Professional Documents
Culture Documents
Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Dalam Produksi Jahe Gajah
Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Dalam Produksi Jahe Gajah
Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali, Indonesia
Email: tegarprabawa@ymail.com
ABSTRACK
The maximum production can be achieved if using optimum inputs. Production efficiency is influenced by the use of
production inputs. The purpose of this research was to examin: the effect of production factors of jahe gajah; inefficiency
and efficiency factor of jahe gajah; farmer's income in jahe gajah farming; and constraints faced in Jahe Gajah
production. The research method uses quantitative descriptive methods. The number of samples in this is researc were 66
people determined by the Simple Random Sampling technique. Production efficiency was analyzed using the Stochastic
Frontier production function with the Frontier 4.1c program and farmer’s income was analyzed using R/C ratio. The
results of the research indicate that: land area variables affect production; education, experience, counseling dummy
variables influence production, while jahe gajah farm is stated to be technically efficient with an average value of 0.910,
but not yet allocatively efficient with an average value of 0.668 and not economically efficient with average values of
0.599; the jahe gajah farm has profit R/C ratio 1,7; constraints faced by jahe gajah farmers there is no standards price,
difficulty in obtaining market access, and rhizome rotten disease.
ABSTRAK
Produksi yang maksimum dapat dicapai apabila penggunaan input secara optimum. Efisiensi produksi dipengaruhi oleh
penggunaan input produksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji; (1) pengaruh faktor-faktor produksi jahe gajah;
(2) faktor inefisiensi dan efisiensi produksi jahe gajah; (3) pendapatan petani dalam usaha tani jahe gajah; dan (4)
Kendala-kendala yang dihadapi dalam produksi jahe gajah. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 66 orang ditentukan dengan teknik Simple Random Samplin. Efisiensi
produksi dianalisis menggunakan fungsi produksi Stochastic Frontier dengan program Frontier 4.1c dan pendapatan
petani dianalisis menggunakan R/C ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) variabel luas lahan berpengaruh nyata
terhadap produksi; (2) variabel pendidikan, pengalaman dan dummy penyuluhan berpengaruh nyata terhadap produksi,
sedangkan usaha tani jahe gajah dinyatakan efisien secara teknis dengan nilai rata-rata sebesar 0,910, namun belum
efisien secara alokatif dengan nilai rata-rata sebesar 0,668 dan belum efisien secara ekonomis dengan nilai rata-rata
sebesar 0,599; (3) usaha tani jahe gajah sudah mengalami keuntungan dengan nilai R/C ratio sebesar 1,7; (4) kendala yang
dihadapi petani jahe gajah adalah belum adanya standar harga, sulitnya mendapat akses pasar, dan penyakit busuk
rimpang.
PENDAHULUAN
tinggi untuk diekspor ke negara maju. Komoditas
Latar Belakang yang termasuk komoditas sub sekor perkebunan
yang memiliki prospek pengembangan yang baik
Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub adalah tanaman jahe (Zingiber Oflnule). Data
sektor dari sektor pertanian yang dapat Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
meningkatkan devisa negara dan menyerap tenaga menunjukkan volume ekspor jahe dari tahun ke
kerja. Pemerintah mengutamakan pada subsektor tahun mengalami peningkatan. Selama periode
perkebunan, karena memiliki daya tarik yang tahun 2010 - 2015, rata-rata volume ekspor jahe
mengalami peningkatan 7,55% per tahun (Depag, produksi berdampak positif terhadap efisiensi
2016). Budidaya jahe Indonesia tersebar di 34 maka akan terjadi peningkatan efisiensi. Efisiensi
provinsi dengan pertumbuhan produksi jahe tahun sangat erat kaitannya dengan pendapatan. Jika
2014-2015 sebesar 5.22%. Pada tahun 2015 efisiensi semakin tinggi maka pendapatan yang
pertumbuhan produksi Provinsi Bali sebesar diperoleh petani akan semakin maksimal.
197,47%, merupakan pertumbuhan tertinggi di
Indonesia pada tahun 2014-2015. Badan Pusat Upaya petani jahe gajah di Gapoktan Sarwa Ada
Statistik Provinsi Bali menunjukkan produksi jahe dalam mencapai pendapatan yang maksimal
di Bali tahun 2015 adalah 5.735.658 kg, dimana dihadapkan pada beberapa kendala, yaitu kendala
Kabupaten Gianyar berkontribusi sebesar 51,36% biologis maupun kendala sosial ekonomi. Kendala
dari total produksi di Bali. Produksi terbesar kedua teknis meliputi penggunaan faktor-faktor produksi
adalah Kabupaten Karangasem, yaitu 1.056.342 kg dalam usaha tani jahe yang belum optimal seperti
atau 18,41% dan sisanya tersebar di Kabupaten penggunaan jumlah bibit, penggunaan pupuk,
Badung, Bangli, dan Jembrana penggunaan tenaga kerja, serangan hama penyakit,
iklim, tekik budidaya, dan sebagainya. Kendala
Kabupaten Tabanan, Klungkung, Buleleng, dan ekonomis meliputi besarnya biaya produksi, harga
Denpasar tidak memproduksi jahe dikarenakan jual jahe gajah yang tidak menentu, dan
agroklimat daerah tersebut tidak sesuai untuk sebagainya.
budidaya jahe. Produksi jahe di Kabupaten
Gianyar dari tahun 2012-2015 cenderung Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang
berfluktuasi. Penurunan jumlah produksi jahe dari “Efisiensi Produksi Penggunaan Faktor-Faktor
tahun 2012-2014 disebabkan oleh; (1) Produksi Dalam Produksi Jahe Gajah di Gapoktan
pengurangan luas lahan akibat peralihan lahan Sarwa Ada Desa Taro, Kecamatan Tegallalang,
yang semula ditanami tanaman jahe diganti Kabupaten Gianyar”. Hal ini dimaksudkan untuk
dengan tanaman pangan, (2) serangan hama dan memberikan pandangan baru pada petani jahe
penyakit sehingga menyebabkan produksi jahe gajah dalam menggunakan faktor-faktor produksi
rendah, (3) penggunaan input produksi yang belum agar memperoleh hasil produksi yang maksimal.
