Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Biologi Tropis

Original Research Paper

Histopathological of Brain, Eye, Liver, Spleen Organs of Grouper Suspected


VNN in Penyambuan Village, North Lombok

Agustina Rahmawanti1*, Dewi Nur’aini Setyowati1, Alis Mukhlis1


1
Department of Fisheries and Marine Science, Mataram University, Mataram, Indonesia

Article History Abstract: Cantang grouper is one of the leading NTB commodities that
Received : January 07th, 2021 have high economic value. Cantang grouper (Epinephelus fuscoguttatus)
Revised : January 15th, 2021 has a wide distribution, one of which is in Penyambuan Village, North
Accepted : January 19th, 2021 Lombok Regency. The disease that often attacks grouper fish is VNN (Viral
Published : January 25th, 2021 Nervous Necrosis). One of the methods that can be used to detect VNN is
the histopathological method. The purpose of this study was to determine
the suspected cases and levels of infection with the VNN (Viral Nervous
*Corresponding Author: Necrosis) virus in grouper fish (Epinephelus fuscoguttatus) cultivated in
Agustina Rahmawanti, Penyambuan Hamlet, Tanjung District, North Lombok Regency by using
Department of Fisheries and the histopathological method. The research method used is descriptive by
Marine Science, Mataram
explaining the results obtained from the histopathological test of 3 samples
University, Mataram, Indonesia;
email:
taken by looking at the presence or absence of necrosis in the eye and brain
Agustinarahma64@gmail.com organs of the test sample. The results of observations using a microscope
on the test sample after the histopathological process showed that the
second sample (S2) of cantang grouper from the KJA in Pemambuan was
suspected to be positive for VNN infection, as seen from the presence of
necrosis in the form of vacuoles in the brain and eye organs in the level of
chronic infection. From the results of this study, it is suggested that further
research be carried out in the form of confirmation of the results using a
more accurate method, namely real-time PCR. This study can serve as a
detection guide for samples of suspected VNN.

Keywords: Cantang Grouper, VNN, Histopathology

Pendahuluan adalah ikan kerapu cantang. Berbagai literatur


telah melaporkan bahwa virus masih menjadi
Nusa Tenggara Barat merupakan patogen penyebab penyakit pada ikan yang
provinsi yang memiliki potensi budidaya dibudidayakan. Menurut Fitratunisa (2016) virus
perikanan yang tinggi dilihat dari kawasan merupakan mikroorganisme terkecil yang tidak
pantai, laut, danau dan kawasan perairan lainnya memiliki sel dan hanya mempunyai kode genetik
yang dapat dimanfaatkan sebagai media saja. Virus merupakan jenis patogen yang dapat
budidaya. Beberapa jenis biota yang menjadi menyebabkan penyakit pada ikan dan
komoditas budidaya perikanan Nusa Tenggara mengakibatkan kerugian yang sangat signifikan
Barat (NTB) adalah udang, ikan, teripang, kerang dalam waktu yang singkat dengan tingkat
dan rumput laut. Salah satu jenis ikan yang kematian yang tinggi dibandingkan jenis
memiliki prospek pengembangan yang baik pathogen lainnya (Sunarto et al., 2009). Virus
adalah ikan kerapu. Nusa Tenggara Barat (NTB) yang menginfeksi ikan menyebabkan kerugian
memiliki banyak daerah berpotensi untuk pada proses budidaya. VNN merupakan salah
membudidayakan ikan kerapu, contohnya adalah satu patogen yang menyebabkan mortalitas
Dusun Penyambuan, Desa Jenggala, Kecamatan sampai dengan 100% pada ikan kerapu yang
Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. Dusun dibudidayakan (Sembiring et al., 2018). Infeksi
Penyambuan merupakan kawasan budidaya ikan VNN dapat menyerang sistem saraf pusat, retina
kerapu dimana jenis kerapu yang dibudidayakan mata serta organ reproduksi dimana virus ini
This article is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 © 2021 The Author(s). This article is open access
International License.
Rahmawanti, A. et al. (2021). Jurnal BiologiTropis, 21 (1): 140 – 148
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v21i1.2439

