Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN Volume 6, Nomor 1, Februari 2018

ISSN : 2301-4717 p. 1-10 1


Volume 6, Nomor 1, Februari 2018

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP VALUE


FOR MONEY PADA PEMERINTAH KOTA LHOKSEUMAWE
(STUDI KASUS PADA DPKAD KOTA LHOKSEUMAWE PERIODE 2014-2016)

Indrayani1, Khairunnisa2
1,2
Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh Lhokseumawe
Indrayani@unimal.ac.id

Abstract: This study aimed to determine the performance of the Office of Revenue Finance and Regional Assets
(DPKAD) Lhokseumawe City by using the concept of Value For Money. This research was conducted by taking data
for 3 years, from 2014 to 2016. This research used secondary data. The method of data analysis used is descriptive
qualitative analysis method. Based on the research result by using Value For Money concept based on 3 main
elements such as economic, efficiency and effectiveness show that: Economic ratio, get 86,54%, 82,64% and 71,43%
which means the economic ratio was under 100% during 2014-2016 and the result of this ratio indicated that the
economic ratio criterion obtained the “economical” category.the efficiency ratios during the research year of this
ratio were 94,69%, 105,17% and 97,95%, although in 2015 the ratio was less efficient because it was in percentage
above 100%. However, the overall performance of the Lhokseumawe City Government has been categorized as
“efficient”. While the effectiveness ratio, obtained 96,53%, 86,65% and 76,98%, where the percentage ratio below
100% indicates that this ratio obtains “ineffective” criterion. Based on the result, the concept of Value For Money
is very good to be applied on DPKAD of Lhokseumawe city because it can provide a more structured and
comprehensive performance overview.

Keywords: Performance, Value For Money, Economics, Efficiency, Effectiveness.


2 INDRAYANI, KHAIRUNNISA Jurnal Akuntansi dan Keuangan

PENDAHULUAN publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama,


yaitu ekonomi, efisiensi dan efektifitas. Elemen
Perkembangan akuntansi sektor publik di In- yang pertama dari konsep value for money yaitu
donesia mengalami kemajuan yang pesat seiring ekonomi. Ekonomi adalah pemerolehan input
dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah yang terendah. Ekonomi terkait dengan sejauh ma-
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri na organisasi sektor publik dapat meminimalisir
urusan pemerintahan serta kepentingan masyarakat input resources yang digunakan yaitu dengan
setempat sesuai dengan perundang-undangan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak
(Anonim dalam Sari, 2014). Hak otonomi kepada produktif. Elemen yang kedua dari konsep value
masing-masing daerah atau kabupaten akan for money ialah efisiensi. Efisiensi yaitu
memberikan kebebasan untuk mengolah dan pencapaian output dengan input tertentu atau
meningkatkan sumber pendapatannya, demi penggunaan input yang terendah untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah output tertentu. Semakin rendah nilai rasio efisiensi
tersebut. Semakin tinggi realisasi pendapatan yang yang di peroleh, maka semakin bagus pula kinerja
dicapai, hendaknya dapat mencerminkan semakin organisasi sektor publik tersebut. Dan elemen yang
baik kinerja pemerintah daerah sesuai dengan hasil terakhir dari konsep value for money yaitu
yang telah dicapai. Oleh sebab itu, masyarakat efektifitas. Efektivitas adalah tingkat pencapaian
dituntut untuk lebih berfikir kritis terhadap kinerja hasil program dengan target yang ditetapkan.
pemerintah daerah, dibutuhkannya transparansi dan Secara sederhana, efektifitas merupakan
akuntabilitas publik oleh lembaga sektor publik. perbandingan outcome dengan output. Kota
Akuntabilitas bukan hanya sekedar kemampuan Lhokseumawe sudah diresmikan menjadi sebuah
lembaga sektor publik menunjukkan bagaimana kota otonom, akibat dari pemisahan dirinya dari
uang publik tersebut digunakan, tetapi juga kabupaten aceh utara sejak tahun 2001. Pemisahan
meliputi kemampuan memberikan jaminan dari ini mengharuskan Kota Lhokseumawe untuk
penggunaan sumber-sumber dana publik termasuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pengalokasian sumber daya secara ekonomis, pemerintahan serta mendapatkan kebebasan untuk
efisien dan efektif melalui pelaksanaan manajemen mengolah dan meningkatkan sumber pendapatan
publik yang baik (Sari, 2014). daerahnya, demi kesejahteraan masyarakat dan
Pemberian otonomi dan desentralisasi yang kemajuan daerahnya.
luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Dae-
Kabupaten/Kota akan membawa konsekuensi rah (DPKAD) Kota Lhokseumawe merupakan
perubahan pada pola dan sistem pengawasan yang dinas daerah yang memegang peranan dan fungsi
mendasar dengan diberinya keleluasaan kepada strategis di bidang pengelolaan keuangan dan aset
pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus daerah Kota Lhokseumawe. Pengelolaan Anggaran
daerahnya sendiri (Nugrahani, 2007). Keberhasilan Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota
otonomi daerah tidak lepas dari kinerja pemerintah Lhokseumawe memiliki pola yang jelas dan jumlah
daerah dalam mengelola keuangan daerahnya. anggaran yang semakin besar. Tahun anggaran
Pengukuran kinerja merupakan faktor penting 2014, prioritas APBD adalah meningkatkan
di dalam suatu organisasi, termasuk juga untuk pelayanan publik. Sedangkan tahun 2015 dan 2016,
organisasi sektor publik. Pengukuran kinerja sangat diarahkan pada peningkatan pembangunan
diperlukan untuk menilai akuntabilitas organisasi infrastruktur untuk memacu ekonomi dan
dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih kesejahteraan masyarakat. Jumlah anggarannya
baik dan tepat sasaran. Pengukuran kinerja sektor telah melebihi satu triliun rupiah dan kenaikannya
publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. cukup signifikan.
Pertama, pengukuran kinerja sektor publik
dimaksudkan untuk membantu memperbaiki Tabel 1
kinerja pemerintah. Kedua, ukuran kinerja sektor Persentase Kinerja Pemerintah Kota
publik digunakan untuk pengalokasian sumber Lhokseumawe dengan menggunakan Konsep
daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran Value For Money
kinerja sektor publik dimaksudkan untuk
mewujudkan pertanggungjawaban publik dan Value For
2014 2015 2016
memperbaiki komunikasi kelembagaan Money
(Ulum,2012:21). Ukuran kinerja pemerintah daerah
berdasarkan anggaran berbasis kinerja dapat diukur Rasio
86,54% 82,64% 71,43%
menggunakan konsep value for money, yakni Ekonomi
ekonomis, efisiensi, dan efektivitas (Khikmah, Rasio
94,69% 105,17% 97,95%
2014). Efisiensi
Menurut Mardiasmo (2004:4) Value for mon- Rasio
96,53% 86,65% 76,98%
ey merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor Efektifitas
3
Volume 6, Nomor 1, Februari 2018

