Tradisi Manggadaikan Anak Yang Dilaksanakan Oleh Masyarakat Nagari Koto Nan Tigo Selatan Surantih Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

TRADISI MANGGADAIKAN ANAK YANG DILAKSANAKAN OLEH

MASYARAKAT NAGARI KOTO NAN TIGO SELATAN SURANTIH


KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

ARTIKEL

SILFIA HELMI
NPM. 10070289

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2015
TRADITION MANGGADAIKAN CHILDREN IMPLEMENTED BY
COMMUNITY NAGARI KOTO NAN TIGO SELATAN SURANTIH
KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

Silfia Helmi1 Rinel Fitlayeni² Dian Kurnia Anggreta³

*The sosiology education student of STKIP PGRI Sumatra West


*The sosiology staff of sociology of education of STKIP PGRI Sumatra West

ABSTRACT

This research is motivated there is a tradition of traditions on child manggadaikan, where


tradition is carried out when a boy has a physical resemblance or similarity with her parents.
community believe if the child manggadaikan tradition is not done, then the one between child and
father are separated , the intent here is to split life or death. therefore, the purpose of this study was
to describe the process of the implementation of child manggadaikan tradition in Nagari Koto Nan
Tigo Selatan Surantih Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Concepts used in this study ,
community , tradition , and tradition manggadaikan children. This study used a qualitative
approach with descriptive. informants in this study is that people who carry a child manggadaikan
tradition and traditional leaders in Nagari Koto Nan Tigo Surantih. the selection of informants in
this study using purposive sampling technique. the type of data used are primary data and
secondary data. method of data collection is done in three ways , 1) observation , the second in-
depth interviews , 2) interview 3) studies document. the unit of analysis is the community in
Nagari Koto Nan Tigo Selatan Surantih. analysis of the data used by the interactive data analysis
model that includes four stages, 1) the data collection phase , 2) data reduction , 3) data penyajian ,
4) conclusion. Results of research in the process of implementing child manggadaikan tradition ,
1) prepare children and bako , prior to the first lien parents should prepare their sons , then find
bako as recipients pledge child, 2) determines the day , where parents and bako looking good
mutual agreement when the lien process is carried out, 3) came to the house bako , that at this
moment manggadaikan process is performed , in which parents hand over their children to bako, 4)
lien menebusi parents do to their children.

Key word : community,tradition, manggadaikan tradition child.

