Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/348183197

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP KELESTARIAN LINGKUNGAN DI


KAWASAN PUNCLUT BANDUNG

Article  in  EnviroScienteae · November 2020

CITATIONS READS

0 40

6 authors, including:

Irwan Tamrin Mohammad Liga Suryadana


Universitas Padjadjaran Sekolah Tinggi Pariwisats Bandung
6 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    6 PUBLICATIONS   7 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Rusdin Tahir Nurul Aldha Mauliddina Siregar


Universitas Padjadjaran Universitas Padjadjaran
97 PUBLICATIONS   62 CITATIONS    5 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Sustainable Tourism View project

Role of Tourist Guide of Bandros City Tour Bus in introducing or educating people upon history and heritage of Bandung City View project

All content following this page was uploaded by Rusdin Tahir on 21 February 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


EnviroScienteae Vol. 16 No. 3, November 2020
ISSN 2302-3708 (online)
Halaman 397-407

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP KELESTARIAN LINGKUNGAN DI


KAWASAN PUNCLUT BANDUNG

Tourist Perception Of Environmental Sustainability In Punclut Area Bandung

Irwan1), Rusdin Tahir2), Mohamad Liga Suryadana3), Nurul Aldha Mauliddina Siregar4),
Fahriza Junizar5), Aping Firman Juliansyah6)

Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia,


1)
e-mail: irwantamrin.wsi@gmail.com
2)
e-mail: rusdin@unpad.ac.id
3)
e-mail: mligasuryada@gmail.com
4)
e-mail: nurul19035@mail.unpad.ac.id
5)
e-mail: junizar.fahriza7@gmail.com
6)
e-mail: firmanjul@gmail.com

Abstract

Bandung is one of the best tourist destinations in Indonesia and Southeast Asia. Bandung has
its own charm as a tourist spot with a variety of tourist attractions ranging from natural, culinary,
heritage and cultural tourism. Tourism supports 40% of Bandung City's Regional Revenue and
one of the tourist areas is Punclut. At first Punclut area was a green hills. Since the 1990s, there
have been many travelers go to Punclut just to exercise in the morning. Now, there were more
and more travelers with varied purposes, like for having meals or just hang out. Slowly, more
and more commercial buildings were built in this area. Most of the designation is for
restaurants. This conditions of course has an impact on the ecology of the area. Therefore, the
authors conducted a study to determine an environmental sustainability in the Punclut area
through the perceptions of tourists who have come to Punclut. The research was conducted
using a qualitative method by conducting literature studies and distributing digital
questionnaires through the Google Docs application. The results showed that environmental
sustainability in the Punclut area was perceived by tourists who had visited there as "moderate"
with a "good" tendency.

Keywords : environmental sustainability; sustainable tourism; punclut; banDUNG

PENDAHULUAN sektor penting untuk dikembangkan.


Pertama, kemampuan pariwisata
Pariwisata menjadi salah satu sektor menyumbangkan devisa setiap tahunnya
yang paling pesat pertumbuhannya di menjadi yang terbesar setelah CPO dan
Indonesia. Menurut data Badan Pusat batubara. Sehingga memberikan
Statistik (BPS), selama tiga tahun terakhir profitabilitas bagi neraca keuangan
mulai dari tahun 2015 hingga tahun 2018, pemerintah. Kedua, karakteristik quick
sektor pariwisata menyumbang kenaikan yielding pariwisata yang dapat dengan cepat
devisa yang cukup signifikan (BPS, 2019). menghasilkan devisa dibanding kegiatan
Ada tiga alasan yang disampaikan oleh Bank ekspor konvensional. Terakhir, daya serap
Indonesia, mengapa pariwisata menjadi tenaga kerjanya juga menjadi salah satu

