Menakar Kualitas Pemeriksaan Pajak Dalam Sengketa Pajak: Politeknik Keuangan Negara STAN Politeknik Keuangan Negara STAN

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

MENAKAR KUALITAS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM SENGKETA PAJAK

I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma


Politeknik Keuangan Negara STAN
Beny Setiawan
Politeknik Keuangan Negara STAN

David Yanuar Sugiharto


Direktorat Jenderal Pajak
Alamat Korespondsi : gedebayuanta@gmail.com

INFORMASI ARTIKEL ABSTRACT


Diterima Pertama In a self assessment system, Directorate General of Taxes has the
30 Agustus 2019 authority to conduct audits of reported taxpayer's tax returns . Notice
of Tax Assessment issued as a result of the inspection mostly causes a
Dinyatakan Diterima tax dispute and the legal remedies submitted are mostly granted by
23 September 2019 the Tax Court. This research looks at this issue. The focus is why tax
disputes arise and how the quality of audit results so that audit
KATA KUNCI: findings can be maintained. For this purpose, this research uses a
Pemeriksaan pajak; sengketa pajak; standar qualitative descriptive study aimed at describing, summarizing
pemeriksaan; bukti pemeriksaan; kualitas hasil various conditions, situations, social reality phenomena that occur in
pemeriksaan. the community in relation to tax audits and disputes. The research
reveals that firstly, tax audit standard as a minimum achievement
KLASIFIKASI JEL: that must be achieved in tax audit. Tax audit standards have been
H20 implemented, tax audit findings need to be supported by audit
evidence and the applicable tax rules. Secondly, taxpayers objection
and appeal submit for make sure that the tax return contains
information that reflects taxpayer’s reality and the applicable tax
rules. Third, audit quality results are audit findings that have been
supported by audit evidence based on techniques and this audit
evidence can be used as evidence in the Tax Court

ABSTRAK
Penerapan self assessment, DJP berwenang melakukan pemeriksaan
atas SPT Wajib Pajak yang sudah dilaporkan. Surat ketetapan pajak
yang diterbitkan hasil pemeriksaan terdapat sebagian sengketa pajak
dan upaya hukum yang diajukan sebagian besar dikabulkan oleh
Pengadilan Pajak. Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui timbulnya
sengketa pajak dan kualitas hasil pemeriksaan agar temuan
pemeriksaan dapat dipertahankan. Penelitian ini, deskriftif kualitaif
bertujuan menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi,
fenomena realitas sosial yang terjadi di masyarakat dalam kaitannya
dengan pemeriksaan dan sengketa pajak. Hasil penelitian
menemukan, pertama standar pemeriksaan sebagai capaian
minimum yang harus dicapai dalam pemeriksaan yaitu temuan
pemeriksaan yang didukung bukti pemeriksaan dan dasar hukum
yang berlaku. Kedua, Wajib Pajak mengajukan upaya hukum untuk
kepastian hukum dan meyakini kewajiban perpajakan ditetapkan
sesuai kenyataan dan peraturan pajak. Ketiga, Hasil pemeriksaan
berkualitas apabila didukung bukti pemeriksaan berdasarkan hasil
pengujian teknik pemeriksaan dan pengumpulan bukti secara
kompeten yang cukup dan dapat digunakan sebagai alat bukti di
Pengadilan Pajak.
Halaman 77
Menakar Kualitas Pemeriksaan Pajak Dalam Sengketa Pajak
I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma, Benny Setiawan, David Jurnal Pajak Indonesia Vol.2, No.1, (2018), Hal.76-83
Yanuar Sugiharto
Halaman 78

