Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

JKEP

Vol 6, No 1 (2021)
ISSN: 2354-6042 (Print)
ISSN : 2354-6050 (Online)

Hubungan Kemampuan Mobilisasi dengan Risiko Jatuh


Pada Lansia Hipertensi
1 1
Sinta Kholifah Mar’ah Konitatillah , Latifa Aini Susumaningrum , Hanny
1
Rasni , Tantut Susanto1, Roro Dewi2
1
Fakultas Keperawatan, Universitas Jember, Jember
2
Unit Pelaksana Teknis Panti Sosial Tresna Werdha (UPT PSTW) Bondowoso
E-mail: tantut_s.psik@unej.ac.id

Artikel history
Dikirim, Jan 29th, 2020
Ditinjau, Apr 12th, 2021
Diterima, Apr 20th, 2021

ABSTRACT
Hypertensive elderly influences body balance that affects their ability to mobilize.
Therefore, this condition can improve a risk for falling. The aimed of this study was to
analyzed the relationship between mobilization ability and risk for fall among elderly
with hypertension in Tresna Werdha Social Services (PSTW) Bondowoso. A cross
sectional design was conducted among 47 elderly using total sampling. A self-
administered questionnaire was used to measure sociodemographic of elderly, while
Elderly Mobility Scale (EMS) was performed to measure mobilization ability and Morse
Falls Scale was performed to measure risk for fall. The relationship mobilization ability
and risk for fall was analysed using Chi Square test. The result showed that among 47
elderly were 49,8% of independent and 46,8% of low risk for falling. There were
significantly relationship between mobilization ability and risk for fall (X 2 = 14,674; p
= 0.001). The conclusion of this study, there is a relationship between mobilization
ability and risk of fall among elderly. Therefore, elderly should be active in physical
activities to reduce the risk of falling.
Keywords: Mobility; elderly; risk for fall.

ABSTRAK
Lansia hipertensi mengalami penurunan keseimbangan tubuh yang mempengaruhi
kemampuan mobilisasi mereka, sehingga mereka dapat berisiko jatuh Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara mobilisasi kemampuan dan
risiko jatuh di antara hipertensi lansia di Tresna Werdha Social Services Bondowoso.
Desain cross sectional dilakukan di antara 47 lansia menggunakan total sampling.
Kuesioner yang dikelola sendiri digunakan untuk mengukur sosiodemografi orang tua,
sementara Skala Mobilitas Lansia (EMS) dilakukan untuk mengukur kemampuan
mobilisasi dan Skala Morse Falls dilakukan untuk mengukur risiko jatuh. Kemampuan
mobilisasi hubungan antara risiko jatuh menggunakan uji chi square. Hasil penelitian
9
JKEP. Vol.6 No. 1 Mei 2021 hlm 9-25 10

menunjukkan 47 lansia adalah 49,8% independen, sedangkan 46,8% risiko rendah


jatuh. Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan mobilisasi dan risiko jatuh (x2
= 14.674; p = 0,001). Kesimpulan dari penelitian ini, ada hubungan antara mobilisasi
kemampuan dan risiko jatuh di kalangan lansia. Karena itu, lansia harus aktif dalam
kegiatan fisik untuk mengurangi risiko jatuh.
Kata Kunci: kemampuan mobilisasi; lansia; risiko jatuh

PENDAHULUAN gaya berjalan (Edelman dan Ficorelli,


Proses menua membuat seseorang 2012 dalam Yan dkk., 2019). Proses
dewasa yang ada pada keadaan sehat tersebut membuat lansia cenderung
menjadi seorang yang lemah dan rentan, menjadi pasif atau cenderung tidak
dengan berkurangnya sebagian besar melakukan mobilisasi sehingga dapat
cadangan sistem fisiologis dan lebih berisiko untuk mengalami penurunan
rentan terhadap berbagai macam kekuatan otot yang kemungkinan dapat
penyakit serta kematian secara menimbulkan risiko jatuh.
eksponensial (Susanto, 2013). Penyakit
yang dapat dialami seorang saat berusia Risiko jatuh menjadi penyebab ke dua
lanjut adalah hipertensi, hal itu kematian terbesar di dunia (WHO,
disebabkan karena elastisitas arteri yang 2018). Kondisi terkait kardiovaskuler
mengalami penurunan sehingga tekanan berkontribusi terhadap ketidakmampuan
darah cenderung meningkat (Seke dkk., beraktivitas fisik dan keterbatasan
2016). Apabila hipertensi tidak mobilisasi. Mobilitas merupakan
mendapatkan penanganan yang tepat prediktor terkuat terhadap risiko jatuh
maka akan menyebabkan masalah lebih pada lansia (Anggarani, 2018). Namun
banyak pada lansia. Peningkatan tekanan dalam penelitian lain menyatakan
darah pada lansia mempengaruhi perfusi riwayat jatuh yang pernah dialami
ke jaringan tubuh diantaranya yaitu otak menyebabkan lansia menurunkan tingkat
sebagai pusat pengatur keseimbangan aktifitas fisiknya secara optimal,
tubuh dan kesadaran seseorang. Akibat sehingga lansia cenderung pasif (Yan
dari penurunan perfusi ke otak akan dkk., 2019). Dampak fisiologis dari
menyebabkan penurunan keseimbangan imobilisasi dan perilaku tidak aktif lansia
tubuh (Black dan Hawks, 2013). Kondisi yaitu lansia akan mengalami penurunan
penurunan keseimbangan tersebut massa otot sebanyak 3% perhari, yang
memungkinkan timbulnya perubahan akan berpengaruh pada kekuatan otot
JKEP. Vol.6 No. 1 Mei 2021 hlm 9-25 11