optimal, dan (4) nilai jual jahe rendah sehingga
petani enggan untuk menanam. Tujuan Penelitian
Salah satu kawasan budidaya jahe di Kecamatan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh
Tegallalang yaitu di Gapoktan Sarwa Ada Desa faktor-faktor produksi jahe gajah, mengkaji faktor
Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar. inefisiensi dan efisiensi, mengkaji pendapatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua petani, dan mengkaji kendala-kendala yang
Gapoktan Sarwa Ada, jenis jahe yang dihadapi dalam produksi jahe gajah di Gapoktan
dibudidayakan di Desa Taro adalah jahe gajah, Sarwa Ada Desa Taro, Kecamatan Tegallalang,
jahe merah, dan jahe putih kecil. Namun dua tahun Kabupaten Gianyar.
terakhir petani di Desa Taro cenderung menanam
jahe gajah karena jahe gajah lebih tahan penyakit Hipotesis
dan harga jual jahe gajah lebih tinggi. Permintaan
terhadap jahe gajah di Gapoktan Sarwa Ada terus Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah
mengalami peningkatan akan tetapi tidak sebagai berikut:
diimbangi dengan peningkatan produksi. 1. Faktor-faktor produksi berpengaruh terhadap
hasil produksi jahe gajah di Gapoktan Sarwa
Menurut Soekartawi (2005), dalam meningkatkan Ada Desa Taro Kecamatan Tegallalang,
hasil produksi pertanian dan pertumbuhan tanaman Kabupaten Gianyar.
yang baik perlu memperhatikan penggunaan faktor 2. Penggunaan input produksi jahe gajah di
produksi, seperti pemilihan bibit unggul, Gapoktan Sarwa Ada Desa Taro Kecamatan
penggunaan lahan secara optimal, pemberian Tegallalang, Kabupaten Gianyar dinyatakan
pupuk secara tepat baik tepat waktu maupun tepat efisien secara teknis.
jumlah dan penggunaan tenaga kerja yang efisien. 3. Penggunaan input produksi jahe gajah di
Usaha tani dapat dikatakan berhasil apabila faktor- Gapoktan Sarwa Ada Desa Taro Kecamatan
faktor produksi dipergunakan secara efisien untuk Tegallalang, Kabupaten Gianyar dinyatakan
mencapai hasil yang maksimal dalam berusaha efisien secara alokatif.
tani. 4. Penggunaan input produksi jahe gajah di
Efisiensi produksi dapat mempengaruhi tingkat Gapoktan Sarwa Ada Desa Taro Kecamatan
produksi yang dihasilkan dengan menunjukkan Tegallalang, Kabupaten Gianyar dinyatakan
seberapa besar output dapat dihasilkan dari efisien secara ekonomis.
kombinasi input yang tersedia. Petani dapat
dikatakan efisien apabila petani menggunakan METODE PENELITIAN
kombinasi input yang sama kemudian
menghasilkan output yang lebih banyak atau Lokasi dan Waktu Penelitian
petani mampu menghasilkan output dengan
kuantitas yang sama tetapi menggunaan input yang Lokasi penelitian dilaksanakan di Gapoktan Sarwa
lebih sedikit. Jika penggunaan faktor-faktor Ada Desa Taro Kecamatan Tegallalang,
Kabupaten Gianyar. Penentuan lokasi ini Tabel 1. Variabel, Indikator, dan Pengukuran
dilakukan secara sengaja (purposive) atas dasar Penelitian
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut (1)
Kabupaten Gianyar merupakan penghasil jahe Variabel Indikator Pengukuran
tertinggi di Bali, (2) produksi jahe di Kabupaten Faktor Luas Lahan (X1) Kuantitatif
Gianyar pada tahun 2015 sebesar 72,8% dihasilkan Produksi Jumlah Bibit (X2)
di Kecamatan Tegallalang, (3) Desa Taro Jumlah Pupuk
merupakan salah satu sentra jahe yang ada di Kandang (X3)
Kecamatan Tegallalang. Penelitian dilaksanakan Jumlah Pupuk
pada Bulan April s.d. Mei 2018 dengan asumsi Urea (X4)
pada rentang bulan tersebut keseluruhan dari lahan Jumlah Pupuk SP-
jahe gajah yang terkoordinasi di bawah Gapoktan 36 (X5)
Sarwa Ada Desa Taro sedang dalam persiapan Jumlah Pupuk
masa panen. KCL (X6)
Tenaga Kerja (X7)
Jenis dan Bentuk Data Faktor Umur (Z1) Kuantitatif
Inefisiensi Tingkat
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini Pendidikan (Z2)
adalah data kualititif dan data kuantitatif. Data Pengalaman
kuantitatif dikumpulkan yaitu, pada luas lahan, Usaha tani (Z3)
penggunaan jumlah bibit, jumlah penggunaan Dummy
pupuk kandang, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk Penyuluhan (Z4)
KCL dan jumlah tenaga kerja, biaya produksi, Efisiensi Teknis Kuantitatif
harga jual, pendapatan satu sikluas tanam, dan Efisiensi Efisiensi Harga
sebagainya. Data kualitatif dikumpulkan seperti Produksi Efisiensi
gambaran umum daerah penelitian, kendala- Ekonomis
kendala yang dihadapi dalam usaha tani jahe Kendala- Kendala Teknis Kualitatif
gajah, dan sebagainya. Sumber data yang kendala dan Ekonomis
dikumpulkan berasal dari sumber primer dan
sumber sekunder. Sumber primer yaitu data yang
dikumpulkan langsung dilapangan dengan Metode Analisis
melakukan wawancara dengan petani (sumber
Dalam mengukur faktor-faktor produksi
primer) dengan menggunakan daftar pertanyaan
dipergunakan metode analisis model stochastic
atau kuesioner terstruktur (Sugiyono, 2014). Jenis
frontier merupakan perluasan dari model asli
dan sumber data sekunder diperoleh secara tidak
deterministik untuk mengukur efek-efek yang tak
langsung dari objek penelitian (Sugiyono, 2014).
terduga (stochastic effects) di dalam batas
Metode Pengumpulan Data produksi. Model fungsi produksi stochastic
frontier dinyatakan sebagai berikut.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode sebagai Ln Y = β0 + β1lnX1 + β2lnX2 + β3lnX3+ β4lnX4 +
berikut (1) wawancara (Interview), (2) studi β5lnX5 + β6lnX6 + β7lnX7+ vi – ui
pustaka, (3) observasi.