1. PENDAHULUAN belakang maka pemeriksaan pajak yang dapat


memberi efek jera tidak terwujud.
1.1. Latar Belakang Beberapa penelitian yang terkait dengan
Tugas Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah pemeriksaan pajak telah dilakukan antara lain
menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak. penelitian oleh Elim dan Panga (2015), menunjukkan
Sebagai sumber penerimaan andalan, target pemeriksan pajak tidak efektif dalam meningkatkan
penerimaan pajak setiap tahunnya terus mengalami penerimaan pajak. Penelitian ini difokuskan pada
peningkatan. Pada tahun 2018 realisasi penerimaan jumlah penerbitan Surat Perintan Pemeriksaan (SP2)
pajak mencapai Rp 1.315,9 triliyun atau 92,4 % dari dengan jumlah surat ketetapan pajak yang
target yang ditetapkan oleh pemerintah. Kondisi ini diterbitkan ternyata tidak mampu mencapai target
tentunya memacu DJP untuk terus berupaya penerimaan. Penelitian yang fokus terhadap kualitas
membuat terobosan untuk mencapai target 2019. pemeriksaan yang dilakukan Sunhaji (2013)
Mencapai target penerimaan bukan sesuai yang menunjukan kompetensi dan etika pemeriksa pajak
mudah, banyak sekali faktor yang mempengaruhi mempengaruhi kualitas proses pemeriksaan dan
secara internal maupun eksternal dalam kualitas hasil pemeriksaan.
menghimpun penerimaan pajak. Sistem self Hasil penelitian Hidayat dan Charoline (2013)
assessment yang diterapkan di Indonesia tentunya menunjukan kualitas pemeriksaan terhadap
mewajibkan setiap Wajib untuk menghitung, peningkatan pencairan tunggakan pajak. Apabila
menyetor dan melaporkan kewajiban perpajakannya pemeriksaan dilakukan secara baik dan benar maka
sesuai kondisi yang sebenarnya dan DJP sebagai berpengaruh kepada pencairan tunggakan pajak.
otoritas perpajakan mempunyai tugas melayani, Penelitian-penelitian sebelumnya sebagian besar
menyuluh, mengawasi dan melakukan pemeriksaan fokusnya pada dampak dari dilakukannya
sebagai upaya penegakan hukum kepada Wajib Pajak pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan dan
apabila kewajiban perpajakan tidak dilaksanakan peningkatan penerimaan pajak melalui pelunasan
sesuai kondisi yang sebenarnya. surat ketetapan pajak, dan pada penelitian kali ini,
Penelitian yang dilakukan Gunarso fokus pembahasan pada kualitas hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa pemeriksaan pajak dan sanksi karena sangat menarik untuk dibahas. Disamping itu
perpajakan berpengaruh terhadap perilaku patuh perlu juga ditelusuri mengapa hasil pemeriksaan
Wajib Pajak. (Gunarso, 2016). Namun demikian, yang dilakukan sesuai standar pemeriksaan dapat
kepatuhan ini belum secara langsung berdampak dimenangkan oleh Wajib Pajak? Apakah hal ini terjadi
kepada kenaikan penerimaan pajak, karena sebagian karena kualitas hasil pemeriksaan yang tidak bagus
besar surat ketetapan pajak sebagai hasil atau pembuktian yang tidak cukup untuk mendukung
pemeriksaan diajukan upaya hukum keberatan dan mendukung hasil pemeriksaan.
banding oleh Wajib pajak. Data mengenai hasil
keputusan banding yang diterbitkan oleh Direktorat 2. LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN
Keberatan dan Banding dan data Pengadilan Pajak SEBELUMNYA
terlihat pada tabel. 1.1.
2.1. Konsep Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan pajak merupakan proses
Tabel 1.1. Tingkat Kemenangan Banding DJP di Pengadilan
Pajak
pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti yang
dilakukan oleh orang yang kompeten. Pemeriksaan
DJP 2015 2016 2017 2018
pajak cenderung kepada audit ketaatan (compliance
Menang 32,54% 36,44% 40,07% 40,15%
audit), karena salah satu tujuan dari pemeriksaan
Kalah 67,46% 63,56% 59,93% 59,85%
pajak adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan (Kurniawan, 2011).
Berdasarkan data di atas, terlihat persentase
Untuk menguji kepatuhan wajib pajak dalam
kemenangan DJP lebih kecil dari Wajib Pajak. Kondisi
memenuhi kewajiban perpajakannya, maka Direktur
ini menimbulkan pertanyaan mengapa hasil
Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan
pemeriksaan tidak dapat dipertahankan sehingga
terhadap Wajib Pajak. Dari pelaksanaan pemeriksaan
putusan pengadilan pajak lebih banyak mengabulkan
tersebut diharapkan adanya peningkatan kepatuhan
permohonan Wajib Pajak. Salah satu pegawai
tidak hanya dari Wajib Pajak yang diperiksa,
Penelaah Keberatan menjelaskan bahwa
melainkan dapat meluas yaitu dari Wajib Pajak
dikabulkannya permohonan Wajib Pajak disebabkan
lainnya (deterrent effect) maupun masyarakat yang
temuan pemeriksaan disanggah Wajib Pajak dan
belum terdaftar sebagai Wajib Pajak (Gunadi, 2004).
kondisi ini diakibatkan karena kualitas pemeriksaan
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah menetapkan
masih lemah. Kondisi ini tentunya harus segera
peraturan tentang standar pemeriksaan yang
ditelusuri penyebabnya, karena pemeriksaan pajak
digunakan untuk mengukur kualitas pemeriksaan yaitu
yang dilakukan kepada Wajib Pajak bertujuan untuk
capaian minimum yang harus dicapai dalam
menegakkan hukum dan apabila hasilnya bertolak
melaksanakan pemeriksaan.
Menakar Kualitas Pemeriksaan Pajak Dalam Sengketa Pajak
I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma, Benny Setiawan, David Jurnal Pajak Indonesia Vol.2, No.1, (2018), Hal.76-83
Yanuar Sugiharto
Halaman 79