dan keseimbangan postural (Potter dan Angka kesakitan penduduk lansia tahun
Perry, 2010). Perubahan keseimbangan 2014 sebesar 25,99% artinya bahwa dari
postural akibat penurunan perfusi ke setiap 100 orang lansia terdapat 25
jaringan otak dapat menyababkan sampai 26 orang di antaranya mengalami
penurunan kemampuan mobilisasi pada sakit (Kementrian Kesehatan RI, 2016).
lansia akan dapat menyebabkan jatuh Penyakit yang banyak diderita lansia
pada lansia dengan hipertensi Setiap salah satunya yaitu hipertensi. Sebab
tahun diperkirakan ada sebanyak faktor risiko hipertensi salah satunya
646.000 orang yang meninggal akibat adalah berusia lebih dari 65 tahun.
kejadian jatuh secara global, dimana Diperkirakan 1,13 miliar orang diseluruh
lebih dari 80% kejadian jatuh tersebut dunia menderita hipertensi, dan dua
terdapat di negara berpenghasilan pertiga dari jumlah tersebut tinggal di
menengah dan rendah. Lansia yang negara dengan penghasilan menengah
berusia 65 tahun keatas adalah populasi dan rendah. Hipertensi juga merupakan
utama yang rentan jatuh. 37,3 juta orang penyebab terbanyak kematian premature
jatuh cukup parah sehingga di dunia (WHO, 2019). Hipertensi
membutuhkan penanganan medis, hal ini banyak terjadi pada usia 35-44 tahun
terjadi setiap tahunnya (WHO, 2018). (6,3%), usia 45-54 tahun (11,9%), dan
Berdasarkan hasil studi penelitian usia 55-64 tahun (17,2%) (Kemenkes RI,
sebelumnya didapatkan sebanyak 90 2017). Penelitian sebelumnya
lansia di UPT PSTW Bondowoso dan 34 menyebutkan bahwa penuaan dan
(42%) diantaranya memiliki risiko jatuh hipertensi berhubungan dengan
tinggi, dan 19 (23,8%) memiliki risiko penurunan akselerasi kardio dan
jatuh sedang (Riskiana, 2019). Angka vasokonstriksi yang dimediasi
kejadian jatuh dan angka lansia berisiko barorefleks, gangguan konservasi garam
jatuh diatas tergolong sangat tinggi dan air ginjal, dan pengisian jantung
sehingga perlu dikaji mendalam dan lambat. Penurunan ortostatik akut pada
perlu disusun intervensi untuk mengatasi tekanan darah penderita hipertensi dapat
tingginya angka kejadian dan angka menyebabkan iskemia serebral transien
risiko jatuh tersebut. dari aliran darah yang berkurang ke otak,
yang dapat memperburuk penurunan
kronis aliran darah otak (Gangavati dkk.,
JKEP. Vol.6 No. 1 Mei 2021 hlm 9-25 12

2012). Timbulnya penurunan perfusi ke menyebabkan cedera (Riset Kesehatan


jaringan otak dapat mempengaruhi Dasar, 2015).
tingkat keseimbangan bahkan kesadaran.
Hal tersebut memungkinkan lansia yang Risiko jatuh akan sangat berbahaya bagi
mengalami hipertensi akan mengalami lansia mengingat komplikasi yang
perubahan keseimbangan dan mungkin timbul akibat terjatuh.
selanjutnya menyebabkan jatuh (Black Penelitian sebelumnya menyebutkan
dan Hawks, 2013). Hal tersebut sangat bahwa gangguan keseimbangan
berbahaya bagi lansia, karena salah satu postrural menjadi salah satu penyebab
komplikasi yang timbul akibat terjatuh terjadinya jatuh pada lanjut usia yang
adalah kematian (Murtiani dan Suidah, dapat menyebabkan patah tulang,
2019). keseleo pada otot, perlukaan jaringan
bahkan jatuh dapat menyebabkan
Dampak fisiologis dari imobilisasi dan kematian pada lansia (Murtiani dan
ketidakaktifan salah satunya adalah Suidah, 2019). Oleh karena itu tujuan
peningkatan katabolisme protein penelitian ini untuk menganalisis
sehingga menyebabkan penurunan hubungan antara kemampuan mobilisasi
kekuatan otot (Uda dkk., 2016). Tubuh dan risiko jatuh pada lansia hipertensi di
dapat bereaksi secara fisiologis terhadap UPT PSTW Bondowoso.
kejadian imobilisasi dengan timbulnya
perubahan-perubahan yang tidak jauh Penelitian ini sangat penting untuk
beda dengan proses menua pada lanjut dilakukan guna mengetahui apakah
usia, oleh karena itu dapat memperberat tingkat kemampuan mobilisasi dapat
efek penuaan yang sedang berlangsung. berhubungan dengan risiko jatuh pada
Akibat perubahan fisik lansia tersebut lansia dengan hipertensi. Sebelumnya
akan menyebabkan terjadinya risiko telah terdapat penelitian oleh (Yan dkk.,
jatuh pada lansia (Stanley & Beare, 2019)yang menganalisa hubungan antara
2012). Menurut data Riskesdas 2015 pengalaman jatuh dan kejadian
terdapat peningkatan kejadian jatuh imobilisasi pada lansia namun tidak
sebanyak 40,9% baik yang focus pada lansia dengan hipertensi
mengakibatkan cedera dan tidak sehingga peneliti ingin menunjukkan
bagaimana kemampuan mobilisasi lansia
JKEP. Vol.6 No. 1 Mei 2021 hlm 9-25 13

