Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 17

BADAN USAHA & IZIN BISNIS

DISUSUN OLEH :

Sherlyana Baresta (0220101131)


ADELLA AYU(0220101134)
Putri Azhar (0220101132)
Silvi Yulianti (0220101140)
Yoga Aria Sena(0220101124)
Reza Apria Dermawan (0220101138)

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


ABSTRACT

Implementation of Environmental Permit for PT. The Indonesian cement in Rembang, Central Java
based on the Governor Decree 660.1 / 6 2017 did not work as it should. Kendeng Mountain
Community who refused the presence of PT. Cement Indonesia has filed a lawsuit to the PTUN
Semarang and culminated in a Supreme Court ruling that overturned the Governor's Decree.
However, the Governor reissued the new decree granting permission to PT. Cement Indonesia to
mine and build factories. In practice, the legality of environmental clearance by Decree 660.1 / 6
2017 is contrary to the Supreme Court ruling and the prevailing laws and regulations. So with the
issuance of the decree gets rejection from the public. With the rejection, the Central Java Governor
Decree was issued. 606.1 / 4 Year 2017 on the revocation of Decree 660.1 / 6 2017. In the decree of
2017 the Governor of Central Java instead ordered the cancellation of the business license and or
mining activities, but only delayed the implementation of the permit until the issuance of new
environmental permit. Thus, the source of the obstacle in this matter is the authoritarian action of
the Governor in issuing the mining license of PT. Cement Indonesia. As a solution, the Governor of
Java should apply the decision of the Supreme Court to further cancel the environmental permit PT.
Cement Indonesia, so the community's rights to the environment are not neglected.

Keywords: permit implementation, governor's decision, community rights.


ABSTRAK

Pelaksanaan Izin Lingkungan bagi PT. Semen Indonesia yang berada di Rembang, Jawa Tengah
dengan dasar SK Gubernur 660.1/6 2017 tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Masyarakat
Pegunungan Kendeng yang menolak kehadiran PT. Semen Indonesia telah melayangkan gugatan ke
PTUN Semarang dan berujung pada putusan Mahkamah Agung yang membatalkan SK Gubernur
tersebut. Namun Gubernur mengeluarkan kembali SK baru yang memberikan izin kepada PT. Semen
Indonesia untuk menambang dan membangun pabrik. Dalam pelaksanaannya, legalitas izin
lingkungan dengan SK 660.1/6 2017 bertentangan dengan Putusan Mahkamah Agung dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Sehingga dengan terbitnya surat keputusan tersebut mendapat
penolakan dari masyarakat. Dengan penolakan tersebut, terbitlah Surat Keputusan Gubernur Jawa
Tengah No. 606.1/4 Tahun 2017 tentang pencabutan SK 660.1/6 2017. Dalam SK tahun 2017
Gubernur Jawa Tengah bukannya memerintahkan pembatalan izin usaha dan atau kegiatan
penambangan, melainkan hanya menunda pelaksanaan izin tersebut sampai diterbitkannya izin
lingkungan yang baru. Dengan demikian, Sumber kendala dalam permasalahan ini adalah tindakan
otoriter Gubernur dalam menerbitkan izin tambang PT. Semen Indonesia. Sebagai solusi, seharusnya
Gubernur jawa tengah mengaplikasikan hasil putusan Mahkamah Agung untuk selanjutnya
membatalkan izin lingkungan PT. Semen Indonesia, sehingga hak-hak masyarakat untuk lingkungan
hidup tidak terabaikan.

Kata kunci: Pelaksanaan Izin, Keputusan Gubernur ,Hak Masyarakat


PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai sumber daya alam yang salah satunya ialah barang
tambang berupa kawasan batu kapur. Menurut Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, sumber daya alam yang
merupakan kekayaan bangsa Indonesia tersebut harus dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Berkaitan dengan ini, maka negara (pemerintah) berwenang dalam mengatur
agar pemanfaatan sumber daya alam dengan sungguh-sungguh agar kesejahteraan rakyat dapat
terwujudkan. Sumber daya alam perlu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik dan bertanggung
jawab dengan mempertimbangkan prinsip kelestarian, sehingga sumber daya alam terus bermanfaat
bagi umat manusia1. Berbagai peraturan perundang-undangan dikeluarkan oleh pemerintah untuk
melindungi lingkungan hidup dan berbagai sumber daya alam yang terdapat di dalamnya
diantaranya Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (selanjutnya disingkat UUPPLH). Dalam ketentuan umum Pasal 1 Angka 2 dan 3 UUPPLH
dinyatakan dengan jelas bahwa kegiatan penambangan juga mengandung risiko terjadinya
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, kondisi ini dapat mengakibatkan daya dukung, daya
tamping dan produktivitas lingkungan hidup menurun yang pada akhirnya menjadi beban sosial.
Menurut Pasal 1 angka 35 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha
dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UP dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan. Pasal 36 UU
No. 32 Tahun 2009 yakni :

1. Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL wajib memiliki izin
lingkungan.
2. Izin lingkungan diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL.
3. Izin lingkungan wajib mencantumkan persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan
lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.
4. Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.