397
Persepsi Wisatawan Terhadap Kelestarian Lingkungan Di Kawasan Punclut Bandung (Tamrin, et al)

yang cukup besar sehingga menjadi harapan justru dimanfaatkan warga sebagai tanah
untuk mengentaskan kemiskinan (Bank garapan pertanian karena pemerintah tidak
Indonesia, 2018). Hal ini yang menyebabkan memiliki anggaran. Hal ini yang
daerah-daerah di Indonesia menjadikan menyebabkan kawasan Punclut secara bebas
pariwisata sebagai sector unggulan, salah digarap tanpa memperhatikan RTRW
satunya Kota Bandung. kawasan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh
Kota Bandung memiliki daya tarik pemilik lahan dengan mengubah fungsinya
tersendiri sebagai tempat wisata karena kedalam bentuk yang lain.
memiliki beragam atraksi wisata mulai dari Beragam instrumen kebijakan telah
wisata alam, kuliner, heritage dan budaya. dikeluarkan guna menjaga wilayah KBU
Sejak tahun 1920, Bandung sudah menjadi tetap lestari sebagai kawasan lindung
tempat liburan oleh para bangsawan Belanda konservasi. Tetapi faktanya kawasan ini
(A. R. Soemardi, 2006). Lokasi Bandung menjadi salah satu kawasan konservasi
yang relatif dekat dengan Jakarta sebagai ibu tangkapan air yang kini telah beralih fungsi
kota negara menjadi salah satu alasan menjadi perumahan, resort, apartemen, dll.
mengapa Bandung selalu ramai dikunjungi (Daverta, 2013). Hal ini sejalan dengan
oleh wisatawan, terlebih jika berkunjung penelitian yang dilakukan Gde Oka Putra
diakhir pekan. Hal ini perlu menjadi Wardana et al., (2018) bahwa
perhatian karena perluasan pariwisata yang pengembangan hotel, resor, dan villa baru
cepat dan tidak terkendali dapat telah mengambil jumlah lahan secara
menghasilkan pembentukan mass tourism signifikan. Selain SK Gubernur, sampai
(pariwisata massal) yang berpotensi tahun 2005 sudah diterbitkan juga sembilan
membawa dampak signifikan pada daerah surat edaran yang menjadi instrumen
tersebut tersebut (Rindrasih et al., 2019). kebijakan meningkatkan legalitas KBU
Puncak Ciumbuleuit di Kawasan menjadi wilayah konservasi (Wibowo,
Bandung Utara (KBU) kini menjadi salah 2005).
satu kawasan wisata yang ramai Kondisi ini menjadi satu paradoks bagi
pengunjung. Keindahan pemandangan wilayah Bandung yang harus dicari
(beauty scenic) serta iklim sejuk dan bersih solusinya bersama-sama. Di satu sisi,
menjadi daya tarik yang unik. Namun, pariwisata menjadi salah satu sektor yang
ramainya pengunjung dan maraknya menunjang lapangan kerja dan pendapatan
pembangunan sarana pariwisata di KBU bagi daerah (I. K. Sumantra et al., 2018; K.
dapat membawa penurunan mutu serta Sumantra, 2017) serta menjadi sumber
kwalitas lingkungan hidupnya. Hal ini perlu perekonomian penduduk (Raju et al., 2019;
diatur sedemikian rupa karena menurut Ruzic & Sutic, 2014), namun di sisi lain
Khamdevi & Bott (2018), tidak adanya menjadi penyebab kerusakan lingkungan
regulasi dan pertumbuhan akomodasi baru (Ghobadi & Verdian, 2016; Raju et al.,
yang berlebihan yang tidak diatur dengan 2019) yang sangat berbahaya bila tidak
tepat dapat merusak lingkungan sekitar. dikendalikan. Perbedaan pandangan seperti
Pada jaman penjajahan Belanda, ini tentunya menimbulkan banyak persepsi
Punclut adalah kawasan erfpacht yaitu lahan masyarakat terutama wisatawan yang ingin
milik negara yang disewakan pada menikmati keindahan kota bandung dari
pengusaha perkebunan. Kemudian pada Puncak Ciumbuleuit.
1961, melalui surat Menteri Agraria, Secara etimologis pengertian persepsi
pemerintah memberikan hak milik tanah adalah berasal dari bahasa Inggris yaitu
tersebut kepada 948 pejuang kemerdekaan perception atau dalam bahasa Latin yaitu
sebagai bentuk perhatian negara. Lahan perceptio, diambil dari kata percipare yang
yang semula akan dijadikan pemukiman artinya menerima atau mengambil (Sobur,