2.2. Standar Pemeriksaan Pajak


Berdasarkan pasal 1 angka 25 UU KUP, 2.3. Tahapan Pemeriksaan
Pengertian pemeriksaan adalah rangkaian kegiatan Proses pemeriksaan pajak merupakan
untuk menghimpun dan mengolah data, keterangan serangkaian kegiatan yang dijabarkan dalam tiga
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara obyektif tahapan yaitu mulai dari persiapan, pelaksanaan dan
dan profesional berdasarkan suatu standar pelaporan. Pertama, tahap Persiapan pemeriksaan
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain pemeriksa pajak sebelum memulai pemeriksaan.
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan Persiapan ini dilakukan dalam rangka mencapai
perpajakan. Dalam upaya menjaga mutu hasil mencapai tujuan pemeriksaan secara efisien dan
pemeriksaan dan mengimplementasikan standar efektif. Persiapan yang wajib dilakukan berupa
pemeriksaan yang telah diatur pada Peraturan menyusun audit plan dan audit program serta sarana
Menteri Keuangan dan diturunkan juga dengan dan prasarana yang diperlukan selama pelaksanaan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak sehingga pemeriksaan. Pada audit plan ini Pemeriksa Pajak
diharapkan dapat memberikan petunjuk pelaksanaan menentukan ruang lingkup pemeriksaan serta
serta capaian minimum yang harus dicapai oleh menentukan pos-pos SPT yang menjadi fokus
pemeriksa pajak dalam melaksanakan tugas pemeriksaan. Apabila fokus pemeriksaan telah
pemeriksaan. Dengan demikian melalui standar ditetapkan melalui analisis yang tepat maka
pemeriksaan ini sudah diatur keseragaman, diharapkan pemeriksa pajak dapat menemukan
ketertiban dan mekanisme pertanggungjawaban dari kecurangan atau temuan dengan benar. Kedua Tahap
pemeriksa pajak dalam melaksanakan tugas Pelaksanaan Pemeriksaan, merupakan inti dari
pemeriksaan sehingga diharapkan proses proses pemeriksaan. Kegiatan pada tahap ini meliputi
pemeriksaan dapat berjalan secara efektif dan efisien seluruh proses kegiatan pemeriksaan mulai dari
serta dapat dipertangung jawabkan. Dalam standar pemanggilan Wajib Pajak untuk hadir dalam rangka
pemeriksaan telah diatur secara rinci bagaimana pemeriksaan pajak, meminjam buku catatan dan
pelaksanaan pemeriksaan harus memenuhi tiga dokumen, pengujian pos-pos SPT, penyampaian
standar utama yaitu standar umum, standar Surat Pemberitahuan Hasil pemeriksaan (SPHP),
pelaksanaan dan standar pelaporan. pembahasan akhir hasil pemeriksaan sampai dengan
Pertama, standar umum pemeriksaan pada ditandatanganinya Berita Acara Pembahasan Akhir
prinsipnya mengatur persyaratan umum seorang Hasil Pemeriksaan (BAPAHP). Dalam pembahasan
pemeriksa pajak antara lain telah mendapat akhir ini merupakan tahap yang sangat menentukan
pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup sehingga bagaimana temuan pemeriksaan dibahas dan
mempunyai keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak. menelusuri seluruh data, keterangan dan bukti yang
Standar pelaksanaan pemeriksaan merupakan menjadi dasar temuan. Tahap terakhir yaitu
ketentuan yang mengatur secara rinci mengenai penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang
setiap tahapan proses pemeriksaan dan kelengkapan nantinya menjadi dasar penyusunan Nota
administrasi yang harus dipenuhi seorang pemeriksa Penghitungan. Dalam Nota penghitungan sudah
mulai dari kegiatan pada tahap persiapan dituangkan jumlah perhitungan pajak menurut SPT
diantaranya membuat audit plan dan audit program. dan perhitungan pajak menurut pemeriksa dan
Kedua bagaimana pelaksanaan pemeriksaan mulai jumlah yang disetujui oleh Wajib Pajak. Selanjutnya
dari pemberitahuan pemeriksaan, peminjaman Nota penghitungan diproses untuk diterbitkan surat
dokumen dan pengujian pos-pos SPT dengan ketetapan pajak.
menerapkan pilihan metode dan teknik pemeriksaan
yang sesuai dengan pos SPT yang dilakukan 2.4. Bukti pemeriksaan dan alat bukti
pemeriksaan. Dalam standar ini juga diatur kapan Dalam standar pemeriksaan dijelaskan bahwa
proses pemeriksaan dapat dilakukan serta bagaimana bukti pemeriksaan yang digunakan sebagai dasar
pemeriksa pajak menghimpun bukti pemeriksaan temuan harus bukti kompeten yang cukup. Bukti
atau alat bukti yang dapat digunakan sebagai dasar kompeten apabila bukti tersebut valid dan relevan
perhitungan pajak serta mendokumentasikannya dengan mempertimbangkan prinsip kewajaran dan
dalam format baku berupa Kerta Kerja Pemeriksaan kelaziman usaha apabila transaksi yang dilakukan
(KKP). oleh Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai
Ketiga, Standar pelaporan yang harus disusun hubungan istimewa. Bukti dinyatakan valid apabila
dengan ringkas dan jelas memuat ruang lingkup, bukti tersebut dapat diandalkan untuk pengambilan
pos-pos yang diperiksa serta temuan hasil kesimpulan dengan mempertimbangkan tingkat
pemeriksaan, merupakan standar terakhir yang validitasnya yaitu indepedensi dan kualitas sumber
menjadi dasar menerbitkan produk hukum berupa dimana bukti diperoleh, kondisi dan cara bukti
surat ketetapan pajak, sehingga apabila hasil diperoleh. Selanjutnya bukti harus relevan artinya
pemeriksaan yang telah dilakukan pemeriksa pajak bukti berkaitan dengan pos-pos yang diperiksa sesuai
tidak dituangkan dalam laporan pemeriksaan maka audit program yang sudah ditentukan. Terakhir bukti
tidak akan terbit surat ketetapan pajak. pemeriksaan juga harus cukup untuk mendukung
Menakar Kualitas Pemeriksaan Pajak Dalam Sengketa Pajak
I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma, Benny Setiawan, David Jurnal Pajak Indonesia Vol.2, No.1, (2018), Hal.76-83
Yanuar Sugiharto
Halaman 80

