ISSN (Print) : 2528-6501: Abstract: Mosque Is A Non-Profit Organization Arranged by Indonesian Constitution No

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) ISSN (Print) : 2528-6501

Vol. 5, No. 2, Oktober 2020 ISSN (Online) : 2620-5432

EVALUASI PENGELOLAAN DAN PROBLEMATIKA LAPORAN KEUANGAN


MASJID DI KABUPATEN PONOROGO BERDASARKAN PSAK 45

Sri Hartono
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
mahar.anugerah@gmail.com

Titi Rapini
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
titi.rapini@gmail.com

Rizki Listyono Putro


Universitas Muhammadiyah Ponorogo
rizkylistyono@gmail.com

Abstract: Mosque is a non-profit organization arranged by Indonesian Constitution No.


17 of 2013 about Community Organization. Mosque manages a lot of social activities
and collects fund in a large amount from congregation, so that the fund management is
have to arranged professionally in order to create a transparent and accountable
financial report. The Financial report of mosque is guided by PSAK No. 45. This study
has three aims; the first is to digging information about the management of financial
report, media of publications, mosque’s bank account, the source of revenue of mosque’s
fund and the audit of financial report; the second aim is to digging information about the
problems on drafting the financial report based on applicable financial standard’ and
the third aim is to evaluate the practice of drafting mosque’s financial report according
to the facts and drafting non profit’s financial report based on PSAK 45. The sample o f
this study is 25 mosques in Ponorogo by the random sampling method. This study is a
descriptive qualitative with the primary and secondary data use the observation,
interview and documentation. The result of this study shows that the majority mosques in
Ponorogo have compiled the financial report and the type of financial report is an
expense and income report only. The awareness of importance of financial publication is
already reflected by the various ways of delivery, namely written on the blackboard,
announcement board, photocopies distributed by congregants and announced every
Friday prayer. Judging from the ownership of the mosque account, it is still combined
into one personal account of the mosque management. The mosque's acceptance comes
from donations, alms and waqf via cash, most of them still have not implemented online
transactions. No mosque has yet been audited for financial reports. Financial
management has not implemented recording based on PSAK 45, due to several factors. It
needs to be evaluated through FGD (focus group discussion) and carried out regularly to
reconstruct the financial reports of mosques in Ponorogo Regency based on article 45.
Keywords: Mosque Accounting, Mosque Financial Reports, Non-Profit Organization,
PSAK 45.

Hartono, Rapini dan Listyono │ 100


JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) ISSN (Print) : 2528-6501
Vol. 5, No. 2, Oktober 2020 ISSN (Online) : 2620-5432

1. PENDAHULUAN
IAI (2011) menjelaskan bahwa Jacoobs, 2005). Hasil penelitian tersebut
entitas nirlaba adalah entitas yang tidak sesuai dengan prinsip agama
memenuhi karakteristik sebagai berikut: Islam, dalam agama Islam tidak ada
1. Sumber daya entitas nirlaba berasal pemisahan aspek dunia (secular/
dari pemberi sumber daya yang tidak profane) dan akhirat (sacred). Hal itu
mengharapakan pembayaran kembali mengakibatkan agama Islam juga
atau manfaat ekonomi yang sebanding mempengaruhi praktik akuntansi
dengan jumlah sumber daya yang (Baydoun, et.al, 2018).
diberikan; 2.Menghasilkan barang dan/ Lembaga Masjid mengelola
atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba; aliran dana yang cukup besar,
3.kepemilikan dalam entitas nirlaba melimpahnya aliran dana karena
tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus populasi masjid dan umat muslim di
kembali, atau kepemilikan tersebut tidak Indonesia sangat banyak. Menurut
mencerminkan proporsi pembagian Dewan Masjid Indonesia (DMI) total
sumber daya entitas nirlaba pada saat ada lebih dari 811.000 Masjid di seluruh
likuidasi atau pembubaran entitas pelosok nusantara pada tahun 2019
nirlaba. Menurut Sujarweni (2015) (Syah.2020). Masjid memiliki potensi
bahwa organisasi nirlaba memperoleh dana surplus yang sangat besar apabila
sumber dana berasal dari sumbangan dikelola dengan baik (Haq dan Dewi,
para anggota dan para penyumbang lain 2013). Jadi sudah saatnya merapikan
yang tidak mengharapkan imbalan laporan keuangan setiap lembaga masjid
apapun dari organisasi tersebut. yang tersebar di Indonesia untuk
Berdasarkan penjelasan diatas, masjid kepentingan menjaga kepercayaan umat
termasuk organisasi nirlaba bidang muslim terhadap aliran dana yang sudah
keagamaan. Riset terdahulu yang dihibahkan, maka dari itu diperlukan
meneliti peran akuntansi dalam konteks pengelolaan laporan keuangan, yaitu
agama, yaitu meniliti tentang gereja. akuntansi masjid. Transparansi dan
Hasil penelitiannya memandang adanya akuntabilitas menjadi kata kunci yang
pemisahan urusan dunia akhirat penting bagi entitas publik untuk
(Laughlin, 1988, 1990; Booth, 1993; bertahan dan memaksimalkan perannya

