Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Vevi Octavia et al Optimasi Bahan Baku Lateks

STRATEGI OPTIMALISASI BAHAN BAKU LATEKS PADA INDUSTRI KARET


JENIS RIBBED SMOKED SHEET (RSS)
[Optimization Strategy of Field Latex as Raw Material at Rubber Factory Type Ribbed
Smoked Sheet (RSS) ]
Vevi Oktavia1),, Erdi Suroso2),, dan Tanto Pratondo Utomo2)
1) Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
2) Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

ABSTRACT

One of the problems in the ribbed smoked sheet (RSS)


production is low quality of field latex, used as a raw material.
The objective of this research was to identify issues that affect
the latex qualities and to analize optimization strategy for
improving its quality for RSS raw material. The study was
conducted by using survey method to collect primary and
secondary data, then the data were analyzed descriptively.
The results showed that the weighting values for the strength
Diterima : 20 Maret 2013 factor was 2,431 and 2,394 for weakness factor, the difference
Disetujui : 2 April 2014 obtained was 0,037. Meanwhile, the opportunity factor was
2,794 and the threat factor was2,134, the difference was
Korespondensi Penulis :
obtained by 0,659. Predominant issues affected field latex
Erdi.suroso@fp.unila.ac.id
quality were rubber tree clones, plant treatment, the
pracoagulation of latex and the latex bubble at the time of
testing. Optimization strategies that can be applied include:
planting the recommended and certified rubber clones , which
bring benefit both in terms of wood and rubber qualities, to
maintain the country performance as the second largest
production area by intensifying the maintenance, and
scheduling the fertilizing time of the plants, encouraging
people to replant with high resistant and recommended clones,
and to improve the field latex qualities as determined in SNI
06-2047-2002 in order to compete along with increasing
demand for rubber.
Keywords : optimization strategy of latex, ribbed smoked sheet