dengan hipertensi dapat berhubungan Jiwa (ODGJ) dan Orang Dengan


dengan risiko jatuh yang kemungkinan Masalah Kejiwaan (ODMK). Penapisan
dialami. Sehingga dalam proses fisik yang dilakukan saat bertemu
perawatan lansia dapat disertakan latihan langsung dengan lansia didapatkan 3
keseimbangan guna mencegah lansia tergolong hipertensi grade 3, 2
imobilisasi dan risiko jatuh pada lansia orang lansia memiliki nilai MMSE <21,
hipertensi. 17 lansia tidak tergolong hipertensi, dan
saat penelitian 2 orang lansia tidak
METODE bersedia menjadi responden.
Penelitian ini menggunakan desain
korelasi dengan pendekatan cross Sebelum pengambilan data, peneliti
sectional (Desember, 2019). Subjek menjelaskan maksud, tujuan dan
penelitian sebanyak 47 lansia dari 94 meminta persetujuan penelitian pada
lansia di UPT PSTW Bondowoso Kepala UPT PSTW Bondowoso,
menggunakan total sampling. Sampel perawat dan responden. Lansia diminta
yang dipilih adalah lansia yang mengisi kuesioner karakteristik,
memenuhi kriteria inklusi penelitian. selanjutnya peneliti mengambil data
Kriteria inklusi yaitu lansia dengan nilai fungsi kognitif menggunakan
hipertensi grade 1 dan 2 yang menetap di MMSE, sebanyak 2 lansia memiliki skor
UPT PSTW Bondowoso dan bersedia <21 sehingga tidak dijadikan responden.
menjadi responden. Kriteria eksklusi Setelah dilakukan penapisan, sebanyak
penelitian ini yaitu lansia yang tergolong 47 lansia dikeluarkan dari penelitian
hipertensi grade 3, memiliki gangguan sehingga total sampel dalam penelitian
fisik dan mental yang mempengaruhi ini sebanyak 47 lansia. Karakteristik
penelitian ini, memiliki skor Mini mental responden didata menggunakan
State Exam (MMSE) <21. kuesioner karakteristik responden yang
terdiri atas kode responden, nama, usia,
Awalnya peneliti melakukan penapisan jenis kelamin, jenis perawatan, alat bantu
dengan memilah data lansia yang berjalan dan riwayat jatuh. Variabel
didapatkan dari staf UPT PSTW kemampuan mobilisasi diukur dengan
Bondowoso. Sebanyak 23 lansia kuesioner EMS yang telah diuji validitas
mengalami Orang Dengan Gangguan dan realibilitasnya oleh Smith et al.
JKEP. Vol.6 No. 1 Mei 2021 hlm 9-25 14

(1994) validitas diukur dengan normalitas data menggunakan uji


concurrent validity didapatkan p value = Kolmogorov –Smirnov. Uji univariat
0,948 dan realibilitas didapatkan p value skor total kemampuan mobilisasi dan
= 0,75 (Smith, 1994). Setiap indikator risiko jatuh dilakukan dengan uji one
dalam kuesioner EMS dapat dinilai sample Kolmogorov –Smirnov. Analisis
dengan mengobservasi kemampuan bivariate menggunakan uji Chi Square
lansia duduk, berdiri, berbaring, berjalan untuk menguji hipotesis. Interval
dan meraih benda secara langsung. Skor kepercayaan yang digunakan yaitu 95%
dalam penilaian kemampuan mobilisasi sehingga apabila nilai p<0,05 dinyatakan
<10 ketergantungan, 10-13 parsial, >14 bermakna secara statistik. Penelitian ini
mandiri. telah mendapat izin etik Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember
Variabel risiko jatuh diukur dengan dengan nomor
kuesioner MFS yang telah diuji validitas 651/UN25.8/KEPK/DL/201
dan realibilitasnya oleh Ediawati (2012)
validitas didapatkan nilai p=0,499 dan HASIL DAN PEMBAHASAN
nilai realibilitas p=0,402 (Ediawati, Sebagian besar lansia berada pada usia
2012). Instrumen MFS terdiri dari 6 pre lansia (31,9%) dan paling banyak
indikator terdiri dari riwayat jatuh 3 berjenis kelamin laki – laki (63,8%).
bulan terakhir, diagnosa sekunder, alat Sebagian besar lansia di UPT PSTW
bantu berjalan, terapi intravena, gaya Bondowoso mandiri dalam m emenuhi
berjalan dan status mental. Rentang skor aktivitas sehari – hari (31,9%) sehingga
0-24 tidak berisiko jatuh, 25-50 berisiko lansia tidak membutuhkan alat bantu
jatuh rendah dan >51 berisiko jatuh berjalan untuk melakukan aktivitas
tinggi . sehari – hari, karena lansia mandiri dan
tidak pernah menggunakan alat bantu
Analisis data dilakukan dengan berjalan maka lansia tidak pernah
perangkat lunak SPSS versi 20. Uji mengalami jatuh (59,6%).
JKEP. Vol.6 No. 1 Mei 2021 hlm 9-25 15