Hartono, Rapini dan Listyono │ 101


JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) ISSN (Print) : 2528-6501
Vol. 5, No. 2, Oktober 2020 ISSN (Online) : 2620-5432

pada domain sosial budaya dimana 2. TINJAUAN PUSTAKA


entitas tersebut berada yang berbeda 2.1. Landasan Teori
dengan entitas publik lainnya 2.1.1 Akuntabilitas Publik
(Simanjuntak, D.A dan Januarsi, 2011). Akuntabilitas merupakan kewa-
Seiring perkembangan entitas jiban untuk rnempertanggung jawabkan
lembaga masjid, tetapi tidak dibarengi tindakan yang telah dilakukan oleh
dengan pengelolaan keuangan secara seseorang. Akuntanbilitas adalah

yang terstandarisasi. Contohnya kewajiban suatu organisasi/lembaga yang

pengurus masjid sebagai penanggung diberikan kepercayaan untuk menyajikan

jawab pengelolaan keuangan masjid pelaporan dan pertanggung jawaban.

kurang mengetahui secara detail Akuntabilitas publik berkaitan dengan


transparansi suatu pertanggung jawaban
pengalokasian dana. Seperti penelitian
kepada masyarakat umum. Akuntabilitas
dari Fahmi (2017), yang menyatakan
publik memiliki dua bentuk pertanggung
banyak faktor yang mengakibatkan
jawaban yaitu akuntabilitas vertikal dan
masjid tidak menyampaikan kondisi
horizontal (Mardiasmo, 2009).
keuangannya, bahwa tidak adanya
Akuntabilitas vertikal yaitu akuntabilitas
petugas yang ditunjuk untuk membuat
kepada otoritas yang lebih tinggi,
laporan keuangan, dan sibuknya
sedangkan akuntabilitas horizontal yaitu
pengurus dan tidak memiliki keahlian
akuntabilitas kepada publik secara luas
dalam membuat laporan keuangan. Hal
atau terhadap sesama lembaga lannya
tersebut juga didukung oleh penelitian yang tidak memiliki hubungan atasan
dari Siskawati et al., (2016) menyatakan bawahan.
bahwa belum adanya aturan tegas yang Berdasarkan Adnan (2015),
mewajibkan pengurus masjid untuk pertanggung jawaban masjid yang perlu
membuat laporan keuangan. Berdasarkan diperhatikan terdiri dari 5 bagian, yaitu
beberapa permasalahan tersebut, maka adanya laporan keuangan dan jenis
peneliti tertarik untuk mengevaluasi laporan keuangan yang dibuat, cara
penerapan laporan keuangan apakah sudah publikasi laporan keuangannya,
sesuai dengan PSAK No.45, dan untuk kepemilikan rekening masjid, sumber-
mengetahui problematika yang terjadi sumber penerimaan masjid, dan adanya
dalam penyusunan laporan keuangan audit laporan keuangan
masjid di wilayah Kabupaten Ponorogo.

Hartono, Rapini dan Listyono │ 102


JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) ISSN (Print) : 2528-6501
Vol. 5, No. 2, Oktober 2020 ISSN (Online) : 2620-5432

2.1.2 Problematika Pengelolaan nirlaba khususnya lembaga masjid


Keuangan Masjid sangat perlu menyusun laporan
Menurut Syarifudin (2005) keuangannya. Hal ini bagi lembaga
dalam Adi Purnama Yusuf (2012) masjid yang memilikin sumber daya
Pengelolaan keuangan adalah kegiatan yang terbatas, merupakan hal yang tidak
yang dilakukan oleh seorang pemimpin mudah untuk diaplikasikan.
dalam menggerakkan bawahannya yang Fakta di lapangan menunjukkan,
bertugas dalam bidang keuangan untuk organisasi nirlaba khususnya masjid
menggunakan fungsi-fungsi manajemen, pada umumnya lebih fokus pada
meliputi perencanaan/ penganggaran, pelaksanaan program-program dan
pencatatan, pengeluaran serta masih belum terstruktur dalam hal
pertanggung jawaban. Dari penjelasan administrasinya. Namun, hal tersebut
tersebut, disimpulkan bahwa tidak boleh dijadikan alasan karena
pengelolaan keuangan adalah suatu organisasi nirlaba tidak boleh hanya
tindakan administratif yang berhubungan mengandalkan pada kepercayaan yang
dengan penyusunan, pencatatan dan diberikan para donaturnya (Fatih, 2015).
pertanggung jawaban dari sumber Permasalahan-permasalahan lainnya
penerimaan, pengeluaran, dan pada pengelolaan keuangan masjid yaitu
pengalokasian laporan keuangan masjid. belum mencatat secara rinci pemasukan
Pengelolaan keuangan dan administrasi dan pengeluaran kas saja. Pada
dalam lembaga masjid merupakan hal umumnya masih sering kita jumpai
yang sangat penting dalam mengelola lembaga masjid hanya mencatat sebatas
masjid. Pada masyarakat khususnya penerimaan dan pengeluaran kas saja
jamaah masjid, menganggap kalau tanpa merinci sumber pemasukan kas
pengelolaan keuangan masjid dapat dan penggunaan kas masjid untuk
dilaksanakan dengan baik, maka alokasi apa saja, sehingga terkadang hal
pengurus masjid orang yang dapat tersebut bisa mengakibatkan kecurigaan
bertanggung jawab dan dipercaya. dikalangan para jamaahnya. Pencatatan
Sering terjadi kasus tentang pengelola keuangan masjid biasanya hanya
masjid tidak amanah dalam pengelolaan mencakup penerimaan dan pengeluaran
keuangan, maka dari itu organisasi kas masjid saja tanpa memperlihatkan

