Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Perbandingan Kualitas Demokrasi dalam Perspektif Kesetaraan Gender antara

Indonesia dan Thailand

Arin Fithriana, M.Si,


arin.fithriana@budiluhur.ac.id
Jeanie Annissa, S.IP., M.Si1
Email : jeanie.annissa@budiluhur.ac.id
FISIP Universitas Budi Luhur

Abstract

This study discusses the comparative quality of democracy in the perspective of gender equality
between Indonesia and Thailand. Selection of study subjects based on data ranking global democracy
that puts Indonesia and Thailand as a country in Southeast Asia with the quality of democracy is not
far adrift. This study uses the theory of political culture for respective internal uniqueness, the quality
of democracy, gender theory and comparative politics approach using Mill's Method to analyze focus
of research. This study used a qualitative approach with descriptive type of analysis through literature
study. The unit of analysis in this study focused on the quality of democracy in the perspective of
gender equality. The unit of explanation is the comparison the quality of democracy in the perspective
of gender equality Indonesia and Thailand are seen from the level of political participation of women
in each country. Each by the period between 2010 to 2014 based on internal changes that occur in
both. In addition to historical comparative method is also used to acquire the common traits between
the uniqueness of the community and assess long-term social change. Based on the data that has been
collected relating to the history and political culture of each country, it can be said that the quality of
the implementation of democracy is influenced by the historical background and internal changes.
Internal change is increasingly open does not necessarily encourage democratization, it is because of
the culture of political force. Eventually important role in the political system as a determinant of the
quality of democracy and guarantor of democracy.

Keywords: Political Culture, Quality of Democracy, Gender Theory, Mill's Method

Pendahuluan marginal. Posisi ini dilatar belakangi oleh


banyak hal seperti budaya, agama, sosial,
Implementasi demokrasi dalam ekonomi dan politik. Bentuk demokrasi
sistem politik pasca perang dunia ke II ideal meniadakan pembedaan tersebut dan
menjadi keharusan suatu negara. Negara mendorong adanya kesetaraan perempuan,
berusaha mentrasformasi diri dengan terkait kesetaraan gender. Beberapa
berbagai penyesuaian untuk mendapatkan lembaga melakukan pengkajian indeks
pengakuan sebagai negara demokratis. atau ranking demokrasi negara dengan
Sebagai contoh adanya realitas affirmative melakukan pengukuran pada dimensi
action yang kemudian menjadi input politik dan non politik. Pada dimensi
dalam Undang-undang No.8 Tahun 2012 politik pengukuran menekankan pada
tentang Pemilu Legislatif, mengamanatkan struktur dan fungsi sistem politik
kewajiban partai politik peserta pemilu sedangkan pada non politik meliputi
untuk memenuhi kuota 30 persen ekonomi, kesehatan, pendidikan, gender
perempuan di daftar calon legislatif dan dan lingkungan. Pengukuran ini dengan
minimal satu perempuan diantara tiga perbandingan dimensi politik 50%
calon legislatif. KPU (Komisi Pemilihan sedangkan yang lainnya masing-masing
Umum) Indonesia juga memastikan parpol 10%.1
memenuhi kuota tersebut melalui Indonesia dan Thailand merupakan
Peraturan KPU No. 7 tahun 2013. contoh negara di Asia Tenggara yang
Perempuan mendapat perhatian
tersendiri karena hingga saat ini 1Democracy ranking
perempuan masih menempati posisi http://democracyranking.org/wordpress/?page_id=
590
13

Jurnal Sawala Volume 4 Nomor 2 (Mei – Agustus 2016)

masuk dalam kajian Global Democracy politik, pembangunan administrasi, hukum


Ranking dengan posisi yang tidak jauh dan sebagainya. Dengan demikian, hal ini
berbeda daripada negara Asia Tenggara merupakan suatu proses perubahan yang
lainnya. Meskipun data mengenai multidimensional, dan bersifat etnosentris,
demokrasi Thailand baru tersedia tahun artinya disesuaikan dengan kondisi dan
2010, namun berdasarkan data tersebut keadaan negara tersebut.
demokrasi Thailand menunjukkan kondisi Sifat etnosentris dalam kajian
yang semakin meningkat. Artinya adanya demokrasi berkaitan dengan budaya politik
perbaikan dengan implementasi demokrasi yang berkembang. Budaya politik tidak
di Thailand. Demikian juga dengan berhenti pada satu posisi, namun
Indonesia, juga menunjukkan mengalami perubahan yang dipengaruhi
kecenderungan yang sama. oleh faktor internal dan eksternal. Gender,
dalam penelitian ini memfokuskan pada
Tabel 1.1 : Peringkat Demokrasi pembangunan politik, dalam kualitas
Global 2 demokrasi berkaitan dengan budaya politik
Negara 2010 2011 2012 2013 2014
Thailand 71 69 69 65 63 yang ada. Berdasarkan perspektif gender
Indonesia 65 67 68 66 65 tersebut akan membandingkan bagaimana
kualitas demokrasi antara Thailand dan
Sumber : diolah dari Indonesia sebagaimana dalam gambar
http://democracyranking.org/wordpress/?page
kerangka berfikir berikut :
_id=14
Gender dalam demokrasi
Maka yang menjadi fokus dalam penelitian
merefleksikan dimensi yang menunjukkan
ini adalah Bagaimana perbandingan
tingkat keadilan di masyarakat yang
kualitas demokrasi dalam perspektif
berkaitan dengan kesetaraan dan
3 gender antara Indonesia dan Thailand ?.
kebebasan. Kesetaraan dan kebebasan ini
mencakup kondisi yang seimbang antara
laki-laki dan perempuan untuk memenuhi
hak dalam berkontribusi dan mendapatkan
manfaat dari aktivitas sosial, ekonomi,
budaya dan pembangunan politik.
Penelitian hanya akan memfokuskan pada
pembangunan politik saja, karena ruang
lingkup yang cukup luas dalam penekanan
kesetaraan gender ini. Menurut Gabriel
Almond, pembangunan politik adalah
upaya untuk mengembangkan kapasitas-
kapasitas sistem politik dengan
menggunakan pembangunan. Tujuannya
adalah agar sistem politik mampu
memelihara dirinya sendiri. Oleh karena
itu, pembangunan politik mencakup
persoalan yang luas seperti budaya politik,
sosialisasi politik, partai politik, stabilitas
politik, nasionalisme, institusionalisasi Implementasi Kesetaraan Gender
dalam Demokrasi di Indonesia
2 Diolah dari
http://democracyranking.org/wordpress/?page_id=
Perempuan merupakan tonggak
14, diakses pada 7 Mei 2015 pukul 11.22 WIB demokrasi yang diharapkan dapat
3 David F.J. Campbell, 2008, The Basic Concept for
memberikan perubahan terhadap
the Democracy Ranking of the Quality of permasalahan kehidupan bernegara.
Democracy,(Vienna: University of Klagenfurt) p.36
14

