ID Analisis Konsentrasi Debu Dan Keluhan Kesehatan Pada Masyarakat Di Sekitar Pabri

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

ANALISIS KONSENTRASI DEBU DAN KELUHAN KESEHATAN PADA

MASYARAKAT DI SEKITAR PABRIK SEMEN DI DESA KUALA


INDAH KECAMATAN SEI SUKA KABUPATEN BATU BARA
TAHUN 2012

Khairiah1, Taufik Ashar 2, Devi Nuraini Santi 2


1
Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
Departemen Kesehatan Lingkungan
2
Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
riah_khairiah89@yahoo.co.id

Abstract
Analyze the concentration of dust and health disorders in communities around the
cement industry at Kuala Indah village, sub-discrit of Sei Suka, Regency of Batu
Bara in 2012. Cement industry has impact on air pollution especially dust. It is
predicted to cause diseases to the community around of the cement factory at Kuala
Indah Village particularly respiratory airway disorder, irritations of skin and eyes. This
study was analyze to concentration of dust and health disorders of the community
around the cement factory at Kuala Indah Village Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu
Bara. It was a descriptive study cross-sectional design consisting of 56 samples. The
data collection was carried out by using questionnaire and the measurement instrument
of dust concentration, a Haz-Dust of EPAM-5000 Model. Based on the result of
measurement carried out on 20 September 2012, the average concentration of dust was
of 86,5 µg/m3 and of 76,0 µg/m3 on 20 November 2012. It indicates that the
concentration of dust was relatively less than the standard (150 µg/m3). Based on the
analyzed data, it can be described that some (33,9%) respondents have health disorders
especially skin irritation (73,7%). Based on the result of the study, it can be concluded
that the concentration of dust around the cement factory of Kuala Indah Village is
eligible, however, the re-exposure may result in health disorders. It is suggested to the
cement factory to protect the environment by use the equipment to minimize the
pollution.

Keywords : Dust concentration, health disorder

Pendahuluan dapat menjadi media penyakit pada


manusia (Chandra, 2006).
Udara adalah atmosfer yang berada di
sekeliling bumi yang fungsinya sangat Jumlah udara yang dibutuhkan oleh
penting untuk kehidupan di muka bumi manusia untuk bernafas sangat besar
ini. Dalam udara terdapat oksigen (O2) tergantung dari kegiatannya. Oleh sebab
untuk bernapas, karbon dioksida (CO2) itu sekecil apapun konsentrasi polutan
untuk proses fotosintesis oleh klorofil yang terdapat di udara akan
daun, dan ozon (O3) untuk menahan menimbulkan gangguan. Yang penting
sinar ultraviolet dari matahari (Sunu, untuk diketahui adalah udara yang ada
2001). Selain memberikan oksigen, di planet bumi ini jumlahnya tetap,
udara juga berfungsi sebagai alat hanya komposisinya yang mungkin
penghantar suara dan bunyi-bunyian, berubah (Sarudji, 2010).
pendingin benda-benda yang panas, dan

1
Di daerah industri banyak beroperasi Sumatera Utara tepatnya di Kuala Indah
berbagai pabrik seperti kimia, semen, Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu
kayu lapis, pembangkit listrik maupun Bara yang didirikan pada tahun 2008
yang lainnya. Kegiatan industri tersebut dan mulai berproduksi pada bulan April
potensial dalam menghasilkan bahan 2010, saat ini memproduksi 600 ton
pencemaran udara. Bahan pencemar semen perhari. Pabrik semen
udara yang dapat dikeluarkan oleh merupakan salah satu industri yang jika
industri maupun pembangkit listrik tidak dikelolah dengan baik dapat
antara lain adalah partikel debu, gas menyebabkan dampak negatif yaitu
SO2 (sulfur dioksida), gas NO2 pencemaran udara oleh debu. Debu
(nitrogen dioksida), gas CO (karbon yang dihasilkan industri semen dapat
monoksida), gas NH3 (amoniak), dan berpengaruh terhadap lingkungan dan
gas HC (hidrokarbon) (Mukono, 2008). manusia.

