Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

Volume 4 Nomor 1 Tahun 2019


Hal 96 – 102
Maret 2019

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KEJENUHAN BELAJAR PADA SISWA


DAN USAHA GURU BK UNTUK MENGATASINYA

Poppy Agustina, Syaiful Bahri, Abu Bakar


Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala
Email : poppyanafa@gmail.com

ABSTRACT

Saturation of learning can hit a student who loses motivation in learning, if left prolonged can lead to
stress on students. This study aims to determine the factors that influence learning saturation
experienced by students, to determine the efforts of guidance and counseling teachers in overcoming the
tendency of learning saturation in students, and to find out the obstacles faced. The research used a
qualitative approach with a descriptive type. The subjects in this study were 33 students and 3 GC
teachers. The data collected using observations, interviews, and documentation. Data processing is
narrative. Based on the results of the study, it was found that the factors that influence learning
saturation experienced by students are caused by lack of resting time which makes it difficult for students
to focus on learning, lack of rest due to the number of assignments given by the teacher, and the use of
methods that are not varied such as the use of lecture methods, taking notes, summarizing, and without
being interspersed with other methods. The BK teacher's business overcomes the tendency of student
learning to saturate by providing special motivation and attention to students and providing counseling
services with role playing techniques, assignments and assertive techniques, and working together
between parents, homeroom teachers, and subject teachers. Constraints faced by BK teachers in
overcoming the tendency of learning saturation in students in terms of communication.

Keywords: Saturation of learning, Superior High School students, GC teacher effort, GC teacher
constraints

ABSTRAK

Kejenuhan belajar dapat melanda seorang siswa yang kehilangan motivasi dalam belajar, apabila hal ini
dibiarkan berkepanjangan dapat mengakibatkan stres pada siswa. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi kejenuhan belajar yang dialami peserta didik, untuk mengetahui
usaha guru BK mengatasi kecenderungan kejenuhan belajar pada siswa, dan kendala yang dihadapi dalam
mengatasinya. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Subjek
dalam penelitian ini siswa dan guru BK yang berjumlah 33 orang. Pengumpulan data
menggunakanobservasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengolahan data bersifat naratif. Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh bahwa faktor yang mempengaruhi kejenuhan belajar yang dialami pada siswa
disebabkan oleh kurangnya waktu beristirahat yang menyebabkan siswa sulit fokus pada saat belajar,
kurangnya waktu istirahat disebabkan oleh banyaknya tugas yang diberikan oleh guru, dan penggunaan
metode yang tidak bervariasi seperti penggunaan metode ceramah, mencatat, merangkum, dan tanpa
diselingi dengan metode yang lain. Usaha guru BK mengatasi kecenderungan kejenuhan belajar pada
siswa dengan memberikan motivasi dan perhatian khusus kepada siswa serta memberikan layanan
konseling dengan teknik bermain peran, penugasan dan teknik assertif, dan bekerja sama antara orang
tua siswa, wali kelas, dan guru mata pelajaran. Kendala yang dihadapi oleh guru BK dalam mengatasi
kecenderungan kejenuhan belajar pada siswa dalam hal berkomunikasi.

Kata kunci :Kejenuhan belajar, siswa SMA Unggul, usaha guru BK, Kendala guru BK

ISSN: 2615-0344 96
Poppy Agustina, Syaiful Bahri, Abu Bakar
Analisis faktor penyebab terjadinya kejenuhan belajar ...