1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2010
1
Pembimbing I Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
1
Pembimbing II Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
Pendahuluan orang tua harus segera manggadaikan anaknya
Indonesia merupakan Bangsa yang kaya tersebut, anak yang akan digadaikan berumur
akan Suku Bangsa dan kebudayaan. Suku Bangsa sekitar 4-5 tahun yang terpenting anak adalah anak
dan kebudayaan ini merupakan hasil dari interaksi laki-laki, karena manggadaikan anak tidak berlaku
sosial manusia yang telah diwarisi secara turun- bagi anak perempuan.
temurun dari nenek moyang kepada anak cucunya Semenjak dahulu hingga saat ini masyarakat
hingga saat ini. Didalam kehidupannya manusia mempercayai dan menjalankan bahwa tradisi
dilengkapi oleh begitu banyaknya kebudayaan yang manggadaikan anak hanyalah bagi anak laki-laki
mereka jalankan sehingga hal itu telah berubah saja, namun ada juga sebagian masyarakat
menjadi suatu tradisi yang selalu dilakukan. menganggap anak yang memiliki kemiripan dengan
Tradisi adat mempunyai kecendrungan ibunya, maka ibunya akan mengalah (meninggal)
untuk menunjuk kepada tradisi leluhur dalam terlebih dahulu.
menghubungkan antara apa yang terjadi di masa Meskipun begitu anak perempuan tidak
lampau dan masa sekarang yang mempunyai nilai- pernah digadaikan, karena dari hingga sampai saat
nilai tradisional (Lukito, 2012:16). Tradisi ini masyarakat hanya menjalankan tradisi
merupakan perwujudan budaya yang sangat manggadaikan anak bagi laki-laki saja yang
penting yang dapat diekpresikan dalam kebiasaan- diperlakukan seperti itu, setelah itu orang tua harus
kebiasaan yang tidak tertulis, pantangan-pantangan mencarikan bako sebagai penerima gadai anak,
dan sanksi-sanksi. bako yang menjadi penerima gadai bukanlah bako
Tradisi adalah suatu pola perilaku atau inti atau bako kandung yang berasal dari saudara-
kepercayaan yang telah menjadi bagian dari suatu saudara ayah melainkan orang lain atau kerabat
budaya yang telah lama kita kenal sehingga jauh yang akan menjadi penerima gadai anak, dan
menjadi adat istiadat dan kepercayaan yang secara yang terpenting memiliki kesamaan suku dengan
turun-temurun (Soekanto, 1993:520). orang tua laki-laki.
Selain itu dapat dinyatakan sebagai Selanjutnya adanya penyerahan dan
perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang penerimaan gadai dimana orang tua menyerahkan
sama yang merupakan suatu bukti bahwa orang anaknya kepada bako ketika akan digadaikan,
menyukai prilaku tersebut (Soekanto, 1997:76). sedangkan bako merupakan orang yang menerima
Banyak upacara tradisional yang dilalui oleh gadai, dan yang terakhir adanya penebusan gadai
seseorang dalam rangka beralihnya satu tingkat yang dilakukan orang tua untuk menebusi anaknya
hidup individu ketingkat hidup lainnya atau yang pada bako.
dikenal dengan istilah masa peralihan. Upacara Kemudian adanya pendapat salah satu
tradisional yang dimaksud antara lain seperti tokoh adat tentang tradisi manggadaikan anak yang
upacara kelahiran, upacara turun mandi, sunatan, didapatkan di lokasi penelitian. Adapun pendapat
upacara perkawinan, dan upacara kematian. tokoh adat tersebut tentang tradisi manggadaikan
Kemudian upacara ini menjadi tradisi dalam suatu anak yaitu jika dalam satu keluarga tersebut
daerah dengan berbagai macam bentuk tradisinya terdapatnya salah anggota keluarga mereka yang
(Ihromi, 2006: 140). memiliki kemiripan antara ayah dan anak maka
Salah satu peralihan yang terpenting dari orang tua hendaklah segera untuk menggadaikan
semua manusia diseluruh dunia adalah saat anak tersebut.
peralihan dari tingkat bayi ketingkat hidup anak- Namun apabila tidak dilakukan maka akan
anak bahkan sampai remaja, dimana pada fase ini terjadi suatu hal yang tidak diinginkan, dan
adanya sebuah tradisi yang dikenal dengan tradisi masyarakat mempercayai akan hal itu seperti
manggadaikan anak. ketidak akuran antara anak dan ayah bahkan
Pada tradisi manggadaikan anak ada sampai ada yang meninggal salah satu diantara
serangkaian proses yang harus dilalui oleh mereka1.
masyarakat yang melaksanakan tradisi ini. Mulai Setiap tradisi ini memiliki tujuan tersendiri
dari manggadaikan anak yang mirip dengan orang tak terkecuali tradisi manggadaikan anak yang