Industri semen berpotensi sebagai Dari hasil survei pendahuluan yang


sumber pencemaran partikel penulis lakukan pada tanggal 15
(Wardhana, 2001). Debu semen Februari 2012 di sekitar pabrik semen,
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) jenis terlihat bahwa debu yang merupakan
utama, semen alam dan buatan hasil sampingan dari pabrik semen ini
(Portland) semen. Semen portland telah berpengaruh secara fisik terhadap
adalah campuran dari kalsium oksida lingkungan yaitu debu telah
(62% -66%), silikon oksida (19% - menyelimuti pohon sawit di sekitarnya
22%), aluminium trioksida (4% -8%), yang menyebabkan produksi pohon
oksida besi (2% -5%) dan magnesium sawit tersebut terganggu. Dari data
oksida (1 % -2%). Debu semen Puskesmas terlihat bahwa ISPA dan
memiliki efek iritasi pada kulit, mata penyakit kulit merupakan penyakit
dan sistem pernapasan (Meo, 2003). menonjol yang terjadi di Kecamatan Sei
Suka. Penyakit tersebut diduga
Menurut hasil penelitian (Junaidi, disebabkan oleh debu. Salah satu faktor
2002), kadar debu di lingkungan AKL yang mempengaruhi penyebaran debu
DepKes RI Banda Aceh yang diduga adalah arah angin. Menurut BMKG
dari proses industri PT Semen Andalas (pada tanggal 05 Agustus 2012), arah
Indonesia dan juga aktivitas lalulintas angin yang terjadi di Lima Puluh yang
jalan raya rata-rata 0,24 mg/m3 berarti merupakan ibukota Kabupaten Batu
melebihi ambang batas yang akan Bara adalah mengarah ke barat. Hal ini
berpengaruh terhadap kesehatan berpengaruh terhadap titik pengambilan
penghuni AKL. Responden yang sampel yang penulis lakukan.
mengalami gangguan mata yaitu 111
orang dari 123 responden dan yang Berdasarkan uraian diatas maka penulis
mengalami gangguan kulit sebanyak tertarik untuk melaksanakan penelitian
102 orang atau 82,93% dari 123 yang berjudul: Analisis Konsentrasi
responden, serta dari data Puskesmas Debu dan Keluhan Kesehatan pada
Lhoknga menunjukkan 10 penyakit Masyarakat di Sekitar Pabrik Semen di
terbesar urutan yang paling tinggi Kuala Indah, Kecamatan Sei Suka,
adalah penyakit ISPA sebanyak 439 Kabupaten Batu Bara Tahun 2012 .
orang pada bulan Januari 2001.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
Industri semen merupakan salah satu menganalisis konsentrasi debu dan
industri yang perkembangannya sangat keluhan kesehatan pada masyarakat di
pesat. Pabrik semen yang terdapat di sekitar pabrik semen di Desa Kuala