PENDAHULUAN

Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal. Sekolah juga merupakan lembaga
pendidikan yang menjalankan kegiatan belajar mengajar dan administrasi pembelajaran.
Melalui sekolah, individu dibimbing menjadi pribadi yang baik dan dapat berkembang sesuai
dengan potensi optimalnya. Pendidikan di sekolah bertujuan menghasilkan perubahan-
perubahan perilaku yang positif pada individu untuk memiliki pengetahuan, kemampuan dan
keterampilan yang optimal sesuai dengan potensi masing-masing individu.
Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan jalur pendidikan formal pada jenjang
pendidikan lanjutan yang mengharuskan siswanya memiliki keyakinan terhadap potensi belajar
yang dimilikinya, agar mampu memenuhi rangkaian tuntutan pembelajaran dalam upaya
pencapaian prestasi belajar secara optimal. Peserta didik yang berada di jenjang sekolah
menengah merupakan individu yang berada di periode remaja di mana terjadi perubahan yang
signifikan baik dari segi fisik maupun psikis.Perubahan tersebut memunculkan berbagai
masalah dalam diri individu yang berdampak pada kegiatan belajar individu tersebut.
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pengalaman dalam pendidikan yang berwujud proses pembelajaran di sekolah
sejatinya merangsang siswa untuk dapat mengembangkan potensi dirinya. Sebuah kekeliruan
jika akhirnya terdapat pengalaman dalam proses pembelajaran yang menghambat tumbuhnya
pengalaman selanjutnya dalam proses menjadi sosok manusia yang diharapkan pendidikan.
Namun pada implementasinya, terkadang proses pembelajaran hanya menekankan pada aspek
intelektualitas serta pemenuhan standar yang diukur oleh nilai kualitatif semata. Kartadinata
(2010: 37) mengidentifikasi kekeliruan dalam pendidikan, di mana terjadi penetapan ukuran
keberhasilan dan mutu pendidikan yang berhenti pada angka-angka ujian.
Dalam kondisi demikian, siswa dipaksa untuk memenuhi harapan standar tersebut dan
yang menjadikan pembelajaran menjadi sebuah proses linier, sebagai sebuah kontrak kerja
antara guru dan peserta didik. Salah satu pemicu kejenuhan belajar datang dari lingkungan
sekolah, kurikulum yang dirasa terlalu berat, cara mengajar atau perlakuan guru yang menekan
dan lingkungan pergaulan peserta didik. Tuntutan akademik yang dirasakan peserta didik dan
perataturan yang berlaku di sekolah dapat memicu terjadinya kejenuhan belajar pada peserta
didik. Fenomena ini dikalangan peserta didik akhir-akhir ini lebih sering terdengar seiring
dengan seringnya terselenggara program kegiatan belajar mengajar yang menuntut keaktifan
para peserta didiknya.
Apabila hal ini dibiarkan berkepanjangan hingga akhirnya memunculkan dampak baru
seperti apa yang dinyatakan Slivar (2001: 55) yang menyatakan bahwa, dalam efek jangka
panjang, stres sekolah dapat menyebabkan gejala kejenuhan (burnout syndrom). Sindrom
kejenuhan belajar muncul akibat stres di sekolah yang berkepanjangan tidak ditangani.
Jenuh dapat berarti jemu dan bosan di mana sistem akalnya tidak dapat bekerja sesuai
dengan yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru.
Kejenuhan sebagai kondisi emosional seseorang yang merasa lelah dan jenuh secara mental
ataupun fisik sebagai akibat tuntutan pekerjaan atau belajar yang meningkat. Sedangkan secara
harfiah jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak memuat apapun.Kejenuhan adalah sebuah
tekanan yang sangat mendalam yang sudah sampai titik jenuh.
Kejenuhan belajar adalah suatu kondisi mental seseorang saat mengalami rasa bosan
dan lelah yang amat sangat sehingga mengakibatkan timbulnya rasa lesu tidak bersemangat
atau hidup tidak bergairah untuk melakukan aktivitas belajar. Kejenuhan belajar sebagai
rentang waktu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil.
Kejenuhan belajar dapat dikatakan di mana kondisi emosional dan fisik seseorang yang
tidak dapat memproses informasi-informasi atau pengalaman baru karena tekanan yang
berkaitan dengan belajar sehingga tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas belajar.
Kejenuhan yang terjadi pada siswa dapat berdampak pada prestasi siswa dan pencapaian
tujuan pendidikan yang inigin dicapai.