tuanya, kemudian adanya penerima gadai, memiliki tujuan tertentu bagi setiap masyarakat
penyerahan gadai dan penebusan gadai. yang melaksanakan tradisi ini. Meskipun
Masyarakat Nagari Koto Nan Tigo Sselatan kecendrungan terjadinya perubahan dalam
Surantih dan masyarakat Minangkabau pada kehidupan masyarakat, tradisi ini masih tetap
umumnya, memang mempunyai berbagai macam dilaksanakan sampai saat ini di Nagari Surantih
tradisi atau kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan tak dimana masyarakatnya masih menganggap penting
terkecuali terhadap tradisi manggadaikan anak ini. tradisi ini.
Pada keluarga yang melaksanakan tradisi
manggadaikan anak ini, berarti adanya anggota
keluarga atau salah satu anak mereka yang dapat
dikatakan memiliki kemiripan atau kesamaan 1
secara fisik dengan orang tua laki-lakinya, maka Wawancara dengan bapak Darwis (panungkek
adat) tanggal 10 Maret 2014
Inilah yang membuat penulis ingin sekali Jenis data dalam penelitian ini adalah : Data
untuk meneliti tradisi dan memilih lokasi Nagari primer dan Data Sekunder. Data primer adalah
Surantih sebagai tempat penelitian, karena dizaman segala data yang bersumber dari kata-kata dan
yang sudah canggih dan pola pemikiran orang- tindakan dari orang-orang yang diamati dan
orang yang sudah maju masyarakatnya masih tetap diwawancarai, ini merupakan data utama dari suatu
menjalankan tradisi tersebut. Jadi hal inilah penelitian kualitatif (Moleong, 2013:157).
membuat penulis tertarik ingin meneliti “Tradisi Data sekunder adalah data yang diperoleh
manggadaikan anak yang dilaksanakan oleh dari media yang dapat mendukung dan relevan
masyarakat Nagari Koto Nan Tigo Selatan dengan penelitian ini, serta data yang diperoleh dari
Surantih Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir dokumen-dokumen terkait, foto-foto, literatur hasil
Selatan”. Tujuan dari penelitian ini adalah penelitian dan artikel.
Mendeskripsikan proses pelaksanaan tradisi Proses pengumpulan data dalam penelitian
manggadaikan anak. ini dilakukan dengan (1) Observasi adalah suatu
Penelitian terdahulu yang relevan dengan pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan
permasalahn penelitian sekarang adalah penelitian perhatian terhadap suatu objek dengan
yang dilakukan oleh Juanda Dwi Sastra (2005) menggunakan seluruh alat indera (Arikunto,
dengan judul Makna Ngukek yang dilakukan anak- 2010:199). (2) Wawancara Wawancara adalah
anak Pada Perayaan hari Raya Idul Fitri dan Idul suatu cara pengumpulan data atau informasi dengan
Adha Kecamatan Hamparan Rawang, Kota Sungai langsung bertatap muka dengan informan, dengan
Penuh Kerinci, Provinsi Jambi. mendapatkan gambaran lengkap dengan topik yang
Penelitian kedua dilakukan oleh Kurniati diteliti (Bungin, 2007:157). (3) Studi dokumen
Asri (2009) dengan judul Makna Tradisi Maniti (dalam Sugiyono, 2012:82) merupakan catatan
anak Dalam Upacara Perkawinan Kecamatan peristiwa yang sudah berlalu.
Kinali, Kabupaten Pasaman Barat. Dalam penelitian ini unit analisisnya adalah
kelompok masyarakat yaitu keluarga yang
Metode Penelitian manggadaikan anak, Bako yang bertindak sebagai
penelitian ini menggunakan pendekatan penerima gadai dan tokoh adat di Nagari Koto Nan
kualitatif dengan tipe deskriptif. Menurut Moleong Tigo Selatan Surantiah Kecamatan Sutera
(2013:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang Kabupaten Pesisir Selatan.
menghasilkan prosedur analisis yang tidak Analisis data dalam penelitian ini yang
menggunakan prosedur analisis statisik atau penulis lakukan adalah:
kuantifikasi lainnya. Penelitian ini menggunakan Pengumpulan data merupakan pencarian
tipe deskriptif yaitu penelitian yang berusaha data dilapangan dengan membuat catatan lapangan
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.
yang terjadi saat sekarang (Noor, 2011:33-34). Reduksi data merupakan proses pemilihan,
Dalam hal ini yang menjadi alasan penulis pemusatan perhatian dan penyederhanaan dan
menggunakan tipe deskriptif karena dapat tranformasi data “kasar” yang mucul dari catatan-
mengungkapkan permasalahan secara mendalam catatan tertulis di lapangan dengan membuang yang
sehingga didapatkan data-data yang akurat dan tidak perlu.
