Professional Documents
Culture Documents
88-Article Text-779-1-10-20190102
88-Article Text-779-1-10-20190102
ABSTRAK
Desentralisasi era reformasi dimulai sejak 1 Januari 2011, bertujuan
memiliki tujuan pencapaian kemandirian daerah khususnya dalam
mendukung pelaksanaan pembangunan dan pertumbuhan daerah,
pelayanan prima kepada masyarakat demi mengembangkan seluruh
potensi daerah secara optimal. Aspek kemandirian daerah dan prospek
ekonomi ke depan kemudian menjadi kata kunci yang harus diwujudkan
termasuk di Kalimantan yang dikenal sebagai daerah kaya sumber daya
alam. Dalam beberapa kasus, kekayaan sumber daya alam justru tidak
memberikan dampak kesejahteraan kepada masyarakat. Untuk
menganalisis kemandirian daerah dan prospek ekonomi ke depan,
kajian ini menggunakan analisis share dan growth serta metode
kuadran. Dari hasil share daerah paling tinggi adalah Provinsi
Kalimantan Timur. Sementara dari analisis growth, yang paling tinggi
adalah Kabupaten Balangan. Menggunakan metode kuadran, tujuh
daerah berada di kuadran I, enam belas daerah berada di kuadran II, tiga
belas daerah berada di kuadran III, sebagian besar lainnya di kuadran IV.
Bagi pemerintah sendiri, daerah-daerah yang berada di kuadran IV ini
dapat dijadikan rekomendasi utama pengambilan sekaligus
implementasi kebijakan percepatan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan di daerah.
Halaman 312
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN
kesejahteraan masyarakat. Hal yang sama juga Akibat tidak bekerja secara optimal, maka
terjadi pada proses penyerapan tenaga kerja kekayaan sumber daya alam tersebut akhirnya
yang terbukti positif signifikan dipengaruhi oleh justru tidak mampu menyejahterakan
kualitas kinerja pemerintah daerah yang masyarakat dan hanya dinikmati oleh beberapa
meningkat di era desentralisasi fiskal. Makin kelompok kepentingan sematadan ada
meningkatnya kapasitas pemerintahan daerah gilirannya menimbulkan apa yang disebut
juga ditemukan di dalam kajian (Sumarsono, penyakit kutukan SDA (natural resources curse)
2009) yang mengambil lokasi Kota Malang (Auty, 1993).
tahun 1999-2004. Secara ringkas Sumarsono
Kalimantan juga menyimpan potensi
menjelaskan bahwa rasio PAD terhadap Total
dukungan yang menjanjikan terhadap
Pendapatan Daerah (TPD) Kota Malang terus
pembentukan PDB nasional meskipun hingga
meningkat secara singifikan yaitu 4,8-7,3 %
kini pembentukan PDB nasional masih
lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional
didominasi oleh Jawa dan Sumatera. Menurut
sebesar 5 %. Temuan lainnya adalah adanya
data BPS hingga tahun tahun 2016, Kalimantan
efisiensi belanja publik yang besar di Kota
menyumbang PDB nasional sebesar 7,9 %
Malang dengan produktivitas masyarakat relatif
dengan sektor utama pertambangan, industri
tinggi dibandingkan pembelanjaan publiknya.
dan pertanian. Pertumbuhan PDRBnya
Daerah-daerah di Provinsi Kalimantan mencapai 2,0 %, tingkat pengangguran 1,2 %
sendiri sudah sejak lama dikenal sebagai salah dan tingkat kemiskinan mencapai 6,5 %.
satu daerah pusat pertambangan di Indonesia. Dibandingkan kontribusi terhadap PDB nasional
Berdasarkan kajian di dalam (Haryanto, 2017) dari Jawa yang mencapai 58,5 % atau Sumatera
jenis-jenis pertambangan yang ada di sebesar 22,0 %, maka kontribusi Kalimantan
Kalimantan terdiri dari sumber daya mineral memang masih jauh dari yang diharapkan.
