Journal - Gambaran Ketepatan Personil Journal - Pendamping Dan Ambulans Yang Digunakan Dalam Merujuk Pasien Gawat Darurat Di Instalasi Gawat Darurat Rsup Prof Dr. R. D. Kandou Manado

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

e-Journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

GAMBARAN KETEPATAN PERSONIL PENDAMPING DAN


AMBULANS YANG DIGUNAKAN DALAM MERUJUK PASIEN GAWAT
DARURAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF DR. R. D.
KANDOU MANADO

Stevi Montjai
Mulyadi
Jill Lolong

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas


Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : montjaistevi@gmail.com

Abstract : Transporting emergency patients with critical condition is susceptible to risks such as,
delayed handling and management of patients that could result in deaths. Hence, management and
transportation or patient referring should be taken as a priority. Transporting or referring
emergency patients requires emergency ambulance that provided with emergency equipment, and it
needs doctors and nurses experienced in emergency medicine. Currently not optimal process of
transporting and referring patients is due to lack of transportation and also the use of two-wheeled
vehicles. The aim of this research is to find the overview of proper escorting personnel and
ambulances that used in referring emergency patients. The samples that we used are 80 patients
that obtained by using purposive sampling method. The method used in this study is descriptive
survey and the data were collected by using observation sheets. Conclusion: We found that in most
cases of patient referring, escorting personnel are dominated by nurses and emergency staffs. The
uses of ambulances on referring patients are dominated by emergency ambulances.

Keyword : Patient referring, Emergency, Ambulance, Escorting personnel

Abstrak : Transport pasien dalam keadaan kritis mempunyai resiko pada pasien gawat darurat,
keterlambatan penanganan dapat berakibat kematian, untuk itu penting memprioritaskan
penangangan dan transport atau rujukan bagi pasien. Transport atau merujuk pasien gawat darurat
memerlukan ambulans gawat darurat yang dilengkapi dengan perlengkapan penanganan kegawat
daruratan serta memerlukan penanganan dari dokter dan perawat berkemampuan penanganan gawat
darurat. Belum optimalnya proses rujukan pasien gawat darurat karena terkendala sarana
transportasi serta masih ditemukannya penggunaan kendaraan roda dua dalam merujuk pasien.
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui gambaran ketepatan personil pendamping dan ambulans
yang digunakan dalam merujuk pasien gawat darurat. Sampel berjumlah 80 pasien yang didapatkan
dengan teknik Purposive Sampling. Desain Penelitian survei deskriptif dan data dikumpulkan
menggunakan lembar observasi. Kesimpulan gambaran merujuk pasien dengan personil
pendamping didominasi oleh perawat dan pekarya. Sedangkan penggunaan ambulans saat merujuk
pasien, didominasi oleh ambulans gawat darurat.