Dengan demikian izin lingkungan berfungsi sebagai sarana untuk melindungi lingkungan hidup dari
bahaya administrasif untuk mengendalikan perilaku agar tidak mencemari atau merusak lingkungan
hidup. Dalam pelaksanaannya, penerbitan izin lingkungan menimbulkan persoalan dalam kehidupan
masyarakat. Persoalannya ialah bahwa penerbitan izin lingkungan mendapat penolakan masyarakat
dengan alasan, bahwa masyarakat tidak dilibatkan dalam proses perizinan. Mereka menganggap
pemberian izin lingkungan dapat merusak lingkungan dan alam hidup mereka. Salah satu kasusnya
adalah Surat Keputusan gubernur mengenai izin lingkungan kegiatan penambangan bagi PT. Semen
Gresik di pegunungan kendeng, Kabupaten Rembang. Pegunungan Kendeng merupakan bentang
wilayah perbukitan kapur yang membentang pada lima kabupaten di Jawa Tengah yaitu Kabupaten
Pati, Kudus, Rembang, Blora dan Kabupaten Grobogan. Kawasan Pegunungan Kendeng ini sangat
vital bagi kehidupan masyarakat di lima kabupaten tersebut karena disamping memiliki 300 sumber
air bersih, persediaan air yang dimiliki juga menjadi sumber pengairan aktivitas pertanian. Cekungan
Air Tanah (CAT) yang ada di wilayah Watuputih merupakan CAT dengan cadangan air yang sangat
besar dan menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat di kelima kabupaten tersebut utamanya bagi
masyarakat di Kabupaten Rembang dan sekitarnya5. Pada Tahun 2012, melalui SK Gubernur Jawa
Tengah Nomor 660.1/17 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan oleh PT.
Semen Gresik Persero, tbk (sekarang PT. Semen Indonesia) di Kabupaten Rembang Pemprov Jawa
Tengah memberikan izin bagi perusahaan semen PT. Semen Gresik untuk melakukan kegiatan
penambangan di sebagian wilayah Pegunungan Kendeng, tepatnya pada bagian wilayah yang
terdapat di Kabupaten Rembang. SK tersebut kemudian diperbaharui pada Tanggal 5 Oktober
melalui SK Gubernur Jawa Tengah No. 660.1/30 Tahun 2016. SK Gubernur Jawa Tengah yang
dikeluarkan pada Tahun 2016 ini kemudian pada perjalannya mendapatkan gugatan dari masyarakat
Kabupaten Rembang yang mengajukan peninjauan kembali atas SK tersebut. Mahkamah Agung
Indonesia sebagai lembaga hukum yang berwenang melaksanakan peninjauan kembali kemudian
pada Tanggal 5 Oktober 2016 kemudian mengeluarkan amar putusan mencabut SK Gubernur Jateng
No. 660.1/17 Tahun 2012 tentang izin lingkungan kegiatan penambangan bagi PT. Semen Gresik di
wilayah Kabupaten Rembang7. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Lingkungan Hidup, Pasal 40 ayat (2) menyatakan bahwa dalam hal izin lingkungan dicabut, izin
usaha/kegiatan dibatalkan. Mengacu pada ketentuan pasal tersebut, maka pembatalan SK Gubernur
No. 660.1/17 Tahun 2012 oleh MA memiliki konsekuensi perintah tegas untuk melakukan
pembatalan izin usaha/ kegiatan penambangan kapur oleh PT. Semen Gresik (Persero), tbk di
wilayah CAT Watuputih Kabupaten Rembang. Menyikapi dikeluarkannya amar putusan MA yang
pada intinya mencabut izin lingkungan bagi PT. Semen Gresik (Persero), tbk tersebut, maka
kemudian pada Tanggal 16 Januari 2017 mengeluarkan SK. Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/4
yang pada intinya tidak membatalkan usaha/kegiatan penambangan oleh PT. Semen Gresik
(Persero), tbk namun hanya sekedar menunda kegiatan sampai dengan diterbitkannya SK Gubernur
tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan Dan Pembangunan Pabrik Semen Oleh PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk. Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah yang telah disesuaikan dengan
Putusan Peninjauan Kembali Nomor 99 PK/TUN/2016 tanggal 5 Oktober 2016.SK Gubernur Jateng
pada Januari 2017 tersebut diatas menimbulkan berbagai pertentangan, utamanya terkait dengan
upaya dari Pemprov Jateng itu sendiri untuk meningkatkan ketahanan wilayahnya. Pendirian pabrik
semen memang akan meningkatkan perekonomian wilayah dari sisi pendapatan atas aktivitas
operasional perusahaan, namun dampak lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas pabrik semen
tersebut sangat mengancam keberadaan sumber mata air di Pegunungan Kendeng yang merupakan
sumber mata air bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat dan juga bagi aktivitas pertanian di
Kabupaten Rembang. Melihat persoalan diatas penulis tertarik untuk menulis mengenai legalitas
terhadap izin kegiatan pertambangan yang diterbitkan Gubernur Jawa Tengah untuk PT. Semen
Indonesia dengan SK Gubernur Jawa Tengah 660.1/6 Tahun 2017
PEMBAHASAN

1. PENJELASAN BADAN USAHA & BISNIS

Badan usaha

Badan usaha adalah kesatuan Cocal dan usaha ekonomi yang bertujuan untuk mencari
keuntungan. Masih banyak orang menafsirkan bahwa badan usaha pengertiannya sama dengan
perusahaan, padahal kedua hal ini adalah hal yang jauh berbeda.

Perlu Anda tahu bahwa badan usaha merupakan CocalCa, sedangkan perusahaan merupakan
tempat dimana badan usaha itu mengelola produksi dalam kegiatan usaha.

Ada banyak bentuk-bentuk badan usaha yang ada di Indonesia. Seperti koperasi, BUMN dan juga
BUMS. Berikut akan dijelaskan mengenai bentuk bentuk badan usaha.

