Professional Documents
Culture Documents
Analisis Permasalahan Eksternal Dan Internal Pada Perpajakan Atas Dana Desa
Analisis Permasalahan Eksternal Dan Internal Pada Perpajakan Atas Dana Desa
Analisis Permasalahan Eksternal Dan Internal Pada Perpajakan Atas Dana Desa
Abstrak. Sesuai dengan UU No.6/2014 tentang Desa, desa memiliki kewenangan untuk mengelola keuangannya
sendiri. Namun dalam praktiknya masih banyak permasalahan yang terjadi, salah satunya adalah aspek perpajakan
dalam transaksi dengan pihak luar desa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah permasalahan pada
perpajakan dana desa baik yang berasal dari eksternal maupun internal desa sudah diselesaikan dengan baik oleh
aparatur desa dan kebijakan apa saja yang sudah dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulanginya. Metode yang
digunakan adalah kualitatif dengan wawancara dan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini adalah praktek perpajakan
di desa sudah berjalan dengan baik namun masih terdapat kekurangan dari sisi kepemimpinan Kepala Desa, SDM,
Penggunaan Sistem Keuangan Desa dan transaksi dengan pihak ketiga. Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) harus lebih aktif dalam membantu menyelesaikan masalah yang
tidak dapat diselesaikan aparatur desa. Pengawasan dari pemerintah pusat (Satgas Dana Desa dan Badan Pemeriksa
Keuangan) maupun daerah (DPMD) harus ditingkatkan baik itu SDM maupun anggaran. Implikasi penelitian ini
adalah untuk membuka sudut pandang baru mengenai perpajakan desa yang belum dibahas sebelumnya dan menggali
potensi perpajakan dari desa.
Kata kunci. Kepemimpinan; Sistem Keuangan Desa; Sumber Daya Manusia; UU Desa.
pelaksanaan dan pengelolaan desa yang untuk mencegah permasalah terulang di masa
berdasarkan asas transparansi dan depan?
akuntabilitas. Oleh karena itu, Kementerian Secara empiris, Penelitian ini
Keuangan melalui PMK No. 64/PMK.05/2013 diharapkan akan menjawab permasalahan
berusaha untuk memberikan pedoman yang mengenai penerapan peraturan perpajakan dan
digunakan oleh aparatur desa dalam mengatur penyelesaian permasalahan di desa setelah
system perpajakannya. implementasi UU No. 6 Tahun 2014 tentang
Namun, permasalahan yang dihadapi Desa.
pada penerapannya seperti banyak pengusaha Tujuan penelitian ini adalah menjawab
kecil yang menjadi lawan transaksi belum rumusan masalah diatas, yaitu: 1. Menjelaskan
memiliki NPWP karena pendapatannya di permasalahan perpajakan yang terjadi di desa
bawah 4,8 milyar. Akibatnya, aparatur desa baik berasal dari internal maupun eksternal
kebingungan dalam menghitung kredit pajak desa. 2. Mengetahui apakah permasalahan
dan tidak bisa mengkreditkannya. Selain itu, perpajakan sudah diselesaikan oleh aparatur
tidak semua kepala desa memiliki staf desa atau belum dan 3. Mengetahui upaya-
keuangan dengan pendidikan yang setara upaya apakah yang sudah dilakukan oleh
sarjana untuk memahami peraturan perpajakan pemerintah untuk mencegah permasalahan
yang berlaku. Serta, pendamping yang terulang kembali di masa depan.
membantu dalam pengawasan dana desa Penelitian ini diharapkan akan
memiliki latar belakang jurusan yang menjawab permasalahan yang berkaitan
bermacam-macam sehingga tidak banyak yang dengan perpajakan baik permasalahan yang
mengerti tentang perpajakan. berasal dari internal desa maupun eksternal
Hal tersebut didukung dengan adanya dan menjelaskan cara penyelesaian
pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan permasalahan tersebut oleh desa serta
(BPK) dalam Laporan Hasil Pemeriksaan menerangkan upaya-upaya yang sudah
Dengan Tujuan Tertentu tentang Pengelolaan dilakukan pemerintah pusat maupun daerah
Keuangan Desa yang berasal dari APBD untuk membantu menyelesaikannya.
menyebutkan bahwa salah satu kelemahan
sistem pengendalian internal adalah tidak KAJIAN LITERATUR
adanya pemungutan PPN dan PPh Pasal 22 Salah satu cara Negara mendapatkan
yang seharusnya ditanggung oleh penyedia dana untuk memakmurkan Negara
barang/ jasa serta membebankan pajak tersebut sesuaidengan amanat konstitusi adalah dengan
ke APB Desa yang tidak dilampiri surat menarik pajak dari warganya. Untuk itu,
setoran pajak. Negara mengenakan pajak berdasarkan
Selain itu, Indonesia Corruption Watch penghasilan. Definisi Pajak menurut UU
(ICW) dalam kajiannya juga menemukan No.16 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU
permasalahan yang terkait dengan perpajakan No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
yaitu adanya kepala desa yang lupa dan Tata Cara Perpajakan adalah suatu
menyetorkan ke kas Negara hasil pajak yang pungutan yang dilakukan secara terpaksa
telah dipungut. kepada seluruh masyarakat dan memiliki dasar
Berdasarkan permasalahan dan studi hukum.