Perbandingan Kualitas Demokrasi Dalam Perspektif Kesetaraan Gender Antara Indonesia Dan Thailand

Kehadiran perempuan di ranah politik dibutuhkan kaum perempuan dalam


sangat berpengaruh terhadap menyelesaikan masalah perempuan sehari-
kerbelangsungan suara perempuan di hari.
parlemen. Perjalanan politik perempuan Pada sejarah pemilu di Indonesia,
dalam proses keterwakilan di parlemen keterlibatan perempuan masih sangat
Indonesia memiliki sejarah yang panjang rendah dalam ranah politik. Diketahui,
dan berliku. Gerakan perempuan di dalam pemilu pertama tahun 1955,
Indonesia dimulai sejak tahun 1928 yang representatif perempuan banyak diwakili
ditandai dengan berlangsungnya kongres oleh gerakan atau organisasi seperti
wanita Indonesia untuk meningkatkan Gerwani dan Muslimat NU. Keikutsertaan
kesadaran dan rasa nasionalisme di 35 partai dan beberapa anggota kostituante
kalangan perempuan untuk mengambil dengan tingkat partisipasi rakyat yang
peranan dalam pembangunan dan politik. cukup besar sebanyak 39 juta orang yang
Dalam pemilu I yang diselenggarakan memberikan suara dengan jumlah suara
tahun 1955 menempatkan 6,5 persen yang cukup signifikan sebanyak 80%
perempuan masuk ke dalam parlemen. suara, perempuan hanya menempati
Dilanjutkan kembali di tahun 1987, dengan sejumlah 17 kursi.6 Sedangkan di era
progress peningkatan menjadi 13 persen.4 konstituante tahun 1959, keterpilihan
Kurangnya tingkat keterwakilan perempuan dalam parlemen sebanyak 25
politik di Indonesia dipicu oleh beberapa kursi.7
faktor seperti agama dan budaya. Indonesia Memasuki era orde baru,
merupakan negara yang menganut sistem keterpilihan perempuan dalam ranah
nilai patriarkal yang menimbulkan persepsi politik mengalami dinamika perubahan.
pembagian peran antara laki-laki dan Dalam periode pertama di tahun 1971-
perempuan secara mencolok. Perempuan 1977 perempuan menempati sebanyak 36
dibatasi pada peran domestik sehingga kursi, periode kedua di tahun 1977
kesempatan perempuan dalam arena politik menempati 36 kursi dan pemilu tahun 1982
masih relatif kecil. Selain itu, ajaran agama menempati 39 kursi dari total 460 kursi
Islam yang menjadi mayoritas di Indonesia yang diperebutkan. Dalam periode ketiga
dianggap kurang melibatkan perempuan di tahun 1987 perempuan menempati 65
dalam arena kepemimpinan sehingga kursi dari total 500 kursi yang
semakin mempertegas gap peran laki-laki diperebutkan, pada tahun 1992 menjadi 62
dan perempuan. kursi, tahun 1997 sebanyak 54 kursi dan
Jika melihat di masa perjuangan tahun 1999 menjadi 46 kursi dari total 500
kemerdekaan, maka kiprah perempuan kursi yang diperebutkan. Dalam pemilu
Indonesia dalam menuju kemerdekaan 2004, anggota legislatif perempuan
memiliki potensi yang sangat besar dalam meningkat menjadi 61 orang dari 550
membantu di medan peperangan dalam anggota yang terpilih dan di tahun 2009
bidang logistik, kesehatan bahkan berhasil menempatkan 101 anggota
pendidikan.5 Keikutsertaan perempuan perempuan dari 560 anggota DPR yang
memberikan kesempatan untuk terpilih.8 Sedangkan di tahun 2014 terpilih
menyampaikan isu-isu yang berkaitan 97 orang perempuan yang menempati
dalam kepentingan di sekitar mereka
sehingga mereka memahami apa yang 6 Op.Cit Khofifah Indah Parawansa, Hal. 43.
7 Jurnal Sosial Demokrasi edisi 6 tahun 2, Juni
4 Op.Cit, Khofifah Indar Parawansa., hal. 41 Agustus 2009 dapat diakses melalui
5 Pemberian tugas khusus kepada Suwarni http://library.fes.de/pdf-
Pringgodigdo dalam memimpin gerakan wanita files/bueros/indonesien/07003/jurnal%20edisi%206
Indonesia di masa perjuangan yang dapat dilihat %20kirim.pdf akses pada tanggal 11 Februari 2016.
dalam “Zaman Berubah Sesudah Kartini” Tempo, 29 8Sali Susiana, Penurunan Keterwakilan Perempuan

April 1978, hal. 55-57 yang juga dapat dilihat dalam Dalam Pemilu 2014, Info Singkat Kesejahteraan
tulisan Khofifah Indar Parawansa hal. 43. Sosial, Vol. VI/No.10/II/ P3DI/ Mei/2014, hal. 10
15

Jurnal Sawala Volume 4 Nomor 2 (Mei – Agustus 2016)