PENDAHULUAN China, Korea Selatan, India dan Taiwan


(Badan Pusat Statistik, 2011).
Karet merupakan komoditi ekspor Karakteristik perkebunan dapat
yang mampu memberikan kontribusi ditinjau dari berbagai aspek antara lain
dalam upaya peningkatan devisa dari jenis komoditas, hasil produksi, dan
Indonesia. Ekspor karet di Indonesia yang bentuk pengusahaannya. Dari aspek
merupakan salah satu komoditas unggulan komoditas, perkebunan terdiri dari 127
perkebunan mencapai 2,5 juta ton pada jenis tanaman, berupa tanaman tahunan
tahun 2011 dan pendapatan devisa dari dan tanaman semusim dengan areal
komoditas tersebut mencapai US $ 11,7 sebaran mulai dataran rendah sampai
milyar. Negara-negara pengimpor utama dataran tinggi (Ditjenbun, 2010). Hasil
karet dunia adalah United States, Jepang, produksi perkebunan jika ditinjau dari
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 179
Optimasi Bahan Baku Lateks Vevi Octavia et al
aspek produksi merupakan bahan baku yang sedang dikembangkan di Indonesia
industri yang baik untuk kebutuhan dalam setelah karet remah atau SIR (Standard
negeri maupun ekspor. Indonesian Rubber). Produk RSS berupa
Luas areal perkebunan karet lembaran (sheet) yang mendapat proses
Indonesia pada tahun 2010 seluas 3,45 pengasapan dengan baik (Suseno et al.,
juta hektar, sekitar 2,93 juta hektar (85%) 1989). Pengolahan RSS menggunakan
diantaranya diusahakan oleh perkebunan lateks kebun sebagai bahan baku. Lateks
rakyat, sedangkan yang diusahakan kebun diolah menjadi produk karet yang
perkebunan besar negara sekitar (6,9%) diinginkan dengan penambahan berbagai
dan perkebunan swasta (8,1%) dari total bahan kimia.Permasalahan dalam industri
perkebunan yang dimiliki Indonesia. salah satunya yaitu belum optimalnya
Menurut Gapkindo (2010), Provinsi kualitas bahan baku lateks kebun yang
Lampung memiliki areal tanaman karet dihasilkan pada industri karet jenis RSS.
seluas 96.408 Ha dengan produksi Mutu karet RSS terdiri dari berbagai mutu
sebanyak 54.120 ton. Areal perkebunan mulai dari yang paling baik yaitu X RSS,
karet milik rakyat 67.472 Ha dengan RSS 1, RSS 2, RSS 3, dan cutting.
produksi mencapai 29.646 ton. Permasalahan dalam industri pengolahan
Pembangunan perkebunan bertujuan RSS salah satunya yaitu belum optimalnya
untuk meningkatkan produksi, kualitas bahan baku lateks kebun yang
memperbaiki mutu hasil, meningkatkan digunakan. Oleh karena itu, pada
pendapatan, memperbesar nilai ekspor, penelitian ini perlu dikaji strategi
mendukung industri, menciptakan optimalisasi bahan baku lateks untuk
memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan mutu lateks agar sesuai
pemerataan pembangunan (Anwar, 2005). dengan SNI 06-2047-2002.
Namun, sebagai negara dengan luas areal Penelitian ini bertujuan untuk
perkebunan karet terbesar dan produksi mengidentifikasi masalah yang
kedua terbesar dunia, Indonesia masih mempengaruhi kualitas lateks dan
menghadapi beberapa kendala yaitu mendapatkan strategi optimalisasi bahan
rendahnya produktivitas karet dan ragam baku lateks pada industri karet jenis RSS.
produk olahan yang masih terbatas. Strategi optimalisasi bahan baku lateks ini
Produktivitas kebun karet rakyat yang diharapkan dapat meningkatkan mutu
rendah disebabkan oleh banyaknya areal lateks agar sesuai dengan SNI 06-2047-
tua tanpa adanya peremajaan tanaman, 2002. Menurut Mahendra (2008), salah
tidak semua menggunakan bibit klon satu strateginya yaitu dengan
unggul, adanya luka kayu yang dapat meningkatkan Strength dan opportunity
mempersingkat umur tanaman, terjadinya atau melakukan strategi yang lain yaitu
prakoagulasi pada lateks, serta minimnya dengan mengurangi weakness dan threat.
pengetahuan petani mengenai karakteristik
tanaman karet. Pengolahan lateks (getah BAHAN DAN METODE
karet) di Indonesia diolah menjadi
Bahan yang digunakan pada
berbagai produk, seperti lateks pekat,
penelitian ini berupa kuesioner, data
remah, dan lembaran (Zuhra, 2006).
primer diperoleh dari salah satu
Ribbed smoked sheet (RSS)
perkebunan karet Provinsi Lampung dan
merupakan jenis karet konvensional yang
data sekunder diperoleh dari pihak instansi
termasuk dalam produk kedua terbesar
pemerintah, asosiasi, industri dan
180 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014
Vevi Octavia et al Optimasi Bahan Baku Lateks
akademisi. Penelitian dilakukan kelemahan dan (2) faktor eksternal yang
menggunakan metode survei di lapangan, meliputi peluang dan ancaman.
pengumpulan data yang dilakukan dengan Penentuan komponen dan bobot yang
cara mengumpulkan data primer dan data telah dilakukan secara partisipatif oleh
sekunder kemudian data hasil pengamatan responden masing-masing dari unsur
disajikan dalam bentuk tabel dan instansi pemerintah, unsur asosiasi, unsur
dianalisis secara SWOT. Tahapan akademisi dan unsur industri mengenai
pelaksanaan penelitian yang dilakukan permasalahan yang terkait dengan bahan
adalah: baku lateks di perkebunan karet Provinsi
Lampung khususnya bagi industri karet
1. Persiapan: pengumpulan data jenis ribbed smoked sheet (RSS).
sekunder mengenai kondisi 1. Unsur Industri
perkebunan karet di Provinsi Responden dari industri di salah satu
Lampung. industi karet Provinsi Lampung Bagian
2. Survei lokasi di salah satu perkebunan Tanaman dengan pertimbangan
karet untuk memperoleh data primer mengetahui kondisi kebun dari tiap-tap
mengenai teknik penyadapan, faktor- afdeling.
faktor yang mempengaruhi penurunan 2. Unsur Pemerintah
mutu lateks dan produktivitas karet. Responden dipilih dari Dinas
3. Melakukan analisis SWOT yaitu Perkebunan Provinsi Lampung dengan
analisa kekuatan, kelemahan, peluang alasan mengetahui permasalahan yang
dan ancaman. terjadi di perkebunan karet rakyat,
4. Pengumpulan informasi sebagai data swasta maupun milik negara.
sekunder melalui cara wawancara 3. Unsur Asosiasi
terstruktur dengan responden melalui Responden dari Gabungan Perusahaan
sistem kuesioner (Dinas Perkebunan Karet Indonesia (Gapkindo) Provinsi
Provinsi Lampung, Gapkindo Lampung dengan alasan sebagai salah
Lampung, PTPN VII Unit Usaha satu asosiasi yang menangani dan
Kedaton, dan pihak akademisi pakar bergerak dibidang karet Indonesia.
karet). 4. Unsur Akademisi
5. Analisis data dengan metode SWOT. Responden dipilih dari dosen Jurusan
6. Penentuan identifikasi strategi Teknologi Hasil Pertanian Universitas
7. Penulisan laporan hasil kajian. Lampung, dengan pertimbangan dosen
yang mengerti dan menguasai
HASIL DAN PEMBAHASAN gambaran umum, masalah serta teori
mengenai teknologi perkebunan karet.
Pengumpulan Data Penelitian Masing-masing responden diberikan
Pengumpulan data penelitian yang dua kuesioner yaitu kuesioner
telah dilakukan di lapangan berupa pembobotan dan kuesioner rating yang
kuesioner dan wawancara dengan disajikan pada tabel 1, 2, 3 dan 4.
responden diperoleh beberapa faktor Pemberian nilai bobot setiap faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap dengan cara membandingkan poin
industri karet di Provinsi Lampung. horizontal dengan vertikal yang memiliki
Faktor lingkungan tersebut terdiri dari: (1) nilai 1-3 didasarkan pada keterangan
faktor internal yang meliputi kekuatan dan berikut :

