Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan

Volume 10 Nomor 2 Juni 2020


ISSN: 2087-9385 (print) dan 2528-696X (online)
http://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DI SEKOLAH DASAR

Kurotul Aeni dan Tri Astuti

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
Email: threeas_tuti@yahoo.com

Info Artikel Abstract


The research aims to describe and analyze the implementation of multicultural values in
Sejarah Artikel: SD Global Inbyra School (GIS) and SD Pelita Harapan Bangsa (PHB).
Diserahkan 27 Januari 2020 The research method used is the naturalistic inquiry case study approach. Retrieval of data
Direvisi 5 Februari 2020 using observations, interviews, and documentation. The validity of the data is done by
Direvisi 24 April 2020 confirming the results of observations, interviews, documentation. Data credibility testing
Direvisi 22 Mei 2020 is done by extending observations, increasing persistence, triangulation of data, member
Disetujui 22 Mei 2020 checks, and references. Data analysis uses the interactive model of Miles & Huberman.
The results showed that the implementation of multicultural values in GIS and PHB as
follows 1) was carried out in an integrated manner through intracuricular and
Keywords: extracurricular activities; 2) The role is very dominant shown by the principal, teachers,
multicultural values, and students have the same understanding and positive influence in the development of
character, multicultural values as an effort to build the character of students. The differences are (1)
elementary in SD GIS: (a) the application of English as the language of instruction makes students
familiar with the term English in relation to the use of technology; confident in interacting
with strangers / foreigners; (b) implementation of multicultural values through character
building subjects; (c) the existence of a dual curriculum program, namely the integration
and integration of national and international curricula (cambridge) that balances student
potential, opportunities, ethnic background, religious beliefs and ideals to create
individuals to socialize with different cultures.

Abstrak
Penelitian bertujuan mendiskripsikan dan menganalisis implementasi nilai-nilai
multikultural di SD Global Inbyra School (GIS) dan SD Pelita Harapan Bangsa (PHB).
Metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan naturalistik inquiry studi kasus.
Pengambilan data menggunakan pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan
data dilakukan dengan konfirmasi hasil observasi, wawancara, dokumentasi. Uji
kredibilitas data dilakukan dengan memperpanjang pengamatan, meningkatkan ketekunan,
triangulasi data, member check, dan referensi. Analisis data menggunakan model interaktif
Miles & Huberman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi nilai-nilai multikultural di GIS dan
PHB sebagai berikut 1) dilaksanakan secara terpadu melalui kegiatan intrakurikuler dan
ekstrakurikuler; 2) Peran sangat dominan ditunjukkan oleh kepala sekolah, guru, dan siswa
memiliki pemahaman yang sama dan berpengaruh positif dalam pengembangan nilai-nilai
multikultural sebagai upaya membangun karakter peserta didik. Adapun perbedaannya
yakni (1) di SD GIS: (a) penerapan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar membuat
siswa tidak asing dengan istilah bahasa Inggris kaitannya dengan penggunaan teknologi;
percaya diri dalam berinteraksi dengan orang asing/WNA; (b) implementasi nilai-nilai
multikultural melalui mata pelajaran character building; (c) adanya program kurikulum
ganda, yakni perpaduan dan pengintegrasian kurikulum nasional dan internasional
(cambridge) yang menyeimbangkan potensi siswa, peluang, latar belakang etnis, keyakinan
agama dan cita-cita guna menciptakan individu untuk bersosialisasi dengan budaya yang
berbeda.

© 2020 Universitas Muria Kudus


Kurotul Aeni dan Tri Astuti
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DI SEKOLAH DASAR
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Volume 10, Nomor 2, Juni 2020, hlm. 178-186