Menurut Mantra dan Kasto (1982), populasi Y : produksi jahe gajah (kg)
adalah keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya X1 : luas lahan yang digarap (ha)
akan diduga, sedangkan sampel merupakan
cuplikan atau bagian kecil yang ditarik dari X2 : jumlah benih yang digunakan (kg)
populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah X3 : jumlah pupuk kandang yang
seluruh petani jahe gajah yang ada di Gapoktan digunakan (kg)
Sarwa Ada Desa Taro Kecamatan Tegallalang,
Kabupaten Gianyar yaitu sebanyak 187 petani. X4 : jumlah pupuk urea yang digunakan
Penentuan sampel anggota gapoktan menggunakan (kg)
pendekatan Slovin maka jumlah sampel yang
diperoleh adalah sebesar n = 65,15 dibulatkan X5 : jumlah pupuk SP-36 yang digunakan
menjadi 66 orang. (kg)
X6 : jumlah pupuk KCL yang digunakan
Variabel Penelitian (kg)
Variabel, indikator, dan pengukuran efisiensi X7 : jumlah tenaga kerja yang digunakan
produksi penggunaan faktor-faktor produksi dalam petani (HOK)
Produksi jahe gajah di Gapoktan Sarwa Ada. β0: Intersep
terus-menerus akan menaikkan kapasitas produktif produksi dengan metode MLE sudah baik dan
tanah yang akhirnya dapat menaikkan potensi sesuai dengan kondisi di lapangan. Nilai sigma-
tanaman yang dihasilkan, hal tersebut dikarenakan square inefisensi sebesar 0,016 yang berarti bahwa
pupuk SP-36 mengandung unsur hara N, P, K error term terdistribusi secara normal. Nilai
yang disesuaikan dengan manfaatnya yaitu unsur gamma lebih besar dari 0,01 yaitu sebesar 0,26
Nitrogen (N) bermanfaat untuk memicu menunjukkan bahwa error term hanya berasal dari
pertumbuhan secara umum, terutama berperan faktor inefisiensi dan bukan berasal dari noise
dalam pembentukan klorofil, asam amino, enzim seperti cuaca, hama dan sebagainya. Pendugaan
dan senyawa lain. Tanaman tidak akan inefisiensi produksi jahe gajah di Gapoktan Sarwa
memberikan hasil yang maksimal apabila unsur Ada Desa Taro, Kecamatan Tegallalang,
hara yang diperlukan tidak cukup tersedia, Kabupaten Gianyar tahun 2018 dapat dilihat pada
pemberian pupuk SP-36 dapat meningkatkan hasil Tabel 3.
produksi. Namun kenyataan dilapangan petani
tidak melakukan pemupukan secara tepat yaitu Tabel 3. Pendugaan Inefisiensi Produksi dengan
pada saat musim hujan, padahal pupuk SP-36 Analisis Stochastic Frontier Jahe Gajah
dianjurkan penggunaannya pada musim hujan Standard-
karena pupuk SP-36 cepat larut bila terkena air. Variabel Koefisien t-ratio
Error
Umur
responden 0,00657 0,04108 0,16013
Pupuk KCL
Pendidikan
Variabel pupuk KCL mempunyai koefisien responden 0,10579 0,04297 2,46179**
sebesar 0,068 dengan nilai thitung sebesar 1,024. Pengalaman
Nilai thitung lebih kecil dari ttabel pada taraf 10% bertani 0,02784 0,01213 2,29479**
(1,668), dengan demikian variabel pupuk KCL Dummy
berpengaruh tidak nyata terhadap produksi. Pupuk penyuluhan -0,57819 0,18230 -3,16053***
KCl berperan dalam meningkatkan aktifitas
sigma-square 0,01616 0,00521 3,10108
fotosintesa dan meningkatkan metabolisme
karbohidrat serta meningkatkan berat kering Gamma 0,26556 0,38753 0,68526
tanaman. Sutrisna (2003), menyatakan bahwa Log Likelihood
keseimbangan unsur hara K di dalam tanah sangat function 46,98292
berperan dalam sintesis karbohidrat dan protein
sehingga sangat membantu memperbesar umbi. Keterangan:
Kalium mempengaruhi kualitas umbi yaitu * = berpengaruh nyata pada taraf α 10% (1,668)
menambah keragaman umbi dan meningkatkan
bahan kering umbi. Namun pada kenyataanya ** = berpengaruh nyata pada taraf α 5% (1,997)
dilapangan variabel pupuk KCL berpengaruh tidak *** = berpengaruh nyata pada taraf α 1% (2,654)
nyata diduga karena pemakaian dosis pupuk KCL
di Gapoktan Sarwa Ada belum sesuai anjuran. Pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa fungsi
inefisiensi teknis dalam penelitian ini digunakan
Tenaga kerja empat variabel yang diduga mempengaruhi
Variabel tenaga kerja mempunyai koefisien inefisiensi produksi jahe gajah. Dari keempat
sebesar 0,154 dengan nilai thitung sebesar 1,622 variabel inefisiensi yang diamati, hanya tiga
Nilai thitung lebih kecil dari ttabel pada taraf 10% variabel yang berpengaruh nyata yaitu tingkat
(1,668), dengan demikian variabel tenaga pendidikan, pengalaman usaha tani dan dummy
berpengaruh tidak nyata terhadap produksi. penyuluhan. Dummy penyuluhan yang
Implikasinya adalah jika petani jahe gajah ingin berpengaruh nyata pada taraf α sebesar 1%
meningkatkan produksi jahe gajah, maka curahan sedangakan pendidikan petani dan pengalaman
tenaga kerja terutama pemeliharaan tanaman berusaha tani berpengaruh nyata pada taraf α
seperti penyiangan untuk membersihkan gulma sebesar 5%. Variabel umur responden berpengaruh
perlu ditingkatkan dan pembuatan atau perawatan tidak nyata terhadap inefisiensi.
