Professional Documents
Culture Documents
Penerapan Prinsip Desain Arsitektur Biofilik Pada Riau Mitigation and Disaster Management Center
Penerapan Prinsip Desain Arsitektur Biofilik Pada Riau Mitigation and Disaster Management Center
Penerapan Prinsip Desain Arsitektur Biofilik Pada Riau Mitigation and Disaster Management Center
net/publication/343368810
Penerapan prinsip desain arsitektur biofilik pada Riau Mitigation and Disaster
Management Center
CITATIONS READS
3 1,107
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
STUDY OF COASTAL vernacular architecture : HOUSE CONSTRUCTION OF AKIT TRIBE IN RUPAT ISLAND View project
All content following this page was uploaded by Gun Faisal on 05 August 2020.
https://journal.unwira.ac.id/index.php/ARTEKS
Research paper doi: 10.30822/arteks.v5i2.448
Copyright ©2020 Elza Fitria Ningsih, Yohannes Firzal, Gun Faisal. This is an open access article distributed the Creative
Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
307
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 2 August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
(Juandi 2015). Pengetahuan dan kemampuan elemen dari alam dapat meningkatkan
mitigasi harus dijadikan prioritas, namun masih produktivitas dan kesehatan fisik serta mental
banyak masyarakat yang belum menguasai teknik pengguna, serta memberikan rasa aman dan
perlindungan diri, bahkan Indonesia belum nyaman kepada pengungsi yang akan menjadikan
memiliki standar mitigasi seperti negara lainnya fasilitas ini sebagai tempat evakuasi akhir.
(Makdori 2019). Riau Mitigation and Disaster Management
Pengetahuan tentang menyelamatkan diri Center diharapkan dapat menjadi fasilitas guna
sejak dini di Provinsi Riau masih sangat minim meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa
diajarkan meskipun fasilitas-fasilitas untuk bencana dapat datang kapan saja dan dimana saja
penanggulangan seperti ketika kebakaran terjadi serta tentang pentingnya kemampuan
difasilitasi. Akibatnya, anak-anak hingga menaggulangi bencana; serta meningkatkan
dewasanya kurang memiliki kesadaran yang pengetahuan dan kemampuan masyarakat tentang
tinggi akan pentingnya kemampuan untuk penanggulangan bencana.
menyelamatkan diri. Oleh karena itu, diperlukan
fasilitas belajar dan pelatihan dimana masyarakat
Riau mendapat pendidikan bencana yang sudah Metode penelitian
disesuaikan dengan karakteristik dan diperbarui
sesuai dengan kejadian-kejadian terbaru. Paradigma
Dengan bencana yang kerap terjadi, Provinsi Riau Mitigation and Disaster Management
Riau sewajarnya memiliki pusat pelatihan dalam Center merupakan tempat dimana masyarakat
menghadapi bencana dan bukan hanya sekedar terutama anak-anak memperoleh edukasi tentang
kantor, oleh karena itu upaya yang dilakukan kebencanaan, pelatihan simulasi dalam
adalah dengan merancang pusat mitigasi dan menghadapi bencana dan bagaimana
disaster management di Pekanbaru, Riau. mempersiapkan diri ketika bencana terjadi.
Riau Mitigation and Disaster Management Kegiatan simulasi dilakukan sebagai edukasi
Center dirancang sebagai tempat bagi masyarakat dilakukan di luar ruangan dan rekreasi serta
untuk belajar dan berlatih tentang mitigasi dan belajar di dalam ruangan. Hal ini membuat
manajemen bencana. Mitigasi difokuskan pada fasilitas-fasilias ini harus dirancang ramah
bencana yang umum terjadi di Riau seperi banjir, keluarga dan nyaman untuk digunakan sehingga
kebakaran, dan gempa. Selain itu, fasilitas akan pengguna dapat berlama-lama berada di
memiliki ruang simulasi indoor dan lapangan lingkungan ini. Selain itu, bangunan ini
simulasi, museum, ruang audio-visual, serta dilengkapi dengan tempat evakuasi akhir bagi
tempat evakuasi akhir bagi korban ketika bencana korban ketika bencana sesungguhnya terjadi.
sesungguhnya datang. Kegiatan evakuasi yang mengatur kembalinya
Berdasarkan permasalahan yang telah kesehatan fisik dan mental korban bencana juga
disebutkan, maka fasilitas Riau Mitigation and membutuhkan fasilitas yang dapat memberikan
Disaster Management Center tepat jika dirancang rasa nyaman dan aman kepada korban.