informasi sebanyak-banyaknya melalui pertanyaan penyajian data Penyajian data merupakan
penelitian dengan tujuan didapat pemahaman sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
mengenai tradisi manggadaikan anak pada kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
masyarakat Nagari Surantih Kecamatan Sutera pengambilan tindakan yang disajikan dengan
Kabupaten Pesisir Selatan. menggunakan bagan.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 13 Penarikan kesimpulan dalam penelitian
Oktober 2014 sampai 31 Oktober 2014, dilakukan kualitatif merupakan temuan yang dapat berupa
di Nagari Koto Nan Tigo Selatan Surantih deskripsi atau gambaran suatu obyek yang
Kecamatan sutera Kabupaten Pesisir Selatan. sebelumnya masih remang-remang tau belum jelas,
Pada penelitian ini penulis menentukan dan akhirnya dapat memberikan jawaban terhadap
informan dengan mekanisme purposive sampling. permasalahan yang telah dirumuskan. (Miles dan
yaitu penetapan informan berdasarkan kriteria Huberman dalam Sugiyono, 2011).
tertentu (Sangadji, 2010:188).
Adapun kriteria informan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut: 1). Bako yang
merupakan penerima gadai. 2). Orang tua yang
manggadaikan anak. 3). tokoh adat yaitu orang
yang mengetahui tentang tradisi manggadaikan
anak.
Hasil dan Pembahasan anak dan orang tua, semua itu orang tua harus
Tradisi manggadaikan anak yaitu berarti mengetahuinya.
manggadaikan atau menyerahkan seorang anak Untuk melaksanakan proses manggadaikan
kepada kerabat jauh atau orang lain yang memiliki anak tersebut orang tua harus mempersiapkan
hubungan yang baik dengan orang tua dan tentunya segala sesuatunya mulai dari mempersiapkan anak
memiliki suku yang sama dengan orang tua laki- yang akan digadaikan, kemudian mencarikan bako
lakinya. Tradisi ini dilakukan apabila seorang anak yang akan menjadi penerima gadai anak
laki-laki memiliki kemiripan atau kesamaan secara Dalam hal ini akan dijelaskan bagaimana
fisik dengan ayahnya maka anak tersebut harus langkah-langkah dalam pelaksanaan tradisi
digadaikan, anak yang digadaikan berumur sekitar manggadaikan anak. bagaimana cara untuk
4-5 tahun, hal ini dilakukan dengan alasan semakin melaksanakan tradisi manggadaikan anak dan apa-
cepat anak digadaikan maka akan semakin lebih apa saja yang harus dilakukan oleh orang tua untuk
baik. mempersiapkan semua itu.
Tujuannya agar anak dan ayahnya terhindar
dari segala hal-hal yang buruk, kemudian Jika anak 1. Mempersiapkan Anak dan Bako
tersebut tidak digadaikan maka akan terjadi hal Dalam melaksanakan tradisi manggadaikan
yang tidak diinginkan yang akan menimpa antara anak di Nagari Koto Nan Tigo Selatan Surantih ada
anak dan ayahnya. langkah-langkah yang harus dilalui bagi
Adapun akibat apabila orang tua tidak masyarakat yang menjalankan tradisi ini, yang
manggadaikan anak yang mirip dengan ayahnya pertama sekali yang dilakukan bagi orang tua yaitu
yaitu salah satu diantara anak dan ayahnya akan mempersiapkan anak dan bako.
berpisah, ada yang berpisah hidup dan juga ada Adapun orang tua yang menjalankan tradisi
pula berpisah mati (meninggal), yang dimaksud manggadaikan anak yaitu DH, SW dan UK. Orang
dengan berpisah hidup ini yaitu dimana anak dan tua ini manggadaikan anaknya karena memiliki
ayahnya tidak pernah bisa tinggal dalam satu kesamaan secara fisik dengan ayahnya, maka
rumah yang sama karena diantara mereka selalu menurut kepercayaan masyarakat anak yang mirip
timbul pertengkaran, perselisihan, perlawanan dan dengan ayahnya maka harus digadaikan.
tidak saling akur satu sama lain dengan keadaan Jika tidak digadaikan maka salah satu di
yang seperti itu salah satu dari mereka akan pergi antara mereka akan berpisah, ada yang berpisah
dari rumah, Sedangkan berpisah mati maksudnya hidup dan berpisah mati (meninggal), yang
dimana antara anak dan ayah ini salah satu diantara dimaksud dengan berpisah hidup ini yaitu dimana
mereka akan meninggal dunia. anak dan ayahnya tidak pernah bisa tinggal dalam
Kasus anak laki-laki yang mirip dengan satu rumah yang sama karena diantara mereka
ayahnya tersebut memang dialami oleh sebagian selalu timbul pertengkaran, perselisihan,
masayarakat, dimana memang terbukti antara anak perlawanan dan tidak saling akur satu sama lain