literatur yang telah dibahas di atas, pertanyaan Menurut Mardiasmo (2016), Pajak
penelitian dalam penelitian ini (1) Apakah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
permasalahan perpajakan yang terjadi di desa yaitu, Pajak Negara dan Pajak Daerah. Pajak
disebabkan oleh faktor internal atau eksternal Pusat adalah pajak yang dipungut oleh Negara
masyarakat ? (2) Apakah masalah-masalah dan manfaatnya diterima tidak langsung. Pajak
yang terjadi sudah diselesaikan dengan baik Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah
oleh aparatur setempat? (3) Upaya apa yang yang terutang oleh orang pribadi atau badan
sudah dilakukan oleh pemerintah pusat/daerah yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk pelaksanaan dan pengawasan. Salah satu hak
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya yang diberikan kepada Desa adalah wewenang
kemakmuran rakyat. dalam melakukan pemungutan pajak sesuai
Pajak pusat yang dimaksud terdiri dari dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, 22, 23 dan Hak tersebut dijelaskan dalam Pasal 31
4 ayat (2), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 yang
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN menyatakan bahwa Desa melalui Bendahara
BM), dan Bea Materai. Untuk Pajak Daerah Desa harus menjalankan aspek perpajakan
yang dimaksud adalah Pajak Bumi dan dengan cara memotong/memungut pajak
Bangunan Perkotaan Pedesaan (PBB-P2), sebagai akibat dari transaksinya dengan pihak
Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Restoran ketiga diluar desa. Sebagai dampak dari
dan lainnya tergantung daerah yang peraturan tersebut, Desa wajib memperoleh
bersangkutan. Tarif pajak daerah yang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dari
dimaksud ditetapkan melalui Perda yang Kantor Pajak Pratama (KPP) setempat. Selain
merujuk pada Undang-undang tentang Pajak itu, Desa wajib membuat buku besar pajak
dan Retribusi Daerah. untuk mempermudah perhitungan pajak.
Setelah disahkannya UU No.6 Tahun Pajak sendiri sebenarnya dapat muncul
2014 tentang Desa, desa mulai diberi pada saat awal- awal proses pengajuan dana
kewenangan untuk mengelola keuangannya desa dari desa ke kabupaten. Dibawah ini
sendiri mulai dari segi perencanaan, adalah siklus penganggaran APB Desa.
Pada tahap perencanaan APB Desa agar biaya yang dianggarkan lebih realistis dan
terlebih dahulu pelaksana kegiatan yang mendekati harga sebenarnya.
ditunjuk oleh desa menyampaikan usulan Kemudian pada tahap pelaksanaan,
anggaran kegiatan. Kemudian, sekretaris desa pelaksana kegiatan dapat mengajukan
menyusun rancangan peraturan desa tentang pendanaan dengan disertai dokumen antara
APB Desa (RAPB Desa) dan menyampaikan lain RAB. Dokumen-dokumen tersebut
kepada kepala desa. kemudian diverifikasi oleh Sekdes dan
Lalu, Kepala desa menyampaikan disahkan oleh Kepala Desa. Pelaksana
kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk kegiatan kemudian bertanggung jawab dalam
dibahas dan disepakati bersama. Rancangan mencatatkan semua beban termasuk pajak-
peraturan desa tentang APB Desa disepakati pajak yang terjadi sebagai bentuk
bersama paling lambat bulan Oktober tahun pertanggungjawaban.
berjalan. Terakhir, rancangan peraturan desa Pada tahapan penatausahaan,
tentang APB Desa yang telah disepakati bendahara desa wajib melakukan pencatatan
Bersama tersebut dilanjutkan kepada setiap penerimaan dan pengeluaran serta
bupati/walikota paling lambat 3 (tiga) hari melakukan tutup buku setiap akhir bulan
untuk dievaluasi. secara tertib. Lalu, Bendahara desa wajib
Dalam penyusunan APB Desa inilah mempertanggungjawabkan uang melalui
sudah dimunculkan komponen pajak dalam laporan pertanggungjawaban paling lambat
perhitungan biaya-biaya. Hal ini dimaksudkan tanggal 10 bulan berikutnya; Penatausahaan
penerimaan dan pengeluaran keuangan desa kepala desa tidak mengalami masala karena
adalah dengan membandingkan saldo kas. sudah dilakukan semua oleh Pemkab. (2).
Pada tahapan realisasi, kepala desa Penentuan Besarnya Pajak (a) Hambatan
harus melaporkan realisasi pelaksanaan APB Internal, yaitu baik Kepala Desa maupun
Desa dengan urutan yaitu: Kepala desa petugas pemungut desa tidak mengetahui
menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan jumlah WP yang ada di desa. (b) Hambatan
APB Desa kepada bupati/ walikota berupa Eksternal, yaitu Pemerintah Desa tidak
laporan realisasi penggunaan Dana Desa tahun memiliki anggaran operasional untuk
anggaran sebelumnya disampaikan paling melaksanakan pemungutan PBB sendiri (3)
lambat minggu kedua bulan Februari tahun Pembayaran. Kendala yang dihadapi kepala
anggaran berjalan. Lalu, laporan realisasi desa bersifat eksternal. Kendala tersebut terdiri
penggunaan Dana Desa tahap I disampaikan dari rendahnya pemahaman wajib pajak
paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun tentang tata cara pembayaran pajak dan
anggaran berjalan. kurangnya kesadaran untuk membayar pajak.
Terakhir, pada tahapan (4) Penagihan. Pada tahap penagihan, seluruh
pertanggungjawaban kepala desa harus proses penagihan dilakukan oleh kantor pajak,
menyampaikan laporan pertanggungjawaban dalam hal ini Bappeda setempat, sehingga desa
keuangan desa yang bersamaan dengan tidak memilikui kewenangan. (5).
laporan realisasi penggunaan dana desa yang Pengawasan. Kendala yang ditemukan dari
dimulai dengan laporan pertanggungjawaban segi pengawasan adalah petugas pemungut
realisasi pelaksanaan APB Desa kepada desa tidak segera memungut PBB sesuai
bupati/walikota setiap akhir tahun anggaran. dengan jadwal yang ditentukan dan petugas
Laporan pertanggungjawaban realisasi memakai uang dari pungutan PBB untuk diri
pelaksanaan APB Desa, terdiri dari sendiri.
pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Sebagai lembaga negara yang diberi
Laporan pertanggungjawaban realisasi wewenang untuk melakukan pengawasan atas
pelaksanaan APB Desa ditetapkan dengan pelaksanaan pengelolaan anggaran, BPK telah
peraturan desa. Peraturan desa tentang laporan melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan dana desa baik itu di pusat maupun di daerah.
