Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

INDONESIAN TREASURY REVIEW

JURNAL PERBENDAHARAAN, KEUANGAN NEGARA DAN KEBIJAKAN PUBLIK

KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI


WILAYAH KALIMANTAN

Joko Tri Haryanto


Badan Kebijakan Fiskal
Alamat Korespondensi: djohar78@gmail.com

INFORMASI ARTIKEL ABSTRACT


Decentralization of the reform era, began on January 1, 2011, aimed at
Diterima Pertama having the goal of achieving regional independence, especially in
12 Juni 2018 supporting the implementation of development and growth of the region,
excellent service to the community in order to develop all the potential of
Dinyatakan Diterima the region optimally. Aspects of regional independence and economic
21 Desember 2018 prospects in the future then became a key word that must be realized
including in Kalimantan, known as a region rich in natural resources. In
KATA KUNCI: some cases, the wealth of natural resources does not affect the welfare of
Desentralisasi fiskal, metode kuadran, the people. To analyze regional independence and economic prospects in
share, growth the future, this study uses the analysis of share and growth and quadrant
methods. From the results of the highest share of the region is East
KLASIFIKASI JEL: Kalimantan Province. While from growth analysis, the highest is Balangan
H53, Q18 Regency. Using quadrant method, seven regions are in quadrant I, sixteen
regions are in quadrant II, thirteen areas are in quadrant III, most of them
in quadrant IV. For the government itself, the areas that are in quadrant
IV can be used as the main recommendation of taking and implementing
the policy of acceleration of economic growth and development in the
region.

ABSTRAK
Desentralisasi era reformasi dimulai sejak 1 Januari 2011, bertujuan
memiliki tujuan pencapaian kemandirian daerah khususnya dalam
mendukung pelaksanaan pembangunan dan pertumbuhan daerah,
pelayanan prima kepada masyarakat demi mengembangkan seluruh
potensi daerah secara optimal. Aspek kemandirian daerah dan prospek
ekonomi ke depan kemudian menjadi kata kunci yang harus diwujudkan
termasuk di Kalimantan yang dikenal sebagai daerah kaya sumber daya
alam. Dalam beberapa kasus, kekayaan sumber daya alam justru tidak
memberikan dampak kesejahteraan kepada masyarakat. Untuk
menganalisis kemandirian daerah dan prospek ekonomi ke depan,
kajian ini menggunakan analisis share dan growth serta metode
kuadran. Dari hasil share daerah paling tinggi adalah Provinsi
Kalimantan Timur. Sementara dari analisis growth, yang paling tinggi
adalah Kabupaten Balangan. Menggunakan metode kuadran, tujuh
daerah berada di kuadran I, enam belas daerah berada di kuadran II, tiga
belas daerah berada di kuadran III, sebagian besar lainnya di kuadran IV.
Bagi pemerintah sendiri, daerah-daerah yang berada di kuadran IV ini
dapat dijadikan rekomendasi utama pengambilan sekaligus
implementasi kebijakan percepatan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan di daerah.

Halaman 312
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN

Halaman 313 Joko Tri Haryanto

Secara historis, pelaksanaan


1. PENDAHULUAN desentralisasi fiskal di Indonesia sudah dimulai
1.1. Latar Belakang sejak periode Orde Lama, kemudian mengalami
pasang surut di jaman Orde Baru. Periode
Berdasarkan definisi menurut Undang- desentralisasi fiskal di era reformasi sendiri
undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014, yang secara resmi dimulai sejak 1 Januari 2011
dimaksud dengan otonomi daerah adalah hak dengan perubahan mendasar pada titik tolak
kewenangan dan kewajiban daerah otonom pelaksanaan desentralisasi fiskal di level
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan kabupaten/kota. Penyerahan titik tolak
pemerintah dan kepentingan masyarakat pelaksanaan desentralisasi fiskal kepada
setempat (Sasana, 2011). Oleh Handayani kabupaten/kota didasarkan kepada
(2009), dijelaskan bahwa otonomi membawa pertimbangan upaya untuk memotong rantai
dua implikasi khusus bagi pemerintah daerah birokrasi selain pemerintah kabupaten/kota
yaitu semakin meningkatnya biaya ekonomi dianggap menjadi pihak yang paling mengetahui
(high cost economy) sekaligus efisiensi dan apa yang menjadi kebutuhan masyarakatnya
efektivitas. Dengan demikian dapat dilihat (Wasistiono, 2010). Tujuan besar lainnya yang
bahwa pelaksanaan desentralisasi fiskal hendak dicapai dengan adanya pelaksanaan
membutuhkan dana yang memadai khususnya desentralisasi fiskal adalah menciptakan
bagi implementasi di level daerah (Rondinelli, reformasi dan efisiensi belanja pemerintah.
1989). Peneliti lainnya, Khusaini (2006)
menyebutkan bahwa desentralisasi merupakan Efisiensi belanja pemerintah dapat
bentuk pemindahan tanggung jawab, wewenang didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika tidak
dan sumber-sumber daya baik personil, mungkin lagi realokasi sumber daya yang
pendanaan serta beberapa hal lainnya dari dilakukan mampu meningkatkan kesejahteraan
pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Pada masyarakat (Hruza, 2015). Dengan nomenklatur
tahun 2009, hasil penelitian Adi menambahkan lain, efisiensi belanja pemerintah diartikan
bahwa desentralisasi dapat diartikan juga ketika setiap rupiah yang dibelanjakan oleh
sebagai pelimpahan kewenangan di bidang pemerintah daerah menghasilkan kesejahteraan
penerimaan anggaran atau keuangan baiks masyarakat yang paling optimal (Kurnia, 2006).
ecara administrasi maupun pemanfaatannya Dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal
diatur atau dilakukan oleh pemerintah pusat. itu sendiri, dikenal adanya filosofi money follow
Oleh karenanya salah satu makna function sebagai prinsip utama yang harus
desentralisasi fiskal dalam format penyerahan diperhatikan dan dilaksanakan. Prinsip tersebut
otonomi di bidang keuangan kepada daerah- mengandung makna bahwa segala bentuk
daerah merupakan suatu proses penyerahan kewenangan pemerintah pusat
pengintesifikasikan peranan dan sekaligus kepada pemerintah daerah, seyogyanya harus
pemberdayaan daerah dalam pembangunan disertai dengan penyerahan sumber-sumber
(Oates, 1972, 2011). Desentralisasi fiskal juga pendanaannya. Hal ini menjadi urgent ketika
memerlukan adanya pergeseran beberapa kapasitas dari pemerintah daerah tersebut pada
tanggung jawab terhadap pendapatan (revenue) awalnya diasumsikan memiliki banyak
dan atau pembelanjaan (expenditure) ke tingkat keterbatasan dengan prioritas kebutuhan yang
pemerintahan yang lebih rendah (Bawono, sangat beragam (Bahl, 2000). Pada level
2008). Dalam perspektif teoritis, pelaksanaan implementasi, prinsip money follow function
desentralisasi fiskal juga didasarkan kepada tersebut kemudian diselaraskan ke dalam
tujuan pencapaian kemandirian daerah bentuk kerangka kebijakan melalui UU Nomor
khususnya dalam mendukung pelaksanaan 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
pembangunan dan pertumbuhan daerah serta Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
pelayanan prima kepada masyarakat (Agustina, Daerah. Di dalam regulasi, tersebut pemerintah
2013). Dengan tercapainya aspek kemandirian menyiapkan mekanisme Transfer ke Daerah dan
tersebut maka daerah-daerah akan mampu Dana Desa sebagai tindak lanjut dari filosofi
mengembangkan potensinya dalam kapasitas tersebut. Dalam pendekatan lainnya, mekanisme
yang optimal (Litvak, 1998). Kemandirian perimbangan keuangan tersebut disusun
daerah tersebut akan berdampak positif sebagai salah satu cara untuk menjaga
terhadap penurunan beban ketergantungan keseimbangan pertumbuhan antar daerah di era
terhadap APBN khususnya melalui komponen desentralisasi fiskal ketika sistem kompetisi
transfer ke daerah dan dana desa (Sularso & antar daerah bersifat sempurna (Kharisma,
Restianto, 2011). 2013).
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN
Joko Tri Haryanto
Joko Tri Haryanto
Halaman 314