kursi legislatif.9 dalam memberikan kesempatan kepada


Keterlibatan perempuan dalam perempuan untuk terlibat dalam kegiatan
sistem politik untuk tujuan representasi politik dan pembuatan kebijakan umum.
memang diperlukan, tetapi harus diimbangi Selain itu, penetapan kuota perempuan
dengan kualitas pengetahuan dan sebanyak 30% juga disahkan melalui UU
pengalaman politik untuk dapat diterima Pemilu No. 12 Tahun 2003 dalam pasal 65
dan mewakili kepentingan umum (1) ang berbunyi bahwa Partai Politik
masyarakat, tidak semata melihat pada peserta Pemilu dapat mengajukan calon
jumlah kuota yyang telah disediakan bagi DPR, DPRD Provinsi dan DPRD
kelompok perempuan. Berikut adalah Kabupaten/ Kota untuk setiap daerah
tabel representatif perempuan di dalam pemilihan dengan memperhatikan
parlemen yang masih belum memenuhi keterwakilan perempuan sekurang-
11
kuota 30% . kurangnya 30%.
Keterlibatan perempuan dalam
Tabel 4.1 pemenuhan affirmative action telah
Representasi Politik Perempuan Dalam Parlemen di diperkuat melalui Undang-Undang Nomor
Indonesia 10
10 tahun 2008 yang memuat kebijakan
PERIODE PEREMPUAN LAKI-LAKI keterlibatan perempuan di ruang politik
sebanyak 30%, sehingga perempuan
1955-1960 17 (6,3%) 272 (93,7%)
memiliki peran politik dalam membuat
1956-1959 25 (5,1%) 488 (94,9%) kebijakan bagi masyarakat. Di tahun 2004
1971-1977 36 (7,8%) 460 (92,2%) belum ada sanksi maupun teguran bagi
1977-1982 29 (6,3%) 460 (93,7%) partai politik yang belum memenuhi
jumlah kuota perempuan sebanyak 30%.
1982-1987 39 (8,5%) 460 (91,5%)
Namun tahun 2009, setiap partai politik
1987-1992 65 (13%) 500 (87%) yang belum memenuhi syarat kuota 30%
1992-1997 62 (12,5%) 500 (87,5%) harus memberikan pengumuman melalui
1997-1999 54 (10,8%) 500 (89,2%)
media agar tidak dicoret dalam bursa
peserta pemilu. Masalah ini telah
1999-2004 46 (9%) 500 (91%)
termaktub di dalam Peraturan KPU No. 7
2004-2009 61 (11,09%) 489 (88,9%) Tahun 2013 pasal 11. Dalam arti lain,
terdapat 1 kandidat perempuan dari 3 (tiga)
kandidat yang dicalonkan oleh masing-
Jika mengetahui berdasarkan aturan masing partai politik.12
KPU No. 7 Tahun 2013 tentang Dengan demikian, partisipasi
pencalonan legislatif pasal 11 menegaskan politik perempuan di Indonesia telah
keterlibatan perempuan sebanyak 30% diperkuat melalui 3 (tiga) peraturan yang
yang merupakan bentuk affirmative action menguatkan dengan menempatkan kuota
perempuan dalam ranah politik.
Keterbatasan budaya dan agama
dapat diakses melalui
http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat seharusnya tidak menjadi kelemahan bagi
/Info%20Singkat-VI-10-II-P3DI-April-2014-11.pdf perempuan dalam meningkatkan
jam akses 11 Februari 2016 kemampuan membentuk keputusan politik,
9Yuni Rettnowati ,Hambatan Budaya pada
sehingga bisa merepresentasikan
Partisipasi Politik Perempuan, Hal. 158
file:///C:/Users/User/Downloads/95Hambatan%20B kebutuhan hak-hak perempuan. Perempuan
udaya%20Terhadap%20Partisipasi%20Perempuan. memiliki sisi kepribadian yang menarik
pdf jam akses 11 februari 2016 dengan gaya dan karakter kepemimpinan
10 Nur Iman Subono, “Representasi politik
perempuan ya ng lebih bermakna” dalam
berbeda dengan laki-laki.
Representasi Politik Perempuan : Sekedar Ada Atau
Pemberi Warna, Jakarta, Jurnal Sosial Demokrasi 11 Op. Cit, Yuni Rettnowati, Hal. 156
edisi 6 Tahun 2 Juni-Agustus 2009, hal 59. 12 Ibid, Yuni Retnowati, Hal. 156
16

Perbandingan Kualitas Demokrasi Dalam Perspektif Kesetaraan Gender Antara Indonesia Dan Thailand

Meskipun begitu, ketertarikan tingkat nasional. Perempuan Thailand


perempuan terhadap politik masih rendah. secara tradisional mengabdikan diri pada
Faktor agama, budaya, dan lingkungan raja dan keluarga bangsawan. Peran
memberikan keterbatasan bagi perempuan. perempuan dalam politik terbatasi karena
Peran domestik perempuan yang diperkuat gendernya. Namun demikian bukan berarti
oleh nilai-nilai budaya patriaki masih tidak ada pergerakan sama sekali dalam
menjadi bayang-bayang perempuan kehidupan sosial masyarakat Thailand.
terhadap perkembangan kualitas diri untuk Perubahan terjadi pada Raja Rama IV dan
memasuki wilayah publik. Kemudian, VI di tahun 1888 dengan adanya koran
lingkungan menjadi wujud penghakiman perempuan pertama “Naree Rom”,
terhadap perempuan yang tidak lagi kemudian diikuti dengan “Kulasatree”.
mengikuti adat budaya yang secara Secara tidak langsung artikel tersebut
psoikologis membatasi gerak dan peran menunjukkan kepentingan perempuan
perempuan, sehingga masih sulit dalam sosial dan politik. Dengan adanya
menunjukan keberanian dalam pengaruh barat, mulai ada perhatian
memberikan gagasan dan ide.13 terhadap pendidikan bagi anak perempuan
Selain itu, proses pemberdayaan Thailand. Pada perempuan yang terlahir
terhadap perempuan secara langsung dari keluarga kelas atas, mereka bergabung
maupun tidak belum mencapai tingkat dengan keluarga kerajaan.
maksimal sehingga masih banyak Pada tahun 1901, sekolah
perempuan yang belum bisa merumuskan perempuan pertama didirikan, dan dua
kepentingan-kepentingan mereka sendiri. puluh enam tahun kemudian, perempuan
Isu-isu sosial yang berkaitan dengan pertama kali terdaftar sebagai mahasiswi di
kebutuhan perempuan masih sering Universitas Chulalongkorn. Membutuhkan
terabaikan, padahal perempuan masih waktu yang cukup lama bagi perempuan
terlibat dalam aktivitas sosial yang Thailand untuk menunjukkan jati dirinya.
mewujudkan rasa social connectivity Karena setelah ada perempuan dengan
awareness yang tinggi. Oleh karena itu, tingkat pendidikan tinggi juga tidak
dapat diagregasikan kepentingan tersebut langsung terserap dan mampu
ke ranah politik. meningkatkan partisipasi politiknya. Hal
ini salah satunya kurangnya dukungan dari
Implementasi Kesetaraan Gender konstitusi sebagai legal formal perempuan
Dalam Demokrasi Di Thailand dalam beraktivitas. Konstitusi pertama
Tingkat partisipasi perempuan pada tahun 1932 masih menunjukkan
politik di Thailand tergolong rendah di inferioritas perempuan, meskipun dalam
negara anggota ASEAN. Sebagaimana konstitusi sudah tertulis bahwa ada
dideskripsikan pada budaya politik kesetaraan hak antara laki-laki dan
Thailand, dipengaruhi oleh budaya China perempuan, namun implementasinya
dan India yang menempatkan perempuan masih belum terwujud. Hal ini karena
pada posisi inferior dengan hak yang aturan dibawahnya masih memberikan
terbatas. Perempuan menjadi “harta” deskriminasi terhadap hak perempuan.
kepemilikan keluarga suami dan Konstitusi tahun 1974 mulai ada sedikit
14
berkewajiban melayani mereka. Thailand perubahan dengan adanya amandemen
memiliki sejarah panjang juga berkaitan pada undang-undang berdasarkan tuntutan
dengan partisipasi perempuan dalam dari berbagai pihak, seperti kelonggaran
politik, baik ditingkat lokal maupun kepemilikan paspor, posisi perempuan di
Militer dan pemerintahan. Persentase
13 Ibid, Yuni Retnowati, Hal. 156
partisipasi perempuan dalam parlemen
14 Orapin Sopchokchai, “Women’s Political Thailand jika dilihat sejak tahun 1933
Participation in Thailand”, TDRI Quarterly Review, hingga 1996 pada tabel 4.2 dibawah
Vol.13 No. 4, December 1998, p.11-12
17