2
Indah, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Hasil dan Pembahasan
Batu Bara Tahun 2012.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Manfaat penelitian ini adalah memberi menggunakan kuesioner kepada
masukkan kepada pihak pabrik semen responden maka diperoleh karakteristik
tentang dampak negatif akibat debu responden dan karakteristik tempat
terhadap masyarakat dan lingkungan. tinggal responden sebagai berikut :
Memberikan informasi pada masyarakat
di sekitar pabrik semen tentang efek Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden
No Karakteristik n %
debu terhadap kesehatan. Menambah 1 Umur
pengalaman dan wawasan berpikir bagi a. 21- 40 tahun 32 57,1
penulis yang berhubungan dengan b. > 40 tahun 24 42,9
analisis konsentrasi debu dan keluhan Total 56 100,0
kesehatan pada masyarakat di sekitar 2 Tingkat Pendidikan
pabrik semen. a. Tidak sekolah 9 16,1
b. SD 12 21,4
c. SMP/SLTP 12 21,4
Metode Penelitian d. SMA/SMU 20 35,7
e. Sarjana 3 5,4
Penelitian ini menggunakan desain Total 56 100,0
cross-sectional yang bersifat deskriptif, 3 Lama Bermukim
a. ≤ 2 tahun 3 5,4
dengan mengetahui konsentrasi debu b. > 2 tahun 53 94,6
dan keluhan kesehatan yang dialami Total 56 100,0
masyarakat di sekitar pabrik semen 4 Pekerjaan
secara bersamaan untuk mendapatkan a. Bekerja 21 37,5
gambaran tingkat pencemaran udara b. Tidak bekerja 35 62,5
oleh debu yang dihasilkan oleh pabrik Total 56 100,0
5 Lokasi Kerja
semen di Desa Kuala Indah pada tahun a. Sekitar pabrik 4 19,0
2012. b. Jauh dari pabrik 17 81,0
Total 21 100,0
Lokasi penelitian di daerah pemukiman 6 Lama Berada di
sebelah barat dan barat daya dari pabrik Sekitar Pabrik
a. ≤ 16 jam/hari 6 10,7
semen di Desa Kuala Indah. Penelitian
b. 17-23 jam/hari 11 19,6
ini dilaksanakan pada bulan September c. 24 jam/hari 39 69,7
2012 sampai November 2012 Total 56 56

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu Dari tabel di atas diketahui bahwa
rumah tangga sebanyak 130 orang karakteristik responden yaitu sebagian
dengan jumlah sampel sebanyak 56 besar responden berumur antara 21-40
orang. tahun (57,1%) dengan tingkat
pendidikan terbanyak adalah
Objek dalam penelitian ini adalah udara SMA/SMU (35,7%), sedangkan yang
ambien di daerah pemukiman sekitar paling sedikit adalah tamatan Sarjana
pabrik semen dan pengukuran kadar (5,4%) yang berarti sebagian besar
debu di lakukan di tujuh titik yaitu pada tingkat pendidikan responden sudah
pemukiman sebelah barat daya dan cukup baik, karena sudah banyak
barat yang terletak searah dengan angin menerima pengetahuan sehingga
laut. responden akan lebih mudah menerima
informasi.