Spesifik terkait dengan mekanisme DAK terhadap tingkat kemandirian keuangan


Transfer ke Daerah itu sendiri, terdiri dari daerahnya. Kesimpulan yang paling penting
komponen Dana Perimbangan yang terdiri dari dihasilkan adalah rasio efektivitas PAD, DAU dan
Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum DAK ternyata memiliki pengaruh signifikan
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) serta positif terhadap tingkat kemandirian keuangan
Dana Otonomi Khusus bagi pemerintah NAD, daerah. Artinya Pemerintah Provinsi DIY harus
Papua, Papua Barat dan Keistimewaan Provinsi betul-betul memperhatikan berbagai kebijakan
DIY. Dilihat dari peruntukannya, pengalokasian di dalam komponen tersebut khususnya yang
DBH dan DAU termasuk dalam ketegori block terkait PAD, karena keseluruhan komponen
grant yang bertujuan untuk mengurangi tersebt memiliki dampak signifikan positif
kesenjangan antar daerah (horizontal terhadap pencapaian aspek kemandirian
imbalances) yang mungkin akan semakin daerah. Ketika banyak kebijakan Provinsi DIY
meningkat di era desentralisasi fiskal. tidak efektif mengakselerasi PAD maka
Sedangkan pengalokasian DAK, lebih dirasakan dikhawatirkan akan mengganggu pencapaian
memiliki sifat sebagai specific allocation grant kemandirian daerah. Karena kebijakannya
yang ditujukan untuk mengurangi kesenjangan masih ditetapkan oleh pemerintah pusat, maka
antara pemerintah pusat dan daerah (vertical rasio efektivitas DAU dan DAK untuk Provinsi
imbalances) (Mardiasmo, 2004). Bagaimana DIY dimaknai sebagai upaya meningkatkan
pemerintah harus mampu menjaga level kualitas penggunaan DAU dan DAK.
keseimbangan pendanaan antara pusat dan
Dampak desentralisasi fiskal terhadap
daerah ini ternyata memiliki dampak yang luar
kinerja sektor pendidikan khususnya disparitas
biasa terutama di era Orde Baru ketika beberapa
akses pendidikan dasar juga menjadi perhatian
daerah kemudian merasa dirugikan karena
penelitian yang dilakukan oleh (Doriza, dkk,
beberapa bentuk kekayaan sumber daya
2012) meski memberikan hasil positif.
alamnya hanya dihabiskan dan dikoleksi oleh
Menggunakan metode analisis data panel dari
pemerintah pusat tanpa memberikan dampak
sekitar 440 kabupaten dan kota di Indonesia,
kepada daerah itu sendiri (Simanjuntak, 2015).
Doriza menyimpulkan beberapa hal
Dalam perjalanannya, pelaksanaan diantaranya: 1) dari sisi desentralisasi fiskal itu
desentralisasi fiskal di Indonesia memberikan sendiri, instrument fiskal yang bersifat khusus
dampak yang multitafsir. Beberapa peneliti seperti DAK ternyata memiliki dampak yang
merasa yakin bahwa desentralisasi fiskal di lebih siginifikan dibandingkan DAU yang
Indonesia khususnya sejak periode Orde bersifat umum; 2) DAK pendikan nyata
Reformasi, justru semakin jauh dari tujuan awal memberikan dampak penurunan disparitas
dijalankannya mekanisme tersebut terutama akses pendidikan di tingkat SMP; 3) PAD secara
jika dilihat dari kinerja per sektoral. Sebagai signifikan memperlebar disparitas pendidikan
contoh penelitian yang dilakukan oleh Yatiman baik di tingkat SD maupun SMP; 4) untuk tingkat
& Arif Pujiyono (2013) dengan menganalisis SD, banyak variabel sosial ekonomi yang yang
efisiensi teknis anggaran belanja sekor tidak signifikan dampaknya terhadap disparitas
kesehatan di Provinsi DIY selama periode akses pendidikan kaena sudah dianggap hal
desentralisasi fiskal tahun 2008-2010. Di dalam yang bersifat wajib namun 4) hal ini belum
kesimpulannya disebutkan bahwa secara umum berjalan untuk kasus lainnya di level SMP
Provinsi DIY di periode tahun tersebut masih dimana level kesejahteraan masyarakat ternyata
masuk dalam ketegori in-efisiensi teknis biaya menjadi salah satu pendorong utama terjadinya
kesehatan. Hal ini ditemukan melalui disparitas pendidikan masyarakat melalui
pencapaian nilai efisiensi teknis biaya untuk tekanan persepsi kewajiban bekerja untuk usia
masing-masing kabupaten/kota di wilayah produktif.
Provinsi DIY yang berada di bawah efisiensi
Sementara itu, beberapa peneliti justru
teknis sistem. Beberapa daerah yang masih
menemukan fakta yang mampu menjawab
terkendala efisiensi teknis biaya kesehatannya
sinyalemen negatif yang dipremiskan oleh
diantaranya Kabupaten Sleman, Kabupaten
penelitian sebelumnya, seperti contoh analisis
Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul. Sementara
yang dilakukan oleh Sasana (2009) ketika
daerah yang sudah memiliki efisiensi teknis
menghitung dampak desentralisasi fiskal
biaya adalah Kota Yogyakarta.
terhadap pertumbuhan ekonomi, kesenjangan
Untuk lokus penelitian yang sama di antar daerah dan tenaga kerja di Provinsi Jawa
Provinsi DIY, Tjahjono & Rina Oktavianti (2016) Tengah. Desentralisasi fiskal memberi dampak
juga menganalisis dengan titik berat diarahkan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di
kepada pengaruh rasio efektivitas PAD, DAU dan Provinsi Jawa Tengah sekaligus meningkatkan
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN

Halaman 315 Joko Tri Haryanto

kesejahteraan masyarakat. Hal yang sama juga Akibat tidak bekerja secara optimal, maka
terjadi pada proses penyerapan tenaga kerja kekayaan sumber daya alam tersebut akhirnya
yang terbukti positif signifikan dipengaruhi oleh justru tidak mampu menyejahterakan
kualitas kinerja pemerintah daerah yang masyarakat dan hanya dinikmati oleh beberapa
meningkat di era desentralisasi fiskal. Makin kelompok kepentingan sematadan ada
meningkatnya kapasitas pemerintahan daerah gilirannya menimbulkan apa yang disebut
juga ditemukan di dalam kajian (Sumarsono, penyakit kutukan SDA (natural resources curse)
2009) yang mengambil lokasi Kota Malang (Auty, 1993).
tahun 1999-2004. Secara ringkas Sumarsono
Kalimantan juga menyimpan potensi
menjelaskan bahwa rasio PAD terhadap Total
dukungan yang menjanjikan terhadap
Pendapatan Daerah (TPD) Kota Malang terus
pembentukan PDB nasional meskipun hingga
meningkat secara singifikan yaitu 4,8-7,3 %
kini pembentukan PDB nasional masih
lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional
didominasi oleh Jawa dan Sumatera. Menurut
sebesar 5 %. Temuan lainnya adalah adanya
data BPS hingga tahun tahun 2016, Kalimantan
efisiensi belanja publik yang besar di Kota
menyumbang PDB nasional sebesar 7,9 %
Malang dengan produktivitas masyarakat relatif
dengan sektor utama pertambangan, industri
tinggi dibandingkan pembelanjaan publiknya.
dan pertanian. Pertumbuhan PDRBnya
Daerah-daerah di Provinsi Kalimantan mencapai 2,0 %, tingkat pengangguran 1,2 %
sendiri sudah sejak lama dikenal sebagai salah dan tingkat kemiskinan mencapai 6,5 %.
satu daerah pusat pertambangan di Indonesia. Dibandingkan kontribusi terhadap PDB nasional
Berdasarkan kajian di dalam (Haryanto, 2017) dari Jawa yang mencapai 58,5 % atau Sumatera
jenis-jenis pertambangan yang ada di sebesar 22,0 %, maka kontribusi Kalimantan
Kalimantan terdiri dari sumber daya mineral memang masih jauh dari yang diharapkan.
rare metal baik bauksit dan monosit di sebagian Dilihat dari besaran kontribusi terhadap PDB
besar wilayah di Kalimantan Barat, base metal nasional, Kalimantan hanya lebih baik
berupa seng, tembaga, timah, timbal dan air dibandingkan Sulawesi sebesar 6,0 % dan
raksa di sebagian Kalimantan Tengah dan Papua sebesar 2,5 % ( DJPK, 2017).
sebagian Kalimantan Timur, precious metal
1.1. Permasalahan
berupa emas, perak dan platina di Kalimantan
Tengah, ferro and associates besi, nikel, kobalt, Bagaimana penciptaan aspek
kromit, mangan dan titan di Kalimantan Selatan. kemandirian daerah sekaligus prospek ekonomi
Di sepanjang koridor Kalimantan Selatan hingga di Kalimantan sebagai salah satu pulau yang
Kalimantan Timur juga ditemukan sumber daya banyak dikaruniai kekayaan sumber daya alam,
alam batu bara yang hingga kini masih menjadi kemudian menjadi hal yang sangat menarik
primadona utama bagi daerah bersama dengan untuk ditelaah lebih lanjut. Untuk itulah,
komoditi migas. Berdasarkan data Ditjen penelitian ini kemudian mencoba melihat
Minerba tahun 2014, untuk Kalimantan jumlah analisis kemandirian daerah yang diwakili oleh
ijin usaha pertambangan logam sebanyak 737, indikator share serta prospek perkembangan
ijin usaha non-logam dan batuan sebanyak 434 ekonomi daerah melalui indiaktor growth untuk
sementara ijin usaha batu bara mencapai 2,687 kasus kabupaten/kota dan provinsi di
buah. Kalimantan. Hasil analisis menggunakan share
dan growth ini kemudian dipetakan ke dalam
Sayangnya, bagi daerah-daerah yang
kuadranisasi daerah untuk melihat posisi
dikenal memiliki kekayaan sumber daya lama
masing-masing dalam lingkup menyeluruh di
melimpah terkadang justru terkena fenomena
wilayah Kalimantan. Dengan melakukan analisis
kutukan sumber daya alam (natural resource
ini, maka ke depannya diharapkan akan
curse). Salah satu bentuk dari fenomena
dihasilkan sebuah potret awal mengenai posisi
tersebut dapat berupa Dutch Disease ketika
masing-masing daerah dengan beberapa atribut
kondisi suatu daerah dengan kekayaan alam
utama yang dihasilkan baik aspek kemandirian,
yang luar biasa justru mengalami kemunduruan
prospek ekonomi sekaligus keunggulan dan
perkembangan di beberapa sektor lainnya
kelemahannya. Dengan demikian pemerintah
(Humpreys et al, 2007). Di negara asal
pusat nantinya akan dapat lebih memfokuskan
munculnya Dutch Disease itu sendiri di Belanda,
berbagai kebijakan yang dihasilkan dengan
kekayaan utama di sektor pertambangan
melihat rekomendasi kajian ini.
menekan pertumbuhan sektor manufaktur.
Kemunduran sektoral non-migas juga dijumpai
di beberapa Negara lainnya dengan format yang
sedikit berbeda khususnya untuk level sektoral.
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN
Joko Tri Haryanto
Joko Tri Haryanto
Halaman 316

