Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Jurnal Psikologi Teori dan Terapan

2019, Vol. 10, No. 1, 31-45. doi: 10.26740/jptt.v10n1.p31-45


p-ISSN: 2087-1708; e-ISSN: 2597-9035

Konflik Pekerjaan dan Keluarga pada Pasangan dengan Peran Ganda


Work-Family Conflict among Dual-Career Couples

Novensia Wongpy, Jenny Lukito Setiawan


Fakultas Psikologi Universitas Ciputra, Surabaya

Abstract: Work-family interface can be viewed from two directions, work-to-


family and family-to-work. The imbalance in carrying out two roles in the area of
work and family will trigger conflict, which is known as work-to-family conflict
and family-to-work conflict. The aim of this study was to compare work and
family conflicts in working husbands and wives. The participants were 30 married
couples (60 persons) who have one child and work as employees, managers and
entrepreneurs. Work-family conflict was measured using a questionnaire that
measures the level of conflict in two directions, work-to-family conflict and
family-to-work conflict. The result shows that there is no difference in work-to-
family conflict between husbands and wives. However, there is difference between
work-to-family conflict and family-to-work conflict with the average of work-to-
family conflict is higher than family-to-work conflict for both husbands and wives.
The findings indicate that gender difference does not affect the ways in balancing
between work and family roles among both husbands and wives.
Keywords: Work-family conflict, family-work conflict, dual career couple

Abstrak: Work-Family Interface dapat ditinjau dari dua arah yaitu work-to-family
dan family-to-work. Ketidakseimbangan dalam menjalankan dua peran di area
pekerjaan dan keluarga akan memicu konflik yang disebut sebagai work-to-family
conflict dan family-to-work conflict. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan
konflik pekerjaan dan keluarga pada pasangan suami dan istri yang keduanya
bekerja. Subjek penelitian adalah 30 pasangan suami istri (60 orang), minimal telah
memiliki satu anak dan bekerja sebagai karyawan, manager maupun wiraswasta.
Work-family conflict diukur dengan menggunakan angket tertutup yang mengukur
level konflik dari dua arah yaitu work-to-family conflict dan family-to-work
conflict. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan work-
family conflict antara kelompok suami dan kelompok istri. Namun, terdapat
perbedaan antara work-to-family conflict dan family-to-work conflict dengan nilai
rata-rata work-to-family conflict lebih tinggi dibandingkan dengan family-to-work
conflict baik pada kelompok suami maupun istri. Penelitian ini menunjukkan tidak
ada perbedaan gender dalam cara menyeimbangkan peran dalam pekerjaan dan
rumah tangga.
Kata kunci: Work-family conflict, family-work conflict, pasangan yang bekerja

Pandangan tradisional mengenai meningkatnya perempuan yang bekerja di


peran laki-laki dan perempuan mulai ber- luar rumah dan laki-laki juga mulai me-
ubah ke arah egaliter (Olson, DeFrain & miliki tanggung jawab dalam menjalan-
Skogrand, 2011). Hal ini terlihat dari kan peran di rumah tangga (McElwain,

Korespondensi tentang artikel ini dapat dialamatkan kepada Novensia Wongpy melalui email:
novensia.wongpy@ciputra.ac.id

31
N. Wongpy & J. L. Setiawan: Work-Family Conflict Pada Pasangan … (31-45)

Korabik & Rosin, 2005). International Konflik kerja-keluarga merupakan kon-


Labour Organization (ILO) melaporkan flik peran yang terjadi saat tuntutan peran
bahwa di Indonesia angka pekerja perem- sebagai pekerja dan tuntutan peran se-
puan di tahun 2016 mulai meningkat bagai anggota keluarga tidak dapat dise-
sebesar 48% jika dibandingkan dengan jajarkan atau diseimbangkan satu sama
tahun 2006 (Organisasi Perburuhan lain (Greenhaus & Beuttel, 1985). Peran
Internasional, 2017). Kesenjangan antara dalam pekerjaan dan peran dalam keluar-
pekerja perempuan dan laki-laki mulai ga tidak dapat dipisahkan. Saat individu
menyempit meskipun jumlah pekerja tidak mampu memenuhi perannya dalam
perempuan masih lebih rendah dibanding keluarga karena hal-hal terkait pekerjaan,
pekerja laki-laki. Hasil penelitian dari maka individu tersebut mengalami work-
McElwain et al. (2005) juga mendukung to-family conflict. Sedangkan saat indivi-
bahwa saat ini peran laki-laki maupun du tidak mampu memenuhi perannya
perempuan sudah seimbang. Tak hanya dalam pekerjaan akibat pemenuhan peran
perempuan, laki-laki juga mau terlibat dalam keluarga, maka individu tersebut
dan bertanggung jawab dalam peran di mengalami family-to-work conflict (Lee,
rumah tangga. Zvonkovic & Crawford, 2014).
Pekerjaan dan rumah tangga meru- Work-family conflict telah menjadi
pakan dua area atau dua sistem yang isu yang penting diteliti dalam 20 tahun
berbeda dari kehidupan orang dewasa. terakhir akibat adanya berbagai kon-
Setiap area tersebut, baik pekerjaan sekuensi negatif dalam menyeimbangkan
maupun rumah tangga, memiliki faktor peran dalam pekerjaan maupun di rumah
yang berbeda dalam menjelaskan kualitas tangga (Huffman, Olson, O’Gara & King,
hidup individu (Huang, Hammer, Neal & 2014). Meskipun penelitian mengenai
Perrin, 2004). Jika individu mampu me- work-family conflict sudah banyak dikaji,
nyeimbangkan kehidupan pekerjaan dan namun penelitian tersebut masih banyak
kehidupan rumah tangga, keseimbangan berfokus pada konteks pekerjaan atau
tersebut dapat meningkatkan kesehatan, organisasi misalnya seperti antecendent
kebahagiaan dan kesuksesan hidup indi- dari work-family conflict (Boyar, Maertz,
vidu tersebut (Soomro, Breitenecker, & Mosley & Carr, 2008) hingga implikasi
Shah, 2018). Keseimbangan antara kerja work-family conflict bagi pekerja (Judge,
dan keluarga dapat didefinisikan sebagai Ilies & Scott, 2006). Greenhaus &
tingkat kebahagiaan yang dirasakan indi- Beuttel (1985) menyebutkan bahwa kon-
vidu saat individu mampu menyeim- teks kerja (organisasi) dan konteks ke-
bangkan kehidupannya dalam bidang luarga adalah dua hal yang tidak bisa
pekerjaan juga dalam berumah tangga dipisahkan sehingga perlu diteliti lebih
(Adisa, Gbadamosi & Osabutey, 2016). lanjut mengenai work-to-family conflict
Mengatur kehidupan keluarga saat dan family-to-work conflict dari dua kon-
suami dan istri sama-sama bekerja lebih teks tersebut yaitu dari konteks kerja
sulit dibandingkan dengan mengatur maupun konteks keluarga.
kehidupan rumah tangga yang tradisional Konflik kerja-keluarga menimbul-
seperti suami bekerja dan istri di rumah kan dampak negatif dalam berbagai kon-
(Howard, Donofrio, & Boles, 2004). teks baik konteks pekerjaan maupun
Ketika individu tidak mampu menyeim- konteks keluarga. Penelitian yang dilaku-
bangkan kehidupan pekerjaan dan keluar- kan oleh Artiawati (2017) membagi dam-
ganya, maka individu ini akan mengalami ak dari konflik tersebut ke dalam tiga
konflik yang disebut sebagai konflik area yaitu dampak terhadap individu,
kerja dan keluarga (work-family conflict). keluarga dan pekerjaan. Individu yang

