Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 26

AQLI

ISSN: 2597- Lembaga Penelitian dan Penulisan Ilmiah


7601

Jurnal Studi Akuntansi & Keuangan


Volume 2, Nomor 3, 2018
Analisis pengaruh pengelolaan keuangan daerah, akuntabilitas dan transparansi terhadap
kinerja keuangan pemerintah
Dito Aditia Darma Nasution
Hal. 149-162
Pengelolaan keuangan daerah dalam pelaksanaannya tentu masih belum dapat
dikategorikan sempurna, masih terdapat kendala - kendala yang harus diperbaiki
di ANALISIS PENGARUH PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH,
AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI TERHADAP KINERJA
© LPPI AQLI
Jurnal Studi
Akuntansi & Keuangan
KEUANGAN PEMERINTAH
Vol. 2 No. 3
Hlm. 149-162

Fakultas Sosial Sains, Universitas Pembangunan Panca


Budi
Email:
ditoaditia@dosen.pancabudi.ac.id

ABSTRACT

Purposes 
The purpose of this study was to analyze the effect between regional fin
accountability and transparency either partially
of simultaneously to financial performance in the North Sumatera
Provincial Government.
Methods  The research used associative/correlation method. The population was
34 local government agency in the North Sumatera Provincial
Government, and the samples were 68 respondents that consisted of
budget users/budget user authorities and the Financial Department
Officials. The data were primary data were obtained by using questionnaires and conducting a
survey. The gathered data were
analyzed by using multiple linear regression tests for analytical
analysis which had been tested by using classic assumption.
Findings  The result of the study showed that, partially, regional
financial
management and accountability had positive and significant influence
on
financial performance, while transparency had negative but
significant
influence on financial performance. Simultaneously regional
financial
management, accountability, and transparency had significant
influence
on financial performance in the North Sumatera Provincial
Keywords Government.financial management, accountability, transparency
 Regional
financial
and performance.

PENDAHULUAN

Reformasi pengelolaan keuangan negara dan daerah membuat masyarakat semakin


menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan lebih dapat menyampaikan
aspirasi yang salah satunya untuk perbaikan terhadap pengelolaan keuangan negara dan
daerah pada instansi - instansi pemerintah pusat maupun daerah. Pengelolaan keuangan
daerah merupakan salah satu bagian yang mengalami perubahan mendasar dengan
ditetapkannya Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang - Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

JSAK JSAK
2(3) 2(3)149
149
149
Pengelolaan keuangan daerah dalam pelaksanaannya tentu masih belum dapat
dikategorikan Pemerintah Pusat terdapat
sempurna, masih dan Pemerintahan Daerah.
kendala - kendala yangKedua Undang - Undang ini
harus diperbaiki
di telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah dalam mengatur
sumber dana, menentukan arah, tujuan, dan target penggunaan anggaran.
dalamnya khususnya masalah akuntansi yang pada situasi tertentu akan menjadi salah satu
kendala teknis bagi eksekutif dalam pengelolaan keuangan daerah seperti implementasi © LPPI AQLI
Jurnal Studi
SAP berbasis akrual yang merupakan kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan Akuntansi & Keuangan
Vol. 2 No. 3
Hlm. 149-162
pada
tentang SDM, insentif dan sarana pendukung yang berpengaruh terhadap implementasi
SAP berbasis akrual (Nasution,
2016).

Syahrida (2009) menegaskan: “bahwa dari sekian banyak problem yang ada pada
pemerintah daerah salah satunya adalah tentang akuntansi”. Pernyataan ini menandakan
bahwa pengelola keuangan daerah pada masing - masing Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) perlu dilakukan secara cermat guna dapat menyelesaikan kendala - kendala
akuntansi dan dapat melakukan penyajian informasi keuangan secara memadai.
Mardiasmo (2004) menegaskan: “bahwa sistem pertanggungjawaban keuangan suatu
institusi dapat berjalan dengan baik, bila terdapat mekanisme pengelolaan keuangan yang
baik pula”. Ini berarti pengelolaan keuangan daerah yang tercermin dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) memiliki posisi strategis dalam mewujudkan
manajemen pemerintahan yang akuntabel. APBD sendiri juga tidak bisa terlepas dari
Pendapatan Daerah yang terdiri Dana Alokasi Umum yang dapat mempengaruhi Sumber
Pendapatan Asli Daerah (Ramadhan, 2012), disamping Belanja Daerah sehingga
pengelolaan APBD menjadi suatu kerangka yang utuh yang terbungkus dalam
akuntabilitas, transparansi dan pengelolaan keuangan yang baik sehingga dapat
meningkatkan kinerja keuangan pemerintah daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang
dijabarkan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah adalah
merupakan panduan dan pedoman dalam Pengelolaan Keuangan Daerah. Maka, terkait
dengan hal tersebut pemerintah daerah dianggap perlu untuk mempersiapkan instrument
yang tepat dalam melaksanakan pengelolaan keuangan daerah secara transparan,
professional dan akuntabel sehingga bermuara pada meningkatnya kinerja keuangan
pemerintah daerah.