dengan pendekatan yang menghargai alam, Kenyamanan akan merangsang kreativitas dan
mengambil bentukan-bentukan dari alam, produktivitas pengguna dan membuat pengguna
menciptakan suasana yang dekat dengan alam aktif, juga menciptakan rasa aman serta kesehatan
dengan cara menghadirkan ruang yang dirancang fisik dan mental caranya dengan menghadirkan
menggunakan pencahayaan alami, serta sesuai bangunan yang dekat dengan alam dan
dengan kondisi geografis, budaya, dan ekologi menghargai alam (Pudianti and Vitasurya 2019).
setempat. Maka dari itu, pendekatan rancangan Maka dari itu, desain biofilik akan diterapkan
yang sesuai untuk bangunan ini adalah kepada bangunan dengan cara menerapkan
pendekatan desain biofilik. keenam prinsip utama desain biofilik yang mana
Pendekatan desain biofilik dapat mendukung menjadi standar bagi bangunan yang
fungsi bangunan dalam segi bentukan dan yang menggunakan pendekatan tersebut. Tiap prinsip
dapat memberikan dampak positif pada fisik dan biofilik memiliki atribut-atributnya tersendiri.
psikologi manusia termasuk ketika bencana Total atribut dari semua prinsip adalah 70 atribut
terjadi (Joye 2007). Penggunaan pendekatan dan tidak semua atribut harus diterapkan pada
prinsip desain arsitektur biofilik menjadikan bangunan. Oleh karena itu, pada perancangan
fasilitas harus dekat dengan alam dengan Riau Mitigation and Disaster Management akan
menggunakan elemen-elemen tersebut. Elemen-
308
Elza Fitria Ningsih, Yohannes Firzal, Gun Faisal:
The application of biophilic architecture design principle on Riau Mitigation and Disaster Management Center
digunakan beberapa atribut dari tiap prinsip saja, Metode pengumpulan data
yaitu: Metode pengumpulan data adalah dengan
1. Fitur lingkungan: penggunaan material alami, survey lapangan dan mencari sumber literatur dari
bukaan, view dan vistas; buku, jurnal, dan media tentang prinsip desain
2. Bentuk-bentuk alam: menggunakan motif arsitektur biofilik dan pusat mitigasi dan
botanis, menggunakan bentuk lengkung; penanggulangan bencana.
3. Pola dan proses alam: ruang-ruang yang
diikat, ruang-ruang transisi;
4. Cahaya dan ruang: penerapan cahaya alami, Temuan dan pembahasan
cahaya yang disaring dan difusikan, cahaya
dan bayangan, adanya cahaya yang terpantul, Disaster management atau penanggulangan
keluasan ruang, keselarasan ruang, ruang bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
bagian dalam-luar; penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
5. Hubungan berbasis ruang: hubungan timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
geografis antara bangunan dan tempat, fitur bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi
lansekap menentukan bangunan; (Presiden Republik Indonesia 2007).
6. Hubungan evolusi manusia-alam: refuge, Manajemen bencana juga dapat diartikan
menciptakan rasa ingin tahu, penguasaan dan sebagai upaya untuk merencanakan,
pengendalian, atraksi dan keindahan, mengorganisasikan, mengawasi, melaksanakan
eksplorasi dan penemuan. segala sumberdaya jika terjadi bencana pada suatu
daerah (Mareta 2014).
Strategi perancangan Pengertian mitigasi (mitigation) adalah upaya
Strategi perancangan Mitigation and Disaster untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
Management Center adalah: Tahap awal: survey, pembangunan fisik maupun penyadaran dan
analisa site, analisa kebutuhan ruang, zoning, peningkatan kemampuan menghadapi bencana
membuat program ruang, membuat pola (Presiden Republik Indonesia 2008).
hubungan antar ruang; Tahap kedua: konsep, Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat
tatanan massa, tatanan ruang luar, bentukan diambil kesimpulan bahwa pusat mitigasi dan
massa, sistem struktur, tatanan ruang dalam, manajemen bencana merupakan tempat
utilitas, fasad bangunan, interior, detail lansekap; diselenggarakannya kegiatan untuk penyadaran
Tahap akhir: perancangan dan hasil desain (Lihat dan peningkatan kemampuan mempersiapkan diri
gambar 1). menghadapi bencana.
