8564 22924 4 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

NURANI HUKUM : JURNAL ILMU HUKUM

Volume 3 Nomor 2, Desember 2020, hlm. (64-72)


Fakultas Hukum, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang-Banten, Indonesia
P-ISSN: 2655-7169 | e-ISSN: 2656-0801
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/nhk/index

Yurisdiksi Kewenangan Relatif Pengadilan Perikanan


dalam Memutus Perkara Perikanan di Indonesia

Surya Anom
Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jln. Raya Jakarta KM 4 Pakupatan Kota Serang – Banten
E-mail : suryaanom@untirta.ac.id

DOI: http://dx.doi.org/10.51825/nhk.v3i2.8564

Info Artikel
|Submitted: 15 Juli 2020 |Revised: 21 Oktober 2020 |Accepted: 21 Oktober 2020

How to cite: Surya Anom, ―Yurisdiksi Kewenangan Relatif Pengadilan Perikanan dalam
Memutus Perkara Perikanan di Indonesia‖, Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 3 No.
2, (Desember, 2020)‖, hlm. 67-72.

ABSTRACT
Regulations related to fisheries in Indonesia have existed since 1985, namely Law No. 9 of
1985 concerning Fisheries. However, based on the needs and development of the community, the
law was repealed by Law No. 31 of 2004 concerning Fisheries. Since the enactment of Law No. 9 of
1985 concerning Fisheries, the process of settling fisheries cases is settled or decided by the District
Court, because of Law No. 9 of 1985 concerning Fisheries did not establish a special fisheries court.
The existence of a special court that decides fisheries cases in Indonesia has finally existed
since the enactment of Law No. 31 of 2004 concerning Fisheries, for the first time in 5 (five) places,
namely the North Jakarta District Courts, Medan, Pontianak, Bitung and Tual which are still in
public court environment. Then in 2014, the fisheries court experienced another addition, namely 3
(three) Fishery Courts based on Presidential Decree No. 6/2014 concerning the Establishment of a
Fishery Court at the Ambon District Court, Sorong District Court, and Merauke District Court.
Whereas there are interesting things that can be done deepening concerning the authority
of the Fisheries Court, one of which is related to the relative range of authority of the Fisheries
Court. In-Law No. 45 of 2009 concerning Amendments to Law No. 31 of 2004 concerning Fisheries
and in Presidential Decree No. 6 of 2014, it is not determined to what extent the authority is
particularly in the State Fisheries Management Area of the Republic of Indonesia (WPPNRI), while
it is related to marine areas. Of course, have different regulatory legal regimes.

Keywords: Authority, Fishery Court, Law Enforcement.

64 | Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 3 No. 2 Desember 2020. ISSN. 2655-7169
Yurisdiksi Kewenangan Relatif Pengadilan Perikanan Dalam Memutus Perkara Perikanan Di Indonesia

ABSTRAK
Pengaturan berkaitan perikanan di Indonesia telah ada sejak tahun 1985, yaitu dengan
adanya Undang-Undang No. 9 Tahun 1985 Tentang Perikanan. Namun berdasarkan kebutuhan
dan perkembangan masyarakat, maka undang-undang tersebut dicabut dengan Undang-Undang
No 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. Sejak berlakunya Undang-Undang No. 9 Tahun 1985
Tentang Perikanan tersebut proses penyelesaian perkara perikanan diselesaikan atau diputuskan
oleh Pengadilan Negeri, karena Undang-Undang No. 9 Tahun 1985 Tentang Perikanan tidak
membentuk Pengadilan khusus perikanan.
Keberadaan Pengadilan khusus yang memutus perkara perikanan di Indonesia akhirnya
ada sejak berlakunya Undang-Undang No 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, untuk pertama kali
berada di 5 (lima) tempat yaitu Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Medan, Pontianak, Bitung dan
Tual yang masih berada di lingkungan pengadilan umum. Kemudian pada tahun 2014, pengadilan
perikanan kembali mengalami penambahan yaitu 3 (tiga) Pengadilan Perikanan yang berdasarkan
pada Keputusan Presiden RI Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Pengadilan Perikanan
Pada Pengadilan Negeri Ambon, Pengadilan Negeri Sorong dan Pengadilan Negeri Merauke.
Bahwa ada hal menarik yang dapat dilakukan pendalaman berkaitan dengan kewenangan
Pengadilan Perikanan, salah satunya berkaitan dengan jangkauan kewenangan relatif dari
Pengadilan Perikanan. Pada Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan dan pada Keputusan Presiden RI Nomor 6
Tahun 2014 tersebut tidak ditentukan dengan jelas sampai dimana kewenangannya tersebut
khususnya pada Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI),
sedangkan berkaitan dengan wilayah laut tentunya memiliki rezim hukum pengaturan yang
berbeda-beda.