APB Desa dilampiri laporan Sejak digulirkannya program dana desa pada
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan tahun 2015, BPK telah melakukan audit
APB Desa tahun anggaran berkenaan, laporan khusus terhadap dana desa sebanyak dua kali
kekayaan milik desa per 31 Desember tahun yaitu pada tahun anggaran 2016 dan 2017 baik
anggaran berkenaan dan laporan program dalam bentuk audit kinerja maupun audit
pemerintah dan pemerintah daerah yang tujuan tertentu.
masuk ke desa. Laporan pertanggungjawaban Daerah yang menjadi obyek
realisasi pelaksanaan APB Desa disampaikan pemeriksaan BPK atas dana desa antara lain
paling lambat 1 (satu) bulan setelah akhir tahun pada tahun Anggaran 2016 di Kabupaten
anggaran berkenaan. Brebes, Grobogan, Jepara, Temanggung
Menurut Saputro (2014), masalah yang (Jawa Tengah), Kabupaten Karangasem (Bali)
terjadi di lapangan dalam proses pemungutan dan Kabupaten Situbondo (Jawa Timur).
pajak di desa dapat diuraikan sebagai berikut: Kemudian, BPK melakukan audit pada
(1) Penghimpunan data objek dan subjek Tahun Anggaran 2017 di Kabupaten Banggai,
pajak. Proses pendataan dilakukan oleh Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah),
instansi yang berwenang mengelola Kabupaten Pohuwato (Gorontalo) dan
perpajakan. Pada dasarnya pendataan Kabupaten Rote Ndao (Nusa Tenggara Timur).
dilakukan untuk mengetahui kondisi yang Temuan BPK atas Dana Desa tersebut
dihadapi dan kendala yang terjadi. Pendataan terdiri dari beberapa aspek dalam pengelolaan
objek pajak di kabupaten dilakukan oleh anggaran seperti penyusunan anggaran,
SKPD kabupaten. Pada pendataan objek pajak, penganggaran dan pelaksanaan kegiatan. Salah
satu bagian dari pelaksanaan kegiatan adalah pribadi yang tidak bisa
pertanggungjawaban khususnya dipertanggungjawabkan buktinya.
pertanggungjawaban perpajakan. Hal diatas dapat disebabkan oleh
Permasalahan yang terjadi meliputi kelemahan beberapa faktor yaitu 1) kurangnya pembinaan
pada sistem pengendalian internal dan dari DPMD setempat dalam melaksanakan
pelanggaran terhadap kepatuhan perundang- Dana Desa khususnya di bidang perpajakan, 2)
undangan di bidang perpajakan sebagai kurang cermatnya Kepala Desa dalam
berikut: (1) Bendahara Desa tidak melakukan melakukan pengendalian atas Dana Desa
pemungutan atas PPN dan PPh 22 yang khususnya kewajiban perpajakan yang
seharusnya dikenakan kepada penyedia dilakukan oleh Bendahara Desa, 3) Sekretaris
barang/jasa serta adanya pembebanan pajak ke Desa tidak melakukan verifikasi atas bukti-
APB Desa yang tidak disertai dengan SSP di bukti pengeluaran dengan teliti. 4) Tidak
Kabupaten Brebes. (3) Terdapat pajak yang tertibnya Bendahara dalam melakukan
telah dipungut namun belum disetorkan penatausahaan dan pertanggungjawaban
sebesar Rp39,1 Juta di Kabupaten pelaksanaan APB Desa.
Karangasem. (4) Terdapat pajak yang sudah Berdasarkan rekomendasi yang
dipungut namun belum disetorkan ke kas diberikan oleh BPK, Kepala Desa harus
negara sebesar Rp128,55 Juta di Kabupaten menyetorkan pajak yang belum dipungut ke
Grobogan. (5) Bendahara Desa belum kas negara dan memberikan sanksi kepada
melaksanakan pemotongan dan pemungutan bendahara desa yang belum memotong dan
pajak atas transaksi kepada pihak ketiga di menyetorkan pajak. Selain itu, pembinaan dari
Kabupaten Banggai. (6) Pemungutan pajak dinas setempat harus lebih ditingkatkan lagi
pada 3 desa belum disetor ke kas negara dan 2 agar tidak ada temuan lagi di masa datang.
desa digunakan untuk kepentingan pribadi Dari beberapa rekomendasi yang sudah
sebesar Rp198,27 Juta di Kabupaten Banggai. dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten, khusus
(7) Pemungutan pajak digunakan untuk pajak yang belum disetor di beberapa daerah
membiayai kegiatan desa dan belum tersebut sudah disetorkan ke KPP Pratama
disetorkan ke kas negara sebesar Rp56,79 Juta setempat dengan bukti berupa SSP. Hal yang
di Kabupaten Rote Ndao. belum dilakukan oleh Pemkab adalah
Dari beberapa permasalahan yang perbaikan pada DPMD setempat karena tidak
dijelaskan diatas, terdapat dua permasalahan bisa dilakukan dalam waktu singkat.
utama yang ditemukan BPK yaitu: 1. Dari penelitian sebelumnya, penelitian
Bendahara desa sebagai penanggung jawab tentang aspek perpajakan yang ditemukan di
keuangan desa lalai dalam melakukan desa belum ada yang meneliti sebelumnya,
tugasnya yaitu menyetorkan pajak yang sudah namun penulis menemukan beberapa
dipungut ke kas negara. 2. Ada penelitian sejenis yang meneliti tentang
penyalahgunaan hasil pemungutan pajak di praktik Pajak Pusat yang dijalankan di desa,
desa yang digunakan untuk kepentingan rinciannya sebagai berikut.
