Professional Documents
Culture Documents
Menakar Kualitas Pemeriksaan Pajak Dalam Sengketa Pajak: Politeknik Keuangan Negara STAN Politeknik Keuangan Negara STAN
Menakar Kualitas Pemeriksaan Pajak Dalam Sengketa Pajak: Politeknik Keuangan Negara STAN Politeknik Keuangan Negara STAN
Menakar Kualitas Pemeriksaan Pajak Dalam Sengketa Pajak: Politeknik Keuangan Negara STAN Politeknik Keuangan Negara STAN
ABSTRAK
Penerapan self assessment, DJP berwenang melakukan pemeriksaan
atas SPT Wajib Pajak yang sudah dilaporkan. Surat ketetapan pajak
yang diterbitkan hasil pemeriksaan terdapat sebagian sengketa pajak
dan upaya hukum yang diajukan sebagian besar dikabulkan oleh
Pengadilan Pajak. Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui timbulnya
sengketa pajak dan kualitas hasil pemeriksaan agar temuan
pemeriksaan dapat dipertahankan. Penelitian ini, deskriftif kualitaif
bertujuan menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi,
fenomena realitas sosial yang terjadi di masyarakat dalam kaitannya
dengan pemeriksaan dan sengketa pajak. Hasil penelitian
menemukan, pertama standar pemeriksaan sebagai capaian
minimum yang harus dicapai dalam pemeriksaan yaitu temuan
pemeriksaan yang didukung bukti pemeriksaan dan dasar hukum
yang berlaku. Kedua, Wajib Pajak mengajukan upaya hukum untuk
kepastian hukum dan meyakini kewajiban perpajakan ditetapkan
sesuai kenyataan dan peraturan pajak. Ketiga, Hasil pemeriksaan
berkualitas apabila didukung bukti pemeriksaan berdasarkan hasil
pengujian teknik pemeriksaan dan pengumpulan bukti secara
kompeten yang cukup dan dapat digunakan sebagai alat bukti di
Pengadilan Pajak.
Halaman 77
Menakar Kualitas Pemeriksaan Pajak Dalam Sengketa Pajak
I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma, Benny Setiawan, David Jurnal Pajak Indonesia Vol.2, No.1, (2018), Hal.76-83
Yanuar Sugiharto
Halaman 78
temuan hasil pemeriksaan sesuai dengan perhitungan pajak yang tidak benar, maka dapat
pertimbangan profesional pemeriksa pajak. Jenis mengajukan keberatan dengan mekanisme
bukti pemeriksaan antara lain pemeriksan fisik, sebagaimana diatur pada psal 25 UU KUP. Dalam
konfirmasi, dokumentasi, prosedur analitis, permohonan keberatan ini, prinsip hukum
wawancara atau observasi sebagaimana diatur pada pembuktian melekat pada Wajib Pajak sehingga
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- Wajib Pajak harus menjelaskan ketidakbenaran surat
65/PJ/2013. ketetapan pajak dan menghitung jumlah pajak yang
Menurut Gunadi (2016) Alat bukti adalah harus dibayar oleh Wajib pajak.
sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu Dalam Jangka waktu 12 bulan sejak
perbuatan yang dapat digunakan untuk bahan diterimanya surat keberatan, maka DJP sudah
pembuktian agar menimbulkan keyakinan hakim atas menerbitkan surat keputusan berupa diterima
suatu kebenaran adanya suatu tindak pidana yang seluruhnya, diterima sebagian, ditolak dan
dilakukan oleh terdakwa. Alat bukti ini juga menambah jumlah pajak. Banding adalah upaya
berhubungan dengan pembuktian di pengadilan hukum yang dilakukan Wajib Pajak atas suatu
pajak apabila terdapat sengketa antara Wajib Pajak keputusan yang dapat diajukan banding, salah
dengan DJP, alat bukti dapat berupa surat atau satunya keputusan keberatan. Permohonan banding
tulisan, keterangan ahli, keterangan para saksi, diajukan apabila menurut Wajib Pajak dalam surat
pengakuan para pihak,dan atau pengetahuan hakim. keputusan keberatan masih terdapat materi yang
Contoh alat bukti antara lain akta pendirian, bukti disengketakan dengan persyaratan yang diatur pada
setoran modal, buku jurnal, perjanjian, surat tagihan, pasal 27 UU KUP.