temuan hasil pemeriksaan sesuai dengan perhitungan pajak yang tidak benar, maka dapat
pertimbangan profesional pemeriksa pajak. Jenis mengajukan keberatan dengan mekanisme
bukti pemeriksaan antara lain pemeriksan fisik, sebagaimana diatur pada psal 25 UU KUP. Dalam
konfirmasi, dokumentasi, prosedur analitis, permohonan keberatan ini, prinsip hukum
wawancara atau observasi sebagaimana diatur pada pembuktian melekat pada Wajib Pajak sehingga
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- Wajib Pajak harus menjelaskan ketidakbenaran surat
65/PJ/2013. ketetapan pajak dan menghitung jumlah pajak yang
Menurut Gunadi (2016) Alat bukti adalah harus dibayar oleh Wajib pajak.
sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu Dalam Jangka waktu 12 bulan sejak
perbuatan yang dapat digunakan untuk bahan diterimanya surat keberatan, maka DJP sudah
pembuktian agar menimbulkan keyakinan hakim atas menerbitkan surat keputusan berupa diterima
suatu kebenaran adanya suatu tindak pidana yang seluruhnya, diterima sebagian, ditolak dan
dilakukan oleh terdakwa. Alat bukti ini juga menambah jumlah pajak. Banding adalah upaya
berhubungan dengan pembuktian di pengadilan hukum yang dilakukan Wajib Pajak atas suatu
pajak apabila terdapat sengketa antara Wajib Pajak keputusan yang dapat diajukan banding, salah
dengan DJP, alat bukti dapat berupa surat atau satunya keputusan keberatan. Permohonan banding
tulisan, keterangan ahli, keterangan para saksi, diajukan apabila menurut Wajib Pajak dalam surat
pengakuan para pihak,dan atau pengetahuan hakim. keputusan keberatan masih terdapat materi yang
Contoh alat bukti antara lain akta pendirian, bukti disengketakan dengan persyaratan yang diatur pada
setoran modal, buku jurnal, perjanjian, surat tagihan, pasal 27 UU KUP.
buku rekening dll Pada pasal 81 UU Pengadilan Pajak dinyatakan
bahwa jangka waktu pengambilan putusan oleh
2.5. Sengketa Pajak pengadilan pajak dengan acara biasa dalam waktu 12
Berdasarkan pasal 1 angka 5 UU Pengadilan bulan sejak banding diterima. Putusan banding
Pajak sengketa pajak adalah sengketa yang timbul hampir sama dengan keputusan keberatan dapat
dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau berupa menolak pemohon banding, mengabulkan
penanggung pajak dengan pejabat yang berwenang sebagian atau seluruhnya, menambah besarnya pajak
sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat yang harus dibayar, tidak menerima banding,
diajukan banding atau gugatan kepada pengadilan membetulkan kesalahan tulis atau hitung atau
pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan membatalkan keputusan.
perpajakan, termasuk gugatan atau pelaksanaan
penagihan berdasarkan Undang-undang Penagihan 2.7. Penelitian Sebelumnya
Pajak dengan Surat Paksa. Hasil penelitian yang berhubungan dengan
Menurut Pohan (2014), apabila Wajib Pajak pemeriksaan pajak sudah banyak diteliti khususnya
menilai bahwa perhitungan pajak yang dilakukan mengenai dampak pemeriksaan terhadap kepatuhan.
pada saat pemeriksaan ternyata tidak benar maka Hasil penelitian Elim dan Panga (2015), menunjukkan
undang-undang KUP memberikan hak kepada Wajib pemeriksan pajak tidak efektif dalam meningkatkan
Pajak untuk mengajukan upaya hukum berupa penerimaan pajak. Penelitian ini difokuskan pada
permohonan keberatan. Dan apabila wajib pajak jumlah penerbitan Surat Perintan Pemeriksaan (SP2)
merasa belum puas dengan keputusan keberatan dengan jumlah surat ketetapan pajak yang
tersebut maka Wajib Pajak dapat mengajukan diterbitkan ternyata tidak mampu mencapai target
permohonan banding kepada Pengadilan Pajak. penerimaan. Penelitian yang fokus terhadap kualitas
Dalam penelitian hukum yang dilakukan pemeriksaan yang dilakukan Sunhaji (2013)
Asmorowati (2011) menjelaskan sengketa yang menunjukan kompetensi dan etika pemeriksa pajak
terjadi dalam bidang perpajakan disebabkan adanya mempengaruhi kualitas proses pemeriksaan dan
ketidaksamaan persepsi/pemahaman terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
ketentuan perpajakan atau perbedaan pendapat Bwoga (2006) meneliti terhadap hasil
antara Wajib Pajak dengan Direktur Jenderal Pajak pemeriksaan yang menunjukkan hasil pemeriksaan
atas surat ketetapan pajak yang diterbitkan sebagai sebagai baian pengawasan yang dilakukan DJP akan
hasil pemeriksaan. Atas sengketa pajak ini dapat selau menimbulkan sengketa karena adanya
ditempuh upaya hukum berupa keberatan atas surat perbedaan prinsip yaitu mengacu PSAK dan DJP
ketetapan pajak dan apabila belum cukup dapat mengacu laporan keuangan fiskal. Hasil penelitian
dilanjutkan dengan mengajukan permohonan Hidayat dan Charoline (2013) menunjukan kualitas
banding atas surat keputusan keberatan. pemeriksaan terhadap peningkatan pencairan
tunggakan pajak. Apabila pemeriksaan dilakukan
2.6. Keberatan dan Banding secara baik dan benar maka berpengaruh kepada
Surat ketetapan pajak merupakan produk pencairan tunggakan pajak. Penelitian yang sama
akhir dari proses pemeriksaan. Dalam rangka dilakukan juga dengan lokus berbeda oleh Nurlaila
memenuhi azas keadilan, apabila dalam hasil (2017) dan hasilnya adanya hubungan kualitas
pemeriksaan menurut Wajib Pajak masih terdapat pemeriksaan terhadap peningkatan pencairan
Menakar Kualitas Pemeriksaan Pajak Dalam Sengketa Pajak
I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma, Benny Setiawan, David Jurnal Pajak Indonesia Vol.2, No.1, (2018), Hal.76-83
Yanuar Sugiharto
Halaman 81