Kata Kunci : Merujuk Pasien, Gawat Darurat, Ambulans, Personil Pendamping

PENDAHULUAN prinsip pertolongan untuk pasien gawat


Pasien gawat darurat adalah pasien yang oleh darurat, yaitu time saving is life saving (waktu
suatu penyebab (Penyakit, trauma, adalah nyawa). Tindakan pada menit-menit
kecelakaan, tindakan anastesi) jika tidak pertama menentukan hidup atau mati pasien
segera ditolong akan mengalami kecacatan, gawat darurat, untuk itu dalam menangani
kehilangan organ tubuh atau meninggal, pasien gawat darurat dibutuhkan tindakan
yang tepat, cepat, dan cermat (Purbianto, pertolongan terlambat diberikan akan
2013). Kecepatan dan ketepatan pemberian berakibat kematian, untuk itu penting
pertolongan akan sangat berpengaruh, apabila menentukan prioritas penanganan dan
e-Journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017
transportasi atau rujukan bagi pasien (Tim diperlukannya spesialisasi dalam rujukan
Penyusun Pelatihan Emergency Nursing, (O’Donnell, 2000).
2013). Proses rujukan emergensi tidak mengikuti
Transport pasien dalam keadaaan kritis alur rujukan sebagaimana umumnya
mempunyai resiko pada pasien sehingga berjenjang menurut urutan tingkat fasilitas
merupakan tantangan yang sangat besar bagi pelayanan, sekalipun demikian, tidak berarti
para klinisi dalam hal ini dokter dan perawat bahwa fasilitas pelayanan kesehatan pengirim
pendamping untuk dapat mengurangi resiko rujukan telah melakukan bypass dalam proses
saat transport. Setiap anggota tim tranpost rujukan, karena pasien dengan emergensi
harus dapat melakukan diagnostik dan harus secepatnya mencapai fasilitas pelayanan
resusitasi. Direkomendasikan setiap tenaga yang dapat memberikan pertolongan segera
pendamping mempunyai kemampuan dalam satu periode waktu yang sangat
memberikan pertolongan darurat selama menentukan (Pedoman Rujukan Nasional,
perjalanan. Kemampuan setiap anggota untuk 2012).
melakukan prosedur tindakan yang tepat dan Primasary, 2015 dalam penelitiannya,
benar akan berefek pada outcome pasien. mengemukakan prosedur rujukan untuk kasus
Selain perawat dan dokter pendamping, kegawatan belum optimal, karena terkendala
diperlukan kendaraan standar dalam berbagai hal, diantaranya, sarana transportasi
memindahkan pasien gawat darurat, ambulans rujukan yang belum memadai, komunikasi
adalah kendaraan darat yang paling sering yang tidak berjalan lancar saat akan merujuk
digunakan. Ambulans yang digunakan dalam serta, baik sebelum ataupun setelah era
transport pasien gawat darurat harus memiliki jaminan kesehatan nasional, kendala dalam
standar peralatan penanganan gawat darurat merujuk pasien gawat darurat masih sama dan
didalamnya, seperti, alat bantu pernafasan, belum adanya soslusi untuk kendala tersebut.
alat bantu sirkulasi, agen farmakologi, dan Studi Kasus yang dilakukan oleh Ardianto,
monitor (Senapathi, et al, 2015). 2012, menunjukan bahwa akses penggunaan
O’Donnell (2000), menyatakan alasan rujukan ambulans roda empat di Lombok utara, masih
untuk pasien pada umumnya masuk dalam sangat terbatas, warga Lombok Utara
tiga kategori: Diagnosa, Pengobatan, saran kebanyakan hanya menggunakan kendaraan
dan jaminan untuk pasien. Dalam penelitian roda dua atau ojek dalam merujuk pasien.
yang dilakukan, 55% dari konsultan di rumah Survey awal yang dilakukan peneliti di
sakit dalam berbagai spesialisasi, merasa instalasi gawat darurat RSUP. Prof. Dr. R. D.
bahwa dokter praktik dapat berbuat lebih Kandou, menunjukan pasien yang dirujuk
banyak sebelum merujuk pasien ke fasilitas memiliki kondisi klinis yang tidak stabil,
kesehatan. Di Cambridge, menunjukan 521 personel pendampingan medis yang masih
rujukan yang dilakukan oleh dokter praktik, kurang, kendaran yang digunakan saat
secara keseluruhan, hanya 9,6% yang di nilai merujuk pasien merupakan ambulans standar
tidak sesuai, dalam studi yang sama, dokter yang kebanyakan digunakan, dan belum
praktik menunjukan 308 kasus yang memiliki sepenuhnya memenuhi standar kendaraan
pedoman rujukan dan dinilai 15,9% tidak rujukan pasien gawat darurat.
sesuai. Dari jumlah tersebut menunjukan Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik
ketidaksesuaian atau ketidaktepatan rujukan meneliti tentang “Gambaran ketepatan
sebagian dirasakan karena kurangnya sumber personil pendamping dan ambulans yang
daya (misalnya kurangnya akses ke komunitas digunakan dalam merujuk Pasien gawat
perawat jiwa), kurangnya pengetahuan, darurat di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado”

