Professional Documents
Culture Documents
Analisa Erosi Di Das Kali Lamong Menggunakan Pendekatan Arcswat
Analisa Erosi Di Das Kali Lamong Menggunakan Pendekatan Arcswat
Analisa Erosi Di Das Kali Lamong Menggunakan Pendekatan Arcswat
876-889
© Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
JTRESDA
Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/
Abstrak: DAS Kali Lamong sering mendapat bencana seperti banjir pada
bagian hilir serta pendangkalan dasar sungai akibat laju sedimentasi. Dari
permasalahan tersebut maka untuk mengurangi permasalahan pada DAS
Kali Lamong diperlukan usaha konservasi dengan merencanakan tata guna
lahan yang baru menggunakan model ArcSWAT. Untuk mendapatkan
hasil limpasan, erosi, dan sedimentasi model ArcSWAT memerlukan 4
proses yaitu pembuatan delineasi DAS, pengolahan Hydrology Response
Unit (HRU), memasukkan database, dan melakukan simulasi. Dari analisa
menunjukkan rerata limpasan 55.369 mm/tahun, rerata erosi 31.578
ton/ha/tahun, dan rerata sedimen 67576.11 m3. Hasil analisa Indeks Bahaya
Erosi oleh Hammer (1981) diperoleh indeks dengan kriteria rendah (indeks
< 1.0) seluas 20239.267 ha, kriteria sedang (indeks 1.01-4.0) seluas
27999.556, kriteria tinggi (indeks 4.01 – 10.0) seluas 24166.261 ha. Hasil
dari skenario pembuatan tata guna lahan baru yang disesuaikan dengan
kemampuan lahan DAS Kali Lamong menunjukkan penurunan limpasan
sebesar 22.92%, erosi sebesar 22.01%, dan sedimentasi sebesar 44.55%.
Menggunakan tata guna lahan baru kriteria Indeks Bahaya Erosi DAS Kali
Lamong berada di kriteria rendah dan sedang.
1. Pendahuluan
Daerah aliran sungai atau biasa disebut DAS merupakan suatu bagian yang bersatu
dengan sungai yang memiliki fungsi sebagai penampung untuk dialirkan antara wilayah
satu dengan yang lainnya dipisahkan oleh kondisi alam seperti pegunungan ataupun lembah
[1]. Beberapa DAS di Indonesia banyak yang mengalami penurunan, salah satu
penyebabnya yaitu adanya sedimentasi [2].
DAS Kali Lamong berlokasi di Jawa Timur dengan luas ± 720 km2 yang berhulu di
Kabupaten Lamongan dan Mojokerto berakhir di Kabupaten Gresik dan Kodya Surabaya.
Pada musim penghujan DAS Kali Lamong sering terjadi banjir pada bagian hilir karena
debit yang melebihi kapasitas sungai. Salah satu penyebab banjir tersebut yaitu
berkurangnya kapasitas Sungai Kali Lamong oleh karena adanya erosi yang menghasilkan
sedimen. Dalam studi ini menggunakan model SWAT (Soil Water Assessment Tool) untuk
menganalisa kondisi DAS Kali Lamong dengan bantuan ArcMap. Model ArcSWAT dapat
mengeluarkan hasil limpasan, erosi, dan sedimen sekaligus. Model ArcSWAT
menggunakan metode MUSLE yang tidak memerlukan faktor SDR (Sediment Delivery
Ratio) seperti pada metode USLE. Studi ini bertujuan mendapatkan nilai potensial laju
erosi dan sedimentasi di DAS Kali Lamong, mengetahui indeks bahaya erosi di DAS Kali
Lamong, dan mengetahui arahan penggunaan lahan yang baru yang sesuai dengan kondisi
DAS Kali Lamong.
877
Pane, Y. P. S et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 876-889
DAS tersebut, maka DAS Kali Lamong memerlukan penanganan yang lebih intensif serta
tepat guna dalam pengelolaannya karena dapat berdampak pada bagian disekitarnya.
2.2. Bahan
Dalam studi ini diperlukan beberapa data sebagai penunjang dalam penyelesaiannya.