Isu tentang kinerja keuangan pemerintah daerah dewasa ini menjadi sorotan publik karena
belum menampakkan hasil yang baik dan belum dapat dirasakan secara langsung oleh
rakyat. Rakyat menuntut pemerintah daerah mempunyai kinerja keuangan yang baik
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai perwujudan konsep otonomi
daerah. Mahsun (2006) mengatakan bahwa: “kinerja itu sendiri adalah kemampuan kerja
yang ditunjukkan dengan hasil kerja”. Pemerintah dapat dikatakan mempunyai
kinerja keuangan yang baik apabila pemerintah tersebut mampu mengelola
pemerintahan sehingga dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakatnya secara

JSAK JSAK
2(3) 2(3)150
150
150
Pengelolaan keuangan daerah dalam pelaksanaannya tentu masih belum dapat
keseluruhan.
dikategorikanTuntutan
sempurna,akan
masihkinerja keuangan
terdapat kendala yang baik yang
- kendala ini harus
terjadidiperbaiki
di semua
pemerintah
di daerah

JSAK JSAK
2(3) 2(3)151
151
termasuk Pemerintah Provinsi Sumatera Utara seiring dengan pelaksanaan otonomi
KAJIAN LITERATUR
daerah melalui Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

© LPPI AQLI
Jurnal Studi
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu pemerintah daerah yang
Akuntansi & Keuangan
Vol. 2 No. 3
Hlm. 149-162
menjadi sorotan publik seiring dengan terjadinya suksesi kepemimpinan atau pergantian

mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja keuangan


Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sehingga manajemen
pemerintahan yang akuntabel dapat terwujud. Berdasarkan laporan
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2018,
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bersama dengan 411
pemerintah daerah yang lain mendapatkan opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK-RI) atas pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan berupa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Tahun 2017. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik
Opini LKPD Pemerintah Daerah Tahun 2017 sebagai berikut :

Sumb
er:
www.
bpk.g
o.id/i
hps
Gambar 1. Grafik Opini LKPD
Pemerintah Daerah Tahun 2017

Opini BPK-RI atas LKPD pada gambar tersebut merupakan salah


satu ukuran dalam kinerja keuangan pemerintah daerah, sehingga
dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara sudah pada level yang baik sehingga Kepala
Daerah terpilih yang baru wajib mempertahankan bahkan
meningkatkan kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera
Utara ke level yang lebih baik lagi.

Pemahaman mengenai konsep kinerja keuangan organisasi publik


dapat dilakukan dengan melihat kinerja keuangan organisasi
publik dari perspektif birokrasi itu sendiri dengan
memperhatikan kinerja organisasi publik dari perspektif kelompok
sasaran atau pengguna jasa organisasi publik. “Kinerja keuangan
organisasi publik dari perspektif birokrasi itu sendiri berkaitan
termasuk Pemerintah Provinsi Sumatera Utara seiring dengan pelaksanaan otonomi
KAJIAN LITERATUR
daerah melalui Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
era undang-undangan yang ada terkait dengan konsep pengelolaan
de keuangan daerah, akuntabilitas dan transparansi diharapkan
ga dapat mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang lebih baik
pr dan berpihak kepada rakyat. Maka, dengan demikian pengelolaan
duk keuangan daerah, akuntabilitas dan tranparansi perlu diteliti lebih
tif lanjut untuk mengetahui seberapa besar dapat mempengaruhi
as kinerja keuangan khususnya pada Pemerintah Provinsi Sumatera
ku Utara yang memiliki Kepala Daerah terpilih yang baru sehingga
lit dapat menjadi acuan dalam meningkatkan kinerja keuangan
lay Pemerintah Provinsi Sumatera Utara di bawah kepemimpinannya.
na
,
res
on
vit
s,
res
on
bil
as
ak
nta
bil
as
se
a
pe
am
an
pe
ya
an
(M
rd
sm
,
200
6)”
Pe
era
pa
be
ba
ai
atu
an
per
Kinerja Keuangan
© LPPI AQLI
Jurnal Studi
Menurut Ronald dan Sarmiyatiningsih (2010): “kinerja keuangan merupakan keluaran Akuntansi & Keuangan
Vol. 2 No. 3
Hlm. 149-162
atau
kuantitas yang terukur”. Pengukuran kinerja keuangan memiliki banyak tujuan, paling
tidak untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah dan transparansi publik. Selain
itu pengukuran kinerja keuangan pemerintah akan bermanfaat dalam hal untuk membuat
kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor


25
Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah menjelaskan pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai
keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah. Pengukuran
dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian (assessment) yang sistematik
dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang berupa indikator -
indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak.

Kinerja keuangan Instansi Pemerintah dapat disebut juga sebagai hasil dari suatu sistem
pengelolaan keuangan mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi
pemerintah sebagai penjabaran visi, misi dan strategi instansi pemerintah yang
mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan - kegiatan
sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Dengan kata lain, setelah suatu
sistem pengelolaan keuangan terbentuk perlu disiapkan suatu alat untuk mengukur kinerja
keuangan dan mengendalikan pemerintahan agar tidak terjadi Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN), tidak adanya kepastian hukum dan stabilitas politik, dan ketidakjelasan
arah dan kebijakan pembangunan. Pengukuran kinerja keuangan juga memiliki kaitan erat
dengan akuntabilitas. Untuk memantapkan mekanisme akuntabilitas, diperlukan
manajemen kinerja keuangan yang di dalam terdapat indikator kinerja dan target kinerja.
Pelaporan kinerja keuangan, dan mekanisme reward and punishment. “Indikator
pengukuran kinerja keuangan yang baik mempunyai karakteristik relevant, unambiguous,
cost-effective, dan simple, serta berfungsi sebagai sinyal yang menunjukkan bahwa
terdapat masalah yang memerlukan tindakan manajemen dan investiga si lebih
lanjut (Sumarsono,2010)”. Selain memiliki kaitan yang erat dengan pengelolaan keuangan
dan akuntabilitas, kinerja keuangan juga memiliki keterkaitan dengan transparansi, hal
tersebut karena transparansi akan menciptakan horizontal accountability antara pemerintah
daerah dengan masyarakatnya sehingga dapat mewujudkan pemerintahan daerah yang
bersih, efektif, efisien dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat yang
pada akhirnya akan bermuara pada meningkatnya kinerja keuangan pemerintah daerah itu
sendiri. Maka, berdasarkan teori yang telah dijabarkan diatas dapat ditarik suatu
kesimpulan sementara bahwa diperkirakan Kinerja Keuangan dapat mempengaruhi
Pengelolaan Keuangan Daerah, Akuntabilitas dan Transparansi yang tentunya hal terseb
ut masih harus dibuktikan lebih lanjut dalam penelitian ini.