tunggakan pajak. Namun demikian dari penelitian dipandang tahu situasi sosial terkait penelitian dan
sebelumnya, tidak ada penjelasan lebih lanjut penentuan sumber data dipilih secara purposive, yaitu
mengenai bagaimana kualitas hasil pemeriksaan yang dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu
mampu dipertahankan di pengadilan pajak. (Sugiyono 2014). Sumber data lainnya merupakan
data sekunder yang diperoleh melalui studi literatur
2.8. Kerangka pemikiran berupa buku, peraturan dan risalah putusan
Berdasarkan kondisi yang telah dijelaskan pada pengadilan yang terkait dengan penelitian.
latar belakang dan landasan teori, pemeriksaan pajak Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
merupakan salah satu cara DJP untuk menguji dengan metode wawancara tidak terstruktur agar
kepatuhan pelaksanaan kewajiban pajak dari Wajib dapat mengetahui permasalahan secara mendalam
Pajak sebagai konsekuensi diterapkannya sistem self dan data yang telah dikumpulkan dilakukan teknik
assessment yang hasilnya diterbitkan surat ketetapan triangulasi untuk menguji kredibilitas dari informasi
pajak. Terhadap surat ketetapan pajak yang sudah yang diperoleh sehingga data menjadi lebih konsisten,
diterbitkan masih terdapat sengketa pajak dan Wajib tuntas dan pasti. Teknik triangulasi yang dilakukan
Pajak mengajukan upaya hukum. pada penelitian ini adalah memadukan informasi yang
Surat keputusan atas upaya upaya hukum yang dikumpulkan dari pihak yang diwawancara yaitu
diajukan sebagian besar dimenangkan oleh Wajib pejabat DJP, Pemeriksa Pajak, Dosen dan Wajib Pajak.
Pajak, menjadi hal yang menarik untuk diteliti. 4. HASIL PENELITIAN
Mengapa Wajib Pajak sebagian besar menyatakan 4.1 Pemeriksaan Pajak
menolak hasil pemeriksaan? Mengapa hasil Berdasarkan pasal 29 ayat 1 UU KUP
pemeriksaan yang telah dilakukan sesuai standar memberikan kewenangan kepada Direktur Jenderal
pemeriksaan masih dapat dimenangkan oleh Wajib Pajak untuk melakukan pemeriksaan untuk menguji
Pajak? Apakah hal ini muncul karena kualitas hasil kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dari
pemeriksaan atau pembuktian yang tidak cukup untuk Wajib Pajak atau tujuan lain dalam rangka
mendukung mendukung hasil pemeriksaan? melaksanakan ketentuan perundang-undangan
Permasalahan ini yang menjadi pertanyaan yang ingin perpajakan. Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
dijawab dalam penelitian ini yaitu bagaimana kualitas dilakukan berdasarkan kriteria pemeriksaan standar
hasil pemeriksaan pajak sehingga wajib pajak dapat pemeriksaan yang sudah diatur pada Peraturan
menang dalam upaya hukum khususnya pada tingkat Meteri Keuangan Nomor : 17/PMK.03/2013 dan
banding di Pengadilan Pajak. diturunkan juga dalam Peraturan Direktur Jenderal
Secara umum kajian ini bertujuan untuk Pajak.
meningkatkan kesadaran pemeriksa pajak untuk Penentuan kriteria Wajib Pajak yang diperiksa
meningkatkan kualitas pemeriksaan yang menjadi dan pelaksanaan standar pemeriksan saat ini
penyebab dikabullkannya upaya hukum yang menurut akademisi dan praktisi dianggap tidak jelas
dilakukan oleh Wajib Pajak. Dan akhirnya kajian ini dan kurang obyektif karena Kriteria pemeriksaan
diharapkan dapat menambah wawasan terkait dari tahun ke tahun semakin banyak, hal ini
kualitas pemeriksaan pajak yang perlu dijaga dengan dirasakan tidak sejalan dengan tujuan pemeriksaan
harapan dapat memberikan deterrent effect kepada yaitu memberikan efek jera (deterrent effect)
Wajib Pajak. seharusnya dengan meningkatnya tingkat kepatuhan
3. METODE PENELITIAN maka jumlah Wajib Pajak yang masuk target
Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif pemeriksaan akan semakin rendah. Mengenai
kualitaif yang bertujuan untuk menggambarkan, penerapan standar pemeriksaan, menurut praktisi
meringkas berbagai kondisi, situasi, atau berbagai perpajakan menyatakan proses pemeriksaan harus
fenomena realitas sosial yang terjadi di masyarakat lebih obyektif berdasarkan standar yang ditetapkan
khususnya dalam melaksanakan pemeriksaan pajak dengan berharap apabila proses pemeriksaan
(Burhan Bungin, 2011). Fenomena tersebut berupa dilakukan sesuai standar akan dapat meningkatkan
tingginya jumlah kemenangan Wajib Pajak dalam kepercayaan (trust) masyarakat untuk membayar
upaya hukum banding di Pengadilan Pajak yang pajak sesuai kondisi sebenarnya.
dilakukan atas hasil pemeeriksaan yang dilakukan oleh Menurut Widyaiswara yang sebelumnya juga
DJP pernah bertugas sebagai Pemeriksa Pajak
Menurut Burhan Bungin format penelitian menyatakan bahwa kriteria pemeriksaan saat ini
deskriftif kualitatif lebih tepat apabila digunakan sudah cukup dan yang perlu ditingkatkan adalah
untuk meneliti masalah-masalah yang membutuhkan bagaimana pelaksanaan pemeriksaan ini dapat
studi mendalam mengenai bagaimana kualitas memberikan efek jera yaitu dengan
pemeriksaan yang dihasilkan oleh DJP sehingga dapat mengimplementasikan teknik - teknik pemeriksaan
dipertahankan di Pengadilan Pajak. secara benar sehingga surat ketetapan pajak yang
Sumber data dalam penelitian kualitatif ini diterbitkan mempunyai dasar pembuktian yang kuat
berupa data primer yang diperoleh melalui dan sesuai kondisi yang sebenarnya.
wawancara mendalam kepada orang-orang yang
Menakar Kualitas Pemeriksaan Pajak Dalam Sengketa Pajak
I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma, Benny Setiawan, David Jurnal Pajak Indonesia Vol.2, No.1, (2018), Hal.76-83
Yanuar Sugiharto
Halaman 82