Dari hasil penelitian diatas, maka Sementara, aparatur desa lebih paham terhadap
penulis dapat menyimpulkan bahwa ada empat prosedurnya sehingga tidak perlu pelatihan.
faktor (dua eksternal dan dua internal) yang Hal berikutnya yang mempengaruhi
mempengaruhi perpajakan yaitu: Pengetahuan kepatuhan perpajakan adalah kepemimpinan
Perpajakan, Kepemimpinan, Sistem Keuangan kepala desa. Menurut Yanuar (2017) Kepala
Desa dan Entitas Lawan Transaksi. Selain itu, desa sebagai orang yang dituakan dan paling
adanya kelemahan dalam fungsi BPD dan paham mengenai desanya dapat menentukan
Dinas PMD sebagai penyelesai permasalahan keberhasilan pemungutan pajak di desa.
perpajakan Dan fungsi pengawasan oleh Kepala desa yang concern mengenai masalah
Inspektorat belum dilaksanakan secara penuh. perpajakan dapat mengadakan kegiatan
Hal pertama yang mempengaruhi penyuluhan perpajakan yang lebih banyak
tingkat kepatuhan perpajakan adalah kepada perangkat desa dan masyarakat. Selain
Pengetahuan Perpajakan (Subandi, 2018). itu, cara yang lain adalah dengan merekrut
Pengetahuan ini dapat dimiliki oleh aparatur tenaga honorer minimal bergelar sarjana yang
desa dalam kaitannya dengan PPh dan PPN mengerti perpajakan sebagai kaur keuangan
serta warga desa sendiri. Pengetahuan tersebut atau staf. Tenaga honorer yang dimaksud harus
dapat berbentuk cara pengisian SPT, berusia dibawah 30 tahun karena masih dapat
penyetoran dan pelaporan. Pada umumnya, belajar banyak dari pengalaman atasannya.
masyarakat awam tidak begitu mengetahui Hal yang mempengaruhi kepatuhan
tentang prosedur yang berlaku sehingga harus perpajakan adalah penggunaan sistem
dijelaskan terlebih dahulu prosedurnya melalui keuangan desa (Siskeudes). Siskeudes adalah
penyuluhan dari desa ataupun BPKD setempat. aplikasi yang dibuat oleh Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk
pengendalian, monitoring, evaluasi dan untuk menyerap aspirasi dari masyarakat desa
pelaporan penyelenggaraan urusan yang mengadukan pengelolaan dana desa yang
pemerintahan bidang pemberdayaan tidak benar. (2) Pemberian bimbingan teknis
masyarakat dan desa; (c) menyelenggarakan dan evaluasi pembayaran pajak. Bimtek
pembentukan dan pengembangan bidang dilakukan oleh KP2KN/KPP dengan tujuan
pemberdayaan usaha ekonomi masyarakarat untuk meningkatkan pemahaman mengenai
desa, bidang pengembangan kapasitas aparatur perpajakan dana desa. Setelah itu,
dan lembaga desa, bidang kelembagaan dan KP2KN/KPP melakukan evaluasi atas
partisipasi masyarakat, bidang pemerintahan penerimaan pajak tahun sebelumnya dengan
desa di kabupaten berdasarkan kebijakan melihat optimalisasi Tax Collection. (3) Audit
pedoman, norma, standar, prosedur dan berkala oleh Inspektorat Kabupaten/Kota.
kriteria yang ditetapkan pemerintah; (d) Inspektorat berwenang untuk melakukan audit
menyelenggarakan kebijakan pemerintah dan berkala atas penyaluran pajak dana desa.
provinsi serta kebijakan umum daerah dalam Pelaksanaan audit dilakukan secara
rangka pelaksanaan urusan pemerintahan menyeluruh kepada seluruh desa di
bidang pemberdayaan masyarakat dan desa; kabupaten/kota tersebut dan waktu
Satuan Tugas Dana Desa (Satgas Dana pelaksanaannya berbeda-beda mengikuti
Desa). Satgas Dana Desa merupakan satuan kebijakan masing-masing kabupaten/kota. (4)
kerja (satker) dibawah kementerian Desa PDT Audit eksternal oleh Badan Pemeriksa
yang dibentuk untuk mengawasi penggunaan Keuangan. BPK sebagai audit eksternal yang
dana desa. Misi dibentuknya Satgas Dana Desa mengaudit penggunaan uang negara
antara lain: (a) Mengatasi sumbatan-sumbatan/ berwenang untuk mengaudit secara sampling
kemacetan dalam penyaluran, penggunaan dan desa-desa yang dianggap bermasalah setelah
pengelolaan dana desa. (b) Melacak sumber- terlebih dahulu melakukan audit pendahuluan
sumber masalah kemacetan dalam penyaluran, terhadap Kabupaten/Kota. Hasil audit tersebut
penggunaan dan pengelolaan dana desa. (c) kemudian dijadikan sebagai bahan perbaikan
Melakukan pengawasan implementasi dalam untuk Kepala Daerah setempat. (5)
penyaluran, penggunaan dan penglolaan dan Penggunaan aplikasi Sistem Keuangan Desa
desa. (d) Melakukan pengkajian terhadap (Siskeudes). Siskeudes yang dibuat oleh BPKP
kebutuhan reformasi regulasi regulasi terkait dengan tujuan mempermudah administrasi
dalam penyaluran, penggunaan dan desa juga dapat digunakan sebagai bentuk
pengelolaan dana desa (e)Memberikan pengawasan. Hal tersebut dikarenakan data-
advokasi-advokasi, solusi dan mitigasi dalam data yang tersimpan di Siskeudes dapat
merespon aduan-aduan masyarakat yang diunduh sebagai bentuk transparansi sehingga
terkait dengan penyaluran, penggunaan dan memudahkan pengawasan.