Hartono, Rapini dan Listyono │ 103


JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) ISSN (Print) : 2528-6501
Vol. 5, No. 2, Oktober 2020 ISSN (Online) : 2620-5432

jumlah asset yang dimiliki oleh masjid neto, hubungan antara transaksi dan
dan berapa nilainya, sehingga banyak peristiwa lain, dan bagaimana
kasus hilangnya asset masjid karena penggunaan sumber daya dalam
kelemahan sistem pencatatan laporan pelaksanaan berbagai program atau jasa.
keuangan (Andarsari, 2016). 3. Laporan arus kas
Tujuan utama laporan arus kas adalah
2.1.3 Bentuk Standar Laporan menyajikan informasi mengenai
Keuangan Masjid Berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas dalam
PSAK 45 suatu periode, yang terdiri dari aktivitas
Sebagai organisasi nirlaba pendanaan dan Pengungkapan informasi
dibidang keagamaan, sesuai dengan mengenai aktivitas investasi dan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan pendanaan non kas.
(PSAK) 45 tahun 2011 maka lembaga
masjid juga harus dan berhak untuk 2.2 Penelitian Terdahulu
membuat laporan keuangan dan Beberapa penelitian terdahulu
melaporkan kepada para pemakai yang mendukung penelitian ini dari Sri
laporan keuangan yaitu para jamaahnya. Opti dan Khoirina Farina , temuan di
Laporan keuangan organisasi nirlaba lapangan menjelaskan bahwa mayoritas
menurut IAI meliputi : Masjid yang berada di Wilayah
1. Laporan posisi keuangan Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan
Tujuan laporan posisi keuangan adalah belum menerapkan PSAK No. 45 dalam
untuk menyediakan informasi mengenai menyusun laporan keuangan. Hal
aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih dan tersebut dibuktikan dengan belum
informasi mengenai hubungan di antara membuat laporan posisi keuangan
unsur-unsur tersebut pada waktu beserta catatan atas laporan keuangan.
tertentu. Pengurus masjid menerapkan metode
2. Laporan aktivitas cash basis dalam mencatat pendapatan
Tujuan utama laporan aktivitas adalah dan biaya dan menggunakan metode
menyediakan informasi mengenai pembukuan tunggal (single entry
pengaruh transaksi dan peristiwa lain method), pengurus masjid belum
yang mengubah jumlah dan sifat aset membuat buku besar dan jurnal.

Hartono, Rapini dan Listyono │ 104


JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) ISSN (Print) : 2528-6501
Vol. 5, No. 2, Oktober 2020 ISSN (Online) : 2620-5432

Penelitian lainnya dari Rizqi 3. METODE PENELITIAN


Anfanni Fahmi, beberapa temuan di Jenis penelitian ini yaitu kualitatif
lapangan yaitu beberapa masjid memiliki deskriptif. Penelitian ini menggunakan
usaha mandiri sehingga dapat menambah data primer dan sekunder. Data primer
penerimaan masjid, ada 27 dari 180 didapat dari wawancara dengan
masjid yang menggunakan dananya informan yaitu pengeloala atau takmir
sebagai pemberdayaan ekonomi, potensi masjid-masjid. Data sekunder didapat
dana masjid yang mengendap di Kota dari dokumentasi yang selama ini telah
Yogyakarta sebesar Rp 22.657.984.310,- dilakukan oleh pengurus masjid, berupa
, lebih banyak masjid yang menyimpan data tertulis yang berbentuk dokumen
dananya di bank konvensional dibanding atau arsip. Masjid yang menjadi sampel
di bank syariah, dan ada sekitar 3,8% dalam penelitian ini dipilih melalui
masjid yang diaudit oleh eksternal metode random sampling. Jumlah
pengurus. Kalau penelitian dari Rini, sampel sebanyak 25 lembaga masjid
menjelaskan bahwa lembaga masjid tersebar berbagai kecamatan di
sudah memiliki laporan keuangan, Kabupaten Ponorogo.
namun belum sesuai PSAK 45. Publikasi
laporan keuangan dengan pengumuman 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan media cetak. Rekening yang 4.1 Gambaran Umum Objek
dimiliki masjid sebagian besar masih Penelitian
menggunakan nama pengurus. Penelitian ini dilakukan selama
Penerimaan masjid terutama berasal dari periode bulan Januari - Agustus 2020.
infak dan wakaf jamaah. Sangat sedikit Sampel dalam penelitian ini diambil
masjid yang sudah diaudit laporan secara acak di kabupaten Ponorogo dan
keuangannya. mendapatkan 25 lembaga masjid.
Sampel data masjid dijabarkan pada
Tabel 1 berikut.

Hartono, Rapini dan Listyono │ 105


JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) ISSN (Print) : 2528-6501
Vol. 5, No. 2, Oktober 2020 ISSN (Online) : 2620-5432