97
Poppy Agustina, Syaiful Bahri, Abu Bakar
Analisis faktor penyebab terjadinya kejenuhan belajar ...

Kejenuhan belajar merupakan bagian dari jenis masalah belajar learning disabilities,di
mana indikatornya adalah hasil belajar yang rendah, lambat dalam melakukan tugas-tugas
kegiatan belajarnya, menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti acuh tak acuh, memiliki
sikap yang menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya, menunjukkan perilaku yang
berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah,
mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam
kegiatan belajar, dan sebagainya.
Menurut Nurmalasari (2011:6) siswa yang mengalami kejenuhan menunjukkan perilaku
seperti bolos sekolah, cemas mengalami ulangan, mencontek, tidak perduli terhadap materi,
tidak menguasai materi, tidak betah di sekolah, takut menghadapi guru, tidak dapat
berkonsentrasi di kelas, ingin pindah kelas, cemas terhadap materi yang sulit, jenuh terhadap
penambahan pelajaran,takut dengan pelajaran tertentu, panik menghadapi tugas yang
menumpukatau sulit, tidak percaya diri, dan akan memberikan dampak akademik antara lain
memotivasi belajar rendah, tidak berhasil menguasai materi. Desmita (2005: 12)
mengidentifikasikan ada empat tuntutan sekolah yang dapat menjadi sumber kejenuhan belajar,
yaitu:
1. Physical demands (tuntutan fisik); physical demands maksudnya adalah stres yang terjadi
pada siswa yang bersumber dari lingkungan fisik sekolah.
2. Task demands (tuntutan tugas); adanya tuntutan tugas sekolah yang di satu sisi merupakan
aktifitas sekolah yang sangat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan siswa, namun
di sisi lain tidak jarang tuntutan tugas sekolah tersebut menimbulkan perasaan tertekan dan
menimbulkan kecemasan.
3. Role demands (tuntutan peran); tuntutan peran secara tipikal berkaitan dengan harapan
tingkah laku yang dikomunikasikan oleh pihak sekolah, orang tua dan masyarakat kepada
siswa. Harapan peran ini dapat menjadi salah satu sumber kejenuhan bagi siswa, terutama
ketika ia merasa tidak mampu memenuhi harapan-harapan peran tersebut.
4. Interpersonal demands (tuntutan interpersonal); secara garis besar tuntutan interpersonal
dapat dibedakan menjadi dua tipologi sumber kejenuhan sekolah, yaitu:
a. Personal social stressor adalah stres siswa yang bersumber dari diri dan lingkungan
sosial.
b. Akademic stresor adalah kejenuhan siswa yang bersumber dari proses belajar mengajar
atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar.

Adapun hasil penelitian oleh Agustin (2009: 9) terhadap dampak dari kejenuhan
belajaradalah menjadi suka marah-marah, susah tidur, tidak perduli terhadap tugas sekolah,
mudah tersinggung, sering gelisah dan merasa rendah diri. Kejenuhan belajar jika dibiarkan
dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan memburuknya kondisi psikologis siswa yang bisa
mempengaruhi kualitas diri siswa. Ketika siswa mengalami situasi atau kondisi yang
menimbulkan kejenuhan belajar, secara alamiah mereka akan berusaha untuk mengatasinya
dengan menggunakan sejumlah perilaku tertentu baik secara positif maupun negatif.
Banyak faktor yang berkontribusi terhadap kejenuhan belajar siswa, tetapi secara
khusus kejenuhan belajar yang dialami berkaitan dengan manajemen waktu, interaksi dengan
guru, penyesuaian dengan lingkungan sekolah, dan kurangnya dukungan. Hal yang
dapat memicu siswa mengalami kejenuhan belajar,siswa yang mengalami kejenuhan belajar
dapat diprediksi berasal dari proses belajar untuk menghadapi ujian serta kompetisi yang ketat
di kelas serta kemampuan untuk menguasai materi yang banyak dalam waktu yang singkat.
Kejenuhan belajar dapat berasal dari situasi yang monoton, kebisingan pada saat
belajar, tugas terlalubanyak, harapan yang tinggi, kurang adanya kontrol, tekanan yang tinggi,
tidak dihargai, diacuhkan, kehilangan kesempatan, atauran yang membingungkan, tuntutan
yang saling bertentangan, dan deadline tugas. Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila
siswa telah kehilangan motivasi dan kehilangan kosolidasi salah satu tingkat keterampilan
tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya.
Fenomena kejenuhan belajar juga dialami oleh peserta didik pada SMA Negeri 6
Bandung.Salah seorang peserta didik berinisial R mengalami stres serta kejenuhan belajar