saluran irigasi supaya tidak ada air menggenang Variabel umur responden mempunyai koefisien
dan aliran air tidak melalui petak sehat (sanitasi), sebesar 0,006 dengan nilai thitung 0,160, dengan ini
sebab keadaan tanaman jahe gajah saat ini banyak berarti nilai thitung lebih kecil dari ttabel pada taraf
terserang hama dan penyakit yang diduga karena 10% (1,668). Hal ini berarti variabel umur petani
lahan sering tergenangi air. responden berpengaruh tidak nyata terhadap
inefisiensi. Koefisien bernilai positif berarti
Inefisiensi dan Efisiensi Produksi semakin tua umur petani responden, maka
Nilai log likelihood dengan metode maksimum inefisiensi produksi jahe gajah semakin besar dan
likelihood estimate (MLE) adalah sebesar 46,983 efisiensinya semakin kecil. Petani yang umurnya
lebih besar dari nilai log likelihood dengan metode semakin tua, maka inefisiensi produksinya akan
OLS yaitu sebesar 34,182 yang berarti fungsi tinggi. Sebaliknya, petani yang umurnya semakin
rendah, maka inefisiensi produksi yang dihasilkan Selain itu usaha tani jahe gajah di Gapoktar Sarwa
akan rendah. Ada Desa Taro Kecamatan Tegallalang,
Kabupaten Gianyar sudah efisien dan mendekati
Variabel pendidikan responden mempunyai frontiernya karena berbagai upaya dan program
koefisien sebesar 0,105 dengan nilai thitung 2,461, pemerintah banyak dilakukan di daerah ini seperti
dengan ini berarti nilai thitung lebih besar dari ttabel gencarnya dilakukan penyuluhan tentang budidaya
pada taraf 5% (1,997). Hal ini berarti variabel tanaman jahe gajah. Sebaran analisis efisiensi
pendidikan responden berpengaruh nyata terhadap teknis, alokatif dan ekonomis jahe gajah di
inefisiensi pada taraf 5%. Nilai koefisiesn positif Gapoktan Sarwa Ada Desa Taro Kecamatan
yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat Tegallalang, Kabupaten Gianyar tahun 2018 dapat
pendidikan petani jahe, maka inefisiensi semakin dilihat pada Tabel 4.
meningkat dan efisensi akan menurun. Karena
tingkat pendidikan petani yang diukur hanya Tabel 4. Sebaran Efisiensi Teknis, Alokatif dan
lamanya studi formal atau pengetahuan yang Ekonomis Jahe Gajah
didapat hanya pengetahuan umum bukan
Jahe
pengetahuan tentang usaha tani tanaman jahe Tingkat Gajah
gajah. No.
Efisiensi
TE % AE % EE %
Variabel pengalaman bertani mempunyai koefisien
sebesar 0,027 dengan nilai thitung 2,294, dengan ini 1. < 0,5 0 0,00 14 21,20 19 28,80
berarti nilai thitung lebih besar dari ttabel pada taraf
2. 0,5 - 0,69 1 1,50 21 31,80 26 39,40
5% (1,997). Hal ini berarti variabel pengalaman
bertani berpengaruh nyata terhadap inefisiensi 3. 0,70 - 0,90 22 33,50 21 31,80 20 30,30
pada taraf 5%. Nilai koefisien positif yang berarti
4. > 0,90 43 65,00 10 15,20 1 1,50
bahwa semakin tinggi tingkat pengalaman petani
jahe gajah, maka inefisiensi semakin meningkat Total 66 100 66 100 66 100
dan efisensi akan menurun. Petani jahe gajah di
Gapoktan Sarwa Ada Desa Taro tidak mau belajar Minimum 0,661 0,206 0,197
dari pengalaman yang mereka dapatkan Maksimum 0,991 0,975 0,911
sebelumnya, artinya pada siklus tanam
sebelumnya jika hasil produksinya meningkat, Rata-rata 0,910 0,668 0,599
maka hal ini seharusnya dipertahankan pada siklus
tanam berikutnya. Keterangan :
TE = Efisiensi Teknis
Variabel dummy penyuluhan mempunyai koefisien
sebesar -0,578 dengan nilai thitung -3,160, dengan AE= Efisiensi Alokatif
ini berarti nilai thitung lebih besar dari ttabel pada EE= Efisiensi Ekonomis
taraf 1% (2,654). Hal ini berarti variabel dummy
penyuluhan berpengaruh nyata terhadap inefisiensi Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata
pada taraf 1%. Nilai koefisiesn negatif yang berarti efisiensi teknis sebesar 0,910 dengan nilai
variabel dummy penyuluhan akan semakin kecil terendah 0,661 dan nilai tertinggi 0,991 yang
dan efisiensi akan semakin besar. Karena didalam berarti usaha tani jahe gajah di Gapokta Sarwa
kegiatan penyuluhan petani diberikan informasi Ada Desa Taro Kecamatan Tegallalang,
dan pemahaman tentang budidaya tanamanan jahe Kabupaten Gianyar Tahun 2018 secara teknis
seperti persiapan lahan, pembibitan, penanaman, sudah efisien. Berdasarkan nilai rata-rata efisiensi
pemeliharaan, pembibitan, pemanenan, dan petani jahe gajah di Gapoktan Sarwa Ada dapat
penanganan pasca panen, bukan tentang dikemukakan bahwa petani jahe gajah masih
pengetahuan umum seperti pendidikan formal. mempunyai peluang untuk memperoleh hasil yang
Dummy penyuluhan diukur berdasarkan partisipasi maksimal dengan penggunaan input produksi
petani dalam mengikuti penyuluhan di bidang secara efisien. Hasil ini menunjukkan bahwa
usaha tani jahe gajah. secara keseluruhan petani dapat meningkatkan
produksinya apabila penggunaan input produksi
Efisiensi teknis dianalisis menggunakan model ditingkatkan sebesar 9% (1-0,910). Tetapi masih
fungsi produksi stochastic frontier dengan metode banyak faktor lain (vi) yaitu faktor yang tidak
estimasi Maximum Likelihood Estimate (MLE) dapat dikendalikan yang perlu diperhatikan oleh
dengan program frontier 4.1c sedangkan tingkat petani jahe gajah di Gapoktan Sarwa Ada seperti
efisiensi alokatif dan ekonomi dianalisis dengan hama, penyakit, iklim, dan sistem drainase
menggunakan dual cost frontier. Nilai indeks dikarenakan nilai gamma yang kecil (26,55%).
