ditandai aspirasi vokasional, tingkat kesesuaian
dengan mulai ditemukannya lahan atau aspirasi dan ekspektasi karier.
lapangan pekerjaan yang dipandang cocok,
serta mencobanya sebagai sesuatu yang sangat 5. Prestasi individu, meliputi prestasi
potensial akademik, kebebasan, partisipasi di
kampus dan luar kampus.
74
Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kematangan Karir Mahasiswa Nurrillah, S.A. Lilly
objektif pelaksanaan layanan bimbingan dan objektif kematangan karir mahasiswa Jurusan
konseling karir di UPI khususnya di Jurusan Seni FPBS UPI tahun akademik 2007-2008.
Pendidikan Seni Program Studi Pendidikan Kedua, kondisi objektif program dan aktivitas
Seni Rupa, Seni Musik, dan Seni Tari tahun layanan bimbingan karer terutama yang
akademik 2007-2008, dan (3) rumusan mengarahkan para mahasiswa Jurusan
program bimbingan dan konseling karir dalam Pendidikan Seni FPBS UPI untuk mencapai
membantu mahasiswa Jurusan Pendidikan kematangan karir.
Seni Program Studi Pendidikan Seni Rupa,
Data pertama diungkap menggunakan
Seni Musik, dan Seni Tari tahun akademik
instrumen penelitian berupa angket, sedangkan
2007-2008 mencapai kematangan karir.
untuk menjaring data kedua digunakan studi
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
dokumentasi dan wawancara. Instrumen-
ini adalah pendekatan kuantitatif. Pada
instrumen penjaring data tersebut dikonstruksi
pendekatan kuantitatif data diolah secara
sendiri oleh peneliti. Hasil uji reliabilitas pada
statistik, kemudian dideskripsikan secara
instrumen Kematangan Karir Mahasiswa
sistematis-logis.
dengan menggunakan software SPSS 14.0 for
Sampel untuk penelitian diambil Windows diperoleh koefisien reliabilitas
dengan cara purposive sampling (Sugiarto, sebesar 0,914. Dengan merujuk pada
2003). Teknik sampling ini dipilih berkaitan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas dari
dengan penentuan angkatan yang diteliti yaitu Sugiyono (2007), koefisien reliabilitas sebesar
mahasiswa tingkat satu (mahasiswa tahun 0,875 termasuk ke dalam kategori sangat kuat
akademik 2007-2008). Mereka dipilih menjadi atau menunjukkan tingkat reliabilitas yang
sampel penelitian dengan alasan bahwa sangat tinggi.
mereka berada pada titik kritis kematangan
karir. Artinya, pada tingkat pertama ini
mahasiswa berada dalam krisis matangnya Hasil Penelitian
karir, mereka lebih membutuhkan bimbingan
Gambaran Kematangan Karir Mahasiswa
untuk mengarahkan dirinya menjalani
kehidupan kampus di jurusan yang dipilihnya. Hasil penelitian menunjukkan
kematangan karir mahasiswa Jurusan
Sampel penelitian tentang kondisi
Pendidikan Seni FPBS UPI tahun akademik
objektif kematangan karir mahasiswa Jurusan
2007/2008 mencapai 99,48% (193 orang)
Pendidikan Seni Program Studi Pendidikan
berada pada kategori matang dan 0,52% (1
Seni Musik sebanyak 61 orang, Pendidikan
orang) berada pada kategori cukup matang.
Seni Rupa sebanyak 75 orang, dan Pendidikan
Secara lebih rinci gambaran kematangan karir
Seni Tari sebanyak 58 Orang.
mahasiswa disampaikan dalam tabel 4.1
Data yang diungkap dalam penelitian berikut.