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 181
Optimasi Bahan Baku Lateks Vevi Octavia et al
Nilai 1 : Horizontal > Vertikal yang paling sesuai menurut responden.
Nilai 2 : Sama Kemudian angka yang diperoleh dari
Nilai 3: Horizontal < Vertikal responden dijumlahkan lalu dirata-rata.
Setelah didapatkan total rata-rata antara
Penentuan bobot dilakukan dengan bobot dan rating dilakukan pengalian dan
cara mengajukan identifikasi faktor diperolehlah hasil total skor. Dari total
strategis internal dan eksternal tersebut skor yang diperoleh, untuk faktor
kepada responden. Jumlah bobot yang kekuatan (strength) dan peluang
diberikan harus sama dengan satu. (opportunity) penentuan rangking dengan
Selanjutnya, angka pembobotan yang melihat pengalian jumlah terbesar sampai
diperoleh dari masing-masing responden dengan yang terkecil. Sedangkan,
dijumlahkan lalu dirata-rata. Untuk sebaliknya untuk faktor kelemahan
kuesioner rating faktor kelemahan (weakness) dan ancaman (threat)
(weakness) dan ancaman (threat) nilai penentuan rangking dengan jumlah
rating yang diberikan berbanding terbalik pengalian dari yang terkecil hingga yang
dari keterangan kekuatan (strength) dan terbesar.
peluang (opportunity) pada keterangan
berikut: Matrik Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor-
Nilai 4 : Kekuatan Sangat Besar faktor yang berasal dari dalam sektor
Nilai 3 : Kekuatan Besar perkebunan industri karet jenis RSS
Nilai 2 : Kekuatan Sedang Provinsi Lampung yaitu berupa faktor
Nilai 1 : Kekuatan Kecil kekuatan (strength) dan faktor kelemahan
(weakness). Matrik faktor internal di
Pemberian rating masing-masing perkebunan karet tersaji pada Tabel 1 dan
faktor dilakukan dengan memberikan Tabel 2:
tanda (X) berdasarkan tingkat kepentingan

Tabel 1. Matriks faktor strategi internal untuk kekuatan (strengths)


Total Total Total
Kekuatan Rangking
Bobot Rating Skor
Tanaman karet berklon baik dapat
0,246 2,40 0,592 1
memproduksi lateks hingga usia 30 tahun
Perawatan tanaman karet dilakukan secara rutin
0,222 2,60 0,578 2
dan terjadwal
Pemupukan pada tanaman intensif 0,206 2,20 0,454 4
Tanaman karet siap disadap yang optimal
0,171 2,20 0,375 5
berumur sekitar 5 - 6 tahun
Pemungutan lateks hasil sadap tepat waktu 0,154 2,80 0,432 3
Total 2,431
Sumber : Data primer diolah, (2013)

Berdasarkan Tabel 1. diketahui sadap merupakan komponen-komponen


bahwa bahan baku, jenis klon, perawatan kekuatan yang mempunyai pengaruh
tanaman karet, dan pemungutan hasil langsung terhadap kegiatan industri karet.

182 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014
Vevi Octavia et al Optimasi Bahan Baku Lateks
Dari total skor pendapat responden tanaman karet harus dilakukan dengan
berdasarkan penilaian kuesioner yang dosis yang seimbang dua kali pemberian
berada pada rangking pertama memiliki dalam setahun. Jadwal pemupukan pada
total skor 0,592 yang cukup berpengaruh semeseter I yakni pada Januari/Februari
yaitu tanaman yang berklon baik dapat dan pada semester II yaitu Juli/Agustus.
memproduksi lateks hingga usia 30 tahun. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua
Peningkatan produksi dan produktivitas minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl.
dapat dilakukan baik melalui Rangking ketiga dengan skor 0,432
pengembangan areal baru maupun yaitu pemungutan hasil sadap harus tepat
peremajaan areal tanaman karet tua waktu. Hal ini dimaksudkan agar
dengan menggunakan klon unggul. Klon- menghindarkan lateks dari kotoran yang
klon baru tanaman karet yang akan mengkontaminasi. Menurut
direkomendasikan pada Lokakarya Setyamidjaja (1993), kemungkinan
Nasional Pemuliaan Tanaman Karet terjadinya pengotoran lateks oleh kotoran-
adalah klon unggul generasi 4 untuk kotoran yang sulit dihilangkan dapat
periode 2006-2010 yang meliputi IRR 5, menyebabkan terjadinya prakoagulasi dan
IRR 32, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan terbentuknya penggumpalan sebelum
IRR 118. Sedangkan klon-klon lama yang lateks sampai di pabrik untuk diolah.
telah dilepas seperti GT 1, AVROS 2037, Pengumpulan lateks dilaksanakan 3-4 jam
PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM setelah dilakukan penyadapan. Namun,
600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM pada pohon-pohon yang aliran lateksnya
107, BPM 109, PB 260, dan RRIC 100 lambat berhenti (late drops) dapat
masih memungkinkan untuk dilakukan pengumpulan kedua.
dikembangkan tetapi harus dilakukan Pada rangking kelima mengenai
secara hati-hati baik dalam penempatan tanaman karet siap disadap yang optimal
lokasinya maupun sistem pengelolaannya berumur sekitar 5-6 tahun. Menurut
(Utomo et al., 2012). Anwar (2001), produksi lateks dari
Rangking kedua dan keempat yang tanaman karet selain ditentukan oleh
sangat mempengaruhi produktivitas keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman,
tanaman karet yaitu pemupukan pada klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik
tanaman yang intensif dan perawatan pada dan manajemen penyadapan. Kriteria siap
tanaman karet yang dilakukan secara rutin sadap antara lain apabila pohon sudah
dan terjadwal. Faktor-faktor tersebut memiliki tinggi 1 m dari permukaan tanah
mempengaruhi umur tanaman baik untuk tanaman asal biji dan keliling lilit
kualitas maupun kuantitas lateks yang batang telah mencapai minimum 45 cm.
dihasilkan. Pemeliharaan tanaman Jika 60% dari populasi tanaman telah
meliputi pemberantasan hama penyakit memenuhi kriteria tersebut, maka areal
yang menyerang seperti jamur akar putih, pertanaman sudah siap dipanen.
penyemprotan hama dengan fungisida Penyadapan yang dilakukan sebelum
serta melakukan pemupukan secara rutin. mencapai persentase tersebut akan
Kebun yang dipelihara dengan baik mengurangi produksi lateks dan akan
biasanya memiliki 60-70% jumlah mempengaruhi pertumbuhan pohon karet.
tanaman berumur 5-6 tahun yang berlilit Pemulihan kulit pada bidang sadap
batang 45 cm (Anwar, 2001). Program perlu diperhatikan, hal ini akan
pemupukan secara berkelanjutan pada berpengaruh terhadap kesehatan dan