Jurnal Sawala Volume 4 Nomor 2 (Mei – Agustus 2016)

menunjukkan perbandingan yang cukup tersendiri bagi Thailand, sehingga secara


tinggi jika dibandingkan dengan partisipasi tidak langsung juga mendorong
laki-laki.15 Pada tabel tersebut juga dapat peningkatan kualitas kehidupan
dilihat jika perbandingan antara jumlah masyarakat Thailand. Termasuk
kandidat perempuan dan laki-laki juga peningkatan pendidikan perempuan.
cukup tinggi. Seiring dengan peningkatan pendidikan
perempuan, dalam hal ini adanya akses
Tabel 4.2 : Jumlah Kandidat pendidikan pada perempuan dan reformasi
Laki-Laki dan Perempuan dan Anggota
politik, mulai ada partisipasi perempuan
Parlemen Thailand dari tahun 1933 -
1996 dalam politik. Reformasi ini tercantum
dalam konstitusi tahun 1997 dimana secara
jelas perempuan berkesempatan duduk
dalam parlemen.16 Penegasan konstitusi ini
masih belum menyebutkan batas kuota
perempuan di Parlemen, sehingga
persentase perempuan di Thailand sejak
diberlakukan konstitusi tersebut masih
dibawah 10 persen. Ini terlihat dalam tabel
berikut :
Grafik 4.1 : Persentase
perempuan dalam Parlemen Nasional
Berdasarkan data pada tabel diatas Thailand17
terlihat jarak antara beberapa pemilu
cukup dekat. Hal ini menunjukkan bahwa
konflik kepentingan politik di Thailand
cukup tinggi. Parlemen yang telah terpilih
dan disahkan belum lagi bekerja sudah
dibubarkan. Namun kondisi ini tidak
diikuti dengan peningkatan signifikan dari
partisipasi perempuan dalam parleman.
Misalnya saja pada tahun 1996 perempuan
hanya mendapatkan kursi sekitar 5,6% dari
total kursi yang ada. Pergantian
kepemimpinan Thailand menjadi perhatian
internasional, sehingga banyak kajian yang
menbahas tentang perpolitikan Thailand.
Kajian ini secara tidak langsung juga
menjadi bagian dari evaluasi diri Kondisi perpolitikan Thailand yang
masyarakat Thailand. Pada sisi lain, masih tidak stabil pada akhirnya
pembangunan ekonomi Thailand mendorong perubahan konstitusi, sehingga
menempatkan Thailand sebagai salah satu pada tahun 2007 disahkan konstitusi baru
negara industri baru di Asia. Pergolakan Thailand. Namun perwakilan perempuan
politik di Thailand seakan bukan menjadi masih rendah, demikian juga dalam
penghalang bagi aktivitas ekonomi administrasi publik yang lebih tinggi dan
Thailand, seperti pada sektor pariwisata pengadilan. Konstitusi tersebut tidak
dan pertanian. Hal ini menjadi keuntungan mengatur secara tegas tentang kuota

15 Orapin Sopchokchai, “Women’s Political 16Liza Romanov, The Women of Thailand, Global
Participation in Thailand”, TDRI Quarterly Review, Majority E-Journal, Vol 3, No. 1 (June 2012), pp.44-
Vol.13 No. 4, December 1998, p.13-14 60, p. 55
17 Ibid
18

Perbandingan Kualitas Demokrasi Dalam Perspektif Kesetaraan Gender Antara Indonesia Dan Thailand