rare metal baik bauksit dan monosit di sebagian Dilihat dari besaran kontribusi terhadap PDB
besar wilayah di Kalimantan Barat, base metal nasional, Kalimantan hanya lebih baik
berupa seng, tembaga, timah, timbal dan air dibandingkan Sulawesi sebesar 6,0 % dan
raksa di sebagian Kalimantan Tengah dan Papua sebesar 2,5 % ( DJPK, 2017).
sebagian Kalimantan Timur, precious metal
1.1. Permasalahan
berupa emas, perak dan platina di Kalimantan
Tengah, ferro and associates besi, nikel, kobalt, Bagaimana penciptaan aspek
kromit, mangan dan titan di Kalimantan Selatan. kemandirian daerah sekaligus prospek ekonomi
Di sepanjang koridor Kalimantan Selatan hingga di Kalimantan sebagai salah satu pulau yang
Kalimantan Timur juga ditemukan sumber daya banyak dikaruniai kekayaan sumber daya alam,
alam batu bara yang hingga kini masih menjadi kemudian menjadi hal yang sangat menarik
primadona utama bagi daerah bersama dengan untuk ditelaah lebih lanjut. Untuk itulah,
komoditi migas. Berdasarkan data Ditjen penelitian ini kemudian mencoba melihat
Minerba tahun 2014, untuk Kalimantan jumlah analisis kemandirian daerah yang diwakili oleh
ijin usaha pertambangan logam sebanyak 737, indikator share serta prospek perkembangan
ijin usaha non-logam dan batuan sebanyak 434 ekonomi daerah melalui indiaktor growth untuk
sementara ijin usaha batu bara mencapai 2,687 kasus kabupaten/kota dan provinsi di
buah. Kalimantan. Hasil analisis menggunakan share
dan growth ini kemudian dipetakan ke dalam
Sayangnya, bagi daerah-daerah yang
kuadranisasi daerah untuk melihat posisi
dikenal memiliki kekayaan sumber daya lama
masing-masing dalam lingkup menyeluruh di
melimpah terkadang justru terkena fenomena
wilayah Kalimantan. Dengan melakukan analisis
kutukan sumber daya alam (natural resource
ini, maka ke depannya diharapkan akan
curse). Salah satu bentuk dari fenomena
dihasilkan sebuah potret awal mengenai posisi
tersebut dapat berupa Dutch Disease ketika
masing-masing daerah dengan beberapa atribut
kondisi suatu daerah dengan kekayaan alam
utama yang dihasilkan baik aspek kemandirian,
yang luar biasa justru mengalami kemunduruan
prospek ekonomi sekaligus keunggulan dan
perkembangan di beberapa sektor lainnya
kelemahannya. Dengan demikian pemerintah
(Humpreys et al, 2007). Di negara asal
pusat nantinya akan dapat lebih memfokuskan
munculnya Dutch Disease itu sendiri di Belanda,
berbagai kebijakan yang dihasilkan dengan
kekayaan utama di sektor pertambangan
melihat rekomendasi kajian ini.
menekan pertumbuhan sektor manufaktur.
Kemunduran sektoral non-migas juga dijumpai
di beberapa Negara lainnya dengan format yang
sedikit berbeda khususnya untuk level sektoral.
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN
Joko Tri Haryanto
Joko Tri Haryanto
Halaman 316
tuntasnya realisasi kinerja buta aksara pada Apabila dilihat dari sisi pendekatan,
tahun 2009 yang direncakan dalam rencana penelitian ini tergolong jenis penelitian
strategis. Sementara kinerja pembangunan kuantitatif yang memiliki karakteristik berbeda
manusia di bidang kesehatan juga belum dengan penelitian kualitatif yang mementingkan
menunjukkan gelagat yang tuntas di era kedalaman data. Penelitian kuantitatif adalah
desentralisasi fiskal ini karena masih penelitian yang menekankan analisis kepada
terhambatnya percepatan Angka Harapan Hidup angka-angka numerikal untuk kemudian diolah
masyarakat ke level yang diharapkan. dengan menggunakan metode statistik
(Suryabrata, 1983). Dalam kajian ini,
Penelitian lainnya dilakukan oleh (Mailoor,
pendekatan kuantitatif yang digunakan
dkk,2016) dengan mengambil sampel daerah
menggunakan data-data share yang diwakili
Kabupaten Kutai Barat di tahun 2011-2014
oleh data PAD, DBH dan juga data belanja APBD
untuk menghitung kinerja keuangan pada Badan
di daerah. Angka numerik juga digunakan untuk
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD).