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
survei deskriptif, yaitu suatu penelitian yang
digunakan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi memotret masalah kesehatan, serta yang
di dalam masyarakat. Survei deskriptif terkait dengan kesehatan sekelompok
digunakan untuk menggambarkan atau penduduk (Notoadmojo, 2012).
e-Journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017
Penelitian ini dilakukan di IGD RSUP Prof. Sumber : Data Primer (diolah tahun 2017)
Dr. R.D. Kandou Manado pada tanggal 9-31 Berdasarkan hasil olah data gambaran
Desember 2016. Pengumpulan data dilakukan Distribusi frekuensi berdasarkan jenis
dengan menggunakan lembar observasi kelamin yang paling banyak berada pada,
personil pendamping dan ambulans yang jenis kelamin laki-laki yaitu, 55 orang
digunakan dalam merujuk pasien gawat (68.75%).
darurat. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien rujukan gawat darurat yang Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
dirujuk ke IGD RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Personil Pendamping
Manado. Sampel dalam penelitian ini adalah
80 pasien rujukan gawat darurat yang dirujuk Personil Pendamping n %
ke IGD RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Perawat 1 1.25
Manado. Teknik yang dipakai penelitian ini Pekarya dan Perawat 76 95
adalah Purposive sampling dimana sampel Pekarya, Perawat dan
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu 3 3.75
Dokter
yang dikehendaki oleh peneliti (Setiadi,
Total 80 100
2013). Kriteria Inklusi: Pasien rujukan umum
yang dirujuk di instalasi gawat darurat RSUP Sumber : Data Primer (diolah tahun 2017)
Prof.Dr. R.D. Kandou Manado, memiliki Hasil penelitian menunjukan, gamabaran
surat rujukan serta pasien rujukan yang personil pendamping pasien saat dirujuk,
datang dengan gangguan airway, breathing, sebanyak 80 pasien (100%), 76 pasien (95%)
circulation, disability dan exposure di dampingi oleh pekarya dan perawat, dan 3
pasien (3.75%) datang dengan didampingi
HASIL dan PEMBAHASAN pekarya, perawat dan dokter, sedangkan 1
pasien (1.25%) pasien datang hanya dengan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan pendampingan perawat. Menurut teori
Usia pelayanan ambulans gawat darurat,
Usia n % didalamnya harus ada pendampingan perawat,
Dewasa 63 78.75 dan dokter sesuai dengan kondisi pasien. Hal
Anak-anak 17 21.25 ini sejalan dengan Dinas Kesehatan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yang
Total 80 100
menulis tentang standarisasi ambulans gawat
Sumber : Data Primer (Diolah tahun 2017) darurat, dimana petugas ambulans yang harus
Hasil olah data gambaran distribusi frekuensi mendampingi saat proses rujukan pasien
berdasarkan usia responden paling banyak gawat darurat yaitu, 1 (satu) pengemudi
berada pada, usia dewasa yaitu, 63 orang berkemampuan PPGD (Penanggulan Pertama
(78.75%) pada Gawat Darurat), 1 (satu)perawat
berkemampuan PPGD, serta 1 (satu) dokter
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS.
Jenis Kelamin Menurut Perarutan Menteri Kesehatan No.
Jenis Kelamin n % 001 Tahun 2012, telah mengatur tatacara
Laki-laki 55 68.75 melakukan rujukan pasien, salah satunya
Perempuan 25 31.25 adalah merujuk pasien dengan
mendampinginya, sesuai kompetensi.
Total 80 100
Penelitian Ignasius (2012), tentang kebijakan
pemerintah daerah dalam meningkatkan
sistem rujukan kesehatan di kepulauan Riau,
menemukan, bahwa layanan pendampingan
petugas kesehatan bagi pasien rujukan di
Kabupaten Lingga, tidak hanya diperuntukan
bagi pasien dengan jaminan tertentu,
melainkan untuk semua pasien, tenaga yang
mendampingi adalah perawat atau bidan, maka biasanya perawat yang mendampingi.
bergantung masalah kesehatan yang diderita. Akan tetapi, jika pasien dengan masalah
Pasien dengan keluhan penyakit yang umum kebidanan atau melahirkan maka bidanlah
e-Journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017
yang akan mendampingi selama proses petugas standar. Hal ini perlu mendapat
rujukan. Adanya pendampingan oleh tenaga perhatian dari setiap fasilitas kesehatan
kesehatan memiliki manfaat dalam perujuk untuk memperhatikan prosedur
mengurangi tingkat morbiditas. rujukan pasien gawat darurat dan juga
Penelitian yang dilakukan oleh Indarwati ketentuan-ketentuan dalam merujuk pasien
(2014), mengenai pendampingan bidan dalam gawat darurat untuk mengurangi resiko
merujuk pasien bersalin, didapatkan data dari kecatatan sampai kematian.
11 peserta Fokus Grup Diskusi, hampir semua
mengatakan bahwa mendampingi pasien Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
memang tidak selalu dilakukan, dilihat tingkat
Ambulans
kegawatan pasien, kalau memang masih kuat
pasien diantar sendiri oleh keluarga dan diberi Ambulans n %
surat pengantar rujukan. Ada juga yang Gawat darurat 69 86.25
beralasan jika kebetulan pasiennya lebih dari transportasi 11 13.75
satu, dan yang pasien lain membutuhkan Total 80 100
observasi, maka pasien yang dirujuk ke RS Sumber : Data Primer (diolah tahun 2017)
ditugaskan bidan praktik yang membantu Hasil penelitian menunjukan, gambaran