perempuan di Parlemen. Demikian juga menjadi lebih baik dengan adanya


dengan Organic Act on Political Parties peningkatan menjadi 35,3%. Pada bulan
B.E. 2550 (2007) tentang partai politik Juli 2011 Thailand memilih Perdana
Thailand dan The Organic Act on Election Menteri perempuan untuk pertama kalinya
Commission B.E. 2550 tentang pemilihan – Yingluck Shinawarta. Dengan moment
umum Thailand tidak menyebutkan ini kelompok perempuan mengharapkan
ketentuan kuota perempuan sebagai perubahan signifikan yang mendorong
persyaratan. Ketentuan kuota hanya inisiatif pemberdayaan perempuan
ditetapkan secara sukarela oleh Partai terutama dalam peningkatan perwakilan
Politik yang mulai memperhatikan aspek perempuan dalam pembuatan keputusan.
gender. Satu-satunya partai yang Perubahan konstitusi Thailand pada tahun
menetapkan kuota hanyalah partai 2007 didalamnya memuat keseimbangan
Demokrat (Pak Prachatipol) dengan target hak antara laki-laki dan perempuan. Dalam
kandidat perempuan sebesar 30 persen. amandemen tersebut dibuat untuk
Sehingga Thailand merupakan negara memperbaiki kemampuan perempuan
voluntary party quota dalam penetapan dalam mengklaim hak mereka. Pada
partisipasi perempuannya. 18 Penduduk pemilu 2011 Thailand memperebutkan 500
Thailand sebanyak 67 juta jiwa kursi yang terdiri dari 375 kursi untuk
Sebagaimana disebutkan dalam budaya konstitensi list dan 125 kursi party list.
politik Thailand, bahwa perempuan Constituency list sama dengan daerah
Thailand berada pada posisi inferior, pemilihan (dapil).20 Setiap dapil hanya
menempatkan perempuan pada posisi yang akan diwakili oleh satu orang anggota
tidak penting. Sekitar 70.000 posisi politik parlemen. Dan 1 partai hanya bisa
dikota dan di desa Thailand, perempuan mendaftarkan satu kandidat pada
hanya berpartisipasi sebanyak 4%. 19 Mulai konstituensi. Untuk partai list, satu partai
pada Desember 2010 UNDP Thailand dan bisa mendaftarkan maksimal 125 kandidat.
Kementrian Pembangunan Sosial dan Ketentuan ini didasarkan pada amandemen
Keamanan Manusia mengenalkan sistem konstitusi tahun 2007 pasal 93-98 dengan
quota pada pemilu. Penegenalan ini juga amandemen terakhir 11 Februari 2011.21
dilakukan survey yang hasilnya Sistem ini serupa dengan sistem pemilu
menunjukkan bahwa 86% laki-laki setuju legislatif di Indonesia sampai tahun 2004.
bahwa sistem quota gender akan Semakin kecil nomor kandidat, maka
membantu meningkatkan partisipasi semakin besar kemungkinan kandidat
perempuan. tersebut menjadi anggota parlemen/DPR
Tipe voluntary political party quota (Rathasapha). Setelah 500 anggota
ini juga berlaku pada pemilihan umum parlemen terpilih, maka para anggota
tahun 2011. Dari seluruh anggota dewan Parlemen memilih perdana menteri yang
perwakilan, perempuan hanya berjumlah masa waktu memerintah 4 tahun. Pemilu
79 orang atau 16 persen. Secara terperinci tahun 2011 diikuti oleh 40 partai politik
perwakilan perempuan di Thailand dengan partai besar antara lain; Pheu Thai
mencapai 15% pada MPs, 16% senator, memenangi 265 kursi(204 berasaskan
17% PNS. Pada tahun 2008, 9,4% kawasan + 61 daftar partai), Demokrat 159
perempuan terpilih sebagai PNS (Pegawai (115 + 44), Bhumjai Thai 34 (29 + 5),
Negeri Sipil). Pada sektor swasta, kondisi Chartthaipattana 19 (15 + 4), Palung Chon

20
18Quotaproject.org/system… Aim Sinpeng, Thailand’s Electoral Rules,30 May
2011, East Asia Forum Quarterly October –
19http://www.th.undp.org/content/thailand/en/hom December 2015,
e/ourwork/social_advocacy/successstories/advocacy http://asiapacific.anu.edu.au/newmandala/2011/05/
-for-political-equality-puts-undp-in-national- 30/thailands-electoral-rules/
spotlight.html diakses pada Selasa, 29 Desember 21 http://www.ipu.org/parline-e/reports/Thai-
2015 HR_B.htm
19

Jurnal Sawala Volume 4 Nomor 2 (Mei – Agustus 2016)

7 (6 + 1), Chart Pattana Puea Pandin 7 (5 + jiwa (46,79%). Pada pemilu ini mulai
2), Cinta Thailand 4 (daftar partai saja), dikenalkan golongan putih yang kemudian
Matubhum 2 (1 + 1), Demokrat Baru 1 disebut “no vote” yang didukung oleh
(daftar partai) dan Mahachon (daftar Partai Demokrat sebagai oposisi. No vote
partai).22 Setelah Yingluck berkuasa menjadi pilihan tersendiri dalam pemilu
sebagai PM, krisis politik Thailand masih tahun 2014.24 Yingluck digantikan oleh
juga berlanjut sehingga Yingluck Niwatthamrong Boonsongpaisan (sebagai
membubarkan majelis rendah pelaksana tugas) pada 7 Mei 2014 hingga
Thailand merupakan negara dengan dialihkan pada kekuasaan militer dibawah
tingkat pergantian kepemimpinan yang Jenderal Prayuth Chan-ocha dengan
cukup tinggi. Pemilu pada tahun 2011 rencana pemilu Februari 2016. 25
merupakan pemilu ke 26 sejak tahun 1932
mengakhiri tujuh abad masa monarkhi.
Sepanjang sejarah telah terjadi 18 kali Analisa Perbandingan Kualitas
kudeta militer, dan 17 kali perubahan Demokrasi dalam Perspektif Gender
konstitusi. Meskipun urbanisasi sering Antara Indonesia dan Thailand
dikaitkan dengan kemiskinan dan Suatu hal yang perlu diperhatikan
mobilisasi politik rendah dalam deprivasi dalam analisa pada penelitian
ekonomi, namun urbanisasi juga perbandingan politik bahwa teori yang
mempermudah akses terhadap tempat digunakan dalam menganalisa hanyalah
pemungutan suara dan memberi peluang sebagai landasan untuk membuat
bagi pemilih untuk mendapatkan akses generalisasi terbatas dan bukan untuk
informasi politik, dan bahkan partai politik menguji teori. Sedangkan yang menjadi
lebih mudah dalam memobilisasi keunggulannya adalah mengembangkan
konstituennya.23 Krisis Politik di Thailand perspektif dengan memfokuskan pada
yang terpajang dimulai ketika massa yang persamaan dan perbedaan unit-unit
tergabung dalam Aliansi Rakyat untuk analisis. Berdasarkan penjelasan dalam
Demokrasi menuntut turunnya perdana sub bab-sub bab sebelumnya, menunjukan
menteri Thaksin Shinawatra pada kedudukan perempuan masih sangat
pemerintahan kedua tahun 2006, rendah dalam menduduki jabatan-jabatan
dilanjutkan dengan tuntutan terhadap publik di ranah politik. Di Indonesia
Samak Sundaravej tahun 2008, dan maupun Thailand interval keikutsertaan
kemudian Somchai Wongsawat karena perempuan dalam demokrasi saling
dianggap telah menyalahgunakan kompetitif. Dalam peringkat demokrasi
kekuasaan dan penyelewengan. Thailand mengungguli dalam kurun waktu
Pada pemilu 2 February 2014, terakhir, sedangkan Indonesia mengalami
Yingluck memenangi pemilu yang kenaikan yang signifikan khususnya di
diboikot oleh partai Demokrat. Pada tahun 2012.
pemilu tersebut tercatat jumlah pemilih Jika dilihat berdasarkan data,
sebanyak 43.024.042 jiwa dan yang menunjukan bahwa peringkat demokrasi
melakukan pemilihan sebanyak 20.129.976 Indonesia secara rata-rata berada lebih
tinggi daripada Thailand (semakin kecil
22
peringkat, semakin baik kondisi
http://www.republika.co.id/berita/internasional/asea demokrasi). Indonesia 66,2 dan Thailand
n/13/12/28/myibar-pemilu-thailand-2-februari-
diikuti-53-partai 24 Thailand General Election, Report of the
23 Voter Turnout in Democratizing Southeast Asia: International Election of Observation Mission By The
A Comparative Analysis of Electoral Participation in Asian Network for Free Elections (ANFREL) p. 25
Five Countries anfrel.org/ThaiEOMReport_Edit-4_final_edit.p
Scot Schraufnagel, Michael Buehler, Maureen 25 http://www.theglobal-
Lowry-Fritz, Taiwan Journal of Democracy, July review.com/content_detail.php?lang=id&id=5813&t
2014. P.11 ype=2#.VoHdTU-9u1s
20

