Tambour Beading Translate

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

What is Tambour Beading?

Most experts agree Tambour beading (or something very like it) originated in India in the
seventeenth century. However, the technique as we know it now, was popularised in 18th century
Europe as an embroidery technique featuring beads and sequins. The fabric that the embroiderer
works on is often transparent and is pulled tight on the frame, like the surface of a drum. Which is
where the name comes from; the word tambour is French for ‘drum’. By the start of the 20th
century Tambour Beading was established as the ‘haute couture’ technique of choice by leading
European couturiers.

The technique itself involves beads or sequins on a thread and a small hooked needle with a wooden
handle. The sequins or beads are fixed one at a time on the underside of the fabric, while the
embroiderer uses the hooked needle to create a chain stitch on the top of the fabric. The challenge
is working on top and underneath the material at the same.

The technique is versatile, produces spectacular effects and is relatively speedy compared to other
beading techniques. Popular in bridal couture and on catwalks, it’s a perfect way to elevate any
design to jaw-dropping status.

Bead embroidery and tambour beading

If you have ever looked at haute couture fashion shows, you have seen the breathtaking embroidery
designs that combine thread, sequins and beads to create fantastic elaborate designs that decorate
evening gowns, collars or perhaps jacket cuffs. In haute couture, those intricated patterns are
created by hand. Sometimes whole skirts are full of intricate swirls of both beads and thread. How
are those made?

The answer is often tambour embroidery. Tambour embroidery is made with a tambour hook that
closely resembles a sharp crochet hook. With the hook, you can basically crochet through the fabric
and make progress very fast. The beads and sequins can be threaded to the yarn and included
between the “hookings” to make long rows of beads.

You’ll need to work from both sides of the fabric. The tambour hook is pushed through the fabric
from one side with one hand and the other hand will then wrap the thread around it on the other
side. The hook catches the thread when it’s turned around and then the thread is pulled through the
fabric and the previous stitch. The actual pattern (especially when working with beads) is formed on
the “wrong side” of the fabric. This is why it helps to use a transparent fabric like silk organza as a
base so that you can easily see what you are doing.
Tambour Beading

The process of tambour beading.

Tambour beading is a technique that developed in Europe in the late eighteenth century. A small
hook (tambour hook) is used to attach the beads to the ground cloth, rather than a needle. The word
tambour is French for ‘drum’ and is named after the drum-shaped tensioning frame that was
originally used. The technique of tambour embroidery originated, so it is assumed, in India in the
seventeenth century or earlier.

The origins of tambour beading in Europe lie in the introduction of tambour embroidery in the
eighteenth century. In 1770, for instance, Charles Germain de St. Aubin, Embroiderer to the French
Court, wrote about this new technique in his article: La Broderie en Chainette et au Tambour. It soon
became a fashionable recreational activity for European society ladies. It was classed as one of the
‘gentle arts’ and appeared in various portraits of ladies, such as in Drouais’s painting of Madame
Pompadour at her Tambour Frame and The Ladies Waldegrave by Joshua Reynolds.

It was not long after the introduction of tambour embroidery that tambour beading was developed,
with a European twist. Unlike many other forms of beading, the European ‘haute couture’ tambour
technique is characterised by the design being worked on the underside of the ground material that
is held by the frame.

Beads are strung onto the beading thread in advance of working the design. This takes a
considerable amount of time and it is essential that the threading is accurate in order to get the
correct design. The beading thread is then secured on the reverse side of the cloth. The tambour
hook passes through the ground material from the obverse to the reverse and catches the thread
just below the first bead. The thread and hook are then brought back to the obverse side of the cloth
and a small chain stitch is made in order to secure the bead in place. The next bead is then pushed
into place on the reverse side of the cloth and the process is repeated until the design is completed.
Then the cloth is turned over and the ‘reverse’ becomes the obverse side and used as ‘normal’.

The technique of tambour beading quickly spread to Britain, France, Ireland, Saxony and
Switzerland. It was introduced in North America in the early 1800’s. Since then it has spread
throughout the world. It remains the favoured method of beading by haute couture houses.