Sumber: Data Sekunder diolah, 2018 kegiatan/program untuk mewujudkan sasaran,


tujuan, misi, dan visi organisasi atau perusahaan.
Dapat dilihat pada tabel persentase kinerja Namun menurut PP No. 8 Tahun 2006, kinerja
Pemerintah Kota Lhokseumawe dengan adalah keluaran atau hasil dari kegiatan atau pro-
menggunakan konsep value for money yang di gram yang hendak atau telah dicapai sehubungan
peroleh dari Laporan Realisasi Anggaran dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan
Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kota kualitas terukur. Dengan demikian kinerja
Lhokseumawe. Dimana rasio ekonomi diperoleh mencerminkan hasil atau prestasi kerja yang dapat
dari perbandingan anggaran pengeluaran (belanja) dicapai oleh seseorang, unit kerja, dan atau suatu
dengan realisasi pengeluaran. Secara keseluruhan organisasi pada periode tertentu sesuai dengan
dapat dilihat bahwa rasio ekonomis selama 3 tahun wewenang dan tanggung jawabnya dalam upaya
berturut-turut mengalami penurunan yang berarti mencapai tujuan secara legal serta sesuai moral dan
bahwa hal tersebut baik bagi Pemerintah Kota etika.
Lhokseumawe karena rasionya bernilai di bawah
100%.
Apabila dilihat dari segi efisiensi Dimana Indikator Kinerja
rasio efisiensi kinerja Pemerintah Kota Indikator kinerja menurut Bastian (2006: 267)
Lhokseumawe cukup baik. Dimana pada tahun adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
2014 nilai rasio efisiensi yang di peroleh dari menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran
perbandingan realisasi belanja dengan realisasi atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan
pendapatan senilai 94,69% dan pada tahun 2015 memperhitungkan indikator masukan (input),
naik menjadi 105,17% dan turun menjadi 97,95% keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (bene-
pada tahun 2016, meskipun pada tahun 2015 fit), dan dampak (impact). Maksud dari indikator
menunjukkan rasio yang kurang efisien. Namun masukan, keluaran, hasil manfaat dan dampak
secara keseluruhan kinerja Pemerintah Kota adalah:
Lhokseumawe telah efisien. 1. Indikator masukan (input) adalah segala
Dan apabila dilihat dari segi efektifitas, yang sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
memperlihatkan perbandingan antara realisasi kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan
pendapatan dengan anggaran pendapatan. Yang keluaran. Indikator ini dapat berupa dana,
berarti bahwa selama 3 tahun tersebut kinerja sumber daya manusia, informasi,
Pemerintah Kota Lhokseumawe tidak efektif, kebijakan/peraturan perundang-undangan, dan
dikarenakan realisasi anggaran pendapatan lebih sebagainya.
kecil dibandingkan dengan anggaran 2. Indikator keluaran (output) adalah sesuatu
pendapatannya. Hal ini terbukti dengan masih yang diharapkan langsung dicapai dari suatu
adanya kekurangan, seperti banyaknya proyek fisik kegiatan yang dapat berupa fisik dan/atau non
dan bantuan untuk masyarakat tak dapat fisik.
direalisasikan dengan Anggaran Pendapatan dan 3. Indikator hasil (outcome) adalah segala sesuatu
Belanja Kota (APBK) perubahan tahun 2016, yang mencerminkan berfungsinya keluaran
bahkan terutang pada pihak ketiga (Sumber: kegiatan pada jangka menengah (efek
Serambi Indonesia, 11 Desember 2016, akses: 9 langsung).
Oktober 2017). 4. Indikator manfaat (benefit) adalah sesuatu
Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat yang terkait dengan tujuan akhir dari
ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian pelaksanaan kegiatan.
mengenai pengukuran kinerja di Dinas Pengelolaan 5. Indikator dampak (impact) adalah pengaruh
Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota yang ditimbulkan baik positif maupun negatif
Lhokseumawe menggunakan konsep value for terhadap setiap tingkatan indikator berdasarkan
money dengan harapan dapat mencapai kinerja asumsi yang telah ditetapkan.
yang lebih baik. Sesuai dengan uraian di atas, maka
penulis berminat mengambil judul penelitian Definisi Sistem Pengukuran Kinerja Organisasi
“Analisis Pengukuran Kinerja Dengan Sektor Publik
Menggunakan Konsep Value For Money Pada Menurut Nordiawan dan Atuningtyas
Pemerintah Kota Lhokseumawe (Studi Kasus (2011:157) pengukuran kinerja merupakan suatu
Pada DPKAD Kota Lhokseumawe Periode proses sistematis untuk menilai apakah pro-
2014-2016)”. gram/kegiatan yang telah direncanakan telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana tersebut, dan
TINJAUAN PUSTAKA yang lebih penting adalah apakah telah mencapai
keberhasilan yang telah ditargetkan pada saat
Kinerja perencanaan.
Kinerja Menurut Kristanti (2016) adalah suatu Menurut Mardiasmo (2004:121) Sistem
tingkat dalam pencapaian dari pelaksanaan pengukuran kinerja sektor publik adalah sistem
4 INDRAYANI, KHAIRUNNISA Jurnal Akuntansi dan Keuangan