efisiensi teknis hasil analisis dikategorikan efisien
karena menghasilkan nilai yang lebih besar dari Efisiensi alokatif dan ekonomis diperoleh melalui
0,70 sebagai batas efisiensi (Coelli, 1998). Hal ini analisis dengan memperhitungkan rasio harga
dikarenakan Kecamatan Tegallalang, Kabupaten input dengan harga output. Usaha tani jahe gajah
Gianyar merupakan sentra produksi jahe gajah di di Gapoktan Sarwa Ada Desa Taro, Kecamatan
Provinsi Bali, sehingga petani jahe gajah di Tegallalang, Kabupaten Gianyar memiliki nilai
Gapoktan Sarwa Ada Desa Taro mempu rata-rata efisiensi alokatif sebesar 0,668 dengan
menghasilkan efisiensi rata-rata sebesar 91%. nilai terendah sebesar 0,206 dan nilai tertinggi
sebesar 0,975. Jika rata-rata petani jahe gajah di menambah nilai guna suatu benda atau
Gapoktan Sarwa Ada dapat mencapai efisiensi menciptakan benda baru sehingga lebih
alokatif yang paling tinggi, maka mereka dapat bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan
menghemat biaya sebesar 31,49% (1 – menambah daya guna suatu benda tanpa
(0,668/0,975)). Penggunaan input yang kurang mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa.
atau berlebihan menyebabkan rendahnya efisiesnsi Kegiatan menambah daya guna suatu benda
alokatif, selain itu rendahnya efisiensi alokatif juga dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan
disebabkan oleh belum adanya informasi harga produksi barang. Dalam usaha tani ini, produksi
input maupun output secara jelas, sehingga yang dimaksud adalah menciptakan produk baru
keragaman harga input dan output tidak cukup yaitu jahe gajah. Produksi yang dihasilkan oleh
digambarkan oleh harga rata-rata. Jika harga petani jahe gajah di Gapoktan Sarwa Ada Desa
output transparan dan petani jahe gajah dapat Taro sejumlah 227.420 kg per siklus tanam.
menikmati harga murah (kebijakan subsidi input),
maka petani jahe gajah dapat menikmati efisiensi Rata-rata harga jual jahe gajah di tingkat petani
alokatif, sehingga akan menghemat biaya produksi pada satu kali musim panen sebesar Rp 5.007,58
dan akhirnya akan dapat meningkatkan per kg. Hal yang sama terjadi pada penerimaan
pendapatan. usaha tani jahe gajah, dimana kuantitas jahe gajah
yang dihasilkan dan harga jahe gajah per
Nilai rata-rata efisiensi ekonomis pada usaha tani kilogramnya sangat menentukan besarnya
jahe gajah di Gapoktan Sarwa Ada Desa Taro, penerimaan dari usaha tani ini. Penerimaan usaha
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar tani jahe gajah diperoleh dari kuantitas produk
sebesar 0,599 dengan nilai tertinggi sebesar 0,911 jahe gajah dikalikan dengan harga per kilogram
dan nilai terendah sebesar 0,197. Hal ini jahe gajah. Pada usaha tani jahe gajah di Gapoktan
menunjukkan apabila rata-rata petani jahe gajah Sarwa Ada Desa Taro Kecamatan Tegallalang,
dapat mencapai efisiensi ekonomis tertinggi maka Kabupaten Gianyar dengan luas lahan secara
petani dapat merealisasikan dengan menghemat keseluruhan seluas 28,51 ha memperoleh total
input produksi sebesar 34,25% (1-(0,599/0,911)). penerimaan sebesar Rp 1.139 819.500,00 per
siklus tanam. Produksi jahe dalam penelitian ini
Efek gabungan dari efisiensi teknis dan efisiensi berupa umbi basah (dalam keadaan segar) dengan
alokatif menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi rata-rata produksi jahe gajah sebesar 3.445,76 kg
ekonomis usaha tani jahe gajah sebesar 0,599. per siklus tanam.
Artinya usaha tani jahe gajah di Gapoktan Sarwa
Ada Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Rata-rata biaya tetap sebesar Rp 230.668,56 per
Kabupaten Gianyar belum efisien secara ekonomi. siklus tanam yang diperoleh dari biaya penyusutan
Penyebab rendahnya efisiensi ekonomis karena peralatan ditambah biaya pajak. Rata-rata biaya
efisiensi alokatif yang masih rendah. Sementara variabel sebesar Rp 9.946.325,00 per siklus tanam
efisiensi teknis sudah relatif tinggi. Usaha tani jahe yang diperoleh dari biaya tenaga kerja ditambah
gajah di Gapoktan Sarwa Ada Desa Taro, biaya pupuk (pupuk kandang, urea, SP-36, KCL)
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar masih dan ditambah biaya bibit. Rata-rata biaya
perlu meningkatkan efisiensi ekonomis sebesar merupakan hasil dari rata-rata biaya tetap
34,25%. Belum efisiennya efisiensi alokatif yang ditambah rata-rata biaya variabel yang
kemudian menyebabkan rendahnya efisiensi memperoleh hasil sebesar Rp 10.145.498,21 per
ekonomis, menunjukkan bahwa usaha tani jahe siklus tanam. Rata-rata penerimaan, biaya, dan
gajah di Gapoktan Sarwa Ada Desa Taro, pendapatan usaha tani jahe gajah dilihat pada
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar Tabel 5.