Bentuk-Bentuk Badan Usaha :

a. Koperasi

Koperasi merupakan bentuk usaha yang berlandaskan asas-asas kekeluargaan. Tujuan dari
koperasi adalah untuk mensejahterakan anggotanya yang ikut membangun ekonomi CocalCa.
Macam-macam koperasi yang ada di Indonesia adalah koperasi simpan pinjam, koperas unit
desa, kopersai serba usaha, koperasi sekolah dll.

b. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Badan Usaha Milik Negara adalah bentuk usaha yang sebagian modalnya dimiliki dan dikuasai
oleh pemerintah Indonesia. Macam-macam BUMN yang ada di Indonesia antara lain:

 Perusahaan Jawatan (Perjan)


 Perusahaan Umum (Perum)
 Perseroan
 Perusahaan Daerah (PD)

c. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)

BUMS adalah badan usaha yang didirikan dan dimodali oleh seseorang atau sekelompok orang
tertentu. Ada banyak macam BUMS yang ada di Indonesia. Berikut ini adalah macam-macam
BUMS:
 Perusahaan Perseorangan
 Firma (Fa)
 Persekutuan Komanditer (CV)
 Perseroan Terbatas (PT)
 Yayasan

Bisnis

Dalam membentuk sebuh bisnis, penting bagi Anda merancang landasan Cocal untuk usaha yang
akan Anda bangun dan menetukan bentuk usahanya. Hal ini sangat penting mengingat landasan
Cocal dalam suatu bisnis adalah komponen terpenting.

Anda harus pintar memilih bentuk usaha apa yang akan Anda pakai untuk bisnis Anda dengan
mempertimbangkan baik dan buruknya.

Untuk pembukuan dalam bisnis, Anda bisa menggunakan software akuntansi untuk
mempercepat proses pembukuan. Pilihlah softeware akuntansi yang bisa digunakan untuk
semua jenis bisnis seperti Accurate Online.

Accurate Online adalah software akuntansi berbasis cloud dengan fitur terbaik dan cocok
digunakan untuk semua jenis bisnis. Tidak seperti software lain yang membedakan harga untuk
fitur yang berbeda, Accurate Online menggunakan CocalC 1 harga untuk semu fitur. Tidak ada
perbedaan untuk setiap ukuran bisnis.

2. Firma,Cv,PT,Perizinan Bisnis Akta pendirian& nama perusahaan,Surat izin usaha


perdagangan,Perizinan bidang 9ocal9a9,Perizinan menurut UU gangguan

Terdapat berbagai bentuk badan usaha bisnis, yaitu diantaranya: Firma, CV, PT, perizinan bisnis,
akta pendirian dan nama perusahaan, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Perizinan Bidang
Industri, Perizinan menurut Undang-Undangan Gangguan (UUG/HHO) .

1. Firma adalah suatu bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih untuk menjalankan
suatu usaha di bawah satu nama yang digunakan CocalCa.
Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Persekutuan Firma adalah
persekutuan yang diadakan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan memakai nama
CocalCa.
Menurut pendapat lain, Persekutuan Firma adalah setiap perusahaan yang didirikan untuk
menjalankan suatu perusahaan di bawah nama CocalCa atau Firma sebagai nama yang dipakai
untuk berdagang CocalCa-sama. Persekutuan Firma merupakan bagian dari persekutuan
perdata, maka dasar Cocal persekutuan firma terdapat pada Pasal 16 sampai dengan Pasal 35
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan pasal-pasal lainnya dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang terkait. Dalam Pasal 22 KUHD disebutkan bahwa
persekutuan firma harus didirikan dengan akta otentik tanpa adanya kemungkinan untuk
disangkalkan kepada pihak ketiga bila akta itu tidak ada. Pasal 23 KUHD dan Pasal 28 KUHD
menyebutkan setelah akta pendirian dibuat, maka harus didaftarkan di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri di mana firma tersebut berkedudukan dan kemudian akta pendirian
tersebut harus diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Adapun jenis firma yang ada di Indonesia adalah :

a. Firma Dagang (Trading Partnership)

Firma dagang merupakan salah satu jenis firma yang bergerak dalam bidang perdagangan.
Kegiatan yang utamanya berfokus pada jual beli produk.

b. Firma Non Dagang (Firma Jasa)

Sesuai CocalCa, firma non dagang ini bergerak dalam bidang jasa. Kegiatan yang utamanya
berfokus pada penjualan suatu produk berupa jasa atau keahlian tertentu.

Contoh firma non dagang yakni antara lain firma Cocal, firma akuntansi, konsultasi manajemen,
dan juga masih banyak lagi.

c. Firma Umum (General Partnership)

Firma umum adalah jenis firma di mana setiap anggotanya memegang kekuasaan yang tak
terbatas. Artinya setiap anggotanya harus bertanggung jawab penuh terhadap kelangsungan
hidup perusahaan.

Jika perusahaan memiliki hutang dan tak bisa membayar, setiap anggota wajib melunasinya
dengan kekayaan pribadi.

d. Firma Terbatas (Limited Partnership)

Jenis firma ini juga berbeda dengan firma umum, karena pada setiap anggotanya memegang
sebuah kekuasaan yang terbatas.