398
EnviroScienteae Vol. 16 No. 3, November 2020 Hal. 397-407

2016). Sobur juga mengatakan persepsi kelestarian lingkungan yaitu kelestarian


dalam arti sempit adalah penglihatan, yaitu bentang alam (Aspek A), kelestarian
bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. pepohonan (Aspek B), kebersihan air
Sedangkan dalam arti luas persepsi adalah (Aspek C), kebersihan udara (Aspek D),
pandangan atau pengertian yaitu pengelolaan sampah (Aspek E), dan
sebagaimana seseorang memandang atau pencemaran suara (Aspek F). Sedangkan
mengartikan sesuatu. Dalam hal pariwisata, untuk bobot penilaian, penulis
persepsi terhadap penampilan atau bentuk menggunakan Skala Likert sebagai skala
geografis didalam pikiran dibentuk oleh ukur dengan 5 tingkat jawaban 1-5 (Sangat
pengetahuan atau ekspektasi wisatawan dan Buruk – Sangat Baik).
membantu wisatawan itu sendiri untuk Setelah semua kuesioner terisi, penulis
merasakan pengalaman disebuah destinasi menjumlahkan total angka pada setiap aspek
pariwisata secara efisien (Aktas et al., 2019). tertentu lalu membagi dengan jumlah
Menyadari fenomena ini, penulis ingin responden yaitu sebanya 49 responden.
mengetahui lebih jauh tentang “Persepsi Dengan demikian, untuk setiap aspek,
wisatawan terhadap kelestarian lingkungan penulis mendapatkan satu nilai rata-rata dari
di kawasan Punclut Bandung”. Penulis jawaban responden. Nilai itulah yang
menentukan perumusan masalah penelitian penulis anggap mewakili persepsi
ini yaitu bagaimana persepsi wisatawan wisawatan terhadap aspek lingkungan
terhadap kelestarian lingkungan di Kawasan tertentu di kawasan Punclut. Data yang telah
Punclut Bandung dilihat dari aspek terhimpun kemudian disajikan dalam bentuk
kelestarian yang menurut penulis bisa tabel dan grafik (Sugiyono, 2011) kemudian
dijadikan indicator yaitu bentang alam, dianalisa dan diinterpretasi sesuai dengan
kelestarian pepohonan, kebersihan air, beberapa indikator kelestarian lingkungan
kebersihan udara, pengelolaan sampah, dan hidup.
pencemaran suara. Pada langkah akhir, nilai rata-rata dari
setiap aspek tersebut akan dijumlahkan lagi
secara keseluruhan kemudian dibagi dengan
METODE PENELITIAN enam aspek yang dijadikan indikator. Maka
akan didapatkan nilai akhir kelestarian
Penelitian ini adalah penelitian dengan lingkungan di Kawasan Punclut menurut
menggunakan metode kualitatif dengan persepsi wisatawan yang pernah berkunjung
teknik pengumpulan data yang dilakukan ke wilayah tersebut.
melalui survey dan studi literatur.
Penyebaran kuesioner diberikan kepada para
wisatawan yang pernah berkunjung ke HASIL DAN PEMBAHASAN
Kawasan Punclut dengan teknik Probability
Sampling dimana teknik ini memberikan Karakteristik Responden
peluang atau kesempatan yang sama.
Metode pengambilan data kuesioner Responden penelitian berjumlah 49
menggunakan simple random sampling orang yang merupakan wisatawan yang
dimana penulis menyebarkan angket digital sudah pernah mengunjungi Kawasan
secara acak ke banyak grup whatsapp dan Punclut. Penyebaran angket dilakukan
telah menerima pengisian angket sejumlah secara online dan disebarkan secara acak
49 responden yang dilakukan selama bulan melalui aplikasi Whatsapp dimana
Maret – April 2020. didapatkan hasil yaitu sebesar 88% atau
Pada pengisian angket, penulis sebanyak 43 orang diantara responden
berfokus terhadap enam aspek penilaian tersebut sudah pernah mengunjungi

399
Persepsi Wisatawan Terhadap Kelestarian Lingkungan Di Kawasan Punclut Bandung (Tamrin, et al)

Kawasan Punclut lebih dari 1 kali dan Bandung. Keindahan gemerlap lampu Kota
sisanya baru pertama kali berkunjung ke Bandung dimalam hari menjadi daya tarik
Kawasan Punclut. Domisili responden dari Kawasan ini (Gambar 1).
diketahui berasal dari 10 kota di Indonesia
yang di dominasi sebanyak 65% atau 32
orang responden dari Kota Bandung, 16%
atau 8 orang responden dari wilayah Jakarta
dan sisanya tersebar berasal dari wilayah
Cimahi, Jatinangor, Subang, Garut, Bekasi,
Banten, Sleman dan Denpasar, dengan jenis
kelamin yang berimbang yaitu 25 orang laki-
laki dan 24 orang perempuan.
Sementara untuk kelompok usia,
responden terbagi menjadi empat kelompok
usia yaitu responden dengan usia di bawah Gambar 1. Gemerlap lampu Kota Bandung
20 tahun, usia 21-25 tahun, usia 26-30 tahun, dilihat dari Kawasan Punclut
dan kelompok terakhir yaitu dengan usia di
atas 36 tahun. Dengan ketinggian 850-1000 mdpl,
nama Punclut merupakan singkatan dari
Tabel 1. Data Usia Responden Puncak Ciumbuleuit. Singkatan ini
Klasifikasi Jumlah Presentase digunakan oleh masyarakat karena Kawasan
No. Umur Responden (%) ini merupakan puncak bukit yang akses
masuk utamanya adalah dari Kawasan
1 < 20 tahun 17 14,29%
2 21 – 25 22 44,90% Ciumbuleuit yang kini telah berubah fungsi
3 26 – 30 6 12,24% dari Kawasan hutan lindung menjadi
4 > 36 tahun 14 28,57% pemukiman. Hasil penelitian Fadjarani
Jumlah 49 100% (2008) menunjukkan bahwa telah terjadi
konversi lahan dari hutan produksi/hutan
Dari angket yang disebarkan oleh lindung dan perkebunan/pertanian pada
penulis juga diketahui bahwa sebanyak 57% tahun 2001 menjadi lahan terbangun seperti
atau 28 orang responden merupakan permukiman, pertokoan/pasar, dan institusi
wisatawan yang bergerak di sektor swasta pada tahun 2005.
dan 35% atau sebanyak 17 orang responden WALHI atau Wahana Lingkungan
adalah kelompok pelajar/mahasiswa dan Hidup Wilayah Jawa Barat juga
sisanya merupakan ASN dan anggota mengkhawatirkan hal yang sama. Manager
TNI/POLRI. Pendidikan dan Kederisasi Walhi Jabar,
Haerudin Inas menerangkan bahwa
Gambaran Kawasan Punclut pihaknya turut prihatin terhadap kondisi
Kawasan Punclut karena jumlah
Kawasan Punclut merupakan suatu pelanggaran dikawasan ini terus meningkat.
kawasan yang berada di Kawasan Bandung Hingga akhir 2018 pihaknya menemukan
Utara. Secara administratif, wilayah ini sebanyak 4,144 pelanggaran tata ruang di
termasuk Kelurahan Ciumbuleuit, Kawasan ini (MediaIndonesia.com, 2019).
Kecamatan Cidadap, Kota Bandung. Namun kondisi ini sepertinya luput dari
Kawasan ini berada pada koordinat perhatian wisatawan yang mengunjungi
6°50,842'S 107°37,666'E dan merupakan Kawasan Punclut untuk berwisata.
dataran tinggi dengan luas wilayah lebih Dari data yang diperoleh penulis
kurang 286 Ha dan menjadi paru-paru Kota melalui angket, terlihat bahwa sebanyak
77% wisatawan yang berkunjung ke