Tabel 1. Data sampel penelitian


Masjid Alamat
Masjid Agung Ponorogo Jl. Alun-Alun Timur, Mangkujayan, Kec. Ponorogo, 63413
Masjid Jami' Bathoro Jl. Ki Ageng Mirah No.01, Plampitan, Setono, Kec.
Katong Jenangan, 63491
Masjid Darul Hikmah Jl.HOS Cokroaminoto, Bangunsari, Kec. Ponorogo, 63411
Masjid Nur Iman Jl. Argopuro No.12, Bangunsari, Kec. Ponorogo, 63419
Masjid Agung Tegalsari Desa Tegalsari,Kec. Jetis, 63473
Masjid Surya Somoroto, Kec Kauman, 63451
Masjid besar Balong Sukomulyo, kec Balong, 63461
Masjid Ar Rahmah Bandaralim, Kec Badegan, 63455
Masjid Ki Ageng Mirah Sukorejo, Kec. Ponorogo, 63453
Masjid Jami Slahung Dawang, kec Slahung, 63463
Masjid Baitul Huda Carang Rejo, Kec Sampung, 63454
Masjid Jami' Umar Hasan Jangglengan, Kec. Pulung. 63481
Al Juraiys
Masjid Darussalam Blumbang, Kec Bungkal, 63462
Masjid Baiturahman Polorejo, Kec. Babadan, 63491
Masjid Darul Huda Karanglo Kidul, Kec. Ponorogo, 63456
Masjid Darusaalam Crabak, Kec. Kauman, 63451
Masjid Al Mu’min Nglawu Jabung , Kec Mlarak, 63472
Masjid Besar Kecamatan Tamansari, Kec Sambit 63474
Sambit
Masjid Besar Mustawa Siman, Kec. Siman, 63471
Masjid Muhammadiyah Grogol, Kec Sawoo, 63475
Masjid Daarun Najah Jurug, Kec Sooko, 63482
Masjid baitussalam Ngebel Kec Ngebel 63493
Masjid As-Sakinah Pakunden, Kec. Ponorogo, 63416
Masjid Aali-Mughni Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 70, Mangkujayan,
Kec.Ponorogo, 63413
Masjid Mariyam Kartogolo Jl. Sinom Parijoto No.4, Krajan, Tambak Bayan, Kec.
Ponorogo, 63419
Sumber: Diolah Peneliti (2020)

Hartono, Rapini dan Listyono │ 106


JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) ISSN (Print) : 2528-6501
Vol. 5, No. 2, Oktober 2020 ISSN (Online) : 2620-5432

4.2 Pengelolaan dan Problematika Laporan Keuangan Masjid di Kabupaten


Ponorogo
Tabel 2. Jenis Laporan Keuangan yang Dibuat

Pernyataan Total %
Apakah Masjid mempunyai laporan keuangan? 25 100%
Apa laporan keuangan yang dimiliki masjid?
a. Laporan penerimaan dan pengeluaran kas 25 100%
b. Neraca (laporan posisi keuangan) 6 24%
c. Laporan penerimaan & pengeluaran dana kurban 21 84%
d. Laporan nama pihak yang berkurban 21 84%
e. Laporan nama pihak yang menerima kurban 12 48%
f. Laporan penerimaan & pengeluaran zakat 23 92%
g. Laporan nama pemberi zakat 22 88%
h. Laporan nama penerima zakat 18 72%
i. Laporan penerimaan & pengeluaran dana infak, sedekah dan 23 92%
wakaf
j. Laporan nama pemberi infak, sedekah & wakaf 17 68%
k. Laporan nama penerima infak, sedekah dan wakaf 15 60%
l. Rincian Aset Tetap 7 28%
m. Laporan pembayaran gaji pengelola masjid 8 32%
n. Laporan pembayaran honor pengurus masjid 8 32%
o. Laporan aktivitas (Penerimaan & Pengeluaran per Program) 16 64%
p. Kwitansi Pengeluaran Kas Kecil ke Pengelola 11 44%
q. Kwitansi Honor Penceramah 5 20%
r. Berita Acara Penghitungan Kotak Infak 19 100%
h. Laporan Keuangan bulanan 25 100%
i. Laporan keuangan tahunan 25 100%
Sumber: Diolah Peneliti (2020)

Masjid di wilayah Kabupaten sesuai dengan fakta di lapangan bahwa


Ponorogo sebagian besar membuat 100% masjid yang tersebar di Kabupaten
bentuk pencatatan sendiri berdasarkan Ponorogo mempunyai laporan keuangan.
literasi keuangan pengurusnya, prinsip Penyusunan laporan pembuatan
yang digunakan adalah laporan neraca keuangan masjid hanya dilakukan
keuangannya yang bersifat sederhana oleh 6 lembaga masjid saja di Kabupaten
dan bisa dipahami oleh seluruh jamaah Ponorogo, dengan prosentase 24%. hal
masjid. Laporan yang dihasilkan ini memberikan kesimpulan bahwa
berisikan hanya informasi laporan kas masih belum terwujudnya akuntabilitas
masuk dan laporan kas keluar. Hal itu keuangan masjid di kabupaten

Hartono, Rapini dan Listyono │ 107


JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) ISSN (Print) : 2528-6501
Vol. 5, No. 2, Oktober 2020 ISSN (Online) : 2620-5432