Gambar 1
Desain biofilik
Desain biofilik pertama kali dikenalkan oleh
Steven Kellert (Gullikson 2010). Pernyataan
Kellert yang dikutip oleh Sumartoni, 2015
menyatakan tujuan dari desain biofilik ini adalah
bagaimana memasukkan pemahaman ‘biofilia’ ke
dalam lingkungan binaan sehingga terjadi
interaksi antar alam dan manusia dalam bangunan
yang menyehatkan (Sumartono 2017). Desain
biofilik memiliki dua dimensi utama yaitu,
dimensi organtik atau naturalistik dan dimensi
berbasis tempat atau vernakular (Sumartono
2015).
Dimensi organik atau naturalistik diartikan
sebagai bentuk-bentuk yang ada di lingkungan
binaan yang secara langsung, tidak langsung, atau
simbolis mencerminkan keterikatan manusia
dengan alam (Kellert, Heerwagen, and Mador
2013). Dimensi organik dapat berupa kontak
langsung dengan alam, misalnya penggunaan
Gambar 1. Bagan strategi perancangan
309
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 2 August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
jendela besar yang membuat pengguna Jamal; dan (d) Sebelah Barat berbatasan dengan
berhubungan langsung dengan alam seperti Jalan Jendral Sudirman.
tanaman, hewan, dan ekosistem (Widodo 2019; Lokasi ini dipilih setelah melalui beberapa
Subroto 2019). Dimensi organik tidak langsung pertimbangan seperti luas site yang cukup, lokasi
bisa berupa penggunaan air mancur, akuarium, yang strategis, akses yang dekat dari Jendral
atau tanaman pot. Secara simbolis, dimensi Sudirman, dan jalan yang lebar sehingga terhindar
organik dapat berupa pengalaman tanpa kontak dari kemacetan (Lihat gambar 3).
langsung dengan alam, melainkan
representasinya seperti dari foto, video, dan lain-
lain.
Dimensi berbasis tempat atau vernakular
diartikan sebagai bangunan atau lanskap yang
menghubungkan budaya dan ekologi lokal atau
suatu area geografis (Sumartono 2017). Dimensi
ini memberikan sebuah ‘rasa’ atau spirit pada View dari dalam site
suatu ruang dan agar menghindari
‘ketidakhadiran tempat’ (placelessness).
Kedua dimensi memiliki enam unsur utama
yang dapat digunakan dalam perancangan
arsitektur biofilik (Kellert, Heerwagen, and
Mador 2013). Keenam unsur tersebut ini adalah
Gambar 3
standar perancangan Biofilik, yaitu: (1)
Environtmental features (fitur lingkungan); (2)
Natural shapes and forms (bentuk-bentuk alami);
(3) Natural patterns and processes (pola pola dan
proses alami); (4) Light and space (cahaya dan
ruang); (5) Place-based relationships (hubungan View ke luar site
berbasis ruang); (6) Evolved human-nature
relationships (hubungan evolusi manusia-alam)
(Kellerts 1993).
Lokasi perancangan
Lokasi: Jln. Datuk Setia Maharaja, Kec. Bukit
Raya, Kota Pekanbaru; Letak geografis: N
773333.38 E 53168.99; Luas: 2,6 Ha (Lihat
gambar 2).
Gambar 2
310
Elza Fitria Ningsih, Yohannes Firzal, Gun Faisal:
The application of biophilic architecture design principle on Riau Mitigation and Disaster Management Center
Kebutuhan ruang
Adapun fasilitas yang ada di bangunan dibagi
menjadi fasilitas publik, pengelola, dan servis
(Lihat tabel 2).
311
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 2 August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
Penerapan desain
Penerapan desain pada Riau Mitigation and
Disaster Management Center adalah prinsip-
prinsip desain arsitektur biofilik oleh Stephen
Kellert. Inti dari prinsip-prinsip biofilik adalah
bagaimana cara membuat pengguna tetap merasa
dekat dengan alam meskipun berada di
lingkungan binaan. Prinsip-prinsip tersebut
memiliki atributnya masing-masing dan beberapa
dari atribut tersebut dipilih kemudian diterapkan
Gambar 6. Pola tapak pada fasilitas ini.