yang bertujuan untuk membantu manajer publik 5. Meningkatkan kesadaran akan uang publik
menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur (public costs awareness) sebagai akar
finansial dan non finansial. pelaksanaan akuntabilitas publik.

Value For Money Langkah-langkah Pengukuran Value For Money


Menurut Mahmudi (2005:89) mengemukakan Menurut Mardiasmo (2004: 133) langkah-
bahwa value for money adalah pengukuran kinerja langkah pengukuran value for money adalah
untuk mengukur ekonomi, efisiensi, dan efektivitas sebagai berikut:
suatu kegiatan, program, dan organisasi. 1) Pengukuran Ekonomi
1. Ekonomi Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan
Konsep ekonomi sangat terkait dengan konsep masukan (input) yang dipergunakan.
biaya untuk memperoleh unit input. Ekonomi 2) Pengukuran Efisiensi
berarti sumber daya input hendaknya diperoleh Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan
dengan harga lebih rendah (spending less), yaitu input. Semakin besar output dibanding input, maka
harga yang mendekati harga pasar. Input adalah semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.
semua jenis sumber daya masukan yang digunakan
dalam suatu proses tertentu untuk menghasilkan
3) Pengukuran Efektifitas
Efektifitas adalah ukuran berhasil atau tidaknya
output. Input tersebut dapat berupa tenaga kerja
suatu organisasi mencapai tujuannya.
(tenaga, keahlian, dan keterampilan), serta aset-aset
seperti gedung, peralatan, dan sebagainya. 4) Pengukuran Outcome
2. Efisiensi Outcome adalah dampak suatu program atau
Efisiensi adalah hubungan antara barang dan jasa kegiatan terhadap masyarakat.
(output) yang di hasilkan dengan sumber daya (in-
put) yang digunakan untuk menghasilkan output Penelitian terdahulu
tersebut. Suatu organisasi, program, atau kegiatan Andriani, Sri (2012) meneliti tentang
dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan “Pengukuran Kinerja Dengan Prinsip Value For
output tertentu dengan input serendah-rendahnya, Money Pemerintah Kota Batu”. Hasil penelitian ini
atau dengan input tertentu mampu menghasilkan menunjukkan rasio ekonomi tahun 2005 sampai
output sebesar-besarnya (spending well). dengan tahun 2009 menunjukkan bahwa kinerja
3. Efektifitas Pemerintah Daerah Kota Batu ekonomis dalam
Efektivitas terkait dengan hubungan antara hasil merealisasilan pengeluaran karena rasionya kurang
yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dari 100%. Rasio efisiensi tahun 2005 sampai
dicapai. Efektivitas merupakan hubungan antara dengan tahun 2009 menunjukkan bahwa kinerja
output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi Pemerintah Daerah Kota Batu secara umum cukup
output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efisien karena realisasi biayanya lebih tinggi
efektif organisasi, program, atau kegiatan. Jika dibandingkan dengan realisasi pendapatannya.
ekonomi berfokus pada input dan efisiensi berfokus Rasio efektifitas tahun 2005 sampai dengan 2009
pada output atau proses, maka efektivitas berfokus menunjukkan bahwa kinerja Pemerintah Daerah
pada outcome (hasil). Kota Batu secara umum efektif karena hasil rasio
nya lebih dari 100%. Hasil diatas dapat
Manfaat Implementasi Value For Money disimpulkan bahwa kinerja Pemerintah Daerah
Penerapan konsep value for money dalam Kota Batu ditinjau dari konsep value for money
pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik sudah baik karena telah memenuhi ekonomis,
tentunya memberikan manfaat bagi organisasi itu efisiensi dan efektifitas.
sendiri maupun masyarakat. Manfaat yang Khikmah, Alayyal (2014) meneliti tentang
dikehendaki dalam pelaksanaan value for money “Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah
pada organisasi sektor publik yaitu: ekonomis Kabupaten Lamongan Berdasarkan Konsep Value
(hemat cermat), efisien (berdaya guna) dan efektif For Money”. Hasil penelitian dalam pengukuran
(berhasil guna) (Mardiasmo 2004:130). kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan
Manfaat lain dari implementasi konsep value berdasarkan konsep value for money diperoleh
for money menurut Mardiasmo (2004:7) antara bahwa rasio ekonomis dari tahun 2009-2013
lain: cenderung tidak ekonomis karena menghasilkan
1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, rasio lebih dari 100%. Apabila dilihat dari segi
dalam arti pelayanan yang diberikan tepat efisiensinya, maka kinerja Pemerintah Daerah
sasaran. Kabupaten Lamongan cukup efisien karena rasio
2. Meningkatkan mutu pelayanan publik. memperlihatkan hasil kurang dari 100%. Artinya,
3. Menurunkan biaya pelayanan publik. pemerintah mampu mengelola keuangan daerah
4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada dengan menggunakan sumber daya dengan tingkat
kepentingan publik. tertentu untuk dapat mencapai output yang opti-
mum. Dan kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten
Lamongan efektif jika dilihat dari rasio efektivitas
5
Volume 6, Nomor 1, Februari 2018