PENDAHULUAN dan pembelajaran ke arah memberi peluang


Kehidupan masyarakat Indonesia penuh yang sama pada setiap anak, yakni: 1) tidak ada
dengan keragaman suku bangsa, bahasa, yang dikorbankan demi persatuan; 2) siswa
budaya, ras, kepercayaan, dan agama. ditanamkan pemikiran lateral,
Indonesia merupakan negara yang majenuk keanekaragaman; 3) keunikan itu dihargai. Hal
(Baldah, 2016). Berbagai persoalan di ini berarti harus ada perubahan sikap, perilaku,
masyarakat terkait dengan isu perbedaan, dan nilai-nilai khususnya sivitas akademika
seperti prasangka antar kelompok, kekerasan sekolah. Penekanan pendidikan multikultural
antar kelompok, tawuran antar pelajar, bullying lebih difokuskan pada pendidikannya. Siswa
anak sekolah pada sesama teman, menunjukkan seharusnya dilatih dan dibiasakan untuk
betapa rentannya rasa kebersamaan dalam memahami semua jenis pengetahuan, aktif
keragaman yang telah dibangun oleh para mendiskusikan konstruksi pengetahuan dan
pendahulu bangsa. Persoalan tersebut interpretasi.
memunculkan adanya diskriminasi di antara Penelitian mengenai pelaksanaan
sesama. Persoalan ini tidak bisa dibiarkan pendidikan multikultural telah dilakukan oleh
terjadi, apalagi di kalangan anak sekolah Dasar. beberapa peneliti antara lain oleh Lincoln
Pendidikan merupakan media yang tepat untuk (2011), Ismaya (2011), Sudrajat (2014) dan
mengenalkan multikultural (Wahyudin, 2017). Najmina (2018). Riset Lincoln (2011)
Desmita (2016) menjelaskan bahwa menunjukkan kesetaraan pendidikan selalu
anak usia sekolah dasar 7 sampai 11 tahun relatif dan pada proses menuju tingkat yang
berada pada tahap mythic- literal faith. Tahap lebih tinggi baik secara kuantitas dan kualitas
perkembangan kognitifnya, berada pada tergantung pada sejarah dan sosial tertentu;
perkembangan operasional konkret yakni pemerataan pendidikan adalah cita-cita yang
memikirkan segala sesuatunya secara konkret; sulit dijangkau karena varietas masing-masing
anak secara sistematis mulai mengambil makna siswa, dalam hal latar belakang bahasa dan
tradisi masyarakatnya. Guru harus memahami budaya, tingkat kognitif, kemampuan, dan gaya
karakteristik dan keberagaman peserta didik di belajar, dan keterbatasan pengetahuan,
sekolah, agar mampu mengelola kesetaraan keterampilan, dan profesionalisme guru, Lebih
guna meningkatkan kualitas pendidikan. lanjut riset Ismaya (2011) menemukan bahwa
Berdasarkan pasal 4 (1) Undang-undang belum ada praktek pendidikan multikultural di
Nomor 20 tahun 2003, Permendikbud (2016) tiga sekolah yang diteliti. Praktek pendidikan
maka pengakuan atas perbedaan individual dan multikultural tidak dilaksanakan karena tidak
latar belakang budaya peserta didik perlu ada aturan atau kurikulum khusus yang
mendapatkan perhatian serius. Langkah mengharuskan praktek pendidikan
strategisnya, yakni melalui pendidikan multikultural. Akan tetapi yang terjadi adalah
multikultural di Sekolah. Pendidikan praktek multikulturalisme, dimana praktek
multikultural merupakan suatu rangkaian multikulturalisme terjadi secara alami karena
kepercayaan dan penjelasan yang mengakui masing-masing pihak menyadari akan
dan menilai pentingnya keragaman budaya dan eksistensi orang lain dengan latar belakang
etnis di dalam membentuk budaya hidup, suku, agama, etnis, budaya, gender, status
pengalaman sosial, identitas pribadi, sosial, dan tata nilai yang berbeda. Praktek
kesempatan pendidikan dari individu, multikulturalisme yang terjadi adalah
kelompok maupun negara. pembelajaran multikultural yang dilakukan
Pendidikan multikultural menurut guru serta interaksi sosial dan pergaulan
Zamroni (2011) suatu bentuk reformasi multikultural yang dilakukan siswa dalam
pendidikan yang bertujuan untuk memberikan lingkungan sekolah.
kesempatan yang setara kepada siswa tanpa Sementara itu penelitian Sudrajat (2014)
memandang latar belakangnya, sehingga semua menunjukkan melalui sekolah, guru dapat
siswa dapat meningkatkan kemampuan yang menanamkan hakikat dan praktik pluralistis
setara optimal sesuai dengan ketertarikan, bagi peserta didik; guru perlu bertindak secara
minat dan bakat yang dimiliki. Hanum (2009) kreatif dalam menjembatani pluralitas menuju
menyatakan tujuan utama pendikan budaya yang plural dan damai; sebagai ujung
multikultural mengubah pendekatan pelajaran tombak pendidikan multikultural, guru harus

179
Kurotul Aeni dan Tri Astuti
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DI SEKOLAH DASAR
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Volume 10, Nomor 2, Juni 2020, hlm. 178-186

mempunyai pemahaman yang memadai tentang dokumentasi. Teknik observasi partisipasi