Tabel 1. karakteristik responden


Karakteristik Lansia n (%)
Usia
60 – 64 tahun 8 (17,0)
65 – 69 tahun 14 (29,8)
70 – 74 tahun 15 (31,9)
>75 tahun 10 (21,3)
Jenis kelamin
Laki-laki 30 (63,8)
Perempua 17 (36,2)
n
Jenis perawatan
Tergantung total 3 (6,4)
Tergantung paling 2 (4,3)
berat Tergantung 4 (8,5)
berat Tergantung 10
sedang Tergantung (21,3)
ringan 10
Tergantung paling (21,3)
ringan Mandiri total 3 (6,4)
15(31,9)

Mobilisasi adalah pergerakan yang respirasi, saraf, alat indra, dan fungsi
memberikan kebebasan dan kemandirian organ lainnya (Anggraini, 2018).
bagi seseorang. Mobilisasi adalah pusat Kemampuan mobilisasi lansia
untuk berpartisipasi dalam kehidupan emmpengaruhi kemampuan mereka
dan juga untuk menikmati kehidupan melakukan aktivitas sehati – hari. Lansia
(Stanley dan Beare, 2006). Mobilisasi di UPT PSTW memiliki kemampuan
membutuhkan peran sistem mobilisasi mandiri.
musculoskeletal, kardiovaskuler,
JKEP. Vol.6 No. 1 Mei 2021 hlm 9-25 16

Gambar 1 Kemampuan Mobilisasi Lansia Hipertensi Di UPT PSTW


Bondowoso

Kemampuan Mobilisasi n (%)


5(10,6%)

23(48,9%)

19(40,4%)

Ketergantungan Parsial / Butuh banuan Mandiri

Berdasarkan pengukuran tingkat banyak responden mereka membutuhkan


mobilisasi pada lansia di UPT PSTW bantuan untuk beraktivitas, baik bantuan
Bondowoso didapatkan jumlah dari perawat maupun bantuan alat
terbanyak lansia memiliki kemampuan mobilisasi. sehingga dapat ditarik
mobilisasi mandiri (49,8%). Hasil ini kesimpulan bahwa multiple disease
lebih rendah dari pada hasil penelitian dapat mempengaruhi kemandirian lansia
Anggarani (2018) yang menunjukkan dalam mobilisasi.
tingkat mobilisasi lansia di panti wredha
St.Yosef Jelidro yang tergolong mandiri Tingkat kemampuan mobilisasi lansia
(77,8%). Hal ini dimungkinkan karena hipertensi yang tergolong parsial atau
lansia memiliki diagnosa sekunder lebih membutuhkan bantuan didapatkan
dari satu penyakit sebanyak (53,2%). sebanyak (40,4%). Hasil tersebut lebih
Hasil ini didukung oleh penelitian yang tinggi dari pada hasil penelitian
menyebutkan bahwa lansia dengan sebelumnya yang mendapatkan lansia
penyakit kardiovaskular yang disertai parsial sebanyak (13,9%). Kemungkinan
penyakit metabolic dan secara hal ini disebabkan oleh adanya gangguan
bersamaan mengalami penyakit gaya berjalan yang tidak teratur pada
neurologis signifikan berhubungan lansia hipertensi (42,6%). Terdapat
dengan kejadian jatuh berulang (Ozturk penelitian yang menyebutkan bahwa
dkk., 2017). Selain itu dalam penelitian penyakit kardiovaskular dapat
tersebut menyebutkan bahwa cukup menimbulkan keterbatasan mobilisasi
JKEP. Vol.6 No. 1 Mei 2021 hlm 9-25 17

pada lansia (Welmer dkk., 2013). berdampak pada keseimbangan, gaya


Didukung pula dengan penelitian berjalan dan risiko jatuh (Acar dkk.,
terdahulu bahwa hipertensi berkaitan 2015). Akibatnya penurunan stabilitas
dengan perlambatan kecepatan berjalan postur dapat membatasi kemandirian
dan penurunan kecepatan berjalan yang pasien dan menyebabkan terjatuh cedera
lebih tinggi dalam Studi Tiga Kota yang apabila terjadi berulang dapat
Prancis (Welmer dkk., 2013). Oleh meningkatkan kemungkinan
karena itu, dengan adanya gangguan ketergantungan atau imobilisasi
dalam gaya berjalan lansia hipertensi (Uchmanowicz dkk., 2016). Lansia
mempengaruhi tingkat mobilitas lansia dengan usianya yang menua telah
serta kemampuan mereka dalam mengalami penurunan kemampuan fisik,
melakukan aktivitas sehari – hari. jika lansia mengalami hipertensi maka
akan semakin menyebabkan lansia
Sebagian kecil lansia hipertensi mengalami penurunan keseimbangan
tergolong ketergantungan dalam tubuh yang berpengaruh pada
mobilisasi mereka (10,6%), penelitian kemandirian dalam mobilisasi. Karena
Acar dkk, 2015 menyebutkan bahwa kemungkinan tersebut maka diperlukan
hipertensi berdampak negatif terhadap latihan untuk meningkatkan
kontrol keseimbangan lanjut usia yang keseimbangan tubuh agar kekuatan otot
menunjukkan bahwa peningkatan membaik dan lansia mampu melakukan
tekanan darah tidak hanya menyebabkan aktivitasnya secara mandiri.
penyakit kardiovaskular, tetapi juga
Gambar 2 Kategori Risiko Jatuh pada Lansia Hipertensi di UPT PSTW
Bondowoso