Perbandingan Kualitas Demokrasi Dalam Perspektif Kesetaraan Gender Antara Indonesia Dan Thailand

67,4. Hal ini juga dapat dilihat dalam perempuan dalam layanan pendidikan,
kualitas sistem politiknya. Sistem politik kesehatan dan ekonomi. Angka ini
dalam peringkat demokrasi menempati berkesinambungan dengan indeks kualitas
porsi 50% dari total penghitungan kualitas hidup manusia yang berkaitan dengan
demokrasi (Data Tabel 2). pembangunan.
Dapat dikatakan meskipun kualitas
gender dalam demokrasi di Thailand lebih
Tabel 4.3 : Perbandingan Tingkat Demokrasi tinggi daripada Indonesia, namun
Indonesia-Thailand Berdasarkan Keterwakilan Perempuan
keterlibatan perempuan dalam parlemen
Ketentuan Indonesia Thailand
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
dan pemerintahan di Indonesia lebih tinggi.
Peringkat
demokrasi
65 67 68 66 65 71 69 69 65 63
Hal ini dikarenakan stabilitas system
%kualitas gender
dalam demokrasi
56,5 60,9 61,1 63,1 59,7 56,3 62,1 63,3 66,2 64
politik Indonesia yang lebih baik dengan
%Kualitas Sistem 50,3 56,7 57,1 58 54 39,9 45,3 48 52,1 50
Politik termasuk implementasi konstitusi yang
Ketentuan kuota Legisl Volunt
perempuan ated ary mengatur keterlibatan perempuan dalam
party
quota parlemen diatur secara jelas. Lain hal nya
%perempuan di 18 18,2 18,6 18,6 16,9 13,3 15,8 15,8 15,8 6,1
parlemen
Perempuan 21,21 - - 23,1 - 25,76 25,0 - - -
dengan Thailand, konstitusi dan undang-
sebagai
legislator
5 52 69 undang tentang pemilu dan parpol
%Perempuan
sebagai menteri
14,3 - 11,4 - 11,8 12,5 - 8,7 - 8,3
belum/tidak mengatur secara tegas kuota
perempuan dalam parlemen. Kuota hanya
Jika dilihat berdasarkan data: bersifat sukarela oleh partai politik, dalam
peringkat demokrasi Indonesia secara rata- hal ini hanya partai Demokrat saja yang
rata berada lebih tinggi daripada Thailand mensyaratkan kuota 30 persen untuk
(semakin kecil peringkat, semakin baik anggota partai.
kondisi demokrasi) Indonesia 66,2 dan Jadi dapat dikatakan pembangunan
Thailand 67,4. Hal ini juga dapat dilihat materi di Thailand telah mampu
dalam kualitas system politiknya. System meningkatkan kualitas gender di Thailand
politik dalam peringkat demokrasi dengan adanya keterlibatan perempuan
menempati porsi 50% dari total dalam layanan pendidikan, kesehatan dan
penghitungan kualitas demokrasi. Pada ekonomi. Sedangkan pembangunan
peringkat kualitas demokrasi, semakin immateri, dalam hal ini adalah system
besar persentasenya, maka semakin baik politik, tidak cukup signifikan dalam
kualitas. Indonesia secara rata-rata lebih meningkatkan kualitas gender di Thailand.
baik kualitas politiknya sebesar 18,40 Hal ini sebaliknya dengan Indonesia,
persen antara tahun 2010-2015, sedangkan bahwa kualitas gender mengalami
Thailand 15,68 persen pada periode yang peningkatan dengan adanya kepastian
sama. Telah dijelaskan bahwa dalam hukum akan keterlibatan dan peran
keterwakilan perempuan di Indonesia telah perempuan dibawah stabilitas pelaksanaan
diintegrasikan oleh serangkaian peraturan sistem politik.
yang mengatur tentang jumlah Di Indonesia, keterwakilan
keterwakilan perempuan sebesar 30%. perempuan di dalam ranah politik
Pemerintahan Indonesia. seringkali dibatasi oleh parpol. Menurut
Namun demikian persentase Notosusanto secara spesifik terdapat
kualitas gender dalam demokrasi, Thailand kendala ataupun hambatan bagi perempuan
menunjukkan persentase angka yang lebih yang berusaha memajukan diri serta
tinggi daripada Indonesia. Persentase meningkatkan keefektivitasan di dalam
kualitas gender hanya 10persen dari total tubuh parpol, diantaranya adalah masih
penghitungan kualitas demokrasi dan ini rendahnya sosialisasi politik terhadap
tidak hanya ditunjukkan dengan perempuan sehingga sedikit sekali jumlah
keterlibatan perempuan dalam politik, perempuan yang terkaderisasi;
namun juga dilihat dari keterlibatan kepemimpinan partai politik yang
21

Jurnal Sawala Volume 4 Nomor 2 (Mei – Agustus 2016)