ini terdiri dari dua hal. Pertama, kondisi
Tabel 1
Gambaran Kematangan Karir Mahasiswa
Kriteria Interval Frekuensi Persentase
Matang X >166 193 99,48
Cukup
Matang 199 < X ≤ 166 1 0,52
Tidak Matang X ≤ 119 0 0,00
Jumlah 194 100
75
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.1, No.1, Januari 2017
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Nurrillah, S.A. Lilly
Tabel 2
Gambaran Kematangan Karir Aspek Sikap Mahasiswa
Sikap Indikator Kategori Rentang Frekuensi Persentase
Tinggi X>12 190 97,94
1 Keterlibatan Sedang 8<X≤12 2 1,03
Rendah X≤8 2 1,03
Tinggi X>18 188 96,91
2 Kemandirian Sedang 8<X≤18 6 3,09
Rendah X≤8 0 0,00
Tinggi X>18 191 98,45
3 Orientasi Sedang 8<X≤18 3 1,55
Rendah X≤8 0 0,00
Tinggi X>15 173 89,18
4 Kompromi Sedang 10<X≤15 21 10,82
Rendah X≤10 0 0,00
Tinggi X>15 165 85,05
5 Penentuan keputusan Sedang 10<X≤15 29 14,95
Rendah X≤10 0 0,00
Kompetensi karir mahasiswa dalam (166 orang), indikator pemilihan pekerjaan, sebesar
memilih karir pada bidang profesi kependidikan 93,30% (181 orang), indikator perencanaan
seni menggambarkan kategori tinggi. Indikator pekerjaan sebesar 91,75% (178 orang), dan
pemahaman diri, sebesar, 95,36% (185 orang), indikator penyelesaian masalah 94,85% (184
penguasaan informasi pekerjaaan sebesar 85,57 % orang)
Tabel 3
Gambaran Kematangan Karir Mahasiswa Aspek Kompetensi
No Indikator Kategori Rentang Frekuensi Persentase
Tinggi X>18 185 95,36
1 Pemahaman diri Sedang 13<X≤18 9 4,64
Rendah X≤13 0 0,00
Tinggi X>15 166 85,57
2 Informasi pekerjaan
Sedang 10<X≤15 27 13,92
76
Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kematangan Karir Mahasiswa Nurrillah, S.A. Lilly
Secara umum mahasiswa berada pada profesi kependidikan dan mampu menguasai
kategori tinggi atau matang dalam kariarnya. pemilihan pekerjaan dalam bidang profesi
Hal tersebut ditunjukkan dengan sikap yang kependidikan.
positif terhadap pekerjaan dalam bidang
Tabel 4
Gambaran Kematangan Karir Mahasiswa
Kriteria Interval Frekuensi Persentase
Matang X>90 193 99,48
Cukup Matang 65<X≤90 1 0,52
Tidak Matang X≤65 0 0,00
Jumlah 194 100
77
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.1, No.1, Januari 2017
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Nurrillah, S.A. Lilly
di kampus dan di luar kampus. Tugas akhir, di hambatan interaksi sosial mahasiswa dengan
antaranya adalah membuat pagelaran seni teman dan dosen. Upaya yang dilakukan prodi
musik dan vokal, membuat atau menulis untuk membantu menyelesaikan masalah-
skripsi melalui penelitian dalam bidang musik masalah yang dihadapi mahasiswa, di
atau vokal. Rencana mahasiswa setelah dapat antaranya dengan lebih banyak melibatkan
menyelesaikan perkuliahan pada umumnya mahasiswa pada kegiatan-kegiatan yang dapat
selain menjadi guru musik/vokal di sekolah- memperlancar penyelesaian tugas-tugas mata
sekolah formal, adalah menjadi guru les kuliah, membantu mahasiswa memilih fokus
musik/vokal, mendirikan/mengelola sanggar konsentrasi. Rencana mahasiswa apabila telah
musik/vokal dan membuka tempat kursus menyelesaikan kuliah, di antaranya menjadi
musik/vokal. Hambatan yang pada umumnya guru seni rupa di sekolah-sekolah formal,
dialami mahasiswa dalam perkuliahan adalah menjadi guru privat gambar/lukis, membuka
membagi waktu antara kuliah dengan bekerja sanggar seni rupa, menjadi seniman, membuka
dan keterlambatan penyelesaian studi karena percetakan dan bekerja sebagai animator,
bekerja. Upaya yang dilakukan prodi untuk menjadi disainer tas, asesoris,cindera mata,
membantu menyelesaikan masalah yang menjadi pelukis, menjadi pengusaha dalam
dihadapi mahasiswa, di antaranya adalah bidang seni, serta membuka bengkel kerajinan.