Kategori Risiko Jatuh n(%)

14(29,8%) 11(23,4%)

22(46,8%)

Risiko jatuh tinggi Risiko jatuh rendah Tidak berisiko jatuh


JKEP. Vol.6 No. 1 Mei 2021 hlm 9-25 18

Berdasarkan hasil analisa data lansia lansia cenderung menunjukkan gelaja


hipertensi di UPT PSTW Bondowoso multiple risk factors yang tidak dapat
didapatkan sebagian besar lansia dihindarkan baik dari penyakit-penyakit
memiliki risiko jatuh rendah (46,8%). akibat lanjut dari gangguan
Hasil ini lebih tinggi dari hasil penelitian muskuloskletal maupun penyakit yang
Ramlis dkk. (2017) yang mendapatkan lainnya (Poudal, Neupane & Lopchan,
lansia berisiko jatuh rendah sebanyak 2014 dalam Yan dkk., 2019). Kondisi ini
(30%). Rendahnya angka kejadian jatuh muncul akibat dari masa penuaan
pada lansia hipertensi tersebut karena sehingga memicu imobilitas yang tinggi
UPT PSTW Bondowoso berupaya dan kejadian jatuh berulang pada lansia
meningkatkan kemampuan fisik lansia (Yan dkk., 2019). Oleh karena itu,
dengan gaya hidup aktif. UPT PSTW dengan penuaan yang dialami lansia dan
Bondowoso menjadwalkan senam rutin penurunan sebagian besar sistem dalam
untuk lansia setiap minggu. Kegiatan ini tubuhnya akan menyebabkan lansia
dapat diikuti seluruh lansia yang mampu. berisiko mengalami jatuh berulang kali.
Selain itu tersedianya bed rail pada
tempat tidur lansia dengan keterbatasan Sebanyak (29,8%) lansia di UPT PSTW
gerak, permukaan lantai yang terjaga Bondowoso tidak berisiko jatuh. Hasil
kebersihannya sehingga mencegah ini lebih tinggi dari pada hasil penelitian
lansia terpeleset serta penerangan yang Ramlis (2017), angka lansia yang tidak
cukup. berisiko jatuh pada lansia di BPPLU
Kota Bengkulu sebanyak (25%). Hal ini
Lansia hipertensi yang berisiko jatuh kemungkinan karena lansia di UPT
tinggi di UPT PSTW Bondowoso PSTW Bondowoso melakukan latihan
terdapat sebanyak (23,4%), hasil aktivitas fisik senam rutin setiap minggu.
penelitian ini lebih rendah dari pada Didukung dengan penelitian sebelumnya
penelitian sebelumnya yang yang menyebutkan bahwa kesehatan
mendapatkan risiko jatuh tinggi dapat dicapai dengan berolahraga secara
sebanyak (58,3%) (Rudy dan Setyanto, rutin sesuai dengan keadaan fisik lansia
2019). Kemungkinan hal ini disebabkan sehingga menjadikan lansia sebagai
oleh riwayat jatuh yang pernah dialami individu yang mandiri, sehat dan tetap
lansia. Didukung dengan penelitian aktif (Kurnianto dkk., 2015). Oleh
JKEP. Vol.6 No. 1 Mei 2021 hlm 9-25 19

karena itu, lansia akan mencapai Hal tersebut merupakan syarat mendasar
kemandirian mereka dan mencegah jatuh untuk lingkungan yang fungsional, salah
dengan olahraga rutin. satu yang dapat mendukung kemudahan
lansia untuk berpindah yaitu tersedianya
UPT PSTW Bondowoso telah handrail (pegangan tangan) pada jalur
melakukan berbagai upaya untuk perpindahan dan area kamar mandi,
mempertahankan dan menopang dapur serta tangga (Devi, 2016). Tangga
kemandirian lansia dengan adanya dan ramp untuk area panti yang
jadwal kegiatan senam rutin setiap menanjak agar lansia tidak terpeleset
minggu dan memberikan alat bantu (Bangngu dkk., 2018). Tempat tidur
berjalan berupa tongkat pada beberapa yang sesuai seharusnya memiliki pagar
lansia dengan kesulitan berjalan serta atau penyangga (bedrail) disampingnya
penyediaan bedrail bagi lansia yang agar menjegah terjatuh ketika tidur dan
ketergantungan untuk meminimalisir membantu lansia naik turun dari tempat
jatuh. Lansia dengan risiko jatuh rendah tidur (Shanahan, 2011; Bangngu dkk.,
sampai risiko jatuh tinggi masih mampu 2018). Dengan adanya rekomendasi ini
melakukan sebagian aktivitas sehari – diharapkan institusi memperhatikan lagi
hari mereka, sehingga perlunya keamanan lingkungan bagi lansia
memperhatikan keadaan lingkungan sebagai penghuni panti.
untuk menyesuaikannya dengan
keamanan lansia saat beraktivitas.
Tabel 2. Analisa hubungan kemampuan mobilisasi dan risiko jatuh pada lansia
hipertensi
Kemampuan Risiko Jatuh X2 P value
Mobilisasi Risiko Risiko Tidak
tinggi n rendah berisiko n
(%) n(%) (%)
Ketergantungan 10 (21,3%) 12 (25,5%) 2 (4,3%) 14,674 0,001
– butuh bantuan
Mandiri 1 (2,1%) 10 (21,3%) 12 (25,5%)
JKEP. Vol.6 No. 1 Mei 2021 hlm 9-25 20