152
Pengelolaan Keuangan
tersebut sesuaiDaerahdengan pendapat Halim (2001) yang menyatakan: “pengelolaan keuangan
daerah yang Pengelolaan
baik dapat keuangan
meningkatkan
daerahkinerja dan mewujudkan
sama seperti tujuan
halnya dengan pemerintah pusat, pemerintah
organisasi”.
© LPPI AQLI daerah baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota juga menyusun perencanaan dan
Jurnal Studi
Akuntansi & Keuangan
Vol. 2 No. 3
Hlm. 149-162
pengelolaan anggaran yang akan dilaksanakan dalam satu tahun ke depan. Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Daerah menyebutkan bahwa semua
bentuk penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah harus
dicatat dan dikelola dalam APBD. Penerimaan dan pengeluaran
keuangan daerah tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan tugas –
tugas desentralisasi. Sedangkan penerimaan dan pengeluaran
keuangan yang berkaitan dengan pelaksanaan dekonsentrasi atau
tugas pembantuan tidak dicatat dalam APBD.

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu


tahun anggaran. APBD adalah rencana pelaksanaan keseluruhan
pendapatan daerah dan belanja da erah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua
penerimaan daerah bertujuan untuk memenuhi target yang
ditetapkan dalam APBD. Demikian pula semua pengeluaran daerah
dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan
dalam APBD. Karena APBD merupakan dasar pengelolaan
keuangan daerah, maka APBD menjadi dasar pula bagi kegiatan
pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan pengelolaan keuangan
daerah.

Waktu pelaksanaan APBD sama seperti halnnya dengan waktu


pelaksanaan Anggaran Pendaparan dan Belanja Negara (APBN)
yaitu dimulai tanggal 1 Januari dan berakhir pada tanggal 31
Desember tahun yang bersangkutan. Sehingga pengelolaan,
pengendalian, dan pengawasan keuangan daerah dapat
dilaksanakan berdasarkan kerangka waktu tersebut. APBD disusun
dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari
perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Jumlah
pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan
yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk
setiap sumber pendapatan dan pendapatan dapat direalisasikan
melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan.

Berkaitan dengan belanja, jumlah plafon belanja yang dianggarkan


merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis belanja. Jadi,
realisasi belanja tidak boleh melebihi jumlah anggaran belanja
yang telah ditetapkan. Penganggaran belanja harus didukung
dengan adanya kepastian tersedianya pendapatan dan pembiayaan
dalam jumlah yang cukup. Setiap pejabat dilarang melakukan
tindakan yang menyebabkan pengeluaran belanja pada APBD
Pengelolaan Keuangan
tersebut sesuaiDaerah
dengan pendapat Halim (2001) yang menyatakan: “pengelolaan keuangan
daerah yang Pengelolaan
baik dapat keuangan
meningkatkan
daerahkinerja dan mewujudkan
sama seperti halnya dengan tujuan
pemerintah pusat, pemerintah
ap
organisasi”. alah yang banyak dibicarakan dalam konteks sektor publik.
bil Pengelolaan keuangan daerah yang baik dapat meningkatkan
tid kinerja keuangan suatu pemerintah daerah demikian sebaliknya
k pengelolaan keuangan daerah yang buruk akan membuat kinerja
ter keuangan suatu pemerintah daerah akan menurun. Hal
ed
Pendapat tersebut juga sejalan dengan Bratakusumah dan Solihin
ata
(2004) yang menyebutkan: “pengelolaan keuangan daerah adalah
u ©

semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan


LPPI

tid AQLI
Jurn
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, al
k Stud
i
Akuntansi &
cuk Keuangan
Vol.
2
up No.
3
ter
Hlm.
149-
162
ed
nya suatu pemerintah daerah”. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
an pengelolaan keuangan daerah yang efektif dan efisien terkait
ga langsung dengan kinerja keuangan pemerintah daerah itu sendiri,
an artinya semakin efektif dan efisien pengelolaan keuangan daerah
un maka kemungkinan kinerja keuangan daerah akan semakin baik.
uk Maka, berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas dapat ditarik
me kesimpulan sementara bahwa diperkirakan terdapat pengaruh
mb Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Keuangan yang
ay tentunya hal tersebut masih harus dibuktikan lebih lanjut dalam
pe penelitian ini.
ge
ua A
an k
be u
nja n
ter t
ebu a
t. b
i
Pe l
ge i
olaa t
n a
ke s
153 an
an Akbar (2012) mengatakan bahwa: “akuntabilitas (accountability)
da secara harfiah dapat diartikan sebagai pertanggungjawaban”.
rah Namun penerjemahan secara sederhana ini dapat mengaburkan arti
me kata accountability itu sendiri bila dikaitkan dengan pengertian
up akuntansi dan manajemen. Lebih lanjut dikatakan bahwa
ka konsep akuntabilitas tersebut senada dengan apa yang
ma dikemukakan oleh stewart tentang jenjang atau tangga akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan
tersebut sesuaiDaerah
dengan pendapat Halim (2001) yang menyatakan: “pengelolaan keuangan
daerah yang Pengelolaan
baik dapat keuangan
meningkatkan
daerahkinerja dan mewujudkan
sama seperti tujuan
halnya dengan pemerintah pusat, pemerintah
yorganisasi”. ilitas yakni accountability for probity and legality, process
a accountability, performance accountability, programme
n accountability and policy accountability.
g