buku rekening dll Pada pasal 81 UU Pengadilan Pajak dinyatakan
bahwa jangka waktu pengambilan putusan oleh
2.5. Sengketa Pajak pengadilan pajak dengan acara biasa dalam waktu 12
Berdasarkan pasal 1 angka 5 UU Pengadilan bulan sejak banding diterima. Putusan banding
Pajak sengketa pajak adalah sengketa yang timbul hampir sama dengan keputusan keberatan dapat
dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau berupa menolak pemohon banding, mengabulkan
penanggung pajak dengan pejabat yang berwenang sebagian atau seluruhnya, menambah besarnya pajak
sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat yang harus dibayar, tidak menerima banding,
diajukan banding atau gugatan kepada pengadilan membetulkan kesalahan tulis atau hitung atau
pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan membatalkan keputusan.
perpajakan, termasuk gugatan atau pelaksanaan
penagihan berdasarkan Undang-undang Penagihan 2.7. Penelitian Sebelumnya
Pajak dengan Surat Paksa. Hasil penelitian yang berhubungan dengan
Menurut Pohan (2014), apabila Wajib Pajak pemeriksaan pajak sudah banyak diteliti khususnya
menilai bahwa perhitungan pajak yang dilakukan mengenai dampak pemeriksaan terhadap kepatuhan.
pada saat pemeriksaan ternyata tidak benar maka Hasil penelitian Elim dan Panga (2015), menunjukkan
undang-undang KUP memberikan hak kepada Wajib pemeriksan pajak tidak efektif dalam meningkatkan
Pajak untuk mengajukan upaya hukum berupa penerimaan pajak. Penelitian ini difokuskan pada
permohonan keberatan. Dan apabila wajib pajak jumlah penerbitan Surat Perintan Pemeriksaan (SP2)
merasa belum puas dengan keputusan keberatan dengan jumlah surat ketetapan pajak yang
tersebut maka Wajib Pajak dapat mengajukan diterbitkan ternyata tidak mampu mencapai target
permohonan banding kepada Pengadilan Pajak. penerimaan. Penelitian yang fokus terhadap kualitas
Dalam penelitian hukum yang dilakukan pemeriksaan yang dilakukan Sunhaji (2013)
Asmorowati (2011) menjelaskan sengketa yang menunjukan kompetensi dan etika pemeriksa pajak
terjadi dalam bidang perpajakan disebabkan adanya mempengaruhi kualitas proses pemeriksaan dan
ketidaksamaan persepsi/pemahaman terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
ketentuan perpajakan atau perbedaan pendapat Bwoga (2006) meneliti terhadap hasil
antara Wajib Pajak dengan Direktur Jenderal Pajak pemeriksaan yang menunjukkan hasil pemeriksaan
atas surat ketetapan pajak yang diterbitkan sebagai sebagai baian pengawasan yang dilakukan DJP akan
hasil pemeriksaan. Atas sengketa pajak ini dapat selau menimbulkan sengketa karena adanya
ditempuh upaya hukum berupa keberatan atas surat perbedaan prinsip yaitu mengacu PSAK dan DJP
ketetapan pajak dan apabila belum cukup dapat mengacu laporan keuangan fiskal. Hasil penelitian
dilanjutkan dengan mengajukan permohonan Hidayat dan Charoline (2013) menunjukan kualitas
banding atas surat keputusan keberatan. pemeriksaan terhadap peningkatan pencairan
tunggakan pajak. Apabila pemeriksaan dilakukan
2.6. Keberatan dan Banding secara baik dan benar maka berpengaruh kepada
Surat ketetapan pajak merupakan produk pencairan tunggakan pajak. Penelitian yang sama
akhir dari proses pemeriksaan. Dalam rangka dilakukan juga dengan lokus berbeda oleh Nurlaila
memenuhi azas keadilan, apabila dalam hasil (2017) dan hasilnya adanya hubungan kualitas
pemeriksaan menurut Wajib Pajak masih terdapat pemeriksaan terhadap peningkatan pencairan
Menakar Kualitas Pemeriksaan Pajak Dalam Sengketa Pajak
I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma, Benny Setiawan, David Jurnal Pajak Indonesia Vol.2, No.1, (2018), Hal.76-83
Yanuar Sugiharto
Halaman 81
tunggakan pajak. Namun demikian dari penelitian dipandang tahu situasi sosial terkait penelitian dan
sebelumnya, tidak ada penjelasan lebih lanjut penentuan sumber data dipilih secara purposive, yaitu
mengenai bagaimana kualitas hasil pemeriksaan yang dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu
mampu dipertahankan di pengadilan pajak. (Sugiyono 2014). Sumber data lainnya merupakan
data sekunder yang diperoleh melalui studi literatur
2.8. Kerangka pemikiran berupa buku, peraturan dan risalah putusan
Berdasarkan kondisi yang telah dijelaskan pada pengadilan yang terkait dengan penelitian.