Kata Kunci: Kewenangan, Pengadilan Perikanan, Penegakan Hukum.

Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 3 No. 2 Desember 2020. ISSN. 2655-7169 | 65
Yurisdiksi Kewenangan Relatif Pengadilan Perikanan Dalam Memutus Perkara Perikanan Di Indonesia

A. LATAR BELAKANG dari pihak-pihak lain, diantaranya


Secara kelembagaan Pengadilan dengan membentuk Pengadilan
Perikanan adalah sama dengan Perikanan ini.
Pengadilan Negeri pada umumnya yang Kedudukan pengadilan
ada di Indonesia yaitu tempat memutus perikanan sebagaimana disebutkan
suatu sengketa atau perkara yang dalam Pasal 71 ayat (2) Undang-Undang
dilimpahkan padanya, namun No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan
Pengadilan Perikanan ini memiliki sifat Atas Undang-Undang No 31 Tahun 2004
yang khusus1 dalam memutus sengketa Tentang Perikanan menyatakan
yaitu tindak pidana bidang perikanan Pengadilan Perikanan merupakan
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 71 pengadilan khusus yang berada dalam
ayat (1) Undang-Undang No. 45 Tahun lingkungan peradilan umum, hal ini
2009 tentang Perubahan Atas Undang- (kedudukan) dipertegas pula dalam
Undang No 31 Tahun 2004 Tentang penjelasan Pasal 27 ayat (1) Undang-
Perikanan menyebutkan ―….. pengadilan Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang
perikanan yang berwenang memeriksa, Kehakiman yaitu yang dimaksud
mengadili, dan memutus tindak pidana dengan ―pengadilan khusus‖ antara lain
di bidang perikanan‖. adalah pengadilan anak, pengadilan
Suatu hal logis sebagai Negara niaga, pengadilan hak asasi manusia,
Kepulauan (archipelagic state)2 bahwa pengadilan tindak pidana korupsi,
Pengadilan Perikanan ada dan dibentuk pengadilan hubungan industrial dan
di Indonesia karena secara geografis pengadilan perikanan yang berada di
Indoensia memiliki laut yang luas3 dan lingkungan peradilan umum, serta
lengkap4, sumber daya ikan yang pengadilan pajak yang berada di
melimpah dari wilayah khususnya ikan. lingkungan peradilan tata usaha Negara.
Dengan keadaan itu, tentunya Indonesia Ada hal menarik yang menjadi
harus menjaga sumber daya alam yang perhatian yaitu tentang pembentukan
dimilikinya dari gangguan dan ancaman dari pengadilan perikanan. Dalam Pasal
27 ayat (2) Undang-Undang No. 48
Tahun 2009 Tentang Kehakiman
1 Pengadilan Khusus adalah pengadilan
disebutkan ketentuan mengenai
yang mempunyai kewenangan untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus perkara tertentu yang pembentukan pengadilan khusus diatur
hanya dapat dibentuk dalam salah satu dalam undang-undang, kemudian
lingkungan badan peradilan yang berada ketentuan tersebut diimplementasikan
dibawah Mahkamah Agung yang diatur dalam dalam 71 ayat (3) Undang-Undang No.
undang-undang. (Pasal 1 angka 7 Undang-
Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Kehakiman). Undang-Undang No 31 Tahun 2004
2 ―Archipelagic State” means a State Tentang Perikanan yang membentuk 5
constituted wholly by one or more archipelagos and (lima) pengadilan perikanan pertama
may include other islands. Pasal 46 huruf (a)
kali yaitu di Pengadilan Negeri Jakarta
UNCLOS 1982.
3 Berdasarkan Tim BPHN (Badan Utara, Medan, Pontianak, Bitung dan
Pembinaan Hukum Nasional), Indonesia memiliki Tual, namun pada ayat (5)-nya
17.504 Pulau, panjang pantai 99.093 km yang menyebutkan bahwa Pembentukan
menempati urutan keempat di dunia setelah pengadilan perikanan selanjutnya
Kanada (265.523 km), Amerika Serikat (133.312
km) dan Rusia (110.310 km). Dalam BPHN. dilakukan secara bertahap sesuai dengan
Laporan Akhir Tim Analisis dan Evaluasi Hukum kebutuhan yang ditetapkan dengan
Bidang Perikanan. Jakarta. 2015. hlm. 2. Keputusan Presiden5.
4 Artinya memiliki wilayah-wilayah laut

