Professional Documents
Culture Documents
Persepsi Wisatawan Terhadap Kelestarian Lingkungan Di Kawasan Punclut Bandung
Persepsi Wisatawan Terhadap Kelestarian Lingkungan Di Kawasan Punclut Bandung
net/publication/348183197
CITATIONS READS
0 40
6 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Role of Tourist Guide of Bandros City Tour Bus in introducing or educating people upon history and heritage of Bandung City View project
All content following this page was uploaded by Rusdin Tahir on 21 February 2021.
Irwan1), Rusdin Tahir2), Mohamad Liga Suryadana3), Nurul Aldha Mauliddina Siregar4),
Fahriza Junizar5), Aping Firman Juliansyah6)
Abstract
Bandung is one of the best tourist destinations in Indonesia and Southeast Asia. Bandung has
its own charm as a tourist spot with a variety of tourist attractions ranging from natural, culinary,
heritage and cultural tourism. Tourism supports 40% of Bandung City's Regional Revenue and
one of the tourist areas is Punclut. At first Punclut area was a green hills. Since the 1990s, there
have been many travelers go to Punclut just to exercise in the morning. Now, there were more
and more travelers with varied purposes, like for having meals or just hang out. Slowly, more
and more commercial buildings were built in this area. Most of the designation is for
restaurants. This conditions of course has an impact on the ecology of the area. Therefore, the
authors conducted a study to determine an environmental sustainability in the Punclut area
through the perceptions of tourists who have come to Punclut. The research was conducted
using a qualitative method by conducting literature studies and distributing digital
questionnaires through the Google Docs application. The results showed that environmental
sustainability in the Punclut area was perceived by tourists who had visited there as "moderate"
with a "good" tendency.
397
Persepsi Wisatawan Terhadap Kelestarian Lingkungan Di Kawasan Punclut Bandung (Tamrin, et al)
yang cukup besar sehingga menjadi harapan justru dimanfaatkan warga sebagai tanah
untuk mengentaskan kemiskinan (Bank garapan pertanian karena pemerintah tidak
Indonesia, 2018). Hal ini yang menyebabkan memiliki anggaran. Hal ini yang
daerah-daerah di Indonesia menjadikan menyebabkan kawasan Punclut secara bebas
pariwisata sebagai sector unggulan, salah digarap tanpa memperhatikan RTRW
satunya Kota Bandung. kawasan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh
Kota Bandung memiliki daya tarik pemilik lahan dengan mengubah fungsinya
tersendiri sebagai tempat wisata karena kedalam bentuk yang lain.
memiliki beragam atraksi wisata mulai dari Beragam instrumen kebijakan telah
wisata alam, kuliner, heritage dan budaya. dikeluarkan guna menjaga wilayah KBU
Sejak tahun 1920, Bandung sudah menjadi tetap lestari sebagai kawasan lindung
tempat liburan oleh para bangsawan Belanda konservasi. Tetapi faktanya kawasan ini
(A. R. Soemardi, 2006). Lokasi Bandung menjadi salah satu kawasan konservasi
yang relatif dekat dengan Jakarta sebagai ibu tangkapan air yang kini telah beralih fungsi
kota negara menjadi salah satu alasan menjadi perumahan, resort, apartemen, dll.
mengapa Bandung selalu ramai dikunjungi (Daverta, 2013). Hal ini sejalan dengan
oleh wisatawan, terlebih jika berkunjung penelitian yang dilakukan Gde Oka Putra
diakhir pekan. Hal ini perlu menjadi Wardana et al., (2018) bahwa
perhatian karena perluasan pariwisata yang pengembangan hotel, resor, dan villa baru
cepat dan tidak terkendali dapat telah mengambil jumlah lahan secara
menghasilkan pembentukan mass tourism signifikan. Selain SK Gubernur, sampai
(pariwisata massal) yang berpotensi tahun 2005 sudah diterbitkan juga sembilan
membawa dampak signifikan pada daerah surat edaran yang menjadi instrumen
tersebut tersebut (Rindrasih et al., 2019). kebijakan meningkatkan legalitas KBU
Puncak Ciumbuleuit di Kawasan menjadi wilayah konservasi (Wibowo,
Bandung Utara (KBU) kini menjadi salah 2005).
satu kawasan wisata yang ramai Kondisi ini menjadi satu paradoks bagi
pengunjung. Keindahan pemandangan wilayah Bandung yang harus dicari
(beauty scenic) serta iklim sejuk dan bersih solusinya bersama-sama. Di satu sisi,
menjadi daya tarik yang unik. Namun, pariwisata menjadi salah satu sektor yang
ramainya pengunjung dan maraknya menunjang lapangan kerja dan pendapatan
pembangunan sarana pariwisata di KBU bagi daerah (I. K. Sumantra et al., 2018; K.