32
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 10, No.1, Agustus 2019

mengalami konflik mudah merasakan kerja dan keluarga dapat lebih dipahami
masalah terkait kesehatan, stres, kurang- secara utuh. Selain itu, melalui penelitian
nya komunikasi dengan orang lain ter- tersebut, akan dapat ditemukan langkah-
utama dengan anggota keluarga serta langkah tepat untuk menghindari dan
menurunnya kualitas relasi. Dampak ter- mengatasi konflik antar peran pekerjaan
hadap keluarga dapat meliputi konflik dan keluarga. Huang et al. (2004)
dengan anggota keluarga dan anak yang menyatakan bahwa pemahaman yang
kurang mendapatkan perhatian. Dampak mendalam mengenai work-family conflict
dalam pekerjaan biasanya meliputi stres penting untuk mempertahankan kese-
karena pekerjaan, kurangnya konsentrasi hatan mental dan kesuksesan individu
dalam bekerja hingga rendahnya perfor- dalam kehidupan dan pekerjaannya.
ma kerja yang dihasilkan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian dari
Penelitian Waite dan Gallagher dua arah yaitu work-to-family dan family-
(2000) menunjukkan bahwa konflik dan to-work conflicts penting dilakukan untuk
ketegangan akan meningkat jika pa- membandingkan level tingginya konflik
sangan suami dan istri bekerja. Hal ini yang terjadi apakah akibat dari pekerjaan
disebabkan oleh fakta bahwa istri yang atau akibat tuntutan peran dalam keluarga
terlalu banyak menghabiskan waktu di (Nwanzu & Bojeghre, 2016).
luar rumah akan cenderung membuat Penelitian work-family conflict dari
urusan rumah tangga dan pengasuhan dua arah penting diteliti untuk menge-
anak terabaikan. Pasangan suami istri tahui area konflik yang lebih menganggu
yang bekerja juga memunculkan konflik yaitu peran pekerjaan yang mengganggu
dan permasalahan lain. Latifatunnikmah peran dalam keluarga atau sebaliknya,
dan Lestari (2017) menunjukkan bahwa sehingga dari hasil penelitian tersebut
konflik yang terjadi pada pasangan suami dapat dikeahui area yang paling penting
dan istri dapat bersumber dari pekerjaan. untuk diberikan intervensi yaitu ranah
Suami seringkali merasa tidak puas pekerjaan atau ranah keluarga. Penelitian
terutama pada faktor keintiman karena work-family conflict juga penting dilaku-
istri yang terlalu banyak menghabiskan kan pada pasangan suami istri karena
waktu bekerja di luar rumah. pasangan suami istri sama-sama dituntut
Konflik yang tidak teratasi dalam untuk menyeimbangkan peran mereka di
rumah tangga dapat menyebabkan per- pekerjaan dan peran mereka dalam rumah
ceraian. Dalam tahun 2017, data Penga- tangga. Ketika pasangan suami istri tidak
dilan Tinggi Agama Surabaya menun- dapat menyeimbangkan kedua peranan
jukkan bahwa sebanyak 415.848 perkara tersebut, maka akan memicu timbulnya
perceraian diajukan dengan cerai talak konflik dari dua sisi yaitu work-to-family
sebanyak 113.987 dan cerai gugat conflict ataupun family-to-work conflict.
berjumlah 301.861kasus (Hidayat, 2018). Berdasarkan penjelasan tersebut, penting
Dapat dilihat bahwa fenomena gugat diteliti lebih lanjut mengenai perbedaan
cerai memiliki angka yang lebih tinggi work-to-family conflict dan family-to-
dibandingkan talak cerai. Perempuan work conflict terutama pada pasangan
karir tercatat paling sering menggugat suami istri yang keduanya bekerja.
cerai karena banyaknya perempuan yang
berfokus pada karir hingga akhirnya Work-family conflict
mengesampingkan keluarga (Oni, 2017).
Karena itu, penelitian mengenai Konflik antar peran (inter-role
work-family conflict penting dilakukan conflict) merupakan konflik saat peran
agar dinamika munculnya konflik antara individu di suatu kondisi bertentangan