98
Poppy Agustina, Syaiful Bahri, Abu Bakar
Analisis faktor penyebab terjadinya kejenuhan belajar ...

dengan gejala sering merasa pusing ketika guru menerangkan materi pelajaran, sering tidak
mengerjakan tugas, mudah marah, prestasi buruk dan merasa putus asa dengan masa depannya
(Nabillah, 2013: 5).
Terlihat bahwa fenomena kejenuhan belajar di SMA perlu menjadi titik perhatian serius,
terutama pada sekolah yang memungkinkan untuk memberikan beban berlebih kepada
siswa.Lebih jauh, spesifikasi suasana pembelajaran yang monoton, kondisi fasilitas belajar yang
kurang menunjang, serta tuntutan sekolah yangcenderung memaksa siswa untuk belajar
berlebihan dan dapat memicu munculnya gejala depresi. Menyadari hal di atas siswa perlu
bantuan dan bimbingan orang lain agar dapat berindak dengan tepat sesuai dengan potensi
yang ada pada dirinya.
Sekolah sebagai institusi pendidikan tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan
tetapi juga mengembangkan keseluruhan kepribadian siswa.Sebagai profesional guru
memegang peran penting dalam membantu siswa mengembangkan seluruh aspek kepribadian
dan lingkungannya.
Guru BK sebagai salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai
tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan pendidikan, dituntut untuk
memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah
agar dapat membantu siswa dalam menghadapi tuntutan kehidupan. Walgito (2004: 4)
mendefinisikan bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu
atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya,
agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya. Konseling adalah hubungan
pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang. konselor melalui hubungan itu
dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam
hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang dan kemungkinan
keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya,
demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar
bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan
datang (Prayitno, 2004: 101). Sebagai profesional guru memegang peran penting dalam
membantu siswa mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan lingkungannya.Selain itu,
manfaat dari layanan BK bagi siswa di sekolah, yaitu untuk mengenal diri sendiri dan
lingkungannya, menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis,
mengambil keputusan sendiri, mengarahkan diri serta mewujudkan diri.Oleh karena itu,
dibutuhkan upaya dari guru BK untuk mengatasinya secara lebih lanjut agar tidak berdampak
terhadap prestasi belajar siswa. Merujuk pada fakta di atas, maka peneliti tertarik untuk
menganalasis lebih jauh permasalahan tersebut dalam sebuah karya ilmiah berjudul, Analisis
Faktor Penyebab Terjadinya Kejenuhan Belajar pada Siswa dan Usaha Guru BK untuk
Mengatasinya (Suatu Penelitian pada SMA Negeri Unggulan di Kabupaten Aceh Besar).

METODE

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan


menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu dibalik
fenomena yang sama sekali belum diketahui. Menurut Moleong (2008: 10) penelitian deskriptif
kualitatif merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti berbentuk kata-kata, gambar,
fenomena sosial dan masalah manusiadan bukan dalam berupa angka-angka (nominal) dan
mungkin semua data tersebut menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Jenis penelitian
deskriptif, yaitu penelitian yang meneliti keadaan sekarang baik itu perorangan, lembaga,
masyarakat dan nilai-nilai lainnya. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang meneliti
keadaan sekarang berdasarkan data-data yang lebih berupa kata-kata bukan angka yang
disusun balam bentuk cerita atau peristiwa.
Penelitian ini dilaksanakan pada tiga lokasi penelitian yang berbeda. Lokasi penelitian
dilaksanakan pada beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Unggulan yang berlokasi di

