Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

VOL. 2, NO.

1, JANUARI-MARET 2021

Journal of Muslim Community Health (JMCH)


ISSN 2774-4590
Published by Postgraduate Program in Public Health, Universitas Muslim Indonesia
Original Research Open Access

Potensi Penerapan Interprofessional Collaboration Practice (IPC) Di


Rumah Sakit Universitas Hasanuddin

*Brajakson Siokal
Bagian Keperawatan FKM Universitas Muslim Indonesia

*Email: brajaksonsiokal1@gmail.com

Abstrack

Interprofessional collaboration practice is the interaction or relationship of two or more


health professionals who work interdependently to provide care for patients, share
information to make joint decisions, and find out the optimal time to collaborate in
patient care. This study aims to determine the potential of health professionals in carrying
out interprofessional collaboration practice at Hasanuddin University hospital. This
research is a qualitative study with a phenomonological design. There were 7 (seven)
participants in the study who were obtained through the use of purposive sampling
technique. Data were analyzed using thematic analysis to determine the resulting themes.
The results showed that through thematic analysis produced 4 (four) themes, including:
basics of collaboration competence, success criteria for interprofessional collaboration
practice, obstacles to implementing interprofessional collaboration practice, and
expectations of health professionals on interprofessional collaboration practice.

Keywords: Health professionals, interprofessional collaboration practice

1
ABSTRAK

Interprofessional collaboration practice adalah interaksi atau hubungan dari dua atau
lebih profesional kesehatan yang bekerja saling bergantung untuk memberikan perawatan
untuk pasien, berbagi informasi untuk mengambil keputusan bersama, dan mengetahui
waktu yang optimal untuk melakukan kerjasama dalam perawatan pasien. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui potensi profesional kesehatan dalaam menjalan
interprofessional collaboration practice di rumah sakit Universitas Hasanuddin. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomonologi. Partisipan dalam penelitian
sebanyak 7 (tujuh) partisipan yang diperoleh melalui penggunaan teknik purposive sampling. Data
dianalisis secara analisis tematik untuk mengetahui tema yang dihasilkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa melalui analisis tematik dihasilkan 4 (empat) tema antara lain: dasar-dasar
kompetensi kolaborasi, kriteria keberhasilan interprofessional collaboration practice, hambatan
penerapan interprofessional collaboration practice, dan harapan profesional kesehatan terhadap
interprofessiona collaboration practice.

Kata kunci: Profesional kesehatan, interprofessional collaboration practice

PENDAHULUAN rehabilitatif, dan jenis pelayanan


Dewasa ini telah dikembangkan kesehatan yang lainnya (6).
suatu proses atau metode pembelajaran Penelitian yang dilakukan di
yang bersifat kolaborasi. Metode itu Jepang pada musibah pasca gempa dan
disebut interprofessional collaboration tsunami terhadap implemntasi IPCP
practice (IPCP). Sebelum menjalankan dalam melakukan pembelajaran
IPCP sebelumnya harus telah antarprofesi kesehatan cukup efektif
diperkenalkan atau dibekali dengan dengan sistem IPCP. Keberhasilan
metode Interprofessional Education tersebut 78 % dapat meningkatkan
(IPE). IPE mengarah pada suatu proses kolaborasi dan meningkatkan
dimana sekelompok mahasiswa atau komunikasi antarprofesi kesehatan (3). Di
profesi kesehatan yang memiliki Australia sudah sejak lama
perbedaan latar belakang profesi dikembangkan IPE bahkan saat ini telah
berusaha berkolaborasi untuk diintegrasikan pada kurikulum
kesembuhan pasien. Sebelum melakukan pendidikan kesehatan karena 87 % dapat
interprofessional collaboration practice meningkatkan kemampuan kolaborasi,
para mahasiswa tersebut melakukan meningkatkan minat mahasiswa
(7)
pembelajaran bersama dalam IPE pada kesehatan .
periode tertentu dan berinteraksi serta Negara-negara di Asia pada
berkomunikasi dengan baik sebagai umumnya masih ada ketimpangan dalam
tujuan yang utama. Dalam IPE pelayanan kesehatan. Ketimpangan yang
mahasiswa juga berkolaborasi dalam dimaksud adalah dominasi dari salah
upaya promotif, preventif, kuratif, satu profesi kesehatan khususnya profesi
dokter. Hal ini sangat jelas terjadi