menghitung laju pertumbuhan atau growth
Dengan menggunakan metode analisis
APBD ke depannya. Dengan demikian data
pertumbuhan pendapatan, rasio keuangan,
kuantitatif dari kajian ini memang sepenuhnya
pertumbuhan belanja, keserasian belanja dan
dihasilkan dari analisis APBD.
efisiensi belanja dapat disimpulkan bahwa
kinerja keuangan BPKAD Kabupaten Kutai Barat 3.2. Jenis Data dan Metode Analisis
terus tumbuh secara positif. Hal yang sama juga
Jenis data yang digunakan dalam
diperlihatkan dalam penyelenggaraan
penelitian ini termasuk jenis data sekunder
desentralisasi meskipun terlihat adanya
karena dikumpulkan dari APBD yang disajikan
ketergantungan yang besar terhadap
oleh instansi resmi pemerintah yaitu Direktorat
pemerintah provinsi. Namun demikian, dihitung
Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian
dari aspek efektivitas PAD, maka kinerja BPKAD
Keuangan. Sementara metode analisis yang
Kabupaten Kutai Barat menunjukkan efektivitas
digunakan adalah metode share untuk
yang sangat tinggi di dalam mengumpulkan
menjelaskan kondisi kemandirian APBD di
PAD. Begitupula yang diperlihatkan pada
daerah serta metode growth untuk melihat
analisis keserasian belanja, pertumbuhan
aspek pertumbuhan yang juga mencerminkan
belanja dan efisiensi belanja APBD.
prospek ekonomi ke depan suatu daerah.
Keseluruhannya menunjukkan kinerja yang
Penggunaan metode share berfungsi untuk
positif dan terus tumbuh secara progresif.
menganalisis kekuatan APBD dari masing-
masing APBD di dalam membiayai berbagai
kebutuhan belanjanya. Sementara penggunaan
3. METODOLOGI PENELITIAN metode growth akan sangat membantu di dalam
3.1. Pendekatan Penelitian memberikan arahan dan sinyal pertumbuhan
Berdasarkan penggolongan penelitian ekonomi ke depan dari suatu daerah.
menurut tujuannya, kajian ini tergolong Secara rumus matematika, indikator
penelitian eksploratif untuk menemukan share dihitung dengan menggunakan
masalah-masalah baru demi memperoleh perbandingan atau rasio antara:
pengertian dan definisi yang lebih baik terkait
hubungan antara kemandirian daerah dan ( PAD + DBH )
prospek ekonomi ke depan dari perilaku Share = x100% …....……. (1)
Total Belanja
variabel penyusun APBD. Selain itu juga
ditujukan untuk menguji kemungkinan Di mana:
dilakukannya studi lanjutan yg lebih mendalam PAD : Pendapatan Asli Daerah
sekaligus mengembangkan metode analisis DBH : Dana Bagi Hasil (Pajak dan
kinerja keuangan daerah yang lebih sederhana SDA)
namun tepat sasaran (Wirartha, 2006). Total Belanja : Belaja dalam APBD
Penelitian eksploratif ini juga ditujukan untuk
mencari terjadinya hubungan sebab akibat dari Sementara itu indikator growth dihitung dengan
adanya suatu permasalahan. Dalam kajian ini menggunakan rumusan:
hubungan sebab akibat yang dicari adalah
bagaimana kondisi geografis yang ( PAD + DBH )t − ( PAD + DBH )t −1
Growth = x100%
melatarbelakangi suatu daerah kemudian ( PAD + DBH )t −1
memperngaruhi kinerja APBD melalui indikator
kemandirian dan prospek ekonomi daerah ke
depannya.