t
e
r
d
i
r
i

d
a
r
i

(
l
i
m
a
)

j
e
n
i
s

t
a
n
g
g
a

a
k
u
n
t
a
b
Pengelolaan Keuangan
tersebut sesuaiDaerah
dengan pendapat Halim (2001) yang menyatakan: “pengelolaan keuangan
daerah yang Pengelolaan
baik dapat keuangan
meningkatkan
daerahkinerja dan mewujudkan
sama seperti tujuan
halnya dengan pemerintah pusat, pemerintah
“organisasi”. ewajiban mempertanggungjawabkan yang telah ditetapkan
A sebelumnya melalui suatu media pertanggungjawaban yang
k dilaksanakan secara periodik (Ismiarti,2013)”. Pada dasarnya,
u “akuntabilitas adalah pemberian info rmasi dan pengungkapan
n (disclosure) atas aktivitas dan kinerja finansial kepada pihak -
t pihak yang berkepentingan (Mardiasmo, 2006)”. Hal tersebut
a memiliki arti bahwa pemerintah, baik tingkat pusat maupun daerah,
b harus dapat menjadi subjek pemberi informasi dalam rangka
i pemenuhan hak-hak publik yaitu hak untuk tahu, hak untuk
l diberi informasi, dan hak untuk didengar aspirasinya.
i Annisaningrum (2010) mengatakan: “akuntabilitas adalah
t mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
a pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas
s pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
periodik”. atau dengan kata lain dapat diartikan akuntabilitas
d merupakan kewajiban menyampaikan pertanggungjawaban dan
a untuk menjawab atau menerangkan kinerja da n tindakan
p seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada
a pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta
t keterangan akan pertanggungjawaban. Kriteria akuntabilitas
keuangan yaitu pertanggungjawaban dana publik, penyajian tepat
d waktu dan adanya pemeriksaan (audit)/respon pemerintah. “Prinsip
i akuntabilitas publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan
a 154
seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan
r dengan ukuran nilai - nilai atau norma - norma eksternal yang
t dimiliki oleh para stakeholders yang berkepentingan dengan
i pelayanan tersebut (Krina,2003)”.
k
a
n

s
e
b
a
g
a
i

b
e
n
t
u
k

k
Akuntabilitas publik dan keterbukaan merupakan dua sisi koin yang tidak
memilah manaterpisahkaninformasi yang perlu dipublikasikan dan mana yang tidak perlu
sehingga sebagai bagian kini
Implikasinya, dari keduanya
prinsip-prinsip tata bahasan
menjadi pemerintahan
yang yang
marakbaikdan(good
interchangable,
ada© LPPIkriteria
AQLI yang jelas dari aparat publik mengenai jenis informasi apa saja yang
penerapannya pada pola perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan
Jurnal Studi
Akuntansi & Keuangan
Vol. 2 No. 3
Hlm. 149-162
daerah yang participative sebagai suatu konsekuensi logis. Konsep akuntabilitas
di

fungsi administratif kepemerintahan. Fenomena ini merupakan


imbas dari tuntutan masyarakat yang mulai digemborkan kembali
pada awal era reformasi pada tahun 1998. Tuntutan masyarakat ini
muncul karena pada masa orde baru konsep akuntabilitas tidak
mampu diterapkan secara konsisten di setiap lini kepemerintahan
yang sehingga menjadi salah satu penyebab lemahnya birokrasi dan
menjadi pemicu munculnya berbagai penyimpangan -
penyimpangan dalam pengelolaan keuangan dan administrasi
negara di Indonesia yang pada akhirnya menyebabkan kinerja
keuangan pemerintah sangat terpuruk pada saat itu. Maka,
berdasarkan teori yang telah dijabarkan diatas dapat ditarik suatu
kesimpulan sementara bahwa diperkirakan terdapat pengaruh
Akuntabilitas terhadap Kinerja Keuangan yang tentunya hal
tersebut masih harus dibuktikan lebih lanjut dalam penelitian ini.

T
r
a
n
s
p
a
r
a
n
s
i

Coryanata (2007) mengatakan: “tranparansi dibangun diatas dasar


arus informasi yang bebas, seluruh proses pemerintahan, lembaga -
lembaga dan informasi perlu diakses oleh pihak - pihak yang
berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar
dapat dimengerti dan dipantau”. Anggaran yang disusun oleh pihak
eksekutif dikatakan transparansi jika memenuhi beberapa kriteria
yaitu terdapat pengumuman kebijakan anggaran, tersedianya
dokumen anggaran dan mudah diakses, tersedianya laporan
pertanggungjawaban yang tepat waktu, terakomodasinya
suara/usulan rakyat dan terdapat sistem pemberian informasi
kepada publik.