400
EnviroScienteae Vol. 16 No. 3, November 2020 Hal. 397-407

Kawasan punclut adalah bertujuan untuk membentuk latar belakang kehidupan kita
berekreasi atau mencari hiburan. 14% sehari-hari sebagai ekspresi dinamis dari
wisatawan mengunjungi Punclut sebagai interaksi antara lingkungan alam dan
destinasi wisata kuliner dan sisanya untuk aktivitas manusia (Antrop, 1998). Bentang
berolah raga. Dari hasil pengambilan data alam juga dianggap penting sebagai
juga di dapat sebanyak 77% wisatawan yang keberadaan dan identitas seseorang.
memutuskan berkunjung ke Kawasan Pemandangan ke sebuah lansekap atau
Punclut lebih memilih untuk melakukan bentang alam bahkan dapat membantu Anda
kunjungan di hari libur atau pada saat pulih dari kondisi stress atau situasi yang
weekend. Sementara sisanya memilih untuk menantang (Velarde et al., 2007).
berkunjung pada hari kerja (senin – jumat). Dengan kondisi geografis yang berupa
Untuk waktu berkunjung wisatawan, bentang alam pegunungan, Kawasan
Sore hingga menjelang malam menjadi Punclut memiliki keindahan alam,
pilihan utama wisatawan ketika berkunjung pemandangan yang indah serta suasana yang
ke Kwasan Punclut. Diperoleh hasil yaitu sejuk, sangat cocok untuk dijadikan
yaitu sebesar 62% memilih untuk destinasi liburan juga wisata kuliner. Dari
berkunjung di sore hingga menjelang malam aspek kelestarian bentang alam di Kawasan
hari, 20% wisatawan memilih berkunjung Punclut, terlihat bahwa sebanyak 52%
dipagi hari dan sisanya yaitu sebesar 18% responden menganggap kondisi Kawasan
wisatawan memilih berkunjung di siang Punclut dalam keadaan baik. Bahkan 21%
hari. Dari kuesioner didapat juga hasil memilih kondisinya sangat baik dan 25%
bahwa sebanyak 47% wisatawan memilih dengan kondisi sedang. Hanya 2% yang
Kawasan Punclut sebagai tujuan utama memilih kondisi sangat buruk, sehingga nilai
berwisata, sementara 51% memilih tempat rata-rata yang didapatkan dari responden
ini sebagai persinggahan setelah berkunjung yang berkunjung ke Kawasan Punclut yaitu
ke tempat lain. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 3.86. Dengan hasil ini dapat
Kawasan Punclut belum menjadi tujuan diartikan bahwa persepsi wisatawan
utama para wisatawan. Kawasan ini hanya terhadap kelestarian bentang alam di
dijadikan tujuan berikutnya atau alternatif kawasan Punclut memiliki nilai “sedang”
setelah berkunjung ke destinasi lain di dengan kecenderungan kuat ke arah “baik”
wilayah Bandung. (Gambar 2.)

Kelestarian Bentang Alam Sangat


Buruk Buruk
Sangat 0%
Bentang alam atau lansekap biasanya 2%
Baik
menjadi modal dalam pengembangan 21% 11 Sedang Sangat Buruk
10
destinasi pariwisata. Keindahan yang 12 25% Buruk
tercipta dari bentang alam seringkali Sedang
menjadi alasan utama wisatawan memilih
Baik
untuk berkunjung ke tempat tersebut. The
Baik 25 Sangat Baik
European Landscape Convention 52%
mendefinisikan bentang alam sebagai suatu
kawasan, sebagaimana dipersepsikan oleh Gambar 2. Persepsi Wisatawan Terhadap
masyarakat, yang karakternya merupakan Bentang Alam Kawasan
hasil dari tindakan dan interaksi faktor alam Punclut
dan atau manusia (Council of Europe, 2000).
Bentang alam memiliki peranan
penting bagi manusia. Bentang alam