Kelebihan dan kekurangan firma :

- Kelebihan Firma

 Sistem pengelolaan badan usaha firma lebih profesinal karena adanya pembagian tugas
yang jelas untuk setiap struktur organisasinya.
 Modal awal untuk membangun firma terbilang besar karena berasal dari patungan
setiap anggota yang tergabung dalam firma.
 Pemilihan pemimpin berdasarkan kemampuan dan keahliannya masing-masing, bahkan
biasanya pada badan usaha firma memiliki lebih dari satu pemimpin.
 Pembagian keuntungan berdasarkan modal awal yang disetor sehingga sistemnya
menyerupai penanaman saham. Bedanya, semua anggota yang menanamkan modal di
firma berhak aktif untuk mengelola jalannya perusahaan. Karena adanya akta notaris
maka mudah untuk mendapatkan pinjaman modal jika memang membutuhkan modal
yang sangat besar.
 Keputusan firma didasarkan dari pertimbangan seluruh anggota.
- Kekurangan Firma

 Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka kekayaan dan Cocal pribadi bisa
menjadi barang sitaan untuk menjamin kerugian perusahaan.
 Tanggung jawab anggota firma tidak hanya terbatas modal saja, namun juga pada
kekayaan atau harta pribadi yang dimiliki.
 Jika ada satu anggota firma yang mengalami kerugian, maka semua anggota lain harus
ikut menanggungnya. Pada intinya, kerugian firma ditanggung CocalCa oleh semua
anggota, termasuk jika diperlukan penggunaan kekayaan pribadi untuk menutupi
kerugian.
 Tidak adanya pemisahan antara kekayaan pribadi dan Cocal perusahaan.
 Akan menimbulkan perselisihan jika pembagian keuntungannya kurang adil.

2. Perseroan Komanditer/Commanditaire Vennootschaap (CV) adalah badan usaha bukan


badan Cocal yang memiliki satu atau lebih sekutu komplementer dan sekutu komanditer,
sesuai dengan Rancangan Undang-Undang (RUU) Usaha perseorangan dan Badan Usaha
Bukan Badan Hukum Pasal 1 ayat 5.

Perseroan Komanditer adalah Suatu bentuk badan usaha yang didirikan oleh 2 (dua) orang
atau lebih, dimana 1 (satu) orang atau lebih dari pendirinya adalah persero aktif yakni yang
aktif menjalankan perusahaan dan akan bertanggung jawab penuh atas kekayaan
pribadinya, sementara 1 (satu) orang lain atau lebih merupakan persero pasif (persero
komanditer), dimana dia hanya bercanggung jawab sebatas modal yang disetorkan saja.

Dari pengertian CV di atas, terlihat bahwa bentuk usaha komanditer tersebut merupakan
bentuk kombinasi antara perseroan terbatas dengan perusahaan firma karena suatu CV
memiliki karakteristik perseroan terbatas (PT) dan firma sekaligus.
Dengan demikian CV merupakan bentuk perbatasan/transform/antara Firma dengan
Perseroan Terbatas.

Dilihat dari cara berhubungan dengan pihak ketiga :

1) CV terang-terangan Adalah CV yang dengan terang-terangan menyatakan dirinya


sebagai CV kepada pihak ketiga. Hal ini dapat dilihat pada papan nama atau pada kepala
surat yang keluar. Istilah terang-terangan tertuju pada pemyataan diri sebagai CV
kepada pihak ketiga.
2) CV diam-diam Adalah CV yang belum menyatakan dirinya dengan terang-terangan
kepada pihak ketiga sebagai CV. Bila CV bertindak keluar, masih m,enyatakan dirinya
sebagai firma, namun didalamnya sudah menjadi CV. Karena salah seorang atau
beberapa orang persero sudah menjadi persero komanditer. Menurut pasal 19 ayat 2
KUH Dagang, CV pada saat yang sama dapat merupakan firma bagi persero pengurus,
juga dapat merupakan CV bagi pessero pengussrus dengan persero komanditer.
Dilihat dari cara pembentukan modal :

1) CV Umum Adalah CV yang pembentukan modalnya baik yang berasal dari persero
komplementer maupun persero komanditer dalam bentuk pemasukan modal nominal
uang biasa.
2) CV Atas Saham-saham Adalah CV terang-terangan yang pembentukan modalnya dengan
cara mengeluarkan saham-saham. CV atas saham tidak diatur dalam KUH Dagang.

3. Perseroan Terbatas (PT) adalah salah satu jenis badan usaha yang dilindungi oleh Cocal
dengan modal yang terdiri dari saham. Seseorang dikatakan sebagai pemilik PT yang
memiliki bagian saham dari jumlah yang ditanamkannya.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang membahas mengenai Perseroan
Terbatas (PT), dikatakan bahwa perusahaan berjenis Perseroan Terbatas adalah suatu badan
usaha yang berbentuk badan Cocal yang didirikan berdasarkan perjanjian dan melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham atau disebut juga
dengan modal persekutuan.
Dalam menjalankan perusahaan berjenis Perseroan Terbatas, modal saham yang dimiliki
bisa dijual kepada pihak lain. Artinya, sangat mendukung perubahan organisasi atau
kepemilikan perusahaan tanpa harus membubarkan dan mendirikan perusahaan kembali.