3
Menurut Chandra (2008), Usia dapat kesehatan manusia sangat beragam
menjadi salah satu faktor yang tergantung pada jumlah dan lama
mempengaruhi perkembangan penyakit pemaparan, juga pada status kesehatan
secara langsung atau tidak langsung orang yang terpapar.
secara bersamaan dengan variabel lain
sehingga menyebabkan perbedaan Tabel 2. Distribusi Karakteristik Tempat
diantara angka kesakitan dan kematian Tinggal Responden
No Karakteristik n %
pada masyarakat atau kelompok Tempat Tinggal
masyarakat. 1 Jarak Rumah Terhadap
Pabrik
Pendidikan adalah suatu proses belajar a. ≤ 200 meter 11 19,6
yang berarti terjadi proses pertumbuhan, b. > 200 meter 45 80,4
perkembangan atau perubahan kearah Total 56 100,0
2 Keberadaan Pohon
yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih Besar
matang pada diri individu, kelompok a. Tidak ada 25 44,6
atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003). b. Ada 31 55,4
Dan menurut Chandra (2008), Total 56 100,0
membaiknya tingkat pendidikan formal 3 Luas Ventilasi Rumah
pada masyarakat secara tidak langsung a. ≤ 20% dari luas 38 67,9
lantai
akan menurunkan angka kesakitan dan b. > 20% dari luas 18 32,1
kematian. lantai
Total 56 100,0
Pada umumnya responden telah
bermukim di Desa Kuala Indah ini > 2 Tabel di atas diketahui bahwa sebagian
tahun (94,6%) yang berarti sudah ada besar jarak rumah responden terhadap
pemukiman sebelum pabrik semen ini pabrik semen > 200 meter (80,4%), hal
berdiri. Sebagian besar responden tidak ini dapat menggambarkan bahwa jarak
bekerja (62,5%), yang berarti responden rumah responden terhadap pabrik semen
hanya bekerja sebagai ibu rumah sudah cukup baik karena pada jarak
tangga, sehingga sebagian besar tersebut konsentrasi debunya semakin
responden berada di sekitar pabrik kecil sehingga tingkat paparan debunya
semen selama 24 jam/hari (69,7%). juga akan lebih kecil.
Berdasarkan lokasi kerja, maka
diketahui bahwa pada umumnya lokasi Dari hasil pengukuran kadar debu
kerja responden jauh dari pabrik semen terlihat bahwa semakin jauh jarak
yaitu sebesar 81,0% responden. rumah terhadap pabrik semen, kadar
debunya semakin kecil. Hal ini sejalan
Lamanya paparan/kontak merupakan dengan hasil penelitian Soedomo (1999)
salah satu akibat kerusakan kesehatan dalam Suhariyono (2003), yang
yang disebabkan oleh debu (Agusnar, menunjukkan bahwa konsentrasi debu
2008). Selain disebabkan oleh lamanya rata-rata di daerah sekitar pabrik semen
paparan/kontak dengan polutan, keluhan Cibinong dan Citeureup mencapai 380
kesehatan juga dipengaruhi oleh sistem µg/Nm3 pada jarak 1000 sampai 1500
pertahanan tubuh karena paparan debu meter dari lokasi pabrik dan menurun
yang sama, baik jenis, ukuran, pada tingkat konsentrasi 280 µg/Nm3
konsentrasi, maupun lamanya pada jarak 2000 sampai 3500 meter.
pemaparan tidak selalu menunjukkan
keluhan kesehatan yang sama. Hal ini Berdasarkan keberadaan pohon besar di
sejalan dengan Widyastuti (2005), efek halaman rumah responden, maka
paparan polutan udara terhadap diketahui bahwa sebagian besar

4
responden memiliki pohon besar di Tabel 3. Hasil Pengukuran Kadar Debu
halaman rumahnya (55,4%), dimana PM10 di Pemukiman Warga
Sekitar Pabrik Semen
keberadaan pohon besar diharapkan Tgl Ttk Jarak Kadar NAB Ket
maupun menjerat dan menjerap debu Terhadap Debu (µg/m3)
sehingga dapat mengurangi kadar debu Pabrik (µg/m3)
20-9- 1 ± 70 m 96 150 MS
di sekitar rumah responden. 2012 (Barat)
2 ± 500m 77 MS
Perlu diketahui bahwa ada beberapa (Barat
daya)
tanaman yang memiliki ketahanan Rata-rata 86,5 MS
tinggi terhadap pencemaran debu semen 20- 1 ± 20 m 102 150 MS
dan kemampuan yang tinggi dalam 11- (Barat)
2012 2 ± 70 m 98 MS
menjerap (adsorpsi) dan menyerap (Barat)
(absorpsi) debu semen, jenis tanaman 3 ± 200 m 75 MS
tersebut antara lain, mahoni, bisbul, (Barat)
4 ± 400 m 60 MS
tanjung, kenari, meranti merah, kere (Barat)
payung, dan kayu hitam (Irawati, 1990). 5 ± 600 m 59 MS
Keberadaan pohon besar diharapkan (Barat)
6 ± 350 m 67 MS
dapat mengurangi masuknya debu ke (Barat
dalam rumah karena pohon dapat daya)
menangkap/menjerat debu. Menurut 7 ± 500 m 71 MS
Sarudji (2010) pepohonan untuk (Barat
daya)
penghijauan lingkungan pemukiman Rata-rata 76,0 MS
merupakan pelindung dan juga Keterangan :
berfungsi untuk kesejukan, keindahan, MS : memenuhi syarat
dan kelestarian alam. TMS : tidak memenuhi syarat