latar belakang dan landasan teori, pemeriksaan pajak Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
merupakan salah satu cara DJP untuk menguji dengan metode wawancara tidak terstruktur agar
kepatuhan pelaksanaan kewajiban pajak dari Wajib dapat mengetahui permasalahan secara mendalam
Pajak sebagai konsekuensi diterapkannya sistem self dan data yang telah dikumpulkan dilakukan teknik
assessment yang hasilnya diterbitkan surat ketetapan triangulasi untuk menguji kredibilitas dari informasi
pajak. Terhadap surat ketetapan pajak yang sudah yang diperoleh sehingga data menjadi lebih konsisten,
diterbitkan masih terdapat sengketa pajak dan Wajib tuntas dan pasti. Teknik triangulasi yang dilakukan
Pajak mengajukan upaya hukum. pada penelitian ini adalah memadukan informasi yang
Surat keputusan atas upaya upaya hukum yang dikumpulkan dari pihak yang diwawancara yaitu
diajukan sebagian besar dimenangkan oleh Wajib pejabat DJP, Pemeriksa Pajak, Dosen dan Wajib Pajak.
Pajak, menjadi hal yang menarik untuk diteliti. 4. HASIL PENELITIAN
Mengapa Wajib Pajak sebagian besar menyatakan 4.1 Pemeriksaan Pajak
menolak hasil pemeriksaan? Mengapa hasil Berdasarkan pasal 29 ayat 1 UU KUP
pemeriksaan yang telah dilakukan sesuai standar memberikan kewenangan kepada Direktur Jenderal
pemeriksaan masih dapat dimenangkan oleh Wajib Pajak untuk melakukan pemeriksaan untuk menguji
Pajak? Apakah hal ini muncul karena kualitas hasil kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dari
pemeriksaan atau pembuktian yang tidak cukup untuk Wajib Pajak atau tujuan lain dalam rangka
mendukung mendukung hasil pemeriksaan? melaksanakan ketentuan perundang-undangan
Permasalahan ini yang menjadi pertanyaan yang ingin perpajakan. Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
dijawab dalam penelitian ini yaitu bagaimana kualitas dilakukan berdasarkan kriteria pemeriksaan standar
hasil pemeriksaan pajak sehingga wajib pajak dapat pemeriksaan yang sudah diatur pada Peraturan
menang dalam upaya hukum khususnya pada tingkat Meteri Keuangan Nomor : 17/PMK.03/2013 dan
banding di Pengadilan Pajak. diturunkan juga dalam Peraturan Direktur Jenderal
Secara umum kajian ini bertujuan untuk Pajak.
meningkatkan kesadaran pemeriksa pajak untuk Penentuan kriteria Wajib Pajak yang diperiksa
meningkatkan kualitas pemeriksaan yang menjadi dan pelaksanaan standar pemeriksan saat ini
penyebab dikabullkannya upaya hukum yang menurut akademisi dan praktisi dianggap tidak jelas
dilakukan oleh Wajib Pajak. Dan akhirnya kajian ini dan kurang obyektif karena Kriteria pemeriksaan
diharapkan dapat menambah wawasan terkait dari tahun ke tahun semakin banyak, hal ini
kualitas pemeriksaan pajak yang perlu dijaga dengan dirasakan tidak sejalan dengan tujuan pemeriksaan
harapan dapat memberikan deterrent effect kepada yaitu memberikan efek jera (deterrent effect)
Wajib Pajak. seharusnya dengan meningkatnya tingkat kepatuhan
3. METODE PENELITIAN maka jumlah Wajib Pajak yang masuk target
Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif pemeriksaan akan semakin rendah. Mengenai
kualitaif yang bertujuan untuk menggambarkan, penerapan standar pemeriksaan, menurut praktisi
meringkas berbagai kondisi, situasi, atau berbagai perpajakan menyatakan proses pemeriksaan harus
fenomena realitas sosial yang terjadi di masyarakat lebih obyektif berdasarkan standar yang ditetapkan
khususnya dalam melaksanakan pemeriksaan pajak dengan berharap apabila proses pemeriksaan
(Burhan Bungin, 2011). Fenomena tersebut berupa dilakukan sesuai standar akan dapat meningkatkan
tingginya jumlah kemenangan Wajib Pajak dalam kepercayaan (trust) masyarakat untuk membayar
upaya hukum banding di Pengadilan Pajak yang pajak sesuai kondisi sebenarnya.