Hasil uji statistik didapatkan terdapat Hubungan kuat antara kemampuan


hubungan antara kemampuan mobilisasi mobilisasi yang baik atau dapat
dengan risiko jatuh pada lansia dikatakan lansia mandiri dapat
hipertensi di UPT PSTW Bondowoso (p menjauhkan lansia terhadap risiko jatuh,
value=0,001). Hasil penelitian ini sesuai dan sebaliknya apabila kemampuan
dengan penelitian sebelumnya yang mobilisasi lansia menurun atau bahkan
menggunakan uji statistik Spearman Rho lansia tidak mampu melakukan
dengan p value 0,018 dan dinyatakan mobilisasi tanpa bantuan orang lain
bahwa jenis kelamin dan mobilitas maka akan meningkatkan risiko jatuh
mempunyai hubungan dengan risiko yang mungkin dialaminya. Lansia perlu
jatuh (Anggraini, 2018). Hal tersebut diperhatikan terkait latihan fisik
kemungkinan disebabkan oleh khususnya latihan keseimbangan guna
keseimbangan lansia dalam berjalan mempertahankan kemampuan
sehingga gaya berjalan lansia tidak mobilisasi yang optimal.
teratur atau tidak aman. Lansia di UPT
PSTW Bondowoso memiliki gaya Penelitian ini menunjukkan hasil
berjalan yang tidak teratur (42,6%). kemampuan – kemampuan lansia dalam
Lansia dengan gangguan keseimbangan melakukan mobilisasi seperti
menggunakan alat bantu ketika berjalan kemampuan lansia berbaring, duduk,
(46,8%), alat bantu tersebut berupa berdiri, berjalan dan meraih suatu benda.
tongkat dan kruk, serta lansia Rata – rata kemampuan mobilisasi lansia
berpegangan pada benda – benda adalah mandiri. Intensitas aktivitas fisik
disekitarnya seperti meja, kursi dan lansia menurun seiring penuaan yang
benda – benda lain didekatnya. Saat dialaminya. Penurunan aktivitas fisik
seorang tumbuh, pola aktivitas berubah, dan imobilisasi dapat menyebabkan
massa otot berkurang dan postur serta lansia mengalami penurunan kekuatan
komposisi tulang berubah (Potter dan otot (Potter dan Perry, 2017).
Perry, 2017). Perubahan tersebut Kemampuan mobilisasi dikaitkan
mempengaruhi keseimbangan lansia dengan aktivitas fisik yang dilakukan
dalam berjalan, dan ketika lansia. Lansia lebih sering duduk
keseimbangan lansia menurun akan berdiam dan berbaring dari pada
menimbulkan risiko jatuh pada lansia. melakukan aktivitas fisik, hal tersebut
JKEP. Vol.6 No. 1 Mei 2021 hlm 9-25 21

dimungkinkan oleh kurangnya Aktivitas fisik yang direkomendasikan


pengertahuan dan minat lansia terhadap oleh WHO yang bertujuan untuk
latihan fisik. Lansia seharusnya memperbaiki kesehatan kardiorespirasi
melakukan aktivitas fisik setidaknya 30 dan kebugaran otot, kesehatan tulang,
menit setiap hari dalam seminggu dan menurunkan risiko Penyakit Tidak
(Kurnianto dkk., 2015). Menular (PTM) serta depresi adalah
sebagai berikut. Pertama, orang dewasa
Lansia dalam penelitian ini memiliki yang berusia 18-64 tahun hendaknya
risiko jatuh rendah dan sebagian besar melakukan aktivitas fisik aerobik level
mampu melakukan aktivitas sehari – hari sedang minimal 150 menit dalam
mereka dengan mandiri. Untuk itu, seminggu atau melakukan setidaknya 75
lansia mampu melakukan aktivitas fisik menit aktivitas fisik aerobik level tinggi
guna mempertahankan kondisi dalam seminggu, atau yang setara
kesehatan mereka di usia tua. Aktivitas dengan kombinasi aktivitas fisik level
fisik (physical activity) didefinisikan sedang hingga tinggi. Kedua, aktivitas
sebagai semua bentuk kegiatan atau aerobik hendaknya dilakukan setidaknya
pergerakan tubuh yang menyebabkan dalam durasi 10 menit. Ketiga, untuk
pengeluaran energi, seperti melakukan menambah manfaatnya bagi kesehatan,
pekerjaan rumah tangga, berbelanja, hendaknya aktivitas fisik tersebut
berkebun, maupun berolah raga (Dewi, ditingkatkan pada aktivitas fisik aerobik
2018). Setiap aktivitas fisik level sedang menjadi 300 menit per
membutuhkan keseimbangan, dengan minggu, tercapainya aktivitas fisik
program latihan fisik keseimbangan atau aerobik level tinggi 150 menit
olahraga yang mengandung unsur perminggu atau yang setara dengan
keseimbangan seperti berenang, senam, kombinasi keduanya. Keempat, aktivitas
Taichi dll, dapat mengurangi resiko penguatan otot hendaknya dilakukan
lansia jatuh, sehingga kemungkinan dengan melibatkan grup-grup otot utama
terjadinya cidera, fraktur bahkan dalam 2 hari atau lebih perminggu
kematian bisa diminimalisir, dan (Dewi, 2018).
harapan hidup atau kesehatan atau
kebugaran lansia tetap terjaga Di samping faktor – faktor internal
(Supriyono, 2015). terkait mobilisasi dan risiko jatuh, faktor
JKEP. Vol.6 No. 1 Mei 2021 hlm 9-25 22