Also known as: French beading; couture beading; couture bead embroidery

Digital source (retrieved 12th May 2016).

Digital source of illustration (retrieved 3rd June 2016).


Apa itu Tambour Beading?

Sebagian besar ahli setuju bahwa manik-manik Tambour (atau semacamnya) berasal dari India pada
abad ketujuh belas. Namun, teknik yang kita kenal sekarang, dipopulerkan di Eropa abad ke-18
sebagai teknik bordir yang menampilkan manik-manik dan payet. Kain yang digunakan penyulam
biasanya transparan dan ditarik kencang pada rangka, seperti permukaan drum. Dari situlah nama
itu berasal; kata tambour dalam bahasa Prancis berarti ‘drum’. Pada awal abad ke-20 Tambour
Beading ditetapkan sebagai teknik ‘haute couture’ pilihan oleh couturier Eropa terkemusam

Tekniknya sendiri melibatkan manik-manik atau payet di seutas benang dan jarum kecil berkait
dengan pegangan kayu. Payet atau manik-manik dipasang satu per satu di bagian bawah kain,
sedangkan penyulam menggunakan jarum pengait untuk membuat tusuk rantai di bagian atas kain.
Tantangannya adalah bekerja di atas dan di bawah materi pada saat yang sama.

Teknik ini serba guna, menghasilkan efek spektakuler dan relatif cepat dibandingkan dengan teknik
manik-manik lainnya. Populer dalam busana pengantin dan catwalk, ini adalah cara sempurna untuk
meningkatkan desain apa pun ke status yang mencengangkan.

Bordir manik-manik dan manik-manik rebana

Jika Anda pernah melihat peragaan busana haute couture, Anda telah melihat desain bordir yang
memukau yang menggabungkan benang, payet, dan manik-manik untuk menciptakan desain rumit
yang menghiasi gaun malam, kerah, atau mungkin manset jaket. Dalam adibusana, pola rumit itu
dibuat dengan tangan. Terkadang seluruh rok penuh dengan pusaran rumit manik-manik dan
benang. Bagaimana itu dibuat?

Jawabannya seringkali sulaman rebana. Sulaman Tambour dibuat dengan kail rebana yang sangat
mirip dengan kail rajutan tajam. Dengan pengait, pada dasarnya Anda dapat merenda melalui kain
dan membuat kemajuan sangat cepat. Manik-manik dan payet dapat dijalin ke benang dan
dimasukkan di antara “pengait” untuk membuat deretan manik-manik yang panjang.

Anda harus mengerjakan dari kedua sisi kain. Pengait rebana didorong melalui kain dari satu sisi
dengan satu tangan dan tangan lainnya kemudian akan membungkus benang di sisi yang lain.
Pengait menangkap benang saat dibalik dan kemudian benang ditarik melalui kain dan jahitan
sebelumnya. Pola sebenarnya (terutama saat mengerjakan manik-manik) terbentuk di “sisi yang
salah” dari kain. Inilah mengapa akan membantu jika menggunakan kain transparan seperti sutra
organza sebagai alas sehingga Anda dapat dengan mudah melihat apa yang Anda lakukan.

Tambour Beading

Proses pembuatan manik-manik rebana.

Tambour beading adalah teknik yang berkembang di Eropa pada akhir abad kedelapan belas.
Pengait kecil (pengait rebana) digunakan untuk menempelkan manik-manik ke kain tanah, bukan
jarum. Kata tambour dalam bahasa Prancis untuk ‘drum’ dan dinamai dari kerangka penegang
berbentuk drum yang awalnya digunakan. Teknik sulaman rebana, demikian diasumsikan, di India
pada abad ketujuh belas atau lebih awal.