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 183
Optimasi Bahan Baku Lateks Vevi Octavia et al
produksi lateks yang selanjutnya secara dalam hari (d), minggu (w), bulan (m) dan
berkesinambungan. Jika penyadapan tahun (y). Satuan ini tergantung pada
dilakukan dengan baik, pemulihan kulit sistem penyadapannya. Bila penyadapan
dapat terjadi setelah enam tahun dengan dilakukan terus menerus setiap hari maka
minimal tebal kulit mencapai 7 mm. penyadapan ditandai dengan d/1,
Frekuensi sadapan merupakan selang sedangkan bila dilakukan selang dua hari
waktu penyadapan dengan satuan waktu ditandai d/2 .

Tabel 2. Matrik faktor strategi internal untuk kelemahan (weakness)


Total Total Total
Kelemahan Rangking
Bobot Rating Skor
Terjadinya prakoagulasi pada lateks 0,204 2,40 0,490 3
Klon yang digunakan tidak semua
0,228 2,00 0,456 2
menggunakan klon unggul
Jangka waktu penyadapan terlalu dekat 0,200 2,80 0,560 5
Adanya gelembung pada lateks saat pengujian
0,172 2,20 0,378 1
dikaca
Banyaknya penambahan amoniak
0,196 2,60 0,510 4
(antikoagulan) mempengaruhi bau segar lateks
Total 2,394
Sumber : Data primer diolah, (2013)

Berdasarkan Tabel 2. dapat Ratnawati (2011), klon yang memiliki


diketahui bahwa bahan baku lateks kebun pertumbuhan tinggi selama tanaman
merupakan salah satu penyebab terbesar menghasilkan (TM) akan menghasilkan
yang berpengaruh terhadap kualitas tanaman yang memiliki batang besar dan
produk RSS. Dari hasil rekapitulasi hasil kayunya tinggi. Nilai ekonomi kayu
perhitungan menurut responden yang karet dari waktu ke waktu semakin
berada pada rangking pertama yaitu meningkat, terutama karena semakin
adanya gelembung pada lateks saat terbatasnya sumber kayu alam. Dengan
pengujian dikaca berukuran 8cm x 3cm memperhatikan hal tersebut, maka dalam
melebihi tiga butir gelembung serta warna pemilihan klon untuk masa yang akan
putih lateksnya tidak mengkilat (suram). datang tidak hanya didasarkan pada
Hal ini disebabkan lateks yang dihasilkan produktivitas lateks, tetapi juga pada
terlalu encer ataupun kotor. Menurut SNI produktivitas kayu.
06-2047-2002 lateks kebun tidak boleh Menurut Gapkindo (2011) dalam
dicampur dengan air, bubur lateks ataupun Legiso (2011), hasil panen karet non-
serum lateks tidak boleh dimasuki dengan unggul relatif lebih rendah, dalam satu
benda-benda lain seperti kayu ataupun hektar lahan hanya menghasilkan lateks
kotoran lain, dan tidak terlihat nyata maksimal 20 kg lateks. Jika dibandingkan
adanya kotoran. dengan jenis karet yang klon unggul bisa
Pada rangking kedua mengenai menghasilkan 40-50 kg/ha. Karet
produktivitas karet yaitu pengaruh jenis nasional didominasi oleh karet rakyat
klon yang digunakan tidak semua mencapai 85%, namun tanaman karet di
menggunakan klon unggul. Menurut Indonesia sudah tua sehingga
184 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014
Vevi Octavia et al Optimasi Bahan Baku Lateks
produktivitas sudah rendah. Oleh karena dosis sama tetapi menggunakan amoniak
itu perlu adanya peremajaan dengan klon 5%, namun berpengaruh pada bau segar
baru dengan menggunakan bibit klon lateks yang dihasilkan (Setiawan et al.,
unggul. 2008).
Rangking ketiga mengenai Pada rangking kelima yang
terjadinya prakoagulasi pada lateks yang memiliki tingkat kelemahan yang terjadi
menghasilkan gumpalan-gumpalan pada jangka waktu penyadapan yang
sebelum lateks sampai di pabrik atau terlalu dekat. Menurut Utomo et al.
tempat pengolahan. Jika hal ini terjadi (2012), frekuensi penyadapan yang terlalu
akan menimbulkan kerugian yang cukup sering mampu mempengaruhi kemampuan
besar karena hasil sadapan yang tanaman karet dalam memproduksi lateks
mengalami prakoagulasi hanya bisa diolah serta dapat juga mempengaruhi struktur
menjadi karet bukan jenis baku dan dari tanaman karet tersebut. Kesalahan
kualitasnya rendah. Penyebab terjadinya dalam menentukan rumus sadap dan
prakoagulasi adalah kemantapan bagian penyadapan yang terlalu dalam atau tebal
koloidal di dalam lateks berkurang, akan menyebabkan pemulihan kulit
kemudian menggumpal menjadi satu menjadi tidak normal.
dalam bentuk komponen yang lebih besar
(Gunawan, 1970). Matrik Faktor Eksternal
Rangking keempat ialah banyaknya
Faktor-faktor eksternal merupakan
penambahan amoniak (antikoagulan) yang
faktor-faktor yang berasal dari luar sektor
mempengaruhi bau segar lateks. Amoniak
perkebunan industri karet jenis RSS
adalah zat antikoagulan yang paling luas
Provinsi Lampung yaitu berupa faktor
penggunaannya di perkebunan karet
peluang (opportunities) dan faktor
karena dengan dosis tepat akan
ancaman (threats) yang dimiliki industri
memberikan hasil memuaskan. Dosis
karet. Matrik faktor eksternal di
tepat yang digunakan adalah 5-10 ml
perkebunan karet tersaji pada Tabel 3 dan
larutan amonia 2,5 % untuk setiap liter
Tabel 4.
lateks. Jika tetap terjadi prakoagulasi,
dosisnya bisa dinaikkan dua kali atau