eksternal juga cukup memberikan kolesterol, meningkatkan resistensi


pengaruh terhadap kemampuan insulin, mengurangi berat badan,
mobilisasi lansia. Diantaranya yaitu, memperkuat tulang, dan mengurangi
kesesuaian jumlah perawat yang jatuh.
memfasilitasi perawatan lansia setiap
harinya, keamanan lingkungan yang SIMPULAN
meliputi lantai yang tidak licin, handrail Lansia dengan hipertensi yang tinggal di
dalam kamar mandi dan permukaan yang UPT PSTW Bondowoso sebagian besar
miring serta pencahayaan yang baik, alat mandiri dalam melakukan mobilisasi
bantu jalan dan jadwal kegiatan yang (49,8%) dan sebagian besar lansia di
diberikan panti sosial. Apabila faktor – UPT PSTW Bondowoso memiliki risiko
faktor tersebut terpenuhi maka akan jatuh yang rentangnya rendah (46,8%).
menopang aktivitas lansia sehari – hari Hasil uji statistik menyatakan terdapat
dan meminimalkan risiko jatuh yang hubungan antara kemampuan mobilisasi
mungkin ditimbulkan. dengan risiko jatuh pada lansia
hipertensi di UPT PSTW Bondowoso (p
Berdasarkan ulasan diatas dapat value= 0,001). Karena itu, sangat
disimpulkan bahwa lansia dengan penting bagi lansia dengan hipertensi
penurunan sistem muskuloskeletal harus untuk melakukan aktivitas fisik guna
mampu modifikasi gaya hidup agar meningkatkan keseimbangan tubuh
dapat menurunkan efek penuaan yang sehingga mampu mobilisasi secara
dialaminya dan isntitusi perlu mandiri dan menurunkan kemungkinan
memperhatikan keadaan lingkungan jatuh.
serta menyesuaikan jumlah perawat
dengan perawatan yang dibutuhkan SARAN
lansia (Stanley dan Beare, 2006; Devi, Diharapkan penelitian selanjutnya dapat
2016) . Sehingga lansia dapat terfasilitasi lebih spesifik membahas terkait
dalam perawatan dan latihannya serta bagaimana kemampuan mobilisasi pada
terhindar dari kondisi imobilisasi. lansia dengan hipertensi dan
Terutama untuk melakukan aktivitas membandingkannya pada lansia yang
fisik, manfaat latihan fisik terbukti tidak mengalami hipertensi serta
mengurangi tekanan darah dan hubungan masing masing kelompok
JKEP. Vol.6 No. 1 Mei 2021 hlm 9-25 23