2
khususnya di negara Indonesia. Profesi untuk kebutuhan mereka, mahasiswa
dokter masih sangat mendominasi dalam dapat berbagi pengalaman dan
pelayanan kesehatan padahal dalam berkontribusi untuk kemajuan dan saling
pemberian pelayanan kesehatan pasien pengertian dalam belajar antarprofesi
adalah sebagai sentral dalam pemberian dalam menanggapi pertanyaan, di
pelayanan kesehatan (3). Ada profesi konferensi dan melalui literatur
(5)
dokter, perawat, apoteker, gizi dan lain- profesional dan antarprofesi .
lain, semua profesi harus Dengan adanya universitas yang
mengedepankan kolaborasi dengan menyelenggarakan beberapa program
mengesampingkan egoisme dan pendidikan profesi kesehatan akan sering
dominasi dalam pengambilan keputusan terjadi interaksi dan berkolaborasi antar
kesehatan pasien. Tanpa perawat maka profesi kesehatan. Inilah yang menjadi
tidak akan terjadi kesembuhan dan salah satu kelebihan untuk
perawatan yang baik kepada pasien, pengembangan konsep IPE di Indonesia.
begitu dengan profesi dokter, apoteker Sudah seharusnya trand dan isu
dan lain-lain. Dalam suatu survei mengenai IPE dikembangkan dan
didapatkan data bahwa di Indonesia ditindak lanjuti dengan serius.
untuk penerapan kolaborasi pada Pengaplikasian IPE dapat berupa kuliah
antarprofesi masih sangat minim yaitu pakar dari beberapa latar belakang
87 % belum menerapkan kolaborasi pendidikan seperti dokter, perawat dan
antaraprofesi dengan baik. Profesi dokter ahli gizi, serta diskusi dalam pemecahan
masih mendominasi keputusan 96 % kasus dengan pendekatan dari beberapa
pada pelayanan kepada pasien (10). aspek kesehatan. pendekatan dua metode
Melalui IPCP diharapkan ini dalam simulasi program IPE dapat
berbagai profesi kesehatan dapat meningkatkan sikap mahasiswa tentang
menumbuhkan kemampuan kolaborasi kolaborasi menyelesaikannya (1). Akan
antarprofesi, dapat merancang hasil tetapi ada bebrapa kendala dalam
dalam pembelajaran yang memberikan menerapakan IPE di Indonesia. Masih
kemampuan berkolaborasi, banyak praktisi kesehatan yang tidak
meningkatkan praktik pada masing- mengutamakan keselamatan pasien
masing profesi. Diharapakan dengan karena beberapa faktor salah satunya
IPCP setiap profesi berperan aktif untuk adalah lemahnya pengetahuan dan
meningkatkan praktik agar dapat saling komunikasi diantara praktisi kesehatan
(4)
melengkapi, membentuk suatu aksi . Mahasiswa juga telah melakukan
secara bersama. Tujuannya untuk kolaborasi pada tingkat akademik atau di
meningkatkan pelayanan dan memicu tingkat sarjana, pada semseter-semester
perubahan; menerapkan analisis kritis akhir, yaitu melalui KKN Profesi atau
untuk berlatih kolaboratif, meningkatkan reguler. Semua mahasiswa KKN yang
hasil untuk individu, keluarga dan tergabung merupakan gabungan dari
masyarakat, menanggapi sepenuhnya