99
Poppy Agustina, Syaiful Bahri, Abu Bakar
Analisis faktor penyebab terjadinya kejenuhan belajar ...

wilayah kerja Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Besar, seperti SMA Negeri Unggul Ali Hasyimi,
SMA Negeri Unggul 1 Darul Imarah, dan SMA Negeri 1 Baitussalam Aceh Besar. Alasan peneliti
meneliti pada ketiga sekolah unggulan tersebut dikarenakan SMA tersebut merupakan SMA
Negeri Unggulan di Kabupaten Aceh Besar yang memiliki jam intensif belajar dari pagi hingga
sore hari dan telah diunggulkan oleh pemerintah daerah Aceh.
Subjek dalam penelitian ini terdiri dari siswa yang mengalami kejenuhan belajar yang
ada di SMA Negeri Unggul Ali Hasyimi sebanyak 10 orang, SMA Negeri 1 Darul Imarah sebanyak
10 orang, dan SMA Negeri 1 Baitussalam sebanyak 10 orang dengan jumlah siswa sebanyak 30
orang. Dan guru bimbingan dan konseling yang ada di sekolah SMA Negeri Unggul Ali Hasyimi
sebanyak 1 orang, SMA Negeri Unggul 1 Darul Imarah sebanyak 1 orang, dan SMA Negeri 1
Baitussalam sebanyak 1 orang dengan jumlah guru bimbingan dan konseling sebanyak 3 orang.
Dengan kriteria guru bimbingan dan konseling sebagai pelaksana utama layanan dan siswa
sebagai sasaran atau pihak yang mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Subjek
dalam penelitian ini, yaitu siswa dan guru bimbingan dan konseling yang berjumlah 33 orang.
Teknik analisis data dalam penelitian ini, yaitu secara deskriptif kualitatif bersifat
naratif yang menekankan penjelasan serta penguraian data melalui cerita tentang peristiwa
yang dialami oleh peneliti dengan menggunakan cara dan gaya cerita yang menarik agar hasil
penelitian jelas serta mudah dipahami. Moleong (2008: 105) berpendapat bahwa analisis data
juga dimaksudkan untuk mencerminkan unsur-unsur serta bagian-bagian yang berisikan
katagori yang lebih kecil dari data penelitian.
Untuk meneliti data yang telah dikumpulkan digunakan suatu metode berupa membuat
rangkuman dan fakta-fakta yang diperoleh dari hasil wawancara berkaitan dengan objek
penelitian. Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dan observasi.
Analisis data dilakukan dengan cara menyusun, menghimpun, mereduksi, penyajian (display)
dan menarik kesimpulan (verifikasi).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan 20 item pertanyaan pada 33 subjek


penelitian, di SMA Negeri Unggul Ali Hasyimi diketahui bahwa kejenuhan belajar yang
dialami oleh siswa disebabkan oleh sekolah yang berbasis asrama, jadwal belajar yang padat,
banyaknya kompetisi di dalam dan luar sekolah membuat siswa merasa jenuh dan bosan serta
kurangnya waktu beristirahat yang menyebabkan siswa sulit fokus pada saat belajar, dan
kurangnya waktu beristirahat di asrama.
Sedangkan di SMA Negeri 1 Baitussalam dan SMA Negeri Unggul 1 Darul Imarah
disebabkan oleh banyaknya tugas yang diberikan oleh guru, dan penggunaan metode yang tidak
bervariasi seperti penggunaan metode ceramah, mencatat, merangkum, dan tanpa diselini
dengan metode yang lain.
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan, dapat diketahui bahwa faktor yang
mempengaruhi kejenuhan belajar yang dialami pada siswa disebabkan oleh kurangnya waktu
beristirahat yang menyebabkan siswa sulit fokus pada saat belajar, kurangnya waktu istirahat
disebabkan oleh banyaknya tugas yang diberikan oleh guru, dan penggunaan metode yang tidak
bervariasi seperti penggunaan metode ceramah, mencatat, merangkum, dan tanpa diselini
dengan metode yang lain.
Dilihat dari usaha guru BK mengatasi kecenderungan kejenuhan belajar pada siswa
dengan memberikan motivasi dan perhatian khusus kepada siswa serta memberikan layanan
konseling dengan teknik bermain peran, penugasan dan teknik assertif, dan bekerja sama
antara orang tua siswa, wali kelas, dan guru mata pelajaran.
Sedangkan kendala yang dihadapi oleh guru BK dalam mengatasi kecenderungan
kejenuhan belajar pada siswa dalam hal berkomunikasi. Siswa sungkan untuk mengungkapkan
pendapatnya, yaitu kecemasan bila dihadapkan pada situasi yang mengharuskan
mengungkapkan permasalahannya kepada guru BK, pada kenyataannya banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam mengemukakan permasalahannya.