33
N. Wongpy & J. L. Setiawan: Work-Family Conflict Pada Pasangan … (31-45)

dan menimbulkan tekanan pada individu konflik (Soomro, Breitenecker, & Shah,
tersebut untuk memenuhi perannya di 2018).
kondisi atau tempat yang berbeda. Ber-
dasarkan definisi konflik antar peran Family-to-work conflict
tersebut, maka konflik kerja keluarga
Family-to-work conflict juga meru-
dapat didefinisikan sebagai konflik antar
pakan konflik antar peran yang serupa
peran saat tekanan dalam peran di bidang
dengan work-to-family conflict namun
pekerjaan dan keluarga saling memberi-
berbeda dari segi antecedent (Howard et
kan kontribusi dalam menimbulkan ke-
al., 2004). Konflik keluarga-kerja terjadi
tidakseimbangan peran (Greenhaus &
saat tanggung jawab sebagai anggota
Beutell, 1985). Menurut Greenhaus dan
keluarga menganggu tanggung jawab di
Beutell (1985), ada tiga aspek konflik
bidang pekerjaan (Lee et al., 2014).
dalam work-family conflict yang perlu di-
Artiawati (2017) menjelaskan bahwa
pahami, yaitu time-based, strain-based,
konflik keluarga-kerja dapat diakibatkan
dan behavior-based conflicts.
oleh beberapa faktor seperti tuntutan
Time-based conflict terjadi jika
untuk mengasuh anak (terutama anak di
waktu yang digunakan untuk memenuhi
bawah usia lima tahun dan remaja),
satu peran tidak cukup digunakan untuk
tanggung jawab atas tugas-tugas rumah
memenuhi peran lainnya. Strain-based
tangga, dan aktivitas-aktivitas yang dila-
conflict ditandai dengan munculnya kete-
kukan dalam keluarga. Kurangnya du-
gangan emosional dalam memenuhi satu
kungan dari keluarga juga dapat mening-
peran sehingga ketegangan ini meng-
katkan konflik-kerja keluarga dan mem-
hambat pemenuhan peranan lainnya.
berikan dampak yang negatif bagi
Behavior-based conflict terjadi saat peri-
kehidupan pekerjaan (McManus et al.,
laku di satu peran tidak kompatibel
2002).
dengan perilaku di peranan lainnya.
Ketidakmampuan individu baik
Konflik kerja dan keluarga tidak hanya
laki-laki dan perempuan dalam menye-
terjadi dalam satu arah, namun terjadi
lesaikan tanggung jawab di bidang
dalam dua arah yaitu work-to-family
pekerjaan maupun urusan rumah tangga
conflict dan family-to-work conflict (Lee
dapat menimbulkan work-family conflict
et al., 2014; Nazurdin, Ahmad, & Zainal,
(Nwanzu & Bojeghre, 2016). Menurut
2012; Huang et al., 2004).
McElwain, Korabik, dan Rosin (2005),
Work-to-family conflict pada dasarnya tidak ada perbedaan yang
besar atau signifikan pada laki-laki dan
Work-to-family conflict adalah kon- perempuan dalam merasakan work-family
flik antar peran saat pemenuhan peran di conflict, namun jika diteliti lebih lanjut
pekerjaan mengganggu peran di keluarga perempuan cenderung lebih rentan meng-
(Greenhaus & Beutell, 1985). Menurut alami work-family conflict dibandingkan
Huang et al. (2004) hal yang mendahului dengan laki-laki. Perempuan lebih ba-
munculnya konflik kerja keluarga adalah nyak menghabiskan waktu untuk bekerja
stresor dari ranah pekerjaan misalnya sehingga mereka akan cenderung meng-
kurangnya supervisi dalam pekerjaan alami work-family conflict dibandingkan
atau panjangnya jam kerja. Konflik kerja- dengan laki-laki yang juga banyak meng-
keluarga dapat menjadi salah satu sumber habiskan waktu di pekerjaan (Calvo-
stres yang muncul saat individu memberi- Saguero, Martinez-de-Lecea, del Carmen
kan waktu yang lebih banyak untuk Aguilar-Luzon, 2012). Meskipun bekerja,
bekerja sehingga waktu untuk keluarga peran tradisional perempuan tidak dapat
menjadi berkurang dan mengakibatkan dilepaskan sehingga perempuan dapat

34
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 10, No.1, Agustus 2019

merasakan konflik yang lebih tinggi. work-to-family conflict akan lebih sering
Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis dirasakan dibandingkan dengan family-
penelitian yang diajukan adalah sebagai to-work conflict. Tanggung jawab yang
berikut: besar dalam pekerjaan dapat membuat
laki-laki tidak mampu memenuhi peran-
Hipotesis 1: Ada perbedaan work-family nya dalam keluarga sehingga dapat me-
conflict antara kelompok suami dan munculkan work-to-family conflict. Ber-
kelompok istri dasarkan hal tersebut, maka hipotesis
Work-family conflict dapat terjadi penelitian yang diajukan adalah sebagai
melalui dua arah, yaitu work-to-family berikut:
conflict dan family-to-work conflict Hipotesis 3a: Ada perbedaan antara work-
(Greenhaus & Beutell, 1985). Penelitian to-family conflict dan family-to-
Nwanzu dan Bojeghre (2016) menunjuk- work conflict pada kelompok suami
kan bahwa work-to-family conflict lebih
sering dirasakan dibandingkan dengan Hipotesis 3b: Ada perbedaan antara
family-to-work conflict. Tuntutan peran work-to-family conflict dan family-
pekerjaan yang lebih berat dibandingkan to-work conflict pada kelompok istri
dengan tuntutan peran dalam keluarga
Work-to-family conflict lebih sering
membuat individu lebih mudah merasa-
muncul pada laki-laki dibandingkan
kan work-to-family conflict dibandingkan
dengan perempuan (Fu & Shaffer, 2001).
family-to-work conflict. Waktu bekerja
Laki-laki menghabiskan banyak waktu di
yang tidak fleksibel membuat individu
pekerjaan sehingga laki-laki akan mera-
lebih banyak menghabiskan waktu untuk
sakan work-to-family conflict yang lebih
bekerja dibandingkan dengan waktu ber-
tinggi dibandingkan dengan perempuan
sama keluarga sehingga intensitas terjadi-
(Kinnunen & Mauno, 1998). Pada perem-
nya work-to-family conflict akan lebih
puan, perempuan akan menghabiskan
sering muncul dibandingkan dengan
lebih banyak waktu di keluarga dan
family-to-work conflict. Dengan demi-
mengurus keluarga yang merupakan
kian, hipotesis penelitian yang diajukan
tugas utamanya, sehingga perempuan
adalah sebagai berikut:
akan merasakan family-to-work conflict
Hipotesis 2: Ada perbedaan antara work- yang lebih tinggi dibanding laki-laki.
to-family conflict dan family-to- Dengan demikian, hipotesis penelitian
work conflict pada suami dan istri yang diajukan adalah sebagai berikut:

Peran tradisional gender menen- Hipotesis 4a: Ada perbedaan work-to-


tukan bahwa prioritas perempuan adalah family conflict antara kelompok
tugas-tugas rumah tangga sedangkan suami dan kelompok istri
prioritas laki-laki adalah bekerja di luar
Hipotesis 4b: Ada perbedaan family-to-
rumah (Olson, 2011). Berdasarkan peran
work conflict antara kelompok
tradisional, diduga bahwa istri yang
suami dan kelompok istri
bekerja akan merasakan family-to-work
conflict yang lebih tinggi dibandingkan
dengan work-to-family conflict karena Metode
perempuan memiliki tanggung jawab Partisipan
yang lebih besar pada peran dalam ke-
luarga sehingga dapat menganggu peran Subjek dalam penelitian ini berjum-
dalam pekerjaan. Pada laki-laki, diduga lah 60 orang (30 pasangan suami dan