Pendapat Pejabat DJP dan Pemeriksa Pajak pajak dikabulkan maka pemeriksaan tersebut tidak
memberikan tanggapan yang berbeda yaitu kriteria kualitas atau tidak bagus.
pemeriksaan yang sudah disusun dalam sistem DJP sudah menetapkan standar pemeriksaan
pemeriksaan belum dapat diterapkan secara baik yang mengatur capaian minimum yang dilakukan
karena masih adanya resistensi dari Wajib Pajak dalam pemeriksaan. Namun kualitas pemeriksaan
dalam proses pemeriksaan. Ditambahkan juga oleh lebih banyak dipengaruhi oleh kompetensi
Pemeriksa Pajak bahwa kriteria pemeriksaan saat ini pemeriksa pajak dan kedalaman dalam melakukan
sudah lebih tertata dan terus dilakukan perbaikan pengujian atas pos-pos SPT. Hasil pemeriksaan juga
secara terus menerus. akan diuji secara formal dan material di pengadilan
Dengan demikian, kriteria pemeriksaan kepada pajak apabila Wajib Pajak menempuh upaya hukum.
Wajib Pajak merupakan kebijakan dari DJP yang telah
disusun dengan suatu sistem, dan semakin 4.3. Sengketa Pajak/upaya hukum
banyaknya jumlah Wajib Pajak yang masuk kriteria Tindak lanjut hasil pemeriksaan dapat berupa
pemeriksaan merupakan dampak dari resistensi dan laporan sumir atau laporan hasil pemeriksaan yang
tingkat kepatuhan secara material masih diragukan menjadi dasar penerbitan surat ketetapan pajak.
oleh DJP. Apabila menurut Wajib Pajak dalam surat ketetapan
pajak terdapat perhitungan pajak yang tidak benar
4.2. Standar Pemeriksaan maka dapat diajukan upaya hukum berupa
permohonan keberatan dan apabila belum sesuai
Berdasarkan Peratuan Menteri Keuangan dapat dilanjutkan permohonan banding atas
Nomor 17/PMK.03/2013, dalam rangka keputusan keberatan.
keseragaman, ketertiban dan pertangungjawaban
Pejabat DJP menyatakan Wajib Pajak tidak
pelaksanaan pemeriksaan secara efektif dan efisien
setuju atas hasil pemeriksaan disebabkan dasar
maka pemeriksaan pajak harus memenuhi standar
temuan yang tidak memadai atau Wajib Pajak
pemeriksaan. Terdapat 3 standar secara umum yang
mempunyai tujuan lain karena dimungkinkan oleh
harus dilakukan yaitu standar umum, standar
regulasi. Pendapat ini disepakati oleh Pemeriksa
pelaksanaan dan standar pelaporan. Menurut
Pajak, umumnya perilaku Wajib Pajak akan
Pejabat DJP menyatakan dalam rangka menjaga
menyatakan tidak setuju atas setiap hasil
kualitas hasil pemeriksaan, DJP sudah menyiapkan
pemeriksaan yang berbeda dengan perhitungan
peraturan secara rinci yang mengatur tata cara
pajak yang dilaporkan di SPT. Alasan lainnya Wajib
pemeriksaan secara formal dan material yaitu
Pajak tidak setuju karena adanya materi temuan
prosedur pemeriksaan, teknik pengujian dan
yang disebabkan perbedaan interpretasi peraturan
pembuktian. Namun proses pemeriksaan juga tidak
perpajakan.
lepas dari seni dan kreativitas pemeriksa pajak
sehingga kualitas pemeriksaan juga dipengaruhi oleh Pendapatan Widyaiswara atas kondisi ini
siapa pemeriksa serta bagaimana implementasi dari adalah Wajib Pajak memilih tidak setuju atas hasil
metode dan teknik pemeriksaan dikembangkan pemeriksaan lebih banyak disebabkan
dalam proses pemeriksaan. Pendapat ini sejalan ketidakmampuan Wajib Pajak untuk melunasi jumlah
dengan Pemeriksa Pajak yang menyatakan bahwa pajak yang ditetapkan atau menurut Wajib Pajak
kualitas pemeriksaan ditentukan oleh faktor sumber mengetahui bahwa temuan pemeriksa pajak tidak
daya manusia dan lingkungan, sehingga adanya didukung alat bukti yang kuat.
standar pemeriksaan yang baik tidak bisa menjamin Pendapat akademisi sejalan dengan
kualitas pemeriksaan akan baik karena proses Widyaiswara bahwa sebagian hasil pemeriksaan
pemeriksaan sangat dinamis dan standar tidak berdasarkan bukti yang menyakinkan dan
pemeriksaan hanya sebagian kecil yang menjadi Wajib Pajak merasa tidak harus membayarnya.
pedoman proses pemeriksaan. Pendapat ini Pendapat Praktisi Perpajakan bahwa Wajib Pajak
didukung juga oleh praktisi perpajakan terkait tidak setuju dengan hasil pemeriksaan merupakan
kualitas peraturan pemeriksaan sudah bagus namun hak sehingga tidak perlu dipermasalahkan dan
belum dilaksanakan secara benar. apabila pemeriksa dapat mempertahankan
Dari sudut pandang Widyaiswara, kualitas temuannya dengan bukti yang kuat maka Wajib
pemeriksaan pajak ditentukan dengan menguatkan Pajak harus membayar sanksi denda sebesar 50%
penyusunan audit plan, agar temuan kecurangan sampai dengan 100% dari jumlah pajak sesuai surat
yang dilakukan Wajib Pajak dapat dideteksi secara keberatan setelah dikurangi dengan pajak yang telah
mendalam dan tidak mudah dibantah oleh Wajib dibayar sebelum mengajukan keberatan. Hal lainnya
Pajak. yang menyebabkan Wajib Pajak menolak hasil
Kualitas pemeriksaan menurut akademisi pemeriksaan karena temuan pemeriksaan
menyatakan kualitas pemeriksaan ditentukan dari Menanggapi hasil pemeriksaan Wajib Pajak
hasil putusan upaya hukum, apabila hasil menyatakan tidak setuju apabila terdapat temuan
pemeriksaan dapat disanggah secara formal atau yang tidak obyektif, koreksi tidak sesuai substance
material sehingga mengakibatkan permohonan wajib over form atau dasar hukum koreksi tidak kuat.
Menakar Kualitas Pemeriksaan Pajak Dalam Sengketa Pajak
I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma, Benny Setiawan, David Jurnal Pajak Indonesia Vol.2, No.1, (2018), Hal.76-83
Yanuar Sugiharto
Halaman 83