401
Persepsi Wisatawan Terhadap Kelestarian Lingkungan Di Kawasan Punclut Bandung (Tamrin, et al)

Kelestarian Pepohonan Sangat


Buruk
Kelestarian pepohonan atau Sangat 4% Buruk
8% Sangat Buruk
penghijauan sangat diperlukan untuk Baik
22% Buruk
menunjang kwalitas lingkungan di sebuah
destinasi pariwisata. Bahkan sebuah Sedang Sedang
penelitian di Taiwan menunjukkan bahwa Baik 35% Baik
ruang terbuka dan pentingnya pepohonan 31% Sangat Baik
adalah alat prediksi positif yang signifikan
(Lin & Zhang, 2011). Secara khusus, Gambar 3. Persepsi Wisatawan Terhadap
pepohonan dan ruang terbuka hijau juga bisa Aspek Pengijauan Kawasan
dijadikan alat untuk memprediksi Punclut
kesenangan dan gairah, yang menghasilkan
emosi positif dengan intensitas tinggi Kelestarian Air Bersih
(Bonnes et al., 2018).
Saat ini sudah banyak wilayah di Pariwisata sangat bergantung pada
Indonesia yang mulai sadar dan memulai sumber daya air bersih dan juga berpengaruh
pembangunan yang berorientasi terhadap dalam penggunaan air bersih itu sendiri.
pemanfaatan pepohonan, dengan membuat Wisatawan membutuhkan ketersediaan air
perancangan kebijakan publik terkait pada saat berpartisipasi dalam kegiatan
tentang kelestarian pepohonan dan bahkan outdoor activities, pada saat menggunakan
berambisi dalam penanaman pepohonan toilet, area kesehatan atau untuk kebutuhan
(Musawantoro et al., 2020). Hal ini kolam renang. Air bersih juga dibutuhkan
membuktikan betapa pentingnya kelestarian untuk memelihara taman dan lansekap bagi
pepohonan bagi masyarakat. pemilik hotel, restoran dan daya tarik wisata
Seperti halnya di Kawasan Punclut lainnya (Gössling et al., 2012).
penulis mendapatkan hasil angket dari Seiring dengan bertambahnya jumlah
persepsi wisatawan untuk aspek kelestarian wisatawan yang mengunjungi suatu
pepohonan yaitu sebanyak 22% responden destinasi pariwisata maka akan semakin
menilai sangat baik, 31% dengan kondisi banyak pula kebutuhan akan penggunaan air
baik dan 35% responden menilai kondisi di daerah tersebut. Ketersedian air menjadi
Kawasan Punclut dengan kondisi sedang. sangat penting mengingat hal ini adalah
Sementara hanya 8% responden yang salah satu faktor penentu kenyamanan
menilai Kawasan Punclut dengan kondisi wisatawan saat berkunjung ke suatu tempat.
buruk dan sisanya yaitu 4% responden Dapat dibayangkan ketika kita berwisata ke
menilai dengan kondisi sangat buruk. Jika suatu daya Tarik wisata namun di tempat
dijumlahkan maka nilai rata-rata yang tersebut tidak tersedia air bersih untuk
didapatkan yaitu sebesar 3.59. Dengan kebutuhan sanitasi wisatawan. Tentu Anda
demikian maka data disimpulkan bahwa akan berfikir ulang untuk mau mengunjungi
persepsi wisatawan terhadap kelestarian lagi tempat tersebut. Untuk itu ketersediaan
pepohonan di kawasan Punclut adalah air sangat bergantung dengan kelestarian
kondisi “sedang” dengan kecenderungan ke lingkungan yang ada pada suatu daya tarik
kondisi “baik” (Gambar 3.). wisata. Kelestarian lingkungan yang
biasanya ditunjukkan dengan banyaknya
pepohonan disekitarnya memberikan
keyakinan bagi wisatawan akan ketersediaan
air bersih di wilayah tersebut dan

402
EnviroScienteae Vol. 16 No. 3, November 2020 Hal. 397-407

menumbuhkan kenyamanan pada saat udara yang tercemar dapat mempengaruhi


berwisata. menurunnya minat kunjung wisatawan.
Banyaknya bangunan-bangunan baru Oleh sebab itu kualitas udara yang bersih
di Kawasan Punclut akan berimbas kepada serta penanganannya menjadi elemen
penggunaan air dan bisa menjadi ancaman penting dalam pengembangan destinasi
bagi ketersediaan air bersih di Kawasan itu. pariwisata yang berkelanjutan. Vegetasi
Untuk persepsi wisatawan terhadap aspek tanaman di Kawasan Wisata bisa menjadi
kebersihan air seperti terlihat pada gambar 3, alat pengendali karena tanaman dan pohon
penulis mendapatkan sebanyak 14% terkenal akan kemampuannya untuk
wisatawan menilai kondisinya dalam menghilangkan polutan dari udara dan
keaadan sangat baik, 27% menilai dalam mengurangi panas dengan memberikan
kondisi baik dan 49% berpendapat kondisi keteduhan dan meningkatkan tingkat
kebersihan air di Kawasan Punclut dalam kelembaban (Zupancic et al., 2015).
kondisi sedang. Sementara 10% menilai Dari hasil kuesioner yang disebar oleh
kebersihan air ditempat tersebut dalam penulis kepada wisatawan yang pernah
kondisi buruk dan tidak ada yang menilai berkunjung ke Kawasan Punclut didapat
dalam kondisi sangat buruk (Gambar 4.). data bahwa hanya 18% responden yang
menyatakan kebersihan udara dikawasan ini
Sangat sangat baik, sementara 37% menyatakan
Sangat Buruk dalam kondisi baik dan 37% responden
Buruk
Baik Sangat Buruk
14%
0% 10% lainnya menyatakan dalam kondisi sedang.
Buruk Sementara hanya 8% responden yang
Sedang menilai kebersihan udara di Kawasan
Baik Sedang Baik Punclut dalam keadaan buruk.
27% 49% Meskipun tidak ada responden yang
Sangat Baik
menyatakan kebersihan udara sangat buruk,
dari data tersebut didapat nilai rata-rata atas
Gambar 4. Persepsi Wisatawan Terhadap persepsi wisatawan terhadap kebersihan
Kebersihan Air Kawasan udara di Kawasan Punclut yaitu sebesar
Punclut 3.65. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa kebersihan udara di kawasan Punclut
Dengan nilai rata-rata yang didapatkan adalah dalam kondisi “sedang” dengan
yaitu 3.44 dapat disimpulkan bahwa persepsi kecenderungan kuat mengarah ke kondisi
wisatawan terhadap kebersihan air di “baik” seperti terlihat pada Gambar 5.
kawasan Punclut adalah “sedang” dengan
kecenderungan kecil kearah “baik” Sangat
meskipun tidak ada yang menilai kwalitas Sangat Buruk Buruk Sangat Buruk
kebersihan air di Kawasan Punclut dalam Baik 0% 8%
Buruk
kondisi sangat buruk. 18%
Sedang
Sedang
37% Baik
Kebersihan Udara Baik Sangat Baik
37%
Pariwisata dapat dijadikan sebagai
sector unggulan. Namun perlu diingat juga
bahwa perkembangan pariwisata yang Gambar 5. Persepsi Wisatawan Terhadap
terlalu massive dapat mempengaruhi Kebersihan Udara di Kawasan
lingkungan salah satunya adalah Punclut
pencemaran udara. Begitu pula sebaliknya,