menginfeksi hampir pada seluruh fase Tanjung, Kabupaten Lombok Utara dan analisis
pertumbuhan ikan. Menurut Sudaryatma et al. molekuler histopatologi dilakukan di
(2012), penyakit VNN dapat menyerang otak laboratorium kesehatan dan lingkungan BPBL
sehingga menyebabkan ikan berenang berputar, Lombok, Kecamatan Sekotong Barat, Kabupaten
mengambang dipermukaan dengan perut Lombok Barat.
menghadap keatas dan pigmentasi warna yang
lebih gelap pada ikan. Pengamatan dan Pengambilan Sampel Uji
Ada beberapa metode deteksi patogen Pengambilan sampel uji dilakukan di
virus yang telah dikenal dan berkembang saat ini, Dusun Penyambuan, Kecamatan Tanjung,
antara lain PCR Konvensional, Real-Time PCR Kabupaten Lombok Utara pada tanggal 6 Agustus
(Sembiring et al., 2018), LAMP (Yanuhar et al., 2020 pukul 10.00 WITA-selesai. Sebelum
2017), ELISA (Yanuhar et al., 2017) dan melakukan pengambilan sampel uji pada KJA
Histopatologi (Yuwanita et al., 2013). Metode media budidaya ikan kerapu cantang, maka
yang efektif dan akurat dalam deteksi virus yang dilakukan pengamatan gejala infeksi VNN
sering digunakan adalah Real-time PCR terlebih dahulu.
(Polymerase Chain Reaction). Tetapi dalam
prosesnya, metode Real-time membutuhkan Nekropsi Sampel Uji
biaya yang sangat mahal melihat dari bahan dan Nekropsi merupakan pengambilan organ
alat alat yang digunakan. Deteksi patogen dari sampel yang akan digunakan untuk proses
menggunakan real-time PCR dapat uji selanjutnya. Organ yang diambil adalah
mengeluarkan biayasebesar Rp.400.000/sampel. bagian mata, otak, limpa dan hati karna VNN
Hal ini yang membuat pembudidaya enggan menyerang sistem saraf, hati dan juga dapat
untuk melakukan deteksi penyakit pada ikan mengenai limpa. Nekropsi dilakukan langsung
yang dibudidayakan dan memilih untuk ditempat pengambilan sampel untuk menjaga
membiarkan ikan mati tanpa diketahui organ tidak mengalami kerusakan.
penyebabnya. Terdapat metode alternatif yang
lebih murah dari Real-time PCR dan juga akurat Fiksasi Sampel
yaitu metode histopatologi, dimana deteksi Fiksasi merupakan proses penambahan
penyakit dengan histopatologi mengeluarkan Neutral Buffer Formalin (NBF) 10% yang
biaya hanya Rp.150.000/sampel. Histopatologi bertujuan untuk memberhentikan aktifitas sel
merupakan prosedur pembuatan irisan jaringan agar tidak membelah dan mencegah sel/jaringan
untuk penentuan keberadaan (lokasi) antigen mengalami pembusukkan.
(protein target) dalam jaringan menggunakan
reaksi antigen-antibodi yang diawali dengan Dehidrasi, Clearing dan Impregnasi
prosedur histotenik (Damayanti, 2009 dalam Tahapan dehidrasi, clearing dan impregnasi
Nurani et al., 2014). Pada metode histopatologi, dilakukan dengan proses pengenceran alkohol
pengamat atau peneliti penyakit dapat melihat menggunakan empat konsentrasi alkohol yaitu
virulensi virus dimana pada metode lain seperti alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 96% dan
Real-time PCR tidak dapat melihat hal tersebut. alkohol absolute (100%). Alkohol bertingkat
Virulensi merupakan tingkat keganasan virus yang digunakan pada proses ini bertujuan untuk
untuk menyebabkan penyakit (Yuwanita et al., mengeluarkan air secara bertahap pada organ uji.
2017). Oleh karena itu, metode diagnosis yang Adapun tahapan dari proses dehidrasi, clearing
lain untuk peneguhan diagnosis virus seperti dan impregnasi tersaji pada
histopatologi perlu dilakukan agar tingkat
kesehatan ikan dapat diketahui. Tabel 1. Estimasi waktu proses dehidrasi,
clearing dan impregnasi
Bahan dan Metode Proses Waktu
NBF 10% 1 Jam
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari NBF 10% 1 Jam
tanggal 6 Agustus s/d 4 September 2020. Dehidrasi
Pengambilan sampel dilakukan di Dusun Alkohol 70% 1,5 Jam
Penyambuan, Desa Jenggala, Kecamatan Alkohol 80% 1,5 Jam
141
Rahmawanti, A. et al. (2021). Jurnal BiologiTropis, 21 (1): 140 – 148
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v21i1.2439