yang dihasilkan dari tahun 2009-2013. Di mana berdasarkan sumber-sumber yang diperoleh dari
selama periode 5 tahun tersebut, perhitungan rasio literature yang membahas tentang konsep value for
menunjukkan hasil lebih dari 100%, yang artinya money.
bahwa pemerintah dalam menentukan target
penerimaan telah sukses, dibuktikan dengan
pemerolehan realisasi pendapatan yang lebih besar
daripada anggaran pendapatannya. Definisi Operasional Variabel
Sari, Nindy Cahya Feriska (2014) meneliti Variabel dalam penelitian ini adalah value for
tentang “Analisis Pengukuran Kinerja Pemerintah money. Value for money merupakan konsep
Daerah Dengan Menggunakan Prinsip Value For pengukuran kinerja organisasi sektor publik yang
Money (Study Kasus Kabupaten Sumenep Tahun berdasarkan pada tiga elemen yaitu ekonomi,
2010-2013)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi, dan efektivitas (Agustin, 2017).
perhitungan rasio ekonomis menunjukkan kinerja a) Rasio Ekonomi
pemerintah daerah berada pada katagori ekonomis, Konsep ekonomi sangat terkait dengan konsep
yaitu sebesar 88, 2 %, 89,98 %, 89,77 % dan biaya. Ekonomi memiliki pengertian bahwa sumber
90,68%. Rasio efisiensi pada Kabupaten Sumenep daya input hendaknya di peroleh dengan harga
periode 2010-2013 selalu mengalami peningkatan lebih rendah yaitu harga yang mendekati harga
yaitu 99,44%, 96,55%, 95,36%, 92,91% dan berada pasar. Nilai ekonomi dapat diukur dengan
pada kategori efisien. Sedangkan rasio efektifitas membandingkan antara input dan harga input.
kinerja pemerintah Kabupaten Sumenep pada tahun Dimana input merupakan sumber daya yang
2010 tidak efektif hanya sebesar 99,95 % dan digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan, pro-
kurang dari 100%, namun pada tahun 2011 hingga gram, dan kegiatan.
2013 rasio efektifitas mengalami peningkatan
sebesar 100,84 %, 101,21 % dan 101, 28 % dan
berada pada kategori efektif, artinya pemerintah
daerah dapat memperbaiki kinerja pemerintahannya
secara efektif.
Ketentuan:
METODE PENELITIAN Jika < 100% berarti ekonomis
Jika > 100% berarti tidak ekonomis
Objek dan Lokasi Penelitian Jika = 100% berarti ekonomis berimbang
Objek penelitian yang penulis teliti adalah (Sumber: Khikmah, 2014)
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) Kota Lhokseumawe yang berlokasi di Jl. Mahsun (2006:179) rasio ekonomi adalah
Merdeka – Kutablang No.145, Kuta Blang, Banda mengukur tingkat kehematan dari pengeluaran-
Sakti, Kota Lhokseumawe. pengeluaran yang dilakukan organisasi sektor
publik, dimana pengukuran tersebut memerlukan
Jenis dan Sumber Data data anggaran dan realisasinya.
Penelitian ini hanya menggunakan sumber da- b) Rasio Efisiensi
ta sekunder. Data sekunder pada umumnya berupa Efisiensi dapat diukur dengan pencapaian output
bukti, catatan atau laporan historis yang telah yang maksimum dengan input tertentu atau
tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan tidak penggunaan input terendah untuk mencapai output
dipublikasikan. tertentu. Dimana output merupakan hasil yang
Dalam penelitian ini data sekunder yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan
digunakan berasal dari DPKAD Kota kebijakan, sedangkan input merupakan sumber
Lhokseumawe yang berupa Laporan Realisasi daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah periode kebijakan, program, dan kegiatan.
2014-2016.