multikulturalisme dan pendidikan dilakukan dengan cara terlibat langsung secara
multikultural. Dalam kegiatan pembelajaran, aktif bersama objek yang diteliti. Wawancara
guru mengembangkan iklim yang multiculture- terbuka dilaksanakan berdasarkan pedoman
oriented yang mengedepankan keadilan sosial wawancara, sumber data penelitian juga
dan budaya bagi siswa, sehingga guru perlu dikumpulkan melalui kajian dokumen yang
melakukan transformasi diri menuju pribadi relevan.
yang multikultur dan mempunyai desain Untuk menguji validitas data, maka data
pembelajaran yang berbasis multikultur yang yang terkumpul diverifikasi terlebih dahulu
tidak berorientasi pada kognitif semata. Lebih keabsahan data dilakukan melalui konfirmasi
lanjut riset Najmina (2018) menunjukkan hasil observasi, wawancara dengan informan,
pendidikan multikulturalisme harus diterapkan dan konfirmasi dokumen dengan hasil
dalam proses pembelajaran melalui proses wawancara. Uji kredibilitas data dilakukan
pembiasaan, pembelajaran multikultural dengan memperpanjang waktu pengamatan,
dilakukan dengan pembentukan pola pikir, meningkatkan ketekunan, triangulasi data,
sikap, tindakan, dan pembiasaan sehingga member chek, dan menggunakan bahan
muncul kesadaran nasional keindonesiaan. referensi.
Karakter keindonesiaan tersebut meliputi: Tahap analisis data menggunakan model
kesadaran kebanggaan sebagai bangsa, interaktif Miles & Huberman (1992) yakni
kemandiriaan dan keberanian sebagai bangsa, dilakukan secara berlanjut, berulang dan terus-
kesadaran kehormatan sebagai bangsa, menerus di dalam melaksanakan pengumpulan
kesadaran melawan penjajahan, kesadaran data, reduksi data, penyajian data dan
berkorban demi bangsa, kesadaran mengambil kesimpulan
nasionalisme bangsa lain, dan kesadaran
kedaerahan menuju kebangsaan. Terwujudnya HASIL DAN PEMBAHASAN
karakter keindonesiaan tersebut menjadi Praktik pendidikan multikultural dalam
landasan kuat sebagai ciri khas manusia kehidupan di sekolah Global Inbyra School
Indonesia yang kuat. Kekuatan keindonesiaan (GIS) and Pelita Harapan Bangsa (PHB)
ini menjadi energi besar untuk menjadi dilaksanakan secara terpadu melalui kegiatan
Indonesia sebagai bangsa besar di tengah intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler.
percaturan bangsa-bangsa di dunia. Bangsa Kegiatan ini sangat beragam, disesuaikan
besar hanya dapat diwujudkan melalui karakter dengan minat dan bakat peserta didik. Hal
manusia yang kuat. Karakter keindonesiaan tersebut dilakukan agar siswa tidak bosan.
melalui pendidikan multikulturalisme inilah Berikut ini adalah salah satu contoh jenis
salah satu harapan menuju Indonesia besar di kegiatan ekstrakulikuler di GIS:
masa depan.
Berdasarkan hal tersebut maka
penelitian yang dilakukan bertujuan untuk
mendiskripsikan dan menganalisis
implementasi nilai-nilai multikultural di SD
Global Inbyra School (GIS) dan SD Pelita
Harapan Bangsa (PHB).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, dengan pendekatan naturalistik
inquiry. Berdasarkan kondisi dan lingkungan Gambar 1. Ekstrakurikuler renang sekolah GIS
objek penelitian yang berbeda, peneliti
menggali data melalui observasi, wawancara Kegiatan tersebut dilaksanakan tanpa
mendalam dan dokumentasi. paksaan dari siapapun. Pendidikan
Teknik pengumpulan data multikultural adalah suatu pendekatan progresif
menggunakan pengamatan partisipan atau untuk melakukan transformasi pendidikan
observasi, wawancara mendalam, dan secara menyeluruh membongkar kekurangan,

180
Kurotul Aeni dan Tri Astuti
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DI SEKOLAH DASAR
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Volume 10, Nomor 2, Juni 2020, hlm. 178-186