yang tersebut dalam UNCLOS 1982 dari Perairan


Territorial hingga wilayah Zona Ekonomi 5Keputusan Presiden RI Nomor 6 Tahun
Eksklusif (ZEE). 2014 Tentang Pembentukan Pengadilan Perikanan

66 | Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 3 No. 2 Desember 2020. ISSN. 2655-7169
Yurisdiksi Kewenangan Relatif Pengadilan Perikanan Dalam Memutus Perkara Perikanan Di Indonesia

Ketentuan dalam Pasal 71 ayat (5) Berkaitan dengan permasalahan


Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 berkaitan tersebut diatas, penulis tertarik
terlihat seperti kontradiksi dengan Pasal untuk membahas pada kali ini tentang
27 ayat (2) Undang-Undang No. 48 jangkauan kewenangan relatif dari
Tahun 2009 berkaitan dengan amanat pengadilan perikanan dalam memutus
pembentukan pengadilan khusus yang sengketa atau perkara perikanan di
harus ditetapkan dengan suatu undang- Indonesia. Bila merujuk pada Pasal 71A
undang. Bila dikaitkan dengan ―hirarki‖ Undang-Undang No. 45 Tahun 2009
pembentukan pengadilan perikanan yang menyatakan Pengadilan perikanan
antara yang dibentuk oleh undang- berwenang memeriksa, mengadili, dan
undang dengan yang dibentuk oleh memutuskan perkara tindak pidana di
keputusan presiden, tentunya hal ini bidang perikanan yang terjadi di
terkesan ada ―kecemburuan‖ antar Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
pengadilan itu sendiri karena dibentuk Republik Indonesia (WPPNRI), baik
oleh produk hukum yang memiliki yang dilakukan oleh warga negara
hirarki yang berbeda. Indonesia maupun warga negara asing
Selain ―pertentangan‖ antara haruslah diperjelas agar tidak
undang-undang tersebut diatas, ada juga menimbulkan kesulitan dalam
yang menarik perhatian berkaitan penegakan hukumnya.
dengan kewenangan dari pengadilan
perikanan dalam memutus perkara yang Rumusan Masalah
ada dalam undang-undang dengan Berdasarkan latar belakang
keputusan presiden perikanan. Pada diatas, maka ada beberapa hal yang
Pasal 71A disebutkan bahwa Pengadilan menjadi rumusan masalah yang ingin
perikanan berwenang memeriksa, penulis sampaikan diantaranya :
mengadili, dan memutuskan perkara a. Bagaimana Kedudukan dan Posisi
tindak pidana di bidang perikanan yang WPPNRI Dalam Perikanan di
terjadi di wilayah pengelolaan perikanan Indonesia
Negara Republik Indonesia, baik yang
b. Bagaimana Wilayah Kewenangan
dilakukan oleh warga negara Indonesia
Relatif Pengadilan Perikanan?
maupun warga negara asing. Sedangkan
pada Pasal 3 ayat (1) sampai ayat (3)
B. PEMBAHASAN
Keputusan Presiden RI Nomor 6 Tahun 1. Kedudukan dan Posisi WPPNRI
2014 menyebutkan daerah hukum Dalam Perikanan di Indonesia
wewenang Pengadilan Perikanan hanya Bahwa pengaturan tentang
menjangkau daerah (wilayah) dari perikanan di Indonesia saat ini diatur
pengadilan itu sendiri, seperti Daerah dalam 2 (dua) undang-undang, yaitu :
hukum Pengadilan Perikanan di a. Undang-Undang No. 31 Tahun
Pengadilan Negeri Ambon meliputi 2004 Tentang Perikanan; dan
wilayah Pengadilan Negeri Ambon. b. Undang-Undang No. 45 Tahun
Pada Pasal 3 tersebut tidak menyebutkan 2009 tentang Perubahan Atas
tentang daerah kewenangan (relatif) Undang-Undang No 31 Tahun
sampai dengan Wilayah Pengelolaan 2004 Tentang Perikanan.
Perikanan Negara Republik Indonesia Berdasarkan hal tersebut, maka
(WPPNRI), sebagaimana disebutkan pasal-pasal dalam Undang-Undang No.
dalam pasal 71 A Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tetap berlaku sepanjang
45 Tahun 2009. tidak diganti atau dicabut oleh Undang-
Undang No. 45 Tahun 2009. Berkaitan
Pada Pengadilan Negeri Ambon, Pengadilan dengan WPPNRI masih diatur dalam
Negeri Sorong dan Pengadilan Negeri Merauke.

Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 3 No. 2 Desember 2020. ISSN. 2655-7169 | 67
Yurisdiksi Kewenangan Relatif Pengadilan Perikanan Dalam Memutus Perkara Perikanan Di Indonesia

Bab 3 Pasal 5 Undang-Undang 31 Tahun Tambahan, sedangkan pada Undang-


2004 karena belum dirubah oleh Undang No. 31 Tahun 2004 tidak
Undang-Undang No. 45 TAhun 2009. menyebutkan Zona Tambahan sebagai
Pada Pasal 5 ayat (1) Undang- WPPNR.
Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Berdasarkan ketentuan tersebut
perikanan pengertian WPPNRI adalah diatas, maka ZEE merupakan bagan dari
Wilayah pengelolaan perikanan WPPNRI, sedangkan ZEE bukan
Republik Indonesia untuk penangkapan merupakan wilayah kedaulatan
ikan dan/atau pembudidayaan ikan melainkan hak berdaulat, dengan
meliputi: demikian pengaturannya-pun khusus,
a. Perairan Indonesia; sebagaimana yang disebutkan oleh
b. ZEEI; dan UNCLOS 1982. Menurut Etty R Agoes
c. Sungai, Danau, Waduk, Rawa, Dan menyatakan bahwa secara garis besarnya
Genangan Air lainnya yang dapat UNCLOS 1982 membagi laut ke dalam 2
diusahakan serta lahan (dua) zona maritim yaitu zona-zona
pembudidayaan ikan yang yang berada di bawah yurisdiksi dan di
potensial di wilayah Republik luar yurisdiksi nasional. Zona-zona yang
Indonesia. berada dibawah yurisdiksi nasional
Sedangkan menurut Peraturan dibagi lagi kedalam zona kedaulatan
Menteri Kelautan dan Perikanan penuh negara pantai dan zona dimana
Republik Indonesia Nomor 18/Permen- negara pantai dapat melaksanakan hak
KP/2014 Tentang Wilayah Pengelolaan dan wewenang khusus yang diatur
Perikanan Negara Republik Indonesia, dalam konvensi.6 Zona maritim yang
Pasal 1 menyatakan Wilayah berada dalam zona kedaulatan penuh
Pengelolaan Perikanan Negara Republik terdiri dari perairan pedalaman (internal
Indonesia, yang selanjutnya disingkat waters), perairan kepulauan (archipelagic
WPPNRI, merupakan wilayah waters) dan laut teritorial (territorial se
pengelolaan perikanan untuk
penangkapan ikan, pembudidayaan
ikan, konservasi, penelitian, dan
pengembangan perikanan yang meliputi
Perairan Pedalaman, Perairan
Kepulauan, Laut Teritorial, Zona
Tambahan, Dan Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia.