Ponorogo. Akuntabilitas keuangan bisa dilaporkan sebanyak 68% dan laporan


terwujud jika laporan keuangan lembaga nama penerima infak, sedekah dan
masjid sesuai dengan standar akuntansi. wakaf dibuat oleh 60% masjid.
Laporan keuangan yang dibuat dari hasil Untuk laporan aktivitas per
penelitian ini adalah laporan keuangan program yang dilakukan masjid,
sederhana dengan bentuk single entry. sebanyak 64% masjid membuatnya.
Penerapan standar akuntansi dalam Hanya 44% masjid yang membuat
menyusun laporan keuangan belum kwitansi pengeluaran kas kecil ke
menjadi tuntutan utama kepada pengurus pengelola. Padahal untuk kas mesti kuat
masjid. pengendaliannya. Sangat sedikit masjid
Ditinjau dari laporan kegiatan yang membuat kwitansi honor
hari raya kurban, menunjukkan bahwa penceramah, yaitu sebanyak 20%.
84% lembaga masjid yang membuat Sedangkan hal ini sangat rentan untuk
laporan penerimaan dan pengeluaran disalahgunakan. Bisa saja yang dicatat
dana qurban setiap tahunnya. Untuk sebagai honor berbeda dengan yang
laporan nama pihak yang berkurban diterima oleh penceramah. Berita acara
dibuat oleh 84%, sedangkan untuk penghitungan kotak infak, dibuat oleh
laporan nama pihak yang menerima 76% masjid. Laporan keuangan bulanan
kurban, hanya sebanyak 12% masjid sebanyak 100% masjid membuatnya,
yang melaporkannya. untuk laporan keuangan tahunan yang
Ditinjau dari jumlah masjid yang membuatnya sebanyak 100%.
membuat laporan penerimaan dan Sampel dari 25 masjid yang
pengeluaran dana zakat sebanyak 92%. menjadi responden penelitian ini, hanya
Laporan yang terpisah mengenai rincian 5 masjid yang pengurusnya mengetahui
laporan nama pemberi zakat, sebanyak istilah PSAK 45, dan belum
88%, dan 72% yang membuat laporan menerapkannya dalam pelaporan
rincian penerima zakat. Sebanyak 92% keuangan masjid. Fakta ini sesuai
masjid membuat laporan penerimaan dan dengan penelitian sebelumnya yang
pengeluaran dana infak, sedekah dan menyatakan bahwa sebagian besar
wakaf. Sedangkan untuk laporan nama masjid tidak menjadikan PSAK 45
pemberi infak, sedekah dan wakaf hanya sebagai pedoaman dalam pencatatan

Hartono, Rapini dan Listyono │ 108


JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) ISSN (Print) : 2528-6501
Vol. 5, No. 2, Oktober 2020 ISSN (Online) : 2620-5432

laporan keuangan masjid, yaitu hasil pihak terkait yang mewajibkan untuk
penelitian yang dilakukan oleh menyusun laporan keuangan
Siskawati, dkk (2016) dan (Badu and berdasarakan PSAK 45. Pencatatan
Hambali, 2017). masih dalam bentuk single entry
Ditinjau problematika di bukan dalam bentuk double entry. Hal
lapangan yang terjadi tentang jenis ini didukung hasil penelitian dari
laporan keuangan yang dibuat sebagian (Siskawati, Ferdawati dan Surya,
besar Masjid-masjid di wilayah 2016), penelitian ini menunjukkan
kabupaten Ponorogo yaitu : bahwa pelaporan keuangan yang
1. Sudah membuat laporan keuangan, sederhana dari pengurus masjid
tetapi terdapat perbedaan persepsi nampaknya sudah cukup untuk
dari pengurus masjid dan peneliti mempertanggung jawabkan kepada
dalam hal laporan keuangan yang para jamaahnya. Sedangkan bagi para
dimaksudkan. Menurut persepsi dari donatur masjid dan masyarakat di
pengurus masjid, laporan keuangan sekitar masjid, penyusunan laporan
terdiri dari laporan penerimaan dan keuangan yang berbasis standar
pengeluaran kas. Sehingga sebagian PSAK 45 tidaklah menjadi tuntutan
besar masjid membuat laporan yang harus diterapkan. Jadi literasi
keuangan tidak lengkap. pengurus masjid mengelola masjid
Berdasarakan PSAK 45 tahun 2011, khususnya dalam hal laporan
laporan keuangan entitas nirlaba keuangannya didapat dari
termasuk lembaga masjid harus pendahulunya. Ilmu tentang
menyertakan 4 laporan, yaitu laporan pelaporan keuangan sudah dipakai
posisi keuangan, laporan aktivitas, sejak dulu dan perlu adanya
laporan arus kas dan catatan atas pembaruan sesuai dengan
laporan keuangan. perkembangan tuntun zaman.
2. Belum ada niatan untuk membuat 3. Minimnya sumber daya untuk
laporan keuangan secara baku yang memahami dan mempraktikan literasi
sesuai standar keuangan PSAK 45, tentang membuat laporan keuangan
karena belum adanya ketetapan yang sesuai standar PSAK 45.
peraturan dari pemerintah/pihak- Sebagian besar pengurus lembaga

Hartono, Rapini dan Listyono │ 109


JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) ISSN (Print) : 2528-6501
Vol. 5, No. 2, Oktober 2020 ISSN (Online) : 2620-5432

masjid di kabupaten Ponorogo adalah Tabel 3. Publikasi Laporan


generasi yang berusia di atas 40 tahun Keuangan
Pernyataan Total %
dan ditunjang dengan latar belakang Apakah laporan keuangan 25 100%
pendidikan yang rata-rata adalah masjid dipublikasikan
pada jamaah?
lulusan Sekolah Menengah Atas a. Ditulis secara detil di 9 36%
(SMA). Sehingga cukup terkendala papan tulis masjid
b. Ditempel di papan 13 52%
jika dituntut untuk menyusun pengumuman
pelaporan yang akuntabel dan sesuai c. Difotocopy dan 1 4%
dibagikan ke jamaah
standar keuangan. d. Laporan keuangan 2 8%
4. Para pengurus masjid belum bentuk lainnya
Sumber: Diolah Peneliti (2020)
menjadikan tugas pokok dalam
mengelola masjid, hampir sebagian Bentuk lain akuntabilitas yaitu
besar masjid-masjid yang ada di kemampuan pengurus masjid
Ponorogo dikelola oleh pengurus menghasilkan laporan keuangan dan
yang memiliki kesibukan utama mensosialisasikannya secara periodik
bekerja di sebuah perusahaan atau pada waktu tertentu kepada jamaahnya.
masih sekolah. Bisa dikatakan Ditinjau dari publikasi laporan keuangan
mengelola masjid adalah pekerjaan masjid, sebanyak 100% masjid di
sampingan. Maka dari itu, untuk wilayah Kabupaten Ponorogo telah
kedepannya diperlukan pengurus mempublikasikannya. Lembaga masjid
masjid yang memiliki tanggung menyadari pelaporan dana masjid perlu
jawab penuh terhadap masjid, disampaikan kepada masyarakat luas,
sehingga pengelolaan masjid tidak terbatas hanya kepada kelompok
khususnya dalam hal laporan donator dana saja.
keuangannya bisa diaplikasikan Sesuai dengan hasil
sesuai dengan standar keuangan penelitiannya Siskawati,dkk (2016),
PSAK 45. hasil penelitian ini menyatakan bahwa
akuntabilitas masjid lebih dinilai oleh
masyarakat melalui kemampuan masjid
tersebut dalam berbagai aktivitas yang
sifatnya memakmurkan masjid dan