Annisaningrum (2010), menyatakan: “transparansi adalah


memberikan informasi keuangan terbuka dan jujur kepada
Akuntabilitas publik dan keterbukaan merupakan dua sisi koin yang tidak
memilah manaterpisahkan
informasi yang perlu dipublikasikan dan mana yang tidak perlu
sehingga massebagai bagian dari prinsip-prinsip
sumber daya dan ketaatannya pada peraturan perundang -
tata pemerintahan yang baik (good
ada kriteriayayang jelas dari aparat publik
undangan”. Penyelenggaraan
mengenai jenis informasipemerintahan yang transparan akan
apa saja yang
ak memiliki kriteria yaitu adanya pertanggungjawaban terbuka,
be adanya aksesibilitas terhadap laporan keuangan, adanya publikasi
da laporan keuangan, hak untuk tahu hasil audit dan ketersediaan
ark informasi kinerja.
an
per Dalam hal pelaksanaan transparansi pemerintah, media massa
imb mempunyai peranan yang sangat penting, baik sebagai sebuah
an kesempatan untuk berkomunikasi pada publik maupun
an menjelaskan berbagai informasi yang relevan, juga sebagai
ba penonton atas berbagai aksi pemerintah dan prilaku menyimpang
wa dari aparat birokrasi. Untuk melaksanakan itu semua, “media
ma membutuhkan kebebasan pers sehingga dengan adanya kebebasan
ya pers maka pihak media akan terbebas dari intervensi
ak pemerintah maupun pengaruh kepentingan bisnis (Wiranto,2012)”.
me Dengan adanya keterbukaan ini, maka konsekuensi yang akan
mi dihadapi adalah kontrol yang berlebihan dari masyarakat, untuk itu
155
ki harus ada pembatasan dari keterbukaan itu sendiri, dimana
ha pemerintah harus pandai
un
uk
me
ng
tah
ui
se
ara
ter
uka
ata
pe
an
gu
gja
wa
an
pe
me
int
h
dala
m
pe
ge
olaa
n
diberikan dan kepada siapa saja informasi itu diberikan. Hal ini perlu dilakukan
untuk menjaga supaya tidak semua informasi menjadi konsumsi publik dikarenakan © LPPI AQLI
Jurnal Studi
terdapat hal Akuntansi & Keuangan
Vol. 2 No. 3
Hlm. 149-162
– hal yang menyebabkan informasi tersebut tidak boleh diketahui oleh
publik.

Transparansi merupakan salah satu prinsip Good Governance. Pasaribu (2011)


mengatakan: “transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang
dibutuhkan oleh masyarakat”. Artinya, informasi yang berkaitan dengan kepentingan
publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan. Transparansi
adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh
informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, yakni informasi tentang kebijakan, proses
pembuatan dan pelaksanaanya, serta hasil – hasil yang dicapai.

Menurut Werimon et.al (2007): “prinsip transparansi meliputi 2 (dua) aspek, yaitu:
komunikasi publik oleh pemerintah dan hak masyarakat terhadap akses informasi”.
Pemerintah diharapkan membangun komunikasi yang luas dengan masyarakat berkaitan
dengan berbagai hal dalam konteks pembangunan yang berkaitan dengan masyarakat.
Masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui berbagai hal yang dilakukan oleh
pemerintah dalam melaksanakan tugas pemerintahan. Werimon et.al (2007) juga
menyebutkan bahwa:, “kerangka konseptual dalam membangun transparansi organisasi
sektor publik dibutuhkan empat komponen yang terdiri dari adanya sistem pelaporan
keuangan, adanya sistem pengukuran kinerja, dilakukan auditing sektor publik dan
berfungsinya saluran akuntabilitas publik (channel of accountability).

Lebih lanjut dikatakan anggaran yang disusun oleh pihak eksekutif dikatakan
tranparansi jika terdapat pengumuman kebijakan anggaran, tersedianya dokumen
anggaran dan mudah diakses, tersedianya laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu,
terakomodasinya suara/usulan rakyat dan terdapat sistem pemberian informasi kepada
publik. Asumsinya semakin transparan kebijakan publik, yang dalam hal ini APBN maka
pengawasan yang dilakukan oleh Dewan akan semakin meningkat karena masyarakat juga
terlibat dalam mengawasi kebijkan publik tersebut.

Dalam ranah keuangan publik, Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara menuntut adanya transparansi dan akuntabilitas dalam keuangan publik.
Laporan keuangan memang merupakan salah satu hasil dari transparansi dan
akuntabilitas keuangan publik, dan ini berarti laporan keuangan yang disusun pun
harus memenuhi syarat akuntabilitas dan transparansi. Mardiasmo (2004) mengatakan:
“tranparansi berarti keterbukaan (openness) pemerintah dalam memberikan informasi
yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang
membutuhkan informasi”. artinya pemerintah berkewajiban memberikan informasi
keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan oleh
pihak - pihak yang berkepentingan.

Azas keterbukaan (transparansi) dalam penyelenggaran pemerintahan daerah adalah azas


yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,
156
JSAK JSAK
2(3) 2(3)156
156
jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaran pemerintahan daerah dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara. Penerapan azas
transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah memberikan kesempatan kepada
© LPPI AQLI
masyarakat untuk mengetahui berbagai informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah
Jurnal Studi
Akuntansi & Keuangan
Vol. 2 No. 3
secara benar, jujur dan tidak diskriminatif.
Hlm. 149-162

daerah dengan masyarakat sehingga tercipta pemerintahan


daerah yang bersih, efektif, efisien dan responsif terhadap aspirasi
dan kepentingan masyarakat yang pada akhirnya akan berdampak
kepada kinerja keuangan pemerintah yang juga akan ikut
terdongkrak. Manajemen kinerja keuangan yang baik adalah
merupakan titik awal dari transparansi, untuk mencapai hal
tersebut pemerintah harus menangani dengan baik kinerja
keuangannya dengan memperhatikan 2 (dua) aspek transparansi
yaitu komunikasi publik oleh pemerintah dan hak masyarakat
terhadap akses informasi. Transparansi juga haru s memiliki
keseimbangan karena transparansi juga menyangkut kebutuhan
akan kerahasiaan lembaga maupun informasi - informasi yang
mempengaruhi hak dan privasi individu. Maka, berdasarkan teori
yang telah dijabarkan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan seme
ntara bahwa diperkirakan terdapat pengaruh Transparansi terhadap
Kinerja Keuangan yang tentunya hal tersebut masih harus
dibuktikan lebih lanjut dalam penelitian ini.