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN
Joko Tri Haryanto
Joko Tri Haryanto
Halaman 318
kekayaan dana migas yang masih tersisa untuk Provinsi Kalimantan Barat tentu menarik untuk
mengembangkan sektor pengganti tersebut. dianalisis lebih mendalam. Khusus bagi
pemerintah provinsi, temuan ini sekaligus
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat
memberikan sinyal bahwa kebijakan yang
kelompok daerah-daerah dengan nilai growth
diambil bagi pengembangan ekonomi secara
tertinggi di Kalimantan. Tercatat Kabupaten
menyeluruh untuk kabupaten dan kota di
Balangan di Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Barat, tidak dapat disusun
memiliki nilai growth tertinggi di Kalimantan
secara sembarangan dan harus bersifat spesifik
periode 2010-2017 sebesar 30,69%.
dengan memperhatikan aspek lokalitas daerah.
Berdasarkan statisik Bank Indonesia, sektor
Harus dapat dibedakan mana daerah yang sudah
unggulan di Kabupaten Balangan adalah sektor
maju dan siap untuk dikembangkan dengan
pertanian sub sektor tanaman pangan dan
kebijakan yang lebih memprioritaskan peran
komoditi padi sawah. Beberapa sektor unggulan
swasta serta mana daerah yang belum siap dan
lainnya adalah sektor kehutanan dengan
masih terbelakang dengan kebijakan yang masih
komoditi utama gaharu dan karet. Pada kurun
didominasi oleh peran pemerintah.
waktu terkini, Kabupaten Balangan juga aktif
mengembangkan sektor pariwisata sub sektor Dikaitkan dengan Tabel 1, dapat dilihat
pariwisata alam dengan menggunakan bahwa daerah-daerah dengan share tertinggi
pendekatan community development sebagai yang rata-rata memiliki kekayaan SDA besar
penggerak utamanya. khususnya migas, terbukti tidak ada satupun
yang masuk dalam kategori growth tertinggi.
Daerah berikutnya yang memiliki nilai
Kondisi ini sepertinya mengkonfirmasi hipotesis
growth tertinggi adalah Kabupaten Barito Timur
terkait perlunya hijrah sektoral yang sudah
dengan nilai 8,11%, disusul Kota Singkawang
dijelaskan sebelumnya. Daerah-daerah migas di
dengan besaran 7,22%, Kota Pontianak sebesar
Tabel 1 sepertinya betul-betul sedang
7,01% dan Kabupaten Kubu Raya dengan nilai
menghadapi periode declining sumber daya
6,59%. Seperti halnya dengan Kabupaten
alam dan sesegera mungkin wajib menemukan
Balangan, hampir keseluruhan daerah-daerah
sektor baru non-migas untuk dijadikan sektor
yang berada di kelompok growth tinggi ini tidak
unggulan. Karateristik sektor unggulan baru
ada yang menggantungkan penerimaan
tersebut harus mempu memberikan umpan
APBDnya dari sektor pertambangan. Dilihat dari
balik yang besar baik ke depan maupun ke
persebaran geografis, menarik jika daerah-
belakang.
daerah dengan nilai growth tertinggi justru
didominasi oleh daerah di wilayah Provinsi Apabila Tabel 3 menggambarkan daerah-
Kalimantan Barat yaitu Kabupaten Balangan, daerah dengan growth tertinggi, maka Tabel 4
Kota Singkawang, Kota Pontianak dan menggambarkan kelompok daerah-daerah
Kabupaten Kubu Raya. Hanya Kabupaten Barito dengan nilai growth terendah di Kalimantan
Timur di Provinsi Kalimantan Tengah yang periode 2010-2017. Sangat berbeda dengan
mampu masuk dan tercatat sebagai daerah non- pengelompokkan sebelumnya yang banyak
Kalimantan Barat. menghasilkan ketegori yang menggerombol di
suatu wilayah tertentu di sebuah provinsi, maka
Tabel 3. Daerah Dengan Nilai Growth
persebaran daerah berdasarkan Tabel 4 justru
Tertinggi di Kalimantan Tahun 2010-2017
sangat terlihat. Daerah dengan growth terendah
(%)
adalah Kabupaten Tanah Laut di wilayah
No Nama Daerah Nilai Growth Provinsi Kalimantan Selatan sebesar minus
12,37%. Kemudian Kabupaten Kapuas Hulu di
1 Kabupaten Balangan 30,69 Provinsi Kalimantan Barat sebesar minus
8,89%, Kabupaten Katingan di Provinsi
2 Kabupaten Barito Timur 8,11 Kalimantan Tengah sebesar minus 7,73%,
3 Kota Singkawang 7,22 Kabupaten Penajem Paser Utara di Provinsi
Kalimantan Timur sebesar minus 7,15 dan
4 Kota Pontianak 7,01 Kabupaten Melawi di Provinsi Kalimantan Barat
sebesar minus 7%.