cenderung didominasi oleh kelompok laki- pembuatan keputusan bidang ekonomi


laki sehingga kecenderung menominasikan (termasuk administratif, managerial,
laki-laki lebih besar dan berpotensi profesional dan teknis). 3) Andil
menang; adanya penyeleksian kandidat perempuan dalam pendapatan. Indonesia
perempuan yang hanya memiliki afiliasi unggul pada indikator pertama, namun
dengan penguasa sehingga partai politik pada indikator kedua dan ketiga tidak,
kurang transparan dalam menjalankan sehingga inilah yang menunjukkan
fungsinya untuk melakukan proses keunggulan kualitas gender Thailand. Jika
rekrutmen politik; kekuatan dana yang dilihat dari sistem politiknya, Indonesia
dimiliki perempuan masih sangat sedikit cenderung lebih stabil dengan dengan
sedangkan sebagian besar partai politik tingkat yang lebih tinggi daripada
masih melimpahkan sumber dana anggaran Thailand. kestabilan ini menjadi satu satu
politik secara independen sedangkan biaya penjamin berjalannya demokrasi di
politik membutuhkan anggaran dana yang Indonesia dengan adanya pelaksanaan
luar biasa besar; dan terakhir adalah aturan dan hukum. Pada penelitian ini
kurangnya mobilisasi perempuan dan terlihat bahwa adanya ketetapan kuota
ketidakmampuan untuk saling mendukung perempuan dalam parlemen yang dimiliki
sehingga menempatkan perempuan dalam Indonesia menjadi salah satu kunci kualitas
posisi rawan kalah ketika mereka harus demokrasi Indonesia. Hal yang sebaliknya
proaktif dalam memperjuangkan hak-hak di Thailand, dengan tidak adanya jaminan
hidupnya.26 konstitusi tentang kuota perempuan, maka
partisipasi perempuan dalam politik rendah
meskipun kualitas gender semakin baik.
Kesimpulan
Menggunakan Mill’s method, ada
Pada perbandingan kualitas kesamaan (method of agreement) antara
demokrasi antara Indonesia dan Thailand Indonesia dan Thailand, yaitu sebagai
dalam perspektif gender dengan negara demokrasi di Asia Tenggara dengan
menggunakan Mill’s method, perkembangan budaya politik yang
menunjukkan bahwa secara rata-rata dipengaruhi oleh feodalisme. Disisi lain
kualitas gender Indonesia antara tahun persamaan tersebut juga menghasilkan
2010 sampai 2014 lebih rendah daripada perbedaan (method of difference) yang
Thailand. Namun demikian, bukan berarti menjadi perbandingan dan analisa bahwa
perempuan di Thailand mempunyai tingkat pada perkembangannya persamaan
partisipasi politik yang lebih tinggi mengalami perubahan seiring pengaruh
daripada Indonesia. Hal ini terlihat dalam berkembangnya budaya politik dalam
data bahwa persentase perempuan di perilaku politik. Ini terlihat bahwa sistem
Parlemen Thailand, pada tingkat pembuat politik Indonesia cenderung stabil dan
keputusan dan jajaran pemerintah menghasilkan budaya politik partisipan
(menteri) lebih kecil daripada Indonesia. termasuk dengan adanya ketentuan kuota
Hal yang perlu dicatat bahwa kualitas perempuan di Parlemen sebesar 30 persen.
gender tidak hanya ditentukan oleh Sedangkan di Thailand budaya politik
keberadaan perempuan dalam partisipasi masih cenderung feodal dengan
politik. Kondisi ini mengacu pada kualitas superioritasnya belum menetapkan jumlah
gender sebagaimana UNDP dalam Gender kuota perempuan dalam parlemen. Kuota
Empowerment Measure (GEM) yang masih bersifat kesukarelaan partai, dalam
memiliki tiga indikator; yaitu 1) proporsi hal ini hanya partai Demokrat yang telah
kursi perempuan dalam parlemen, 2) membuat kuota 30 persen bagi partainya.
persentase perempuan dalam posisi Dapat dikatakan ini merupakan bentuk
melanggengkan budaya superior atas laki-
26
laki terhadap perempuan meskipun
Op. Cit , Yuni Retnowati, hal 159-160
22

Perbandingan Kualitas Demokrasi Dalam Perspektif Kesetaraan Gender Antara Indonesia Dan Thailand

perempuan Thailand telah mengalami Perbandingan Politik:


peningkatan kualitas. Penelusuran Paradigma,
Sedangkan di Indonesia, tantangan Jakarta:PT. Raja Grafindo
budaya dan agama masih menjadi jurang Persada
pembeda yang sangat besar bagi
keterlibatan perempuan di ranah politik. Cullell, Vargas, Jorge and Osvaldo
Selain itu, kepemimpinan perempuan Lazzetta (ed) 2004, The Quality of
masih belum lumrah untuk penerapan di Democracy: Theory and
Indonesia sehingga walaupun serangkaian Applications, University of Notre
konstitusi telah mengatur pembagian kuota Dame Press
perempuan di arena politik tetapi
implementasi menunjukan masih belum Freedman, Amy L.,2006, Political Change
sepenuhnya partai politik memfasilitasi and Consolidation: Democracy’s
dan mendukung perempuan dalam Rocky Road in Thailand, Indonesia,
aktivitas politiknya. South Korea, and Malaysia, New
Nilai superioritas laki-laki dan York: Palgrave
nilai-nilai feodalistik di Indonesia masih
menjadi penghambat terselenggaranya Ji Ungpakorn, Giles, 2007, A Coup for the
kualitas demokrasi yang sehat di dalam Rich; Thailand’s Political Crisis,
sistem perpolitikan di Indonesia. Worker Democracy
Keterlibatan perempuan yang rendah tidak Publishing:Bangkok
dapat menghantarkan perempuan dalam
menyelesaikan permasalahan isu-isu yang J Wiarda, Howard, Esther M Skelley,
berkaitan dengan kebutuhan perempuan, 2007, Compartaive politics :
sehingga edukasi dan pembimbingan approaches and issues, USA :
politik bagi perempuan sangat dibutuhkan Rowman & Littlefield Publisher
agar kaum perempuan berani tampil dalam Inc.
ranah kepemimpinan yang selama ini
dikuasai oleh kaum laki-laki. Dapat Mulder, Niels, 2000, Inside Thai Society,
diketahui bahwa keterlibatan perempuan Chiang Mai: Silkworm Books
dalam pertumbuhan demokrasi mengalami
perubahan walaupun masih jauh dari Mas’oed,, Mochtar Colin MacAndrews,
realisasi, tetapi peningkatan pertumbuhan 2000, Perbandingan Sistem
perempuan di ranah politik semakin Politik, Yogyakarta: Gadjah
bertambah dan mengalami peningkatan. Mada University Press
Dengan demikian, kualitas demokrasi
dalam indikator gender mengalami laju Rahman, A. H.I, 2007, Sistem Politik
perubahan walaupun masih dalam kategori Indonesia, Yogyakarta: Graha
rendah. Ilmu,

Robert Clark, William, Matt Golder, Sona


DAFTAR PUSTAKA nadenichek Golder ,2009,
Principles of Comparative
Campbell, David F.J., 2008, The Basic
Politics, washington : CQ
Concept for the Democracy
Press,p.3
Ranking of the Quality of
Democracy, Vienna: University
of Klagenfurt
Jurnal :
Alamsyah, Nur, M., “Budaya Politik dan
Chilcote, Ronald H., 2007, Terj. Haris
Iklim Demokrasi Di Indonesia”,
Munandar, Dudy Priatna, ,Teori
23