Hartono, Rapini dan Listyono │ 110


JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) ISSN (Print) : 2528-6501
Vol. 5, No. 2, Oktober 2020 ISSN (Online) : 2620-5432

masyarakat di sekitarnya. Kemakmuran minggunya. Media publikasi yang


masjid dan jamaahnya bisa dinilai paling baik yaitu memfotokopikan dan
dengan mempublikasikan laporan membagikan laporan keuangan ini pada
keuangan. Publikasi ini mewujudkan jamaah masjid secara kontinuitas setiap
transparansi pelaporan keuangan masjid minggunya disertai peneriamaan dan
yang lebih baik. Kontinuitas periode pengeluaraan setiap minggu/bulan
penyampaian ini setidaknya sebelumnya.
menunjukkan keseriusan pengurus Tabel 4 Rekening bank yang dimiliki
masjid dalam upaya mempertanggung masjid
Pernyataan Total %
jawabkan dana yang dikelolanya.
Apakah masjid mempunyai 2 8%
Sarana atau media untuk rekening bank?
Sumber: Diolah Peneliti (2020)
mempublikasikannya didapat bahwa
ditulis di papan tulis masjid sebanyak Ditinjau dari rekening bank yang
36%, ditempel di papan pengumuman dimiki masjid, hanya sebanyak 8%
52%, difotocopy dan dibagikan ke masjid mempunyai rekening bank
jamaah hanya sebanyak 4%. Ada juga sendiri dan sebagian besar kas masjid
yang melaporkan hanya secara lisan tergabung menjadi satu ke rekening
setiap hari Jum‟at atau setiap bulannya. pribadi pengurus masjid. Problematika
Ditinjau dari problematika dari dari rekening bank yang dimiliki masjid
publikasi laporan keuangannya, media masih tergabung dengan pengurus
publikasi laporan keuangan sebagian masjid karena :
masjid masih dilakukan hanya pada saat 1. Tidak adanya tuntutan dari
pelaksanaan ibadah sholat Jumat, atau jamaah,donator rutin maupun
bahkan mengumumkan setiap satu bulan pemerintah untuk membuat rekening
sekali yaitu pada pelaksanaan sholat bank masjid itu sendiri, melalui
jumat minggu pertama setiap bulannya. pengurus masjid sudah cukup
Padahal cara ini kurang efektif untuk terpercaya. Pertanggungjawaban yang
melihat kinerja lembaga masjid, karena terjadi yaitu akuntabilitas vertikal,
hanya diketahui hari tersebut tidak yaitu pertanggung jawaban dari
dijelaskan secara rinci pemasukan dan jamaah dan Alloh SWT.
pengeluaran lembaga masjid setiap

Hartono, Rapini dan Listyono │ 111


JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) ISSN (Print) : 2528-6501
Vol. 5, No. 2, Oktober 2020 ISSN (Online) : 2620-5432

2. Masih menganggap penerimaan dan Ditinjau dari sumber- sumber


pengeluaran kas masjid belum penerimaan masjid, 100% berasal dari
banyak, jadi bisa dititipkan ke infak, sedekah dan wakaf melalui kotak
rekening salah satu pengurus atau amal. Hanya 36% masjid yang infak,
bahkan tidak perlu mennggunakan sedekah dan wakaf melalui transfer
rekening bank. bank. Via transfer bank masih belum
3. Masjid belum menerima variasi popular karena mayoritas jamaah dalam
sumber pendanaan online berupa infak, sedekah dan wakaf masih secara
transfer atau sebagainya, karena tradisional. Diera modern seperti
sumber penerimaan yang utama sekarang, perlu adanya pembayaran
berupa infak, kotak amal dan sedekah digital. Sudah banyak lembaga nirlaba
dari jamaah masih secara tunai. menyediakan pembayaran sedekah,
Hal itu sesuai dengan yang dilansir dari hibah, sumbangan atau jenis lainnya via
laman Suara Muhammadiyah, hukumnya pembayaran elektronik. Hal ini bertujuan
boleh tetapi hal itu tergantung kepada untuk meningkatkan peningkatan
amanah atau tidaknya orang yang volume sumber-sumber penerimaan
memegang rekening bank untuk masjid masjid, karena bisa sedekah, hibah,
tersebut. Jika pengurus masjid yang sumbangan atau jenis lainnya secara
amanah maka dibolehkan, dan jika efektif dan efisien
sebaliknya maka tidak boleh. Agar lebih Tabel 6. Adanya audit laporan
amanah, rekening bank untuk masjid keuangan
Pernyataan Total %
diatas namakan minimal dua orang Apakah laporan 0 0
(ketua dan bendahara masjid), sehingga keuangan masjid sudah
diaudit?
dana tidak bisa diambil melainkan Sumber: Diolah Peneliti (2020)
dengan tanda tangan kedua orang
Belum ada lembaga masjid yang
tersebut (Pane, 2020).
menerapkan audit laporan keuangannya.
Tabel 5. Sumber Penerimaan Masjid
Apa saja sumber Total % Sebagian menganggap sudah melakukan
penerimaan masjid audit laporan keuangan, tetapi audit
a. Infak, Sedekah dan 25 100%
Wakaf via kotak amal laporan keuangan yang dimaksud adalah
b. Infak, Sedekah dan 9 36% melakukan audit laporan keuangan
Wakaf via transfer bank
Sumber: Diolah Peneliti (2020) secara internal dengan anggota pengurus