3
berbagai latar belakang keilmuan yang Analisis dan Penyajian data
berbeda-beda (2). Analisa data dilakukan dengan
Selain itu, di Indonesia IPCP analsis tematik.
perlu pematangan program dan
akselerasi seperti negara-negara maju, HASIL
juga perlu pemerataan dan fokus dalam
pengembangannya. Lebih khusus di Adapun tema yang dihasilkan
Rumah Sakit UNHAS dalam hal dari penelitian ini ada 4 (empat) tema,
kolaborasi, sebenarnya telah terjalin, ada antara lain : (1) Dasar-dasar kompetensi
kolaborasi perawat dengan perawat kolaborasi, (2) Kriteria keberhasilan
dalam membahas suatu kasus kasus interprofessional collaboration, (3)
tertentu, misalnya kasus diabetes yang Hambatan interprofessional
dialami oleh pasien. Dokter dan perawat collaboration, dan (4) Harapan
akan berusaha berkolaborasi untuk profesional kesehatan terhadap IPC.
kesembuhan pasien. Tujuan penelitian Dasar-dasar kompetensi
ini adalah untuk meneliti potensi kolaborasi dalam penelitian ini
profesional kesehatan dalam partisipan mengungkapkan bahwa
menjalankan IPCP di Rumah Sakit adapun yang menjadi dasar-dasar dari
UNHAS. kompetensi kolaborasi yaitu terdiri atas :
(a) Terjalin Komunikasi yang baik, (b)
BAHAN DAN METODE Penghargaan dan respek atau saling
menghargai, (c) Kepercayaan atau saling
Lokasi dan Desain Penelitian percaya, (d) Pengambilan keputusan
Penelitian ini dilaksanakan di RS bersama, (e) Penyelesaian bersama dan
Universitas Hasanuddin. Penelitian ini manajemen konflik.
menggunakan jenis penelitian kualitatif Adapun kriteria keberhasilan
dengan pendekatan fenomonologi. kolaborasi berdasarkan yang
Partisipan Penelitian diungkapkan oleh partisipan dalam
Partisipan dalam penelitian ini penelitian ini yaitu : (a) adanya saling
adalah perawat dan dokter yang bekerja percaya dan menghormati, (b) saling
di RS Universitas Hasanuddin yang memahami dan menerima keilmuan
berjumlah 7 partisipan. Pengambilan masing-masing, (c) Memiliki citra diri
sampel menggunakan metode purposive positif, (d) memiliki kemetangan
sampling. profesional yang setara, (c) Kepercayaan
atau saling percaya, (e) mengakui
Teknik Pengumpulan Data sebagai mitra kerja bukan bawahan, (f)
Data primer diperoleh dengan keinginan untuk interaksi atau
cara wawancara mendalam (in deph koordinasi.
interview). Data sekunder diperoleh dari Adapun hambatan IPC
instansi terkait yaitu RS Universitas berdasarkan yang diungkapkan oleh
Hasanuddin. partisipan dalam penelitian ini yaitu : (a)

4
perspektif yang berbeda pada setiap tenaga kesehatan sehingga
profesi, (b) Sosialisasi IPC yang kurang, komunikasi itu berjalan
(c) SDM yang tidak merata, (d) efektif....”
Kurikulum yang belum terintegrasi. “....seharusnya dokter dengan
Adapun harapan profesional perawat kan sudah belajar
kesehatan terhadap IPC berdasarkan komunikasi terapeutik....”
yang diungkapkan oleh partisipan dalam Komunikasi sangat dibutuhkan
penelitian ini yaitu : (a) IPE terintegrasi daam berkolaborasi karena kolaborasi
dalam Kurikulum, (b) Terjalin membutuhkan pemecahan masalah yang
Komunikasi dan Koordinasi yang baik, lebih kompleks, dibutuhkan komunikasi
(c) Ke depan Penerapan IPC menjadi efektif yang dapat dimengerti oleh
model dan acuan untuk RS lain. semua anggota tim. Pada dasar
kompetensi yang lain, kualitas respek
PEMBAHASAN dapat dilihat lebih kearah honor dan
Dalam penelitian ini menunjukan harga diri, sedangkan kepercayaan dapat
beberapa tema dari hasil penelitian yang dilihat pada mutu proses dan hasil.
ada. Dalam penelitian ini partisipan Respek dan kepercayaan dapat
mengungkapkan bahwa adapun yang disampaikan secara verbal maupu non
menjadi dasar-dasar dari kompetensi verbal serta dapat dilihat dan dirasakan
kolaborasi yaitu terdiri atas : (a) Terjalin dalam penerapannya sehari-hari. Feed
Komunikasi yang baik, (b) Penghargaan back dipengaruhi oleh persepsi
dan respek atau saling menghargai, (c) seseorang, pola hubungan, harga diri,
Kepercayaan atau saling percaya, (d) kepercayaan diri, kepercayaan, emosi,
Pengambilan keputusan bersama, (e) lingkunganserta waktu, feed back juga
Penyelesaian bersama dan manajemen dapat bersifat negatif maupun positif
konflik. (Thistlethwaite J, 2012). Dalam
Berdasarkan Christopherson, T. melakukan kolaborasi juga akan
(2015), dalam penelitiannya menyatakan melakukan manajemen konflik, konflik
kolaborasi interprofesi meningkatkan peran umumnya akan muncul dalam
efektifitas pelayanan kesehatan dan proses. Untuk menurunkan konflik maka
keselamatan pasien, dengan didasarkan masing-masing anggota harus
pada beberapa hal terjalin komunikasi memahami peran dan fungsinya,
dan koordinasi yang baik dan pada saat melakukan klarifikasi persepsi dan
ada masalah pada pasien, diputuskan harapan, mengidentifikasi kompetensi,
secara bersama oleh profesional mengidentifikasi tumpang tindih peran
kesehatan dalam Tim. serta melakukan negosiasi peran dan
Hal ini sesuai dengan apa yang tanggung jawabnya. Kolaborasi akan
diungkapkan oleh partisipan: berjalan dengan baik jika setiap anggota
“....yah mmm haruski ada tim saling menghargai dan memahami
komunikasi yang baik sesama peran dan tanggung jawab masing-