dan ayahnya mengalami kejadian seperti berpisah dengan keadaan yang seperti itu salah satu dari
hidup atau berpisah mati. mereka akan pergi dari rumah, Sedangkan berpisah
Didalam tradisi manggadaikan anak, adapun mati maksudnya dimana antara anak dan ayah ini
anak yang akan digadaikan hanya berlaku bagi salah satu diantara mereka akan meninggal dunia.
anak laki-laki saja dan tidak bagi anak perempuan, Untuk menghindari semua itu maka orang
karena dari dahulu semenjak masyarakat menerima tua manggadaikan anaknya. kemudian yang
dan menhetahui tradisi manggadaikan anak mereka terpenting anak yang akan digadaikan hanya anak
hanya menjalankan tradisi manggadaikan anak laki-laki saja dan tidak berlaku bagi anak
bagi laki-laki yang memiliki kemiripan dengan perempuan. Adapun umur anak yang digadaikan
ayahnya, sedangkan anak laki-laki yang memiliki oleh DH yaitu berumur 4 tahun, sedangkan SW
kemiripan dengan ibunya dianggap biasa saja manggadaikan anaknya ketika berumur 5 tahun,
karena tidak ada hal yang perlu ditakuti. dan yang terakhir UK juga manggadaikan anaknya
Tradisi manggadaikan anak dilaksanakan yang berumur 5 tahun.
oleh pihak keluarga ibu, dalam pelaksanaan tradisi Alasannya anak masih kecil digadaikan
manggadaikan anak orang tua tidak langsung yaitu semakin cepat anak digadaikan maka semakin
begitu saja manggadaikan anaknya, ada baik agar anak dan ayahnya terhidar dari segala
serangkaian tata cara atau pelaksanaan yang harus hal-hal yang buruk.
dilakukan oleh orang tua terlebih dahulu. Jika anak yang akan digadaikan telah ada,
Dimana pada awalnya orang tua meminta maka untuk berikutnya orang tua harus mencarikan
saran atau pendapat dari keluarga dan kerabat bako yang akan menjadi penerima gadai anak.
dekatnya tentang anak mereka yang memiliki Untuk memilih siapa bako yang tepat menjadi
kemiripan dengan ayahnya, jika seandainya mirip penerima gadai anak semua itu terserah orang tua
haruskah anak tersebut digadaikan dan jika tidak yang menentukannya dimana anak mereka akan
digadaikan hal seperti apa yang akan terjadi pada digadaikan, asalkan dengan syarat bako yang
menjadi penerima gadai anak bukanlah bako inti
atau bako kandung yang berasal dari saudara- kedatangan mereka telah diketahui oleh bako untuk
saudara ayah, melainkan bako jauh atau kerabat manggadaikan anaknya, namun setibanya di rumah
jauh yaitu orang-orang yang dekat dengan orang bako orang tua terlebih dahulu menyampaikan niat
tua dan memiliki hubungan yang baik dengan atau maksud kedatangan mereka kesana yaitu untuk
mereka, yang pasti memiliki suku yang sama manggadaikan anaknya yang mirip dengan
dengan ayahnya. ayahnya, kemudian setelah itu berbincang-bincang
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam sedikit tentang seputar gadai tersebut mulai dari
tahapan melaksanakan tradisi manggadaikan anak berapa lama anak akan digadaikan dan kapan orang
ini terlebih dahulu dengan mempersiapkan anak tua bisa melakukan penebusan gadai terhadap
dan bako, karena ini merupakan syarat utama dari anaknya.
proses manggadaikan anak, setelah itu barulah Pada saat proses gadai akan dilakukan
orang tua akan menentukan hari kapan akan adanya pihak tertentu yang diminta untuk
dilaksanakan gadai tersebut. menyaksikan ketika proses gadai tersebut
dilaksanakan, minimal satu orang saksi. Saksi
2. Menentukan Hari tersebut bisa saja dari pihak keluarga orang tua atau
Setelah adanya anak dan bako, kemudian pihak bako yang menjadi saksi ketika anak akan
tahap selanjutnya dalam proses pelaksanaan tradisi digadaikan.
manggadaikan anak yaitu menentukan hari, untuk Adapun saksi dalam proses gadai dari anak
menentukan hari ini dimana DH, SW dan UK yang DH ini yaitu adiknya sendiri YH, kenapa orang tua
bertindak sebagai orang tua yang manggadaikan harus membawa saksi, tujuan ini semua diadakan
anak mereka mendatangi rumah bako yaitu ZL dan agar saksi dapat memberitahukan kepada
NS, karena menentukan hari ini juga dilakukan di masyarakat sekitar bahwa anak telah digadaikan di
rumah bako. hal ini dilakukan guna mencari rumah bako tersebut.
kesepakatan kapan pelaksanaan gadai tersebut Ketika proses gadai ini terjadi, DH
dapat dilaksanakan. menyerahkan anaknya kemudian anak tersebut