Asal mula manik-manik rebana di Eropa terletak pada pengenalan sulaman rebana di abad
kedelapan belas. Pada tahun 1770, misalnya, Charles Germain de St. Aubin, Penyulam di Pengadilan
Prancis, menulis tentang teknik baru ini dalam artikelnya: La Broderie en Chainette et au Tambour.
Ini segera menjadi kegiatan rekreasi modis untuk wanita masyarakat Eropa. Itu digolongkan sebagai
salah satu ‘seni lembut’ dan muncul dalam berbagai potret wanita, seperti dalam lukisan Drouais
tentang Madame Pompadour di Tambour Frame-nya dan The Ladies Waldegrave oleh Joshua
Reynolds.

Tidak lama setelah pengenalan sulaman rebana, manik-manik tambur dikembangkan dengan
sentuhan Eropa. Tidak seperti banyak bentuk manik-manik lainnya, teknik tambur ‘haute couture’
Eropa dicirikan oleh desain yang dikerjakan di bagian bawah bahan dasar yang dipegang oleh rangka.

Manik-manik dirangkai ke benang manik-manik sebelum mengerjakan desain. Ini membutuhkan


banyak waktu dan penting bahwa penguliran akurat untuk mendapatkan desain yang benar. Benang
manik-manik kemudian diikat di sisi belakang kain. Pengait rebana melewati bahan tanah dari depan
ke belakang dan menangkap benang tepat di bawah manik pertama. Benang dan kait kemudian
dibawa kembali ke sisi depan kain dan jahitan rantai kecil dibuat untuk mengamankan manik pada
tempatnya. Manik berikutnya kemudian didorong ke tempatnya di sisi belakang kain dan prosesnya
diulangi sampai desain selesai. Kemudian kain dibalik dan ‘sebaliknya’ menjadi sisi depan dan
digunakan sebagai ‘normal’.

Teknik pembuatan manik-manik rebana dengan cepat menyebar ke Inggris, Prancis, Irlandia,
Sachsen, dan Swiss. Itu diperkenalkan di Amerika Utara pada awal tahun 1800-an. Sejak itu telah
menyebar ke seluruh dunia. Ini tetap menjadi metode manik-manik yang disukai oleh rumah-rumah
adibusana.

Juga dikenal sebagai: manik-manik Prancis; manik-manik couture; bordir manik couture

Sumber digital (diakses 12 Mei 2016).

The Art of Tambour Beading

 Post author:Sara Rickards


 Post published:July 5, 2017
 Post category:History of Embroidery Techniques
A Brief History of Tambour Beading
The exact origins of Tambour embroidery are not all that clear. However it is thought to have been brought
over to France and Britain from India during the 18th Century. There is evidence to suggest that examples
of Tambour were exported by the East India Company as early as the 16th Century. Tambour beading was
considered an exotic and sociable pastime as once mastered it didn’t require lots of concentration, ladies
could gather and stitch while socialising, proving it to be a very popular technique.

Portrait by Francois-Hubert Drouais, Madame de Pompadour 1763-1764

Charles Germain de Saint Aubin born January 17, 1721 – March 6, 1786 was a French
draftsman and embroidery designer to King Louis XV. Charles pioneered Tambour
embroidery, naming the technique ‘La Broderie en Chainette et au Tambour’. So called because
to work Tambour, the fabric should be very tight in the frame, like a Tambour drum. To know you
have your fabric tight enough it should make a very satisfying pop sound as you take your hook
down through the fabric. He also published a classic reference on embroidery, L’Art du Brodeur
(“Art of the Embroiderer”) in 1770. His parents, Germain de Saint-Aubin and Anne Boissay, were
also professional embroiderers.

Tambour chain stitch was also used as a quick and efficient method for recreating the effect of
French laces which had become so difficult to come by between 1780 and 1850.
During the 1920’s, my favourite era for style, flapper dresses came into fashion. After the end of
the First World War people’s wealth started increasing and women gained the right to vote. With
that came more freedom which was reflected in the way they dressed. Hem’s became a little
shorter and arms were exposed. The flapper lifestyle was not for the faint hearted and only the
young indulged, with elder women looking down on such a frivolous way of living. With the simple
shape and drop down waist of this new style of dress, women were able to make their dresses
themselves. The evening dresses were frequently adorned in heavy beading and sequins that
had been tamboured in typically geometric patterns, a signature style of the time. This gave
wonderful movement to the dress as they danced their way through the Jazz age.