Metode Pengumpulan Data


1. Dokumentasi dan Studi Pustaka
Metode dokumentasi dilakukan dengan
mengumpulkan data keuangan (anggaran dan Ketentuan:
realisasi anggaran), dokumen yang digunakan Jika < 100% berarti efisien
dalam penelitian ini adalah Laporan Anggaran Jika > 100% berarti tidak efisien
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Jika = 100% berarti efisien berimbang
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan (Sumber: Khikmah, 2014)
Belanja Daerah (RAPBD) Pemerintah Kota
Lhokseumawe pada tahun 2014-2016. Metode studi Rasio efisiensi adalah rasio yang
pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data menggambarkan perbandingan antara besarnya
6 INDRAYANI, KHAIRUNNISA Jurnal Akuntansi dan Keuangan

realisasi biaya yang dikeluarkan terhadap realisasi direncanakan dibandingkan dengan anggaran yang
pendapatan. Sehingga apabila sasaran yang ingin ditetapkan.
dicapai oleh suatu kebijakan publik ternyata terlalu
sederhana sedangkan biaya yang dikeluarkan Metode Analisis Data
sangat besar dibandingkan dengan hasil yang Metode analisis data yang digunakan dalam
dicapai, maka kebijakan tersebut tidak layak untuk penelitian ini adalah metode analisis deskriptif
dilaksanakan. Kinerja pemerintah dikatakan efisien kualitatif. Metode analisis deskriptif kualitatif yaitu
apabila rasio yang dicapai kurang dari 100% atau data hasil penelitian lebih berkenaan dengan
semakin kecil rasio yang diperoleh, maka interprestasi terhadap data yang ditemukan di
kinerjanya semakin efisien. lapangan yang kemudian diklasifikasikan dan
dianalisis (Sugiyono, 2011:7).
c) Rasio Efektifitas
Efektivitas dapat diukur dengan membandingkan HASIL DAN PEMBAHASAN
antara outcome dengan output. Dimana outcome
merupakan dampak yang ditimbulkan dari suatu Rasio Ekonomis
aktivitas tertentu, sedangkan output merupakan Ekonomi adalah praktik pembelian barang
hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan jasa input dengan kualitas tertentu pada harga
dan kebijakan. Sehingga ukuran efektivitas dapat terbaik yang di mungkinkan (spending less).
diartikan sebagai suatu standar akan terpenuhinya Pengertian ekonomi (hemat/tepat guna) sering
sasaran dan tujuan yang akan dicapai. disebut kehematan yang mencakup juga
pengelolaan secara hati-hati atau cermat (prudency)
dan tidak ada pemborosan.
Ekonomis (kehematan) sebagai tingkat biaya
yang dikeluarkan untuk melaksanakan suatu
kegiatan atau memperoleh sesuatu. Tingkat
Ketentuan: ekonomis sebuah anggaran bisa dilihat dari berapa
Jika > 100% berarti efektif presentase tingkat pencapaian. Tingkat ekonomi
Jika < 100% berarti tidak efektif dalam mengelola keuangan dengan melihat
Jika = 100% berarti efektif berimbang perbandingan antara anggaran belanja dengan
(Sumber: Khikmah, 2014) realisasinya dengan presentase tingkat
pencapaiannya (Andriani, 2012). Rasio ekonomis
Halim (2008:234) rasio efektivitas adalah atau perubahan biaya dikatakan baik apabila
menggambarkan kemampuan pemerintah daerah besarnya tingkat pembelanjaan yang direalisasikan
dalam merealisasikan pendapatan yang lebih rendah dari yang sudah dianggarkan.

Tabel 2
Rasio Ekonomis Pemerintah Kota Lhokseumawe Tahun 2014-2016
(Dalam Rupiah)
Realisasi Anggaran
Tahun Rasio Ekonomis
Pengeluaran Pengeluaran
2014 727.480.904.420,00 840.599.869.766,84 86,54%
2015 879.070.194.380,00 1.063.632.768.408,58 82,64%
2016 890.338.348.966,21 1.246.375.866.172,00 71,43%
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2018