dilakukan atas hasil pemeeriksaan yang dilakukan oleh Menurut Widyaiswara yang sebelumnya juga
DJP pernah bertugas sebagai Pemeriksa Pajak
Menurut Burhan Bungin format penelitian menyatakan bahwa kriteria pemeriksaan saat ini
deskriftif kualitatif lebih tepat apabila digunakan sudah cukup dan yang perlu ditingkatkan adalah
untuk meneliti masalah-masalah yang membutuhkan bagaimana pelaksanaan pemeriksaan ini dapat
studi mendalam mengenai bagaimana kualitas memberikan efek jera yaitu dengan
pemeriksaan yang dihasilkan oleh DJP sehingga dapat mengimplementasikan teknik - teknik pemeriksaan
dipertahankan di Pengadilan Pajak. secara benar sehingga surat ketetapan pajak yang
Sumber data dalam penelitian kualitatif ini diterbitkan mempunyai dasar pembuktian yang kuat
berupa data primer yang diperoleh melalui dan sesuai kondisi yang sebenarnya.
wawancara mendalam kepada orang-orang yang
Menakar Kualitas Pemeriksaan Pajak Dalam Sengketa Pajak
I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma, Benny Setiawan, David Jurnal Pajak Indonesia Vol.2, No.1, (2018), Hal.76-83
Yanuar Sugiharto
Halaman 82
Pendapat Pejabat DJP dan Pemeriksa Pajak pajak dikabulkan maka pemeriksaan tersebut tidak
memberikan tanggapan yang berbeda yaitu kriteria kualitas atau tidak bagus.
pemeriksaan yang sudah disusun dalam sistem DJP sudah menetapkan standar pemeriksaan
pemeriksaan belum dapat diterapkan secara baik yang mengatur capaian minimum yang dilakukan
karena masih adanya resistensi dari Wajib Pajak dalam pemeriksaan. Namun kualitas pemeriksaan
dalam proses pemeriksaan. Ditambahkan juga oleh lebih banyak dipengaruhi oleh kompetensi
Pemeriksa Pajak bahwa kriteria pemeriksaan saat ini pemeriksa pajak dan kedalaman dalam melakukan
sudah lebih tertata dan terus dilakukan perbaikan pengujian atas pos-pos SPT. Hasil pemeriksaan juga
secara terus menerus. akan diuji secara formal dan material di pengadilan
Dengan demikian, kriteria pemeriksaan kepada pajak apabila Wajib Pajak menempuh upaya hukum.
Wajib Pajak merupakan kebijakan dari DJP yang telah
disusun dengan suatu sistem, dan semakin 4.3. Sengketa Pajak/upaya hukum
banyaknya jumlah Wajib Pajak yang masuk kriteria Tindak lanjut hasil pemeriksaan dapat berupa
pemeriksaan merupakan dampak dari resistensi dan laporan sumir atau laporan hasil pemeriksaan yang
tingkat kepatuhan secara material masih diragukan menjadi dasar penerbitan surat ketetapan pajak.
oleh DJP. Apabila menurut Wajib Pajak dalam surat ketetapan
pajak terdapat perhitungan pajak yang tidak benar
4.2. Standar Pemeriksaan maka dapat diajukan upaya hukum berupa
permohonan keberatan dan apabila belum sesuai
Berdasarkan Peratuan Menteri Keuangan dapat dilanjutkan permohonan banding atas
Nomor 17/PMK.03/2013, dalam rangka keputusan keberatan.