Alkohol 96% 1,5 Jam Parameter Uji


Alkohol 100% 1 Jam
Alkohol 100% 1 Jam Pengamatan Kualitas Air
Alkohol 100% 1 Jam Kualitas air digunakan sebagai
Clearing parameter uji pada penelitian ini. Kualitas air
Xylene 1,5 Jam yang diamati adalah Kecerahan, kedalaman,
Xylene 1,5 Jam suhu, salinitas, DO dan pH.
Impregnasi Pengamatan Gejala Klinis
Parafin 2 Jam Paramater uji yang digunakan untuk
Parafin 2 Jam mendeteksi infeksi VNN adalah melihat gejala
klinis dari sampel ikan. Gejala klinis tersebut
Embeding dapat dilihat dari gerakan renang, warna tubuh
Embeding merupakan proses pengecoran dan nafsu makan. Jika ikan menampakkan ciri
sampel dengan parafin menggunakan ciri terinfeksi VNN, maka ikan tersebut langsung
mold/cetakan. Fungsi dari proses embeding diangkat menggunakan jaring serokan.
adalah mencetak sampel di dalam parafin untuk
memudahkan proses pemotongan. Nekrosis
Parameter uji selanjutnya yaitu nekrosis.
Pemotongan Nekrosis akan terjadi ketika ikan diduga positif
Pemotongan merupakan proses yang terinfeksi VNN dan akan terlihat pada organ otak
dilakukan sebelum pewarnaan sampel. Ukuran dan mata. Nekrosis dapat terlihat di bawah
potongan sampel yang sudah melalui proses mikroskop ketika proses histopatologi selesai.
embeding adalah 4 µm dengan menggunakan alat Jika nekrosis terjadi hampir di seluruh organ
mikrotom. Hasil potongan sampel kemudian maka dikategorikan sebagai infeksi akut,
dimasukkan ke dalam floating bath yang berisi sedangkan jika terjadi di beberapa tempat maka
air dengan suhu 49oC yang bertujuan untuk infeksi dikategorikan sebagai infeksi kronis.
merenggangkan hasil potongan dan
meletakannya pada kaca preparat Tahapan Hasil dan Pembahasan
selanjutnya yaitu kaca preparat dimasukkan ke
dalam inkubator agar sampel pada preparat Kualitas Air
mengering. Penyimpanan pada inkubator Adapun hasil pengamatan parameter
dilakukan selama ±2-3 jam. kualitas air tersaji pada Tabel 2.
Pewarnaan (Staining) Tabel 2. Hasil Pengamatan Parameter Kualitas
Staining merupakan proses pewarnaan Air
jaringan. Staining bertujuan untuk memudahkan Parameter
pengamatan menggunakan mikroskop dan Fisika Nilai Standar Baku
membedakan bagian-bagian jaringan yang akan
diamati seperti inti sel, sitoplasma, dan lain-lain Kedalaman 8,5 m 6,28 m (Valentino
(Ellyawati, 2018). Proses pewarnaan sampel et al., 2018)
menggunakan pewarna hematoxilin dan eosin. Kecerahan 5,5 m ≥5 m (Valentino et
Pewarna eosin pada tahapan pewarnaan al., 2018)
digunakan untuk mewarnai sel darah atau Suhu 33oC 27oC-30,9oC
sitoplasma pada sampel. (Valentino et al.,
2018)
Penempelan (Mounting) Salinitas 32 ppt 30-33 ppt
Penempelan (Mounting) merupakan (Valentino et al.,
proses penempelan coverglass pada kaca 2018)
preparat dengan menggunakan cairan perekat Kimia Nilai Standar Baku
yang disebut dengan entellan (Gambar 25a). DO 8,35 ≥5 mg/l (Valentino
Penggunaan coverglass bertujuan untuk mg/l et al., 2018)
melindungi kaca preparat sampel dari lensa pH 7 6,0-8,2 (Valentino
mikroskop pada saat pengamatan. et al., 2018)
142
Rahmawanti, A. et al. (2021). Jurnal BiologiTropis, 21 (1): 140 – 148
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v21i1.2439

Gejala Klinis Berdasarkan hasil pengamatan mikroskop


Adapaun hasil pengamatan gejala klinis perbesaran 400x pada bagian otak ikan kerapu
tersaji pada Tabel 3. cantang , terlihat pada sampel jaringan otak ikan
Tabel 3. Hasil Pengamatan Gejala Klinis ke dua (Gambar 2b) bahwa adanya nekrosi
berupa vakuola di bagian sel/jaringan otak,
No. Sampel Gejala Klinis dimana pada sampel jaringan otak ikan pertama
1. S1 Berenang berputar, (Gambar 2a) dan ikan ke tiga (Gambar 2c) tidak
memiliki gerakan sedikit terlihat adanya vakuola (ruang kosong),
tidak terkoordinasi dan sel/jaringan yang terlihat sangat rapat.
warna tubuh cerah (tidak
pucat) Organ Hati
2. S2 Gerakan renang tidak Pengamatan dilakukan pula pada
beraturan (abnormal), jaringan hati untuk melihat ada atau tidaknya
berenang menabrak ikan kerusakan pada sel. Adapun hasil pengamatan
lain, warna tubuh pucat dan dari organ hati dapat dilihat pada Gambar 3.
nafsu makan menurun.
3. S3 Berenang berputar, warna
tubuh cerah dan memiliki
gerakan sedikit tidak
beraturan.
(a) (b) (c)
Organ Mata
Pengamatan sampel dilakukan dengan Berdasarkan hasil pengamatan pada organ
menggunakan mikroskop dengan perbesaran hati ikan kerapu cantang dibawah mikroskop
400x. Hasil pengamatan organ mata pada tidak terlihat adanya kerusakan baik pada sampel
penelitian dapat terlihat pada Gambar 1. ikan 1 (Gambar 3a), sampel ikan 2 (Gambar 3b)
dan sampel ikan 3 (Gambar 3c).