Berikut beberapa keperluan data :
1. Data curah hujan harian tahun 2010-2019 dan letak koordinat masing-masing stasiun
hujan
2. Data Klimatologi harian pada DAS Kali Lamong tahun 2010-2019 (opsional)
3. Peta berformat Shapefile (.shp), Tiffle (.tiff), dan raster (.ras)
- Digital Elevation Model (DEM)
- Jenis tanah
- Administrasi
- Jaringan sungai (opsional)
- Rupa Bumi Indonesia (RBI)
- Kemiringan lereng (opsional)
2.3. Metode
Untuk mendapatkan hasil analisa yang kompleks maka salah satu cara yang tepat yaitu
dengan memodelkannya [3]. Untuk memulai studi ini diperlukan beberapa data yaitu data
hujan harian, data klimatologi harian, peta penggunaan lahan dan jenis tanah, serta data
debit. Analisa hidrologi dilakukan untuk data hujan dengan uji konsistensi, ketiadaan trend,
stasioner, serta uji persistensi [4,5,6]. Peta digital disiapkan dan diubah dulu formatnya
sesuai kebutuhan ArcSWAT 2012 (merubah shapefile menjadi raster). Data yang sudah
sesuai formatnya maka dapat dimulai menjalankan ArcSWAT dengan melakukan tahapan
: Automatic Watershed Delineation, HRU Analysis, Write Input Tables, Edit SWAT Input,
SWAT Simulation [7,8,9].
878
Pane, Y. P. S et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 876-889
Hasil keluaran dari model ArcSWAT 2012 akan diuji keandalannya menggunakan
pendekatan Nash-Sutchliffe (NSE). Hasil model yang sudah diuji akan ditentukan Indeks
Bahaya Erosi (IBE) dan diklasifikasikan kekritisan lahannya pada kondisi eksisting.
Langkah selanjutnya yaitu pembuatan peta fungsi kawasan dan skenario pemanfaatan lahan
yang baru. Setelah didapatkan peta yang baru maka menyimpulkan hasil usaha konservasi
dengan cara melihat perbandingan antara tata guna lahan eksisting dengan skenario yang
baru.
879
Pane, Y. P. S et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 876-889
Tabel 2: Rekapitulasi uji statistik data curah hujan DAS Kali Lamong
Jenis Pengujian
Stasiun Ketidakadaan Stasioner
Persistensi
Trend Uji-F Uji-t
Cerme tidak ada trend stabil stabil acak
Benjeng tidak ada trend stabil stabil acak
Balongpanggang tidak ada trend stabil stabil acak
Menganti tidak ada trend stabil stabil acak
Sembung tidak ada trend stabil stabil acak
Waduk Gondang tidak ada trend stabil stabil acak
Luas
No Nama Stasiun Kr
(Km2)
1 Cerme 122.956 0.170
2 Benjeng 69.307 0.096
3 Balongpanggang 246.291 0.340
4 Menganti 65.677 0.091
5 Sembung 78.379 0.108
6 Waduk Gondang 141.442 0.195
Jumlah 724.1 1.000
880
Pane, Y. P. S et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 876-889
Tabel 4: Perbandingan debit model dan debit lapangan sebelum kalibrasi Tahun 2019
Debit
Bulan Pencatatan
Model
Manual
Januari 18.498 30.200
Februari 8.082 25.220
Maret 19.515 30.120
April 59.693 29.730
Mei 2.064 19.110
Juni 2.064 1.874
Juli 2.064 0.488
Agustus 0.874 0.001
Septeber 0.005 0.000
Oktober 0.000 0.254
November 3.137 8.201
Desember 44.260 20.860
80
Model Pencatatan Manual
70
60
Total Debit
50
40
30
20
10
0
Gambar 3: Debit model dan debit di lapangan yang belum terkalibrasi Tahun 2019
881
Pane, Y. P. S et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 876-889
100
Model Pencatatan Manual
80
Total Debit
60
40
20
Gambar 4: Grafik hasil kalibrasi debit model dan debit lapangan Tahun 2019
882
Pane, Y. P. S et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 876-889
mm
60.000 60.000
40.000 40.000
20.000 20.000
0.000 0.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
883
Pane, Y. P. S et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 876-889
884
Pane, Y. P. S et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 876-889
885
Pane, Y. P. S et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 876-889
Luas Limpasan
Perbedaan
Tahun DAS Eksisting Skenario
( ha ) ( mm/tahun ) (%)
2010 76.602 55.132 28.027
2011 58.006 40.015 31.015
2012 28.507 18.609 34.720
2013 81.616 57.034 30.119
2014 57.023 41.110 27.906
72405.1
2015 53.665 36.210 32.525
2016 56.529 41.674 26.279
2017 55.708 37.434 32.803
2018 34.500 23.836 30.910
2019 51.534 36.956 28.288
Luas Erosi
Perbedaan
Tahun DAS Eksisting Skenario
( ha ) ( ton/ha/tahun ) (%)
2010 44.236 31.341 29.150
2011 33.536 21.620 35.531
2012 17.679 13.823 21.813
2013 38.042 34.184 10.141
2014 34.481 27.959 18.913
72405.1
2015 35.494 26.788 24.529
2016 34.870 25.129 27.936
2017 28.393 23.944 15.671
2018 21.948 18.841 14.153
2019 27.097 22.655 16.392
886
Pane, Y. P. S et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 876-889
Luas Erosi
Perbedaan
Tahun DAS Eksisting Skenario
( ha ) ( ton/ha/tahun ) (%)
2010 33.781 17.954 46.853
2011 23.515 10.633 54.782
2012 12.530 6.253 50.092
2013 29.134 18.088 37.916
2014 25.470 15.805 37.946
72405.1
2015 28.939 15.014 48.120
2016 25.542 13.573 46.861
2017 22.405 12.785 42.934
2018 16.438 9.847 40.098
2019 19.473 11.305 41.946
887
Pane, Y. P. S et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 876-889
4. Kesimpulan
Dari hasil analisa yang telah dilakukan didapatkan hasil :
1. Menggunakan model ArcSWAT diperoleh hasil kondisi eksisting rerata limpasan
55.369 mm/tahun, rerata laju erosi 31.578 ton/ha/tahun, dan rerata volume sedimen
67576.11 m3.