35
N. Wongpy & J. L. Setiawan: Work-Family Conflict Pada Pasangan … (31-45)

Tabel 1. Contoh butir pada angket work-family conflict


Arah Aspek Butir
Time Pekerjaan saya membuat saya tidak dapat melakukan aktivitas keluarga
Work- based lebih dari yang saya inginkan.
to-
family Strain Ketika saya pulang bekerja, saya terlalu lelah untuk berpartisipasi dalam
conflict based kegiatan atau tanggung jawab keluarga.
Behavior Perilaku penyelesaian masalah yang saya gunakan dalam pekerjaan
based tidak efektif dalam menyelesaikan masalah di rumah.
Time Waktu yang saya habiskan untuk tanggung jawab keluarga sering
Family- based menganggu tanggung jawab pekerjaan saya.
to-work
conflict Strain Tekanan dari rumah membuat saya sering disibukkan dengan masalah
based keluarga di tempat kerja.
Behavior Perilaku pemecahan masalah yang saya gunakan di rumah tidak akan
based berguna di tempat kerja.

istri) dengan rentang usia 20 hingga 40 cronbach sebesar 0,838 (α >0,7). Contoh
tahun. Subjek penelitian merupakan butir yang digunakan dalam angket work-
pasangan suami istri yang telah memiliki family conflict dapat dilihat pada Tabel 1.
minimal 1 anak yang tinggal bersama di
Surabaya. Semua subjek penelitian beker- Hasil
ja dengan jabatan sebagai staff (63%),
manager (31%), sedangkan 5% dari Berdasarkan analisis data, hasil pe-
subjek merupakan wiraswasta. Sebesar nelitian menunjukkan bahwa hipotesis 1
46,7% subjek memiliki jam kerja 48 jam tidak terbukti. Hasil uji perbedaan work-
per minggu, 23,3% subjek lebih dari 48 family conflict (Tabel 2) menggunakan
jam per minggu dan 30% subjek bekerja independent t-test menunjukkan bahwa
kurang dari 48 jam per minggu. tidak ada perbedaan work-family conflict
antara kelompok suami dan kelompok
Pengukuran
istri (t=0,031; p>0,05).
Pengambilan data work-family
Tabel 2. Mean, Standar Deviasi dan uji beda
conflict menggunakan angket tertutup
work-family conflict antara Kelompok Suami
work-family conflict yang disusun oleh dan Kelompok Istri
Greenhaus dan Beutell (dikutip oleh
Carlson, Kacmar dan Williams, 2000). n Mean t Sig
Angket ini terdiri dari dua arah yaitu Suami 30 45,367
0,031 0,976
work-to-family dan family-to-work se- Istri 30 45,300
hingga dalam satu angket telah dapat
mengukur work-to-family conflict dan Sementara itu, hasil uji hipotesis 2
family-to-work conflict. Angket diukur (perbedaan antara work-to-family conflict
melalui skala Likert 1 sampai 5 (sangat dan family-to-work conflict) mengguna-
tidak setuju hingga sangat setuju). kan paired t-test menunjukkan bahwa ter-
Angket berisi total 18 butir dan masing- bukti adanya perbedaan work-to-family
masing arah terdiri dari tiga aspek yaitu conflict dan family-to-work conflict pada
time-based conflict, strain-based conflict keseluruhan subjek penelitian (t=6,605;
dan behavior-based conflict. Hasil vali- p<0,05) Hasil penelitian menunjukkan
dasi alat ukur menunjukkan item valid bahwa baik suami dan istri mengalami
dan juga reliabel dengan nilai alpha work-to-family conflict yang lebih tinggi

36
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 10, No.1, Agustus 2019

jika dibandingkan dengan family-to-work conflict (t=3,767; p<0,05). Pada subjek


conflict (Tabel 3). penelitian ini, hasil menunjukkan bahwa
istri mengalami work-to-family conflict
Tabel 3. Mean, Standar Deviasi dan uji beda yang lebih tinggi ketika dibandingkan
antara work-to-family conflict dan family-to- dengan family-to-work conflict.
work conflict pada Suami dan Istri Hasil yang berbeda muncul pada uji
n Mean t Sig hipotesis 4a. Hasil uji perbedaan pada
Work to 60 24,57 6,605 0,000 work-to-family conflict antara kelompok
Family suami dan kelompok istri (Tabel 6)
Family 60 20,7667 dengan menggunakan independent t-test
to Work menunjukkan tidak adanya perbedaan
yang signifikan (t=0,782; p>0,05).
Hasil uji perbedaan antara work-to-
family conflict dengan family-to-work Tabel 6. Mean, Standar Deviasi dan uji beda
conflict pada kelompok suami (hipotesis work-to-family conflict antara kelompok
3a) menggunakan paired t-test juga suami dan kelompok istri
menunjukkan ada perbedaan antara work-
n Mean t Sig
to-family conflict dan family-to-work
conflict (t=5,643; p<0,05). Pada subjek Suami 30 25,1000 0,782 0,438
penelitian ini, hasil menunjukkan bahwa Istri 30 24,0333 0,782
suami merasakan work-to-family conflict
yang lebih tinggi dibandingkan dengan Tabel 7. Mean, Standar Deviasi dan uji beda
family-to-work conflict (Tabel 4). family-to-work conflict antara kelompok
suami dan kelompok istri
Tabel 4. Mean, Standar Deviasi dan uji beda n Mean t Sig
antara work-to-family conflict dan family-to-
Suami 30 20,2667 -0,927 0,358
work conflict pada kelompok Suami
Istri 30 21,2667 -0,927
n Mean t Sig
Work to 30 25,1000 5,643 0,000
Hasil uji perbedaan family-to-work
family
Family 30 20,2667 conflict antara kelompok suami dan
to work kelompok istri (hipotesis 4b) dengan
menggunakan independent t-test juga
Hasil yang sama juga tampak pada menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
uji perbedaan antara work-to-family yang signifikan (t= -0,927; p>0,05) antar
conflict dan family-to-work conflict pada kedua nya (lihat Tabel 7).
kelompok istri (hipotesis 3b) dengan
menggunakan paired t-test. Berdasarkan Pembahasan
skor pada Tabel 5, ada perbedaan work-
to-family conflict dengan family-to- work Berdasarkan hasil analisis hipotesis
1 (Tabel 2) yang telah dilakukan, tidak
Tabel 5. Mean, Standart Deviasi dan uji beda terdapat perbedaan Work-family conflict
antara work-to-family conflict dan family-to- antara suami maupun istri (p>0,05). Hasil
work conflict pada kelompok Istri penelitian ini mendukung penelitian
n Mean t Sig McElwain, et al (2015) yang menyatakan
Work to 30 24,0333 bahwa laki-laki dan perempuan menun-
Family jukkan derajat work-family conflict yang
3,767 0,01
Family to 30 21,2667 tidak berbeda. Karakteristik subjek
Work penelitian dari segi usia dan anak juga