pengelolaan dana desa (f) Melakukan evaluasi Pengawasan tersebut dilakukan untuk
pelaksanaan penyaluran, penggunaan dan mencegah adanya penyalahgunaan dana desa
pengelolaan dana desa. yang seharusnya dipotong pajak namun
digunakan untuk keperluan pribadi.
Upaya Pengawasan Dana Desa
Dari diterbitkannya UU No.6 Tahun METODOLOGI PENELITIAN
2014 sampai tahun 2019, pemerintah sudah Peneliti dalam melakukan penelitian
melakukan berbagai cara untuk mengawasi menggunakan metode kualitatif dengan
penggunaan dana desa. Pengawasan dilakukan analisis deskriptif dan studi kasus dikarenakan
dari hilir pada level kementerian sebagai data yang dikumpulkan berupa non-numerik
penyalur anggaran sampai hulu pada level desa dan tidak diperlukan proses regresi dalam
sebagai desa. Program pengawasan mengambil kesimpulannya (Sugiyono
pemerintah antara lain: (1) Pembentukan 2012:7). Penelitian dilakukan di 5 (lima) desa
Satuan Tugas Dana Desa (Satgas Dana Desa) dan 1 (satu) kantor pajak dengan rincian : (1)
Satgas Dana Desa dibentuk dengan tujuan Desa Babelan Kota Kecamatan Babelan
Kabupaten Bekasi (2) Desa Karang Satria kompetensi dan kapasitas sumber daya
Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekas pegawai.
(3) Desa Setiadarma Kecamatan Tambun Selain itu, permasalahan yang berasal
Selatan Kabupaten Bekasi (4) Desa Bojong dari internal desa yang mempengaruhi praktek
Kulur Kecamatan Gunung Putri Kabupaten perpajakan di desa adalah kepemimpinan
Bogor (5) Desa Limusnunggal Kecamatan kepala desa karena sebagai orang yang
Cileungsi Kabupaten Bogor (6) KPP Cibitung disegani dan mampu membuat kebijakan yang
Obyek penelitian adalah Sekretaris dipatuhi oleh masyarakat desa pada umumnya.
Desa khususnya kepada Kepala Urusan (Kaur) Kepala desa dapat memiliki dua sikap yaitu
Keuangan Desa karena sesuai dengan membayar pajak dengan tertib atau
Permendagri No. 84/2015 yang menjelaskan menghindari membayar pajak. Kedua sikap
bahwa Kaur Keuangan memiliki fungsi seperti tersebut berakibat pada kepatuhan pembayaran
melaksanakan urusan keuangan seperti pajak tinggi atau rendah.
pengurusan administrasi keuangan, Sementara, permasalahan yang berasal
administrasi sumber-sumber pendapatan dan dari eksternal desa antara lain penggunaan
pengeluaran, verifikasi administrasi keuangan, sistem informasi menjadi salah satu faktor
dan administrasi penghasilan Kepala Desa, yang mempengaruhi praktek perpajakan di
Perangkat Desa, Badan Permusyawaratan desa terutama menyangkut akuntabilitas
Desa (BPD), dan lembaga pemerintahan desa pelaporan perpajakan. Sistem informasi
lainnya. tersebut dapat berupa aplikasi Sistem
Teknik pengambilan data yang Keuangan Desa (Siskeudes) yang dibuat oleh
digunakan adalah wawancara kepada pejabat BPKP, Sistem Manajemen Daerah (Simda)
yang berwenang dalam hal ini Kaur Keuangan Desa yang dibuat oleh pemerintah kabupaten
Desa dan dokumentasi atas dokumen yang atau aplikasi yang dibuat oleh pihak ketiga.
mendukung proses perpajakan seperti Buku Aplikasi tersebut sudah dilengkapi dengan
Besar Pajak, Bukti Potong PPh serta dokumen pembuat faktur pajak dan SPT pribadi/badan
pendukung lainnya sesuai ketentuan. sendiri yang sudah disesuaikan dengan
Untuk menganalisis data, penulis akan peraturan yang ada sehingga memudahkan
membandingkan antara hasil yang diperoleh desa untuk melaksanakan perpajakan.
dari wawancara dengan hasil konfirmasi KPP Hal lain yang harus dicermati adalah
setempat. Kemudian, data tersebut akan kondisi entitas yang menjadi lawan transaksi
disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami. apakah memiliki omset dibawah Rp4,8 Milyar
Lalu data direduksi untuk mengumpulkan data (Non-PKP) terutama Usaha Mikro, Kecil dan
yang dapat dikategorisasikan sehingga data Menengah (UMKM) karena akan
tersebut menjadi relevan dengan mempengaruhi pembayaran pajak yang
permasalahan. Terakhir pengambilan ditambah 20% apabila bertransaksi dengan
kesimpulan dilakukan dengan mengambil Non PKP. Selain itu, hal tersebut akan
sudut pandang yang objektif (Miles et.al, mempengaruhi kredit pajak masukan di
2014). kemudian hari karena mengakibatkan pajak
tersebut tidak bisa dijadikan beban yang dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN mengurangi pajak yang dibayarkan.