Hartono, Rapini dan Listyono │ 112


JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) ISSN (Print) : 2528-6501
Vol. 5, No. 2, Oktober 2020 ISSN (Online) : 2620-5432

masjid. Padahal pengauditan 4.3 Evaluasi Penyusunan Laporan


membutuhkan suatu lembaga yang Keuangan Masjid Berdasarkan
independen dan memiliki keahlian. PSAK 45
Informasi laporan keuangan yang baik Pembahasan bagian ini adalah
adalah suatu laporan keuangan yang dengan membandingkan laporan
sudah divalidasi dari auditor ahli, dan keuangan Masjid Kabupaten Ponorogo
didukung dari audit internal (internal dengan laporan keuangan menurut
kontrol) dari organisasi nirlaba itu ketentuan PSAK 45 yang terdiri dari
sendiri. Ditinjau dari problematika evaluasi laporan keuangan, laporan
adanya audit laporan keuangan, masih aktivitas dan laporan arus kas. Hasil
sangat sedikit masjid yang sudah temuan di lapangan menunjukkan bahwa
melakukan audit laporan keuangan. Hal Masjid-masjid di Kabupaten Ponorogo
ini bisa terjadi karena beberapa faktor belum menyusun laporan keuangan
yaitu: berdasarkan PSAK 45. Pengurus masjid
1. Masih sedikit masjid yang melaporkan keuangan pencatatan
mempunyai laporan keuangan penerimaan dan pengeluaran kas saja.
secara lengkap. Hasil penelitian ini sejalan dengan
2. Sebagian besar lembaga masjid di penelitian Marlinah dan Ibrahim (2017)
Kabupaten Ponorogo hanya dan Nariasih dkk (2017) yang
melakukan audit internal, hal itu mengatakan bahwa sebagian besar
dirasa sudah cukup bagi pengurus masjid tidak membuat laporan keuangan
dan jamaah masjd. sesuai dalam PSAK 45.
Biaya audit membutuhkan biaya besar,
sedangkan pengurus dan jamaah masjid
berpendapat lebih baik dana audit
tersebut digunakan untuk operasional
dan pengembangan masjid, maupun
untuk keperluan sosial jamaah lainnya.

Hartono, Rapini dan Listyono │ 113


JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) ISSN (Print) : 2528-6501
Vol. 5, No. 2, Oktober 2020 ISSN (Online) : 2620-5432

5. KESIMPULAN, KETERBATASAN 6. Terdapat beberapa problematika


DAN SARAN dalam penyusunan laporan keuangan,
5.1 Kesimpulan sehingga perlu dievaluasi melalui
1. Masjid-masjid di Kabupaten FGD (focus group discussion) untuk
Ponorogo sudah membuat laporan merekontruksi laporan keuangan
keuangan, tetapi belum menerapkan masjid di Kabupaten Ponorogo
PSAK 45, yaitu dibuktikan dengan berdasarkan psak 45.
menyajikan hanya laporan pemasukan
dan pengeluaran saja, belum 5.2 Keterbatasan Penelitian
dilengkapi dengan laporan posisi Sebagian besar masjid di Kabupaten
keuangan, laporan aktivitas dan Ponorogo hanya membuat laporan
laporan arus kas. pemasukan dan pengeluaran saja, dan
2. Kesadaran akan pentingnya publikasi banyak informasi terkait pengelolaan
keuangan sudah tercermin dengan laporan keuangan tidak terdokumentasi
baik. Hal itu dibuktikan berbagai dengan baik, sehingga data yang
cara penyampaiannya, dari ditulis digunakan peneliti untuk mengevaluasi
dipapan tulis, papan pengumuman, berdasarkan PSAK 45 sangat terbatas.
fotocopy dibagikan jamaah maupun
diumumkan pada setiap sholat jumat. 5.3 Saran
3. Ditinjau dari kepemilikan rekening Peneliti menyarankan kepada
masjid, masih tergabung menjadi satu pengurus masjid khususnya bagian
direkening pribadi pengurus masjid. keuangan masjid adalah orang yang
4. Penerimaan masjid berasal dari infak, paham tentang keuangan, dan untuk
sedekah dan wakaf via tunai, sebagian kedepannya perlu dievaluasi melalui
besar belum menerapkan transaksi FGD (focus group discussion) dengan
online. didampingi oleh para ahli atau
5. Belum ada masjid yang telah diaudit akademisi. Hasil riset ini bisa digunakan
untuk laporan keuangannya. sebagai referensi untuk riset organisasi
nirlaba yang lainnya.