Berdasarkan 2 (dua) ketentuan 6 Etty R. Agoes. ―Pengaturan Tentang


tentang WPPNRI tersebut terdapat wilayah Perairan Indonesia dan Kaitannya
perbedaan wilayah yang meliputinya, dengan Konvensi Hukum Laut 1982‖ Makalah
dimana Peraturan Menteri Kelautan dan pada ceramah Fakultas Hukum Universitas
Perikanan Republik Indonesia Nomor Trisakti, 1996. Jakarta hlm 2. Dalam Dikdik
Mohamad Sodik, Hukum laut Internasional Dan
18/Permen-KP/2014 menyebutkan Pengaturannya di Indonesia, Refika Aditama,
wilayah WPPNRI diantaranya Zona Bandung, 2011, hlm. 19.

68 | Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 3 No. 2 Desember 2020. ISSN. 2655-7169
Yurisdiksi Kewenangan Relatif Pengadilan Perikanan Dalam Memutus Perkara Perikanan Di Indonesia

Gambar 1
Wilayah WPPNRI

Laut Teritorial

Zona Tambahan

Laut Lepas
ZEE/ZEEI
P. Pedalaman

Keterangan Gambar:
1 Laut teritorial yang lebarnya 12 mil laut yang diukur dari garis pangkal (Pasal 3
KHL’82, Pasal 3 ayat (2) UU No. 6 Tahun1996 dan Pasal 1 angka 19 UU No. 45
Tahun 2009) yang melekat dan berlaku rezim Kedaulatan penuh Negara Pantai.
2 Zona Tambahan yang lebarnya 24 mil laut dari garis pangkal lebar laut teritorial
(Pasal 33 ayat (2) KHL’82), namun sepajang menyangkut Indonesia bahwa belum
mengumumkan zona tambahan.
3 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah suatu daerah diluar dan berdampingan
dengan laut teritorial, jarak ZEE 200 mil laut diukur dari garis pangkal lebar laut
teritorial yang melekat rezim hukum khusus, Negara Pantai memiliki hak
berdaulat (Pasal 55 KHL’82, Pasal 2 UU No. 5 Tahun 1983, Pasal 1 angka 21 UU
No. 45 Tahun 2009).
4 Jarak ZEE bila ukur dari garis batas terluar laut teritorial Negara Pantai adalah 188
mil laut, dengan demikian hak berdaulat Negara Pantai dan/atau rezim hukum
khusus ZEE berlaku pada jarak 188 millaut ini.
Merupakan Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
merupakan wilayah pengelolaan perikanan untuk penangkapan ikan,
pembudidayaan ikan, konservasi, penelitian, dan pengembangan perikanan yang
meliputi perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, zona tambahan,
dan zona ekonomi eksklusif Indonesia. (Pasal 1 Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan RI No. 18/PERMEN-KP/2014, Pasal 5 ayat (1) UU No. 31 Tahun 2004).

Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 3 No. 2 Desember 2020. ISSN. 2655-7169 | 69
Yurisdiksi Kewenangan Relatif Pengadilan Perikanan Dalam Memutus Perkara Perikanan Di Indonesia