5
masing profesi, memiliki tujuan yang Setelah melalui diskusi dan
sama, mengakui keahlian masing-masing negosiasi yang panjang dalam
profesi, saling bertukar informasi dengan kesepakatan hubungan professional
terbuka, memiliki kemampuan untuk dokter dan perawat, mendefinisikan
mengelola dan melaksanakan tugas baik istilah kolaborasi sebagai berikut;
secara individu maupun bersama Kolaborasi adalah proses dimana dokter
kelompok dalam tim (Knowles, 2010). dan perawat merencanakan dan praktek
Adapun kriteria keberhasilan bersama sebagai kolega, bekerja saling
kolaborasi berdasarkan yang ketergantungan dalam batasan-batasan
diungkapkan oleh partisipan dalam lingkup praktek mereka dengan berbagi
penelitian ini yaitu : (a) adanya saling nilai-nilai dan saling mengakui dan
percaya dan menghormati, (b) saling menghargai terhadap setiap orang yang
memahami dan menerima keilmuan berkontribusi untuk merawat individu,
masing-masing, (c) Memiliki citra diri keluarga dan masyarakat
positif, (d) memiliki kemetangan (Christopherson. T, 2015).
profesional yang setara, (c) Kepercayaan Adapun hambatan IPC
atau saling percaya, (e) mengakui berdasarkan yang diungkapkan oleh
sebagai mitra kerja bukan bawahan, (f) partisipan dalam penelitian ini yaitu : (a)
keinginan untuk interaksi atau perspektif yang berbeda pada setiap
koordinasi. profesi, (b) Sosialisasi IPC yang kurang,
Berdasarkan TICRCA (2013), (c) SDM yang tidak merata, (d)
kolaborasi adalah bekerja bersama Kurikulum yang belum terintegrasi.
khususnya dalam usaha Hubungan kolaborasi perawat-
penggambungkan pemikiran. Hal ini dokter adalah suatu bentuk hubungan
sesuai dengan apa yang dikemukanan interaksi yang telah cukup lama dikenal
oleh Piterman L. (2010), ketika memberikan bantuan kepada
menggambarkan bahwa kolaborasi pasien. Perspektif yang berbeda dalam
sebagai suatu proses berfikir dimana memandang pasien, dalam praktiknya
pihak yang terklibat memandang aspek- menyebabkan munculnya hambatan-
aspek perbedaan dari suatu masalah serta hambatan tehnik dalam melakukan
menemukan solusi dari perbedaan proses kolaborasi. Kendala psikologi
tersebut dan keterbatasan padangan keilmuan dan individual, faktor sosial,
mereka terhadap apa yang dapat serta budaya menempatkan kedua
dilakukan. profesi ini memunculkan kebutuhan
Hal ini sesuai dengan yang akan upaya kolaborasi yang dapat
diungkapkan oleh partisipan : menjadikan keduanya lebih solid dengan
“....harusnya kan dalam kolaborasi itu dokter semangat kepentingan pasien. Hambatan
dan perawat merencanakan dan menentukan kolaborasi perawat dengan dokter sering
bersama tentang keluhan pasien, terakhir
keputusannya diambil sama-sama, namanya
dijumpai pada tingkat professional dan
juga praktek bersama....” institusional. Perbedaan status dan