Organ Limpa
nekrosis Pengamatan dilakukan pada organ limpa
(a) (b) (c) untuk melihat ada atau tidaknya kerusakan pada
organ tersebut. Adapun hasil pengamatan dari
Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat organ limpa dapat dilihat pada Gambar 4.
bahwa pada Gambar 1b yaitu organ mata sampel
ikan ke dua mengalami nekrosis berupa adanya
vakuola yang merupakan ruang kosong di dalam
sel/jaringan. Sedangkan pada Gambar 1a dan
Gambar 1c tidak terlihat adanya vakuola (ruang
kosong) atau kerusakan pasa sel.
(a) (b) (c)
Organ Otak Berdasarkan hasil pengamatan sampel
VNN menginfeksi organ otak ikan limpa ikan kerapu cantang (gambar 4) tidak
kerapu cantang karena otak merupakan sistem ditemukan adanya nekrosis atau kerusakan pada
saraf pusat. Adapun hasil pengamatan preparat jaringan limpa ikan kerapu cantang baik pada
histopatologi organ otak tersaji pada Gambar 2. sampel 1 (Gambar 4a), sampel ikan 2 (Gambar
4b) dan sampel ikan 3 (Gambar 4c).

Kualitas Air
Kualitas Air merupakan salah satu faktor
Nekrosis penting dalam kegiatan budidaya. Pengamatan
kualitas air media budidaya ikan kerapu cantang
(a) (b) (c) pada KJA di Dusun Penyambuan terdapat dua
143
Rahmawanti, A. et al. (2021). Jurnal BiologiTropis, 21 (1): 140 – 148
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v21i1.2439

parameter yang diamati yaitu parameter fisika Parameter selanjutnya yaitu pH yang
dan parameter kimia. Parameter fisika pertama merupakan derajat keasaman suatu perairan.
yang diamati adalah kedalaman dan kecerahan. Nilai pH yang didapatkan pada pengamatan
Nilai kedalaman yang diperoleh pada media budidaya adalah 7 dimana nilai ini
pengamatan media budidaya adalah 8,5 meter. merupakan nilai yang baik untuk budidaya ikan
Sedangkan nilai kecerahan yang didapatkan kerapu di KJA. Menurut Gufran (2010) dalam
adalah 5,5 meter. Menurut Radiarta (2007) Valentino et al. (2018) nilai pH normal untuk
dalam Valentino et al. (2018) nilai kedalaman budidaya di laut adalah 6,0-8,2.
yang optimal untuk budidaya ikan kerapu yaitu Penyakit pada ikan dapat disebabkan
6-28 m, sedangkan menurut Hargreves et al. oleh tiga faktor yaitu lingkungan, inang (ikan)
(2002) dalam Valentino et al. (2018) kecerahan dan patogen (Gambar 30). Jika lingkungan dalam
yang baik untuk pembesaran ikan kerapu adalah keadaan baik namun ikan memiliki sistem imun
≥5m. Maka nilai kedalaman dan kecerahan pada yang buruk, maka ikan akan mudah terkena
KJA media budidaya ikan kerapu cantang sesuai penyakit (patogen). Lingkungan budidaya KJA
untuk budidaya. pada kelompok budidaya dusun penyambuan
Parameter fisika selanjutnya yang dikategorikan dalam kadar normal untuk
diamati adalah suhu. Suhu yang diperoleh pada budidaya, tetapi ini dapat disebabkan karena
pengamatan adalah 33oC dimana suhu ini kurang sistem imun ikan yang kurang baik. Hal ini
sesuai untuk media kehidupan ikan kerapu terjadi karena ikan kerapu cantang yang
cantang. Menurut Nontji (2007) dalam Valentino dibudidayakan kurang diberikan asupan pakan
et al. (2018) suhu yang baik untuk perkembangan oleh pembudidaya dikarenakan dana yang minim
budidaya ikan kerapu adalah 27oC -30,9 oC. Suhu dan tidak adanya bantuan pakan dari pemerintah,
air dipengaruhi oleh radiasi cahaya matahari, padahal pakan merupakan hal penting untuk
udara, cuaca dan lokasi (Valentino et al., 2018). memperkuat sistem imun dari ikan. Jadi dapat
Jika suhu tinggi maka kandungan DO akan dikatakan bahwa ikan kerapu cantang yang
menurun karena semakin tinggi suhu, kelarutan terdeteksi virus VNN disebabkan karena kondisi
oksigen akan semakin berkurang karena imun ikan yang kurang baik.
tingginya kegiatan metabolisme tubuh yang
mengharuskan ikan untuk menggunakan oksigen
lebih banyak (Efendi, 2003). Keadaan ini dapat
menyebabkan ikan menjadi stres dan mudah
terkena penyakit.
Parameter selanjutnya yaitu salinitas.
Salinitas yang didapatkan pada pengamatan
media budidaya ikan kerau cantang di KJA
adalah 32 ppt. Nilai ini merupakan tingkat
salinitas yang sesuai untuk media budidaya. Gambar 5. Penyebab Penyakit
Menurut Evalawati et al. (2001) dalam Valentino
et al. (2018) salinitas yang ideal untuk Gejala Klinis
pembesaran ikan kerapu berkisar antara 30-33 Ikan yang terinfeksi VNN biasanya
ppt. menunjukkan gejala yang tidak normal
Parameter kimia pertama yang diamati (abnormal). Gejala klinis umum ikan terserang
adalah DO dimana DO merupakan kandungan VNN pada beberapa jenis ikan, antara lain, yaitu
oksigen terlarut pada perairan. Nilai DO yang berenang tak menentu, ikan mengapung dengan
didapatkan pada pengamatan media budidaya perut di atas (yang disebabkan oleh
adalah 8,35 mg/l, dimana nilai tersebut pembengkakan gelembung renang), warna tubuh
merupakan nilai yang sesuai untuk media terlihat lebih gelap dan selera makan berkurang.
budidaya ikan kerapu. Menurut Evalawati et al. Gejala ini terlihat pada sampel ikan ke dua
(2001) dalam Valentino et al. (2018) ikan kerapu (Gambar 11b) dimana gerakan renangnya tidak
dapat hidup layak dalam keramba jaring apung beraturan dan cenderung berenang menabrak
dengan konsentrasi DO >5 mg/l. ikan lainnya. Hal ini dapat disebabkan karena
retina mata ikan mengalami kerusakan sehingga
144
Rahmawanti, A. et al. (2021). Jurnal BiologiTropis, 21 (1): 140 – 148
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v21i1.2439