Tujuannya ditentukan hari dan waktunya diterima oleh NS sebagai bako, namun pada saat
agar masing-masing pihak yaitu orang tua dan bako yang bersamaan juga ada uang yang diberikan oleh
dapat mencari kesepakatan kapan untuk melakukan bako kepada orang tua ataupun anaknya. Adapun
proses gadai tersebut, karena jika tidak ditentukan nominal uang yang diberikan waktu gadai tersebut
kapan harinya, takutnya nanti ketika orang tua yaitu Rp.10.000.
langsung saja datang ke rumah bako ternyata pihak Uang tersebut hanya sebagai simbol saja
bako tidak bisa melaksanakan proses gadai pada dari bako, dimana pemberian dari bako tersebut
saat itu. sebagai simbol yang menandakan bahwa anak
maka dapat disimpulkan bahwa dalam tersebut telah digadaikan dan diterima di rumah
tahapan untuk manggadaikan anak ternyata atau dalam keluarga bako, dengan begitu anak telah
menentukan hari dalam hal ini juga sangat penting sah digadaikan dan tinggal di rumah bako, akan
dilakukan agar orang tua dan bako secara bersama- tetapi anak dari DH hanya sampai setengah hari
sama dapat mencari kesepakatan untuk karena anaknya menangis dan tidak mau tinggal di
melaksanakan proses gadai tersebut. rumah bako tersebut. Meskipun begitu gadai yang
telah dilaksanakan tetap sah.
3. Datang ke Rumah Bako Selanjutnya adapun proses gadai yang
Datang ke rumah bako dalam mengadakan dilakuka n oleh SW juga sama dengan DH, dimana
tradisi manggadaikan anak bagi masyarakat Nagari SW juga datang ke rumah NS yang menjadi bako
Koto Nan Tigo Selatan Surantih merupakan sebuah anaknya. Setibanya di rumah bako mereka juga
tahapan selanjutnya yang dilakukan oleh orang tua mengutarakan terlebih dahulu niat mereka kesana
ketika akan melakukan proses gadai. untuk manggadaikan anaknya. Saksi yang dibawa
Dimana DH, SW dan UK masing-masing oleh SW dalam proses gadai anaknya yaitu
orang tua ini beserta anaknya datang ke rumah kakaknya sendiri ER yang dibawa untuk menjadi
bako yang menjadi penerima gadai, karena di saksi.
rumah bakolah proses gadai tersebut dilakukan, Ketika proses gadai terjadi, sewaktu SW
adapun yang menjadi bako dari anak yang menyerahkan anaknya kemudian diterima oleh
digadaikan DH dan SW yaitu NS. bako dimana uang yang diberikan oleh bako,
DH manggadaikan anaknya pada tahun adapun nominal uang yang diterima waktu itu Rp.
2014 sedangkan SW manggadaikan anaknya pada 10.000 , berbeda dengan DH, anak SW mau tinggal
tahun 1999, kemudian UK yang menjadi bako dari di rumah bako selama satu hari.
anaknya yaitu ZL, UK manggadaikan anaknya Selanjutnya proses gadai yang dilakukan
pada tahun 2013. oleh UK semuanya hampir sama dengan yang
Adapun proses gadai yang dilakukan oleh dilakukan oleh DH dan SW, namun yang
DH, pertama sekali datang ke rumah NS yang membedakan yaitu orang yang menjadi saksi dalam
bertindak sebagai bako, meskipun maksud proses gadai anaknya berasal dari keluarga bako
yaitu YL, kemudian uang yang diberikan oleh bako mngembalikan uang pemberian bako yang pernah
sewaktu anaknya digadaikan yaitu Rp. 20.0000. diberikan kepada orang tua sewaktu proses gadai di
Dapat disimpulkan bahw kedatangan orang rumah bako. Pada proses penyerahan anak,
tua ke rumah bako merupakan tahapan yang sangat hantaran tidak hanya berupa uang yang diberikan
penting dalam pelaksanaan tradisi manggadaikan oleh orang tua kepada bakonya tetapi juga ada
anak, karena di rumah bakolah pelaksanaan hantaran berupa bahan-bahan dapur, seperti beras,
tersebut dilakukan, dengan datangnya orang tua ke cabe, bawang, minyak, kelapa dan lain-lainnya.
rumah bako barulah proses manggadaikan anak Jadi pada saat penebusan gadai inilah orang
tersebut dapat dilaksanakan kemudian adanya tua harus mengembalikan uang dan tersebut, akan
seorang saksi yang diadakan pada saat proses gadai tetapi biasanya pemberian tersebut lebih besar
tersebut, tujuannya agar masyarakat sekitar dengan yang telah di berikan bako kepada orang
mengetahui bahwa anak tersebut telah digadaikan, tua. Seperti halnya yang dilakukan oleh DH, SW
kemudian ketika seorang anak telah digadaikan, dan UK, sebagai orang tua yang manggadaikan
maka anak tersebut tinggal di rumah bako paling anak mereka melakukan penebusan gadai terhadap
lama satu hari saja. anaknya.