keseragaman, ketertiban dan pertangungjawaban
Pejabat DJP menyatakan Wajib Pajak tidak
pelaksanaan pemeriksaan secara efektif dan efisien
setuju atas hasil pemeriksaan disebabkan dasar
maka pemeriksaan pajak harus memenuhi standar
temuan yang tidak memadai atau Wajib Pajak
pemeriksaan. Terdapat 3 standar secara umum yang
mempunyai tujuan lain karena dimungkinkan oleh
harus dilakukan yaitu standar umum, standar
regulasi. Pendapat ini disepakati oleh Pemeriksa
pelaksanaan dan standar pelaporan. Menurut
Pajak, umumnya perilaku Wajib Pajak akan
Pejabat DJP menyatakan dalam rangka menjaga
menyatakan tidak setuju atas setiap hasil
kualitas hasil pemeriksaan, DJP sudah menyiapkan
pemeriksaan yang berbeda dengan perhitungan
peraturan secara rinci yang mengatur tata cara
pajak yang dilaporkan di SPT. Alasan lainnya Wajib
pemeriksaan secara formal dan material yaitu
Pajak tidak setuju karena adanya materi temuan
prosedur pemeriksaan, teknik pengujian dan
yang disebabkan perbedaan interpretasi peraturan
pembuktian. Namun proses pemeriksaan juga tidak
perpajakan.
lepas dari seni dan kreativitas pemeriksa pajak
sehingga kualitas pemeriksaan juga dipengaruhi oleh Pendapatan Widyaiswara atas kondisi ini
siapa pemeriksa serta bagaimana implementasi dari adalah Wajib Pajak memilih tidak setuju atas hasil
metode dan teknik pemeriksaan dikembangkan pemeriksaan lebih banyak disebabkan
dalam proses pemeriksaan. Pendapat ini sejalan ketidakmampuan Wajib Pajak untuk melunasi jumlah
dengan Pemeriksa Pajak yang menyatakan bahwa pajak yang ditetapkan atau menurut Wajib Pajak
kualitas pemeriksaan ditentukan oleh faktor sumber mengetahui bahwa temuan pemeriksa pajak tidak
daya manusia dan lingkungan, sehingga adanya didukung alat bukti yang kuat.
standar pemeriksaan yang baik tidak bisa menjamin Pendapat akademisi sejalan dengan
kualitas pemeriksaan akan baik karena proses Widyaiswara bahwa sebagian hasil pemeriksaan
pemeriksaan sangat dinamis dan standar tidak berdasarkan bukti yang menyakinkan dan
pemeriksaan hanya sebagian kecil yang menjadi Wajib Pajak merasa tidak harus membayarnya.
pedoman proses pemeriksaan. Pendapat ini Pendapat Praktisi Perpajakan bahwa Wajib Pajak
didukung juga oleh praktisi perpajakan terkait tidak setuju dengan hasil pemeriksaan merupakan
kualitas peraturan pemeriksaan sudah bagus namun hak sehingga tidak perlu dipermasalahkan dan
belum dilaksanakan secara benar. apabila pemeriksa dapat mempertahankan
Dari sudut pandang Widyaiswara, kualitas temuannya dengan bukti yang kuat maka Wajib
pemeriksaan pajak ditentukan dengan menguatkan Pajak harus membayar sanksi denda sebesar 50%
penyusunan audit plan, agar temuan kecurangan sampai dengan 100% dari jumlah pajak sesuai surat
yang dilakukan Wajib Pajak dapat dideteksi secara keberatan setelah dikurangi dengan pajak yang telah
mendalam dan tidak mudah dibantah oleh Wajib dibayar sebelum mengajukan keberatan. Hal lainnya
Pajak. yang menyebabkan Wajib Pajak menolak hasil
Kualitas pemeriksaan menurut akademisi pemeriksaan karena temuan pemeriksaan
menyatakan kualitas pemeriksaan ditentukan dari Menanggapi hasil pemeriksaan Wajib Pajak
hasil putusan upaya hukum, apabila hasil menyatakan tidak setuju apabila terdapat temuan
pemeriksaan dapat disanggah secara formal atau yang tidak obyektif, koreksi tidak sesuai substance
material sehingga mengakibatkan permohonan wajib over form atau dasar hukum koreksi tidak kuat.
Menakar Kualitas Pemeriksaan Pajak Dalam Sengketa Pajak
I Gede Komang Chahya Bayu Anta Kusuma, Benny Setiawan, David Jurnal Pajak Indonesia Vol.2, No.1, (2018), Hal.76-83
Yanuar Sugiharto
Halaman 83