Permasalahan umum yang terjadi di Menurut Sekretaris Desa Babelan
seluruh desa dapat dibagi menjadi dua yaitu Kota, desa sudah mendapatkan pelatihan
permasalahan yang berasal dari internal desa perpajakan yang memadai. Pelatihan tersebut
antara lain terkait dengan SDM yang belum dilaksanakan oleh Pemkab Bekasi. Sehingga,
mengerti dasar-dasar perpajakan. Hal tersebut desa memiliki pemahaman yang cukup
sesuai dengan penelitian Pratiwi (2014) yang memadai mengenai perpajakan. Selain itu,
menjelaskan bahwa faktor-faktor yang kepala desa juga merekrut mahasiswa S1
mempengaruhi penerimaan pajak adalah ekonomi untuk menangani perpajakan. Desa
juga sudah memiliki NPWP sebagai syarat
aplikasi perbantuan untuk memasukkan data Kaur Keuangan Desa Bojong Kulur
transaksi yang terjadi dan menghitung nilai menjelaskan bahwa desa sudah mendapatkan
pajaknya. Sebelumnya, pemdes telah pelatihan perpajakan dari Pemkab Bogor. Saat
mendapatkan pelatihan berupa bimtek dari ini, kaur keuangan sudah berpendidikan
pemerintah baik itu pendamping desa dari sarjana bidang keuangan. Dalam
pusat maupun pemerintah kabupaten. Bimtek pelaksanaannya, perpajakan yang banyak
yang diberikan dapat berupa sosialisasi di terjadi adalah PPN dan PPh dari kegiatan
kantor kecamatan dan bimbingan di desa. belanja modal. Menurut Kaur Keuangan,
Bimtek tersebut diberikan secara bertahap. sebelumnya pemdes hanya mencatat transaksi
Dalam hal permasalahan yang terjadi, Kaur tanpa menghitung pajaknya. Namun setelah
Keuangan mengungkapkan bahwa ada bergulirnya dana desa pemdes harus
permasalahan terkait dengan pembayaran atas menghitungnya.
proyek-proyek yang tidak sesuai termasuk Pemdes dalam melakukan administrasi
pajaknya dengan anggaran yang ditetapkan perpajakan sudah menggunakan aplikasi
pemdes. Siskeudes sebagai alat untuk memasukkan
Kaur Keuangan Desa Limusnunggal data-data transaksi ke dalam system dan pajak
menjelaskan bahwa desa sudah mendapatkan yang harus dibayar diperhitungkan secara
pelatihan perpajakan yang cukup dari Pemkab otomatis. Sebelumnya pemdes sudah
Bogor. Saat ini kaur keuangan berpendidikan mendapatkan pelatihan berupa bimtek baik
D3 bidang keuangan. Dalam pelaksanaannya, dari pendamping desa maupun pemerintah
perpajakan yang sering terjadi adalah PPN dan kabupaten. Bimtek dapat berupa sosialisasi di
PPh dari kegiatan belanja modal berupa proyek tingkat kecamatan dan kabupaten serta
pembangunan desa. Menurut Kaur Keuangan, bimbingan dari pendamping yang turun ke
sebelumnya pemdes hanya mencatat transaksi desa-desa.
belanja modal tersebut. Namun sekarang, Terkait dengan permasalahan yang
pemdes harus mengumpulkan bukti-bukti terjadi, kaur keuangan menjelaskan bahwa
pertanggungjawaban sebelum dilaporkan ke pada dasarnya SDM yang direkrut sudah
kantor pajak. sangat memadai karena masih muda dan
Pemdes dalam melakukan administrasi berpendidikan tinggi setara S1. Selain itu,
perpajakan sudah menggunakan aplikasi kebijakan desa yang mendorong kepatuhan
Siskeudes sebagai alat untuk memasukkan pajak di desa dapat ditunjukkan dengan adanya
data-data transaksi ke dalam system dan desakan dari pemdes untuk meminta faktur
kemudian nilai pajak dapat dihitung secara pajak kepada pihak ketiga pada saat terjadinya
otomatis. Sebelumnya, pemdes sudah transaksi. Terakhir, kepatuhan pihak ketiga
mendapatkan pelatihan berupa bimtek dari yang harus dijaga agar jangan sampai ada
pendamping desa dan pemerintah desa. Bimtek kekurangan bukti-bukti yang diperlukan desa.
yang diberikan dapat berupa sosialisasi di
tingkat kecamatan dan kabupaten serta Hasil Penelitian
bimbingan dari pendamping desa yang turun Dari hasil wawancara dan pengambilan
ke desa-desa. data-data informasi perpajakan diatas
Terkait dengan permasalahan yang diperoleh informasi sebagai berikut:
terjadi, kaur keuangan menjelaskan bahwa e- Pengetahuan perpajakan dapat
filling khusus desa belum dapat diterapkan di diperoleh dari pendidikan formal melalui
desa. Selain itu, sosialisasi yang kurang perkuliahan jurusan ekonomi maupun
tentang peraturan perpajakan yang baru juga administrasi fiskal serta pendidikan non formal
menjadi persoalan. Terakhir, dokumentasi dari lembaga-lembaga konsultan perpajakan
perpajakan yang terlalu berat di desa masih swasta maupun pelatihan-pelatihan yang
menjadi persoalan yang harus dipecahkan diselenggarakan pemda dan KPP. Pengetahuan
bersama dengan pemerintah pusat. yang diberikan mencakup jenis-jenis pajak
yang ada di desa, metode pembukuan dan
belum berkoordinasi dengan BPK dan transaksi dengan desa merupakan UMKM
Inspektorat daerah sebagai pihak yang yang belum tentu memiliki NPWP. Dan,
berwenang dalam melakukan pengawasan dan pertanggungjawaban atas perpajakan desa
pelaksana sehingga berjalan sendiri-sendiri. melalui penyerahan SPT terlalu merepotkan
Dari telaah atas dokumen, banyak bagi sebagian desa yang mengeluhkan sangat
lembaga yang dibentuk pemerintah untuk banyak informasi yang harus dimasukkan dan
menyelesaikan permasalahan dana desa. dokumen pendukung yang disertakan
Namun, masih terdapat hambatan seperti terkadang terlalu banyak.