dengan memfasilitasi berbagai kegiatan agar
mahasiswa dapat memenuhi target pencapaian
sertifikat dan membantu mahasiswa agar dapat c. Program Studi Pendidikan Seni Tari
membagi waktu antara kuliah dengan bekerja Seleksi masuk diawali dengan tes
atau pun tugas akhir, biasanya mahasiswa kelenturan fisik dan penguasaan salah satu
lebih banyak menyelesaikannya dengan jenis tarian, dilanjutkan dengan latihan-latihan
membuat pagelaran seni musik/vokal. fisik agar tubuh dan anggota tubuh menjadi
lebih prima, siap untuk melakukan latihan-
latihan tari. Mahasiswa pria betul-betul dilatih
b. Program Studi Pendidikan Seni Rupa
fisiknya agar tetap berpenampilan sebagai pria
Seleksi masuk diawali dengan walaupun ia seorang penari. Selama
kemampuan menggambar dan mewarnai, perkuliahan berlangsung, mahasiswa banyak
kemampuan ini terus diasah/dilatih dengan belajar segala sesuatu mengenai ilmu tari dan
tugas-tugas karya yang harus diselesaikan cara mengajarkan tari. Tugas akhir, mahasiswa
pada hampir semua mata kuliah. Program studi harus menciptakan satu jenis tarian dan
terdiri atas tiga konsentrasi, yaitu dipagelarkan atau mahasiswa melakukan
kriya/kerajinan, seni murni/lukis dan patung penelitian, atau membuat skripsi tapi tetap
serta disain, walaupun pada pelaksanaan harus ada tarian yang dipagelarkan. Pada
selama perkuliahan tidak secara formal umumnya mahasiswa dihadapkan pada
mahasiswa difokuskan pada satu konsentrasi. kesulitan membagi waktu antara waktu untuk
Tugas akhir lebih banyak mahasiswa yang mengikuti perkuliahan tatap muka, latihan
membuat satu karya yang harus menari dan bekerja. Lebih banyak mahasiswa
dipamerkan/ditampilkan dengan memenuhi yang kuliah sambil bekerja, untuk membiayai
persyaratan original, unik dan indah, sangat kuliahnya sendiri. Kelambatan penyelesaian
sedikit mahasiswa yang membuat tugas akhir studi terjadi karena pada umumnya mahasiswa
dengan melakukan penelitian atau menulis kuliah sambil bekerja, dan waktunya lebih
skripsi. Selama perkuliahan berlangsung, banyak tersita untuk bekerja. Upaya yang
banyak tugas yang harus diselesaikan dilakukan prodi untuk membantu mahasiswa
mahasiswa dalam satu mata kuliah. Mahasiswa menyelesaikan masalahnya, di antaranya
lebih banyak mengalami kesulitan dengan memfasilitasi mahasiswa agar bisa
menyesuaikan diri pada tuntutan dimensi melaksanakan latihan menari yang waktunya
akademik, penguasaan materi mata kuliah tidak bersamaan dengan kuliah tatap muka dan
yang bersifat teori, terutama yang tanpa tugas bekerja. Rencana mahasiswa setelah
praktek. Pada umumnya mahasiswa tidak menyelesaikan studi, di antaranya adalah
dapat membagi waktu antara mengikuti menjadi guru tari di sekolah-sekolah formal,
perkuliahan tatap muka, menyelesaikan tugas- menjadi penari, membuka sanggar tari, dan
tugas dan bekerja. Terjadi juga masalah menjadi guru kursus tari.
78
Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kematangan Karir Mahasiswa Nurrillah, S.A. Lilly
79
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.1, No.1, Januari 2017
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Nurrillah, S.A. Lilly
80
Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kematangan Karir Mahasiswa Nurrillah, S.A. Lilly
Merujuk kepada pendapat di atas dan tinggi/matang. Pada aspek sikap yang meliputi
dihubungan dengan hasil penelitian, mengarah indikator kemandirian dan orientasi
kepada suatu asumsi bahwa kematangan karir menunjukkan kematangan yang tinggi, artinya
yang telah dicapai mahasiswa merupakan ada kecenderungan positif terhadap
indikator kemampuan dan konsekuensi ketidakbergantungan kepada pihak lain dalam
mahasiswa dalam memaknai tugas-tugas menetapkan pilihan pekerjaan dan
perkembangan karir yang harus dijalani oleh kecenderungan cara pandang yang positif
setiap mahasiswa. Lebih lanjut, dapat terhadap pekerjaan dalam bidang profesi
dimaknai bahwa mahasiswa sudah memiliki kependidikan seni. Sementara pada indikator
ketetapan dalam memilih pekerjaan dalam penentuan keputusan, mahasiswa memiliki
bidang profesi kependidikan seni. kecenderungan positif, tetapi termasuk yang
terendah dari keseluruhan indikator yang
Gambaran kematangan karir
menunjukkan kematangan tinggi. Pada aspek
mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Musik
kompetensi, khususnya indikator pemahaman
secara umum menunjukan kematangan karir
diri dan pemilihan pekerjaan, menunjukkan
mahasiswa tinggi/matang. Pada aspek sikap
penguasaan tertinggi, sementara pada
pada indikator keterlibatan menunjukkan
penguasaan indikator informasi pekerjaan
kematangan yang paling tinggi. Hal ini
menunjukkan terendah dari keseluruhan
menggambarkan bahwa
penguasaan indikator yang tinggi.