mendampingi pasien ke rumah sakit. ketepatan merujuk pasien dengan ambulans,
Dalam penelitian ini menunjukan bahwa, sebanyak 80 pasien (100%), pasien yang
gambaran pendampingan personil medis, dirujuk dengan ambulans gawat darurat
dalam hal ini perawat dan dokter dalam sebanyak 69 pasien (86.25%), dan 11 pasien
merujuk pasien gawat darurat, sebagian besar (13.75%) dirujukdengan ambulans
sudah terdampingi, namun hal yang masih transportasi. Menurut Commissoin
menjadi kendala adalah belum teridentifikasi On Accreditation Of Ambulance
kemampuan gawat darurat yang dimiliki oleh Service (2013), Ambulans merupakan
personil pendamping. Hal yang juga masih kendaraan roda empat dengan luas ruangan
menjadi kendala teknis personil pendamping, yang cukup memadai untuk membawa
saat merujuk pasien gawat darurat adalah, pasien dalam keadaan berbaring
posisi duduk personil pendamping, yang tidak beserta petugas medis dan dapat melakukan
duduk di kursi belakang atau didamping tindakan medis yang diperlukan, ambulans
pasien serta kendala yang lain adalah, kondisi dilengkapi peralatan untuk
klinis pasien sebelum dirujuk dan saat tiba di monitoring dan pelayanan Bantuan Hidup
tempat rujukan yang kadang kondisi pasien, Dasar.
justru tidak stabil, dan juga kurangnya Menurut Dinas kesehatan Pemerintah
pendampingan dokter berkemampuan PPGD Provinsi DKI Jakarta, Diperlukan standarisasi
ataupun ATLS/ACLS, hal ini dapat perlengkapan umum dan medik pada
mempengaruhi kondisi pasien dalam kendaraan ambulans AGDT, khususnya untuk
perjalanan rujukan, jika mengikuti standar keseragaman dan peningkatan mutu pelayaan
pendampingan ambulans gawat darurat, rujukan kegawat daruratan medik.
petugas yang harus mendampingi adalah 1 Menteri Kesehatan mengatur jenis kendaraan
supir ambulans berkemampuan PPGD, 1 rujukan bagi pasien, yaitu Ambulans
perawat berkemampuan PPGD dan 1 dokter transportasi, Ambulans gawat darurat,
berkemampuan PPGD, penelitian menemukan ambulans rumah sakit lapangan, ambulans
bahwa tidak semua pasien rujukan gawat pelayanan medik bergerak, Kereta jenazah,
darurat yang datang dengan pendampingan ambulans udara. Tujuan penggunaan
ambulans gawat darurat, yaitu Pertolongan
Penderita Gawat Darurat Pra Rumah Sakit,
Pengangkutan penderita dawat darurat yang
sudah distabilkan dari lokasi kejadian ke
tempat tindakan definitif atau ke Rumah Sakit
dan Sebagai kendaraan transport rujukan,
sedangkan tujuan penggunaan ambulans
transportasi adalah untuk Pengangkutan khusus/ tindakan darurat untuk dan
penderita yang tidak memerlukan perawatan menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak
e-Journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017
akan timbul kegawatan selama dalam asri.pdf diakses tanggal 19 Januari
perjalanan. 2017 jam 10.00 WITA
Penelitian menunjukan, penggunaan
ambulans gawat darurat dalam merujuk Commission On Acreditation Of Ambulance
pasien gawat darurat sudah cukup baik, Service.2016. Ground
karena sebagian pasien yang dirujuk Vehicle Standard For
menggunakan ambulans gawat darurat. Hal Ambulance
yang masih perlu diperhatikan, adalah v.1.0 Edition.
penggunaan ambulans transportasi dalam http://www.groundvehiclestandard.or
merujuk pasien gawat darurat. Dimana, g/wpcontent/uploads/2016/03/CAAS_
penelitian menemukan adanya pasien GVSv_1_0_FinalwDates.pdf diakses
maternal, yang dirujuk menggunakan tanggal 6 januari 2017 jam 9.45
ambulans transportasi yang hanya ditemukan WITA
tempat duduk dan tempat tidur pasien, hal ini
perlu menjadi perhatian, mengingat tidak Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI
stabilnya kondisi pasien maternal dalam Jakarta. 2013. Standar Fisik,
proses rujukan. Masalah ambulans gawat Perlengkapan Ambulans Gawat
darurat dan personil pendamping adalah satu Darurat Medik.
paket yang perlu diperhatikan oleh fasilitas www.agddinkes.jakarta.go.id,Diakses
perujuk. Kemampuan personil pendamping Tanggal 6 Januari 2017 jam 12.45
dalam mengelola kegawatdaruratan pasien WITA
selama perjalanan rujukan dapat dilakukan
dengan baik dan benar jika sarana dan Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan
prasarananya memadai. Kementerian Kesehatan RI. 2012.
Pedoman Sistem Rujukan Nasional.
SIMPULAN Jakarta
Dari hasil penelitian tentang gambaran
ketepatan personil pendamping dan ambulans Indarwati. 2014. Pelaksanaan
yang digunakan dalam merujuk pasien gawat Rujukan Persalinan dan
darurat di IGD RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Kendala Yang
Manado, maka dapat disimpulkan bahwa, Dihadapi.http://docshare01.docshare.t
gambaran ketepatan merujuk pasien gawat ips/files/25659/256594148.pdf
darurat dengan personil pendamping, diakses tanggal 3 januari 2017 jam
didominasi oleh pasien yang dirujuk dengan 13.24 WITA
didampingi oleh pekarya dan perawat, serta
gambaran ketepatan merujuk pasien gawat Junaidi, Iskandar. 2011. Pedoman
darurat dengan ambulans, didominasi dengan Pertolongan PertamaYang Harus
pasien yang datang dirujuk menggunakan Dilakukan Saat Gawat & Darurat
ambulans gawat darurat. Medis. ANDI. Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA Jurnal Medika. 2016. Pertimbangan Hukum