5 Kabupaten Kubu Raya 6,59
Meratanya pembagian daerah dengan
Sumber: DJPK, Kemenkeu, data diolah nilai growth terendah menggambarkan adanya
permasalahan bersama yang harus diatasi oleh
Klasifikasi yang berbeda antara daerah pemerintah daerah. Kondisi ini juga
dengan share terkecil dan growth tertinggi mengindikasikan perlunya koordinasi secara
untuk daerah-daerah yang sama di wilayah menyeluruh antara masing-masing kabupaten
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN
Joko Tri Haryanto
Joko Tri Haryanto
Halaman 322
dan kota dengan provinsi dalam mengatasi kuadran I selain disebabkan karena
permasalahan rendahnya pertumbuhan. Melihat kemampuan APBD nya besar juga
karakteristik seluruh kabupaten yang mengisi pengelolaan belanjanya relatif rasional.
kategori ini, semakin menguatkan perlunya Berbagai kondisi positif ini wajib terus
modernisasi kabupaten dalam mengejar aspek dipertahankan dan dikembangkan ke
pertumbuhan ekonomi ke depan yang depannya demi menciptakan daerah-daerah
berkelanjutan. Jika tidak maka kabupaten akan yang mandiri dan mengurangi beban
selalu melekat dengan stigma tidak mandiri dan ketergantungan terhadap bantuan dari
tidak memiliki prospek pertumbuhan ekonomi pemerintah pusat. Keberhasilan ketujuh
ke depan yang optimal. daerah ini tentu wajib direplikasi ke daerah-
daerah lainnya dengan tetap
Tabel 4. Daerah Dengan Nilai Growth
memperhatikan aspek lokalitas dan
Terendah di Kalimantan Tahun 2010-2017
karakteristik masing-masing daerah.
(%)
Kelompok daerah yang berada di kuadran I
No Nama Daerah Nilai Share ini juga terdistribusikan dengan merata
untuk semua kategori daerah ada
1 Kabupaten Tanah Laut (12,37) perwakilan dari kabupaten sebanyak lima
2 Kabupaten Kapuas Hulu (8,89) daerah, satu daerah dari kota dan satu
daerah perwakilan provinsi. Dominasi
3 Kabupaten Katingan (7,73) kabupaten di kuadran I ini juga memberikan
4 Kabupaten Penajem PU (7,15) jawaban atas permasalahan lambannya
pertumbuhan ekonomi dan kemandirian di
5 Kabupaten Melawi (7,00) kabupaten. Akar masalah mengapa banyak
kabupaten berada di level kemandirian yang
Sumber: DJPK, Kemenkeu, Data diolah rendah serta prospek ekonomi yang tidak
4.3. Analisis Metode Kuadran baik ternyata terkait dengan beban belanja
APBD yang besar. Ketika status
Setelah melakukan analisis parsial perekonomian dan APBD tidak terlalu
dengan menggunakan pendekatan share sebagai cemerlang, beban belanja APBD yang
proxy dari aspek kemandirian di daerah serta berlebihan memang menimbulkan dampak
growth sebagai gambaran atas prospek negatif ;
pertumbuhan ekonomi ke depannya di daerah,
maka seluruh daerah akan dianalisis ulang b. Kuadran II: sekitar enam belas daerah
menggunakan metode kuadran. Penggunaan berada di kuadran II ini yang
metode kuadran ini nantinya akan menghitung menggambarkan status daerah dengan
dan membagi keseluruhan daerah baik kemandirian APBD rendah namun prospek