2. Hasil analisa menggunakan persamaan Indeks Bahaya Erosi didapatkan beberapa
kriteria yaitu kriteria rendah sebesar 20239.267 ha (27.953% luas DAS), kriteria
sedang sebesar 27999.556 ha (38.671% luas DAS), kriteria tinggi sebesar 24166.261
ha (33.376% luas DAS).
3. Arahan Rehabilitasi lahan dan Konservasi Tanah (ARLKT) dengan melihat fungsi
kawasan DAS Kali Lamong terdiri dari fungsi kawasan budidaya kawasan penyangga,
serta sebagian kecil kawasan lindung. Usaha konservasi dilakukan secara vegetatif
dengan merencanakan penggunaan lahan baru berdasarkan nilai indeks bahaya erosi
tinggi yaitu dengan mengubah tata guna lahan seperti hutan dan kebun menjadi hutan
kering. Berdasarkan penyusunan rehabilitasi lahan didapatkan pada kondisi skenario
rerata limpasan 38.801 mm/tahun (menurun 29.92%), rerata laju erosi 24.628 ha
(menurun 22.01%), rerata volume sedimen 37471.71 m 3 (menurun 44.55%). Dari hasil
pada kondisi skenario didapatkan 2 kriteria IBE yaitu kriteria rendah sebesar
27502.121 ha (37.984% luas DAS), kriteria sedang 44902.963 ha (62.016% luas DAS).
888
Pane, Y. P. S et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 1 No. 2 (2021) p. 876-889
Daftar Pustaka
[1] Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air”, Jakarta: Dewan Perwakilan Republik Indonesia dan
Presiden Republik Indonesia, 2004
[2] M. Sholichin, and T.B. Prayogo, “Assessment of The Impact of Land Cover Type
On The Water Quality in Lake Tondano Using a SWAT Model”, Journal of
Southwest jiaotong University, vol. 56, no. 1, pp. 304–312, 2021, doi:
10.35741/issn.0258-2724.56.1.
[3] A.C. Harifa, M. Sholichin, dan T. B Prayogo, “Analisa Pengaruh Perubahan
Penutup Lahan Terhadap Debit Sungai Sub DAS Metro Dengan Menggunakan
Progra ArcSWAT”, Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources
Engineering, vol. 8, no. 1, pp. 1-14, 2017
[4] S. Harto, “Analisis Hidrologi”, Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik
Universitas Gadjah Mada, 1989.
[5] L.M. Limantara, “Hidrologi Dasar”, Malang: Tirta Media, 2008
[6] Soewarno. “Hidrologi : Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data Jilid 2”,
Bandung: Nova, 1995.
[7] E. Suhartanto, “Panduan AVSWAT 2000 dan Aplikasinya di Bidang Teknik
Sumber Daya Air”, Malang: CV Ansrori, 2008
[8] M.Z. Razianto, E. Suhartanto, dan J.S. Fidari, “Analisis Erosi dan Sedimentasi
Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) pada bagian Hulu DAS Ciliwung
Kabupaten Bogor Jawa Barat”, Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water
Resources Engineering, vol. 2, no. 1, pp. 1-15.
[9] G.K. Pramesi , U. Andawayanti, dan S.M.B. Putra, “Analisis Pengaruh Tata Guna
Lahan Terhadap Erosi, Limpasan dan Sedimen di DAS Comal Kabupaten
Pemalang Menggunakan ArcSWAT”, Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water
Resources Engineering, vol. 1, no. 2, pp. 1-12.
[10] S. Arsyad, “Konservasi Tanah dan Air”, Bogor: Institut Pertanian Bogor Press,
1989
889