37
N. Wongpy & J. L. Setiawan: Work-Family Conflict Pada Pasangan … (31-45)

dapat menjelaskan level work-family Hal inilah yang diduga menyebabkan


conflict yang dirasakan. Penelitian beban istri yang bekerja menjadi ber-
Bennett, Beehr, dan Ivanitskaya (2017) tambah dan dapat menyebabkan konflik
menyebutkan bahwa pekerja yang berusia antar peran di pekerjaan dan peran dalam
di bawah 40 tahun ditekan untuk bekerja keluarga.
lebih keras sehingga pada akhirnya mere- Hasil uji hipotesis 2 (Tabel 3)
ka akan mengorbankan keluarga. Dari menyatakan bahwa terdapat perbedaan
sisi keluarga, mereka juga masih dituntut work-to-family conflict dan family-to-
untuk dapat memelihara keluarga dan work conflict pada keseluruhan subjek.
mengasuh anak-anak. Higgins, Duxbury, Nilai rata-rata menunjukkan bahwa work-
dan Lee (1994) menyatakan bahwa ke- to-family conflict lebih tinggi dibanding-
luarga yang memiliki anak di bawah usia kan dengan family-to-work conflict.
13 tahun dapat meningkatkan level kon- Penelitian Kinnunen dan Mauno (1998)
flik kerja keluarga. Hal inilah yang mem- menunjukkan bahwa prevalensi terjadi-
buat individu pada usia tersebut sering- nya work-to-family conflict lebih tinggi
kali merasakan work-family conflict, jika dibandingkan dengan family-to-work
sehingga pasangan suami-istri yang me- conflict baik pada laki-laki maupun
miliki anak cenderung merasakan work- perempuan. Waktu yang dihabiskan un-
family conflict yang lebih tinggi diban- tuk bekerja seringkali mengganggu waktu
dingkan dengan pasangan yang tidak yang harusnya dihabiskan bersama ke-
memiliki anak. luarga sehingga pekerjaanlah yang sering
Suami yang memiliki istri bekerja menganggu urusan rumah tangga.
juga memiliki kepedulian yang lebih Work-to-family conflict lebih sering
tinggi dibandingkan dengan suami yang dirasakan dibandingkan dengan family-
istrinya tidak bekerja (Saraceno, 2007). to-work conflict karena kepentingan di
Suami yang istrinya bekerja lebih peduli ranah pekerjaan bersifat teratur, baku dan
untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan mendesak sehingga akan lebih meng-
rumah tangga dan ikut mengasuh anak. ganggu urusan dan kepentingan di rumah
Suami juga terlibat untuk mengekspre- yang sifatnya fleksibel (Ahmad & Omar,
sikan emosi pada anak dan aktif terlibat 2008). Penelitian Cinnamon dan Rich
dalam kegiatan mengasuh anak sehingga (2002) menyatakan bahwa saat ini indi-
konflik yang dirasakan antara peran vidu yang bekerja telah mendapatkan
pekerjaan dan rumah tangga juga menjadi dukungan sosial baik dari keluarga
tinggi (Huffman et al., 2014). Hal inilah maupun asisten profesional, sehingga hal
yang diduga menyebabkan para suami ini dapat menurunkan risiko terjadinya
juga merasakan work-family conflict. family-to-work conflict.
Pada pihak istri, tidak ada toleransi Jika ditinjau dengan lebih spesifik
dalam pekerjaan, meskipun istri bekerja (hipotesis 3a dan 3b), dapat dilihat bahwa
hanya untuk membantu suami dan bukan baik pada kelompok suami maupun
merupakan kewajiban utama mereka kelompok istri menunjukkan work-to-
(Latifatunnikmah & Lestari, 2017). family conflict yang lebih besar daripada
Dalam hal pekerjaan, tidak ada lagi family-to-work conflict. Hal ini didukung
perbedaan gender sehingga laki-laki oleh pelitian Nwanzu dan Bojeghre
maupun perempuan akan diberikan beban (2016) yang menyatakan bahwa pada
kerja yang sama juga tidak ada toleransi laki-laki dan perempuan, work-to-family
bagi perempuan. Dengan beban kerja conflict cenderung lebih sering muncul
tersebut, istri tetap diwajibkan untuk karena tuntutan di bidang pekerjaan lebih
mengurus rumah dan mengasuh anak. besar dibandingkan tuntutan dari keluar-

38
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 10, No.1, Agustus 2019

ga. Grant et al. (2019) juga menyatakan bekerja dapat saling memahami kondisi
bahwa pada pekerjaan tertentu, terutama masing-masing sehingga konflik yang
yang bergaji rendah, individu memiliki terjadi dalam rumah tangga, masih dapat
banyak tanggung jawab dan tidak dikelola dengan cukup baik (Christine,
memiliki kontrol atas hal tersebut Oktorina & Mula, 2011). Adanya bantuan
sehingga tuntutan pekerjaan seringkali dan dukungan dari pasangan dapat mere-
mengganggu soal urusan rumah tangga. duksi terjadinya family-to-work conflict
Akibatnya, tugas-tugas rumah tangga baik pada perempuan maupun laki-laki
terkorbankan demi memenuhi tuntutan sehingga family-to-work conflict lebih
pekerjaan. jarang terjadi dibandingkan dengan work-
Jam pekerjaan yang tidak fleksibel to-family conflict (Jeffrey Hill et al.,
membuat individu menjadi kesulitan 2004). Suami dan istri juga telah memi-
dalam memenuhi tuntutan peran dalam liki strategi dalam menyelesaikan tugas-
rumah tangga (Cifre, Vera, & Signani, tugas yang harus dikerjakan dalam rumah
2015). Individu yang memiliki peran tangga (Latifatunnikmah & Lestari,
ganda, juga memiliki konflik internal dan 2017). Dukungan sosial dari anggota ke-
rasa bersalah ketika tidak dapat meme- luarga yang lain juga dapat membantu
nuhi peran dalam rumah tangga sehingga meringankan tugas-tugas rumah tangga
meningkatkan persepsi bahwa dirinya sehingga tugas rumah tangga tidak sering
sedang merasakan konflik kerja-keluarga mengganggu peran dalam pekerjaan. Hal
(Schockley, Shen, DeNunzio, Arvan dan inilah yang diduga membuat intensitas
Knudsen, 2017). Hal inilah yang diduga family-to-work conflict menjadi lebih ren-
menjadi sebab work-to-family conflict dah jika dibandingkan dengan work-to-
lebih sering dirasakan dibandingkan family conflict. Suami dan istri tidak ter-
dengan family-to-work conflict pada lalu terbebani dengan tanggung jawab
kelompok suami dan pada kelompok istri. rumah tangga. Karena itu, peran dalam
Suami yang bekerja memiliki value keluarga tidak mengganggu peran peker-
dan komitmen yang tinggi terhadap pe- jaan sebanyak peran pekerjaan yang
kerjaan karena pekerjaan dapat mem- menganggu peran dalam keluarga.
bantu mereka untuk memenuhi peran Hasil uji hipotesis 4a (Tabel 6)
sebagai pencari nafkah utama (Cinnamon juga menunjukkan bahwa tidak ada per-
& Rich, 2002), namun hal ini diduga bedaan work-to-family conflict antara
menjadi beban tersendiri ketika para kelompok suami dan kelompok istri.
suami tidak dapat memenuhi peran lain- Hasil ini selaras dengan penelitian dari
nya dalam keluarga akibat sibuk bekerja. Calvo-Salguero et al. (2012) yang me-
Pada istri yang bekerja, ada ekspektasi nunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan
sosial bahwa perempuan yang bakerja pada laki-laki maupun perempuan dalam
tetap harus menempatkan pekerjaan seba- merasakan work-to-family conflict. Laki-
gai hal yang utama dibandingkan keluar- laki dan perempuan sama-sama meng-
ga (Higgins et al., 1994). Implikasinya, habiskan lebih banyak waktu di pekerjaan
perempuan bekerja jadi sulit mendevosi- dibandingkan waktu dengan keluarga
kan waktu dan tenaga untuk keluarga. sehingga hal ini menyebabkan work-to-
Bahkan ada kecenderungan pihak istri family conflict. Secara sosial, tak hanya
untuk membawa pulang dan menyele- perempuan yang dituntut untuk lebih
saikan pekerjaan mereka di rumah memperhatikan keluarga, namun laki-laki
(Greenstein, 2000). juga dituntut untuk dapat menjadi suami
Suami dan istri yang sama-sama dan ayah yang dapat mendevosikan
waktunya untuk keluarga (Kinnunen dan