2. Upaya hukum yang dilakukan Wajib Pajak


4.4. Bukti Kompeten yang cukup sebagian besar menang di Pengadilan Pajak
Pemeriksaan merupakan serangkaian kegiatan disebabkan lemahnya bukti pemeriksaan secara
untuk menghimpun dan mengolah data, keterangan formal maupun material. Bukti formal tentunya
dan atau/bukti secara obyektif dan profesional pemeriksa harus memenuhi setiap tahapan
berdasarkan standar pemeriksaan. Standar pemeriksaan yang sudah ditetapkan mulai dari
pemeriksaan mengharuskan bahwa temuan penyusunan audit plan sampai dengan
pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten pembahasan akhir hasil pemeriksaan. Bukti
yang cukup. Kendala pembuktian temuan sebagai Material berkaitan dengan cara pemeriksa pajak
hasil pemeriksaan menurut pendapat pejabat DJP menghimpun bukti pemeriksaan yang kompeten
sulit diwujudkan karena resistensi Wajib Pajak yang cukup dan dapat dijadikan alat bukti di
sehingga data dan informasi yang digunakan dalam Pengadilan Pajak.
penetapan pajak sangat terbatas. Selain itu kualitas
pemeriksaan ditentukan oleh kemampuan pemeriksa 6. IMPLIKASI DAN
pajak dalam mengidentifikasi tax gap antara data, KETERBATASAN
keterangan atau bukti yang ditemukan dalam 1. Sumber pembahasan diperoleh hanya berasal
pemeriksaan untuk nantinya akan dilakukan dari wawancara narasumber dan studi literatur.
pengujian berdasarkan teknik pemeriksaan. Hasil Peneliti tidak melakukan observasi secara
pengujian ini dikaitkan pembuktian dan dasar hukum langsung proses pemeriksaan pajak;
yang berlaku. Menurut Pemeriksa Pajak, kualitas 2. Karena keterbatasan waktu, pembahasan
pemeriksaan ditentukan oleh sejauhmana pemeriksa kualitas hanya dilakukan pada Kantor Pusat
pajak dapat melaksanakan prosedur pemeriksaan Direktorat Jenderal Pajak (KPDJP).
sebagaimana telah ditetapkan pada Peraturan
Menteri Keuangan yaitu 17/PMK.03/2013 serta
perubahannya Peraturan Menteri Keuangan DAFTAR PUSTAKA
184/PMK.03/2015.
Kualitas Pemeriksaan menurut Widyaiswara Asmorowati, Meiti, (2011), Sengketa Keberatan
ditunjukkan apabila pemeriksaan dilaksanakan Dibandingkan dengan Sengketa Pengadilan Pajak
berdasarkan standar pemeriksaan dan pembuktian berdasarkan Peraturan yang berlaku. Bandung;
temuan yang didukung bukti yang kuat. Pendapat ini Jurnal wawasan Yuridika, Sekolah Tinggi Hukum
didukung oleh pihak akademisi bahwa kualitas Bandung.
pemeriksaan hanya ditentukan berdasarkan kuat Bungin H.M. Burhan, (2011), Penelitian Kualitatif, Edisi
tidaknya pembuktian di pengadilan pajak. Hasil kedua. Jakarta: Prenada Media Group
pemeriksaan dinyatakan berkualitas apabila menang BWoga, Hanantha, (2006), Pemeriksaan Pajak Yang
di pengadilan pajak dan sebaliknya. Kualitas (hampir selalu) menimbulkan kontroversi.
pemeriksaan menurut praktisi ditunjukkan dari Jakarta: Universitas Trisakti
obyektivitas pemeriksa dalam menyajikan temuan Elim, Inggriani; Panga, Ricky Billy, (2015). Analisis
pemeriksaan, artinya temuan yang obyektif dan tidak Efektifitas Pemeriksaan Pajak dalam Upaya
multi tafsir akan menentukan kualitas dari hasil Meningkatkan Penerimaan Pajak pada Kantor
pemeriksaan. Pelayanan Pajak Pratama Bitung. Universitas Sam
Ratulangi
Dengan demikian, upaya hukum yang
Gunadi (2016). Ketentuan Umum Perpajakan.
dilakukan Wajib Pajak pada dasarnya disebabkan
Jakarta: Bee Media Indonesia.
adanya keraguan atas dasar temuan yang digunakan
Gunadi, (2004). Bunga Rampai Pemeriksaan
pemeriksa pajak untuk penghitung pajak terhutang
Penyidikandan Penagihan Pajak. Jakarta: MUC
sehingga diharapkan hasil pemeriksaan dapat
Publishing
ditetapkan secara obyektif dan tidak multi tafsir.
Gunarso, Pujo, (2016). Pemeriksaan Pajak dan Sanksi
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak badan
5. KESIMPULAN DAN SARAN Pada KPP Kepajen Kabupaten Malang, Malang;
Universitas Merdeka Malang.
Berdasarkan analisis dan pembahasan, penulis menarik
Hidayat, Rudy; Cheisviyanny, Charoline, (2013).
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Pengaruh Kualitas Penetapan Pajak dan Tindakan
1. Wajib Pajak tidak setuju dengan hasil
Penagihan Aktif terhadap Pencairan Tunggakan
pemeriksaan dan mengajukan upaya hukum tidak
Pajak. Padang: Wahana Riset Akuntansi UNP.
berkaitan dengan kualitas hasil pemeriksaan
Kurniawan, Anang Mury, (2011). Upaya Hukum
tetapi disebabkan faktor lain seperti adanya
Terkait dengan Pemeriksaan, Penyidikan dan
perbedaan persepsi mengenai penerapan
Penagihan Pajak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
peraturan perpajakan atau ketidakmampuan
Nurlaila, Siti (2017). Pengaruh Kualitas Penetapan
Wajib pajak membayar Surat Ketetapan Pajak.
Pajak dan Tindakan Penagihan Aktif terhadap
Pencairan Tunggakan Pajak (studi kasus KPP
Menakar Kualitas Pemeriksaan Pajak Dalam Sengketa Pajak
I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma, Benny Setiawan, David Jurnal Pajak Indonesia Vol.2, No.1, (2018), Hal.76-83
Yanuar Sugiharto
Halaman 84