ikan tidak dapat melihat lingkungan sekitar. retina (mata) sehingga ikan yang terinfeksi
Menurut Kordi (2009) dalam Manumpil et al. terganggu keseimbangannyan (Andriyani, 2012).
(2015) Ikan yang terkena infeksi VNN biasanya Dalam jaringan mata kerapu cantang
memperlihatkan keadaan gangguan saraf yang (Epinephelus fuscoguttatus) yang diduga
berhubungan dengan vakuolisasi (kerusakan) terinfeksi VNN (Gambar 26b), kerusakan hanya
kuat sistem saraf pusat dan retina. Selain itu terjadi di beberapa bagian, sehingga kerusakan
menurut penuturan pembudidaya, sampel ikan yang terjadi termasuk dalam kerusakan yang
kedua jarang merespon pakan yang diberikan. kronis. Menurut Putri et al. (2013) apabila
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sembiring kerusakan terjadi hampir pada seluruh jaringan
et al. (2018) bahwa gejala umum VNN antara mata, maka kerusakan yang terjadi termasuk
lain nafsu makan menurun yang meyenbabkan dalam kerusakan yang parah/akut sehingga
ikan sangat lemah, warna tubuh pucat, gerakan mengakibatkan pelemahan pada syaraf mata
tidak terkoordinasi seperti berenang tidak ikan, selanjutnya mengakibatkan ikan menjadi
terarah, berputar putar, hiperaktif, serta sering buta dan berenang abnormal (menabrak dinding
menghentakan kepala kepermukaan air secara kolam).
sporadik. Jadi jika dilihat dari kerusakan yang
Berbeda dengan sampel ikan kedua, terjadi pada organ mata dan sebarannya maka
sampel ikan kerapu cantang pertama (Gambar dapat disimpulkan bahwa sampel ikan kerapu
11a) dan sampel ikan ke tiga (Gambar 11c) cantang 2 (Gambar 26b) diduga positif VNN
cenderung memiliki gerakan lebih normal, dengan tingkat infeksi kronis.
walaupun beberapa kali ikan tersebut
menampakan gerakan berenang berputar putar. Histopatologi Organ Otak
Hal ini dapat disebebkan karena ikan mengalami Hasil yang diperoleh dari pengamatan
stres dan dapat pula dipengaruhi faktor histopatologi organ mata ikan kerapu cantang
lingkungan pada media budidaya. Menurut Putri (Epinephelus fuscoguttatus) menunjukkan
et al. (2013) perubahan keadaan lingkungan yaitu bahwa infeksi VNN menyebabkan sel sel
kualitas air dapat mempengaruhi keseimbangan mengalami perubahan bentuk dan ukuran sel. Sel
regulasi sistem saraf dan hormonal badan ikan yang mengalami kerusakan (Nekrosis)
yang dapat mengalibatkan gangguan terhadap menyebabkan sel di dalam otak hancur sehingga
sistem imun. tertinggal sebagai ruang kosong yang disebut
dengan vakuolisasi yang dapat terlihat pada
Histopatologi Organ Mata Gambar 27b, dimana vakuolisasi tidak terlihat
Hasil yang diperoleh dari pengamatan pada organ mata sampel ikan 1 (Gambar 27a) dan
histopatologi organ mata ikan kerapu cantang sampel ikan 3 (Gambar 27c). Hal ini diakibatkan
(Epinephelus fuscoguttatus) menunjukkan oleh infeksi VNN melalui aliran darah dan
adanya jenis nekrosis atau kerusakan yang menuju otak sehingga menimbulkan kerusakan
disebabkan oleh virus VNN. Sel mata sampel pada jaringan (Putri et al., 2013).
ikan 2 pada (Gambar 26b) mengalami Kerusakan sel dalam jaringan otak ikan
vakuolisasi yaitu adanya ruang kosong pada sel. kerapu cantang pada sampel ikan 2 (Gambar 27b)
Menurut Soegianto et al. (2004) dalam terjadi di beberapa bagian otak sehingga dapat
Musallamah et al. (2015) Vakuolisasi ditandai dikatakan bahwa kerusakan jaringan dalam otak
dengan sel sel epitel tubulus yang terlihat ikan kerapu cantang (Epinephelus fuscoguttatus)
dibawah mikroskop kehilangan isi selnya atau adalah kronis. Menurut Utama et al. (2019)
kosong dan vakuolisasi merupakan ciri khas dari tingkat kronis merupakan tingkatan penyakit
serangan virus VNN. Sedangkan pada organ yang mengakibatkan kerusakan saraf dan organ,
mata sampel ikan 1 (Gambar 26a) dan sampel berlangsung dalam kurun waktu yang lama
ikan 3 (Gambar 26c) tidak terlihat adanya (selama bertahun tahun) sehingga tingkat infeksi
vakuolisasi. Ikan yang terinfeksi virus VNN kronis biasanya terjadi pada ikan yang sudah
(Viral Nervous Necrosis) memperlihatkan berumur dewasa atau yang siap panen.
gangguan saraf berupa nekrosis sel dan Serangan VNN lebih ganas pada ikan
vakuolisasi pada jaringan saraf pusat (otak) dan yang masih muda terutama pada fase larva dan
benih dimana pada saat fase tersebut ikan kerapu
145
Rahmawanti, A. et al. (2021). Jurnal BiologiTropis, 21 (1): 140 – 148
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v21i1.2439