kegagalan dan praktek diskriminasi dalam Pendidikan pada masyarakat pluralitas


proses pendidikan (Supriati, 2017). senantiasa bertumpu pada tiga pilar yaitu orang
Pengembangan nilai-nilai multikultural dalam tua, sekolah, dan masyarakat (Indriyanti, 2016).
kegiatan intrakurikuler melalui pembelajaran di Pengembangan sikap saling menghormati antar
kelas memiliki peran yang strategis dalam sesama di dalam mengikuti kegiatan
upaya tercapainya tujuan pendidikan pembelajaran memotivasi peserta didik dalam
multikultural pada siswa di kedua sekolah belajar merupakan bagian dari pengembangan
tersebut. Pendidikan multikultural tidak nilai-nilai multikultural guna membangun
diselenggarakan secara sistematis pada mata kualitas belajar peserta didik.
pelajaran yang berdiri sendiri. Berdasarkan hasil observasi, beberapa
Pendidikan multikultural di Indonesia nilai multikultural yang ditanamkan pada
diajarkan secara terintegrasi dengan beberapa peserta didik dalam kegiatan intrakurikuler
mata pelajaran tertentu (Prastyawati, 2015). sebagai berikut di SD GIS a) pada jam pertama
Implementasi nilai-nilai multikultural secara siswa berbaris di luar kelas kemudian masuk
substansial sudah tampak dalam kegiatan di satu persatu dengan tertib; b) pada jam pertama
dalam kelas, seperti guru mengaitkan materi guru kelas masuk sebentar memberikan
pelajaran dengan pengembangan nilai-nilai pendampingan dengan menginformasikan
multikultural pada peserta didik; guru dalam pelajaran apa saja yang akan siswa pelajari
memberikan tugas kelompok; serta kegiatan sebagaimana yang ada dalam buku agenda,
diskusi kelas. Peserta didik pada jenjang serta memberi arahan-arahan; c) pada jam
sekolah dasar harus dibekali dengan konsep terakhir, setelah pelajaran usai guru kelas
wawasan pengetahuan secara jelas, supaya masuk lagi untuk memulangkan siswa; d)
tidak ada pengaburan pengetahuan di jenjang kegiatan pembelajaran dilaksanakan oleh guru
selanjutnya (Hidayat, 2018). Berikut ini bidang studi; e) pada jam pertama diawali
gambar mengenai proses pembelajaran di kelas dengan do’a bersama; f) demikian juga pada
jam terakhir.
Di SD PHB: a) pada jam ke 0 setiap
pagi diadakan kegiatan morning assembly di
lapangan halaman sekolah dari kelas 1 sampai
dengan kelas 6 kegiatan diawali dengan
memberi salam kepada masing-masing guru
yang ada dengan menyebut namanya,
dilanjutkan dengan do’a bersama sesuai agama
dan keyakinan masing-masing, menyanyikan
lagu nasional, menyanyikan lagu mars PHB,
memberi ucapan selamat kepada yang sedang
ulang tahun; b) kemudian masuk ke kelas
Gambar 2 . Kegiatan Belajar Mengajar di GIS masing-masing dengan tertib; c) pada
pembelajaran jam pertama diawali dengan do’a
bersama sesuai agama dan kepercayaan
masing-masing, d) begitu juga pada jam
terakhir; e) pada pelaksanaan kegiatan
pembelajaran guru mengintegrasikan pada sub
tema yang sesuai dengan nilai multikultural,
pengaturan piket kelas, penerapan aturan tata
tertib kelas dan sangsinya, penanaman nilai
multikultural saling menghormati, saling
menghargai perbedaan, kebersamaan, dan
tenggang rasa.
Kegiatan ekstrakurikuler memiliki
Gambar 3. Proses belajar mengajar di PHB peranan yang strategis sebagai upaya
pengembangan nilai-nilai multikultural peserta
didik dalam pembelajaran di luar kelas, seperti

181
Kurotul Aeni dan Tri Astuti
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DI SEKOLAH DASAR
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Volume 10, Nomor 2, Juni 2020, hlm. 178-186

kegiatan keagamaan, keolahragaan,


kemasyarakatan. Beberapa kegiatan Pada saat pelaksanaan kegiatan ini,
ekstrakurikuler di sekolah GIS dan PHB kepala sekolah, guru, dan siswa memiliki
merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan pemahaman yang sama dan berpengaruh positif
dengan pengembangan nilai-nilai multikultural dalam pengembangan nilai-nilai multikultural
meskipun secara eksplisit tidak dijelaskan. sebagai upaya membangun karakter peserta
Secara implisit tujuan dari kegiatan didik. Kepala sekolah sebagai pucuk pimpinan
ekstrakurikuler merupakan bagian dari di lembaga SD GIS dan SD PHB, mempunyai
pengembangan nilai-nilai multikultural peserta peranan yang sangat penting dan positif dalam
didik. Hal tersebut didasarkan pada hasil mengimplementasikan nilai-nilai multikultural
wawancara dengan kepala sekolah GIS dan di sekolah.
PHB. Beliau menyampaikan bahwa “di dalam Berbagai peran sangat dominan
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler juga ditunjukkan oleh kepala sekolah GIS dan PHB,
terdapat proses penanaman dan pengembangan yakni sebagai: a) supervisor; b) inisiator; c)
nilai multikultural” teladan; d) motivator; e) pelindung; f)
Berdasarkan hasil observasi, penggerak kegiatan sekolah; g) pembimbing.
pelaksanaan pengembangan nilai-nilai Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Diah
multikultural melalui kegiatan ekstrakurikuler (Kepala Sekolah PHB), Beliau menyampaikan
yang dilakukan peserta didik di GIS dan PHB, bahwa “saya selalu memberikan dukungan
meliputi: a) Sports/Olah raga: Basket Ball, nyata pada guru dan siswa atas kegiatan yang
Futsal, Voli, Badminton, Tenis meja, Renang, mereka lakukan di sekolah dalam rangka
Wushu; Music Programme/Program Musik: penanaman nilai karakter”.
Piano, Keyboard, Drum, Vocal, Biola, Gitar; Peran supervisor bahwa kepala sekolah
Clubs and Organisation dan Organisasi: mempunyai kewajiban untuk selalu
performing arts, young readers club library, memberikan pengawasan pada semua warga
young investigators, Chinese Art Club, sekolah agar selalu mengimplementasikan nilai
Computer Club, Young Artists Club, Cooking multikultural sesuai dengan sosio kultural
Club, English Club, Chess Club. bangsa yang bersumber dari falsafah Pancasila;
Nilai-nilai multikultural melalui Kepala sekolah memberi teladan pada semua
kegiatan ekstrakurikuler ini adalah toleransi; warga sekolah di kedua sekolah misalnya
menerima perbedaan; memahami persepsi datang ke sekolah tepat waktu, menjaga
orang lain; mencegah terjadinya stereotipe; kebersihan lingkungan sekolah, kerjasama
menjalin komunikasi; kerjasama; empati; dalam melaksanakan kegiatan.
keselarasan; keadilan; demokratis. Hal tersebut Kepala sekolah sebagai inisiator,
peneliti lihat ketika proses observasi penggagas ide bersama dengan wakil kepala
berlangsung. Ketika siswa sedang berkemah sekolah, dewan guru, juga komite sekolah;
misalnya, nilai tersebut nampak diantara para Kepala sekolah sebagai motivator, bahwa
siswa. Mereka selalu bekerjasama dalam kepala sekolah sebagai pucuk pimpinan merasa
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. berkewajiban memberikan dorongan pada
berikut adalah dokumentasi pada saat siswa semua sivitas akademika agar membiasakan
sedang mengikuti kegiatan pramuka. diri mengimplementasikan nilai-nilai
multikultural yang dilandasi falsafah Pancasila.
Peran Kepala sekolah sebagai pelindung
yakni melindungi sivitas akademika dalam
mewujudkan program-program sekolah supaya
terarah, mengayomi sivitas akademika tanpa
membeda-bedakannya. Pelaksanannya seperti
pada saat ada warga yang kena musibah tanpa
membeda-bedakan mereka mengunjunginya,
saat warga sakit, warga meninggal dunia,
punya hajat lainnya. Kepala sekolah sebagai
penggerak kegiatan sekolah, yakni
Gambar 4. Kegiatan kemah Pramuka menunjukkan keikutsertaannya dalam setiap