Tabel 3. Matrik faktor strategi eksternal untuk peluang (opportunities)


Total Total Total
Peluang Rangking
Bobot Rating Skor
Komoditi karet di Indonesia memiliki luas 0,244 3,20 0,781 1
areal terbesar dan produksi ke-2 terbesar dunia
Menanam komoditi karet menguntungkan, 0,224 2,80 0,627 2
dari kayu karet (sebagai bahan baku triplek)
dan getah karet (lateks) itu sendiri
Minat masyarakat untuk menanam karet 0,180 2,40 0,432 4
tinggi
Pemintaan kebutuhan karet dunia cukup tinggi 0,192 2,80 0,538 3
Pengontrolan secara intensif pada saat 0,157 2,60 0,418 5
penyadapan karet
Total 2,794
Sumber : Data primer diolah, (2013)
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 185
Optimalisasi Bahan Baku Lateks Vevi Oktavia et al
Berdasarkan Tabel 3. diketahui karet juga layak ekspor, seperti di Jepang,
bahwa dari total skor pendapat responden Taiwan, dan beberapa negara Eropa yang
berdasarkan penilaian kuesioner yang mengimpor kayu karet dari Indonesia.
memiliki peluang cukup besar bagi Pada urutan ketiga yang memiliki peluang
keberlangsungan suatu industri karet cukup berpengaruh terhadap kemajuan
berada pada rangking pertama mengenai dan pendapatan devisa Indonesia yaitu
komoditi karet di Indonesia memiliki luas pemintaan kebutuhan karet dunia cukup
areal terbesar dan produksi ke-2 terbesar tinggi. Menurut Dalimunthe (2013),
dunia. Menurut Dalimunthe (2013), pada konsumsi karet alam Indonesia meningkat
akhir tahun 2012 kuantitas karet Indonesia dari tahun ke tahun. Perkembangan
mencapai sekitar 3.040.376 ton dengan konsumsi karet alam dalam negeri
luas areal 3.484.073 Ha dan 442.000 ton (2011) meningkat 5%
produktivitasnya mencapai 1.080 kg/ha menjadi 466.000 ton (2012) dan
jika luas areal TM (tanaman diperkirakan akan meningkat lagi sekitar
menghasilkan) maka produktivitasnya 8% menjadi 489.000 ton pada tahun 2013.
1.159 kg/ha, kemudian negara Thailand Pada rangking keempat yang
memiliki luas area 2,6 juta Ha dan memiliki total skor 0,432 mengenai minat
Malaysia 1.02 juta Ha. Luas areal karet masyarakat untuk menanam karet tinggi.
merupakan salah satu kekuatan dalam Harga karet meningkat beberapa tahun
persaingan peningkatan volume produksi terakhir dan peran karet alam sebagai
karet alam dengan negara lain. Menurut penggerak perekonomian masyarakat di
Gapkindo (2012) dalam Anwar (2012), daerah, hal ini tercermin dari luasnya
meskipun Indonesia memiliki luas areal penanaman karet yang dilakukan
terbesar kedua didunia produktivitas karet masyarakat. Namun, tidak semua daerah
Indonesia hanya 934 kg/ha/tahun cocok untuk ditanami tanaman karet.
sementara Thailand 1.750 kg/ha/tahun dan Pemerintah telah menetapkan sentra-
Malaysia 1.450 kg/ha/tahun. sentra perkebunan yang cocok dari
Rangking kedua yang memiliki total masing-masing komoditi perkebunan yang
skor 0,627 terkait dengan faktor menanam ada di Provinsi Lampung, untuk
komoditi karet menguntungkan, dari kayu perkebunan karet yang sedang
karet (sebagai bahan baku triplek) dan dikembangkan terletak di daerah Tulang
getah karet (lateks) itu sendiri. Selain Bawang, Way Kanan, dan Lampung
getah karet yang berguna sebagai bahan Utara. Rangking kelima mengenai faktor
baku berbagai produk industri, kayu karet pentingnya pengontrolan secara intensif
dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar saat menyadap karet, untuk mengurangi
dan bahan baku pada industri mebel tindakan petani karet melakukan
karena harganya relatif lebih murah kesalahan memasukkan tatal kayu dan
dibandingkan kayu dari jenis lain. Kayu ranting untuk menambah bobot lateks.