sangat sensitif karena kekebalan tubuhnya masih (nekrosis), maka dapat disimpulkan bahwa tidak
lemah, sehingga keadaan ini mengakibatkan terdeteksi serangan VNN pada organ limpa.
serangan VNN jauh lebih akut (Bimami, 2009
dalam Putri et al., 2013). Kesimpulan
Jadi jika dilihat dari kerusakan yang
terjadi pada organ otak dan sebarannya maka Hasil pengamatan menggunakan metode
dapat disimpulkan bahwa sampel ikan kerapu histopatologi dan pada penelitian ini ditemukan
cantang 2 (Gambar 26b) diduga positif VNN pada sampel ikan kerapu cantang (Epinephelus
dengan tingkat infeksi kronis. fuscoguttatus) ke dua (S2) dari kelompok
budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) di
Histopatologi Organ Hati Dusun Penyambuan Kecamatan Tanjung,
Hasil yang diperoleh dari pengamatan Kabupaten Lombok Utara dan diduga positif
histopatologi organ hati ikan kerapu cantang terinfeksi virus VNN (Viral Nervous Necrosis)
(Epinephelus fuscoguttatus) menunjukkan dengan ciri utama pada nekrosis yang berupa
bahwa tidak adanya kerusakan (nekrosis) pada vakuola pada organ mata dan otak dalam tingkat
ketiga sampel tersebut dan organ terlihat rapat. infeksi kronis.
Pengamatan jaringan hati biasanya dilakukan
untuk mengetahui ada atau tidaknya infeksi Ucapan Terima Kasih
iridovirus, karena gejala klinis dari virus VNN
dan Iridovirus hampir sama tetapi menyerang Ucapan terimakasih kepada Program
organ yang berbeda, dimana menurut Mahardika Studi Buiddaya Perairan dan Balai Perikanan
et al. (2003) infeksi iridovirus biasanya Budidaya Laut (BPBL) Lombok yang sudah
menyerang organ hati, limpa dan ginjal. Adapun membantu dalam proses penelitian.
gejala klinis dari infeksi Iridovirus antara lain
warna tubuh ikan gelap, insang pucat, nafsu Referensi
makan turun, serta pergerakan renang yang
lemah dan tidak terkoordinasi (Sembiring et al., Adi, A.A.M. (2013). Teknik Imunostaining.
2018). Panduan Praktikum Histopatologi
Jadi jika dilihat dari tanda tanda Fakultas Kedokteran Hewan Univeristas
pengamatan mikroskop organ hati ikan kerapu Udayana.
cantang yang tidak diemukan kerusakan
(nekrosis), maka dapat disimpulkan bahwa tidak Afrianto, E., E. Liviawaty, & Z. Jamaris (2015).
terdeteksi serangan VNN pada organ hati. Penyakit Ikan. Penebar Swadaya.
Jakarta.Tebal buku: 100 halaman.
Histopatologi Organ Limpa
Hasil yang diperoleh dari pengamatan Andriyani, W.M. (2012). Uji Kemampuan
organ limpa dari ikan kerapu cantang Kandidat Vaksin DNA Viral Nervous
menunjukkan tidak adanya kerusakan (nekrosis) Necrosis dalam Menginduksi Antibodi
pada ketiga sampel sama seperti organ hati dan pada Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes
sampel yang diamati terlihat sangat rapat. Sama altivelis). Skripsi. Pascasarjana
halnya dengan organ hati, limpa digunakan untuk Mikrobiologi Medik: Institut Pertanian
deteksi infeksi iridovirus. Infeksi iridovirus ini Bogor. 52 hlm.
secara anatomi ditandai dengan pembengkakan
pada organ limpa (spleenomegally) dan secara Bestari, B.K., & K.W. Dewi (2016). Penyakit
histopatologi ditandai adanya sel-sel yang Kronis Lebih Dari Satu Menimbulkan
membesar (heteromorphic ballon cells) Peningkatan Perasaan Cemas pada Lansia
(Danayadol et a1., 1997 dalam Mahardika et al., Di Keccamatan Cibinong. Jurnal
2003). Keperawatan Indonesia, 19 (1): 49-54.
Jadi jika dilihat dari tanda tanda http://www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/artic
pengamatan mikroskop organ limpa ikan kerapu le/view/433
cantang yang tidak diemukan kerusakan