182
Kurotul Aeni dan Tri Astuti
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DI SEKOLAH DASAR
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Volume 10, Nomor 2, Juni 2020, hlm. 178-186

kegiatan bersama-sama dengan sivitas Persamaan dan Perbedaan Implementasi


akademika yang lain. Hal tersebut Nilai-nilai Multikultural di SD GIS dan SD
menunjukkan adanya kebersamaan dalam PHB
perbedaan. Persamaan dalam implementasi Nilai-
Kepala sekolah sebagai pengarah nilai multikultural di SD GIS dan SD PHB
ditunjukkan dengan peran memberi arahan yakni: 1) kurikulum pendidikan multikultural
secara adil dan setara tanpa memandang secara spesifik belum ada namun sekolah sudah
agama, bangsa, ras, etnis. Multikultural adalah menerapkan dan mengembangkan nilai-nilai
kenyataan yang harus diterima oleh manusia, multikultural pada kurikulum yang dianut di
kenyataan tersebut tidak harus membuat sekolah masing-masing; 2) keberagaman dalam
manusia yang berasal dari luar kultur yang kehidupan beragama dengan memberikan
berbeda menjadikan perpecaham (Nanda, kesempatan pada sivitas akademika untuk
2019). melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan
Guru mempunyai pengaruh positif kepercayaan masing-masing, sekolah
dalam proses transformasi baik ilmu menyediakan guru agama juga ruang untuk
pengetahuan, sikap maupun perilaku siswanya ibadah sesuai agama masing-masing. 3) nilai-
dalam upaya mengembangkan nilai-nilai nilai multikultural sudah diimplementasikan
multikultural. Peran guru di GIS dan PHB dalam kehidupan di lingkungan sekolah sehari-
ditunjukkan sebagai: a) supervisor; b) advisor hari; kegiatan pembelajaran baik intrakurikuler
yakni memberi nasehat, mengarahkan pada maupun ekstrakurikuler; komunikasi antar
siswa ke hal-hal yang lebih baik yang sivitas akademika; juga dalam berbagai
seharusnya dilakukan; c) pembimbing; d) program sekolah.
contoh teladan dalam mempraktikkan nilai- Nilai-nilai tersebut seperti, nilai saling
nilai multikultural; e) psikolog bagi siswa yang menghargai dan menghormati atau toleransi;
bermasalah; f) fasilitator; g) komunikator lintas tidak membeda-bedakan atau diskriminasi;
budaya. tenggang rasa; empati; tolong menolong;
Siswa sebagai subjek didik sekaligus kesetaraan; keadilan; komunikasi;
pelaku aktivitas atau kegiatan di sekolah kekompakan. Nilai-nilai multikultural yang
berperan positif terhadap proses implementasi telah dimiliki tersebut diyakini kebenarannya
nilai-nilai multikultural di GIS dan PHB. Siswa dan dilakukan oleh sivitas akademika tersebut
adalah insan manusia yang memiliki rasa ingin didorong oleh prinsip dan tujuan yang
tahu yang tinggi dan sebagai pribadi yang dikembangkan oleh sekolah sesuai visi
sangat unik (Warpala, 2019). Melalui kegiatan misinya.
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler siswa Perbedaan dalam implementasi nilai-
selaku subjek didik mendapatkan bahan atau nilai multikultural di sekolah GIS: 1)
materi pelajaran, mendapat nasehat dari guru, penerapan bahasa Inggris sebagai bahasa
melaksanakan tata tertib sekolah dengan penuh pengantar dalam kehidupan di sekolah,
tanggung jawab, disiplin dalam menerima membuat siswa tidak asing dengan istilah
tugas dari guru, serta berperilaku baik. bahasa Inggris kaitannya dengan penggunaan
Hasil penelitian yang dilaksanakan teknologi; percaya diri dalam berinteraksi
memiliki persamaan dengan riset Fakhriyah, dengan orang asing/WNA membuat siswa asli
(2014), penelitian Mutohhar, Pubasari, dan membantu siswa dari bangsa asing untuk
Fajrie (2015), penelitian Ismaya dan Romadlon beradaptasi dan berbaur dalam kegiatan sehari-
(2017), riset Rachman et al (2017), penelitian hari sehingga mereka dapat belajar bersama
Perdana (2018), riset Kusumadewi (2019), dengan nyaman; 2) implementasi nilai-nilai
serta penelitian Pratiwi dan Kuryanto (2019). multikultural dalam scope yang lebih besar
Persamaan yang dimaksud yaitu adanya /antar bangsa di sekolah GIS yakni melalui
penekanan pada karakter peserta didik yang mata pelajaran character building; 3) adanya
dibentuk. Adapun perbedaannya pada fokus program kurikulum ganda, yakni perpaduan
penelitian yang dilakukan. dan pengintegrasian kurikulum nasional dan
internasional (cambridge) yang berangsur-
angsur menyeimbangkan potensi peserta didik,
peluang, latar belakang etnis, keyakinan agama