keikutsertaan/partisipasi mahasiswa dalam
pembicaraan dan usaha mencari informasi Dalam konteks yang lebih operasional,
tentang pekerjaan dalam bidang profesi Healy (Rifda, 2001:13) menyatakan bahwa
kependidikan seni sangatlah aktif. Pada terdapat beberapa aspek tugas perkembangan
indikator kompromi menunjukkan kematangan yang harus ditunaikan mahasiswa. Aspek-
yang tinggi juga tetapi dibandingkan dengan aspek yang dimaksud adalah : Pertama, dalam
indikator yang lainnya, dapat dikatakan peran dan posisinya sebagai anggota
terendah. Pada aspek kompetensi, secara masyarakat kampus, mahasiswa hendaknya
keseluruhan menunjukkan kematangan karir memiliki berbagai pengetahuan yang berkaitan
yang tinggi, artinya mahasiswa sudah memiliki dengan masalah karirnya saat ini maupun di
penguasaan terhadap kemampuan untuk masa depan. Pengetahuan-pengetahuan itu,
mencari dan memperoleh informasi pekerjaan, antara lain : mengetahui tujuan jurusan yang
merencanakan kegiatan-kegiatan dalam dimasukinya, mengetahui kaitan antara mata
bekerja dan memecahkan masalah-masalah kuliah dengan bidang pekerjaan yang
yang berkaitan dengan pekerjaan, sementara diinginkan, mengetahui cara memperoleh
penguasaan kemampuan memilih pekerjaan pekerjaan, tuntutan/persyaratan, tingkat
dalam bidang profesi kependidikan seni kepuasan dan proses jenjang kepangkatan dari
menunjukkan pencapaian terendah. pekerjaan yang diminatinya, mengetahui apa
tugas-tugas pokok yang harus dikerjakan dan
Dilihat dari tahapan perkembangan
keterampilan yang harus dimiliki, mengetahui
karir, mahasiswa berada pada tahap eksplorasi,
karakteristik pribadinya secara akurat. Kedua,
yang secara umum berada pada rentang usia
untuk menunjang dan mewujudkan karirnya
antara 18 sampai 26 tahun. Pada tahapan ini,
saat ini dan di masa yang akan datang,
mahasiswa mulai mempertimbangkan
mahasiswa diharapkan mulai mencari
kebutuhan, kapasitas, minat dan nilai-nilai
informasi mengenai karir. Pencarian dapat
yang diterapkan pada lingkungan
diperoleh dengan membaca buku-buku atau
kehidupannya, seperti mengikuti diskusi,
bahan-bahan cetak lainnya, mendiskusikan
berorganisasi, bekerja dan mengikuti kursus,
pilihan karirnya baik dengan orang tua, dosen
bahkan sampai kepada angan-angan yang
pembimbing maupun dengan orang yang lebih
bertujuan untuk melatih dan menambah
berpengalaman. Di samping itu, mahasiswa
keterampilan serta mencoba
diharapkan mulai mengikuti kursus, pelatihan
mengimplementasikan konsep dirinya (Dillard,
yang akan mendukung pekerjaan yang
1985:20).
diminatinya. Ketiga, sejalan dengan peran
Gambaran kematangan karir hidup (life role) dan tahapan kehidupan (life
mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Rupa secara stage) sebagai mahasiswa, maka mahasiswa
umum menunjukkan kematangan karir yang harus memiliki sikap yang mencerminkan
81
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.1, No.1, Januari 2017
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Nurrillah, S.A. Lilly
karakteristik sebagai sivitas akademika di yang paling tinggi, Hal ini dapat berarti bahwa
perguruan tinggi. Sikap-sikap yang dimaksud, penguasaan kompetensi pemecahan masalah
antara lain : meyakini kemampuannya untuk sangatlah tinggi, mahasiswa sudah dapat
mengambil keputusan sendiri, mempercayai, menghadapi dan menyelesaikan masalah-
betapa pentingnya sebuah pendekatan yang masalah yang akan dihadapi dalam
sistematis dalam merencanakan dan pekerjaannya di bidang profesi kependidikan
memecahkan masalah, bertanggung jawab seni.