Pratama Tangerang Timur). Banten Universitas Kepatuhan Pemenuhan Kewajibab Perpajakan.


Pamulang. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak.
Pohan, Chairil Anwar (2017). Pengantar Perpajakan. Direktorat Jenderal Pajak (2012). Surat Edaran
Jakarta: Mitra Wacana Media. Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04/PJ/2012
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, tentang edoman Penyusunan Program
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV. Pemeriksaan Untuk menguji Kepatuhan
Siti Kurnia Rahayu, (2009), Perpajakan Indonesia, Pemenuhan Kewajibab Perpajakan. Jakarta:
Yogyakarta: Graha Ilmu. Direktorat Jenderal Pajak.
Sunhaji, Ahmad, (2013). Pengaruh Kompetensi dan Direktorat Jenderal Pajak (2012). Surat Edaran
Etika Pemeriksa Pajak terhadap Kualitas Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-08/PJ/2012
Pemeriksaan Pajak, Yogyakarta: Universitas tentang Pedoman Penyusunan Program
Gajah Mada Pemeriksaan Untuk menguji Kepatuhan
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pemenuhan Kewajibab Perpajakan. Jakarta:
Perpajakan. Undang-Undang No.6/1983 tentang Direktorat Jenderal Pajak.
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Direktorat Jenderal Pajak (2013). Surat Edaran
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-65/PJ/2013
dengan Undang-Undang No. 16/2009 tentang Pedoman Penggunaan Metode dan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2013) Teknik Pemeriksaan. Jakarta: Direktorat Jenderal
Peraturan Menteri Keuangan Nomor Pajak.
17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Direktorat Jenderal Pajak (2015). Surat Edaran
Pemeriksaan. Jakarta; Kementerian Keuangan Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-24/PJ/2015
Republik Indonesia tentang Pedoman Penyusunan Laporan Hasil
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2013) Pemeriksaan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor Direktorat Jenderal Pajak (2016). Surat Edaran
184/PMK.03/2015 tentang perubahan atas Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ/2016
Peraturan Menteri Keuangan Nomor tentang Kebijakan Pemeriksaan. Jakarta:
17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Direktorat Jenderal Pajak.
Pemeriksaan. Jakarta; Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak (2017). Surat Edaran
Republik Indonesia Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-10/PJ/2017
Direktorat Jenderal Pajak (2013). Peraturan Direktur tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Lapangan
Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2013 tentang Dalam Rangka Pemeriksaan Untuk Menguji
Standar Pemeriksaan. Jakarta: Direktorat Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
Jenderal Pajak. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak, 2017.
Direktorat Jenderal Pajak (2010). Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak (2017). Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-126/PJ/2010 Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-11/PJ/2017
tentang Pedoman Penyusunan Rencana tentang Rencana, Strategi, dan Pengukuran
Pemeriksaan (Audit Plan) Untuk menguji Kinerja Pemeriksaan Tahun 2017. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pajak.

You might also like