Jurnal Sawala Volume 4 Nomor 2 (Mei – Agustus 2016)

Jurnal Academia FISIP UNTAD


Vol 2 No 02 Oktober 2010, hal Sopchokchai, Orapin, “Women’s Political
415. Participation in Thailand”, TDRI
Quarterly Review, Vol.13 No. 4,
Betata, H. C.. “What is missing in December 1998, p.11-12
measures of women's
empowerment?”, Journal of Subono, Nur Iman, “Representasi politik
Human Development , 7(2) (2007), perempuan yang lebih bermakna
221-241. dalam Representasi Politik
Perempuan : Sekedar Ada Atau
Jurnal Sosial Demokrasi edisi 6 tahun 2, Pemberi Warna”, Jakarta, Jurnal
Juni Agustus 2009 diakses melalui Sosial Demokrasi edisi 6 Tahun 2
http://library.fes.de/pdf- Juni-Agustus 2009, hal 59.
files/bueros/indonesien/07003/jurna
l%20edisi%206%20kirim.pdf Susiana, Sali, “Penurunan Keterwakilan
akses pada tanggal 11 Februari Perempuan Dalam Pemilu 2014”,
2016. Info Singkat Kesejahteraan Sosial,
Vol. VI/No.10/II/ P3DI/ Mei/2014,
Piayura, Premsak Dr, Dusadee Ayuwat, hal. 10 dapat diakses melalui
“Political Culture in 21st Century http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/fi
Thai Villages, International les/info_singkat/Info%20Singkat-
Conference on Social Science and VI-10-II-P3DI-April-2014-11.pdf
Humanity”, IPEDR Vol.5, IACSIT, jam akses 11 Februari 2016
Singapore, p.247
Thamrongthanyawong, Sombat, “The
Romanov, Liza, “The Women of Backgrounds, Political Culture and
Thailand”, Global Majority E- political Participation of Thai
Journal, Vol 3, No. 1 (June 2012), Youth Leaders”, NIDA
pp.44-60, p. 55 Development Journal, Vol 50
No.4/2010. p. 83-84
Sidel, John T., “Social Origins of
Dictatorship and Democracy
Revisited: Colonial State and Internet :
Chinese Immigrant in the Making
of Modern Southeast Asia,”
Comparative Politics 40, no. 2 Democracy ranking
(2008): 127-147. http://democracyranking.org/wordp
ress/?page_id=590
Schafferer, Christian, “The Parliamentary Herien Puspitawati Konsep, Teori, dan
Election in Thailand, December Analisis Gender, IPB Press, Bogor,
2007, Notes on Recent Elections/ hal.
Electoral Studies 28 (2009) 141- 1ikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/kary
173, p. 167 ailmiah/gender.pdf dalam karya,
diakses tanggal 09 Juni 2015
Schraufnagel, Scot, Michael Buehler,
Maureen Lowry-Fritz, “Voter http://www.th.undp.org/content/thailand/en
Turnout in Democratizing /home/ourwork/social_advocacy/su
Southeast Asia:A Comparative ccessstories/advocacy-for-political-
Analysis of Electoral Participation equality-puts-undp-in-national-
in Five Countries”, Taiwan Journal spotlight.html diakses pada Selasa,
of Democracy, July 2014. P.6 29 Desember 2015
24

Perbandingan Kualitas Demokrasi Dalam Perspektif Kesetaraan Gender Antara Indonesia Dan Thailand

Kabupaten Pati Provinsi Jawa


http://www.ipu.org/parline-e/reports/Thai- Tengah”, hal. 2 Dapat dilihat dalam
HR_B.htm file:///C:/Users/User/Downloads/60
70-13089-1-PB.pdf tanggal akses
http://www.republika.co.id/berita/internasi 21 September 2015
onal/asean/13/12/28/myibar-
pemilu-thailand-2-februari-diikuti- repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1
53-partai 8102/3/Chapter%20II.pdf diakses
tanggal 09 Juni 2015
http://www.theglobal-
review.com/content_detail.php?lan Rettnowati, Yuni ,Hambatan Budaya pada
g=id&id=5813&type=2#.VoHdTU- Partisipasi Politik Perempuan, Hal.
9u1s 158
file:///C:/Users/User/Downloads/95
Hambatan%20Budaya%20Terhada
Indar Parawansa, Khofifah, “Hambatan p%20Partisipasi%20Perempuan.pdf
Terhadap Partisipasi Politik jam akses 11 februari 2016
Perempuan Indonesia”, dapat
dilihat dalam Sinpeng, Aim, “Thailand’s Electoral
http://www.idea.int/publications/wi Rules”,30 May 2011, East Asia
p/upload/CS-Indonesia.pdf diakses Forum Quarterly October –
pada tanggal 10 September 2015 December 2015,
http://asiapacific.anu.edu.au/newma
Keterwakilan Perempuan
ndala/2011/05/30/thailands-
http://www.berdikarionline.com/edi
electoral-rules/
torial/20130422/keterwakilan-
perempuan-di-
Sonsri,. Gamolporn Dr, Analysis of Thai
parlemen.html#ixzz3Zsnjzu88,
Political culture factors as
diakases pada 8 Mei 2015
Motivator Influencing the
Perfromance of Municipal
Kuswandi, Aos, “Membangun Gerakan
Employees in Public Service
Budaya Politik Dalam Sistem
Delivery,p.6-8
Politik Indonesia”, hal. 40. Dapat
unpan1.un.org/intradoc/groups/pub
dilihat dalam
lic/.../unpan027465.p..
http://download.portalgaruda.org/ar
ticle.php?article=19706&val=1237
Thailand General Election, Report of the
tanggal akses 21 September 2015
International Election of
Observation Mission By The Asian
Listyaningsih, Partisipasi Perempuan
Network for Free Elections
Dalam Politik Dan Pembangunan
(ANFREL) p. 25
Di Banten, Jurnal Administrasi
anfrel.org/ThaiEOMReport_Edit-
Publik Vol 1 No. 2 Desember 2010,
4_final_edit.p
Hal. 144 dapat dilihat dalam
download.portalgaruda.org/article.p
hp?article=49017&val=4026
Diakses tanggal 09 Juni 2015.

Munadi, “Budaya Politik Masyarakat


Samin(SEDULURSIKEP) Studi
Kasus: Di Dukuh Mbombong Desa
Baturejo Kecamatan Sukolilo

You might also like