2. KERANGKA TEORI b) Mengancam stabilisasi ekonomi akibat


tidak efisiennya kebijakan ekonomi makro;
2.1. Desentralisasi Fiskal di Indonesia
c) Mengurangi efisiensi akibat kurang
Undang-undang (UU) Nomor 33 Tahun representasinya lembaga perwakilan
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara rakyat dengan indkator masih lemahnya
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Dearah mekanisme public hearing;
khususnya pada pasal 1 ayat 8 mendefinisikan
desentralisasi sebagai penyerahan kewenangan d) Perluasan jaringan korupsi dari pusat
pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah menuju daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan 2.2. Penelitian Terdahulu
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Di dalam buku yang Beberapa penelitian terkait pelaksanaan
ditulis oleh Soleh & Rochmansjah Heru (2010), desentralisasi fiskal juga sudah membahas
secara umum pelaksanaan desentralisasi di dengan lokus Kalimantan dilihat dari beberapa
suatu negara, dapat dibedakan menjadi fokus pengamatan. Pada tahun 2014 di Jurnal
desentralisasi politik, desentralisasi Bina Praja, Pulungan pernah menulis tema
administrasi dan desentralisasi fiskal. Tujuan kontribusi desentralisasi fiskal melalui
dari pemberian otonomi melalui pelaksanaan pembentukan sistem informasi keuangan
desentralisasi fiskal itu sendiri, oleh Barzelay daerah (SIMDA) ternyata mampu meningkatkan
(1991) diidentifikasi memiliki tiga misi utama transparansi dan akuntabilitas penyusunan
yaitu menciptakan efisiensi dan efektivitas APBD di Kabupaten Kutai Kertanegara. Selain
pengelolaan sumber daya daerah, meningkatkan itu, kebutuhan akan pengelolaan SIMDA
kualitas pelayanan umum serta memberdayakan memberikan konsekuensi kepada seluruh
dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk aparat pemerintah di Kabupaten Kutai
ikut serta dalam proses pembangunan. Kertanegara harus senantiasa tanggap dan
mampu mengelola SIMDA secara mandiri dan
Dalam perkembangannya, desentralisasi menyeluruh. Kebutuhan akan pengelolaan
fiskal kemudian berkembang menjadi inti dari SIMDA juga memiliki konsekuensi dibangunnya
pelaksanaan otonomi daerah itu sendiri. Bahkan berbagai infrastruktur pendukung yang handal.
melalui proses desentralisasi fiskal yang Untuk wilayah Kalimantan Barat, pengaruh
bertanggung jawab maka pemerintah daerah desentralisasi terhadap posisi fiskal dan
akan mampu meningkatkan pertumbuhan pertumbuhan ekonomi diteliti oleh (Ariza,
ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya. 2016). Menggunakan metode analisis regresi
Pengambilan keputusan pada level pemerintah berganda, kesimpulan yang dihasilkan
lokal akan lebih didengarkan untuk memberikan gambaran rendahnya kemampuan
menganekaragamkan pilihan lokal dan lebih keuangan kabupaten/kota di Kalimantan Barat
berguna ke depannya dalam memenuhi tahun 2006-2010. Untuk itu direkomendasikan
kerangka efisiensi alokasi (Oates, 1993). Namun agar pemerintah daerah lebih mampu
demikian, transformasi ini tentu membutuhkan menciptakan inovasi di dalam mengoptimalkan
persyaratan ketika otonomi yang dijalankan sumber-sumber penerimaan yang berasal dari
harus betul-betul didefinisikan sebagai otonomi PAD.
yang menempatkan masyarakat sebagai subyek
pelaku bukan sekedar pemaknaan dalam Dalam dimensi lainnya, penelitian
pengertian wilayah teritorial tertentu di daerah. (Ridhanie, 2012) yang mencoba mengaitkan
Karenanya otonomi daerah bukan sekedar kinerja pemerintah daerah Provinsi Kalimantan
pelimpahan kewenangan semata, melainkan Selatan terhadap kualitas pembangunan
peningkatan partisipasi masyarakat dalam manusia di era desentralisasi fiskal. Penelitian
proses pembangunan ekonomi daerah (Kalloh, ini didasarkan kepada pemikiran pentingnya
2002). peran daerah di dalam membangun kualitas
manusia sebagai kekayaan dan modal dasar
Meskipun dianggap menjadi praktek pembangunan. Tujuan pembangunan itu sendiri
terbaik, Remy Prud’homme dalam adalah menciptakan lingkungan yang
(Sugiyanto,2000) tetap mengingatkan adanya memungkinkan bagi rakyat untuk menikmati
beberapa kelemahan terkait pelaksanaan hidup sehat, umur panjang dan menjalankan
desentralisasi fiskal. Beberapa kelemahan yang kehidupan yang produktif. Dari hasil analisis
kemungkinan menyertai diantaranya: Ridhanie, kinerja pemerintah Provinsi
a) Menciptakan kesenjagan antara daerah Kalimantan Selatan dalam pembangunan
kaya dengan daerah miskin; manusia di era desentralisasi fiskal ini masih
relatif belum maksimal terlihat dari belum
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN

Halaman 317 Joko Tri Haryanto

tuntasnya realisasi kinerja buta aksara pada Apabila dilihat dari sisi pendekatan,
tahun 2009 yang direncakan dalam rencana penelitian ini tergolong jenis penelitian
strategis. Sementara kinerja pembangunan kuantitatif yang memiliki karakteristik berbeda
manusia di bidang kesehatan juga belum dengan penelitian kualitatif yang mementingkan
menunjukkan gelagat yang tuntas di era kedalaman data. Penelitian kuantitatif adalah
desentralisasi fiskal ini karena masih penelitian yang menekankan analisis kepada
terhambatnya percepatan Angka Harapan Hidup angka-angka numerikal untuk kemudian diolah
masyarakat ke level yang diharapkan. dengan menggunakan metode statistik
(Suryabrata, 1983). Dalam kajian ini,
Penelitian lainnya dilakukan oleh (Mailoor,
pendekatan kuantitatif yang digunakan
dkk,2016) dengan mengambil sampel daerah
menggunakan data-data share yang diwakili
Kabupaten Kutai Barat di tahun 2011-2014
oleh data PAD, DBH dan juga data belanja APBD
untuk menghitung kinerja keuangan pada Badan
di daerah. Angka numerik juga digunakan untuk
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD).
menghitung laju pertumbuhan atau growth
Dengan menggunakan metode analisis
APBD ke depannya. Dengan demikian data
pertumbuhan pendapatan, rasio keuangan,
kuantitatif dari kajian ini memang sepenuhnya
pertumbuhan belanja, keserasian belanja dan
dihasilkan dari analisis APBD.
efisiensi belanja dapat disimpulkan bahwa
kinerja keuangan BPKAD Kabupaten Kutai Barat 3.2. Jenis Data dan Metode Analisis
terus tumbuh secara positif. Hal yang sama juga
Jenis data yang digunakan dalam
diperlihatkan dalam penyelenggaraan
penelitian ini termasuk jenis data sekunder
desentralisasi meskipun terlihat adanya
karena dikumpulkan dari APBD yang disajikan
ketergantungan yang besar terhadap
oleh instansi resmi pemerintah yaitu Direktorat
pemerintah provinsi. Namun demikian, dihitung
Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian
dari aspek efektivitas PAD, maka kinerja BPKAD
Keuangan. Sementara metode analisis yang
Kabupaten Kutai Barat menunjukkan efektivitas
digunakan adalah metode share untuk
yang sangat tinggi di dalam mengumpulkan
menjelaskan kondisi kemandirian APBD di
PAD. Begitupula yang diperlihatkan pada
daerah serta metode growth untuk melihat
analisis keserasian belanja, pertumbuhan
aspek pertumbuhan yang juga mencerminkan
belanja dan efisiensi belanja APBD.
prospek ekonomi ke depan suatu daerah.
Keseluruhannya menunjukkan kinerja yang
Penggunaan metode share berfungsi untuk
positif dan terus tumbuh secara progresif.
menganalisis kekuatan APBD dari masing-
masing APBD di dalam membiayai berbagai
kebutuhan belanjanya. Sementara penggunaan
3. METODOLOGI PENELITIAN metode growth akan sangat membantu di dalam
3.1. Pendekatan Penelitian memberikan arahan dan sinyal pertumbuhan
Berdasarkan penggolongan penelitian ekonomi ke depan dari suatu daerah.
menurut tujuannya, kajian ini tergolong Secara rumus matematika, indikator
penelitian eksploratif untuk menemukan share dihitung dengan menggunakan
masalah-masalah baru demi memperoleh perbandingan atau rasio antara:
pengertian dan definisi yang lebih baik terkait
hubungan antara kemandirian daerah dan ( PAD + DBH )
prospek ekonomi ke depan dari perilaku Share = x100% …....……. (1)
Total Belanja
variabel penyusun APBD. Selain itu juga
ditujukan untuk menguji kemungkinan Di mana:
dilakukannya studi lanjutan yg lebih mendalam PAD : Pendapatan Asli Daerah
sekaligus mengembangkan metode analisis DBH : Dana Bagi Hasil (Pajak dan
kinerja keuangan daerah yang lebih sederhana SDA)
namun tepat sasaran (Wirartha, 2006). Total Belanja : Belaja dalam APBD
Penelitian eksploratif ini juga ditujukan untuk
mencari terjadinya hubungan sebab akibat dari Sementara itu indikator growth dihitung dengan
adanya suatu permasalahan. Dalam kajian ini menggunakan rumusan:
hubungan sebab akibat yang dicari adalah
bagaimana kondisi geografis yang ( PAD + DBH )t − ( PAD + DBH )t −1
Growth = x100%
melatarbelakangi suatu daerah kemudian ( PAD + DBH )t −1
memperngaruhi kinerja APBD melalui indikator
kemandirian dan prospek ekonomi daerah ke
depannya.
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN
Joko Tri Haryanto
Joko Tri Haryanto
Halaman 318