kabupaten, kota dan provinsi ke dalam empat ekonomi ke depannya bagus. Beberapa
kuadranisasi daerah dengan karakteristik daerah yang berada di kuadran II ini di
masing-masing sesuai kuadrannya. Hasil analisis antaranya Kabupaten Barito Timur,
menggunakan metode kuadran untuk Kabupaten Kubu Raya, Kota Singkawang,
keseluruhan daerah di Kalimantan dapat Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten
dijelaskan sebagai berikut: Sambas, Kabupaten Mempawah dan Gunung
Mas. Melihat daftar kelompok daerah yang
a. Kuadran I: dari hasil analisis terdapat tujuh berada di kuadran II ini akan menarik jika
daerah yang berada pada kuadran I, dengan dikaitkan dengan daftar daerah
perincian daerah sebagai berikut: berdasarkan analisis share karena semua
Kabupaten Kota Baru, Kabupaten Tanah daerah yang berada di kelompok share
Bumbu, Kabupaten Mahakam Ulu, terendah masuk ke dalam kategori kuadran
Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapin, Kota II. Strategi yang perlu ditempuh untuk
Balikpapan dan Provinsi Kalimantan mengentaskan daerah-daerah di kuadran II
Selatan. Sebagaimana dijelaskan ini yang paling utama adalah menciptakan
sebelumnya, masuknya ketujuh daerah ke beban belanja APBD yang rasional karena
dalam kuadran I ini menandakan bahwa prospek ekonomi ke depannya masih
ketujuh daerah ini memiliki status daerah positif. Prospek ekonomi ke depan yang
unggulan yang siap dan sangat layak untuk masih positif ini wajib dipelihara dan
menjadi daerah tujuan investasi. Kesiapan dikembangkan ke depannya untuk menjadi
dan kelayakannya dapat diukur dari aspek daya dorong utama bagi pengembangan
kemandirian APBD yang besar dan prospek ekonomi daerah ke depannya. Pemerintah
ekonomi ke depannya relatif baik. Status di daerah harus mampu menciptakan iklim
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN
investasi yang positif sehingga investor Melihat karakteristik daerah yang berada di
swasta akan datang dan menanamkan kuadran IV ini sebagian besar merupakan
modalnya dalam memacu percepatan daerah lama yang sudah ada dan
pertumbuhan ekonomi di daerah ; menjalankan segala kewenangannya.
Pemerintah pusat dan provinsi juga dapat
c. Kuadran III: sekitar tiga belas daerah
melihat daerah-daerah di kuadran IV ini
berada di kuadran III yang menggambarkan
sebagai sasaran utama berbagai kebijakan
kondisi daerah dengan kemandirian APBD
yang dihasilkan sehingga ke depannya
tinggi namun prospek ekonomi ke depannya
daerah-daerah tersebut dapat dipindahkan
justru negatif atau mulai turun. Jika di
menuju kuadran yang lebih bagus lagi;
kuadran II diisi oleh sebagian besar daerah
dengan share terendah, maka kuadran III
diisi oleh daerah dengan rata-rata share
tinggi. Namun demikian, karena
kemampuan share tinggi tersebut mayoritas
disupport oleh sektor pertambangan, maka
daerah-daerah tersebut terbukti mulai
menghadapi perlambatan prospek
pertumbuhan ekonomi ke depannya.