39
N. Wongpy & J. L. Setiawan: Work-Family Conflict Pada Pasangan … (31-45)

Mauno, 1998). Atas dasar alasan ini, harus bersikap responsif terhadap segala
dapat dipahami mengapa level work-to- kebutuhan anak. Peran sebagai suami dan
family conflict pada laki-laki dan perem- ayah ini dapat menganggu peran dalam
puan dapat sama-sama tinggi. pekerjaan dan menimbulkan family-to-
Dalam konteks pekerjaan dan orga- work conflict.
nisasi, tuntutan pekerjaan juga tidak lagi Secara keseluruhan, dapat diketahui
memandang peran laki-laki dan perem- bahwa baik suami maupun istri sama-
puan. Baik laki-laki maupun perempuan sama merasakan konflik antara pekerjaan
sama-sama dituntut untuk menunjukkan dan keluarga. Jika dibandingkan lebih
performa seoptimal mungkin dalam be- spesifik, suami dan istri memiliki level
kerja dan tidak ada toleransi terhadap work-to-family conflict yang lebih tinggi
beban kerja. Hal inilah yang diduga dibandingkan family-to-work conflict.
membuat suami dan istri merasa bahwa Hal ini menunjukkan bahwa suami mau-
tuntutan pekerjaan menganggu peme- pun istri merasa tuntutan dan peran dalam
nuhan peran mereka dalam rumah tangga pekerjaan mengganggu pemenuhan tun-
sehingga suami dan istri merasakan work- tutan dan peran dalam keluarga hingga
to-family conflict yang sama. menimbulkan konflik antar peran. Pada
Pada uji hipotesis 4b (tabel 7), hasil istri, tuntutan peran sebagai seorang ibu
penelitian juga menyatakan bahwa tidak tidak dapat terpenuhi akibat beban pe-
ada perbedaan family-to-work conflict kerjaan dan diduga tidak ada toleransi
antara kelompok suami dan kelompok dalam bekerja sehingga istri tidak dapat
istri. Pasangan suami-istri yang menjadi berperan secara efektif dalam keluarga.
partisipan penelitian ini telah memiliki Saat ini suami juga dituntut untuk lebih
minimal 1 anak. Penelitian Schockley et peduli dan lebih menunjukkan afeksi
al (2017) menunjukkan bahwa adanya pada anggota keluarga. Adanya beban
anak dapat menyebabkan terjadinya pekerjaan dan banyaknya waktu yang
family-to-work conflict sebab anak mem- dihabiskan untuk bekerja membuat suami
berikan tuntutan tertentu yang harus kesulitan untuk memenuhi peran dan
dipenuhi oleh orang tua. Hal ini didukung tuntutan keluarga sehingga meningkatkan
oleh McManus et al (2002) yang level konflik yang dirasakan.
menyatakan bahwa prediktor dari family- Ada beberapa implikasi dari hasil
to-work conflict adalah tuntutan dari penelitian ini. Pertama, Work-to-family
keluarga sehingga individu yang bekerja conflict yang dialami oleh suami maupun
dapat merasakan family-to-work conflict. istri menunjukkan bahwa keluarga sering
Pada kelompok istri, family-to-work kali menjadi “korban” dari pemenuhan
conflict dapat terjadi karena pada dasar- peran dalam pekerjaan. Dapat dipahami
nya perempuan lebih banyak mengha- bahwa tuntutan di area pekerjaan lebih
biskan waktu dan tenaga untuk keluarga tinggi sehingga pada akhirnya dapat
sehingga peran dalam rumah tangga mengganggu peran dalam kehidupan ber-
dapat menganggu peran sebagai pekerja keluarga. Hal ini dapat menjadi ancaman
(Calvo-Saguero et al., 2012). Tidak tersendiri bagi keluarga terutama bagi
hanya bekerja, laki-laki juga mulai terli- anak mengingat semua subjek penelitian
bat aktif dalam hal tugas-tugas pengasuh- memiliki anak. Waktu, perhatian dan
an dan tugas rumah tangga. Bocchichio energi yang seharusnya dicurahkan bagi
(2007) menyatakan bahwa adanya perge- anak menjadi berkurang akibat peme-
seran peran dari peran gender tradisional nuhan peran pekerjaan.
membuat ayah juga dituntut untuk Kedua, banyaknya waktu dan te-
banyak memberikan afeksi pada anak dan naga yang dihabiskan suami dan istri