Di mana: pemerintah pusat maupun pemerintah


PAD : Pendapatan Asli Daerah; daerah. Kebijakan yang dimaksud meliputi
DBH : Dana Bagi Hasil (Pajak dan SDA) perbaikan kebijakan dari aspek
t : periode saat ini perencanaan sekaligus penganggarannya;
t-1 : periode sebelumnya
3.3. Lokus dan Keterbatasan Penelitian
Metode analisis kuadran akan membagi
Lokus penelitian kali ini dipilih seluruh
masing-masing daerah ke dalam 4 kuadran yang
daerah kabupaten, kota dan provinsi di wilayah
sama besar dengan penjelasan sebagai berikut:
Kalimantan. Dengan demikian data APBD yang
a. Kuadran I: menggambarkan daerah dianalisis merupakan data APBD mandiri dari
unggulan dengan besaran nilai share dan kabupaten/kota dan provinsi masing-masing.
growth yang tinggi. Besarnya nilai share Adapun jenis APBD yang dianalisis akan dipilih
dimaknai daerah tersebut memiliki mulai dari tahun 2010 hingga tahun 2017
kemandirian daerah yang mumpuni dengan kriteria data realisasi untuk APBD tahun
sementara growth yang positif diartikan 2010 hingga 2016 sementara data APBD 2017
daerah tersebut memiliki prospek masih menggunakan data anggaran. Pemilihan
pertumbuhan ekonomi ke depannya; tahun 2010 didasari atas pertimbangan tahun
awal pelaksanaan desentralisasi fiskal di era
b. Kuadran II: menggambarkan daerah dengan
reformasi. Secara umum terdapat sekitar lima
nilai growth yang tinggi namun nilai share
55 daerah di Kalimantan yang terdiri dari 10
nya justru belum memadai. Besarnya nilai
kota, 5 provinsi dan 40 kabupaten dengan
growth mengindikasikan bahwa ke
karaktersitik masing-masing. Untuk
depannya kelompok daerah-daerah ini
menjelaskan karakteristik masing-masing
memiliki pengharapan yang bagus akan
daerah tersebut nantinya akan diplot di dalam
perbaikan kondisi ekonomi. Sementara
analisis kuadran.
rendahnya nilai share dapat disebabkan
oleh beberapa kasus baik karena beban 4. HASIL PENELITIAN
belanja APBD yang terlalu besar atau
lemahnya kemampuan pendapatan di dalam Dalam tahap awal, akan disampaikan
APBD; beberapa hasil temuan dan analisis secara
parsial untuk menggambarkan kinerja keuangan
c. Kuadran III: adalah kelompok daerah- APBD di seluruh daerah kabupaten, kota dan
daerah dengan angka share besar namun provinsi se Kalimantan. Analisis tersebut terdiri
growth nya rendah. Dengan demikian dapat dari:
dilihat bahwa kuadran III ini merupakan
kebalikan dari kelompok daerah yang 4.1. Analisis Share
berada di kuadran II. Besarnya angka share Penggunaan analisis share ditujukan
di daerah yang berada di kuadran III ini untuk menganalisis kemandirian daerah di
lebih disebabkan oleh kontribusi saat ini dalam menjalankan kewajiban pokoknya terkait
dari pendapatan di dalam APBD nya masih dengan keseluruhan belanja yang harus
besar namun ke depannya mulai dikeluarkan. Hal ini tentu diselaraskan dengan
menunjukkan laju pertumbuhan yang mulai pembagian aspek kewenangan yang dimiliki
negatif. Jika dikaitkan dengan karakteristik oleh daerah tersebut baik yang bersifat wajib
daerah, maka kelompok kuadran III ini pelayanan dasar, wajib bukan pelayanan dasar
dapat merepresentasikan kondisi daerah serta pilihan. Berdasarkan hasil penghitungan,
pertambangan yang sudah memasuki pada Tabel 1 dapat dilihat daftar daerah dengan
periode senja; nilai share paling tinggi di Kalimantan selama
d. Kuadran IV: merupakan kelompok daerah periode 2010-2017. Provinsi Kalimantan Timur
yang paling tidak memuaskan karena tercatat sebagai daerah dengan aspek
menjadi gambaran daerah terbelakang kemandirian atau nilai share terbesar di
dengan kemandirian daerah yang rendah Kalimantan dari tahun 2010-2017 dengan nilai
dan sangat bergantung kepada pemerintah 96,12. Angka tersebut menjelaskan bahwa
pusat sekaligus tidak memiliki prospek kemampuan keuangan APBD Provinsi
pertumbuhan ekonomi yang positif ke Kalimantan Timur dalam membiayai seluruh
depannya. Dengan segala karakteristik total belanja nya mencapai 96,12% sementara
tersebut dapat dilihat bahwa daerah-daerah ketergantungan terhadap alokasi bantuan
di kuadran IV ini wajib menjadi prioritas pemerintah pusat melalui skema Transfer ke
utama dari segala bentuk kebijakan Daerah (TkD) khususnya komponen Dana
pembangunan di daerah baik dari Perimbangan hanya sebesar 4%.
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN

Halaman 319 Joko Tri Haryanto

Posisi berikutnya yang menempati memperlihatkan daerah-daerah dengan nilai


peringkat kedua daerah dengan nilai share atau share terendah di Kalimantan periode tahun
kemandirian daerahnya relatif besar adalah 2010-2017. Di dalam pengelompokkan daerah
Kabupaten Kutai Kertanegara dengan nilai share dengan nilai share terendah ini juga terjadi
sebesar 88,79 kemudian disusul oleh Provinsi dominasi oleh Provinsi Kalimantan Barat.
Kalimantan Selatan sebesar 75,69, Kota Bontang Dengan demikian Provinsi Kalimantan Timur
dengan share 73,10 dan penghuni kelima mendominasi kelompok daerah dengan nilai
terbesar adalah Kabupaten Penajam Paser Utara share tertinggi di Kalimantan periode 2010-
dengan angka 66,00. Secara keseluruhan, 2017, sementara Provinsi Kalimantan Barat
daerah-daerah yang berada pada posisi lima mendominasi kelompok daerah dengan nilai
besar share tertinggi, memiliki angka yang share terendah di Kalimantan periode 2010-
sangat luar biasa hingga mencapai di atas 50. 2017. Cukup menarik jika komparasi antar
Dengan demikian beban yang harus ditanggung kedua daerah provinsi ini dianalisis lebih
oleh APBN untuk membantu mendanai mendalam pada penelitian berikutnya.
kewenangan daerah sebetulnya secara perlahan Sekiranya faktor mendasar apa yang
namun pasti dapat dilepas serta digunakan menyebabkan munculnya fenomena tersebut
untuk keperluan lainnya yang lebih memiliki apakah memang hanya disebabkan oleh faktor
aspek multiplier yang besar. kinerja sektoral semata atau juga dipengaruhi
oleh beberapa kondisi sosial, gegrafis dan
Menariknya jika melihat komposisi
demografi lainnya.
daerah-daerah yang menempati posisi lima
besar nilai share, mayoritas adalah daerah- Kabupaten Bengkayang tercatat sebagai
daerah yang berada di Provinsi Kalimantan daerah dengan nilai share terendah di
Timur baik level provinsinya serta beberapa Kalimantan, sebesar 8,25. Artinya faktor
kabupaten dan kotanya. Dominasi ini bahkan kemandirian daerah di Kabupaten Bengkayang
diperkirakan akan terus terpelihara hingga hanya sekitar 8,25 %, sementara 82% lainnya
beberapa periode ke depan seiring dengan masih bergantung kepada alokasi bantuan
melimpahnya kekayaan sumber daya alam yang pemerintah pusat. Daerah berikutnya adalah
dimiliki. Dari sisi sektoral, kelima daerah dengan Kabupaten Kapuas Hulu dengan nilai share 8,78
nilai share terbesar memang secara rata-rata disusul oleh Kabupaten Mempawah juga sama
masih mengandalkan sektor pertambangan dan nilai share 8,78. Kabupaten Kayong Utara
komoditas alam. Kekuatan terbesar daerah- tercatat sebagai peringkat keempat daerah
daerah ini terletak pada penerimaan DBH SDA dengan nilai share terendah sebesar 8,98 serta
khususnya migas yang mendominasi kabupaten Sambas dengan nilai 9,13. Yang
penerimaan APBD setiap tahunnya. Khusus di cukup memprihatinkan adalah keseluruhan
daerah provinsi baik di Kalimantan Timur daerah dengan kategori nilai share terendah ini
maupun Kalimantan Selatan, kekuatannya secara rata-rata berada di bawah kisaran
makin berlipat dengan besarnya %tase kemandirian 10%. Artinya besaran
penerimaan PAD khususnya yang berasal dari ketergantungan terhadap bantuan pemerintah
pengenaan pajak-pajak kendaraan bermotor dan pusat mencapai lebih dari 85% atau nyaris tidak
kendaraan di atas air. ada faktor penerimaan di dalam APBD yang
mampu menjadi pendukung berkembangnya
Tabel 1. Daerah Dengan Nilai Share Tertinggi
daerah-daerah tersebut.
di Kalimantan Tahun 2010-2017 (%)
Secara umum, daerah-daerah di dalam
No Nama Daerah Nilai Share
kategori share terendah ini memang memiliki
persentase PAD dan juga DBH yang sangat jauh
1 Prov Kalimantan Timur 96,12 dari harapan. Namun demikian, hipotesis
lainnya yang muncul adalah tingginya beban
2 Kabupaten Kutai Kertanegara 88,79
belanja APBD. Tingginya beban belanja APBD
3 Prov Kalimantan Selatan 75,69 tidak terlalu mengkhawatirkan apabila struktur
belanjanya memang dialokasikan untuk belanja
4 Kota Bontang 73,10 bersifat modal serta menimbulkan efek
5 Kabupaten Penajam Paser Utara 66,00 pertumbuhan investasi. Yang menjadi
permasalahan adalah jika struktur belanja
Sumber: DJPK, Kemenkeu, Data diolah. tersebut justru hanya didominasi oleh belanja-
belanja aparatur rutin kepegawaian yang tetap
Jika pada Tabel 1 menggambarkan memiliki dampak pertumbuhan dari sisi
daerah-daerah dengan nilai share tertinggi di konsumsi, namun tidak berkelanjutan. Dengan
Kalimantan, maka pada Tabel 2 justru
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN
Joko Tri Haryanto
Joko Tri Haryanto
Halaman 320

demikian, strategi pengembangan daerah yang swasta dalam menggelorakan modernisasi