Apabila di kuadran II strategi yang harus
diambil oleh daerah adalah rasionalisasi
beban belanja APBD, maka di kuadran III
strategi yang wajib diambil adalah hijrah
sektoral secepatnya dengan menggunakan
dana berlimpah dari hasil sektoral migas
yang saat ini masih tersisa. Dengan hijrah
sektoral maka daerah diharapkan mampu
mengembalikan jalur pertumbuhan
positifnya dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi daerah yang berkelanjutan ke
depannya. Contoh beberapa daerah yang
Diagram 1. Pemetaan Metode Kuadran
masuk dalam kuadran III ini diantaranya
Daerah di Kalimantan Periode 2010-2017
Provinsi Kalimantan Timur, Kabupaten
Kutai Kertanegara, Kabupaten Berau,
Provinsi Kalimantan Barat, Kota Samarinda, 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kabupaten Tabalong dan Kutai Barat. Isu di Otonomi daerah sering didefinisikan
kuadran III ini adalah bagaimana cara sebagai hak kewenangan dan kewajiban daerah
daerah menghindari terjadinya fenomena otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
natural curse sehingga kekayaan sumber urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat
daya alam yang dimiliki betul-betul setempat. Otonomi juga membawa dua implikasi
membawa keberkahan buat masyarakat di khusus bagi pemerintah daerah yaitu semakin
daerah secara luas; meningkatnya biaya ekonomi (high cost
economy) sekaligus efisiensi dan efektivitas.
d. Kuadran IV: sama dengan pengelompokan Karenanya terlihat bahwa pelaksanaan
daerah di pulau lainnya, hampir sebagian desentralisasi fiskal membutuhkan dana yang
besar daerah lainnya masuk ke dalam memadai khususnya bagi implementasi di level
kategori kuadran IV. Kuadran tersebut daerah. Desentralisasi juga dimaknai sebagai
menggambarkan kondisi daerah yang paling pemindahan tanggung jawab, wewenang dan
tidak menarik karena daerah dianggap tidak sumber-sumber daya baik personil, pendanaan
memiliki kapasitas kemampuan keuangan serta beberapa hal lainnya dari pemerintah
APBD yang memadai di satu sisi, di sisi pusat ke pemerintah daerah. Termasuk juga
lainnya daerah tersebut juga tidak memiliki adanya pergeseran beberapa tanggung jawab
prospek ekonomi ke depannya secara terhadap pendapatan (revenue) dan atau
memuaskan. Bagi pemerintah sendiri, pembelanjaan (expenditure) ke tingkat
daerah-daerah yang berada di kuadran IV pemerintahan yang lebih rendah. Pelaksanaan
ini dapat dijadikan rekomendasi utama desentralisasi fiskal memiliki tujuan pencapaian
pengambilan sekaligus implementasi kemandirian daerah khususnya dalam
kebijakan percepatan pertumbuhan mendukung pelaksanaan pembangunan dan
ekonomi dan pembangunan di daerah. pertumbuhan daerah, pelayanan prima kepada
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN
Joko Tri Haryanto
Joko Tri Haryanto
Halaman 324
Tiga belas daerah berada di kuadran III sumber daya alam namun tidak memberikan
yang menggambarkan kondisi daerah dengan kontribusi kekayaannya terhadap kesejahteraan
kemandirian APBD tinggi namun prospek masyarakat sekitarnya. Bagaimana situasi
ekonomi ke depannya justru negatif atau mulai daerah yang wajib melakukan hijrah sektoral
turun. Jika di kuadran II diisi oleh sebagian juga menjadi implikasi kebijakan lainnya.
besar daerah dengan share terendah, maka Beberapa kelemahan masih menjadi
kuadran III diisi oleh daerah dengan rata-rata keterbatasan dari penelitian ini. Keterbatasan
share tinggi. Namun demikian, karena pertama terkait dengan substansi yang
kemampuan share tinggi tersebut mayoritas dianalisis. Hampir semua analisis mendasarkan
disupport oleh sektor pertambangan, maka kepada kinerja keuangan APBD semata tidak
daerah-daerah tersebut terbukti mulai mendiskusikan isu lainnya seperti kualitas
menghadapi perlambatan prospek belanja APBD maupun kelemahan regulasi.