dapat membawa penurunan mutu serta Sumantra, 2017) serta menjadi sumber
kwalitas lingkungan hidupnya. Hal ini perlu perekonomian penduduk (Raju et al., 2019;
diatur sedemikian rupa karena menurut Ruzic & Sutic, 2014), namun di sisi lain
Khamdevi & Bott (2018), tidak adanya menjadi penyebab kerusakan lingkungan
regulasi dan pertumbuhan akomodasi baru (Ghobadi & Verdian, 2016; Raju et al.,
yang berlebihan yang tidak diatur dengan 2019) yang sangat berbahaya bila tidak
tepat dapat merusak lingkungan sekitar. dikendalikan. Perbedaan pandangan seperti
Pada jaman penjajahan Belanda, ini tentunya menimbulkan banyak persepsi
Punclut adalah kawasan erfpacht yaitu lahan masyarakat terutama wisatawan yang ingin
milik negara yang disewakan pada menikmati keindahan kota bandung dari
pengusaha perkebunan. Kemudian pada Puncak Ciumbuleuit.
1961, melalui surat Menteri Agraria, Secara etimologis pengertian persepsi
pemerintah memberikan hak milik tanah adalah berasal dari bahasa Inggris yaitu
tersebut kepada 948 pejuang kemerdekaan perception atau dalam bahasa Latin yaitu
sebagai bentuk perhatian negara. Lahan perceptio, diambil dari kata percipare yang
yang semula akan dijadikan pemukiman artinya menerima atau mengambil (Sobur,
398
EnviroScienteae Vol. 16 No. 3, November 2020 Hal. 397-407
399
Persepsi Wisatawan Terhadap Kelestarian Lingkungan Di Kawasan Punclut Bandung (Tamrin, et al)
Kawasan Punclut lebih dari 1 kali dan Bandung. Keindahan gemerlap lampu Kota
sisanya baru pertama kali berkunjung ke Bandung dimalam hari menjadi daya tarik
Kawasan Punclut. Domisili responden dari Kawasan ini (Gambar 1).
diketahui berasal dari 10 kota di Indonesia
yang di dominasi sebanyak 65% atau 32
orang responden dari Kota Bandung, 16%
atau 8 orang responden dari wilayah Jakarta
dan sisanya tersebar berasal dari wilayah
Cimahi, Jatinangor, Subang, Garut, Bekasi,
Banten, Sleman dan Denpasar, dengan jenis
kelamin yang berimbang yaitu 25 orang laki-
laki dan 24 orang perempuan.
Sementara untuk kelompok usia,
responden terbagi menjadi empat kelompok
usia yaitu responden dengan usia di bawah Gambar 1. Gemerlap lampu Kota Bandung
20 tahun, usia 21-25 tahun, usia 26-30 tahun, dilihat dari Kawasan Punclut
dan kelompok terakhir yaitu dengan usia di
atas 36 tahun. Dengan ketinggian 850-1000 mdpl,
nama Punclut merupakan singkatan dari
Tabel 1. Data Usia Responden Puncak Ciumbuleuit. Singkatan ini
Klasifikasi Jumlah Presentase digunakan oleh masyarakat karena Kawasan
No. Umur Responden (%) ini merupakan puncak bukit yang akses
masuk utamanya adalah dari Kawasan
1 < 20 tahun 17 14,29%
2 21 – 25 22 44,90% Ciumbuleuit yang kini telah berubah fungsi
3 26 – 30 6 12,24% dari Kawasan hutan lindung menjadi
4 > 36 tahun 14 28,57% pemukiman. Hasil penelitian Fadjarani
Jumlah 49 100% (2008) menunjukkan bahwa telah terjadi
konversi lahan dari hutan produksi/hutan
Dari angket yang disebarkan oleh lindung dan perkebunan/pertanian pada
penulis juga diketahui bahwa sebanyak 57% tahun 2001 menjadi lahan terbangun seperti
atau 28 orang responden merupakan permukiman, pertokoan/pasar, dan institusi
wisatawan yang bergerak di sektor swasta pada tahun 2005.
dan 35% atau sebanyak 17 orang responden WALHI atau Wahana Lingkungan
adalah kelompok pelajar/mahasiswa dan Hidup Wilayah Jawa Barat juga
sisanya merupakan ASN dan anggota mengkhawatirkan hal yang sama. Manager
TNI/POLRI. Pendidikan dan Kederisasi Walhi Jabar,
Haerudin Inas menerangkan bahwa
Gambaran Kawasan Punclut pihaknya turut prihatin terhadap kondisi
Kawasan Punclut karena jumlah
Kawasan Punclut merupakan suatu pelanggaran dikawasan ini terus meningkat.
kawasan yang berada di Kawasan Bandung Hingga akhir 2018 pihaknya menemukan
Utara. Secara administratif, wilayah ini sebanyak 4,144 pelanggaran tata ruang di
termasuk Kelurahan Ciumbuleuit, Kawasan ini (MediaIndonesia.com, 2019).