kurangnya SDM dalam melakukan Adanya Siskeudes yang sederhana dan
pengawasan terlebih apabila daerah tersebut mudah dipahami oleh perangkat desa ternyata
memiliki jumlah desa yang banyak. Selain itu, masih menyisakan masalah yaitu belum
keterbatasan anggaran untuk bidang adanya perhitungan nilai pajak dalam aplikasi
pengawasan menjadi penghambat utama sehingga apabila dimasukkan kedalam sistem
dalam menjalankan monitoring ke desa-desa harga yang dihitung belum termasuk pajak.
yang berada di pelosok daerah. Selain itu, kendala teknis seperti server yang
down dan sinyal internet yang lemah di desa
SIMPULAN menyebabkan desa harus kembali ke format
Berdasarkan hasil analisis pada bab-bab pelaporan yang manual.
sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan Masalah perpajakan yang terjadi di
Permasalahan yang terjadi pada perpajakan desa sudah dapat diselesaikan oleh aparatur
desa berasal dari dua sisi yaitu sisi internal desa. Masalah yang timbul adalah masalah
dalam hal ini kepala desa dan aparaturnya dan yang berkaitan dengan perhitungan pajak yang
sisi eksternal dalam hal ini pemerintah dan manual sebelum dimasukkan kedalam sistem
UMKM yang memiliki kepentingan di desa. dan permasalahan administrasi dengan
Kepala desa sebagai orang yang memiliki perusahaan-perusahaan yang memiliki
kekuatan untuk menggerakan masyarakat perjanjian kerjasama dengan desa.
harus memiliki kepedulian yang tinggi untuk Upaya pemerintah untuk mencegah
menjaga administrasi perpajakan dengan baik. permasalahan berulang melalui kegiatan
Salah satu bentuk kepedulian kepala desa yang pengawasan atas dana desa yang dilaksanakan
dapat dicontoh adalah merekrut pegawai- oleh badan/dinas dibawahnya belum berjalan
pegawai yang berkompetensi di bidang dengan optimal dikarenakan adanya
keuangan dan bersih dari korupsi. keterbatasan dari instansi yang berkepentingan
Orang-orang yang ditugaskan sebagai melakukan pengawasan. Selain itu,
pengelola keuangan desa rata-rata sudah keterbatasan sumber daya manusia untuk
memiliki pendidikan yang tinggi setara D3 melakukan pengawasan berimbas pada
atau S1. Hal tersebut tentunya menjadi nilai kemampuan pengawasan.
tambah bagi penatausahaan keuangan bila Saran yang diberikan mencakup beberapa
dibandingkan dengan desa lain. Selain itu, aspek permasalahan dan bersifat lintas instansi
umumnya pengelola keuangan desa adalah yaitu Kepala desa perlu merekrut anak buah
anak muda yang direkrut oleh kepala desa dengan kualifikasi pendidikan yang sesuai
untuk menjalankan fungsinya. Anak muda berlatar belakang ekonomi. Kepala desa juga
masih memiliki kesempatan untuk harus menerbitkan peraturan yang mewajibkan
berkembang lebih pesat melalui pelatihan- semua pihak yang berhubungan langsung
pelatihan dan bimtek dan dapat berdampak dengan desa agar membayar pajak dan
positif bagi desa. melaporkan kegiatannya kepada desa.
Selain itu, adanya peraturan perpajakan Sementara itu, Kementerian Keuangan harus
yang mewajibkan adanya NPWP bagi PKP menyederhanakan administrasi perpajakan
menambah beban bagi desa untuk khususnya pada UMKM dan desa. Selain itu,
melaksanakan administrasi perpajakannya BPKP sebagai pemilik siskeudes harus
karena ada beberapa usaha yang melakukan menambahkan perhitungan pajak kedalam
perhitungan pembayaran di aplikasi mengikuti kategori desa sangat tertinggal dan tertinggal
peraturan terbaru pada pembaruan aplikasi di sesuai dengan Indeks Desa Membangun.
masa datang.
BMD perlu memperkuat internalnya
DAFTAR PUSTAKA
dengan diisi oleh beragam latar belakang
masyarakat agar penyelesaian permasalahan BPK RI, 2017. LHP Atas LK Kabupaten
dapat tercapai dan mewakili aspirasi Bekasi. Jakarta: Badan Pemeriksa
masyarakat desa. Dan, Dinas PMD perlu Keuangan
melatih stafnya agar dapat melayani BPK RI, 2017. LHP Atas LK Kabupaten
pengaduan masyarakat dengan baik dan
Bogor. Jakarta: Badan Pemeriksa
membuka layanan pengaduan khusus desa. Keuangan
Selain itu, Satgas dana desa perlu menerjunkan BPK RI, 2016 LHP DTT Atas Pengelolaan
tim ke Dinas-dinas di daerah untuk Keuangan Desa Pada Kabupaten Brebes.
mengumpulkan permasalahan yang masuk dan Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan
diselesaikan di tingkat daerah. BPK RI, 2016. LHP DTT Atas Pengelolaan
Direktorat Jenderal Pajak perlu
Keuangan Desa Pada Kabupaten
membuat himbauan tentang perlunya Grobogan. Jakarta: Badan Pemeriksa
pemeriksaan pajak di desa terutama di daerah Keuangan
non-industri untuk melihat potensi perpajakan BPK RI, 2016. LHP DTT Atas Pengelolaan
di daerah tersebut dan memberikan reward Keuangan Desa Pada Kabupaten Jepara.