M
ET
O
DE
PE
NE
LI
TI
AN

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan


Asosiatif, Menurut Sugiyono (2007) Penelitian Asosiatif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini peneliti ingin
mengetahui dan menganalisis Pengaruh Pengelolaan Keuangan
Daerah, Akuntabilitas dan Transparansi terhadap Kinerja
Keuangan.

Sumber data penelitian ini adalah data primer dengan


menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Populasi
dalam penelitian ini berjumlah 34 Organisasi Perangkat Daerah,
yang menjadi sampel penelitian berjumlah 68 responden yang
meliputi Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dan
Pe ntitatif. Data kuantitatif merupakan pengujian data dan
ab menganalisis data dengan perhitungan angka-angka untuk
Pe menjawab rumusan masalah, serta perhitungan untuk hipotesis
ata yang telah diajukan apakah variabel bebas (Pengelolaan
usa Keuangan Daerah, Akuntabilitas dan Transparansi) berpengaruh
haa terhadap variabel terikat (Kinerja Keuangan), secara parsial
n maupun simultan. kemudian, diambil kesimpulan pengujian data
Ke tersebut.
an
an.
M
ode
pe
gu
mp
ula
n
da
ya
g
dig
un
ka
ad
ah
pe
eli
an
su
ve
.

Te
nik
an
isi
da
da
m
pe
eli
an
ini
ya
u
an
isi
da
ku

157
HASIL DAN DISKUSI

Hasil
© LPPI AQLI
Jurnal Studi
Tahap pertama, adalah melakukan uji t. Uji statistik t dilakukan untuk menguji Akuntansi & Keuangan
Vol. 2 No. 3
Hlm. 149-162
apakah
terhadap variabel terikat (Y).
Tabel 1 Hasil pengujian hipotesis secara parsial
(t)
a
Coefficients
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 20.558 6.044 3.401 .001
PKD .215 .142 .207 1.521 .13
AK .182 .153 .162 1.185 .24
TR -.013 .195 -.009 -.068 .94
a. Dependent Variable: KK

Berdasarkan hasil analisis data terlihat bahwa: (1) Nilai Konstanta sebesar 20.558 artinya
jika variabel Pengelolaan Keuangan Daerah, Akuntabilitas dan Transparansi bernilai 0
maka Kinerja Keuangan bernilai 20.558; (2) Nilai Koefisien Beta untuk variabel
Pengelolaan Keuangan Daerah bernilai positif sebesar 0.207 artinya setiap kenaikan
variabel Pengelolaan Keuangan Daerah maka Kinerja Keuangan akan meningkat sebesar
0.207 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan; (3) Nilai Koefisien Beta untuk
variabel Akuntabilitas sebesar 0.162 artinya setiap kenaikan variabel Akuntabilitas
maka Kinerja Keuangan akan meningkat sebesar 0.162 dengan asumsi variabel lain
dianggap konstan ; (4) Nilai Koefisien Beta untuk variabel Transparansi bernilai negatif
sebesar -0.009 artinya setiap kenaikan variabel Transparansi maka Kinerja Keuangan
akan menurun sebesar 0.009 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.

Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pula dari tabel 1. Kesimpulannya adalah sebagai
berikut. Pertama, pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja keuangan.
Hasil uji terhadap pengaruh variabel Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja
Keuangan menunjukkan adanya pengaruh signifikan dan positif. Hal ini dapat diketahui
dari t hitung lebih besar dari t tabel (1.52 > 0.25). berdasarkan hal tersebut maka uji
hipotes is menolak Ho dan menerima Ha.

Kedua, pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja keuangan. Hasil uji terhadap pengaruh
variabel Akuntabilitas terhadap Kinerja Keuangan menunjukkan adanya pengaruh
signifikan dan positif. Hal ini dapat diketahui dari t hitung lebih besar dari t tabel (1,18 >
0,25). Berdasarkan hal tersebut maka uji hipotesis menolak Ho dan menerima Ha.

Ketiga, pengaruh transparansi terhadap kinerja keuangan. Hasil uji terhadap


pengaruh variabel Transparansi terhadap Kinerja Pemerintah Daerah menunjukkan adanya
pengaruh signifikan dan negatif. Hal ini dapat diketahui dari t hitung menunjukkan nilai
negatif lebih
158
JSAK JSAK
2(3) 2(3)158
158
besar dari t tabel (-0,68 > - 0,25). Berdasarkan hal tersebut maka uji hipotesis menolak
Ho dan menerima Ha.
Tahap kedua, uji secara simultan dengan uji F. Uji statistik F dilakukan untuk
© LPPI AQLI
Jurnal Studi
Akuntansi & Keuangan
Vol. 2 No. 3
Hlm. 149-162 menguji apakah variabel bebas (X) secara serempak mempunyai hubungan yang signifikan
atau tidak

Tabel 2 hasil pengujian hipotesis secara simultan (F)


b
ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square
1 Regression 13.924 3 4.641
Residual 137.185 60 2.286
Total 151.109 63
a. Predictors: (Constant), TR, PKD, AK
b. Dependent Variable: KK

Pada tabel 2 diatas terlihat bahwa besaran nilai F hitung (2,030) lebih besar dari F tabel
(2,00) dengan tingkat signifikan sebesar 0,019 lebih kecil dari 0,05. Hasil ini
menunjukkan uji hipotesis menerima Ha dan menolak H0, sehingga dapat diketahui
bahwa Pengelolaan Keuangan Daerah, Akuntabilitas dan Transparansi secara simultan
berpengaruh terhadap Kinerja Pemerintah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Tahap ketiga, uji koefisien determinasi. Uji Statistik koefisien determinasi pada
penelitian ini tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Uji statistik koefisien determinasi dapat dilihat
pada Tabel berikut:

Tabel 3 Koefisien determinasi


b
Model Summary
Model R R Square Std. Error
Adjusted
R Square of the Estimate
a
1 .879 .772 .742 870.80
a. Predictors : (constant), TR, PKD,
AK
b. Dependent Variable:
KK

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai R sebesar 0,879 yang berarti korelasi hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen sangat erat karena R > 87% (0,87).
Variabel yang lebih dari dua maka yang digunakan adalah Adjust R Square (Situmorang
et al, 2010). Penelitian ini menggunakan lebih dari dua variabel, maka yang digunakan
adalah Adjusted R Square sebesar 0,742 yang mengindikasikan bahwa 74,2 % variabel
dependen (Kinerja Keuangan) dipengaruhi oleh variabel independen (Pengelolaan
Keuangan Daerah, Akuntabilitas dan Transparansi), sedangkan sisanya sebesar 25,8 %
dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model estimasi yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.

159
Diskus
i
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian yang dilakukan dengan menggunakan
kesesuaian teori, pendapat maupun penelitian terdahulu yang telah dikemukakan © LPPI AQLI
Jurnal Studi
sebelumnya, berikut ini merupakan pembahasan tentang beberapa temuan masalah dalam Akuntansi & Keuangan
Vol. 2 No. 3
Hlm. 149-162

a
.

P
e
n
g
a
r
u
h

P
e
n
g
e
l
o
l

JSAK JSAK
2(3) 2(3)160
160
Diskus
i
aan Keuangan Daerah terhadap Kinerja
Keuangan B
e
Hasil hipotesis untuk variabel Pengelolaan Keuangan Daerah r
adalah Pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh signifikan d
terhadap variabel Kinerja Keuangan. Berdasarkan nilai koefisien a
160
determinasi tersebut maka hal ini menandakan bahwa s
pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pengelolaan Keuangan a
Daerah sangat erat. Dalam hal ini pejabat pada instansi pemerintah r
provinsi Sumatera Utara sudah cukup dalam pengelolaan keuangan k
daerah. Hal ini menandakan bahwa jika pengelolaan eksekutif a
tentang pengelolaan keuangan daerah ditingkatkan maka dapat n
mendorong kinerja keuangan. Pengaruh yang sangat erat ini
disebabkan oleh masih belum maksimalnya pengetahun h
tentang pengelolaan keuangan daerah dibidang keuangan, hal ini a
sejalan dengan pandangan Zimmerman (2000) yang menyatakan: s
“bahwa pembuatan keputusan yang berhubungan dengan pelayanan i
publik, pemerintah daerah harus memiliki pengetahuan pengelolaan l
keuangan daerah dibidang keuangan”.
d
a
b. Pengaruh Akuntabilitas
r
terhadap Kinerja Keuangan
i
Hasil hipotesis untuk variabel Akuntabilitas yaitu u
Akuntabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel j
Kinerja Keuangan. Halim (2001) menyatakan: “bahwa dalam i
konteks pemerintahan sudah seyogyanya pemerintah daerah segera
memperbaiki sistem akuntabilitas sehingga akan dapat F
meningkatkan Kinerja Keuangan suatu pemerintahan daerah
tersebut”. y
a
c. Pengaruh Transparansi n
terhadap Kinerja Keuangan g
Hasil hipotesis untuk variabel Transparansi yaitu
Transparansi berpengaruh secara signifikan terhadap variabel m
Kinerja Keuangan artinya apabila Transparansi sudah e
diterapkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun n
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang kemudian y
ditindak lanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 a
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri t
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman a
Pengelolaan Keuangan Daerah maka akan dapat menaikkan k
Kinerja Keuangan Pemerintah daerah. a
n
d. Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah, Akuntabilitas dan
b
Transparansi terhadap
Kinerja Keuangan a

JSAK JSAK
2(3) 2(3)161
161
Diskus
i
hwa pengelolaan Keuangan Daerah, Akuntabilitas dan Transparansi
berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja Keuangan. Hal ini
konsiten dengan penelitian Ratih dan Eka (2012) yang menyatakan
bahwa: “Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,
Penatausahaan Keuangan Daerah dan

JSAK JSAK
2(3) 2(3)162
162
Pengelolaan Barang Milik Daerah berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja
Keuangan”. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ratih dan Eka (2012) secara simultan
variabel tersebut berpengaruh sebesar 33% pada taraf signifikansi 5%, hal ini menunjukkan bahwa
© LPPI AQLI
67% Kinerja Keuangan dipengaruhi faktor yang tidak diteliti oleh penelitian tersebut dan secara
Jurnal Studi
Akuntansi & Keuangan
Vol. 2 No. 3
statistik pengaruh tersebut sangat kuat, artinya bila pengelolaan keuangan
Hlm. 149-162

akuntabilitas dan transparansi maka dapat mendorong kinerja


keuangan masing - masing pemerintah daerah.