belum mampu memperoleh pendapatan yang
maksimum. Pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa petani jahe
gajah di Gapoktan Sarwa ada Desa Taro
Kecamatan Tagallalang Kabupaten Gianyar,
Sebaran tingkat (rating) efisiensi teknis, alokatif memperoleh pendapatan bersih usaha tani jahe
dan ekonomis disajikan pada Tabel 5.14 dapat gajah adalah Rp 7.124.494,21 per luas lahan
diperoleh keterangan bahwa petani jahe gajah garapan (0,43 ha) per siklus tanam. Pendapatan
yang efisien secara teknis sebanyak 65 orang dalam usaha tani dianalisis melalui penerimaan -
(98,5%), petani jahe gajah yang efisien secara total biaya. Dapat disimpulkan bahwa usaha tani
alokatif sebanyak 31 orang (47%), dan petani jahe jahe gajah di Gapoktan Sarwa Ada Desa Taro
gajah yang efisien secara ekonomis sebanyak 21 Kecamatan Tagallalang Kabupaten Gianyar, sudah
orang (31,80%). mengalami keuntungan dilihat dari nilai R/C ratio
Pendapatan Usaha Tani sebesar 1,7, yang berarti bahawa, setiap biaya
yang dikeluarkan sebesar Rp. 1.000,00 akan
Penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima mendapat penerimaan sebesar Rp. 1.700,00.
oleh perusahaan atas penjualan produk yang Sehingga dapat dikatakan bahwa usaha tani jahe
dihasilkan. Dalam ilmu ekonomi penerimaan gajah di Gapoktan Sarwa Ada Desa Taro
diistilahkan revenue. Dalam penelitian ini Kecamatan Tagallalang Kabupaten Gianyar layak
penerimaan diperoleh dari hasil produksi jahe untuk diusahakan atau dikembangkan karena nilai
gajah dikalikan harga jahe gajah. Produksi net B/C ratio lebih besar dari satu
merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk
Tabel 5. Rata-rata penerimaan, biaya, dan rimpang sebesar 31 orang (46 %). Kendala akses
pendapatan usaha tani jahe gajah pasar perlu mendapatkan perhatian yang serius,
karena sebagian besar petani jahe gajah belum
Harga
No Uraian Jumlah
(Rp)
Total (Rp) memiliki akses pasar yang luas. Petani menjualkan
jahe gajah yang diproduksi hanya kepada
I Produksi (kg) 3.445,76 5.007,58 17.269.992,42 tengkulak-tengkulak yang berada Desa Taro.
II Biaya Variabel Petani belum memiliki informasi pasar yang
memadai mengenai pasar jahe gajah, sehingga
1 Tenaga Kerja (HOK) 56,04 49.545,50 2.808.011,37 mayoritas petani belum mengetahui nilai ekonomi
2 Pupuk Kandang (kg) 4.351,52 1.142,42 4.981.136,36 dan potensi keuntungan yang dimiliki secara pasti.
Hal ini yang membuat usaha tani jahe gajah di
3 Urea (kg) 255,88 1.219,70 313.007,57 Gapoktan Sarwa Ada Desa Taro, Kecamatan
4 SP-36 (kg) 124,94 5.245,45 655.368,18 Tegallalang, Kabupaten Gianyar belum maksimal
dan sebagian besar petani dalam pembudidayaan
5 KCL (kg) 43,30 2.640,91 114.293,94 jahe gajah belum dalam skala besar. Kendala-
6 Bibit 89.44 12.083,30 1.074.507,58 kendala usaha tani jahe gajah di Gapoktan Sarwa
Ada dapat dilihat sebagai berikut.
Total Biaya Variabel 9.946.325,00
III Biaya tetap
Belum ada standar harga jahe gajah
1 Sabit (buah) 3,54 45.659,10 53.901,51 Saat ini Jahe Gajah belum memiliki standar harga.
Harga jahe gajah yang ada di Gapoktan Sarwa Ada
2 Cangkul (buah) 2,97 78.166,70 5.7948,80 Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten
3 Keranjang (buah) 3,24 64.848,50 32.424,24
Gianyar, saat ini masih dikendalikan oleh
tengkulak. Belum ada HPP (harga patokan petani)
4 Pajak 43,20 2000,00 86.393,94 untuk komoditi jahe gajah. Petani kurang
mengetahui mengenai informasi harga jual jahe
Total Biaya Tetap 230.668,56
gajah yang ada di pasaran. Petani hanya
IV Total Biaya Produksi 10.145.498,21 mendapatkan informasi harga dari tengkulak.
Petani jahe gajah memasarkan hasil produksi jahe
V Penerimaan 17.269.992,42
gajah yang dimiliki hanya kepada tengkulak. Hal
VI Pendapatan 7.124.494,21 ini mengakibatkat informasi pasar yang petani
dapatkan sangat terbatas. Akibatnya tengkulak
VI R/C Ratio 1,7
menjadi pihak yang diuntungan, karena tengkulak
yang menentukan harga jual jahe gajah untuk
petani.
Kendala-kendala usaha tani jahe gajah
Harga yang dikendalikan oleh tengkulak
Kendala-kendala yang dihadapi petani dalam
berdampak pada semakin sedikitnya minat petani
usaha tani jahe gajah di Gapoktan Sarwa Ada Desa
untuk mengusahakan jahe gajah karena takut
Taro, Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar
mengalami kerugian. Hal ini sangat penting untuk
adalah belum ada standar harga jahe gajah, belum
menjadi perhatian khusus oleh pemerintah untuk
ada akses pasar secara tetap dan serangan penyakit
menentukan standar harga jual jahe gajah.
busuk rimpang. Kendala petani jahe gajah di
Mengingat jahe gajah merupakan komoditas
Gapoktan Sarwa Ada Desa Taro, Kecamatan
ekspor yang memiliki prospek pasar yang bagus di
Tegallalang, Kabupaten gianyar dapat dilihat pada
mancanegara, sangat disayangkan apabila hal ini
Tabel 6.
menghambat pengembangan usaha tani jahe gajah
di Bali, khususnya di Gapoktan Sarwa Ada Desa
Tabel 6. Frekuensi kendala. Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar.