183
Kurotul Aeni dan Tri Astuti
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DI SEKOLAH DASAR
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Volume 10, Nomor 2, Juni 2020, hlm. 178-186

dan cita-cita guna menciptakan individu untuk multikultural tidak ada. Namun kedua sekolah
bersosialisasi dengan budaya yang berbeda. tersebut menunjukkan pengembangan nilai-
Hal ini menunjukkan bahwa sekalipun nilai multikultural terkait dengan keberagaman,
pendidikan multikultural tidak diajarkan secara yakni: 1) upaya mengembangkan Rasa
monolitik, namun nilai-nilai multikultural Keadilan ditunjukkan oleh sekolah GIS yakni
sudah ada di dalam program kurikulum ganda tidak membeda-bedakan di dalam pelayanan
tersebut. pendidikan dan sarana prasarana pada sivitas
Perbedaan dalam implementasi nilai- akademika. Siswa laki-laki dan perempuan
nilai multikultural di sekolah PHB: 1) kegiatan memiliki kesempatan yang sama dalam
Morning Assembly yang dilaksanakan setiap mengikuti kegiatan di sekolah baik
pagi menyatukan suasana yang membangkitkan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Di
semangat di pagi hari guna memecahkan sekolah PHB dalam pemanfaatan sarana dan
kejenuhan sebelum kegiatan pembelajaran prasarana ditunjukkan bahwa semua siswa
dimulai. 2) Kurikulum Pendidikan memperoleh kesempatan yang setara baik pada
multikultural tercantum dalam aspek kurikulum kegiatan intrakurikuler maupun
nasional, yakni terintegrasi dengan pendidikan ekstrakurikuler.sekolah tidak membatasi
budaya karakter bangsa; 3) Implementasi nilai kelompok tertentu untuk menjadi siswa di
multikultural dalam kegiatan di sekolah sekolah ini.sekolah lebih mengembangkan rasa
mencerminkan kehidupan yang mendasarkan keadilan kepada siswa melalui berbagai
pada keberagaman yang didorong oleh cita-cita kegiatan seperti bakti sosial baik secara internal
sekolah untuk terciptanya keselarasan, maupun eksternal (di masyarakat); 2)
keserasian dan keseimbangan antar sivitas Kemampuan Budaya ditunjukkan oleh sekolah
akademika yang berbeda. GIS dan PHB yakni adanya kesadaran akan
Banks (2005:3) menjelaskan bahwa keberagaman yang didorong oleh visi misi
pendidikan multikultural dipahami sebagai sekolah masing-masing. Keberagaman dalam
konsep pendidikan yang memberikan kehidupan di sekolah tersebut membantu siswa
kesempatan sama kepada semua peserta didik mempunyai kemampuan berbudaya. 3)
tanpa memandang gender, kelas sosial, Kesetaraan Pendidikan ditunjukkan oleh
kelompok etnik, ras, karakteristik kultural sekolah GIS dan PHB dengan memberi
mereka, untuk mendapatkan kesempatan sama kesempatan pada masyarakat yang ingin
di sekolah. Hal tersebut dibuktikan juga oleh mendaftar menjadi siswa di sekolah tersebut.
sekolah PHB, sekalipun tidak ada kurikulum Tidak membeda-bedakan agama, suku,
pendidikan multikultural namun pemahaman bangsa, status sosial ekonomi keluarga. Semua
tentang keberagaman dan implementasinya siswa diberikan pelayanan yang sama sesuai
dalam kehidupan di sekolah sudah tampak. kebutuhan masing-masing. Zamroni (2011:
Reformasi Kurikulum ditunjukkan oleh 140), menyatakan bahwa pendidikan
dua lokasi penelitian bahwa pendidikan multikultural merupakan suatu bentuk
multikultural tidak diberikan dalam mata reformasi pendidikan yang bertujuan untuk
pelajaran yang berdiri sendiri. Isi substansi dari memberikan kesempatan yang setara kepada
pendidikan multikultural ditunjukkan dalam siswa tanpa memandang latar belakangnya,
berbagai program kegiatan sekolah. Pandangan sehingga semua siswa dapat meningkatkan
dari beberapa guru menyatakan bahwa kemampuan yang setara optimal sesuai dengan
pendidikan multikultural terintegrasi dengan ketertarikan, minat dan bakat yang dimiliki.
semua mata pelajaran dan mengacu pada
kurikulum nasional. Di sekolah GIS, substansi SIMPULAN
pendidikan multikultural mengacu pada Implementasi nilai-nilai multikultural di
kurikulum nasional dan kurikulum GIS Tegal ditemukan nilai yang relevan
internasional (Cambridge). dengan kehidupan masyarakat multikultural
Sedangkan di sekolah PHB mengacu terdapat dalam kurikulum Character building
pada kurikulum nasional. Jadi pada kedua antara lain saling menghargai; saling
sekolah tersebut tidak menyelenggarakan menghormati; tidak membeda-bedakan; tidak
pendidikan multikultural secara khusus, menghina; tenggang rasa; empati; kerjasama.
sehingga kurikulum berkaitan pendidikan Implementasi nilai-nilai multikultural di PHB