6
kekuasaan tetap menjadi sumber utama nilai pada saat akademik, tentang
ketidaksesuaian yang membatasi pentingnya IPCP, tujuan dan manfaatnya
pendirian professional dalam aplikasi bahkan perlu dintegrasikan dalam
kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari kurikulum pendidikan.
tingkat ekonomi lebih tinggi dan Hal ini sesuai yang diungkapkan
biasanya fisik lebih besar dibandingkan oleh partisipan :
perawat, sehingga iklim dan kondisi “....harapan kita ini ada dalam
sosial masih mendukung dominasi kurikulum karena IPE itu
dokter. Inti sesungguhnya dari komplik dasarnya....”
perawat dengan dokter terletak pada
“....sekarang ini kalau tidak
perbedaan sikap profesional mereka
salah sudah dimasukkan dalam
terhadap pasien dan cara berkomunikasi
kurikulum institusi IPE itu..tapi
diantara keduanya (5).
saya kurang tahu pasti juga,
Hal ini sesuai dengan yang
apa memang adami dan
diungkapkan oleh partisipan :
startnya kapan ini....”
“....dokter dan perawat berbeda
“....itu outputnya pastilah IPE
dalam memberikan pelayanan
ada dalam kurikulum
kesehatan ee tapi tetap saja
akademik....”
untuk kesembuhan pasien....”
“....belum lagi ada koas,
residen, spesialis, semua punya KESIMPULAN DAN SARAN
ilmu dan tahapan masing-
masing....” Potensi untuk menjalan IPC di
RS UNHAS terbuka lebar dan bisa
Adapun harapan profesional diwujudkan. Namun demikian ada
kesehatan terhadap IPC berdasarkan beberapa hal yang perlu diperhatikan
yang diungkapkan oleh partisipan dalam berdasarkan hasil penelitian ini. Hal ini
penelitian ini yaitu : (a) IPE terintegrasi tergambar pada tema yang dihasilkan.
dalam kurikulum, (b) Terjalin Terdapat 4 (empat) tema yang
komunikasi dan koordinasi yang baik, dihasilkan, antara lain: (1) Dasar-dasar
(c) Penerapan IPC menjadi model dan Kompetensi Kolaborasi yang tersusun
acuan untuk RS lain. atas terjalinnya komunikasi yang,
Komunikasi dibutuhkan untuk adanya penghargaan saling menghargai,
mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal adanya saling percaya, didasarkan pada
tersebut perlu ditunjang oleh saran pengambilan keputusan bersama, serta
komunikasi yang dapat menyatukan data adanya penyelesaian konflik secara
kesehatan pasien secara komperensip bersama, (2) Kriteria Keberhasilan
sehingga menjadi sumber informasi bagi Kolaborasi yang tersusun atas adanya
semua anggota tim dalam pengambilan sikap saling percaya, saling memahami
keputusan. Selain itu perlu penanam nilai- dan menerima keilmuan masing-masing,

7
memiliki citra diri positif, memiliki Education di tatanan pendidikan
kematangan professional yang setara, klinik. Skripsi S1 Keperawatan
mengakui sebagai mitra kerja bukan Fakultas Kedokteran UGM.
bawahan, serta adanya keinginan untuk 4. Knowles. (2010).
interaksi atau koordinasi, (3) Hambatan Interprofessional Health
IPC yang tersusun atas perspektif yang Education in Australia the Way
berbeda pada setiap profesi, sosialisasi Forward. Australia: L-TIPP.
IPC yang masih kurang, SDM yang 5. Nugroho. (2008). Pelayanan
belum merata, serta kurikulum yang Kesehatan dengan Sistem
belum terintegrasi (4) Harapan Kolaborasi. Jakarta: EGC
Profesional Kesehatan terhadap IPC 6. Piterman L. (2010).
yang tersusun oleh IPE terintegrasi Interprofessional education for
dalam kurikulum, terjalin komunikasi interprofessional practice: Does
dan koordinasi yang baik serta it make a difference. Australia :
penerapan IPC menjadi model atau Medical Journal of Australia.
acuan untuk RS lain. 7. Sachiko. M. (2015). The Current
Status and Problems with the
DAFTAR PUSTAKA Implementation of
1. ACFSAQIHC. (2015). National Interprofessional Education in
Patient Safety Education Japan: An Exploratory Study.
Framework. Australia : Springer Japan : JRIPE.
2. Christopherson, T. (2015). 8. Thistlethwaite J. (2012).
Informatics-enabled Interprofessional education: a
interprofessional education and review of context, learning and
collaborative practice: A the research agenda. Oxford :
framework-driven approach. Med. Educ.
Japan : JIEP 9. TICRCA. (2013). Cirriculum
3. Fauziah. (2010). Analisis Renewal for Interprofessional
Gambaran Persepsi dan Education in Health. Sydney:
Kesiapan Mahasiswa Profesi Centre for Research in Learning
Terhadap Interprofessional and Change.

You might also like