Selain itu, oleh karena dibentuk berdasarkan kesepakatan, maka bisa dipastikan bahwa PT
didirikan oleh minimal 2 (dua) orang. Pembuatan perjanjian ini harus diketahui oleh notaris
dan dibuatkan aktanya untuk mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM
sebelum resmi menjadi perusahaan berjenis PT. Yang dimaksud dengan perseroan terbatas
menumt Cocal Indonesia adalah suatu badan Cocal yang didirikan berdasarkan perjanjian
antara 2 (dua) orang atau lebih, untuk melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham-saham. Sebelumnya perseroan terbatas ini diatur dalam
pasal 36 sampai dengan pasal 56 KUH Dagang, tetapi ketentuan perseroan terbatas dalam
KUH Dagang tersebut kemudian tidak berlaku setelah adanya Undang-Undang Perseroan
Terbatas yaitu UU No 1 Tahun 1995 yang merupakan undang-undang khusus mengatur
tentang perseroan terbatas tersebut, kemudian diperbahami oleh UU No. 40 Tahun 2007.
Menurut UU No. 40/2007 Perseroan Terbatas adalah “Badan Hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang iseluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam UU ini serta peraturan pelaksanaannya”.

Proses pendirian perseroan terbatas pada prinsipnya terdiri dari 4 (empat) tahap sebagai
berikut:

a) Tahap Akta Notaris


b) Tahap Pengesahan
c) Tahap Pendaftaran dalam Daftar Perusahaan
d) Tahap Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara

4. Perizinan usaha adalah persetujuan dan pemberian izin dari pihak berwenang kepada
seorang pelaku usaha atau perusahaan atas penyelenggaraan suatu usaha . Keberadaan
perizinan usaha ini sangat penting. Karena nantinya akan dijadikan suatu alat untuk
pembinaan, pengarahan, pengawasan dan pengelolaan usaha.

Mengurus perizinan ini wajib dilakukan supaya bisa tercapai ketertiban di dalam usaha.
Dengan kata lain, perizinan usaha ini adalah identitas dari suatu usaha sehingga usaha yang
dijalankan legal dan sah karena mendapatkan izin dari pihak berwenang. Usaha baru dapat
dijalankan ketika sudah memiliki izin ini.
Suatu usaha yang telah mendapatkan izin maka bisa menjamin keamanan pelaku usaha
dalam menjalankan usahanya. Selain itu, sebagai warga negara yang baik harus menjalankan
peraturan pemerintah. Untuk itu pelaku usaha harus mengurus perizinan usaha supaya
usaha yang dijalani berjalan dengan CocalC.

5. Akta pendirian perusahaan merupakan salah satu dokumen penting yang sangat diperlukan
sebagai bukti adanya pendirian sebuah perusahaan, baik itu perusahaan kecil maupun
perusahaan besar. Dasar Cocal akta pendirian perusahaan ini ada pada undang-undang nomor
40 tahun 2007, pasal 7 dan 8 ayat (1) tentang perseroan terbatas (PT).

6. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan
perdagangan. Menurut Pasal 10 UU N0. 3 Tahun 1982 tantang Wajib Daftar Perusahaan
(UUWDP) menyebutkan bahwa suatu perusahaan wajib didaftarkan dalam jangka waktu 3
bulan setelah perusahaan mulai menjalankan usahanya, dan menurut Keputusan Menteri
Perdagangan No : 1458/KP/XII/84 tentang ”Surat Izin Usaha Perdagangan“ (SIUP)
menyebutkan bahwa setiap perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan diwajibkan
memiliki SIUP dengan mengajukan Surat Permohonan Izin (SP1).

Perusahaan yang harus memiliki SIUP, yaitu :

a) Perusahaan kecil, yaitu perusahaan yang mempunyai modal dan kekayaan bersih (netto)
di bawah Rp. 25.000.000;
b) Perusahaan menengah, yaitu perusahaan yang mempunyai modal dan kekayaan bersih
(netto) diatas Rp.25.000.000,- sampai dengan Rp. 100.000.000;
c) Perusahaan besar, yaitu “perusahaan yang mempunyai modal dan kekayaan bersih
diatas Rp.100.000.000
d) SIUP perusahaan kecil dan menengah mempunyai massa berlaku yang tidak terbatas
selama perusahaan yang memilikinya masih menjalankan kegiatan usahanya. Sedangkan
SIUP perusahaan besar mempunyai massa berlaku lima tahun dan dapat di perpanjang.
7. Perizinan bidang CocalCaC Diatur dengan PP No.13 tahun 1987 tentang Izin Usaha Industri

Ada dua macam izin usaha Industri, yaitu :

a) Izin tetap yang diberikan secara CocalCaCe pada perusahaan CocalCaC yang telah berproduksi
secara komersial. Ini berlaku seterusnya selama berproduksi.
b) Izin perluasan diberikan pada CocalCaC yang melakukan penambahan kapasitas produksi
dari/atau jenis produksi atau komoditi yang telah diizinkan.

Perusahaan yang telah memperoleh izin usaha CocalCaC dibebani tiga kewajiban :

a) Melakukan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta pencegahan
timbulnya kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup.
b) Melaksanakan upaya menyangkut keamanan dan keselamatan alat, proses sefla hasil
produksi dan keselamatan kerja.
c) Melaksanakan upaya hubungan dan kelja sama antara para pengusaha nasional agar
tewujud keterkaitan yang saling menguntungkan.

Izin usaha CocalCaC dapat dicabut apabila:

a) Melakukan perluasan tanpa izin,


b) Tidak menyampaikan informasi,
c) Melakukan pemindahtangan hak dan lokasi usah CocalCaC tanpa persetujuan.
d) Tidak dipenuhi ketentuan perizinan.