184
Kurotul Aeni dan Tri Astuti
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DI SEKOLAH DASAR
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Volume 10, Nomor 2, Juni 2020, hlm. 178-186

ditemukan nilai yang relevan dengan Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial, 28
kehidupan masyarakat multikultural terdapat (1).
dalam kurikulum umum Pendidikan dan
Kebudayaan, yakni pengintegrasian pendidikan Indriyanti, Poppy dan Wijayanti, Dwi. 2016.
budaya dan karakter bangsa. Nilai-nilai Pendidikan Multikultural berbasis Seni
tersebut meliputi: empati; tenggang rasa; hidup Budaya di SD Taman Muda Ibu
rukun; tidak pilih-pilih teman, membantu Pawiyatan Yogyakarta. Jurnal
teman yang kesulitan; menghargai dan Sosiohumaniora, 3 (1).
menghormati teman lain yang berbeda agama.
Keberagaman akan latar belakang Ismaya, Erik Aditia. 2011. Pendidikan
budaya, agama, suku, bangsa, bahasa, tingkat Multikultural di Yogyakarta. (Tesis).
sosial ekonomi keluarga disadari oleh sivitas Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
akademika, sehingga mereka dapat
mengimplementasikannya di manapun mereka Ismaya, Erik Aditia dan Romadlon, Farid
berada. Upaya memfasilitasi keberagaman Noor. 2017. Strategi Membentuk
tersebut, kedua sekolah mewujudkannya Karakter Semangat Kebangsaan
dengan tidak membeda-bedakan/diskriminatif. Anggota Ambalan Kyai Mojo dan Nyi
Pelaksanaan kegiatan intrakurikuler dan Ageng Serang. Refleksi Edukatika :
ekstrakurikuler diselenggarakan dengan adil. Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7 (2): 140-
Kegiatan pembelajaran tidak membeda- 144.
bedakan setiap siswa dari latar belakang
apapun. Kusumadewi, Subekti. 2019. Pengembangan
Model Manajemen Kurikulum Berbasis
DAFTAR PUSTAKA Penguatan Pendidikan Karakter Untuk
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Di
Baldah, Wardatul. Sumarna, Cecep dan Sekolah Dasar. Refleksi Edukatika :
Yuniarto, Bambang. 2016. Pengaruh Jurnal Ilmiah Kependidikan, 10 (1): 87-
Penanaman Nilai-nilai multikultural 96.
Terhadap Pembentukan Sikap Pluralis
Siswa di MTS Negeri Babakan Lincoln, Y Vonna S.& Guba, Egon G.
Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Jurnal 1985. Naturalistic Inquiry. London:
Edueksotis, 1 (1). Sage Publications. Inc.