perlu digelorakan selain upaya memperluas kabupaten dengan tetap menjaga nilai-nilai
basis baru pengenaan PAD juga perlu keasliannya. Ketika belanja APBD kabupaten
memikirkan kampanye untuk menciptakan mampu mewujudkan kebutuhan infrastrukutr
struktur kepegawaian yang lebih rasional di dasar, investasi swasta lanjutan akan datang
samping upaya mendorong belanja-belanja dengan sendirinya.
modal dan investasi kapital.
Tabel 2. Daerah Dengan Nilai Share
Rendahnya kemampuan keuangan APBD Terendah di Kalimantan Tahun 2010-2017
daerah-daerah pada Tabel 2 ini sekiranya perlu (%)
menjadi perhatian secara seksama karena pola
yang sama juga terjadi di banyak daerah lainnya No Nama Daerah Nilai Share
di Indonesia. Fenomena ini sekaligus menandai
perlunya evaluasi secara menyeluruh terkait 1 Kabupaten Bengkayang 8,25
dengan pelaksanaan desentralisasi fiskal di 2 Kabupaten Kapuas Hulu 8,78
Indonesia karena salah satu filosofi mendasar
dari pelaksanaan desentralisasi seutuhnya 3 Kabupaten Mempawah 8,78
adalah meningkatkan kemandirian daerah
4 Kabupaten Kayong Utara 8,98
dalam menjalankan tugas dan kewenangan
pelayanan umum, pertumbuhan ekonomi serta 5 Kabupaten Sambas 9,13
pembangunan daerah. Makin bergantungnya
daerah terhadap bantuan pemerintah pusat Sumber: DJPK, Kemenkeu, Data diolah
tentu menimbulkan pertanyaan terkait
kemampuan pemerintah daerah dalam 4.2. Analisis Growth
menjalankan segala tugas dan kewenangan Analisis parsial di daerah berikutnya
tersebut ke depannya. adalah analisis growth atau sebuah analisis yang
Menariknya jika dicermati secara dilakukan untuk melihat bagaimana prospek
mendalam, keseluruhan daerah yang masuk pertumbuhan ekonomi di daerah ke depannya.
dalam kategori nilai share rendah adalah daerah Sebuah daerah dapat memiliki growth positif
atau negatif tergantung dari kondisi APBD
kabupaten. Tidak ada satupun kota atau
provinsi yang masuk ke dalam kategori ini. masing-masing. Daerah yang memiliki growth
Dengan demikian, sinyalemen bahwa kabupaten positif artinya daerah tersebut ke depannya
memiliki tantangan pembangunan yang lebih masih memiliki harapan untuk terus menjaga
berat dibandingkan kota sekiranya memang momentum pertumbuhan APBDnya yang
benar dan tidak terbantahkan. Luasnya wilayah diselaraskan melalui pertumbuhan sektoral di
daerah. Sebaliknya sebuah daerah dengan angka
sebuah kabupaten dibandingkan luas wilayah
growth yang negative mengandung makna
kota mungkin dapat menjadi penyebab awal
terjadinya hal ini. Apalagi jika merujuk kepada daerah tersebut sudah berada pada periode
regulasi pembentukan kabupaten baru yang senja dari sebuah pola pertumbuhan APBD dan
minimal harus terdiri dari lima kecamatan wajib untuk sesegera mungkin mengubah pola
dibandingkan pembentukan kota baru yang pembangunan daerahnya menuju arah
hanya minimal empat kecamatan. Selain itu, konvergensi seperti semula.
modernisasi sektor-sektor di kota sekiranya Terkait dengan analisis growth ini,
juga membawa implikasi yang signifikan di menimbang sebagian besar daerah di
dalam pembentukan kinerja keuangan APBD Kalimantan adalah daerah dengan sektor kunci
masing-masing. Kota biasanya identik dengan pertambangan, maka perlu dipikirkan juga
sektor-sektor yang modern dan terbangun, permasalahan bekerjanya natural curse atau
sementara kabupaten lebih identik dengan label yang sering dikenal sebagai Dutch Diseases. Di
sektor tradisional dan tidak memiliki nilai dalam Haryanto (2017) kedua fenomena
tambah yang besar terhadap penerimaan tersebut pada gilirannya mewajibkan adanya
PADnya. sebuah gerakan hijrah sektoral (sectoral
Tantangan ke depannya tentu bagaimana migration) khususnya untuk daerah-daerah
kaya migas yang saat ini sudah mengalami
mengubah wajah kabupaten menjadi lebih
modern dan identik dengan pembaruan yang periode declining pada proses produksi
membawa nilai tambah besar. Di sinilah pertambangan migasnya. Dengan hijrah sektoral
pentingnya peran dari peningkatan kapasitas ini maka daerah-daerah kaya migas diharapkan
dan kualitas belanja APBD kabupaten sebagai menemukan secepat mungkin sector unggulan
trigger awal dari masuknya berbagai investasi baru non-migas sekaligus menggunakan
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN

Halaman 321 Joko Tri Haryanto

kekayaan dana migas yang masih tersisa untuk Provinsi Kalimantan Barat tentu menarik untuk
mengembangkan sektor pengganti tersebut. dianalisis lebih mendalam. Khusus bagi
pemerintah provinsi, temuan ini sekaligus
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat
memberikan sinyal bahwa kebijakan yang
kelompok daerah-daerah dengan nilai growth
diambil bagi pengembangan ekonomi secara
tertinggi di Kalimantan. Tercatat Kabupaten
menyeluruh untuk kabupaten dan kota di
Balangan di Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Barat, tidak dapat disusun
memiliki nilai growth tertinggi di Kalimantan
secara sembarangan dan harus bersifat spesifik
periode 2010-2017 sebesar 30,69%.
dengan memperhatikan aspek lokalitas daerah.
Berdasarkan statisik Bank Indonesia, sektor
Harus dapat dibedakan mana daerah yang sudah
unggulan di Kabupaten Balangan adalah sektor
maju dan siap untuk dikembangkan dengan
pertanian sub sektor tanaman pangan dan
kebijakan yang lebih memprioritaskan peran
komoditi padi sawah. Beberapa sektor unggulan
swasta serta mana daerah yang belum siap dan
lainnya adalah sektor kehutanan dengan
masih terbelakang dengan kebijakan yang masih
komoditi utama gaharu dan karet. Pada kurun
didominasi oleh peran pemerintah.
waktu terkini, Kabupaten Balangan juga aktif
mengembangkan sektor pariwisata sub sektor Dikaitkan dengan Tabel 1, dapat dilihat
pariwisata alam dengan menggunakan bahwa daerah-daerah dengan share tertinggi
pendekatan community development sebagai yang rata-rata memiliki kekayaan SDA besar
penggerak utamanya. khususnya migas, terbukti tidak ada satupun
yang masuk dalam kategori growth tertinggi.
Daerah berikutnya yang memiliki nilai
Kondisi ini sepertinya mengkonfirmasi hipotesis
growth tertinggi adalah Kabupaten Barito Timur
terkait perlunya hijrah sektoral yang sudah
dengan nilai 8,11%, disusul Kota Singkawang
dijelaskan sebelumnya. Daerah-daerah migas di
dengan besaran 7,22%, Kota Pontianak sebesar
Tabel 1 sepertinya betul-betul sedang
7,01% dan Kabupaten Kubu Raya dengan nilai
menghadapi periode declining sumber daya
6,59%. Seperti halnya dengan Kabupaten
alam dan sesegera mungkin wajib menemukan
Balangan, hampir keseluruhan daerah-daerah
sektor baru non-migas untuk dijadikan sektor
yang berada di kelompok growth tinggi ini tidak
unggulan. Karateristik sektor unggulan baru
ada yang menggantungkan penerimaan
tersebut harus mempu memberikan umpan
APBDnya dari sektor pertambangan. Dilihat dari
balik yang besar baik ke depan maupun ke
persebaran geografis, menarik jika daerah-
belakang.
daerah dengan nilai growth tertinggi justru
didominasi oleh daerah di wilayah Provinsi Apabila Tabel 3 menggambarkan daerah-
Kalimantan Barat yaitu Kabupaten Balangan, daerah dengan growth tertinggi, maka Tabel 4
Kota Singkawang, Kota Pontianak dan menggambarkan kelompok daerah-daerah
Kabupaten Kubu Raya. Hanya Kabupaten Barito dengan nilai growth terendah di Kalimantan
Timur di Provinsi Kalimantan Tengah yang periode 2010-2017. Sangat berbeda dengan
mampu masuk dan tercatat sebagai daerah non- pengelompokkan sebelumnya yang banyak
Kalimantan Barat. menghasilkan ketegori yang menggerombol di
suatu wilayah tertentu di sebuah provinsi, maka
Tabel 3. Daerah Dengan Nilai Growth
persebaran daerah berdasarkan Tabel 4 justru
Tertinggi di Kalimantan Tahun 2010-2017
sangat terlihat. Daerah dengan growth terendah
(%)
adalah Kabupaten Tanah Laut di wilayah
No Nama Daerah Nilai Growth Provinsi Kalimantan Selatan sebesar minus
12,37%. Kemudian Kabupaten Kapuas Hulu di
1 Kabupaten Balangan 30,69 Provinsi Kalimantan Barat sebesar minus
8,89%, Kabupaten Katingan di Provinsi
2 Kabupaten Barito Timur 8,11 Kalimantan Tengah sebesar minus 7,73%,
3 Kota Singkawang 7,22 Kabupaten Penajem Paser Utara di Provinsi
Kalimantan Timur sebesar minus 7,15 dan
4 Kota Pontianak 7,01 Kabupaten Melawi di Provinsi Kalimantan Barat
sebesar minus 7%.
5 Kabupaten Kubu Raya 6,59
Meratanya pembagian daerah dengan
Sumber: DJPK, Kemenkeu, data diolah nilai growth terendah menggambarkan adanya
permasalahan bersama yang harus diatasi oleh
Klasifikasi yang berbeda antara daerah pemerintah daerah. Kondisi ini juga
dengan share terkecil dan growth tertinggi mengindikasikan perlunya koordinasi secara
untuk daerah-daerah yang sama di wilayah menyeluruh antara masing-masing kabupaten
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN
Joko Tri Haryanto
Joko Tri Haryanto
Halaman 322