8. Perizinan Menurut Undang-Undang Gangguan (UUG) Diatur dalam Stb. Tahun 1926 Nomor
226 yang bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada warga/penghuni disekitar
lokasi suatu usaha. Mengingat sering terjadi suatu tempat usaha ditutup oleh
pemerintah/pemda karena usah tersebut diprotes oleh warga masyarakat sekitarnya.
Masyarakat tidak memberikan persetujuan kepada pengelola tempat usaha tersebut. Khusus
di wilayah DKI Jakana, Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta telah mengeluarkan
SK N0. 1641 tahun 1987 tanggal 28 Agustus 1987 yang menugaskan seluruh walikota untuk
melaksanakan pemberian izin UUG.

3. KASUS

Legalitas perizinan lingkungan PT. Semen Indonesia Kabupaten Rembang yang


terletak di daerah pantai utara Pulau Jawa dan bagian timur Provinsi Jawa Tengah,
memiliki banyak sekali potensi sumber daya alam. Potensi tersebut salah satunya
adalah CocalCa bentang alam karst (bentang alam yang terbentuk akibat proses
karstifikasi dan proses pelarutan kimia yang diakibatkan oleh aliran permukaan) yang
berada di Pegunungan Kendeng Utara yang meliputi Kecamatan Sukolilo, Kayen, dan
Tambakbromo, menyimpan banyak sekali sumber daya alam. Sumber daya alam
yang dapat ditemukan di Pegunungan Kendeng, diantaranya adalah batuan gamping
dan sumber daya air. Batuan gamping inilah yang menjadi promadona bagi
perusahaan semen di Indonesia, seperti PT. Semen Gresik, PT. Indocement, dan PT.
Holcim. Alasannya batuan gamping merupakan unsur utama dalam pembuatan
semen, selain pasir besi dan tanah liat. Selain batuan gamping, Pegunungan Kendeng
juga merupakan tandoan air raksasa bagi resapan air hujan dan mata air, walaupun
tampak kering di atasnya.

Di Kabupaten Rembang ini mulai menggiatkan perekonomian di bidang


CocalCaC pertambangan mineral dengan masuknya investasi-investasi skala besar.
Rencana penambangan dan pembangunan pabrik semen oleh PT Semen Gresik
(Persero) Tbk, kini menjadi PT Semen Indonesia, dilatarbelakangi oleh
perkembangan pembangunan nasional di bidang CocalCaC. Berdasar Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (Amdal), Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan hidup (RPL) yang digunakan sebagai pedoman
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup pada kegiatan penambangan dan
pembanguan pabrik semen di Rembang,Jawa Tengah.

Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah daerah bertugas


dan berwenang menetapkan dan melaksanankan kebijakan mengenai RPPLH Nsional
pemerintahan baik pemerintahan pusat, propinsi, kota/kabupaten tidak terlepas dari
kebijakan pengelolaan potensi sumber daya alam yang dimiliki. Pelaksanaan
kebijaksanan pengelolaan lingkungan hidup dapat mengikutsertakan peran
Pemerintahan Daerah. Selanjutnya, dalam UUPLH menegaskan bahwa dalam hal
wewenang pengawasan diserahkan kepada Pemerintahan Daerah, kepala daerah
menetapkan pejabat yang berwenang. Pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan
oleh melakukan pengawasan.

Maka dikeluarkanlah Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor


660.1/17 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan dan
Pembangunan Pabrik Semen (SK Gubernur Jawa Tengah tentang izin lingkungan)
tertanggal 30 April 2012. Pada Tahun 2012, melalui SK Gubernur Jawa Tengah
Nomor 660.1/17 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan oleh
PT. Semen Gresik Persero, tbk (sekarang PT. Semen Indonesia) di Kabupaten
Rembang Pemprov Jawa Tengah memberikan izin bagi perusahaan semen PT. Semen
Gresik untuk melakukan kegiatan penambangan di sebagian wilayah Pegunungan
Kendeng, tepatnya pada bagian wilayah yang terdapat di Kabupaten Rembang.
SK Gubernur Jawa Tengah yang dikeluarkan pada Tahun 2012 ini kemudian pada
perjalannya mendapatkan gugatan dari masyarakat Kabupaten Rembang yang
mengajukan banding ke PTUN Semarang pada tanggal 1 September 2014. Sidang
dilakukan berkali-kali sehingga warga melakukan aksi pengawalan keputusan dengan
mendirikan tenda di Semarang. Namun sayangnya, banding tersebut ditolak dengan
CocalCa kadaluarsa. Kemudian warga banding lagi ke PT TUN Surabaya pada tanggal 27
April 2015. Hingga akhirnya warga mengajukan banding ke Mahkamah Agung (MA)
tanggal 4 Mei 2016. Pada tahapan MA, warga memenangkan Cocal tersebut. MA
mengeluarkan “Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 99 PK/TUN
2016.”. Putusan tersebut menjelaskan bahwa PTUN Semarang dan PT TUN Surabaya
memiliki kekeliruan pada saat mengeluarkan putusan. Dengan adanya putusan
tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo wajib mencabut izin yang dia
berikan kepada pabrik semen.

Namun, Gubernur Jawa Tengah tidak menaati putusan tersebut, Gubernur


mengeluarkan izin lingkungan yang baru No. 660.1/30 Tahun 2016. Untuk mendesak
Gubernur mencabut izin lingkungan, warga melakukan longmarch dari Rembang
menuju Semarang dan izin lingkungan dicabut melalui putusan No. 660.1/14 Tahun
2017. Selang 1 bulan kemudian, Gubernur kembali mengeluarkan izin lingkungan No.
660.1/6 Tahun 2017 memberikan izin lingkungan kepada PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk.SK tersebut kemudian diperbaharui pada Tanggal 5 Oktober melalui SK
Gubernur Jawa Tengah No.15 660.1/30 Tahun 2016 .