Luas ventilasi rumah responden yang Berdasarkan PP RI Nomor 41 Tahun


terbanyak yaitu ≤ 20% dari luas lantai 1999 tentang pengendalian pencemaran
(67,9%) yang berarti sebagian besar udara, kadar debu maksimal untuk PM 10
luas ventilasi rumah responden belum (partikel < 10 µm) yaitu 150 µg/m3.
memenuhi syarat, hal ini dapat Tabel di atas menunjukkan bahwa kadar
menyebabkan tidak lancarnya sistem debu di pemukiman warga sekitar
pertukaran udara di dalam rumah pabrik semen ini masih berada di bawah
responden sehingga responden akan ambang batas (memenuhi syarat).
lebih mudah terkena gangguan saluran
pernapasan. Meskipun masih berada di bawah
ambang batas, debu semen ini cukup
Menurut Sarudji (2010), setiap membahayakan karena mengandung
ruang/kamar memerlukan ventilasi yang debu silika yang dapat mengganggu
cukup untuk menjamin kesegaran kesehatan, debu silika bebas (SiO2) ini
penghuninya. Dan udara yang masuk dapat terhirup masuk ke dalam paru-
adalah udara yang bersih, tidak tercemar paru dan kemudian mengendap yang
dari asap dapur, pembakaran sampah, sering disebut sebagai penyakit
atau sumber lain di sekitar pemukiman. silikosis. Nilai ambang batas untuk debu
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan silika berdasarkan SNI Nomor 19-0232-
RI No. 1077 tahun 2011, rumah harus 2005 yaitu untuk partikel inhalabel 10
dilengkapi dengan ventilasi, minimal mg/m3 dan partikel respirabel 3 mg/m3.
20% luas lantai dengan sistem ventilasi Pada kedua nilai ambang tersebut
silang. terdapat simbol (e), dimana (e) tersebut

5
sebagai simbol bahwa nilai untuk Tabel di atas menunjukkan bahwa jenis
partikel inhalabel (total), tidak penyakit yang terbanyak adalah iritasi
mengandung asbes dan kandungan kulit (kulit kering, bentol-bentol, dan
kristal silika lebih kecil dari 1%. terasa gatal) yaitu sebesar 73,7%.
Sedangkan riwayat penyakit terbanyak
Tabel 4. Distribusi Keluhan Kesehatan sebelum pabrik semen ini berproduksi
Responden adalah iritasi mata (31,6%).
No Keluhan Kesehatan n %
1 Ada 19 33,9
2 Tidak ada 37 66,1 Keluhan kesehatan ini berhubungan
Total 56 100,0 adanya debu semen. Menurut Meo
(2003), debu semen memiliki efek
Tabel di atas menunjukkan bahwa iritasi pada kulit, mata, dan sistem
hanya sebagian kecil responden yang pernapasan. Selain debu semen, debu
memiliki keluhan kesehatan (33,9%). yang berada di Desa Kuala Indah ini
Keluhan kesehatan muncul karena juga berasal dari lalulintas.
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
dari faktor individu maupun dari Kesimpulan dan Saran
lingkungan.
Konsentrasi debu di pemukiman warga
Dalam konsep Henry L. Blum (1974), sekitar pabrik semen di Desa Kuala
dijelaskan bahwa derajat kesehatan Indah masih berada dibawah nilai
dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor ambang batas (memenuhi syarat).
utama, yaitu lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan keturunan Sebanyak 19 responden mengalami
(hereditas). keluhan kesehatan dan keluhan
kesehatan yang paling banyak dialami
Tabel 5. Distribusi Responden oleh responden yaitu iritasi kulit
Berdasarkan Jenis Keluhan sebanyak 73,7% responden.
Kesehatan
No Keluhan Pernah Tidak Jumlah
Kesehatan (%) Pernah (%) Pihak pabrik semen, harus menurunkan
(%) debu serendah mungkin dengan cara
1 Jenis Keluhan
Kesehatan melengkapi alat penangkap debu.
a. Batuk dan 3 16 19
sesak napas (15,8) (84,2) (100,0)
Bagi warga yang tinggal di pemukiman
b. Iritasi kulit 14 5 19
(kulit kering, (73,7) (26,3) (100,0) sekitar pabrik semen di Desa Kuala
bentol-bentol, Indah dapat menanam pohon mahoni
dan terasa
gatal atau pohon tanjung karena pohon
tersebut mampu menjerap dan
c. Iritasi mata 9 10 19
(mata perih, (47,4) (52,6) (100,0)
menyerap (mengurangi jatuhnya) debu
mata merah) semen.
2 Riwayat
Kesehatan
a. Batuk dan 2 17 19 Daftar Pustaka
sesak napas (10,5) (89,5) (100,0)
b. Iritasi kulit 1 18 19
(kulit kering, (5,3) (94,7) (100,0) Agusnar, H. 2008. Analisa
bentol-bentol,
dan terasa
Pencemaran dan Pengendalian
gatal Lingkungan. USU Press, Medan.
c. Iritasi mata 6 13 19 Chandra, B. 2006. Pengantar
(mata perih, (31,6) (68,4) (100,0)
mata merah) Kesehatan Lingkungan. EGC,
Jakarta.