N Akses pasar
Jumlah
o Aspek Kendala (%)
(orang)
. Lemahnya akses pasar petani jahe gajah selama ini
Belum Ada Standar
disebabkan beberapa hal, diantaranya: (1)
1 42 63,6 kesulitan mencari pembeli dalam jumlah besar; (2)
Ekonomis Harga Jahe Gajah
. biaya operasional untuk sampai ke konsumen
Akses Pasar 56 84,8 dirasakan petani jahe gajah cukup tinggi, sehingga
2 Penyakit Busuk muncul keengganan untuk mengakses pasar
Teknis 31 46,9 sendiri; (3) petani jahe gajah kurang termotivasi
. Rimpang
meningkatkan usaha mereka. Karena petani jahe
gajah berpikir yang penting usahanya jalan; (4)
Pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa kendala yang lemahnya upaya pemasaran, baik dari petani jahe
paling dominan dihadapi oleh petani jahe gajah gajah maupun dari bantuan pemerintah.
adalah akses pasar sebesar 56 orang (84,8 %),
diikuti belum ada standar harga jahe gajah sebesar Beberapa upaya prakondisi yang harus dilakukan
42 orang (63,6 %), dan kendala penyakit busuk dalam upaya penguatan akses pasar, antara lain:
(1) pemerintah melakukan sosialisasi memberikan
kesadaran petani jahe gajah yang mereka usahakan menguning dan akhirnya seluruh tanaman
sehingga berdampak terhadap kesuksesan produk menguning. Daun-daun tertua akan mengering,
yang mereka hasilkan; dan (2) standarisasi diikuti dengan daun-daun yang lebih muda dan
kualitas. Hal ini penting dilakukan agar tercipta akhirnya batang juga akan mengering. Batang
kontinyuitas permintaan pasar. Seringkali petani yang mengering masih kuat sehingga sulit dicabut
jahe gajah rentan terhadap penurunan kualitas jika dari rimpangnya.
terjadi peningkatan permintaan. Adanya
standarisasi kualitas juga memberikan kesadaran Penyebab penyakit busuk rimpang adalah jamur
pada petani jahe gajah bahwa produk yang fusarium merupakan jamur tular tanah, bertahan
berkualitas akan dapat menjamin kelangsungan dalam tanah yang menyerang rimpang jahe gajah
usaha tani yang mereka kelola. Dampak (klamidospora). Selain terinfeksi oleh jamur yang
standarisasi kualitas berpotensi petani jahe gajah berada dalam tanah, tanaman dapat juga menjadi
mengadopsi teknologi yang mampu melakukan sakit karena jamur yang terbawa bibit tanaman
proses produksi dengan lebih cepat, akurat dan yang diambil dari tanaman sakit. Sumber
lebih terukur. penularan utama pada pertanaman jahe adalah
penanaman rimpang sakit. Jamur berkembang baik
Pada tahapan selanjutnya, adalah tahap analisis pada keadaan suhu panas (15 - 38°C), udara
potensi dan peluang, dimana petani jahe gajah lembab (87 - 95%) dan keadaan tanah basah atau
dapat melakukan pemetaan potensi pasar. Hal ini becek yang lama karena drainase yang buruk.
sangat dibutuhkan petani mengingat lemahnya
informasi tentang pasar. Nilai manfaat pemetaan Meluasnya penyakit busuk rimpang di Gapoktan
itu adalah produk yang mereka hasilkan dapat Sarwa Ada Desa Taro, Kecamatan Tegallalang,
segera dipasarkan dan dapat diperhitungkan jalur Kabupaten Gianyar mengindikasikan bahwa
transportasi yang digunakan dalam penentuan umumnya tanah pertanian dan benih rimpang jahe
harga jual jahe gajah. yang digunakan oleh para petani sebagian besar
sudah tercemar atau terinfeksi oleh jamur
Ketika pemetaan pasar sudah dilakukan, petani Fasarium Oxysporum penyebab penyakit busuk
jahe gajah dapat meningkatkan akses pasar. rimpang, sehingga tanah dan rimpang sehat untuk
Beberapa langkah alternatif peningkatan akses tujuan produksi jumlahnya sangat terbatas. Untuk
pasar dapat dilakukan antara lain adalah (1) menghentikan penyebaran penyakit busuk rimpang
melakukan pelatihan peningkatan akses pasar. agar tidak lebih meluas, ada beberapa langkah
Petani jahe gajah perlu mendapat pelatihan tentang tindakan pencegahan maupun pengendalian.
akses pasar, sehingga mereka memahami arti
penting menjaga kualitas produk, yang akan Pertama perlakuan benih sebelum tanam, metode
meningkatkan permintaan hasil produksi. perlakuan benih ini dapat digunakan petani dalam
Pelatihan ini juga bertujuan agar petani jahe gajah usaha pemenuhan bibit sendiri. Keuntungan petani
mengetahui prosedur, bernegoisasi harga, ataupun membibitkan jahe sendiri adalah: a) petani akan
menjual produk ke pasar sasaran; (2) mengetahui kondisi bibit yang akan ditanam; b)
meningkatkan networking atau jaringan pemasaran penyediaan bibit tidak terbatas; c) efisiensi biaya
baru melalui pameran, baik lokal maupun keluar pembelian bibit; dan d) bibit terjamin. Secara
daerah. Promosi ini penting dilakukan untuk teknis, tanaman induk untuk bibit dapat ditanam di
mendekatkan hasil produksi petani pada kebutuhan polybag. Penggunaan polybag mudahkan dalam
pasar; (3) Petani jahe gajah harus aktif mencari penyortiran tanaman yang sehat dan pencegahan
peluang-peluang pasar. Peluang-peluang pasar penularan penyakit ke tanaman lain dapat
dapat dicari dengan melakukan kemitraan dengan dilakukan.
perusahaan-perusahaan yang memasok jahe gajah, Kedua sterilisasi tanah sebelum tanam, untuk
mencari supplyer yang mendistribusikan jahe penyakit-penyakit tanaman yang disebabkan oleh
gajah ke pasar yang lebih luas atau distributor jamur tular tanah seperti halnya jamur Fusarium,
ekspor, dan memasarkan produknya media cetak sterilisasi tanah sangat dianjurkan untuk menekan
maupun media online sehingga tidak bergantung propagul jamur dalam tanah dan jumlah tanaman
kepada tengkulak. Meningkatkan jangkauan pasar yang terinfeksi penyakit busuk rimpang. Salah satu
akan semakin membuka peluang usaha budidaya metoda untuk sterilisasi tanah adalah solarisasi
jahe gajah di Gapoktan Sarwa Ada Desa Taro, tanah pada saat musim panas.