Bahwa pada saat orang tua menggadaikan Seperti halnya yang dilakukan oleh DH,
anaknya, adanya saksi yang dibawa pada saat ketika masa gadai anaknya telah habis, maka DH
proses gadai akan dilakukan. Sesuai dengan aturan datang kembali kerumah bako untuk melakukan
yang telah dijalankan anak yang digadaikan harus tebusan dan mengambil anaknya karena di rumah
tinggal bersama bako paling tidak selama satu hari bakolah tebusan gadai tersebut dilakukan, akan
saja karena selama anak digadaikan anak adalah tetapi pada saat DH datang ke rumah bako untuk
milik bako, artinya ketika orang tua telah membawa anaknya kembali, uang untuk tebusan
manggadaikan anaknya berarti menyerahkan tersebut belum diberikan namun DH dapat
kepada orang lain, orang tersebut berhak atas gadai membawa anaknya, karena pada saat itu terjadi
tersebut. kesepakatan antara DH dan NS yang bertindak
Begitu juga dengan bako selama anak sebagai bako bahwa tebusan tersebut akan dibayar
digadaikan di rumah bako, bakolah yang menjadi ketika nanti anaknya khitanan.
orang tuanya selain makan dan minumnya semua Selanjutnya penebusan gadai yang
kegiatannya selama satu hari masa gadai tersebut dilakukan oleh SW masih di tahun 1999 sehari
dilakukan di rumah bako. Namun pada saat ini hal setelah anak digadai, kemudian besoknya setelah
seperti itu sudah mulai agak berubah, ada orang tua masa gadai habis SW datang kembali ke rumah
yang menggadaikan anaknya pada waktu pagi hari, bako untuk melakukan tebusan gadai dan
maka pada sore harinya anak yang telah digadaikan menjemput anaknya. Ketika SW ingin membawa
akan dijemput kembali oleh orang tuanya. Ada juga kembali anaknya uang tebusan tersebut juga
orang tua yang ketika manggadaikan anaknya diberikan pada saat itu juga, dimana terjadinya
langsung pada saat itu juga anaknya dibawa pulang serah terima antara SW dan NS pada saat itu.
kembali. Ketika NS selaku bako mengembalikan
Adapun orang-orang yang terlibat didalam anak tersebut pada saat yang bersamaan juga SW
pelaksanaan tradisi manggadaikan anak ini selain selaku orang tua memberikan uang kepada bako
orang tua dan bako ada salah seorang kerabat dari sekaligus mengembalikan uang yang pernah
pihak keluarga orang tua atau bako yang diberikan oleh bako kepada orang tua.
menyaksikan proses gadai tersebut. Tujuannya Adapun seserahan yang diberikan oleh SW
yaitu agar orang yang menjadi saksi tersebut pada waktu itu adalah uang sebanyak Rp. 100.000
memberitahukan kepada masyarakat jika anak dan bahan-bahan untuk masakan seperti beras,
tersebut telah digadaikan. minyak, kelapa, cabe, bawang dan lain-
lainnya.Uang tersebut diletakkan diatas bahan
4. Penebusan Gadai makanan dan langsung diserahkan kepada bako,
Penebusan gadai ini merupakan sebuah dengan berakhirnya penebusan tersebut maka
tahapan akhir dalam pelaksanaan tradisi berakhirlah gadai anak di rumah bako.
manggadaikan anak. Penebusan gadai ini Terakhir penebusan gadai yang dilakukan
dilakukan oleh orang tua ketika masa gadai oleh UK juga sama caranya seperti yang dilakukan
anaknya di rumah bako telah selesai, untuk dapat oleh DH dan SW. Hanya saja UK sewaktu
membawa anaknya kembali orang tua harus menjemput anaknya kembali uang tebusan tersebut
melakukan tebusan gadai tersebut. tidak langsung diserahkan pada saat itu juga, akan
Dalam penebusan gadai ini adanya sebuah tetapi ketika nanti anaknya akan khitanan.
kegiatan serah terima antara bako dan orang tua,
dimana ketika bako menyerahkan kembali anak
tersebut kepada orang tuanya maka pada saat yang
bersamaan orang tua juga memberikan sesuatu baik
itu berupa uang atau emas kepada bako, sekaligus
Meskipun begitu ada juga orang tua yang Menentukan hari merupakan tahapan yang
sewaktu manggadaikan anaknya, ketika dilakukan penting juga dalam pelaksanaan tradisi
tebusan gadai tersebut tidak langsung ditebus pada manggadaikan anak, menentukan hari ini dilakukan
saat ketika membawa anaknya pulang kembali, di rumah bako, dimana orang tua dan dan bako
namun ada sebuah bentuk kesepakatan antara orang mencari kesepakatan untuk menentukan kapan hari
tua dan bako bahwa tebusan terhadap gadai baiknya proses gadai tersebut dilaksanakan.
tersebut akan dibayar ketika anak akan menikah. Datang ke rumah bako untuk melaksanakan