40
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 10, No.1, Agustus 2019

untuk bekerja juga membuat suami-istri Saran


tidak memiliki waktu untuk membangun
komunikasi dan relasi yang lebih intim. Dampak-dampak negatif yang
Konflik yang dirasakan oleh suami mau- dialami keluarga akibat work-family
pun istri membuat keduanya memiliki conflict, penting menjadi perhatian bagi
hambatan yang lebih besar untuk saling pembuat kebijakan atau pimpinan per-
berkomunikasi dan mengkoordinasikan usahaan tempat suami dan istri bekerja.
urusan rumah tangga. Pimpinan perusahaan perlu menata ulang
Ketiga, tak hanya terkait urusan beban kerja setiap karyawan agar tetap
rumah tangga, berkurangnya koordinasi terjadi keseimbangan antara peran pe-
juga berdampak pada parenting. Suami kerjaan dan peran keluarga. Hal ini juga
dan istri jadi membutuhkan usaha ekstra penting dilakukan agar setiap karyawan
untuk saling berkoordinasi mengenai bisa bekerja dengan lebih optimal dan
pengasuhan anak, padahal peran kedua tidak mengalami konflik dalam kehi-
orang tua atau co-parenting sangat dupan pekerjaan dan rumah tangganya.
penting bagi pola pengasuhan anak yang Penelitian selanjutnya dapat mene-
efektif. liti variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi work-family conflict. Pe-
Simpulan neliti selanjutnya dapat meninjau work-
family conflict berdasarkan dua faktor
Berdasarkan hasil dan pembahasan yaitu faktor keluarga dan faktor peker-
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa jaan. Faktor dari keluarga dapat berupa
tidak terdapat perbedaan work-family dukungan sosial, atau kepuasan perni-
conflict antara kelompok suami dan ke- kahan, sedangkan faktor dari pekerjaan
lompok istri. Selain itu, intensitas terjadi- dapat berupa tuntutan pekerjaan atau
nya work-to-family conflict lebih tinggi performa kerja. Penelitian selanjutnya
dibandingkan dengan family-to-work juga dapat meneliti dampak-dampak dari
conflict baik pada suami maupun istri. work-family conflict baik pada area kerja
Hal ini terjadi karena tuntutan pekerjaan maupun pada area keluarga.
yang lebih besar dan waktu bekerja yang Selain itu, penelitian selanjutnya
tidak fleksibel sehingga mengganggu juga disarankan untuk meneliti hal-hal
peran di rumah atau keluarga. terkait kesehatan mental seperti stres
Penelitian ini menunjukkan bahwa akibat dari konflik yang dirasakan.
tidak ada lagi perbedaan gender dalam Dengan penelitian yang mengkaji topik
menyeimbang-kan peran di area peker- tersebut, akan dapat diketahui antecedent
jaan dan area rumah tangga. Laki-laki maupun outcome yang lebih jelas dari
dan perempuan sama-sama mengalami work-family conflict yang terjadi pada
konflik dan dituntut untuk dapat bekerja laki-laki mau-pun perempuan dan dapat
dengan optimal, dan juga tidak ada memberikan arahan dalam upaya
toleransi untuk hal-hal terkait keluarga menyeimbangkan antara peran dalam
atau rumah tangga. pekerjaan dan peran dalam keluarga.

Daftar Pustaka

Adisa, T. A., Gbadamosi, G., & coping strategies adopted by


Osabutey, E. L. (2016). Work- Nigerian and British working
family balance: A case analysis of mothers. Gender in Management:

41
N. Wongpy & J. L. Setiawan: Work-Family Conflict Pada Pasangan … (31-45)

An International Journal, 31(7), Psychology, 47(2), 118-132. doi:


414-433. doi: 10.1108/GM-01- 10.1080/00207594.2011.595414
2016-0010 Carlson, D. S., Kacmar, K. M., &
Ahmad, A., & Omar, Z. (2008). Gender Williams, L. J. (2000). Construction
Differences in Work-family conflict and initial validation of a
and Family-Friendly Employment multidimensional measure of work–
Policy Practices. International family conflict. Journal of
Journal of the Humanities, 6(3), 15- Vocational behavior, 56(2), 249-
26. doi: 10.18848/1447-9508/CGP/ 276. doi:10.1006/jvbe.1999.1713
v06i03/42395 Cifre, E., Vera, M., & Signani, F. (2015).
Artiawati. (2017). The work-family Women and men at work: analyzing
interface in Indonesia. In Korabik, occupational stress and well-being
K., Aycan, Z., & Ayman, R. from a gender perspective. Revista
(Eds.). The Work-Family Interface Puertorriqueña de Psicología, 26
in Global Context (p.215-235). New (2), 172-191. Retrieved from
York: Taylor & Francis. https://dialnet.unirioja.es/servlet/arti
culo?codigo=5891769
Bennett, M. M., Beehr, T. A., &
Ivanitskaya, L. V. (2017). Work- Cinamon, R. G., & Rich, Y. (2002).
family conflict: differences across Gender differences in the
generations and life cycles. Journal importance of work and family
of Managerial Psychology, 32(4), roles: Implications for work–family
314-332. doi: 10.1108/JMP-06- conflict. Sex roles, 47(11-12), 531-
2016-0192 541. doi: 10.1023/a:1022021804846
Bocchicchio, A.M. (2007). Fathers in the Christine, W. S., Oktorina, M., & Mula,
workplace: the use of EAP core I. (2011). Pengaruh konflik
technology functions in assisting pekerjaan dan konflik keluarga
fathers with work/family balance. terhadap kinerja dengan konflik
Journal of Workplace Behavioral pekerjaan keluarga sebagai
Health, 22(1), 89-102. doi: intervening variabel (studi pada
10.1300/J490v22n01_06 dual career couple di
Jabodetabek). Jurnal Manajemen
Boyar, S. L., Maertz Jr, C. P., Mosley Jr,
dan Kewirausahaan, 12(2), 121-
D. C., & Carr, J. C. (2008). The
132. doi: 10.9744/jmk.12.2.pp.%
impact of work/family demand on
20121-132
work-family conflict. Journal of
Managerial Psychology, 23(3), Fu, C. K., & Shaffer, M. A. (2001). The
215-235. doi:10.1108/02683940810 Tug of Work And Family: Direct
861356 and Indirect Domain-Specific
Determinants of Work-Family
Calvo-Salguero, A., Martínez-de-Lecea,
Conflict. Personnel review, 30(5),
J. M. S., & Aguilar-Luzón, M. C.
502-522. doi: 10.1108/EUM000000
(2012). Gender and work–family
0005936
conflict: Testing the rational model
and the gender role expectations Higgins, C., Duxbury, L., & Lee, C.
model in the Spanish cultural (1994). Impact of Life-Cycle Stage
context. International Journal of and Gender on The Ability to
Balance Work and Family

42
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 10, No.1, Agustus 2019

responsibilities. Family Relations, Penyebabnya. Retrieved from:


43(2), 144-150. doi: 10.2307/585 https://www.hukumonline.com/berit
316 a/baca/lt5b1fb923cb04f/melihat-tre
n-perceraian-dan-dominasi-
Howard, W.G., Donofrio, H.H., & Boles,
penyebabnya/
J. S. (2004). Inter-domain work-
family, family-work conflict and Huffman, A.H., Olson, J.K., O’Gara C.Jr.
police work satisfaction. Policing: T., & King, B.E. (2014). Gender
An International Journal of Police role beliefs and fathers’ work-
Strategies & Management, 27(3), family conflict. Journal of
380-395. doi: 10.1108/13639510 Managerial Psychology, 29 (7),
410553121 774-793. doi: 10.1108/JMP-11-
2012-0372
Grant, K., Aderonmu, F., Khan, S.,
Chahande, K., Goldvale, C., Dutta- Huang, Y. H., Hammer, L. B., Neal, M.
Gupta, I., … Steiger, D. (2019). B., & Perrin, N. A. (2004). The
Unworkable & Unwise: relationship between work-to-
Conditioning Access to Programs family conflict and family-to-work
that Ensure a Basic Foundation for conflict: A longitudinal
Families on Work Requirements. study. Journal of Family and
Working Paper. Retrieved from: Economic Issues, 25(1), 79-100.
http://www.georgetownpoverty.org/ doi: 10.1023/B:JEEI.0000016724.
wp-content/uploads/2019/02/Unwor 76936.a1
kable-Unwise-20190201.pdf Jeffrey Hill, E., Yang, C., Hawkins, A. J.,
Greenhaus, J. H., & Beuttel, N. J., & Ferris, M. (2004). A
(1985). Sources of Conflict between cross‐cultural test of the
Work and Family Roles. Academy work‐family interface in 48
of Management Review, 10(1), 76- countries. Journal of marriage and
88. doi: 10.5465/amr.1985.4277352 family, 66(5), 1300-1316. doi:
Greenstein, T. N. (2000). Economic 10.1111/j.0022-2445.2004.00094.x
dependence, gender, and the Judge, T. A., Ilies, R., & Scott, B. A.
division of labor in the home: A (2006). Work–family conflict and
replication and extension. Journal emotions: Effects at work and at
of Marriage and Family, 62(2), home. Personnel Psychology, 59(4),
322-335. doi: 10.1111/j.1741- 779-814. doi: 10.1111/j.1744-
3737.2000.00322.x 6570.2006.00054.x
Hammer, L. B., Cullen, J. C., Neal, M. Kinnunen, U., & Mauno, S. (1998).
B., Sinclair, R. R., & Shafiro, M. V. Antecedents and Outcomes of
(2005). The longitudinal effects of Work-Family Conflict among
work-family conflict and positive Employed Women and Men in
spillover on depressive symptoms Finland. Human Relations, 51(2),
among dual-earner couples. Journal 157-177. doi: 10.1177/00187267
of occupational health 9805100203
psychology, 10(2), 138-154. doi:
Lapierre, L. M., Spector, P. E., Allen, T.
10.1037/1076-8998.10.2.138
D., Poelmans, S., Cooper, C. L.,
Hidayat, R. (2018, Juni 18). Melihat Tren O’Driscoll, M. P., Sanchez, J. I.,
Perceraian dan Dominasi Brough, P. and Kinnunen, U.

43
N. Wongpy & J. L. Setiawan: Work-Family Conflict Pada Pasangan … (31-45)

(2008). Family-Supportive w/1285162029/fulltextPDF/682913


Organisation Perceptions, Multiple 9935314594PQ/1?accountid=18037
Dimensions of Work–Family 1
Conflict, and Employee Nwanzu, C. L., & Bojeghre, N. H. A.
Satisfaction: A Test of Model (2016). Gender, Work-family
Across Five Samples, Journal of conflict And Family-Work Conflict:
Vocational Behaviour, 73(1), 92- A Test Of Domain Flexibility And
106. doi: 10.1016/j.jvb.2008.02.001 Domain Salient
Latifatunnikmah, L., & Lestari, S. (2017). Perspectives. Journal Of Social And
Komitmen Pernikahan pada Management Sciences, 11(1), 27-
Pasangan Suami Istri 36. doi: 10.5987/UJ-JSMS.16.022.1
Bekerja. Humanitas: Jurnal Olson, D.H., DeFrain, J., Skogrand, L.
Psikologi Indonesia, 14(2). 103- (2011). Marriages and Families:
119. doi: Intimacy, Diversity and Strength.
10.26555/humanitas.v14i2.5343 New York: Mc-Graw Hill.
Lee, N., Zvonkovic, A. M., & Crawford, Oni. (2017, Agustus 1). Setahun 4.938
D. W. (2014). The impact of work– Perceraian. Jawa Pos. Retrieved
family conflict and facilitation on form:
women’s perceptions of role https://www.pressreader.com/indon
balance. Journal of Family esia/jawa-
Issues, 35(9), 1252-1274. doi: pos/20170801/282432759232713
10.1177/0192513X13481332
Organisasi Perburuhan Internasional.
McElwain, A. K., Korabik, K., & Rosin, (2017). Laporan Ketenagakerjaan
H. M. (2005). An examination of Indonesia 2017: Memanfaatkan
gender differences in work-family Teknologi untuk Pertumbuhan dan
conflict. Canadian Journal of Penciptaan Lapangan Kerja. (2017).
Behavioural Science/Revue Jakarta. Retrieved from:
canadienne des sciences du https://www.ilo.org/jakarta/whatwe
comportement, 37(4), 296-284. doi: do/publications/WCMS_613626/lan
10.1037/h0087263 g--en/index.htm
McManus, K., Korabik, K., Rosin, H. M., Saraceno, C. (2007). Introduction to the
& Kelloway, E. K. (2002). special issue: Dual-career couples.
Employed mothers and the work- Zeitschrift für Familienforschung,
family interface: does family
19 (3), 255-262. Retrieved from:
structure matter?. Human https://www.budrich-
relations, 55(11), 1295-1324. doi: journals.de/index.php/zff/article/vie
10.1177/0018726702055011919 wFile/1279/967
Nasurdin, A. M., Ahmad, N. H., & Shockley, K. M., Shen, W., DeNunzio,
Zainal, S. R. M. (2012). Social M. M., Arvan, M. L., & Knudsen,
support as a predictor of work- E. A. (2017). Disentangling the
family balance among malaysian relationship between gender and
entrepreneurs-testing for differential work–family conflict: An
effects. International Journal of Integration of Theoretical
Arts & Sciences, 5(2), 383-395. Perspectives Using Meta-analytic
Retrieved from: Methods. Journal of Applied
https://search.proquest.com/docvie

44
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 10, No.1, Agustus 2019

Psychology, 102(12), 1601. doi: with The Employee Performance-


10.1037/apl0000246 Moderating Role of Job
Satisfaction. South Asian Journal of
Soomro, A. A., Breitenecker, R. J., &
Business Studies, 7(1), 129-146.
Shah, S. A. M. (2018). Relation of
doi: 10.1108/SAJBS-02-2017-0018
Work-Life Balance, Work-Family
Conflict, and Family-Work Conflict

45

You might also like