Rasio ekonomis yang dihasilkan oleh karena dari tahun 2014-2016 (periode pengamatan),
pemerintah kotan lhokseunawe pada tahun tersebut telah berhasil mengelola penggunaan anggaran
dinilai ekonomis. Dikarenakan hasil rasio selama 3 belanja dengan baik.
tahun tersebut berada di bawah 100%.
Dapat diketahui bahwa semakin rendah rasio Rasio Efisiensi
ekonomi yang diperoleh maka semakin baik kinerja Pengertian efisiensi berhubungan erat dengan
organisasi tersebut. Hal ini terbukti dengan adanya konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi
penghematan pada belanja operasi dan belanja dilakukan dengan menggunakan perbandingan
modal seperti belanja barang, belanja peralatan dan antara output yang dihasilkan terhadap input yang
mesin yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan digunakan (cost of output). Proses kegiatan
anggaran yang telah ditetapkan. Sehingga untuk operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu
indikator rasio ekonomis Pemerintah Kota produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai
Lhokseumawe sudah mencapai kinerja yang baik, dengan penggunaan sumber daya dan dana yang
7
Volume 6, Nomor 1, Februari 2018

serendah-rendahnya (spending well). Pengukuran serendah rendahnya. Efisiensi merupakan


organisasi sektor publik dikatakan efisien apabila perbandingan antara output dan input. Kinerja
menghasilkan output sebesar-besarnya dan Pemerintah Daerah dikatakan efisien apabila rasio
menggunakan input serendah-rendahnya. yang dicapai kurang dari 100%, atau Semakin kecil
Efisiensi (daya guna) berhubungan dengan rasio efesiensi yang dicapai, maka kinerjanya
metode operasi (method operation). Proses semakin baik. Tingkat efisiensi dalam mengelola
kegiatan operasional dapat dikatakan efisien keuangan dengan melihat perbandingan antara
apabila suatu produk atau hasil karya tertentu realisasi anggaran belanja dengan realisasi
mempergunakan sumber daya dan dana yang anggaran pendapatan (Andriani, 2012).

Tabel 3
Rasio Efisiensi Pemerintah Kota Lhokseumawe Tahun 2014-2016
(Dalam Rupiah)
Realisasi Biaya
Realisasi
Tahun untuk memperoleh Rasio Efisiensi
Pendapatan
pendapatan
2014 727.480.904.420,00 768.270.271.382,74 94,69%
2015 879.070.194.380,00 835.809.796.431,35 105,17%
2016 890.338.348.966,21 908.888.389.623,51 97,95%
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2018

Pada tahun 2014 rasio efisiensi sebesar dengan minimum untuk mencapai target yang
94,69%, kemudian mengalami peningkatan pada maksimum.
tahun 2015 yaitu sebesar 105,17%, dan mengalami
penurunan kembali pada tahun 2016 sebesar Rasio Efektivitas
97,95%. Yang berarti bahwa kinerja Pemerintah Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya
Kota Lhokseumawe pada tahun 2014 dinyatakan suatu organisasi mencapai tujuannya. Efektifitas
efisien. Sedangkan pada tahun 2015 rasio efisiensi (hasil guna) adalah ukuruan keberhasilan suatu
berada >100% yang artinya pada tahun 2015 organisasi dalam usaha mencapai tujuan organisasi
belanja Pemerintah Kota Lhokseumawe lebih besar yang telah ditetapkan, efektifitas merupakan
dibandingkan pendapatannya. Hal ini menunjukkan perbandingan outcome dan output. Outcome
bahwa kinerja pada tahun 2015 tidak efisien karena merupakan dampak suatu program atau kegiatan
rasio yang melebihi 100%. Kemudian tahun 2016, terhadap masyarakat sedangkan output merupakan
hal ini sama seperti pada tahun 2014 bahwa pada hasil yang dicapai dari suatu program aktivitas dan
tahun 2016 rasionya kembali turun yang berarti kebijakan, tingkat efektifitas dalam pengelolaan
efisien. keuangan dapat dilihat perbandingan realisasi
Namun secara keseluruhan kinerja Pemerintah angaran dengan anggaran pendapatan (penerimaan)
Kota Lhokseumawe telah efisien, yang berarti dan presentase tingkat pencapaiannya (Putra,
bahwa Pemerintah Kota Lhokseumawe mampu 2014).
menggunakan sumber daya yang diperlukan

Tabel 4
Rasio Efektifitas Pemerintah Kota Lhokseumawe Tahun 2014-2016
(Dalam Rupiah)
Realisasi
Tahun Anggaran Pendapatan Rasio Efektifitas
Anggaran
2014 768.270.271.382,74 795.850.276.317,00 96,53%
2015 835.809.796431,35 964.491.807.996,00 86,65%
2016 908.888.389.623,51 1.180.645.303.809,00 76,98%
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2018

Dapat di ketahui bahwa pada tahun organisasi sektor publik akan di katakan efektif
pengamatan mulai 2014-2016 dengan nilai rasio apabila persentase rasionya >100%. Semakin besar
96,53%, 86,65%, 76,98% rasio efektifitas yang rasio efektifitas yang didapat sebuah organisasi
bernilai <100% menunjukkan bahwa kinerja tersebut, maka semakin baik kinerja organisasi
pemerintah Kota Lhokseumawe pada tahun tersebut. Menurut Mardiasmo (134: 2004)
tersebut dinilai tidak efektif. Dikarenakan suatu menyatakan bahwa biaya boleh jadi melebihi apa
8 INDRAYANI, KHAIRUNNISA Jurnal Akuntansi dan Keuangan