dengan risiko jatuh. Dewi, S. K. 2018. Level Aktivitas Fisik


dan Kualitas Hidup Warga Lanjut
Usia Physical Activity Level and
UCAPAN TERIMA KASIH
Quality Of Life Of The Elderly.
Terimakasih kepada kelompok riset Jurnal MKMI. 14(3):241–250.
Keperawatan Gerontik Universitas
Ediawati, E. 2012. Hubungan Tingkat
Jember Helathy and Wellness of Elderly Kemandirian Dalam Activity Daily
Living (ADL) dan Risiko Jatuh
Studies yang telah membantu dalam
Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna
proses penyelesaian penelitian ini. Werdha Budi Mulia 01 dan 03
Jakarta Timur. Depok: Fakultas
Ilmu Keperawatan.
DAFTAR RUJUKAN
Acar, S., İ. Demirbüken, C. Algun, M.
Gangavati, A., I. Hajjar, L. Quach, R. N.
Malkoç, dan N. Tekin. 2015. Is
Jones, D. K. Kiely, G. Peggy, dan
Hypertension A Risk Factor For
L. A. Lipsitz. 2012. Hypertension,
Poor Balance Control In Elderly
Orthostatic Hypotension, and The
Adults? Journal of Physical
Risk Of Falls In A Community-
Therapy Science. 27(3):901–904.
Dwelling Elderly Population: The
Maintenance of Balance,
Anggraini, A. P. M. 2018. Kemampuan
Independent Living, Intellect, and
Mobilitas Merupakan Faktor Risiko
Zest In The Elderly of Boston Study.
Jatuh Terkuat Pada Lansia. Jurnal
The American Geriatrics Society.
Penelitian Kesehatan. 5(2):72–78.
59(3):383–389.
Bangngu, H. C., D. Puspita, dan D. N.
Kemenkes RI. 2017. Sebagian Besar
Gasong. 2018. Evaluasi Keamanan
Penderita Hipertensi Tidak
Lingkungan Bagi Lansia Yang
Menyadarinya.
Tinggal Di Panti Wredha Salib
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/
Putih Salatiga. Prosiding Seminar
baca/rilis-
Nasional Mahasiswa Unimus.
media/20170517/3220892/sebagia
1:91–98.
n-besar-penderita-hipertensi-tidak-
menyadarinya/. (diakses 19
Black, J. dan J. Hawks. 2013.
September 2019)
Keperawatan Medikal Bedah (3-
Vol Set) 8th Edition Manajemen
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Situasi
Klinis untuk Hasil yang
Lanjut Usia (LANSIA) Di
Diharapkan. Singapore: Elsevier
Indonesia. Jakarta Selatan:
Ltd.
Kemenkes RI. 16.
Devi, E. 2016. POLA Penataan Ruang
Kurnianto, D., P. Ilmu, K. Pps, A.
Panti Jompo Berdasarkan Aktivitas
Makalah, P. Lansia, dan P. Apa.
dan Perilaku Penghuninya. Jurnal
2015. Menjaga Kesehatan Di Usia
Arteks. I(1):31–48.
Lanjut. Jorpres. 11(2):19–30.
JKEP. Vol.6 No. 1 Mei 2021 hlm 9-25 24

Murtiani, N. dan H. Suidah. 2019. Supriyono, E. 2015. Aktivitas Fisik


Pengaruh Pemberian Intervensi 12 Keseimbangan Guna Mengurangi
Balance Exercise terhadap Resiko Jatuh Pada Lansia. Jurnal
Keseimbangan Postural Pada Olahraga Prestasi. 11(2):91–101.
Lansia. Jurnal Keperawatan.
12(1):42–52. Susanto, T. 2013. Keperawatan
Gerontik. Edisi 1. Jember: UPT
Ozturk, T. C., R. Ak, E. Unal Akoglu, O. Penerbitan Unej.
Onur, S. Eroglu, dan M. Saritemur.
2017. Factors Associated with Uchmanowicz, I., A. Chudiak, J.
Multiple Falls Among Elderly Polańska Beata, dan R. Gobbens.
Patients Admitted to Emergency 2016. Detailed Relationship
Department. International Journal Between The Pattern Of Blood
of Gerontology. 11(2):85–89. Pressure Change During The
Valsalva Maneuver and The
Potter, A. P. dan A. G. Perry. 2010. Degree Of Orthostatic Hypotension
Fundamentals of Nursing: During The Head-Up Tilt Test In
Fundamental Keperawatan. Edisi Patients with Orthostatic
7. Jakarta: Salemba Medika. Intolerance: A Retrospective Case-
Control Study. Medicine (United
Potter, A. P. dan A. G. Perry. 2017. States). 95(19):102–107.
Fundamental Keperawatan, Edisi 7
Buku 3. Edisi 7. Singapore. Uda, H. D. H., Muflih, dan A. E. A.
Thomas. 2016. Latihan Range of
Rudy, A. dan R. B. Setyanto. 2019. Motion Berpengaruh Terhadap
Analisis Faktor yang Mobilitas Fisik Pada Lansia Di
Mempengaruhi Risiko Jatuh Pada Balai Pelayanan Sosial Tresna
Lansia. 5:52–56. Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta.
Journal Ners And Midwifery
Seke, P. A., H. J. Bidjuni, dan J. Lolong. Indonesia. 4(3):169–177.
2016. Hubungan Kejadian Stres
dengan Penyakit Hipertensi Di Welmer, A. K., S. Angleman, E.
Balai Penyantunan Lanjut Usia Rydwik, L. Fratiglioni, dan C. Qiu.
Senjah Cerah Kecamatan 2013. Association Of
Mapanget Kota Manado. E-Journal Cardiovascular Burden With
Keperawatan. 4(June):1–5. Mobility Limitation Among Elderly
People: A Population-Based Study.
Smith, R. 1994. Validation And PLoS ONE. 8(5):1–7.
Reliability Of The Elderly Mobility
Scale. Physiotherapy (United WHO. 2018. Falls.
Kingdom). 80(11):744–747. https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/falls.
Stanley, M. dan P. G. Beare. 2006. (diakses 22 september 2019)
Gerontological Nursing: A Health
Promotion/ Protection Approach.
Philadelphia: The F.A. Davis
Company.
JKEP. Vol.6 No. 1 Mei 2021 hlm 9-25 25

WHO. 2019. Hypertension. Yan, L. S., D. Octavia, dan W. Suweno.


https://www.who.int/news- 2019. Pengalaman Jatuh dan
room/fact- Kejadian Imobilitas pada
sheets/detail/hypertension. Kelompok Lanjut Usia. Jurnal
(Diakses 19 september 2019) Endurance: Kajian Ilmiah Problema
Kesehatan. 4(1):150–161.

You might also like