Hartono, Rapini dan Listyono │ 114


JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) ISSN (Print) : 2528-6501
Vol. 5, No. 2, Oktober 2020 ISSN (Online) : 2620-5432

DAFTAR PUSTAKA Ekonomi Syariah Vol 3 No 1,


Januari 2020. E-ISSN : 2599-
Adnan & Akhyar M. 2013. The 3410 | P-ISSN : 2614-3259.
Financial Management Practices of DOI:https://doi.org/10.36778/jes
The Mosque in the Special Region ya.v3i1.119
of Yogyakarta Province,
Indonesia. Tazkia Islamic Finance Haq, J.A.A, & Dewi, M.K. 2013.
and Business Review Volume 8.2 “Praktik Manajemen Keuangan
Masjid dan Potensi Dana Masjid
Andarsari. 2016. “Laporan Keuangan (studi kasus pada beberapa
Organisasi Nirlaba (Lembaga masjid di kota Bogor)”.
Masjid)”. Jurnal EkoNiKa Volume Universitas Indonesia
1(2).
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2011.
Booth, P. 1993. Accounting in Churches: Pernyataan Standar Akuntansi
A Research Framework and Keuangan No 45: Pelaporan
Agenda. Accounting, Auditing & Keuangan untuk Entitas Nirlaba.
Accountability Journal, 6(4), 37- Jakarta: Salemba Empat.
67.
Jacobs, K. 2005. The sacred and the
Baydoun, N., Sulaiman, M., Willet, R.J., secular: Examining the role of
Ibrahim, S.H. 2018. Principle of accounting in the religious
Islamic Accounting. Singapore: context. Accounting, Auditing
Wiley and Accountability Journal,
18(2), 189±210.
Fahmi Rizqi. 2017. Manajemen
Keuangan Masjid di Kota Kompasiana.com. 2020. 7 provinsi
Yogyakarta. Jurnal Ekonomi dan dengan Jumlah Masjid
Bisnis Islam Al-Tijary. Vol. 3, Terbanyak di Indonesia. Diakses
No. 1, Hal. 69-86. P-ISSN: 2460- dari
9404; E-ISSN: 2460-9412. DOI https://www.kompasiana.com/far
prefix : 10.21093 hanrahmatsyah/5ea11de8d541df1
f3100e122/7-provinsi-dengan-
Fatih, Muhammad. 2015. Implementasi jumlah-masjid-terbanyak-di-
Penyusunan Laporan Keuangan indonesia? page=all Tanggal 17
Pada Lembaga Nirlaba Yayasan Mei 2020
Berdasarkan PSAK 45 (Studi
Kasus Pada Yayasan Pesantren Lauglhin, R.C. 1990. “A model of
Global Tarbiyyatul Arifin financial Accountability and the
Kecamatan Pakis Kabupaten Chruch of England,@ Financial
Malang).Jurnal Akuntansi. 1(2): Accountability and Managemen,
1-8. 6 (2), 93-114

Farina dan opti. 2020. Analisis Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor


Implementasi PSAK No. 45 Publik (kesatu). Yogyakarta:
Pelaporan Keuangan Masjid di Andi.
Kecamatan Pancoran Jakarta
Selatan. Jurnal Ekonomi &

Hartono, Rapini dan Listyono │ 115


JIAI (Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) ISSN (Print) : 2528-6501
Vol. 5, No. 2, Oktober 2020 ISSN (Online) : 2620-5432

Marlinah dan Ibrahim. 2018. Simanjuntak, D. Anzar dan Januarsi.


“Penerapan Laporan Keuangan 2011. Akuntanbilitas dan
Organisasi Nirlaba Berdasarkan Pengelolaan Keuangan di Masjid.
PSAK No. 45”. Jurnal Ilmiah Simposium Nasional
Akmen. Volume 15(1). AkuntansiXIV Aceh. 1(2): 1-30.

Muslim Okezone.com. 2020. Siskawati , E., Ferdawati, & Surya, F.


Membuka rekening masjid atas 2016. Bagaimana masjid dan
nama pribadi, bagaimana masyarakat saling memakmur-
hukumnya?. Diakses dari kan? pemaknaan akuntabilitas
https://muslim.okezone.com/am masjid. Jurnal Akuntansi Multi
p/2020/03/05/330/2178420/ paradigma JAMAL, 7(1), 70–80.
membuka-rekening-masjid-
atas-nama-pribadi-bagaimana- Suherman E. 2012. Managemen
hukumnya tanggal 27 Maret Masjid:Kiat Sukses
2020 Meningkatkan Kualitas SDM
Melalui Optimalisasi Kegiatan
Nariasih, Kurrohman dan Andriana. Umat berbasis Pendidikan
2017. Laporan Keuangan Berkualitas Unggul. Alfabeta,
Masjid Berdasarkan Kombinasi Bandung.
PSAK Nomor 45 dan PSAK
Nomor 109. Jurnal Ejeba Sujarweni. 2015. Akuntansi Sektor
Volume 4(1). Publik. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta
Rini. 2018. Pengelolaan Keuangan
Masjid di Jabodetabek. Jurnal Yusuf, Adi Purnama. 2012. Financial
Akuntansi dan Keuangan Islam. Management And Financial
Volume 6(2) Oktober 2018, Statements Of Great Mosque At-
hlm. 109-126. P-ISSN: 2338- Taqwa Bondowoso (A Case Study
2783 | E-ISSN: 2549-3876. of At-Taqwa Great Mosque,
DOI: Bondowoso). Jurnal Akuntansi.
https://doi.org/10.5281/jakis.v6i 1(2): 1-10.
2.112

Hartono, Rapini dan Listyono │ 116

You might also like