P
E
N
U
T
U
P

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah


dikemukakan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan dari
penelitian mengenai Analisis Pengaruh Pengelolaan Keuangan
Daerah, Akuntabilitas dan Transparansi terhadap Kinerja Keuangan
pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
(1) Secara parsial pengelolaan keuangan daerah dan akuntabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan
pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara; (2) Secara parsial
transparansi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja
keuangan pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Secara
simultan pengelolaan keuangan daerah, akuntabilitas dan
transparansi berpengaruh siginifikan terhadap kinerja keuangan
pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

R
E
F
E
R
E
N
S
I

Akbar, B. (2012). Akuntabilitas publik dan peran akuntansi


keuangan daerah pada pemerintah daerah. Dikutip dari
Public Interest Research and Advocacy Center:
http://www.pirac.org.
Annisanin ni LKPD pemerintah daerah tahun 2017. Dikutip dari
ru Badan
. Pemeriksa Keuangan:
(20 http://www.bpk.go.id/ihp
10 s.
Ak Bratakusumah, D. S., & Solihin, D. (2004). Otonomi
nta penyelenggaraan pemerintahan daerah.
bili Jakarta:
tas Gramedia
da Pustaka
tra Utama.
ns Coryanata, I. (2007). Akuntabilitas, partisipasi masyarakat, dan
ar transparansi kebijkan publik
ns sebagai pemoderating hubungan pengetahuan dewan
da tentang anggaran dan pengawasan keuangan daerah
am
(APBD). Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar:
lap
Universitas Hasanuddin.
or
Halim, A. (2001). Bunga rampai manajemen keuangan daerah.
n
Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Ismiarti. (2013). Analisis
ke
implementasi sistem pengendalian intern pemerintah, akuntabilitas
ang
an dan transparansi terhadap kinerja pemerintah (Tesis). Bengkulu:
Di Program Magister
uti Akuntan
dar si
Ju Universi
na tas
Ek Bengkul
no u.
mi Krina, L. P. L. (2003). Indikator dan alat ukur prinsip
(O akuntabilitas, transparansi dan partisipasi. Jakarta: Badan
lin Perencanaan Pembangunan Nasional.
): Mahsun, M. (2006). Pengukuran kinerja sektor
htt publik. Yogyakarta: BPFE.
161
://o
vy1
9.w
or
pr
s.c
m.
BP
K
(20
17
Gr
afi
op
Mardiasmo. (2004). Otonomi dan manajemen keuangan daerah. Yogyakarta: Andi.
Mardiasmo. (2006). Perwujudan transparansi dan akuntabilitas publik melalui
akuntansi
sektor publik: Suatu sarana good governance. Jurnal Akuntansi Pemerintahan,
2(1), © LPPI AQLI
Jurnal Studi
1-17. Akuntansi & Keuangan
Vol. 2 No. 3
Hlm. 149-162
Nasution, D. A. D. (2016). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
SAP p
e
m
e
r
i
n
t
a
h

p
r
o
v
i
n
s
i

s
u
m
a
t
e
r
a

u
t
a
r
a

(
T
e
s
i
s
)
.

JSAK
2(3)
162
Mardiasmo. (2004). Otonomi dan manajemen keuangan daerah. Yogyakarta: Andi.
Mardiasmo. (2006). Perwujudan transparansi dan akuntabilitas publik melalui
Medan: Universitas Sumatera Utara. Pasaribu, F. J. (2011). h
akuntansi
Pengaruh penyajian laporan keuangan SKPD dan aksesibilitas .
laporan P
keuangan SKPD terhadap transparansi dan e
akuntabilitas pengelolaan keuangan r
SKPD (Tesis). Medan: Program Pasca Sarjana a
Universitas Sumatera Utara. t
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman u
Pengelolaan r
K a
e n
u
a P
n e
g m
a e
n r
i
D n
a t
e a
r h
a
h N
. o
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua m
Atas o
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun r
2006 tentang Pedoman
Pengel 5
olaan 8
Keuang T
an a
Daerah. h
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
u
25
n
Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi
Akuntabilitas Kinerja Instansi 2
P 0
e 0
m 5
e
r t
i e
n n
t t
a a
JSAK
2(3)
163
Mardiasmo. (2004). Otonomi dan manajemen keuangan daerah. Yogyakarta: Andi.
Mardiasmo. (2006). Perwujudan transparansi dan akuntabilitas publik melalui
ng Pengelolaan Keuangan Daerah. Ramadhan, P. R. (2012).
akuntansi
Pengaruh sumber pendapatan asli daerah (PAD) terhadap dana
alokasi umum (DAU) pada Pemerintah Kota Medan
periode 2009 – 2011 (Skripsi).
Medan:
Universitas
Negeri
Medan.
Ratih, A. E. (2012). Pengaruh pemahaman sistem akuntansi keuangan
daerah,
penatausahaan keuangan daerah dan pengelolaan barang
milik daerah terhadap kinerja keuangan SKPD pada
Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Tesis). Medan:
Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Ronald, A., & Sarmiyatiningsih, D. (2010). Analisis kinerja
keuangan dan pertumbuhan ekonomi sebelum dan
sesudah diberlakukannya otonomi daerah di Kabupaten
Kulon Progo. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 1(1),31-42.
Sugiyono. (2007). Statistik untuk penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Sumarsono, S. (2010). Manajemen keuangan pemerintahan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syahrida. (2009). Pengaruh pemahaman sistem akuntansi
keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah
terhadap kinerja SKPD pada Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara (Tesis). Medan: Program Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara. Undang – Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara
Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan
Daerah.
Werimon, S., Ghozali, I., & Nazir, M. (2007). Pengaruh partisipasi
masyarakat dan transparansi kebijakan publik terhadap
hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran
dengan pengawasan keuangan daerah (APBD)”. Simposium
Nasional Akuntansi X di Makassar. Jakarta: Ikatan
Akuntansi Indonesia.
Wiranto, T. (2012). Akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan publik. Dikutip
dari
Depkom Info:
http://www.depkomi
nfo.go.id.
Zimmerman, J.. (2010). Accounting for decision making and control. USA: McGraw -
Hill
Higher Companies. 162
JSAK
2(3)
164

You might also like