186 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.1, Maret 2014
Vevi Octavia et al Optimasi Bahan Baku Lateks
Tabel 4. Matrik faktor strategi ekternal untuk ancaman (threats)
Total Total Total
Ancaman Rangking
Bobot Rating Skor
Harga karet dunia yang fluktuatif (tidak stabil) 0,216 2,20 0,475 4

Sistem transportasi yang terlambat 0,208 2,40 0,499 5


Penyadapan tanaman terlalu dini (umur <5
0,196 2,40 0.470 3
tahun)
Perubahan iklim berpengaruh pada lateks yang
0,204 2 0,408 2
dihasilkan
Adanya luka kayu dapat mempersingkat umur
0,1760 1,60 0,282 1
tanaman
Total 2,134
Sumber : Data primer diolah, (2013)

Pada rangking pertama yang Pada rangking ketiga terkait dengan


memiliki total skor 0,282 mengenai luka penyadapan tanaman yang terlalu dini
kayu dapat mempersingkat umur tanaman (umur < 5 tahun) merupakan hal yang
sangat erat kaitannya dengan pernyataan sangat rentan karena dapat mempersingkat
pemahaman petani mengenai karakteristik umur tanaman. Menurut Setyamidjaja
lateks masih rendah. Pengirisan kulit (1993), pada tanaman muda penyadapan
tidak boleh terlalu tebal karena akan umumnya telah dimulai pada umur 5-6
mempercepat habisnya batang karet yang tahun, tergantung pada kesuburan
produktif sehingga masa produksinya pertumbuhannya. Penyadapan pada
menjadi lebih singkat. Penyadapan tanaman muda sebelum sadapan rutin
sebaiknya dilakukan sedalam mungkin berjalan, terlebih dahulu melakukan
tetapi tidak sampai menyentuh kambium. bukaan sadapan yang merupakan saat
Kedalaman irisan kambium yang pertama dimulainya penyadapan pada
dianjurkan adalah 1-1,5 mm dari lapisan tanaman yang telah memenuhi syarat
kambium, bagian ini harus disisakan untuk disadap.
untuk menutupi lapisan kambium. Rangking keempat yang memiliki
Rangking kedua yang memiliki total total skor 0,475 mengenai harga karet
skor 0,408 mengenai perubahan iklim dunia yang fkuktuatif. Menurut Zebua
berpengaruh pada lateks yang dihasilkan (2008), harga komoditi perkebunan sangat
biasa terjadi pada musim hujan yang rentan terhadap berbagai resiko (seperti
menyebabkan penyadapan pohon agak fluktuasi nilai tukar mata uang, harga
terhambat. Permasalahan ini akan bahan bakar/transportasi, pertumbuhan
menimbulkan kendala dalam memenuhi ekonomi, biaya produksi, pasokan/produk
permintaan terhadap karet olahan yang substitusi, dan iklim). Hal ini tercermin
semakin meningkat dengan bahan baku pada penurunan harga karet alam yang
karet olahan. Menurut Gapkindo (2011) mulai terjadi sejak krisis moneter bulan
dalam Legiso (2011), pada musim Juli 1997, dimana pada saat itu nilai mata
penghujan produksi lateks menurun dan uang negara-negara produsen karet alam
mengurangi produktivitas lateks hingga (Thailand, Malaysia, Indonesia)
sekitar 20%. terdepresiasi dengan nilai mata uang US
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 187
Optimasi Bahan Baku Lateks Vevi Octavia et al
dollar. Fluktuasi harga bisa menyebabkan bak pencampur di pabrik, sehingga dapat
ketidakstabilan. Oleh karena itu, perlu diharapkan hasil yang seragam
dicari penyebab dan pemecahannya. (Setyamidjaja, 1993).
Salah satu informasi yang bisa membantu Luka kayu pada tanaman, perubahan
persoalan fluktuasi adalah informasi iklim, transportasi yang terlambat,
tentang integrasi pasar yang terkait dengan penyadapan umur tanaman < 5 tahun,
harga karet alam, keterkaitan harga serta sistem transportasi yang terlambat
domestik dan harga dunia patut dicermati, dan harga karet dunia yang flukuatif
agar bisa memberi antisipasi yang benar merupakan komponen ancaman yang
terhadap upaya perbaikan nasib petani. memiliki pengaruh besar bagi industri,
Ancaman selanjutnya yaitu tanpa adanya perbaikan dan perlakuan
mengenai sistem transportasi/truk khusus pada komponen ini industri karet
pengangkut yang terlambat dari tempat tidak akan berjalan dengan lancar.
penampungan hasil (TPH) sampai ke Berdasarkan nilai skor faktor-faktor
pabrik. Pengangkutan yang terlambat atau internal dan eksternal industri karet, maka
dalam keadaan udara suhu tinggi akan dapat dibuat diagram SWOT yaitu dengan
menyebabkan lateks tidak mantap. Jalan menjumlahkan total skor faktor internal
yang tidak baik menimbulkan goncangan dan eksternal kemudian dihitung
pada lateks sehingga banyak butir luteid selisihnya yaitu total skor faktor kekuatan
yang pecah dan lateks menjadi tidak internal dikurangi kelemahan dan total
mantap. Oleh karena itu, diusahakan skor faktor eksternal peluang dikurangi
semaksimal mungkin semua lateks dapat ancaman. Pembobotan untuk diagram
diangkut ke pabrik pusat, agar dapat SWOT faktor internal dan eksternal tersaji
dilakukan pencampuran lateks dari semua pada Tabel 5.
bagian kebun dalam satu atau beberapa

Tabel 5. Pembobotan untuk diagram SWOT faktor internal dan eksternal

Faktor Internal Faktor Eksternal


Uraian
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
Total Skor 2,431 2,394 2,794 2,134
Selisih + 0,037 + 0,659
Sumber : Data primer diolah, (2013)

Setelah diperoleh angka dari selisih dapat dibuat diagram SWOT yang
faktor internal dan faktor eksternal, maka disajikan pada Gambar 1:

188 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014
Vevi Octavia et al Optimasi Bahan Baku Lateks
O (+)
III. Turn around I. Agresif
0,659

W (-) 0,037 S (+)

IV. Defensif II. Diversifikasi

T (-)

Gambar 1. Diagram SWOT perkebunan karet di Provinsi Lampung

Berdasarkan Gambar 1. diagram Keadaan tersebut dapat dicapai oleh


SWOT di perkebunan karet Provinsi para stake-holder industri karet dengan
Lampung berada dikuadran I yang berarti cara meningkatkan kualitas bahan baku
industri ini berada dalam strategi agresif yang dihasilkan, mempertahankan
(kondisi pertumbuhan). Kuadran I perawatan tanaman karet secara rutin dan
merupakan situasi yang sangat terjadwal, serta memanfaatkan lokasi
menguntungkan dimana agroindustri industri untuk menjalin kerjasama inti
berada dalam kondisi pertumbuhan baik plasma dengan petani karet, serta
dalam penjualan, aset, profit atau pembinaan dengan pihak lain.
kombinasi dari ketiganya. Industri Berdasarkan nilai skor faktor-faktor
tersebut memiliki peluang dan kekuatan internal dan eksternal di perkebunan karet
sehingga para stake-holder dapat Provinsi Lampung, maka faktor-faktor
memanfaatkan kondisi yang ada untuk yang dipilih untuk dimasukan ke dalam
keberlangsungan industri. Dengan matrik SWOT adalah faktor-faktor yang
demikian, strategi yang dapat diterapkan memperoleh rangking empat besar
dalam kondisi ini adalah memanfaatkan berdasarkan rangking skornya.
kekuatan dan peluang yang ada untuk Identifikasi SWOT perkebunan karet
pertumbuhan industri kedepannya. Provinsi Lampung disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Identifikasi SWOT perkebunan karet di Provinsi Lampung

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 189
Optimasi Bahan Baku Lateks Vevi Octavia et al
Strengths (S) Weaknesses (W)
1. Tanaman karet berklon 1. Adanya gelembung pada lateks
baik dapat memproduksi saat pengujian dikaca
lateks hingga usia 30 2. Klon yang digunakan tidak
tahun semua menggunakan klon
2. Perawatan tanaman karet unggul
dilakukan secara rutin 3. Terjadinya prakoagulasi pada
dan terjadwal lateks
3. Pemungutan lateks hasil 4. Banyaknya penambahan
sadap tepat waktu amoniak (antikoagulan)
4. Pemupukan pada mempengaruhi bau segar lateks
tanaman intensif
Opportunities (O) Strategi (SO) Strategi (WO)
1. Komoditi karet di Menggunakan kekuatan Meminimalkan kelemahan
Indonesia memiliki untuk memanfaatkan untuk memanfaatkan peluang
luas areal terbesar peluang 1. Meminimalkan gelembung pada
dan produksi ke-2 1. Menanam karet yang bahan baku lateks saat pengujian
terbesar dunia berklon unggul, sehingga menghasilkan RSS
2. Menanam komoditi direkomendasi dan yang memenuhi kriteria yang
karet bersertifikat sangat mampu bersaing dengan produk
menguntungkan, menguntungkan dari dari Thailand dan Malaysia (W1,
dari kayu karet segi kualitas kayu O3)
(sebagai bahan baku maupun getah karet (S1, 2. Menggugah minat masyarakat
triplek) dan getah O2) dengan cara meremajakan dan
karet (lateks) itu 2. Mempertahankan memperluas areal dengan bibit
sendiri prestasi sebagai negara berklon unggul sehingga
3. Permintaan yang memiliki luas areal menguntungkan hasil produksi
kebutuhan karet dan produksi kedua lateks dan dari segi kayu karet
dunia cukup tinggi terbesar dengan yang bernilai ekonomi tinggi
4. Minat masyarakat meningkatkan (W3, O1 2 4)
untuk menanam perawatan dan 3. Mencegah terjadinya
karet tinggi pemupukan tanaman prakoagulasi dapat mengurangi
secara terjadwal (S2 4, pemberian dosis amoniak
O1) sehingga bahan baku lateks
3. Meningkatkan minat untuk produk RSS bermutu baik
masyakat/produsen dan tercukupi seiring dengan
untuk menanam karet permintaan produk yang
dengan melakukan cenderung meningkat (W3 4, O3)
rotasi peremajaan
tanaman yang berklon
unggul, direkomendasi
dan bersertifikat (S1, O4)

4. Meningkatkan kualitas
lateks yang sesuai

190 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014
Vevi Octavia et al Optimasi Bahan Baku Lateks
standar SNI 06-2047-
2002 agar mampu
bersaing, seiring dengan
permintaan karet yang
semakin meningkat (S3,
O3)

Threats (T) Strategi (ST) Strategi (WT)