yang telah dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih 2014 nilai rasio efisiensi yang di peroleh
lebih besar atau bahkan tiga kali lebih besar dari senilai 94,69% dan pada tahun 2015 naik
pada yang telah dianggarkan. Efektivitas hanya menjadi 105,17% dan turun menjadi 97,95%
melihat apakah suatu program atau kegiatan telah pada tahun 2016, meskipun pada tahun 2015
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. menunjukkan rasio yang kurang efisien.
Penelitian yang memperoleh rasio efektifitas Namun secara keseluruhan kinerja Pemerintah
dengan hasil yang efektif ialah yang mendapatkan Kota Lhokseumawe telah efisien, yang berarti
persentase rasio di atas 100% atau lebih. bahwa pemerintah mampu menggunakan
Sebaliknya jika rasio yang diperoleh di bawah sumber daya yang diperlukan dengan mini-
100% maka hasil rasio ini bernilai tidak efektif. mum untuk mencapai target yang maksimum.
Ketidakefektifitas ini terjadi karena tidak Karena, suatu organisasi akan di katakan
mampunya Pemerintah Daerah dalam efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari
menyelesaikan target kegiatan atau program kerja 100% atau semakin kecil rasio yang diperoleh,
yang telah ditetapkan. Sehingga terjadinya maka kinerjanya semakin efisien.
beberapa proyek fisik yang tidak dapat 3. Rasio efektifitas pada Pemerintah Kota
direalisasikan pada periode yang telah ditetapkan. Lhokseumawe periode 2014-2016 dengan nilai
Hal ini terbukti dengan masih adanya rasio 96,53%, 86,65%, 76,98% rasio efektifitas
kekurangan pada Pemerintah Kota Lhokseumawe, yang bernilai <100% menunjukkan bahwa
seperti banyaknya proyek fisik dan bantuan untuk kinerja pemerintah Kota Lhokseumawe pada
masyarakat yang tidak dapat direalisasikan dengan tahun tersebut dinilai tidak efektif.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota (APBK)
perubahan tahun 2016, bahkan terutang pada pihak Saran
ketiga (Sumber: Serambi Indonesia, 11 Desember Berdasarkan permasalahan yang ada dan
2016, akses: 9 Oktober 2017). Hutang tersebut dengan memperhatikan hasil dari analisis terhadap
diperkirakan berjumlah Rp 250.000.000.000 yang rasio kinerja Pemerintah Kota Lhokseumawe serta
berasal dari kekurangan bayar dana pembangunan kesimpulan di atas, maka saran-saran yang
sejumlah proyek tahun lalu (2016) (Sumber: mungkin berguna bagi peningkatan kinerja
Kompas.com, 11 Maret 2017, akses: 18 Januari Pemerintah Kota Lhokseumawe dalam pengelolaan
2019). keuangan daerah antara lain sebagai berikut:
1. Pemerintah Kota Lhokseumawe dapat
KESIMPULAN DAN SARAN menerapkan konsep value for money sebagai
salah satu metode yang dapat digunakan untuk
Kesimpulan menilai suatu perencanaan yang dibuat oleh
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada Pemerintah Kota Lhokseumawe terhadap
bab-bab sebelumnya tentang penerapan konsep realisasinya.
value for money pada Pemerintah Kota 2. Hasil perhitungan rasio ekonomis yang
Lhokseumawe, maka dapat disimpulkan bahwa: diterima oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Dae- baik, akan tetapi Pemerintah Kota
rah (DPKAD) Kota Lhokseumawe dapat Lhokseumawe harus dapat mengendalikan
menerapkan value for money sebagai konsep biaya-biaya/belanja yang dikeluarkan yang
pengukuran kinerjanya, karena dengan konsep val- seharusnya disesuaikan dengan nominal yang
ue for money pemerintah dapat mengukur kinerja telah dianggarkan, agar tidak menimbulkan
organisasi dengan lebih komprehensif, sehingga pengeluaran yang boros dan tidak produktif,
pemerintah dapat meningkatkan kinerjanya dimasa terutama pengeluaran-pengeluaran yang tidak
yang akan datang. Penerapan konsep value for bermanfaat bagi kepentingan public agar rasio
money melalui tiga elemen, yaitu : ini dapat tetap bertahan atau bahkan bisa lebih
1. Rasio ekonomis pada Dinas Pengelolaan meningkat lagi.
Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota 3. Hasil perhitungan rasio efisiensi dan rasio
Lhokseumawe menunjukkan kinerja efektifitas yang kurang baik, Pemerintah Kota
pemerintah daerah pada tahun 2014-2016 Lhokseumawe perlu meninjau penentuan tar-
bernilai 86,54%, 82,64%, 71,43%, get-target selanjutnya/yang akan datang, dan
menunjukkan bahwa rasio ini bernilai dapat menyusun strategi yang tepat agar
ekonomis. Sehingga untuk indikator rasio tercapai tujuan pembangunan dan
ekonomis Pemerintah Kota Lhokseumawe pengembangan daerah Kota Lhokseumawe.
sudah mencapai kinerja yang baik, karena dari agar Kota Lhokseumawe dapat memperoleh
tahun 2014-2016 (periode pengamatan), telah rasio yang lebih baik dari sebelumnya dan
berhasil mengelola penggunaan anggaran terciptanya good govermant dan sukses dalam
belanja dengan baik. membangun daerahnya.
2. Rasio efisiensi kinerja Pemerintah Kota
Lhokseumawe cukup baik. Dimana pada tahun
9
Volume 6, Nomor 1, Februari 2018

DAFTAR PUSTAKA Kurniawati, Nova, dan Vidya Vitta Adhivinna.