SK Gubernur Jawa Tengah yang dikeluarkan pada Tahun 2016 ini kemudian pada
perjalannya mendapatkan gugatan dari masyarakat Kabupaten Rembang yang
mengajukan peninjauan kembali atas SK tersebut. Mahkamah Agung Indonesia
sebagai CocalCa Cocal yang berwenang melaksanakan peninjauan kembali kemudian
pada Tanggal 5 Oktober 2016 kemudian mengeluarkan amar putusan mencabut SK
Gubernur Jateng No. 660.1/17 Tahun 2012 tentang izin lingkungan kegiatan
penambangan bagi PT. Semen Gresik di wilayah Kabupaten Rembang .

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup, Pasal 40


ayat (2) menyatakan bahwa dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha/kegiatan
dibatalkan. Mengacu pada ketentuan pasal tersebut, maka pembatalan SK Gubernur
No. 660.1/17 Tahun 2012 oleh MA memiliki konsekuensi perintah tegas untuk
melakukan pembatalan izin usaha/ kegiatan penambangan kapur oleh PT. Semen
Gresik (Persero), tbk di wilayah CAT Watuputih Kabupaten Rembang.
Menyikapi dikeluarkannya amar putusan MA yang pada intinya mencabut izin
lingkungan bagi PT. Semen Gresik (Persero), tbk tersebut, maka kemudian pada
Tanggal 16 Januari 2017 mengeluarkan SK. Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/4
yang pada intinya tidak membatalkan usaha/kegiatan penambangan oleh PT. Semen
Gresik (Persero), tbk namun hanya sekedar menunda kegiatan sampai dengan
diterbitkannya SK Gubernur tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan Dan
Pembangunan Pabrik Semen Oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Di Kabupaten
Rembang, Provinsi Jawa Tengah yang telah disesuaikan dengan Putusan Peninjauan
Kembali Nomor 99 PK/TUN/2016 tanggal 5 Oktober 2016.

SK Gubernur Jateng pada Januari 2017 tersebut diatas menimbulkan berbagai


pertentangan, utamanya terkait dengan upaya dari Pemprov Jateng itu sendiri untuk
meningkatkan ketahanan wilayahnya. Pendirian pabrik semen memang akan
meningkatkan perekonomian wilayah dari sisi pendapatan atas aktivitas operasional
perusahaan, namun dampak lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas pabrik
semen tersebut sangat mengancam keberadaan sumber mata air di Pegunungan
Kendeng yang merupakan sumber mata air bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat
dan juga bagi aktivitas pertanian di Kabupaten Rembang.

Ancaman atas sumber mata air bagi aktivitas pertanian berarti mengancam
kelangsungan dari aktivitas pertanian tersebut, dimana dengan adanya ancaman
terhadap aktivitas pertanian maka kemampuan produktivitas hasil pertanian akan
menjadi semakin menurun. Akibat yang timbul kemudian adalah proses degradasi
lingkungan berupa kerusakan dan pencemaran lingkungan semakin menjadi-jadi dan
bertambah parah.

Dampak lain ialah kerusakan ekosistem dan berkurangnya lahan pertanian tentu
terjadi akibat aktivitas penambangan. Hasil penelitian air bawah tanah di Gunung
Watuputih oleh Dinas Pertambangan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah pada
Maret 1998 menjelaskan bahwa Gunung Watuputih dan sekitarnya secara fisiologis
tergolong dalam tipe bentang alam karst. Selain sumber daya alam, Pegunungan
Kendeng, khususnya di Kecamatan Sukolilo merupakan hunian bagi masyarakat adat
yang sudah berlangsung selama berpuluh tahun. Masyarakat adat tersebut adalah
Masyarakat Sedulur Sikep atau yang dahulu akrab di telinga dengan sebutan
“Suku Samin”. Bagi masyarakat Sedulur Sikep, apabila pabrik semen jadi didirikan,
maka akan muncul dampak lingkungan yang mengancam Kawasan Pegunungan
Kendeng yang selama ini menjadi sumber ekologi (air, gua, hewan, tanaman) serta
kearifan Cocal masyarakat Sedulur Sikep dalam menjaga alam . Semuanya itu,
berkaitan dengan perilaku manusia yang menempatkan Alam sebagai komoditas
yang dieksploitasi tanpa menghiraukan daya dukung lingkungan yang bisa
mengalami degradasi .

4. PEMBAHASAN

Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah daerah bertugas


dan berwenang menetapkan dan melaksanankan kebijakan mengenai RPPL Nasional.
Pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh pemerintahan baik pemerintahan
pusat, propinsi, kota/kabupaten tidak terlepas dari kebijakan pengelolaan potensi
sumber daya alam yang dimiliki.
Pelaksanaan kebijaksanan pengelolaan lingkungan hidup dapat mengikutsertakan
peran Pemerintahan Daerah. Selanjutnya, dalam UUPLH menegaskan bahwa dalam
hal wewenang pengawasan diserahkan kepada Pemerintahan Daerah, kepala daerah
menetapkan pejabat yang berwenang melakukan pengawasan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup, Pasal 40
ayat (2) menyatakan bahwa dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha/kegiatan
dibatalkan. Mengacu pada ketentuan pasal tersebut, maka pembatalan SK Gubernur
No. 660.1/17 Tahun 2012 oleh MA memiliki konsekuensi perintah tegas untuk
melakukan pembatalan izin usaha/ kegiatan penambangan kapur oleh PT. Semen
Gresik (Persero), tbk di wilayah CAT Watuputih Kabupaten Rembang.