dan kota dengan provinsi dalam mengatasi kuadran I selain disebabkan karena
permasalahan rendahnya pertumbuhan. Melihat kemampuan APBD nya besar juga
karakteristik seluruh kabupaten yang mengisi pengelolaan belanjanya relatif rasional.
kategori ini, semakin menguatkan perlunya Berbagai kondisi positif ini wajib terus
modernisasi kabupaten dalam mengejar aspek dipertahankan dan dikembangkan ke
pertumbuhan ekonomi ke depan yang depannya demi menciptakan daerah-daerah
berkelanjutan. Jika tidak maka kabupaten akan yang mandiri dan mengurangi beban
selalu melekat dengan stigma tidak mandiri dan ketergantungan terhadap bantuan dari
tidak memiliki prospek pertumbuhan ekonomi pemerintah pusat. Keberhasilan ketujuh
ke depan yang optimal. daerah ini tentu wajib direplikasi ke daerah-
daerah lainnya dengan tetap
Tabel 4. Daerah Dengan Nilai Growth
memperhatikan aspek lokalitas dan
Terendah di Kalimantan Tahun 2010-2017
karakteristik masing-masing daerah.
(%)
Kelompok daerah yang berada di kuadran I
No Nama Daerah Nilai Share ini juga terdistribusikan dengan merata
untuk semua kategori daerah ada
1 Kabupaten Tanah Laut (12,37) perwakilan dari kabupaten sebanyak lima
2 Kabupaten Kapuas Hulu (8,89) daerah, satu daerah dari kota dan satu
daerah perwakilan provinsi. Dominasi
3 Kabupaten Katingan (7,73) kabupaten di kuadran I ini juga memberikan
4 Kabupaten Penajem PU (7,15) jawaban atas permasalahan lambannya
pertumbuhan ekonomi dan kemandirian di
5 Kabupaten Melawi (7,00) kabupaten. Akar masalah mengapa banyak
kabupaten berada di level kemandirian yang
Sumber: DJPK, Kemenkeu, Data diolah rendah serta prospek ekonomi yang tidak
4.3. Analisis Metode Kuadran baik ternyata terkait dengan beban belanja
APBD yang besar. Ketika status
Setelah melakukan analisis parsial perekonomian dan APBD tidak terlalu
dengan menggunakan pendekatan share sebagai cemerlang, beban belanja APBD yang
proxy dari aspek kemandirian di daerah serta berlebihan memang menimbulkan dampak
growth sebagai gambaran atas prospek negatif ;
pertumbuhan ekonomi ke depannya di daerah,
maka seluruh daerah akan dianalisis ulang b. Kuadran II: sekitar enam belas daerah
menggunakan metode kuadran. Penggunaan berada di kuadran II ini yang
metode kuadran ini nantinya akan menghitung menggambarkan status daerah dengan
dan membagi keseluruhan daerah baik kemandirian APBD rendah namun prospek
kabupaten, kota dan provinsi ke dalam empat ekonomi ke depannya bagus. Beberapa
kuadranisasi daerah dengan karakteristik daerah yang berada di kuadran II ini di
masing-masing sesuai kuadrannya. Hasil analisis antaranya Kabupaten Barito Timur,
menggunakan metode kuadran untuk Kabupaten Kubu Raya, Kota Singkawang,
keseluruhan daerah di Kalimantan dapat Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten
dijelaskan sebagai berikut: Sambas, Kabupaten Mempawah dan Gunung
Mas. Melihat daftar kelompok daerah yang
a. Kuadran I: dari hasil analisis terdapat tujuh berada di kuadran II ini akan menarik jika
daerah yang berada pada kuadran I, dengan dikaitkan dengan daftar daerah
perincian daerah sebagai berikut: berdasarkan analisis share karena semua
Kabupaten Kota Baru, Kabupaten Tanah daerah yang berada di kelompok share
Bumbu, Kabupaten Mahakam Ulu, terendah masuk ke dalam kategori kuadran
Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapin, Kota II. Strategi yang perlu ditempuh untuk
Balikpapan dan Provinsi Kalimantan mengentaskan daerah-daerah di kuadran II
Selatan. Sebagaimana dijelaskan ini yang paling utama adalah menciptakan
sebelumnya, masuknya ketujuh daerah ke beban belanja APBD yang rasional karena
dalam kuadran I ini menandakan bahwa prospek ekonomi ke depannya masih
ketujuh daerah ini memiliki status daerah positif. Prospek ekonomi ke depan yang
unggulan yang siap dan sangat layak untuk masih positif ini wajib dipelihara dan
menjadi daerah tujuan investasi. Kesiapan dikembangkan ke depannya untuk menjadi
dan kelayakannya dapat diukur dari aspek daya dorong utama bagi pengembangan
kemandirian APBD yang besar dan prospek ekonomi daerah ke depannya. Pemerintah
ekonomi ke depannya relatif baik. Status di daerah harus mampu menciptakan iklim
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN

Halaman 323 Joko Tri Haryanto

investasi yang positif sehingga investor Melihat karakteristik daerah yang berada di
swasta akan datang dan menanamkan kuadran IV ini sebagian besar merupakan
modalnya dalam memacu percepatan daerah lama yang sudah ada dan
pertumbuhan ekonomi di daerah ; menjalankan segala kewenangannya.
Pemerintah pusat dan provinsi juga dapat
c. Kuadran III: sekitar tiga belas daerah
melihat daerah-daerah di kuadran IV ini
berada di kuadran III yang menggambarkan
sebagai sasaran utama berbagai kebijakan
kondisi daerah dengan kemandirian APBD
yang dihasilkan sehingga ke depannya
tinggi namun prospek ekonomi ke depannya
daerah-daerah tersebut dapat dipindahkan
justru negatif atau mulai turun. Jika di
menuju kuadran yang lebih bagus lagi;
kuadran II diisi oleh sebagian besar daerah
dengan share terendah, maka kuadran III
diisi oleh daerah dengan rata-rata share
tinggi. Namun demikian, karena
kemampuan share tinggi tersebut mayoritas
disupport oleh sektor pertambangan, maka
daerah-daerah tersebut terbukti mulai
menghadapi perlambatan prospek
pertumbuhan ekonomi ke depannya.
Apabila di kuadran II strategi yang harus
diambil oleh daerah adalah rasionalisasi
beban belanja APBD, maka di kuadran III
strategi yang wajib diambil adalah hijrah
sektoral secepatnya dengan menggunakan
dana berlimpah dari hasil sektoral migas
yang saat ini masih tersisa. Dengan hijrah
sektoral maka daerah diharapkan mampu
mengembalikan jalur pertumbuhan
positifnya dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi daerah yang berkelanjutan ke
depannya. Contoh beberapa daerah yang
Diagram 1. Pemetaan Metode Kuadran
masuk dalam kuadran III ini diantaranya
Daerah di Kalimantan Periode 2010-2017
Provinsi Kalimantan Timur, Kabupaten
Kutai Kertanegara, Kabupaten Berau,
Provinsi Kalimantan Barat, Kota Samarinda, 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kabupaten Tabalong dan Kutai Barat. Isu di Otonomi daerah sering didefinisikan
kuadran III ini adalah bagaimana cara sebagai hak kewenangan dan kewajiban daerah
daerah menghindari terjadinya fenomena otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
natural curse sehingga kekayaan sumber urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat
daya alam yang dimiliki betul-betul setempat. Otonomi juga membawa dua implikasi
membawa keberkahan buat masyarakat di khusus bagi pemerintah daerah yaitu semakin
daerah secara luas; meningkatnya biaya ekonomi (high cost
economy) sekaligus efisiensi dan efektivitas.
d. Kuadran IV: sama dengan pengelompokan Karenanya terlihat bahwa pelaksanaan
daerah di pulau lainnya, hampir sebagian desentralisasi fiskal membutuhkan dana yang
besar daerah lainnya masuk ke dalam memadai khususnya bagi implementasi di level
kategori kuadran IV. Kuadran tersebut daerah. Desentralisasi juga dimaknai sebagai
menggambarkan kondisi daerah yang paling pemindahan tanggung jawab, wewenang dan
tidak menarik karena daerah dianggap tidak sumber-sumber daya baik personil, pendanaan
memiliki kapasitas kemampuan keuangan serta beberapa hal lainnya dari pemerintah
APBD yang memadai di satu sisi, di sisi pusat ke pemerintah daerah. Termasuk juga
lainnya daerah tersebut juga tidak memiliki adanya pergeseran beberapa tanggung jawab
prospek ekonomi ke depannya secara terhadap pendapatan (revenue) dan atau
memuaskan. Bagi pemerintah sendiri, pembelanjaan (expenditure) ke tingkat
daerah-daerah yang berada di kuadran IV pemerintahan yang lebih rendah. Pelaksanaan
ini dapat dijadikan rekomendasi utama desentralisasi fiskal memiliki tujuan pencapaian
pengambilan sekaligus implementasi kemandirian daerah khususnya dalam
kebijakan percepatan pertumbuhan mendukung pelaksanaan pembangunan dan
ekonomi dan pembangunan di daerah. pertumbuhan daerah, pelayanan prima kepada
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN
Joko Tri Haryanto
Joko Tri Haryanto
Halaman 324

masyarakat demi mengembangkan seluruh Daerah-daerah di Provinsi Kalimantan


potensi daerah secara optimal. Pencapain tujuan sendiri sudah sejak lama dikenal sebagai salah
desentralisasi fiskal tersebut pada gilirannya satu daerah pusat pertambangan di Indonesia.
akan membawa dampak positif terhadap Beberapa jenis tambang yang dimiliki
pemerintah pusat. Kalimantan diantaranya sumber daya mineral
Indonesia sendiri sudah mengenal proses rare metal baik bauksit dan monosit di sebagian
desentralisasi fiskal sejak periode Orde Lama, besar wilayah di Kalimantan Barat, base metal
Orde Baru hingga Reformasi. Desentralisasi berupa seng, tembaga, timah, timbal dan air
fiskal di era reformasi secara resmi dimulai raksa di sebagian Kalimantan Tengah dan
sejak 1 Januari 2011 dengan perubahan sebagian Kalimantan Timur, precious metal
mendasar pada titik tolak pelaksanaan berupa emas, perak dan platina di Kalimantan
desentralisasi fiskal di level kabupaten/kota. Tengah, ferro and associates besi, nikel, kobalt,
Penyerahan titik tolak pelaksanaan kromit, mangan dan titan di Kalimantan Selatan.
desentralisasi fiskal kepada kabupaten/kota Di sepanjang koridor Kalimantan Selatan hingga
didasarkan kepada pertimbangan upaya untuk Kalimantan Timur juga ditemukan sumber daya
memotong rantai birokrasi selain pemerintah alam batu bara yang hingga kini masih menjadi
kabupaten/kota dianggap menjadi pihak yang primadona utama bagi daerah bersama dengan
paling mengetahui apa yang menjadi kebutuhan komoditi migas. Berdasarkan data Ditjen
masyarakatnya. Dalam pelaksanaannya, dikenal Minerba tahun 2014, untuk Kalimantan jumlah
adanya filosofi money follow function sebagai ijin usaha pertambangan logam sebanyak 737,
prinsip utama yang harus diperhatikan dan ijin usaha non-logam dan batuan sebanyak 434
dilaksanakan. Prinsip tersebut mengandung sementara ijin usaha batu bara mencapai 2,687
makna bahwa segala bentuk penyerahan buah.
kewenangan pemerintah pusat kepada Sayangnya, bagi daerah-daerah yang
pemerintah daerah, seyogyanya harus disertai dikenal memiliki kekayaan sumber daya lama
dengan penyerahan sumber-sumber melimpah terkadang justru terkena fenomena
pendanaannya. Pada level implementasi, prinsip kutukan sumber daya alam (natural resource
money follow function tersebut kemudian curse). Salah satu bentuk dari fenomena
diselaraskan ke dalam bentuk kerangka tersebut dapat berupa Dutch Disease ketika
kebijakan melalui UU Nomor 33 Tahun 2004 kondisi suatu daerah dengan kekayaan alam
tentang Perimbangan Keuangan Antara yang luar biasa justru mengalami kemunduruan
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah perkembangan di beberapa sektor lainnya.
melalui mekanisme Transfer ke Daerah dan Akibat tidak bekerja secara optimal, maka
Dana Desa. kekayaan sumber daya alam tersebut akhirnya
Di dalam Transfer ke Daerah, terdiri dari justru tidak mampu menyejahterakan
komponen Dana Perimbangan yang terdiri dari masyarakat dan hanya dinikmati oleh beberapa
Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum kelompok kepentingan sematadan ada
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) serta gilirannya menimbulkan apa yang disebut
Dana Otonomi Khusus bagi pemerintah NAD, penyakit kutukan SDA (natural resources curse).
Papua, Papua Barat dan Keistimewaan Provinsi Kalimantan juga menyimpan potensi dukungan
DIY. Dilihat dari peruntukannya, pengalokasian yang menjanjikan terhadap pembentukan PDB
DBH dan DAU termasuk dalam ketegori block nasional meski belum maksimal.
grant yang bertujuan untuk mengurangi Bagaimana penciptaan aspek
kesenjangan antar daerah (horizontal kemandirian daerah sekaligus prospek ekonomi
imbalances) sedangkan DAK lebih bersifat di Kalimantan sebagai salah satu pulau yang
specific allocation grant yang ditujukan untuk banyak dikaruniai kekayaan sumber daya alam,
mengurangi kesenjangan antara pemerintah kemudian menjadi hal yang sangat menarik
pusat dan daerah. Dalam perjalanannya, untuk ditelaah lebih lanjut. Untuk itulah,
pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia penelitian ini mencoba melihat analisis
memberikan dampak yang multi tafsir. kemandirian daerah yang diwakili oleh
Beberapa peneliti merasa yakin bahwa indikator share serta growth. Berdasarkan hasil
desentralisasi fiskal di Indonesia khususnya penghitungan, daerah dengan nilai share paling
sejak periode Orde Reformasi, justru semakin tinggi di Kalimantan selama periode 2010-2017
jauh dari tujuan awal, beberapa justru adalah Provinsi Kalimantan Timur dengan nilai
menemukan fakta yang mampu menjawab 96,12. Angka tersebut menjelaskan bahwa
sinyalemen negatif yang dipremiskan oleh kemampuan keuangan APBD Provinsi
penelitian sebelumnya. Kalimantan Timur dalam membiayai seluruh
total belanja nya mencapai 96,12% sementara
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN

Halaman 325 Joko Tri Haryanto

ketergantungan terhadap alokasi bantuan Daerah berikutnya yang memiliki nilai


pemerintah pusat melalui skema Transfer ke growth tertinggi adalah Kabupaten Barito Timur
Daerah (TkD) khususnya komponen Dana dengan nilai 8,11%, disusul Kota Singkawang
Perimbangan hanya sebesar 4%. dengan besaran 7,22%, Kota Pontianak sebesar
Posisi berikutnya adalah Kabupaten Kutai 7,01% dan Kabupaten Kubu Raya dengan nilai
Kertanegara dengan nilai share sebesar 88,79 6,59%. Seperti halnya dengan Kabupaten
kemudian disusul oleh Provinsi Kalimantan Balangan, hampir keseluruhan daerah-daerah
Selatan sebesar 75,69, Kota Bontang dengan yang berada di kelompok growth tinggi ini tidak
share 73,10 dan penghuni kelima terbesar ada yang menggantungkan penerimaan
adalah Kabupaten Penajam Paser Utara dengan APBDnya dari sektor pertambangan. Dilihat dari
angka 66,00. Secara keseluruhan, daerah-daerah persebaran geografis, menarik jika daerah-
yang berada pada posisi lima besar share daerah dengan nilai growth tertinggi justru
tertinggi, memiliki angka yang sangat luar biasa didominasi oleh daerah di wilayah Provinsi
hingga mencapai di atas 50. Dengan demikian Kalimantan Barat yaitu Kabupaten Balangan,
beban yang harus ditanggung oleh APBN untuk Kota Singkawang, Kota Pontianak dan
membantu mendanai kewenangan daerah Kabupaten Kubu Raya. Hanya Kabupaten Barito
sebetulnya secara perlahan namun pasti dapat Timur di Provinsi Kalimantan Tengah yang
dilepas serta digunakan untuk keperluan mampu masuk dan tercatat sebagai daerah non-
lainnya yang lebih memiliki aspek multiplier Kalimantan Barat.
yang besar. Hasil analisis menggunakan metode
Menariknya jika melihat komposisi kuadran untuk keseluruhan daerah di
daerah-daerah yang menempati posisi lima Kalimantan kemudian membagi daerah menjadi
besar nilai share, mayoritas adalah daerah- kuadran I yang terdiri dari tujuh daerah yaitu
daerah yang berada di Provinsi Kalimantan Kabupaten Kota Baru, Kabupaten Tanah Bumbu,
Timur baik level provinsinya serta beberapa Kabupaten Mahakam Ulu, Kabupaten Banjar,
kabupaten dan kotanya. Dominasi ini bahkan Kabupaten Tapin, Kota Balikpapan dan Provinsi
diperkirakan akan terus terpelihara hingga Kalimantan Selatan. Ketujuh daerah di kuadran I
beberapa periode ke depan seiring dengan ini menandakan bahwa ketujuh daerah ini
melimpahnya kekayaan sumber daya alam yang memiliki status daerah unggulan yang siap dan
dimiliki. Dari sisi sektoral, kelima daerah dengan sangat layak untuk menjadi daerah tujuan
nilai share terbesar memang secara rata-rata investasi. Kesiapan dan kelayakannya dapat
masih mengandalkan sektor pertambangan dan diukur dari aspek kemandirian APBD yang besar
komoditas alam. Kekuatan terbesar daerah- dan prospek ekonomi ke depannya relatif baik.
daerah ini terletak pada penerimaan DBH SDA Status di kuadran I selain disebabkan karena
khususnya migas yang mendominasi kemampuan APBD nya besar juga pengelolaan
penerimaan APBD setiap tahunnya. Khusus di belanjanya relatif rasional.
daerah provinsi baik di Kalimantan Timur Berikutnya masuk ke dalam kuadran II
maupun Kalimantan Selatan, kekuatannya sekitar enam belas daerah dengan status
makin berlipat dengan besarnya %tase kemandirian APBD rendah namun prospek
penerimaan PAD khususnya yang berasal dari ekonomi ke depannya bagus. Beberapa daerah
pengenaan pajak-pajak kendaraan bermotor dan yang berada di kuadran II ini diantaranya
kendaraan di atas air. Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Kubu Raya,
Menggunakan analisis growth kelompok Kota Singkawang, Kabupaten Kayong Utara,
daerah-daerah dengan nilai growth tertinggi di Kabupaten Sambas, Kabupaten Mempawah dan
Kalimantan adalah Kabupaten Balangan di Gunung Mas. Strategi yang perlu ditempuh
Provinsi Kalimantan Selatan dengan nilai growth untuk mengentaskan daerah-daerah di kuadran
sebesar 30,69%. Berdasarkan statisik Bank II ini yang paling utama adalah menciptakan
Indonesia, sektor unggulan di Kabupaten beban belanja APBD yang rasional karena
Balangan adalah sektor pertanian sub sektor prospek ekonomi ke depannya masih positif.
tanaman pangan dan komoditi padi sawah. Prospek ekonomi ke depan yang masih positif
Beberapa sektor unggulan lainnya adalah sektor ini wajib dipelihara dan dikembangkan ke
kehutanan dengan komoditi utama gaharu dan depannya untuk menjadi daya dorong utama
karet. Pada kurun waktu terkini, Kabupaten bagi pengembangan ekonomi daerah ke
Balangan juga aktif mengembangkan sektor depannya. Pemerintah daerah harus mampu
pariwisata sub sektor pariwisata alam dengan menciptakan iklim investasi yang positif
menggunakan pendekatan community sehingga investor swasta akan datang dan
development sebagai penggerak utamanya. menanamkan modalnya dalam memacu
percepatan pertumbuhan ekonomi di daerah.
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN
Joko Tri Haryanto
Joko Tri Haryanto
Halaman 326