(2014). Analisis Penerapan Konsep Val-
Agustin, Risa Dwi. (2017). Konsep Value For ue For Money Pada Pemerintah
Money Dalam Mengukur Kinerja Kabupaten Bantul. Jurnal Universitas
Pelayanan Sektor Publik. Jurnal Ilmu PGRI Yogyakarta.
dan Riset Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya. Liando, Harry Saputra, dkk. (2014). Analisis
Kinerja Keuangan Pemerintah
Andriani, Sri. (2012). Pengukuran Kinerja Kabupaten Kepulauan Sangie
Dengan Prinsip Value For Money menggunakan metode Value For Mon-
Pemerintah Kota Batu. Jurnal Fakultas ey. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Ekonomi, Universitas Islam Negeri Jurusan Akuntansi Universitas
Maulana Malik Ibrahim Malang. Samratulangi Manado.

Arfan, Demi Aulia. (2014). Analisis Value For Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor
Money Dalam Pengukuran Kinerja Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yog-
yakarta Periode Tahun 2011-2012. Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Sektor Publik. Edisi Pertama. Yogyakarta:
Negeri Yogyakarta. BPFE.

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik. Yog-
Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. yakarta: ANDI.

Ferina, Ika Sasti, dan Fika Arista. 2013. Penilaian Nada, Syaza Lifia, dan Ikhsan Budi Riharjo.
Kinerja Dengan Menerapkan Indikator (2016). Pengukuran Kinerja Unit Kerja
Value For Money Pada Kantor Pemerintah Daerah Dalam Perspektif
Pertanahan Kabupaten Musi Banyuasin Value For Money. Jurnal Ilmu dan Riset
Tahun 2009-2011. Jurnal Fakultas Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Ekonomi Akuntansi Universitas Sriwijaya. Indonesia (STIESIA) Surabaya.

Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Sektor Publik. Ja- Nordiawan, Deddi, dan Ayuningtyas Hertianti.
karta: Salemba Empat. 2010. Akuntansi Sektor Publik, Edisi 2.
Jakarta: Salemba Empat.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi
Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Nugrahani, Tri Siwi. (2007). Analisis Penerapan
Bogor: Ghalia Indonesia. Konsep Value For Money Pada
Pemerintah Daerah Istimewa Yogya-
Hidayat, Taufik Wahyu. (2015). Pengukuran karta. Jurnal AKMENIKA UPY.
Kinerja Unit Kerja Pemerintah Daerah
Dalam Perspektif Value For Money. Putra, Renaldi. (2014). Penerapan Konsep Value
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Sekolah For Money Dalam Menilai Kinerja
Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Pelayanan Sektor Publik Pada Polres
(STIESIA) Surabaya. Ogan Ilir. Fakultas Ekonomi Universitas
Bina Darma.
Khikmah, Alayyal. (2014). Pengukuran Kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten Sari, Nindy Cahya Feriska. (2014). Analisis
Lamongan Berdasarkan Konsep Value Pengukuran Kinerja Pemerintah Dae-
For Money. Jurnal Fakultas Ekonomi rah Dengan Menggunakan Prinsip
Universitas Negeri Surabaya. Value For Money (Study Kasus
Kabupaten Sumenep Tahun 2010-2013).
Kristanti, Okky Irvina. (2016). Analisis Kinerja Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas
Keuangan Melalui Pendekatan Value Negeri Surabaya.
For Money (Studi Kasus di Unit
Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Setiyawati, Yuly Indah. (2015). Pengukuran
Pemuda dan Olahraga Kecamatan Kinerja Unit Kerja Pemerintah Daerah
Karimunjawa). Jurnal Jurusan Akuntansi Dengan Perspektif Value For Money.
Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Sekolah
Dharma. Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(STIESIA) Surabaya.
10 INDRAYANI, KHAIRUNNISA Jurnal Akuntansi dan
Keuangan

Subastian, Avib. 2013. Laporan Akuntabilitas


Kinerja Dinas Pendidikan Kota Sura-
baya Melalui Pendekatan Value For
Money. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(STIESIA) Surabaya.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan


(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.

Suwandi, Mega Maranda. (2017). Pengukuran


Kinerja Instansi Pemerintah Dalam
Perspektif Value For Money. Jurnal Ilmu
& Riset Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.

Ulum MD, Ihyaul. 2012. Audit Sektor Publik. Ja-


karta: Bumi Aksara.

Sumber Internet:

http://aceh.tribunnews.com/2016/12/11/kas-pemko-
kosong akses: 9 Oktober 2017.

https://properti.kompas.com/read/2017/03/11/2037
26021/danai.pembangunan.pemkot.lhokse
umawe.utang.rp.250.miliar akses: 9
Oktober 2017

You might also like