403
Persepsi Wisatawan Terhadap Kelestarian Lingkungan Di Kawasan Punclut Bandung (Tamrin, et al)

Kondisi ini harus terus diperhatikan


Sangat Sangat
terutama oleh para pelaku wisata di Baik Buruk
Kawasan Punclut serta pemerintah terkait Baik 8% 4% Sangat Buruk
agar kelestarian lingkungan di Kawasan 12%
Buruk
Punclut dapat terus terjaga. Seperti halnya
Buruk Sedang
penelitian Lam et al., (2003) yang
33% Baik
mengungkapkan bahwa kualitas udara yang Sedang
buruk tidak hanya menimbulkan kabut asap 43% Sangat Baik
tebal yang dapat menghalangi pandangan ke
lokasi wisata, tetapi juga berdampak negatif Gambar 6. Persepsi Wisatawan Terhadap
pada kualitas hidup dan berujung pada Pengelolaan Sampah di
gangguan kesehatan. Kawasan Punclut
Pengelolaan Sampah Dari kondisi ini apabila dirata-rata
maka aspek pengelolaan sampah di Kawasan
Menurut WHO (World Health Punclut memiliki nilai sebesar 2.88. Dengan
Organization) sampah adalah barang-barang demikian dapat diartikan bahwa persepsi
yang berasal dari aktivitas manusia yang wisatawan terhadap pengelolaan sampah di
tidak lagi digunakan, baik tidak dipakai, kawasan Punclut adalah “buruk” dengan
tidak disenangi, ataupun yang dibuang. kecenderungan kuat kearah “sedang”.
Pengelolaan sampah perlu ditangani dengan
serius karena sampah-sampah yang tidak Pencemaran Suara
terkelola dengan baik berpotensi
menimbulkan pencemaran lingkungan dan Menurut Esref Ay & Aktas (2019)
juga mempengaruhi kebersihan dan dalam penelitiannya, terdapat hubungan
kenyamanan wisatawan di sebuah Kawasan antara pencemaran suara dan pariwisata,
Wisata (Dewi, 2017). bahkan bisa dikatakan keduanya saling
Kawasan Punclut yang semakin mempengaruhi. Apalagi dengan
ramai dikunjungi oleh wisatawan berpotensi berkembangnya wisata massal, masyarakat
menimbulkan permasalahan sampah. Data melakukan perjalanan secara rombongan
yang didapat penulis dari responden dan gencar menggunakan kendaraan
menunjukkan sebanyak 8% wisatawan angkutan darat, udara, laut dan kereta api.
menyatakan kondisi pengelolaan sampah di Dalam konteks ini, pariwisata menimbulkan
Kawasan Punclut dalam keadaan sangat efek negatif dan khususnya polusi suara,
baik, 12% responden menyatakan dalam salah satu efek tersebut, sangat terasa di
kondisi baik dan 43% dalam kondisi sedang. pusat-pusat pariwisata (Ozok, 2015).
Sementara responden yang menyatakan Dalam aspek pencemaran suara,
kondisi pengelolaan sampah di Kawasan terdapat 16% responden yang menilai
Punclut dalam kondisi buruk sebanyak 33% kondisi pencemaran suara di Kawasan
dan 4% nya menyatakan sangat buruk (Lihat Punclut dalam keadaan sangat baik, 16%
Gambar 6). menilai dalam keadaan baik dan 45% dalam
keadaan sedang. Data juga menunjukkan
hasil bahwa terdapat 21% responden yang
menilai kendisi pencemaran suara di
Kawasan Punclut dalam keadaan buruk,
sementara hanya 2% responden menilai
dengan kondisi sangat buruk seperti terlihat
pada gambar 7.