Tiga belas daerah berada di kuadran III sumber daya alam namun tidak memberikan
yang menggambarkan kondisi daerah dengan kontribusi kekayaannya terhadap kesejahteraan
kemandirian APBD tinggi namun prospek masyarakat sekitarnya. Bagaimana situasi
ekonomi ke depannya justru negatif atau mulai daerah yang wajib melakukan hijrah sektoral
turun. Jika di kuadran II diisi oleh sebagian juga menjadi implikasi kebijakan lainnya.
besar daerah dengan share terendah, maka Beberapa kelemahan masih menjadi
kuadran III diisi oleh daerah dengan rata-rata keterbatasan dari penelitian ini. Keterbatasan
share tinggi. Namun demikian, karena pertama terkait dengan substansi yang
kemampuan share tinggi tersebut mayoritas dianalisis. Hampir semua analisis mendasarkan
disupport oleh sektor pertambangan, maka kepada kinerja keuangan APBD semata tidak
daerah-daerah tersebut terbukti mulai mendiskusikan isu lainnya seperti kualitas
menghadapi perlambatan prospek belanja APBD maupun kelemahan regulasi.
pertumbuhan ekonomi ke depannya. Apabila di Keterbatasan data juga menjadi kendala dimana
kuadran II strategi yang harus diambil oleh data yang dimiliki dari 2010-2016 memang
daerah adalah rasionalisasi beban belanja APBD, sudah bersifat realisasi. Sayangnya data 2017
maka di kuadran III strategi yang wajib diambil masih bersifat anggaran sehingga dikhawatirkan
adalah hijrah sektoral secepatnya dengan akan sedikit menimbulkan dampak bias di
menggunakan dana berlimpah dari hasil dalam analisisnya. Pembaruan data anggaran
sektoral migas yang saat ini masih tersisa. tahun 2018 sepertinya akan menjadi hal yang
Dengan hijrah sektoral maka daerah diharapkan menarik untuk dilakukan dalam penelitian
mampu mengembalikan jalur pertumbuhan selanjutnya selain upaya memperluas cakrawala
positifnya dalam mendukung pertumbuhan pembahasan baik dari aspek non-APBD maupun
ekonomi daerah yang berkelanjutan ke beberapa isu tematik dalam pembangunan
depannya. lainnya misalnya dampak terhadap pengentasan
Yang paling memprihatinkan adalah kemiskinan, gender dan inklusivitas.
kelompok daerah di kuadran IV dengan kondisi
tidak memiliki kapasitas kemampuan keuangan PENGHARGAAN
APBD yang memadai di satu sisi, di sisi lainnya (ACKNOWLEDGEMENT)
daerah tersebut juga tidak memiliki prospek Penulis tidak lupa mengucapkan banyak
ekonomi ke depannya secara memuaskan. Bagi terima kasih kepada para pihak yang telah
pemerintah sendiri, daerah-daerah yang berada berkontribusi di dalam penulisan kajian ini
di kuadran IV ini dapat dijadikan rekomendasi khususnya rekan-rekan di Direktorat Jenderal
utama pengambilan sekaligus implementasi Perimbangan Keuangan (DJPK) Direktorat Dana
kebijakan percepatan pertumbuhan ekonomi Perimbangan yang telah sudi membagi data-
dan pembangunan di daerah. Melihat data yang sangat substansial. Ke depannya
karakteristik daerah yang berada di kuadran IV penulis masih sangat berharap untuk terus
ini sebagian besar merupakan daerah lama yang didukung dengan support data yang valid demi
sudah ada dan menjalankan segala menghasilkan karya-karya lain ke depannya.
kewenangannya. Pemerintah pusat dan provinsi
juga dapat melihat daerah-daerah di kuadran IV
ini sebagai sasaran utama berbagai kebijakan DAFTAR PUSTAKA
yang dihasilkan sehingga ke depannya daerah-
daerah tersebut dapat dipindahkan menuju Auty, Richard.1993.Sustaining Development in
kuadran yang lebih bagus lagi. Mineral Economies: The Recource Curse.
England. Routledge;
6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
Hasil kajian ini memiliki dampak Adi, Priyo Hari & Puspa Dewi Ekaristi. (2009).
implikasi kebijakan yang sangat kuat khususnya Fenomena Ilusi Fiskal Dalam Kinerja
jika dikaitkan dengan beberapa isu utama Anggaran Pemerintah. Jurnal Akuntansi
pembangunan. Implikasi yang utama tentu dan Keuangan. Vol. 6. No. 1; pp1-19;
sebagai salah satu bahan evaluasi terkait
pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia. Agustina, Oesi, A. (2013). Analisis Kinerja
Beberapa hasil temuan mengenai indikator Pengelolaan Keuangan Daerah dan
kemandirian daerah dan prospek ekonomi ke Tingkat Kemandirian Daerah di Era
depan jelas menjadi input terbaik sebagai upaya Otonomi Daerah: Studi Kasus Kota
perbaikan kebijakan desentralisasi fiskal di level Malang (Tahun Anggaran 2007-2011).
nasional. Implikasi kebijakan lainnya juga Skripsi. Jurusan Ilmu Ekonomi. FEB
terkait dengan permasalahan daerah kaya Unbraw;
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN

Halaman 327 Joko Tri Haryanto

Investment Management and Financial


Ariza, Anggatia.(2016). Pengaruh Kemampuan Innovations. Vol. 12, Issue 2;
Keuangan dan Posisi Fiskal Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Haryanto, Joko Tri. (2017). Comparative
Kabupaten/Kota di Provinsi Analysis of Financial Performance in
Kalimantan Barat. Jurnal Ekonomi Bisnis Fiscal Decentralization Era Among
dan Kewirausahaan. Vol. 5. No. 1: pp24- Natural and Non-Natural Resources
45; Region. Jurnal Bina Praja. Vol. 9.
No.2;pp:171-184;
Barzelay, M. (1991). Managing Local
Development, Lesson from Spain. Policy Kaloh, J. (2002). Mencari Bentuk Otonomi
Science. Vol.24. No.1;pp:271-290; Daerah. Penerbit PT. Rineka Cipta.
Jakarta. Indonesia;
Bahl, R.W. (2000). China: Evaluating The Impact
of Intergovernmental Fiscal Reform Khusaini, Muhammad. (2006). Ekonomi Publik.
dalam Fiscal Decentralization in Desentralisasi Fiskal dan Pembangunan
Developing Countries. Edited by Richard Daerah. BPFE, Unbraw. Malang.
M Bird and Francois Vaillancourt. Indonesia;
Cambridge University Press, London.
UK; Kurnia, Ahmad Syakir. (2006). Model
Pengukuran Kinerja dan Efisiensi
Bawono, Bernando Gatot Tri. (2008). Pengaruh Sektor Publik. Metode Free Disposable
DAU dan PAD Terhadap Belanja Hull (FDH).Jurnal Ekonomi
Pemerintah Daerah. Skripsi.IESP. FE Pembangunan. Vol. 11. No. 2: pp1-20;
UII;
Kharisma, Bayu. (2013). Desentralisasi Fiskal
BPS. (2016). Laporan Ekonomi Indonesia. Dan Pertumbuhan Ekonomi: Sebelum
Jakarta; dan Sesudah Era Desentralisasi Fiskal
di Indonesia.Jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan.Vol.14. No. 2;pp101-119;
Doriza, Shinta, dkk. (2012). Dampak
Desentralisasi Fiskal Terhadap Litvack, J. & Jessica Seddon, (1999).
Disparitas Akses Pendidikan Dasar di Decentralization Briefing Notes. The
Indonesia. Jurnal Ekonomi dan World Bank. Washington DC;
Pembangunan Indonesia. Vol. 13. No. 1:
pp31-46; Mardiasmo. (2004). Otonomi dan Manajemen
Keuangan Daerah. BPFE. UGM.
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Yogyakarta;
(2017). Kebijakan Dana Perimbangan
Tahun 2017. Bahan Pidato Menteri Mailoor, Nanda Ertina. dkk. (2016). Analisis
Keuangan Dalam Sosialisasi Dana Kinerja Keuangan Pemerintah
Perimbangan. Jakarta; Kabupaten Kutai Barat Kalimantan
Timur (Studi Kasus Pada BPKAD
Humpreys, Macratan. et al. (2007). Escaping The Kabupaten Kutai Barat Kalimantan
Resources Curse. Colombia University Timur Tahun 2011-2014). Jurnal
Press. New York, USA; Berkala Ilmiah Efisiensi. Vol.16. No. 3:
pp624-634;
Handayani, Atiah. (2009). Analisis Pengaruh
Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Oates, Wallace E. (1972). Fiscal Federalism. New
Pengeluaran Daerah dan Upaya Pajak York. Harcourt Brace Jovanovic;
(Tax Effort) Daerah (Studi Kasus:
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah). …………………….. (1993). Fiscal Decentralization
Skripsi. IESP, UNDIP; and Economic Development. National
Tax Journal. XLVI;pp:237-243;
Hruza, Filip. (2015). Public Sector Organization
Financial Ratios Recent Development …………………... (2011). Fiscal Federalism.
As A Matter Of Financial Innovation. Paperback Edition. Edward Elgar
Publishing Limited. UK;
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN
Joko Tri Haryanto
Joko Tri Haryanto
Halaman 328

Pulungan, M. Soleh.(20140.Optimalisasi Simda Sularso, H & Restianto, Y.E. (2011). Pengaruh


Dalam Mewujudkan Pengelolaan Kinerja Keuangan Terhadap Aloaksi
Keuangan Daerah Kabupaten Kutai Belanja Modal dan Pertumbuhan
Kertanegara Provinsi Kalimantan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa
Timur Yang Lebih Berkualitas. Jurnal Tengah. Jurnal Media Riset Akuntansi.
Bina Praja. Vol. 6. No. 4: pp269-282; Vol. 1. No. 2: pp109-124;

Rondinelli, D. (1989). Decentralizing Public Suryabrata, Sumadi.(2013).Metodologi


Services in Developing Countries: Penelitian. Penerbit Raja Grafindo.
Issues and Opportunities. Journal of Jakarta. Indonesia;
Social Political and Economic Studies
.Vol. 14. No. 1; Simanjuntak, Kasdin. (2015). Implementasi
Kebijakan Fiskal di Indonesia.Jurnal
Ridhanie, Azhar. (2012). Kinerja Pemerintah Bina Praja. Vol. 7. No. 2; pp111-130;
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan
Terhadap Kualitas Pembangunan
Manusia. Jurnal Ilmu Politik dan Tjahjono, Achmad & Rina Oktavianti.
Pemerintahan Lokal. Vol. 1. Edisi. 2: (2016).Pengaruh Rasio Efektivitas PAD,
pp73-91; DAU dan DAK Terhadap Tingkat
Kemandirian Keuangan Daerah di
Sugiyanto. (2000). Kemandirian dan Otonomi Provinsi DIY.Jurnal Kajian Bisnis.
Daerah. Media Ekonomi dan Bisnis. Vol.24. No.1:pp25-34;
Vol.XII. No.1;pp:1-7;
Wasistiono, Sadu. (2010). Menuju Desentralisasi
Sumarsono. (2009). Analisis Kemandirian Berkesinambungan.Jurnal Ilmu Politik.
Otonomi Daerah: Kasus Kota Malang Edisi. 21. No. 21pp1-25;
(1999-2004). JESP. Vol. 1. No.1;pp:13-
26; Wirartha, I Made. (2006). Metodologi Penelitian
Sosial Ekonomi. Penerbit Andi. Jakarta;
Sasana, Hadi. (2009). Analisis Dampak
Pertumbuhan Ekonomi, Kesenjangan Yatiman, Nur & Arif Pujiyono. (2013). Analisis
Antar Daerah dan Tenaga Kerja Efisiensi Teknis Anggaran Belanja
Terserap Terhadap Kesejahteraan di Sektor Kesehatan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Kabupaten/Kota di Provinsi DIY tahun
Dalam era Desentralisasi Fiskal. Jurnal 2008-2010. Diponegoro Journal of
Bisnis dan Ekonomi (JEB). Vol.16. Economics. Vol. 2. No. 1: pp1-13;
No.1;pp:50-69;
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Soleh, C & Rochmansjah Heru. Pemerintahan Daerah;
(2010).Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah. Fokus Media. Bandung. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Indonesia; Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Sasana, Hadi. (2011). Analisis Determinan Daerah;
Belanja Daerah di Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Barat Dalam Era Otonomi Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
dan Desentralisasi Fiskal. Jurnal Bisnis Pemerintahan Daerah;
dan Ekonomi (JEB). Vol. 18. No.1;pp:46-
58;

You might also like