Pada interior bangunan, penggunaan atribut-
Zona simulasi diletakkan di bagian Timur atribut dari prinsip-prinsip biofilik oleh Stephen
tapak yang mana mendapatkan sinar matahari Kellert adalah sebagai berikut:
yang baik (Lihat gambar 9). 1. Environmental features
Gambar 9 Pada bangunan, penerapan fitur lingkungan
dilakukan dengan penggunaan material kayu dan
warna-warna yang natural pada beberapa elemen
bangunan seperti sunshading. Pada lanskap
diberikan elemen air pada bagian di depan
bangunan. Interior bangunan seperti lobby
diberikan elemen-elemen natural seperti
bebatuan. Pemberian bukaan-bukaan agar cahaya
matahari masuk dan sirkulasi udara dapat berjalan
Gambar 7. Zona simulasi dengan baik. Selain itu, vegetasi juga diberikan di
312
Elza Fitria Ningsih, Yohannes Firzal, Gun Faisal:
The application of biophilic architecture design principle on Riau Mitigation and Disaster Management Center
313
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 2 August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
Sementara atribut keselarasan ruang akan keindahan yang menekankan pada penggunaan
diterapkan dengan mengkombinasikan bangunan, unsur alam (Lihat gambar 17).
cahaya, dan skala yang memang harus dilakukan. Gambar 17
314
Elza Fitria Ningsih, Yohannes Firzal, Gun Faisal:
The application of biophilic architecture design principle on Riau Mitigation and Disaster Management Center
Referensi
Gullikson, Christina L. 2010. ‘Human
Gambar 19. Skematik rainwater harvesting pada Connection to Nature Within the Build
green roof Environment: An Exploration of Office
Employee Perception of Nature
2. Distribusi air kotor Connectedness’. Florida State University.
Distribusi air kotor dibagi menjadi dua yaitu https://diginole.lib.fsu.edu/islandora/object/fs
air kotor dan air kotoran. Air kotor berasal dari u%3A182148.
buangan air yang terpakai dari wastafel, dapur, Joye, Yannick. 2007. ‘Architectural Lessons from
janitor, dan sebagainya. Sedangkan air kotoran Environmental Psychology: The Case of
berasal pembuangan kloset (Lihat gambar 20). Biophilic Architecture’. Review of General
Gambar 20 Psychology 11 (4): 305–28.
https://doi.org/10.1037/1089-2680.11.4.305.
Juandi, Andi. 2015. ‘Penanganan Bencana Di
Indonesia Belum Optimal’. Elshinta.Com:
News and Information Online, 6 October
2015.
https://www.elshinta.com/news/28456/2015/
10/06/penanganan-bencana-di-indonesia-
belum-optimal.
Kellert, Stephen R., Judith Heerwagen, and
Martin Mador. 2013. Biophilic Design: The
Theory, Science and Practice of Bringing
Buildings to Life. New Jersey: Wiley.
Gambar 16. Skematik air kotor Kellerts, S. R. 1993. The Biophilia Hypothesis.
Edited by E. O. Wilson. Washington: Island
Press.
Kesimpulan Kusmajaya, Sumardani, Supriyati Supriyati,
Agung Adiputra, and M. Galih Permadi. 2019.
Riau Mitigation and Disaster Management ‘Pemetaan Bahaya Dan Kerentanan Bencana
Center merupakan bangunan yang Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Provinsi
menggabungkan fungsi edukasi, rekreasi, Riau’. Jurnal Geografi, Edukasi Dan
simulasi, kantor pengelola, dan tempat evakuasi Lingkungan (JGEL) 3 (1): 55.
akhir yang menggunakan pendekatan desain https://doi.org/10.29405/jgel.v3i1.2993.
biofilik di Pekanbaru, Riau. Kupu-kupu yang Madona, Era, and Muhammad Irmansyah. 2013.
menjadi lambang dari kehidupan dan harapan ‘Aplikasi Metode Nearest Neighbor Pada
hidup adalah konsep yang diterapkan pada Penentuan Jalur Evakuasi Terpendek Untuk
bangunan. Penerapan arsitektur biofilik cocok Daerah Rawan Gempa Dan Tsunami’.
apabila diterapkan pada fasilitas Riau Mitigation Elektro : Jurnal Ilimah 5 (2): 39–46.
and Disaster Management Center karena https://doi.org/https://doi.org/10.30630/eji.5.2
kedekatan pengguna dengan alam akan .52.
meningkatkan produktivitas dan diharapkan Makdori, Yopi. 2019. ‘BNPB: Mitigasi Bencana
memberikan rasa aman ketika evakuasi. Selain Masyarakat Indonesia Masih Di Bawah
315
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 2 August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
316