Ancaman atas sumber mata air bagi aktivitas pertanian berarti mengancam
kelangsungan dari aktivitas pertanian tersebut, dimana dengan adanya ancaman
terhadap aktivitas pertanian maka kemampuan produktivitas hasil pertanian akan
menjadi semakin menurun. Akibat yang timbul kemudian adalah proses degradasi
lingkungan berupa kerusakan dan pencemaran lingkungan semakin menjadi-jadi dan
bertambah parah.

Dampak lain ialah kerusakan ekosistem dan berkurangnya lahan pertanian tentu
terjadi akibat aktivitas penambangan. Hasil penelitian air bawah tanah di Gunung
Watuputih oleh Dinas Pertambangan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah pada
Maret 1998 menjelaskan bahwa Gunung Watuputih dan sekitarnya secara fisiologis
tergolong dalam tipe bentang alam karst.

Legalitas Perizinan PT. Semen Indonesia Izin lingkungan yang termuat dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009, menggabungkan proses pengurusan keputusan
kelayakan lingkungan hidup. Izin pembuangan limbah cair, dan izin limbah bahan
beracun berbahaya (B3). Sebelumnya, berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997, keputusan kelayakan lingkungan hidup diurus di awal kegiatan usaha.
Setelah konstruksi selesai, pengusaha harus mengurus izin pembuangan limbah cair
dan B3. Sekarang ketiga izin itu digabungkan, diurus satu kali menjadi izin
lingkungan. Syaratnya, yaitu analisi mengenai dampak lingkungan (Amdal),
atau upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL), dan upaya pemantauan
lingkungan hidup (UPL). Tanpa ketiga dokumen tersebut, izin lingkungan tidak
akan diberikan.
PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

Pemerintah dalam hal ini Gubernur Jawa Tengah sebagai badan atau pejabat pemerintah
yang berwenang dikategorikan bertindak atas kesewenang- wenangan. Hal ini dikarena
mengeluarkan kebijakan melalui izin lingkungan yang baru bertentangan dengan putusan
Mahkamah Agung Nomor 99 PK/TUN/2016. Di dalam diktum putusan pengadilan tersebut
tidak diperintahkan untuk menerbitkan izin baru melainkan menyatakan batal Surat
Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/17 Tahun 2012 dan Mewajibkan kepada
Tergugat (Gubernur Jawa Tengah) untuk mencabut Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah
Nomor 660.1/17 Tahun 2012 tentang izin usaha atau kegiatan penambangan oleh PT Semen
Indonesia. Kemudian pemerintah provinsi jawa tengah mengeluarkan izin usaha atau
kegiatan penambangan terbaru yang diterbitkan melalui Surat Keputusan gubernur Nomor
660.1/6 2017 tentang izin lingkungan kegiatan penambangan. SK Gubernur tersebut
dianggap tidak sah dan ilegal karena berdasarkan pertimbangan putusan Mahkamah Agung
Nomor 99 PK/TUN/2016 tidak ada perintah untuk memperbaharui izin tersebut. oleh karena
itu gubernur mencabut SK tersebut dengan dikeluarkannya SK No. 606.1/4 Tahun 2017.
Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 606.1/4 Tahun 2017 merupakan respon dari
putusan banding Mahkamah Agung No. 99 PK/TUN/2016. Sebagai respon, muatan didalam
SK Gubernur Tahun 2017 tersebut ternyata bukan membatalkan izin usaha dan atau
kegiatan penambangan yang telah diberikan oleh PT. Semen Gresik (Persero), tbk namun
hanya sekedar menunda pengoperasian kegiatannya sampai dengan diterbitkannya kembali
izin usaha lingkungan yang terbaru. Surat Keputusan tersebut bertentangan dengan amar
putusan MA. Surat Keputusan gubernur tersebut juga bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang ada diatasnya (UU No. 32 Tahun 2009). Dari aspek tata urutan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia menunjukkan bahwa SK Gubernur sebagai
kebijakan tingkat daerah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berada diatas tingkatannya.
Karena, seperti yang kita ketahui bahwasannya Legalitas suatu perusahaan atau badan
usaha adalah merupakan unsur yang terpenting, karena legalitas merupakan jati diri yang
melegalkan atau mengesahkan suatu badan usaha sehingga diakui oleh masyarakat.
Legalitas perusahaan harus sah menurut undang-undang dan peraturan, di mana
perusahaan tersebut dilindungi atau dipayungi dengan berbagai dokumen hingga sah di
mata hukum.
Setiap nama perusahaan harus disahkan, pengesahan dimulai sejak dibuatnya akta pendirian
di depan notaris, diumumkan di Berita Negara dan didaftarkan dalam daftar perusahaan.
Apabila tidak ada pihak lain yang keberatan atau menyangkal atau pemakaian nama
perusahaan tersebut, itu berarti sudah ada pengakuan dan nama tersebut menjadi legal atau
sah untuk dipergunakan oleh perusahaan yang mendaftarkannya.
Perusahaan yang mempunyai legalitas perusahaannya maka pengusaha tersebut sudah
mendapatkan jaminan atas keberlangsungan perusahaannya, seperti mempunyai sarana
perlindungan hukum,sarana promosi, bukti kepatuhan terhadap hukum, mempermudah
mendapatkan suatu proyek dan mempermudah pengembangan usaha.

You might also like