Desmita. 2016. Pikologi Perkembangan Peerta Lincoln, P. Z. 2011. Educational Equality or


Didik. Bandung: Remaja Rosda Karya. Educational Equity. NUCB Journal of
Economics And Information Science, 60
Fakhriyah, Fina., Roysa, Mila., dan Sumaji. (1).
2014. Penerapan Pembelajaran Tematik
Berwawasan Multiple Intellegence Miles, M.B. and Hubermen, A.M. 1992.
Dalam Upaya Membentuk Karakter Analisis Data Kualitatif (Terjemahan
Siswa Di SD IT Al Islam Kudus. Tjetjep Rohindi Rohadi). Jakarta:
Refleksi Edukatika : Jurnal Ilmiah Universitas Indonesia Press.
Kependidikan, 4 (1).
Mutohhar., Pubasari, Imaniar, dan Fajrie, Nur.
Hanum, Farida dan Rahmadonna, Sisca. 2010. 2015. Revitalisasi Budaya Lokal Kota
Implementasi Model Pembelajaran Kudus Dalam Pengembangan Bahan
Multikultural SD di DIY. Jurnal Ajar Di Sekolah Dasar. Refleksi
Penelitian Ilmu Pendidikan, 3 (1): 89- Edukatika : Jurnal Ilmiah
102. Kependidikan, 5 (1).

Hidayat, Muhamad Taufik dan Retnasari, Lisa. Najmina, Nana. 2018. Pendidikan
2018. Pendidikan Multikultural dengan Multikultural dalam Membentuk
Pendekatan Aditif di Sekolah Dasar. Karakter Bangsa Indonesia. Jurnal

185
Kurotul Aeni dan Tri Astuti
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DI SEKOLAH DASAR
REFLEKSI EDUKATIKA : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Volume 10, Nomor 2, Juni 2020, hlm. 178-186

Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 10 (1): 52- Sudrajat. 2014. Pendidikan Multikultural


56. Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran IPS di SD. JIPSINDO, 1
Nanda, Maulidan. 2019. Strategi Guuru (1): 1-19.
Pendidikan Agama Islam dalam
Menanamkan Nilai-nilai Pendidikan Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Multikultural di SMA Negeri 07 Kota Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Medan. Jurnal Observasi. Vol. 02. No Kualitatif, dan R&D. Bandung:
02. Alfabeta.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Supriati, Atin dan Nasutioan, Aida Rahmi.
Kebudayaan. 2016. Standar Kompetensi 2017. Implementasi Pendidikan
Lulusan Pendidikan Dasar dan Multikultural Dalam Praktik Pendidikan
Menengah. Jakarta: Kemendikbud. di Indonesia. Elementary, 3.

Perdana, Novrian Satria. 2018. Implementasi Tilaar, H.A.R. dan Nugroho, R.. 2009.
Peranan Ekosistem Pendidikan Dalam Kebijakan Pendidikan: Pengantar untuk
Penguatan Pendidikan Karakter Peserta Memahami Kebijakan & Kebijakan
Didik. Refleksi Edukatika : Jurnal Pendidikan sebagai Kebijakan Publik.
Ilmiah Kependidikan, 8 (2): 182-191. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Prastyawati, lia dan Hanum, Farida. 2015. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Pengembangan Model Pembelajaran Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Pendidikan Multikultural berbasis Nasional.
Proyek di SMA. Jurnal Harmoni Sosial,
2 (1). Wahyudin, Apri dan Elhefni. 2017. Strategi
Pengembangan Pendidikan
Pratiwi, Ika Ari dan Kuryanto, Mohammad Multikultural di Indonesia. Jurnal
Syaffruddin. 2019. Correlation Elementary, 3.
Betengan Traditional Games On
Locomotor Movements And Characters. Warpala, I Wayan Sukra. 2019. Pembelajaran
Refleksi Edukatika : Jurnal Ilmiah Kontekstual: Sebuah Inovasi Penerapan
Kependidikan, 10 (1): 71-76. Pendidikan Multikultural dan Belajar
untuk Penemuan. Media Edukasi, 3 (1).
Rachman, et al .2017. Pengembangan Model
Manajemen Pelatihan dan Wulandari, Taat. 2013. Pendidikan
Pengembangan Pendidikan Karakter Multikultural di SMP Maria Immaculata
Berlokus Padepokan Karakter. Refleksi Dan SMP Negeri 5 Yogyakarta,
Edukatika : Jurnal Ilmiah (Disertasi). Yogyakarta: Program
Kependidikan, 8 (1): 16-26. Pascasarjana, UNY.

Zamroni. 2011. Pendidikan Demokrasi pada


Masyarakat Multikultural. Yogyakarta:
Surya Sarana Grafika.

186

You might also like