Zona maritim yang berada dalam suatu uang jaminan yang layak atau
wewenang dan hak khusus negara bentuk jaminan lainnya.9 Bila mengacu
pantai terdiri dari zona tambahan pada Pasal 73 ayat (2) tersebut,
(contigous zone), zona ekonomi eksklusif pemerintah Indonesia dalam
(exclusive economic zone), landas kontinen melaksanakan dan menerapkan hukum
(continental shelf). Sedangkan zona terhadap kapal ikan asing yang
maritim yang berada di luar yurisdiksi melakukan IUU Fishing di Zona
nasional adalah laut lepas (high seas), Ekonomi Eksklusif bukanlah dengan
kawasan dasar laut internasional cara dibakar atau ditenggelamkan.
(international seabed area). 7 Dengan Selanjutnya Pasal 73 ayat (3) dan
demikian Undang-Undang perikanan ayat (4) UNCLOS 1982, pada ayat (3)
Indonesia tidak bisa menjangkau menyebutkan hukuman negara pantai
wilayah ZEE dalam melakukan yang dijatuhkan terhadap pelanggaran
penegakan hukum terhadap peraturan perundang-undangan
pelanggaran dan kelahatan perikanan perikanan di zona ekonomi eksklusif
disana, namun harus memperhatian pula tidak boleh mencakup pengurungan, jika
ketentuan dalam UNCLOS 1982 tidak ada perjanjian sebaliknya antara
khususnya ketentuan yang termuat negara-negara yang bersangkutan atau
dalam Pasal 73 atau (1) sampai dengan setiap bentuk hukuman badan lainnya.
ayat (4). Kemudian ayat (4) menyebutkan Dalam
Pasal 73 UNCLOS 1982 mengatur hal penangkapan atau penahanan kapal
tentang penegakan peraturan asing negara pantai harus segera
perundang-undangan Negara pantai, memberitahukan kepada negara
sebagaimana yang disebutkan dalam bendera, melalui saluran yang tepat,
ayat (1) bahwa Negara pantai dapat, mengenai tindakan yang diambil dan
dalam melaksanakan hak berdaulatnya mengenai setiap hukuman yang
untuk melakukan eksplorasi, konservasi kemudian dijatuhkan.
dan pengelolaan sumber kekayaan
hayati di zona ekonomi eksklusif 2. Wilayah Kewenangan Relatif
mengambil tindakan demikian, termasuk Pengadilan Perikanan
menaiki kapal, memeriksa, Dalam Pemeriksaan perkara di
menangkapdan melakukan proses semua badan peradilan berlangsung
pengadilan, sebagaimana diperlukan dalam dua tingkat, yaitu tingkat pertama
untuk menjamin ditaatinya peraturan dan tingkat banding berwenang untuk
perundang-undangan yang ditetapkan memeriksa fakta (judex facti). Sedangkan
sesuai dengan ketentuan konvensi ini. kedudukan Mahkamah Agung tidak lagi
Namun negara pantai dalam memeriksa fakta melainkan memeriksa
pelaksanaannya harus memperhatikan penerapan hukum oleh pengadilan yang
ketentuan lainnya dalam konvensi ini ada di bawahnya, untuk itu Mahkamah
agar tercipta kepastian hukum. Agung disebut juga sebagai judex juris.10
Pasal 738 ayat (2) UNCLOS 1982 Setiap lingkungan peradilan
menyebutkan bahwa Kapal-kapal yang memiliki kompetensi absolut masing-
ditangkap dan awak kapalnya harus masing. Kompetensi absolut ini
segera dibebaskan setelah diberikan menentukan yurisdiksi perkara yang

7 ibid 9 Act (2) Arrested vessels and their crews


8 Pasal 73 Konvensi Hukum Laut 1982 shall be prompt release upon the posting of reasonable
mengatur tentang penegakan peraturan bond or other security.
perundang-undangan negara pantai adalah salah 10 Bambang Sugeng A.S., Hukum Acara

satu pasal yang terdapat pada Bab V tentang Zona Perdata (Dokumen Litigasi Perkara Perdata),
ekonomi eksklusif Kencana, Jakarta, 2011, hlm. 5.