untuk memperoleh informasi tentang karir,
Gribbons dan Lohnes (Supraptono,
meyakini bahwa masalah studi dan
1994:18) mengemukakan bahwa kematangan
memperoleh pekerjaan merupakan tanggung
karir lebih luas dari sekedar pemilihan
jawab sendiri. Keempat, salah satu sikap yang
pekerjaan, karena akan melibatkan
hendaknya melekat dalam diri mahasiswa
kemampuan individu di dalam membuat
adalah keyakinan dan kemampuan dalam
keputusan, merencanakan aktivitas dan
perencanaan dan pengambilan keputusan.
memecahkan masalah. Super (1985:157),
Dalam aspek ini seyogyanyalah mahasiswa
mendefinisikan kematangan karir dalam
mapu memilih jurusan yang sesuai dengan
bentuk “.… congruence between individual’s
minat dan kemampuannya, dapat
vocational behavior and the
mempertimbangkan berapa lama
expectedvocational behavior at that age”.
menyelesaikan kuliah, dapat memilih satu
Makna kematangan karir yang dimaksud oleh
alternatif dari beragam pekerjaan, mampu
Super adalah tingkat kesesuaian antara
merencanakan apa yang harus dilakukan
perilaku karir individu dengan perilaku karir
setelah menyelesaikan kuliah dan dimana dia
yang diharapkan pada umur tertentu. Dillard
akan bekerja. Kelima, untuk mewujudkan
(1985:32) mengemukakan bahwa kematangan
berbagai aspek di atas, maka sudah
sikap individu dalam pembuatan keputusan
seharusnyalah mahasiswa memiliki beberapa
karir ditampakkan oleh tingkat konsistensi
keterampilan yang berkenaan dengan upaya
pilihan karir dalam suatu periode tertentu.
pengembangan karirnya. Keterampilan yang
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
dimaksud, antara lain adalah : mempunyai
kematangan karir menggambarkan tingkat
kemampuan menggunakan sumber-sumber
kesesuaian individu dengan karir dan
informasi tentang karir, dapat meningkatkan
bagaimana psikodinamiknya dalam
perolehan keterampilan dalam bidang
pengambilan keputusan dan pemecahan
akademik dan non-akademik, berupaya
masalah karir.
menjadikan lembaga organisasi
kemahasiswaan sebagai wadah peningkatan 2. Pembahasan Gambaran Kegiatan
keterampilan dan eksistensi diri, mampu Layanan Bimbingan Karir
mengelola waktu secara efektif dan dapat Gambaran kegiatan layanan
bekerja sama dengan orang lain, berusaha dan bimbingan karir di Jurusan Pendidikan Seni, di
mampu meberikan komentar mengenai dirinya Program Studi Seni Musik, Seni Rupa dan
sendiri secara sahih. Seni Tari. Seperti telah dikemukakan pada
Gambaran kematangan karir uraian mengenai hasil penelitian, bahwasanya
mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Tari, secara tidak ada program layanan bimbingan dan
umum menunjukkan tingakat kematangan konseling, khususnya layanan bimbingan karir
tinggi. Pada aspek sikap, indikator orientasi yang secara formal dirancang dan
dan kompromi, menunjukkan kematangan dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Seni, di
yang tinggi, artinya terdapat kecenderungan Prodi Pendidikan Seni Musik, Seni Rupa dan
positif pada cara pandang mahasiswa terhadap Seni Tari. Mahasiswa dihadapkan kepada
pekerjaan pada bidang profesi kependidikan beberapa kegiatan awal, seperti : tes seleksi,
seni dan sudah adanya keluwesan atau yang meliputi memainkan salah satu instrumen
kerelaan mahasiswa untuk menerima musik, menyanyikan sebuah lagu dengan baik,
usulan/saran dari pihak lain tentang pemilihan menggambar dan mewarnai dengan baik dan
pekerjaan dalam bidang profesi kependidikan indah, menarikan sebuah tarian dengan baik
seni. Pada aspek kompetensi, indikator dan mempunyai gerak fisik yang lentur juga
pemecahan masalah menunjukkan tingkat keadaan fisik yang prima. Setelah mahasiswa
lulus seleksi awal dan tes secara tertulis,
82
Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kematangan Karir Mahasiswa Nurrillah, S.A. Lilly
83
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.1, No.1, Januari 2017
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Nurrillah, S.A. Lilly
profesi kependidikan seni cenderung positif; Muro, J.J. & Kottman, T. (1995). Guidande
(4) kompromi mahasiswa yang cenderung and Counseling in Elementary and
poritif, adanya keluwesan atau kerelaan untuk Middle Schools. Ioawa : Brown and
menerima pendapat atau usulan dan berdiskusi Benchmark Publisher.