100
Poppy Agustina, Syaiful Bahri, Abu Bakar
Analisis faktor penyebab terjadinya kejenuhan belajar ...

Pembahasan

Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi kejenuhan belajar dan usaha guru BK mengatasi
kecenderungan kejenuhan belajar serta untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi oleh
guru BK dalam mengatasi kecenderungan kejenuhan belajar pada siswa SMA Negeri Unggulan di
Kabupaten Aceh Besar. Dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi kejenuhan belajar
yang dialami pada siswa disebabkan oleh kurangnya waktu beristirahat yang menyebabkan
siswa sulit fokus pada saat belajar, kurangnya waktu istirahat disebabkan oleh banyaknya tugas
yang diberikan oleh guru, dan penggunaan metode yang tidak bervariasi seperti penggunaan
metode ceramah, mencatat, merangkum, dan tanpa diselini dengan metode yang lain.
Hal ini senada dengan pendapat Sugara (2011: 19) mengemukakan bahwa dampak dari
kejenuhan belajar adalah menjadikan siswa tidak produktif dalam belajar dan potensi yang
dimilikinya terhambat. Selain itu suasana dalam proses belajar mengajar pun menjadi tidak
kondusif dikarenakan kelelahan fisik, mental dan emosional siswa.
Dilihat dari usaha guru BK mengatasi kecenderungan kejenuhan belajar pada siswa
dengan memberikan motivasi dan perhatian khusus kepada siswa serta memberikan layanan
konseling dengan teknik bermain peran, penugasan dan teknik assertif, dan bekerja sama
antara orang tua siswa, wali kelas, dan guru mata pelajaran.
Menurut Prayitno dan Amti (2004: 188) menyatakan bahwa kerjasama antara personil
sekolah, tugas dan peranan masing-masing dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah
sangat vital, tanpa kerjasama antara personil kegiatan bimbingan dan konseling akan banyak
mengalami hambatan.Menghadapi siswa yang mengalami kejenuhan belajar peran guru BK
sangatlah penting, peran guru BK adalah sebagai sarana untuk mencari solusi, guru BK
melakukan berbagai pendekatan pada pelayanan konseling, pendekatan personal baik
dilakukan supaya siswa menjadi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Faktor yang mempengaruhi kejenuhan belajar yang dialami pada siswa disebabkan oleh
kurangnya waktu beristirahat yang menyebabkan siswa sulit fokus pada saat belajar,
kurangnya waktu istirahat disebabkan oleh banyaknya tugas yang diberikan oleh guru,
dan penggunaan metode yang tidak bervariasi seperti penggunaan metode ceramah,
mencatat, merangkum, dan tanpa diselini dengan metode yang lain.
2. Usaha guru BK mengatasi kecenderungan kejenuhan belajar pada siswa dengan
memberikan motivasi dan perhatian khusus kepada siswa serta memberikan layanan
konseling dengan teknik bermain peran, penugasan dan teknik assertif, dan bekerja sama
antara orang tua siswa, wali kelas, dan guru mata pelajaran.
3. Kendala yang dihadapi oleh guru BK dalam mengatasi kecenderungan kejenuhan belajar
pada siswa dalam hal berkomunikasi. Siswa sungkan untuk mengungkapkan pendapatnya,
yaitu kecemasan bila dihadapkan pada situasi yang mengharuskan mengungkapkan
permasalahannya kepada guru BK, pada kenyataannya banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam mengemukakan permasalahannya. lebih terbuka terhadap
permasalahannya, sehingga guru BK dapat memahami dan mendapatkan gambaran
secara jelas apa yang sedang dihadapi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M. (2009). Model Konseling Kognitif Perilaku untuk Menangani Kejenuhan Belajar
Mahasiswa (Studi Pengembangan Model Konseling pada Mahasiswa Universitas
Pendidikan Indonesia Tahun Akademik 2008/2009). Disertasi pada Program Studi

101
Poppy Agustina, Syaiful Bahri, Abu Bakar
Analisis faktor penyebab terjadinya kejenuhan belajar ...

Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.


Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kartadinata, S. (2010). Isu-isu Pendidikan; Antara Harapan dan Kenyataan. Bandung: UPI Press
Moleong. L.J (2008). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Nabillah, R. (2013). Profil Stres Akademik Peserta Didik Berdasarkan Status SosialEkonomi dan
Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling. Skripsi Jurusan PPBFIP UPI.
Bandung: FIP UPI.
Nurmalasari, Y. (2011). Efektifitas Restrukturisasi Kognitif dalam Menangani Stres Akademik
Siswa. Skripsi Jurusan PPBFIP UPI. Bandung: FIP UPI.
Prayitno dan Amti, E. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Slivar, B. (2001).The Syndrome of burnout, Self Image, and Anxiety With Grammar School
Students. Horizons of Psychology 10(2), 21- 32
Sugara, G.S. (2011).Efektivitas Teknik Self Instruction dalam Menangani Kejenuhan Belajar Siswa.
Skripsi Jurusan PPBFIP UPI. Bandung: FIP UPI.
Walgito, B. (2004). Psikologi Sosial suatu Pengantar. Yogyakarta: Yayasan Psikologi UGM.

102

You might also like