Maka dapat disimpulkan bahwa pada saat proses manggadaikan anak tersebut dilakukan di
masa gadai seorang anak telah berakhir maka rumah bako. dimana orang tua datang ke rumah
adanya masa penebusan gadai yaitu dimana untuk bako untuk manggadaikan anaknya.
dapat membawa anaknya kembali orang tua harus Penebusan Gadai, Dalam penebusan dalam
melakukan tebusan terhadap anaknya yang telah penebusan tersebut orang tua mengembalikan uang
digadaikan di rumah bako. Dalam proses yang pernah diberikan oleh bako pada saat
penebusan anak, orang tua akan membawa manggadaikan anak. Pada waktu penebusan gadai
hantaran yang akan diberikan kepada bako. Pada ini adanya sebuah kegiatan serah terima antara
waktu penebusan gadai ini dimana orang tua juga bako dan orang tua, dimana ketika bako
mengembalikan uang yang telah diberikan oleh menyerahkan kembali anak tersebut kepada orang
bako pada waktu anak digadaikan. tuanya maka pada saat yang bersamaan orang tua
Misalkan pada saat digadaikan bako juga mengembalikan uang yang telah diberikan
memberikan uang sebesar Rp 10.000-20.000, maka oleh bako pada waktu anak digadaikan.
orang tua memberikan lebih dari itu bisa saja Berdasarkan masalah yang penulis
sekitar Rp 100000, atau bahkan lebih. Ada juga kemukakan dalam skripsi ini, maka penulis dapat
orang tua yang memberikan emas ketika waktu memberikan saran sebagai berikut :
melakukan penebusan tersebut. Kepada Pemerintah Nagari Koto Nan Tigo
Dalam memberikan hantaran penebusan Selatan Surantih Kecamatan Sutera Kabupaten
anak, orang tua akan menyertai hantaran tersebut Pesisir Selatan lebih bisa mempertahankan
dengan bahan-bahan dapur. Hantaran berupa keetnikan tradisi yang hidup dan berkembang di
bahan-bahan masakan ini dianggap sebagai wilayah tersebut sebagai identitas keetnikan bagi
penggati makan selama anak berada di rumah bako. wilayah masing-masing.
Tujuannya dilakukan ini agar membuat senang atau Kepada tokoh adat Nagari Koto Nan Tigo
bangga bako terhadap keluarga anak tersebut, dan Selatan Surantih, agar dapat mengayomi generasi
bagi orang tua juga tidak merasa malu terhadap apa muda untuk melestarikan tradisi yang berkembang
yang mereka berikan kepada bako. di Nagari Koto Nan Tigo Selatan Surantih tersebut
Fenomena sosial dalam kehidupan manusia khususnya tradisi manggadaikan anak.
dipusatkan pada perhatian terhadap kenyataan yang Khususnya untuk pembaca dan penulis
penting atau yang pokok dari tindakan manusia dapat dijadikan tambahan wawasan ilmu
serta mempelajari proses pembentukan dan pengetahuan tentang tradisi yang ada di Nagari
pemeliharaan hubungan sosial. Koto Nan Tigo Selatan Surantih Kecamatan Sutera
Berdasarkan hal tersebut, tradisi Kabupaten Pesisir Selatan serta sebagai sumber
manggadaikan anak ini dilakukan untuk bahan untuk pedoman dan sumber informasi
menghindari hal-hal buruk yang tidak diinginkan mengenai tradisi yang ada di Nagari Koto Nan Tigo
yang akan menimpa anak dan ayahnya, selain itu Selatan Surantih Kecamatan Sutera Kabupaten
juga dapat mempererat hubungan yang harmonis Pesisir Selatan.
dan menjaga silahturahmi antara orang tua dan
bako Daftar Pustaka

Kesimpulan dan Saran Ihromi, TO. 2006. Pokok-Pokok Antropologi


Dari penelitian yang penulis lakukan di Budaya. Jakarta: Yayasa Obor Indonesia.
Nagari koto Nan Tigo Selatan Surantih Kecamatan
Sutera Kabupaten Pesisir Selatan tedapat Moleong, lexy. (2013). Metodologi Penelitian
kesimpulan bahwa: kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT
persiapan anak dan bako maksudnya yaitu Rosdakarya.
untuk manggadaikan seorang anak orang tua
mempersiapkan anaknya yang memiliki kemiripan Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Peelitian.
atau kesamaan secara fisik dengan ayahnya. Jakarta: Kencana
Apabila orang tua tidak manggadaikan anaknya
yang mirip dengan orang tua laki-lakinya maka Sangadji, dkk. 2010. Metodologi
salah satu diantara anak dan ayah tersebut akan Penelitian.Yogyakarta: CV. Andi.
mengalah (meninggal dunia).
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, . 1997. Pokok-Pokok
Kualitatif dan R & D. Bandung: Sosiologi Hukum. Jakarta: PT Rineke
Alfabeta. Cipta.

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu


Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

You might also like