dengan orang tua/orang dewasa lainnya
Osipow, S.H., (1983). Theories of Career
mengenai pekerjaan dalam bidang profesi
Development. New Jersey: Prentice-
kependidikan seni; (5) penentuan keputusan
Hall Inc.
dalam hal ini mahasiswa sudah menunjukkan
keajegan dan kepastian dalam mengambil Patton, W. & Lokan, J. (2001). “Perspectives
keputusan, menentukan pilihan pekerjaan pada on Donald Super’s Construct of
profesi kependidikan seni. Career Maturity”. International
Journal for Education and Vocational
Guidance. 1, 31-48.
Reverensi:
Riyadi, A.R. (2006). Pengembangan Alat Ukur
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian : Kematangan Karir Siswa Sekolah
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Menengah Atas. Skripsi pada Jurusan
Rineka Cipta. PPB FIP UPI. Bandung : tidak
diterbitkan.
Crites, J.O. (1981). Career Counseling :
Models, Methods, and Materials. New Savickas, M.L. (2001). “A Developmental
York : McGraw-Hill Book Company. Perspective on Vocational behavior :
Career Pattern, Salience, and
Dillard, J.M. (1985). Life Long Career
Themes”. International Journal for
Planning. Colombus, Ohio : Bell &
Education and Vocational Guidance.
Howell Company.
1, 31-48.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi
Sharf, R.S. (1992). Applying Career
Perkembangan Suatu Pendekatan
Development Theory to Counseling.
Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi
California : Woodswoth, Inc.
5. Jakarta: Erlangga.
Sugiarto. (2003). Teknik Sampling. Jakarta.
Hyot, K.B., Wickwire, P.N. (2001).
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Knowledge-Information-Service Era
Change in Work and Education and Sugiyono. (2007). Metode Penelitian
the Changing Role of the School Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Counselor in Career Education. The
Super, D. E., Thompson, A. S., & Lindeman,
Career Development Quarterly, Vol.
R. H. (1988). Adult Career Concerns
49. No. 3, March 2001.
Inventory: Manual for research and
Ilfiandra. (1997). Kontribusi Konsep Diri exploratory use in counselling. Palo
terhadap Kematangan Karir Siswa. Alto, CA: Consulting Psychologists
Skripsi pada Jurusan PPB FIP UPI Press.
Bandung : tidak diterbitkan.
Supriadi, Dedi. (1997). Profesi Konseling dan
Isjoni. (2006). Pendidikan Sebagai Investasi Keguruan. Bandung: Bidang Studi
Masa Depan. Jakarta: Yayasan Obor Bimbingan dan Konseling Program
Indonesia Pascasarjana IKIP Bandung.
Manrihu, M.T. (1986). Studi tentang Beberapa Suyanto. 2006. Dinamika Pendidikan Nasional
Faktor yang Mempengaruhi (dalam Percaturan Dunia Global).
Kematangan Karir Siswa SMA di Jakarta: PSAP Muhammadiyah.
Sulawesi Selatan. Disertasi pada PPS
Waspada, Ikaputera. (2004). Sukses Usaha
UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Sukses Profit. Media Komunikasi dan
Munandir. (1996). Program Bimbingan Karier Informasi Pengabdian Kepada
di Sekolah. Jakarta: Dikti Depdikbud. Masyarakat [Online], Tahun IV
Nomor 4 Oktober 2004, 12
84
Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kematangan Karir Mahasiswa Nurrillah, S.A. Lilly
halaman.Tersedia:
http://jurnal.upi.edu/file/Ika_P.pdf
Whiston, S.C. (2000). Principles and
Applications of Assessment in
Counseling. United States :
Brooks/Cole.
Winkel, W.S. (1997). Bimbingan dan
Konseling di Institusi Pendidikan.
(Edisi Revisi). Jakarta: PT Gramedia
Widia Sarana Indonesia.
Zunker, V.G., & Osborn, D.S. (2002). Using
Career Development Inventories.
[Online]. tersedia di :
http://web.odu.edu. [28 Juli 2005].
85