Kecamatan Cidadap, Kota Bandung. Namun kondisi ini sepertinya luput dari
Kawasan ini berada pada koordinat perhatian wisatawan yang mengunjungi
6°50,842'S 107°37,666'E dan merupakan Kawasan Punclut untuk berwisata.
dataran tinggi dengan luas wilayah lebih Dari data yang diperoleh penulis
kurang 286 Ha dan menjadi paru-paru Kota melalui angket, terlihat bahwa sebanyak
77% wisatawan yang berkunjung ke
400
EnviroScienteae Vol. 16 No. 3, November 2020 Hal. 397-407
Kawasan punclut adalah bertujuan untuk membentuk latar belakang kehidupan kita
berekreasi atau mencari hiburan. 14% sehari-hari sebagai ekspresi dinamis dari
wisatawan mengunjungi Punclut sebagai interaksi antara lingkungan alam dan
destinasi wisata kuliner dan sisanya untuk aktivitas manusia (Antrop, 1998). Bentang
berolah raga. Dari hasil pengambilan data alam juga dianggap penting sebagai
juga di dapat sebanyak 77% wisatawan yang keberadaan dan identitas seseorang.
memutuskan berkunjung ke Kawasan Pemandangan ke sebuah lansekap atau
Punclut lebih memilih untuk melakukan bentang alam bahkan dapat membantu Anda
kunjungan di hari libur atau pada saat pulih dari kondisi stress atau situasi yang
weekend. Sementara sisanya memilih untuk menantang (Velarde et al., 2007).
berkunjung pada hari kerja (senin – jumat). Dengan kondisi geografis yang berupa
Untuk waktu berkunjung wisatawan, bentang alam pegunungan, Kawasan
Sore hingga menjelang malam menjadi Punclut memiliki keindahan alam,
pilihan utama wisatawan ketika berkunjung pemandangan yang indah serta suasana yang
ke Kwasan Punclut. Diperoleh hasil yaitu sejuk, sangat cocok untuk dijadikan
yaitu sebesar 62% memilih untuk destinasi liburan juga wisata kuliner. Dari
berkunjung di sore hingga menjelang malam aspek kelestarian bentang alam di Kawasan
hari, 20% wisatawan memilih berkunjung Punclut, terlihat bahwa sebanyak 52%
dipagi hari dan sisanya yaitu sebesar 18% responden menganggap kondisi Kawasan
wisatawan memilih berkunjung di siang Punclut dalam keadaan baik. Bahkan 21%
hari. Dari kuesioner didapat juga hasil memilih kondisinya sangat baik dan 25%
bahwa sebanyak 47% wisatawan memilih dengan kondisi sedang. Hanya 2% yang
Kawasan Punclut sebagai tujuan utama memilih kondisi sangat buruk, sehingga nilai
berwisata, sementara 51% memilih tempat rata-rata yang didapatkan dari responden
ini sebagai persinggahan setelah berkunjung yang berkunjung ke Kawasan Punclut yaitu
ke tempat lain. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 3.86. Dengan hasil ini dapat
Kawasan Punclut belum menjadi tujuan diartikan bahwa persepsi wisatawan
utama para wisatawan. Kawasan ini hanya terhadap kelestarian bentang alam di
dijadikan tujuan berikutnya atau alternatif kawasan Punclut memiliki nilai “sedang”
setelah berkunjung ke destinasi lain di dengan kecenderungan kuat ke arah “baik”
wilayah Bandung. (Gambar 2.)
401
Persepsi Wisatawan Terhadap Kelestarian Lingkungan Di Kawasan Punclut Bandung (Tamrin, et al)
402
EnviroScienteae Vol. 16 No. 3, November 2020 Hal. 397-407
403
Persepsi Wisatawan Terhadap Kelestarian Lingkungan Di Kawasan Punclut Bandung (Tamrin, et al)
404
EnviroScienteae Vol. 16 No. 3, November 2020 Hal. 397-407
405
Persepsi Wisatawan Terhadap Kelestarian Lingkungan Di Kawasan Punclut Bandung (Tamrin, et al)
406
EnviroScienteae Vol. 16 No. 3, November 2020 Hal. 397-407
407