Menggunakan kekuatan Meminimalkan kelemahan
1. Adanya luka kayu untuk mengatasi ancaman untuk menghindari ancaman
dapat 1. Mencegah adanya luka 1. Meminimalkan pemberian
mempersingkat kayu pada tanaman agar dosis amoniak karena
umur tanaman mampu menghasilkan prakoagulasi dan
2. Perubahan iklim lateks yang berkualitas meminimalkan kontaminasi
berpengaruh pada dan memperpanjang kotoran pada lateks yang
lateks yang umur tanaman karet (S1, disebabkan fluktuasi iklim
dihasilkan T 1) (W1 3 4, T2)
3. Penyadapan 2. Menerapkan 2. Meremajakan tanaman dengan
tanaman terlalu dini pemungutan hasil sadap klon unggul, dan mencegah
(umur <5 tahun) tepat waktu karena penyadapan yang terlalu dini
4. Harga karet dunia sangat dipengaruhi oleh serta mengurangi luka kayu
yang fluktuatif iklim (S3, T2) pada tanaman (W2, T1 3)
(tidak stabil) 3. Meningkatkan 3. Kondisi iklim, pasokan bahan
perawatan dan baku yang terbatas dan
pemupukan tanaman transportasi yang terlambat
secara rutin dan menyebabkan mudahnya
terjadwal yang sangat terjadi prakoagulasi lateks
mempengaruhi sehingga memicu
kesuburan pertumbuhan ketidakstabilan harga karet
(S2 4, T3) (W3, T4)
4. Mencegah terjadinya
fluktuasi harga komoditi
perkebunan yang sangat
rentan terhadap resiko
salah satunya dengan
mempertahankan
kualitas lateks agar tetap
baik (S1 2, O4)

KESIMPULAN gelembung pada lateks saat pengujian


dikaca.
Masalah yang mempengaruhi Strategi optimalisasi yang dapat
kualitas lateks antara lain jenis klon, diterapkan di perkebunan karet Provinsi
perawatan tanaman, dan terjadinya Lampung jenis Ribbed Smoked Sheet
prakoagulasi pada lateks serta adanya (RSS) antara kekuatan (strength) dan
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 191
Optimasi Bahan Baku Lateks Vevi Octavia et al
peluang (opportunity) yaitu : menanam Tahun 2013. Bulletin Karet
karet yang berklon unggul yang Gapkindo No ISSN 0216-9908
direkomendasi dan bersertifikat sangat Tahun XXXV. Hal 6.
menguntungkan dari segi kualitas kayu Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010.
maupun getah karet, mempertahankan Statistik Perkebunan Indonesia
prestasi sebagai negara yang memiliki luas 2009 – 2011 : Teh. Direktorat
areal dan produksi kedua terbesar salah Jenderal Perkebunan. Departemen
satunya dengan meningkatkan perawatan Pertanian.
dan pemupukan tanaman secara terjadwal, Gapkindo. 2010. Profil Pabrik Karet
meningkatkan minat masyarakat/produsen Remah Indonesia. Gabungan
untuk menanam karet dengan melakukan Perusahaan Karet Indonesia.
rotasi peremajaan tanaman yang berklon Jakarta.
unggul dan direkomendasi, meningkatkan Gunawan, E. 1970. Pengolahan Karet.
kualitas lateks yang sesuai standar SNI Lembaga Pendidikan Perkebunan.
06-2047-2002 agar mampu bersaing, Medan.
seiring dengan permintaan karet yang Legiso. 2011. Berita Karet: Sejak
semakin meningkat. September, Petani Karet Berpesta.
Kompas dalam Bulletin Karet
DAFTAR PUSTAKA Gapkindo No ISSN 0216-9908
Tahun XXXIII. Hal 7-8.
Anwar, C. 2012. Konsumsi Karet Masih Mahendra, M. S. 2008. Analisis SWOT
Tumbuh. Kompas dalam Bulletin dan SMART Keragaan Fasilitas dan
Karet Gapkindo No ISSN 0216- Utilitas. Jakarta
9908 Tahun XXXIV. Hal 8. Ratnawati, E. 2011. Analisis Daya Saing
Anwar, C. 2005. Prospek Karet Alam Ekspor Karet Alam Indonesia Di
Indonesia : Suatu Analisis Pasar Internasional. Fakultas
Integrasi Pasar dan Keragaan ekonomi dan manajemen. Institut
Ekspor. (Disertasi). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pertanian Bogor. Sekolah Pasca Setiawan, D. H., dan A. Andoko. 2008.
Sarjana. Bogor Petunjuk Lengkap Budidaya
Anwar, C. 2001. Manajemen dan Karet. PT. Agro Media Pustaka.
Teknologi dan Budidaya Karet. Jakarta.
Pusat Penelitian Karet. Medan. Setyamidjaja, D. 1993. Karet, Budidaya
Badan Pusat Statistik. 2011. Statistics dan Pengolahan. PT. Kanisius.
Indonesia, Compiled by Gapkindo. Jakarta.
http: Suseno, R. S. dan Suwarti. 1989.
//www.gapkindo.org/index.php/id/ Pedoman Teknis Pengolahan
component/content/article/1-... Karet Sit Yang Diasap (Ribbed
Diakses pada 18 September 2012. Smoked Sheet). Balai Penelitian
Badan Standarisasi Nasional. 2002. Bahan Perkebunan Bogor. Bogor.
Olah Karet. SNI 06-2047-2002. Utomo, T. P., Udin. H., dan E. Suroso.
Diakses tanggal 07 November 2012. Agroindustri Karet
2012. Indonesia. PT. Sarana Tutorial
Dalimunthe, R. 2013. Evaluasi Karet Nurani Sejahtera. Bandung.
Tahun 2012 dan Menyongsong

192 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014
Vevi Octavia et al Optimasi Bahan Baku Lateks
Zebua, A. 2008. Integrasi Pasar Karet Fakultas Pertanian. Institut
alam Indonesia dan Dunia. Pertanian Bogor. Bogor.
(Skripsi). Program Sarjana Zuhra, F. 2006. Karet. Universitas
Ekstensi Manajemen Agribisnis. Sumatera Utara. Medan.

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 193

You might also like