pertumbuhan ekonomi ke depannya. Apabila di Keterbatasan data juga menjadi kendala dimana
kuadran II strategi yang harus diambil oleh data yang dimiliki dari 2010-2016 memang
daerah adalah rasionalisasi beban belanja APBD, sudah bersifat realisasi. Sayangnya data 2017
maka di kuadran III strategi yang wajib diambil masih bersifat anggaran sehingga dikhawatirkan
adalah hijrah sektoral secepatnya dengan akan sedikit menimbulkan dampak bias di
menggunakan dana berlimpah dari hasil dalam analisisnya. Pembaruan data anggaran
sektoral migas yang saat ini masih tersisa. tahun 2018 sepertinya akan menjadi hal yang
Dengan hijrah sektoral maka daerah diharapkan menarik untuk dilakukan dalam penelitian
mampu mengembalikan jalur pertumbuhan selanjutnya selain upaya memperluas cakrawala
positifnya dalam mendukung pertumbuhan pembahasan baik dari aspek non-APBD maupun
ekonomi daerah yang berkelanjutan ke beberapa isu tematik dalam pembangunan
depannya. lainnya misalnya dampak terhadap pengentasan
Yang paling memprihatinkan adalah kemiskinan, gender dan inklusivitas.
kelompok daerah di kuadran IV dengan kondisi
tidak memiliki kapasitas kemampuan keuangan PENGHARGAAN
APBD yang memadai di satu sisi, di sisi lainnya (ACKNOWLEDGEMENT)
daerah tersebut juga tidak memiliki prospek Penulis tidak lupa mengucapkan banyak
ekonomi ke depannya secara memuaskan. Bagi terima kasih kepada para pihak yang telah
pemerintah sendiri, daerah-daerah yang berada berkontribusi di dalam penulisan kajian ini
di kuadran IV ini dapat dijadikan rekomendasi khususnya rekan-rekan di Direktorat Jenderal
utama pengambilan sekaligus implementasi Perimbangan Keuangan (DJPK) Direktorat Dana
kebijakan percepatan pertumbuhan ekonomi Perimbangan yang telah sudi membagi data-
dan pembangunan di daerah. Melihat data yang sangat substansial. Ke depannya
karakteristik daerah yang berada di kuadran IV penulis masih sangat berharap untuk terus
ini sebagian besar merupakan daerah lama yang didukung dengan support data yang valid demi
sudah ada dan menjalankan segala menghasilkan karya-karya lain ke depannya.
kewenangannya. Pemerintah pusat dan provinsi
juga dapat melihat daerah-daerah di kuadran IV
ini sebagai sasaran utama berbagai kebijakan DAFTAR PUSTAKA
yang dihasilkan sehingga ke depannya daerah-
daerah tersebut dapat dipindahkan menuju Auty, Richard.1993.Sustaining Development in
kuadran yang lebih bagus lagi. Mineral Economies: The Recource Curse.
England. Routledge;
6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
Hasil kajian ini memiliki dampak Adi, Priyo Hari & Puspa Dewi Ekaristi. (2009).
implikasi kebijakan yang sangat kuat khususnya Fenomena Ilusi Fiskal Dalam Kinerja
jika dikaitkan dengan beberapa isu utama Anggaran Pemerintah. Jurnal Akuntansi
pembangunan. Implikasi yang utama tentu dan Keuangan. Vol. 6. No. 1; pp1-19;
sebagai salah satu bahan evaluasi terkait
pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia. Agustina, Oesi, A. (2013). Analisis Kinerja
Beberapa hasil temuan mengenai indikator Pengelolaan Keuangan Daerah dan
kemandirian daerah dan prospek ekonomi ke Tingkat Kemandirian Daerah di Era
depan jelas menjadi input terbaik sebagai upaya Otonomi Daerah: Studi Kasus Kota
perbaikan kebijakan desentralisasi fiskal di level Malang (Tahun Anggaran 2007-2011).
nasional. Implikasi kebijakan lainnya juga Skripsi. Jurusan Ilmu Ekonomi. FEB
terkait dengan permasalahan daerah kaya Unbraw;
KEMANDIRIAN DAERAH DAN PROSPEK EKONOMI Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.312-328
WILAYAH KALIMANTAN