404
EnviroScienteae Vol. 16 No. 3, November 2020 Hal. 397-407

meskipun belum dapat dikatakan dalam


Sangat
Sangat keadaan baik.
Buruk Sangat Buruk
Baik 2% 3. Sebuah kawasan, jika merujuk kepada
16% Buruk Buruk arah pembangunan global dengan
21%
Sedang prinsip-prinsip MDGs dan SDGs, harus
Baik
16% Baik mampu menerapkan prinsip-prinsipnya
Sedang sehingga mendapat penilaian baik atau
Sangat Baik
45% sangat baik. Dengan mengikuti standar
ini bisa dikatakan Kawasan Punclut
Gambar 7. Persepsi Wisatawan Terhadap belum dapat memenuhi prinsip-prinsip
Pencemaran Suara di Kawasan kelestarian lingkungan yang merupakan
Punclut bagian dari SDGs dan MDGs.
Dari hasi penelitian ini penulis
Dengan demikian apabila diambil nilai memiliki beberapa saran yaitu diperlukan
rata-rata dari data ini maka dapat adanya pengorganisasian, perencanaan serta
disimpulkan bahwa persepsi wisatawan upaya kongkrit antara pemangku
terhadap kondisi pencemaran suara di kepentingan di antaranya pemerintah,
Kawasan Punclut sebesar 3.24. Angka ini akademisi, pengusaha, media, warga serta
menunjukkan kondisi pencemaran suara di wisatawan untuk dapat meningkatkan status
kawasan Punclut berada dalam posisi kelestarian lingkungan Punclut agar lebih
“sedang” dengan kecenderungan kecil ke baik dengan mengadakan kegiatan seperti
“baik”. kampanye lingkungan hidup, reboisasi,
pengelolaan limbah, dan program-program
lainnya untuk mencegah Kawasan Punclut
KESIMPULAN menjadi destinasi mass tourism agar dapat
terus berkelanjutan.
1. Terdapat 2 hal yang perlu menjadi
perhatian berkenaan dengan kondisi
kelestarian lingkungan di Kawasan DAFTAR PUSTAKA
Punclut yaitu mengenai pengelolaan
sampah dan juga mengenai pencemaran A. R. Soemardi. (2006). Bandung as a
suara di Kawasan Punclut. Apabila tidak creative city: Visions on creative
segera diantisipasi, tidak tertutup culture and the making of place.
kemungkinan Kawasan ini akan Proceeding: Are-Polis International
mengalami penurunan minat kunjung Seminar or Urban Culture, 21–22.
wisatawan. Aktas, S., Yayla, Ö., & Ekincek, S. (2019).
2. Untuk mengetahui persepsi secara Cultural landscapes of aviation park in
umum terhadap segala aspek kelestarian terms of visitors’ viewpoint: case of
lingkungan hidup di Punclut, penulis Eskisehir Aviation Park. Tourism,
mendapatkan satu nilai rata-rata dari Leisure and Global Change, 5, 535–
enam aspek tersebut yaitu sebesar 3.44. 541.
Dari nilai ini, maka dapat disimpulkan Antrop, M. (1998). Landscape change: Plan
bahwa wisatawan yang pernah datang ke or chaos? Landscape and Urban
Kawasan Punclut memiliki persepsi Planning, 41(3–4), 155–161.
bahwa kawasan tersebut sebagai https://doi.org/10.1016/S0169-
kawasan yang tidak dikatakan buruk 2046(98)00068-1
dalam hal kelestarian lingkungannya Bonnes, M., Scopelliti, M., Fornara, F., &
Carrus, G. (2018). Urban