146
Rahmawanti, A. et al. (2021). Jurnal BiologiTropis, 21 (1): 140 – 148
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v21i1.2439

Ellyawati (2018). Penentuan Waktu Yang Tepat


Pada Proses Staining Dalam Pembuatan Mahardika, K., K. Isti., P. Agus, & Y. Kei.
Preparat Histologis Hati. Jurnal (2003). Infeksi Iridovirus Pada Induk
Perikanan Indonesia. 1 (1): 28-30. Kerapu Lumpur (Ephinephelus coiodes).
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 9
Gupta, E., P. Bhalla, N. Khurana & T.Singh. (1): 49-54. http://ejournal-
2009. Histopathology for the diagnosisof balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi/article/
infectious diseases. Indian Journal of view/4531/3930
Medical Microbiology. 2 (7): 100-106.
Mahardika, K., Zafran, & R. Melianawati (2005).
Isdaddiyanto S. (2015). Efek Chitosan pada Monitoring Kejadian Infeksi Viral
Histopatologi Aorta Tikus Putih yang Nervous Necrosis (VNN) pada Larva dan
Diberi Pakan Lemak Tinggi. Jurnal Yuwana Ikan Kerapu dan Kakap Merah
Buletin Anatomi dan Fisiologi. 13 (1): 57- Pada Pemeliharaan dengan Sistem
68. http://eprints.undip.ac.id/45894/ Tertutup. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia. 11 (7): 25-32.
Iswara, A., & W. Tri. (2017). Pengaruh Variasi
Waktu Clearing Terhadap Kualitas Manan, A., & Pratiwi, H. C. (2015). Teknik
Sediaan Awetan Permanen Dasar Histologi pada Ikan Gurami
Ctenocephalides felis. Jurnal Labora (Osphronemus gouramy) [The Basic
Medika. 1 (1): 12-15. Histology Technique of Gouramy Fish
https://core.ac.uk/download/pdf/2340379 (Osphronemus gourami)]. Jurnal Ilmiah
15.pdf Perikanan dan Kelautan, 7(2), 153-158.
https://e-
Julianti (2017). Teknik Histopatologi dalam journal.unair.ac.id/JIPK/article/viewFile/1
deteksi Virus Iridovirus pada Ikan Kerapu 1199/6290
Macan (Ephinephelus fusgottatus). Jurnal
Perikanan Indonesia. 2 (1): 45-48. Mariskha, R.P., & A. Nurlita (2012). Aspek
Reproduksi Ikan Kerapu Macan
Kementrian Kelautan & Perikanan (2018). (Epinephelus sexfasciatus) di Perairan
Potensi Usaha dan Peluang Investasi Glondonggede Tuban. Jurnal Sains dan
Kelautan dan Perikanan. 87 hlm. Seni ITS. 1. (27): 142-147.
http://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_sen
Lestari, A.T., & P.E. Sudaryatma (2014). Studi i/article/view/774
Imunohistokimia Darah dan Suspensi
Organ Kerapu Macan (Epinephelus Muntiha, M. (2001). Teknik Pembuatan Preparat
fuscoguttatus) yang Diinfeksi Virus Isolat Histopatologi dari Jaringan Hewan dengan
Lapang Penyebab Viral Nervous Necrosis. Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin
Jurnal Sain Veteriner. 32 (1): 85-92. (H&E). Temu teknis Fungsional Non
Peneliti. Halaman: 156-163.
Lestari, A., & P. Eka (2014). Studi
Imunositokimia Darah dan Suspensi Nurani, F.R., H. Suprapto, & Suwarno (2014).
Organ Kerapu Macan (Epinephelus Identifikasi Koi Herpes Virus (KHV) Pada
fuscoguttatus) yang Diinfeksi Virus Isolat Dosis yang Berbeda dengan Metode
Lapang Penyebab Viral Nervous Necrosis. Imunohistokimia Streptavidin Biotin Pada
Jurnal Sains Veterner. 32 (1): 85-92. Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 6 (2):
Mahardika, K., I. Koesharyani, A. Prijono., & K. 109-115.
Yuasa (2003). Infeksi Iridovirus Pada
Induk Kerapu Lumpur (Epinephelus Pratiwi, H.C., & M. Abdul (2015). Teknik Dasar
Coioidesl). Jurnal Penelitian Perikanan Histologi Pada Ikan Gurami (Osphronemus
Indonesia. 9 (1): 49-54.
147
Rahmawanti, A. et al. (2021). Jurnal BiologiTropis, 21 (1): 140 – 148
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v21i1.2439