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar.
Petani juga akan mendapat keuntungan yang lebih Solarisasi tanah dilakukan dengan tahap-tahap
besar dengan jangkauan pemasaran jahe gajah sebagai berikut; a) pengolahan tanah dengan
yang lebih luas. membalik tanah; b) membasahi tanah; c)
penutupan tanah dengan mulsa plastik
Penyakit Busuk Rimpang (polyethylene) yang transparan (tembus cahaya)
Kendala yang dialami petani jahe gajah di yang dibiarkan selama kurang lebih 4 - 8 minggu;
Gapoktan Sarwa Ada Desa Taro, Kecamatan 3) Intercropping, intercropping jahe dengan
Tegallalang, Kabupaten Gianyar adalah penyakit Capsicum (cabai) dapat mengendalikan penyakit
busuk rimpang. Gejala awal penyakit ditandai sebesar 75%: 4) Pengendalian penyakit di lapang,
dengan menguningnya pinggiran daun dari daun penggunaan fungisida seperti mancozeb, benomyl,
terbawah, yang secara perlahan seluruh daun akan metil tiofanat dan karbendazim dapat digunakan
untuk pengendalian penyakit busuk rimpang di
lapang dengan cara menyiramkan fungisida ke kerja berpengaruh tidak nyata terhadap produksi.
tanah dekat perakaran secara teratur satu sampai Variabel pendidikan responden dan pengalaman
dengan dua kali setiap 15 hari; dan 5) Karantina, bertani berpengaruh nyata pada taraf 5%
tindakan karantina secara ketat perlu dilakukan sedangkan variabel dummy penyuluhan
terhadap masuknya benih rimpang yang berasal berpengaruh nyata pada taraf 1% dengan koefisien
dari kebun atau daerah yang terinfeksi penyakit ke bernilai negatif. Usaha tani jahe gajah dinyatakan
kebun atau daerah baru yang belum terinfeksi. efisien secara teknis dengan nilai rata-rata sebesar
Tindakan-tindakan pencegahan seperti sortir ketat 0,910 sedangkan belum efisien secara alokatif
rimpang-rimpang jahe untuk bahan tanaman, dengan nilai rata-rata sebesar 0,668 dan belum
solarisasi tanah, perlu diaplikasikan pada daerah- efisien secara ekonomis dengan nilai rata-rata
daerah yang belum terserang penyakit. sebesar 0,599. Usaha tani jahe gajah di Gapoktan
Sarwa Ada Desa Taro Kecamatan Tagallalang
Uji Hipotesis Kabupaten Gianyar, sudah mengalami keuntungan
Berdasarkan hasil pengujian di atas dapat dilihat dari nilai R/C ratio sebesar 1,7, sehingga
disimpulkan bahwa H1 di terima. Hipotesis faktor- dapat dikatakan bahwa usaha tani jahe gajah di
faktor produksi berpengaruh positif terhadap Gapoktan Sarwa Ada Desa Taro Kecamatan
produksi jahe gajah. Hal ini dilihat dari variabel Tagallalang Kabupaten Gianyar layak untuk
luas lahan berpengaruh nyata pada taraf 1% dan diusahakan atau dikembangkan karena nilai net
variabel bibit, pupuk kandang, urea, SP-36, KCL R/C ratio lebih besar dari satu. Kendala-kendala
dan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap yang dihadapi dalam usaha tani jahe gajah di
produksi. Menurut Soekartawi (2005), dalam Gapoktan Sarwa Ada Desa Taro Kecamatan
meningkatkan hasil produksi pertanian dan Tagallalang Kabupaten Gianyar adalah belum
pertumbuhan tanaman yang baik perlu adanya standar harga yang ditetapkan, sulitnya
memperhatikan penggunaan faktor-faktor mendapat akses pasar, dan penyakit busuk
produksi. rimpang.
Kementrian Pertanian. 2015. Outlook Komoditi Produksi Dan Pendapatan Usaha tani Jahe
Jahe. Pusat Data dan Sistem Informasi Di Kecamatan Penengahan Kabupaten
Pertanian Sekretariat Jendral-Kementrian Lampung Selatan. Jurnal IIIa. Vol. 5, No.
Pertanian. Jakarta: Kementrian Pertaninan. 1, Hal. 22-30.
Kune. 2016. Analisis Efisiensi Teknis Dan Nicholson, W. 1995. Teori Mikroekonomi.
Alokatif Usaha tani Jagung (Studi Kasus Binarupa Aksara. Jakarta.
Di Desa Bitefa Kecamatan Miomafo
Timur Kabupaten Timor Tengah Utara). Purnami, E., Khaswarina, S., dan Tarumun S.,
Jurnal Agromor. Vol. 1, No. 1, Hal. 3-6. 2012. Pengaruh Faktor-Faktor Produksi
Terhadap Produksi Sawi di Kelurahan
Kurniawan, A. Y., 2012. Efisiensi Teknis pada Maharatu Kecamatan Marpoyan Damai
Usaha tani Padi Lahan Pasang Surut di Kota Pekanbaru. Jurnal IJAE. Vol. 3, No.
Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito 1, Hal. 13-36.
Kuala Kalimantan Selatan. Jurnal
Agribisnis Pedesaan. Vol. 2, No. 1, Hal. Setyaningrum dan Saparinto. 2013. Jahe. Jakarta:
35-52. Penebar Swadaya
Lana, M., dan Kune, S. J. 2016. Faktor-Faktor Soekartawi. 2005. Analisis Usaha tani. Jakarta: UI
yang Mempengaruhi Produksi Usaha Tani Press.
Sayur Sawi di Kelurahan Bensone Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan
Kecamatan Kota Kefamenanu Kabupaten Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan
Timor Tengah Utara. Jurnal Agrimor. Vol. R&D. Bandung: Alfabeta.
1, No. 2, Hal. 27-29.