Ardianto, Shofan. 2012. Penggunaan Sepeda Dalam
Motor Sebagai Ambulans Komunitas
Dalam Rujukan Pelayanan: Studi Pelayanan
Kasus di Lombok Utara. Kegawatdaruratan.http://www.jurnal
file:///C:/Users/ACER/Downloads/jm medika.com/1022-semua
kategori/edisi-no 04-vol-xlii.
pk%20shofan%20ardianto%20hasanb
2016/penyegar-kompetensi/2048
pertimbangan-hukum-dalam
pelayanan kegawatdaruratan. Diakses
tanggal 7 Oktober 2016

Ignasius, Luti. 2012. Kebijakan Pemerintah


Daerah Dalam Meningkatkan Sistem
Rujukan Kesehatan Daerah
e-Journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017
Kepualauan Di Kabupaten darurat-ppt Diakses tanggal 7
LinggaProvinsiKepualauanRiau.https Oktober 2016 pukul 11:38 WITA
://journal.ugm.ac.id/jkki/article/viewF
ile/307/ 728 Diakses Tanggal 3 RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou . 2015.
januari 2017 jam 13.56 WITA Panduan Transfer dan Rujukan
Pasien. Manado
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Standar
Pelayanan Gawat Darurat Di Rumah Rumah Sakit Sari Asih Sangiang Tangerang.
Sakit. Direktorat Bina Pelayanan 2015. Panduan
Keperawatan dan Keteknisian Medik. Pelayanan
Jakarta Ambulance.http://www.batukarinfo.c
om/system/files/buku%20rujukanBIN
Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat DER 0.pdf diakses tanggal 3 januari
plus Contoh Askep dengan jam 13.45 WITA
Pendekatan NANDA NIC NOC. Nuha
Medika. Yogyakkarta Senapathi, Tjokorda Gede Agung dkk. 2015.
Medical Evacuation (medivac).
Notoatmojo, Soekidjo. 2012. Metodologi Medical-Evacuation-2015.pdf diakses
Penilitian Kesehatan. PT Rineka tanggal 19 September 2016
Cipta. Jakarta
Setiadi. (2013). Konsep dan praktik
O’Donnell, Catherine A. 2000. Variation in penulisan riset keperawatan. Edisi 2.
GP Referral Rates: What Can We Graha Ilmu.Yogyakarta
Learn From The Literature ?. Family
Practice 2000, 17;462-471 Peraturan
Kementerian Kesehatan Republik Tim Penyusun.2013. Pelatihan Emergency
Indonesia Nomor 001 tahun 2012. Nursing Intermediet Level. PPNI.
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Jakarta
Perorangan. Diakses tanggal 26
September 2016

Primasari, Karleanne Lony. 2015. Analisis


Sistem Rujukan Jaminan Kesehatan
Nasional RSUD. Dr. Adjidarmo
Kabupaten Lebak. Jurnal
Administrasi Kebijakan Kesehatan
diunduh tanggal 15 Januari 2016
23.00 WITA,
http://journal.ui.ac.id/index.php/arsi/a
rticle/viewFile/5215/3500

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas


Sam Ratulangi. (2013).
Panduanpenulisan tugas akhir &
skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Sam
Ratulangi. Manado

Purbianto. 2013. Konsep Dasar


Keperawatan Gawat Darurat.
HIPGABI 179832784 -Konsep-
dasar-gawat-

You might also like