405
Persepsi Wisatawan Terhadap Kelestarian Lingkungan Di Kawasan Punclut Bandung (Tamrin, et al)

Environmental Quality. In Environmental Effects of Tourism


Environmental Psychology (pp. 113– Development in Noushahr. Journal of
122). John Wiley & Sons, Ltd. Ecology, 529–536.
https://doi.org/10.1002/97811192410 Gössling, S., Peeters, P., Hall, C. M., Ceron,
72.ch12 J. P., Dubois, G., Lehmann, L. V., &
BPS. (2019). Badan Pusat Statistik. Scott, D. (2012). Tourism and water
https://www.bps.go.id/dynamictable/2 use: Supply, demand, and security. An
018/05/22/1357/jumlah-devisa- international review. In Tourism
sektor-pariwisata-2015-2018.html Management (Vol. 33, Issue 1, pp. 1–
Daverta, M. (2013). Kepedulian Masyarakat 15). Pergamon.
Keluarahan Ciumbuleuit Kecamatan https://doi.org/10.1016/j.tourman.201
Cidadap Kota Bandung Terhadap 1.03.015
Wilayah Punclut Sebagai Kawasan Indonesia, B. (2018). Mendulang Devisa
Konservasi Di Kawasan Bandung Melalui Pariwisata - Bank Sentral
Utara (KBU). Republik Indonesia (73rd ed.).
Dewi, R. puspita. (2017). Perancangan https://www.bi.go.id/id/publikasi/gera
Sistem Pengelolaan Sampah Untuk i-info/Pages/GeraiInfo-
Mendukung Perkembangan Industri 73_Mendulang-Devisa-Melalui-
Kreatif Di Daerah Pariwisata. Pariwisata.aspx
Proceeding SENDI_U. Khamdevi, M., & Bott, H. (2018).
Esref Ay, & Aktas, S. G. (2019). Sound Rethinking tourism: Bali’s failure.
Pollution and Tourism in the Urban IOP Conference Series: Earth and
Area. ADVANCES IN GLOBAL Environmental Science, 126(1),
BUSINESS AND ECONOMICS, 2, 12171. https://doi.org/10.1088/1755-
67–72. 1315/126/1/012171
Europe, C. of. (2000). European Landscape Lam, W., Zhong, N., & Tan, W. (2003).
Convention of the Council of Europe. Overview on SARS in Asia and the
https://www.coe.int/en/web/landscape World. Respirology, 8(s1), S2–S5.
Fadjarani, S. (2008). Dinamika masyarakat https://doi.org/10.1046/j.1440-
dan konversi lahan pertanian serta 1843.2003.00516.x
pengaruhnya terhadap pengetahuan Lin, H., & Zhang, J. (2011). Subsurface
tentang lingkungan di kawasan Lateral Flow and Hillslope Hydrologic
bandung utara. Majalah Geografi Connectivity in the Shale Hills Critical
Indonesia, 22 (2), 102–123. Zone Observatory. AGUFM, 2011,
Gde Oka Putra Wardana, A., Suyana Utama, H23K-02.
M., Nyoman Mahaendra Yasa, I., & https://ui.adsabs.harvard.edu/abs/201
Gde Sudjana Budiasa, I. (2018). Effect 1AGUFM.H23K..02L/abstract
of Cummunity Participation, Tourism MediaIndonesia.com. (2019). Walhi Jabar
Infrastructure, Tourist Visit to The Tuntut Setop Alih Fungsi Lahan di
Tourism Industry Performance and Punclut.
The Quality Living Community in https://mediaindonesia.com/read/detai
Bali Indonesia. International Journal l/281688-walhi-jabar-tuntut-setop-
Of Sustainability , Education, And alih-fungsi-lahan-di-punclut
Global Creative Economic (Ijsegce), Musawantoro, M., Zulkifli, A., & Ridwan,
1(1), 79–86. M. (2020). Pemanfaatan Hutan Kota
https://doi.org/10.1234/ijsegce.v1i1.2 sebagai Destinasi Pendekatan Wisata
1 Edukasi. PUSAKA (Journal of
Ghobadi, G. ., & Verdian, M. . (2016). The Tourism, Hospitality, Travel and

406
EnviroScienteae Vol. 16 No. 3, November 2020 Hal. 397-407

Business Event), 2(2), 145–152. Urban Greening, 6(4), 199–212.


https://doi.org/10.33649/pusaka.v2i2. https://doi.org/10.1016/j.ufug.2007.07
60 .001
Ozok, O. (2015). Environmentally friendly Wibowo, M. (2005). Kajian Atas Hasil-
practices in accommodation Hasil Penelitian Kawasan Konservasi
businesses : Bodrum example. Daerah Resapan Air Di Cekungan
Balıkesir Üniversitesi Sosyal Bilimler Bandung. Jurnal Teknologi
Enstitüsü. Lingkungan, 6(3).
Raju, M. ., Udayashankar, N., & Seshadri, S. https://doi.org/10.29122/JTL.V6I3.35
(2019). easuring Tourism Carrying 4
Capacity: A Multi-Dimensional Zupancic, T., C., W., & M, B. (2015). The
Framework for Assessment. In impact of green space on heat and air
Environmental Impacts of Tourism in pollution in urban communities: A
Developing Nations (pp. 42–67). IGI meta-narrative systematic review.
Global. David Suzuki Foundation.
Rindrasih, E., Witte, P., Spit, T., & Zoomers,
A. (2019). Tourism and Disasters:
Impact of Disaster Events on Tourism
Development in Indonesia 1998-2016
and Structural Approach Policy
Responses. Journal of Service Science
and Management, 12(02), 93–115.
https://doi.org/10.4236/jssm.2019.122
006
Ruzic, V., & Sutic, B. (2014). Ecological
risks of expansive tourist development
in protected areas – case study:
Plitvice Lakes National Park. Coll.
Antropol, 134–141.
Sobur, A. (2016). Psikologi Umum. CV.
Pustaka Setia.
Sugiyono. (2011). Metodologi penelitian
kuantitatif kualitatif dan R&D.
Alpabeta.
Sumantra, I. K., Agung, A. P., Sudiana, A.,
& Dera. (2018). evelopment Strategy
of Kutuh Village-Badung Coastal
Area as a Tourist Object. Australian
Journal of Basic and Applied
Sciences, 12, 34–37.
Sumantra, K. (2017). Strategi mengurangi
alih fungsi lahan untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan.
Universitas Mahasaraswati Press.
Velarde, M. D., Fry, G., & Tveit, M. (2007).
Health effects of viewing landscapes -
Landscape types in environmental
psychology. Urban Forestry and

407

View publication stats

You might also like