Gouramy). Jurnal Ilmiah Perikanan dan BLOCH 1793). Jurnal Perikanan


Kelautan. 7 (2): 153-157. Indonesia. 8 (2): 160-167.

Putri, R.R., Y. Uun., & A.S. Maizar (2013). Widyanto, Y. (2014). Pengaruh Penambahan
Perubahan Struktur Jaringan Mata dan Jintan Hitam (Nigella sativa) pada Pakan
Otak Pada Larva Ikan Kerapu Tikus Terhadap Gambaran Darah dan Kelulusan
(Cromileptes altivelis) yang Terinfeksi Hidup Ikan Kerapu Cantang
Viral Nervous Necrosis (VNN) dengan (Ephinephelus sp.) Skripsi. UMM.
Pemeriksaan Scanning Electron Malang. 56 hlm.
Microscope (SEM). MSPi Student
Journal. 1 (1):1-10. Yuwanita, R.., R.B. Nanik, & F.E.P Handian
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/1-3-1- (2018). Pengaruh Dunaliella Salina
PB.pdf Terhadap Polimorfonuklear Leukosit Ikan
Kerapu Cantang (Epinephelus
Putri, R.R., U. Yanuhar, & A.M. Suryanto fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus)
(2013). Perubahan Struktur Jaringan Mata Yang Diinfeksi Viral Nervous Necrosis
dan Otak pada Larva Ikan Kerapu Tikus (VNN).
(Cromileptes altivelis) yang Terinfeksi
Viral Nervous Necrosis (VNN) dengan
Pemeriksaan Scanning Elektron
Microscope (SEM). MSPiSTUDENT
Journal. 1 (1): 35-42.
http://mspi.studentjournal.ub.ac.id/index.
php/mspi/article/view/1

Sari, S. & D.A. Wardiyanto (2014). Profil


Histopatologi Kerapu Tikus (Cromileptes
Altivelis) Yang Distimulasi Jintan Hitam
(Nigella Sativa) dan Diinfeksi Viral
Nervous Necrosis (VNN). Jurnal Ilmu
Perikanan dan Sumberdaya Perairan. 4
(2): 208-212.

Sembiring, S.B.M., S.W. Gigih, M. Ketut, W.


Zeny, & Haryanti (2018). Prevalensi
Infeksi Viral Nervous Necrosis (VNN) dan
Iridovirus pada Hetcheri dan Budidaya
Ikan Laut. Media Akuakultur. 13 (2): 83-
90.

Sembiring, S. B. M., S.W Gigih, Ketut M. Zony


W, & Haryanti. 2018. Prevalensi Infeksi
Viral Nervous Necrosis (VNN) pada
Hatcheri dan Budidaya Ikan Laut. Jurnal
Media Akuakultur. 13 (2): 83-90.
http://ejournal-
balitbang.kkp.go.id/index.php/ma/article/
view/6933

Wahyuni, S., Windarti, & R.M. Putra (2015).


Studi Komparatif Jaringan Insang dan
Ginjal Ikan Gabus (Channa striata,
148

You might also like