6
. 2008. Metodologi Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Penelitian Kesehatan. EGC, Indonesia Nomor
Jakarta. 1077/MENKES/PER/V/2011
Irawati. 1990. Penyerap dan Penjerap Tentang Pedoman Penyehatan
Debu Semen. Udara Dalam Ruang Rumah.
http://www.dephut.go.id/ Peraturan Pemerintah Republik
INFORMASI/HUTKOT/hutkot.ht Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
m. Diakses 30 Juli 2012. Tentang Pengendalian
Junaidi. 2002. Analisis Kwantitatif Pencemaran Udara.
Kadar Debu PT. Semen Andalas Sarudji, D. 2010. Kesehatan
Indonesia di Lingkungan AKL Lingkungan. Karya Putra
DEPKES RI Banda Aceh. Darwati, Bandung.
Skripsi Fakultas Kesehatan SNI, 2005. Nilai Ambang Batas
Masyarakat Universitas Sumatera (NAB) Zat Kimia di Udara
Utara, Medan. Tempat Kerja. Badan
Meo, S.A. 2003. Chest radiological Standardisasi Nasional (BSN).
findings in Pakistani cement Suhariyono, G. 2003. Analisis Tingkat
factory workers. Saudi Medical Bahaya Partikel Debu PM10
Journal Vol. (3): 287-290. dan PM2,5 terhadap Kesehatan
http://translate.google.co.id/transla Penduduk di Sekitar Pabrik
te?hl=id&langpair=en|id&u=http:/ Semen, Citeureup-Bogor. Jurnal,
/www.smj.org.sa/DetailArticle.asp P3TM-BATAN, Yogyakarta.
%3FArticleId%3D1198. Diakses Sunu, P. 2001. Melindungi
18 Juli 2012. Lingkungan dengan
Mukono, H.J. 2008. Pencemaran Menerapkan ISO 14001.
Udara dan Pengaruhnya Grasindo, Jakarta.
terhadap Gangguan Saluran Wardhana, W.A. 2001. Dampak
Pernapasan. Airlangga Pencemaran Lingkungan. Andi,
University Press, Surabaya. Yogyakarta.
Notoatmodjo, S. 2003. Penerapan dan Widyastuti, P. 2005. Bahaya Bahan
Prosedur Penelitian. Hipokrates, Kimia pada Kesehatan Manusia
Jakarta. dan Lingkungan. EGC, Jakarta.

You might also like