kepada daerah yang melakukan kewajiban Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan
perpajakannya dengan baik. Dan, Dinas PMD
BPK RI, 2016. LHP DTT Atas Pengelolaan
perlu menggandeng Inspektorat dan KPP Keuangan Desa Pada Kabupaten
dalam melakukan pengawasan melalui Karangasem. Jakarta: Badan Pemeriksa
pemeriksaan secara serentak. Selain itu, BPK Keuangan
perlu mengadakan audit dana desa khusus BPK RI, 2016. LHP DTT Atas Pengelolaan
perpajakan di daerah-daerah yang belum Keuangan Desa Pada Kabupaten
bertumbuh. Terakhir, lembaga-lembaga
Situbondo. Jakarta: Badan Pemeriksa
tersebut harus menyisihkan anggaran untuk Keuangan
pengawasan lebih banyak di tahun-tahun BPK RI, 2016. LHP DTT Atas Pengelolaan
mendatang. Keuangan Desa Pada Kabupaten
Penelitian ini diharapkan dapat Temanggung. Jakarta: Badan Pemeriksa
membuka pemahaman mengenai sisi Keuangan
perpajakan dari dana desa yang belum BPK RI, 2017. LHP DTT Atas Pengelolaan
diketahui oleh publik. Implikasi penelitian Dana Desa Tahun Anggaran 2016 dan
dapat berupa teoritis dan praktis. Secara 2017 (Semester I) Pada Pemerintah
teoritis, literatur mengenai perpajakan dapat Kabupaten Banggai. Jakarta: Badan
diperluas pembahasannya dengan berfokus Pemeriksa Keuangan
pada aspek internal dan eksternal Pemerintah BPK RI, 2017. LHP DTT Atas Pengelolaan
Desa sebagai hal-hal yang dapat Dana Desa Tahun Anggaran 2016 Dan
mempengaruhi peningkatan pajak dari desa. 2017 (Semester I) Pada Pemerintah
Sementara secara praktis, perpajakan atas Kabupaten Banggai Kepulauan. Jakarta:
desa dapat digunakan sebagai sarana untuk Badan Pemeriksa Keuangan
mengawasi pembangunan desa dari sisi BPK RI, 2017. LHP DTT Atas Pengelolaan
pengelolaan keuangan. Dana Desa Pada Pemerintah Kabupaten
Dari hasil penelitian diatas, maka Rote Ndao. Jakarta: Badan Pemeriksa
penulis menyarankan agar memperluas obyek Keuangan
penelitian dengan menambahkan desa di BPK RI, 2017. LHP DTT Atas Belanja Dana
wilayah Indonesia Timur dan desa dengan Desa Tahun Anggaran 2016 S.D 2017
Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Sujarweni, V.Wiratna. 2015. Akuntansi Desa.
Desa Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru Press
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tim Visi Yustisia, 2016. Pedoman Resmi
Tahun 2016 Tentang Badan Petunjuk Pelaksanaan Dana Desa.
Permusyawaratan Desa Jakarta: Tim Visi Yustisia
Peraturan Menteri Keuangan Nomor Undang-undang Republik Indonesia No. 6
64/PMK.05 Tahun 2013 tentang Tahun 2014 Tentang Desa
Mekanisme Pengawasan Terhadap Undang-undang Republik Indonesia No. 28
Pemotongan /Pemungutan Dan Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum
Penyetoran Pajak Yang Dilakukan Oleh dan Tata Cara Perpajakan
Bendahara Pengeluaran Satuan Kerja Undang-undang Republik Indonesia No. 28
Perangkat Daerah/Kuasa Bendahara Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Umum Daerah Retribusi Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2015 Subandi, H., & Fadhil, M. I. I. (2018). Analisis
tentang Perekrutan Aparatur Desa Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Priyatun, I. (2016). Pengawasan Terhadap Kepatuhan Pajak Bendahara Desa Di
Pengelolaan Dana Desa Oleh Inspektorat Kota Batu. Berkala Akuntansi dan
Daerah Kabupaten Lampung Selatan. Keuangan Indonesia, 03(01), 1–16.
Universitas Negeri Lampung. Lampung Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis.
Rahmawati & Haris, Deden Muhammad. Bandung: Alfabeta.
2014. Analisis Kepatuhan Masyarakat Sulina, G. A. T., Wahyuni, M. A., &
Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Kurniawan, P. S. (2017). Peranan Sistem
Bangunan Di Desa Ranjeng Kecamatan Keuangan Desa (Siskeudes) Terhadap
Ciruas Kabupaten Serang. Serang Kinerja Pemerintah Desa (Studi Kasus di
Riyadi, S. I. (2018). Pengaruh Kesuksesan Desa Kaba-kaba, Kecamatan Kediri,
Penerapan Sistem Keuangan Desa Kabupaten Tabanan). e-Journal S1 Ak
Terhadap Kinerja Pengguna. Universitas Pendidikan Ganesha, 8(2).
Saputro, R., Sudjana, N., & Azizah, D. F. Yanuar, K. N., & Setyawanti, D. (2017).
(2014). Efektivitas Penerimaan Pajak Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa
Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap
Perkotaan (PBB P2) Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Peningkatan Penerimaan Pendapatan Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan
Asli Daerah (PAD). Jurnal Mahasiswa Di Desa Candirejo, Kecamatan Ngawen,
Perpajakan, Vol 2, No, 1–10. Kabupaten Klaten. Kiat Bisnis, 6(5),
461–469.