70 | Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 3 No. 2 Desember 2020. ISSN. 2655-7169
Yurisdiksi Kewenangan Relatif Pengadilan Perikanan Dalam Memutus Perkara Perikanan Di Indonesia

dapat diadili oleh masing-masing Dengan demikian pengadilan


lingkungan pengadilan. Peradilan umum perikanan mempunyai kewenangan
memiliki kompetensi atau kewenangan secara mutlak (kompetensi absolut atau
untuk memeriksa dan mengadili atribusi) yaitu secara khusus menerima
perkara-perkara pidana dan perdata dan memutuskan sengketa (materiil)
umum. Di samping itu dalam bidang perikanan, serta memiliki
lingkungan Peradilan Umum terdapat kewenangan relatif (distribusi atau nisbi)
pula pengadilan yang memiliki berdasarkan wilayah pengadilan umum
kompetensi khusus. itu berada.14
Menurut R. Soeroso membagi Berkaitan dengan kewenangan
kewenangan mengadili menjadi dua absolut dari pengadilan perikanan dalam
kekuasaan kehakiman, yakni kekuasaan memutus kejahatan perikanan mengacu
kehakiman atribusi dan kekuasaan pada ketentuan dalam Undang-Undang
kehakiman distribusi. Atribusi No. 45 Tahun 2009 (lex specialis) sebagai
kekuasaan kehakiman adalah hukum materiil dan formilnya. Pada
kewenangan mutlak, atau juga disebut Undang-Undang No. 45 Tahun 2009
kompetensi absolut, yakni kewenangan adalah sebagai undang-undang
badan pengadilan didalam memeriksa perubahan atas Undang-Undang-
jenis perkara tertentu dan secara mutlak Undang No.31 Tahun 2004 Tentang
tidak dapat diperiksa oleh badan Perikanan, sehingga sebagian
pengadilan lain. Sedangkan tentang pengaturan tentang perikanan yang ada
distribusi kekuasaan Pengadilan atau pada beberapa pasal dalam Undang-
apa yang dinamakan kompetensi relatif, Undang No. 31 Tahun 2004 masih
atau kewenangan nisbi.11 berlaku selama tidak diganti oleh pasal-
Kompetensi relatif diartikan pasal dalam Undang-Undang No. 45
sebagai kekuasaan pengadilan yang satu Tahun 2009.
jenis dan satu tingkatan, dalam Bahwa Ada 2 (dua) jenis
perbedaannya dengan kekuasaan perbuatan yang melawan hukum atau
pengadilan yang sama jenis dan sama tindak pidana dalam bidang perikanan
tingkatan lainnya. Atau dengan kata lain sebagaimana disebut dalam Pasal 103
bahwa setiap lembaga Peradilan Undang-Undang No. 31 Tahun 2001
mempunyai wilayah hukum tertentu.12 yaitu kejahatan dan pelanggaran.
Kompetensi Absolut artinya kekuasaan Kriteria tindak pidana kejahatan
pengadilan yang berhubungan dengan menurut Pasal 103 ayat (1) Undang-
jenis perkara atau jenis pengadilan, atau Undang No. 31 Tahun 2004 adalah Pasal
tingkatan pengadilan, dalam 84, Pasal 85, Pasal 86, Pasal 88, Pasal 91,
perbedaanya dengan jenis perkara atau Pasal 92, Pasal 93, dan Pasal 94.
jenis pengadilan, atau tingkatan Kriteria tindak pidana
pengadilannya. Misalnya, pengadilan pelanggaran menurut Pasal 103 ayat (1)
Agama berkompeten atas perkara Undang-Undang No. 31 Tahun 2001
perkawinan bagi mereka yang beragama adalah Pasal 87, Pasal 89, Pasal 90, Pasal
Islam, sedangkan bagi yang selain Islam 95, Pasal 96, Pasal 97, Pasal 98, Pasal 99,
menjadi kompetensi Peradilan Umum.13 dan Pasal 100.
perbedaan antara tindak pidana
11 R. Soeroso, Praktek Hukum Acara kejahatan dan tindak pidana
Perdata; Tata Cara dan Proses Persidangan, Sinar pelanggaran dalam bidang perikanan
Grafika, Jakarta, 2001, hlm. 7 menurut undang-undang perikanan
12 Roihan Rasyid, Hukum Acara Peradilan

Agama, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm.


27. Lihat Pasal 3 Keputusan Presiden RI
14
13 Ibid. hlm. 28 Nomor 6 Tahun 2014.

Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 3 No. 2 Desember 2020. ISSN. 2655-7169 | 71
Yurisdiksi Kewenangan Relatif Pengadilan Perikanan Dalam Memutus Perkara Perikanan Di Indonesia

tersebut diatas, dimana dalam segi berbendera Indoneisa). Bentuk dan tata
penghukuman atau pidana penjara dan cara penegakan hukum bagi pelaku
pidana tambahan berupa denda kepada kejahatan perikanan.
pelaku IUU Fishing. Hukuman dalam Perbuatan tindak pidana
kejahatan bidang perikanan yang berupa kejahatan dalam bidang perikanan,
pidana penjara adalah lebih dari 5 (lima) tentunya perbuatan itu harus ditindak
tahun bahkan bisa sampai dengan 10 oleh pemerintah Indonesia demi
(sepuluh) tahun dan dendanya lebih dari tegaknya hukum positif, namun
1 (satu) miliar bahkan bisa sampai 20 pelaksanaannya bukan atas dasar
(dua puluh) miliar. Sedangkan hukuman kekuasaan semata atau kebencian,
dalam pelanggaran bidang perikanan melainkan harus dilaksanakan dengan
yang berupa penjara maksimal 2 (dua) kaidah hukum yang berlaku pula baik
tahun dan dendanya maksimal 2 (dua) hukum nasional maupun hukum
miliar, bahkan dalam pasal tertentunya internasional.
hukumannya hanya berupa denda saja Penegakan hukum perikanan
tanpa ada hukuman penjara. melalui pengadilan perikanan pada
hakekatnya merupakan penegakan
C. PENUTUP kebijakan melalui tahap atau prosedur
Ruang lingkup berlakunya yang jelas dan memiliki kepastian
undang-undang perikanan Indonesia hukum, untuk itu perlu sinergitas
berlaku untuk Warga Negara Indonesia, penyidik dan/atau pengawas perikanan
Warga Negara Asing, Kapal Perikanan agar sumber daya ikan di wilayah
Berbendera Indonesia dan Kapal perairan Indonesia tetap terjaga dan
Perikanan Berbendera Asing, untuk dimanfaatkan hanya untuk
didalam wilayah WPPNRI dan diluar kesejahteraan rakyat Indonesia.
wilayah WPPNRI (khusus untuk kapal

DAFTAR PUSTAKA Pengadilan Negeri Merauke (n.d.).


A.S, Bambang Sugeng. Hukum Acara Perdata Rasyid, Roihan. Hukum Acara Peradilan
(Dokumen Litigasi Perkara Perdata). Agama. Jakarta: Raja Grafindo
Jakarta: Kencana, 2011. Persada, 2007.
BPHN. Laporan Akhir Tim Analisis Dan Republik Indonesa. Undang-Undang No. 48
Evaluasi Hukum Bidang Perikanan, Tahun 2009 tentang Kekuasaan
2015. Kehakiman (n.d.).
Konvensi Hukum Laut (1982). Sodik, Dikdik Mohamad. Hukum Laut
Presiden Republik Indonesia. Keputusan Internasional Dan Pengaturannya Di
Presiden Republik Indonesia Nomor Indonesia. Bandung: Refika Aditama,
6 Tahun 2014 (n.d.). 2011.
———. Keputusan Presiden RI Nomor 6 Soeroso, R. Praktek Hukum Acara Perdata;
Tahun 2014 Tentang Pembentukan Tata Cara Dan Proses Persidangan.
Pengadilan Perikanan Pada Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
Pengadilan Negeri Ambon, UNCLOS. Archipelagic State (1982).
Pengadilan Negeri Sorong dan

72 | Nurani Hukum : Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 3 No. 2 Desember 2020. ISSN. 2655-7169

You might also like