Lucien Lelong, Mid 1920’s.

Although technically not 1920’s, below shows a wonderful example of Tambour beading and how
heavily dresses were starting to be embellished with beads and sequins.

Anonymous. Evening dress, 1913.


Today Tambour beading is used widely across the fashion industry and throughout the couture
fashion houses of Paris. Once mastered this technique is an incredibly quick method of applying
beads and sequins and it can also be used to create a decorative chain and satin stitch.

Below is a corset I tamboured for Saint Hill Von Basedow, covered with 1000’s of Swarovski
crystals.

Tambour Beading has long been a highly kept secret, with the technique being confined to within
the walls of the couture fashion houses. However, there is a growing number of experts who are
willing to teach this technique to the inquisitive and patient students that await.

Sejarah Singkat Beading Tambour

Asal muasal sulaman Tambour tidak begitu jelas. Namun diperkirakan telah dibawa ke Prancis
dan Inggris dari India selama abad ke-18. Ada bukti yang menunjukkan bahwa contoh Tambour
diekspor oleh East India Company pada awal abad ke-16. Tambour beading dianggap sebagai
hobi yang eksotis dan ramah karena setelah dikuasai tidak memerlukan banyak konsentrasi,
para wanita dapat berkumpul dan menjahit sambil bersosialisasi, membuktikannya sebagai
teknik yang sangat populer.

Potret oleh Francois-Hubert Drouais, Madame de Pompadour 1763-1764

Charles Germain de Saint Aubin lahir 17 Januari 1721 - 6 Maret 1786 adalah juru gambar dan
perancang bordir Prancis untuk Raja Louis XV. Charles memelopori sulaman Tambour,
menamai teknik 'La Broderie en Chainette et au Tambour'. Disebut demikian karena untuk
mengerjakan Tambour, kain harus sangat rapat pada rangka, seperti Tambour Drum. Untuk
mengetahui apakah kain Anda cukup ketat, suara pop yang dihasilkan akan sangat memuaskan
saat Anda melepas pengait melalui kain. Dia juga menerbitkan referensi klasik tentang bordir,
L’Art du Brodeur (“Seni Menyulam”) pada tahun 1770. Orang tuanya, Germain de Saint-Aubin
dan Anne Boissay, juga merupakan penyulam profesional.

Jahitan rantai Tambour juga digunakan sebagai metode yang cepat dan efisien untuk
menciptakan kembali efek tali Prancis yang telah menjadi sangat sulit didapat antara tahun 1780
dan 1850.

Selama tahun 1920-an, era favorit saya untuk gaya, gaun flapper menjadi mode. Setelah
berakhirnya Perang Dunia Pertama, kekayaan orang mulai meningkat dan wanita mendapatkan
hak untuk memilih. Dengan itu datang lebih banyak kebebasan yang tercermin dari cara mereka
berpakaian. Hem menjadi sedikit lebih pendek dan lengan terbuka. Gaya hidup flapper bukan
untuk orang yang lemah hati dan hanya orang muda yang memanjakan, dengan wanita yang
lebih tua meremehkan cara hidup yang sembrono. Dengan bentuk simpel dan drop down waist
gaya baru ini, para wanita bisa membuat sendiri gaunnya. Gaun malam sering kali dihiasi
dengan manik-manik tebal dan payet yang diolah dengan pola geometris yang khas, gaya khas
pada masa itu. Ini memberikan gerakan yang luar biasa pada gaun itu saat mereka menari
sepanjang zaman Jazz.

Lucien Lelong, Pertengahan 1920-an.

Meskipun secara teknis bukan tahun 1920-an, di bawah ini menunjukkan contoh bagus manik-
manik Tambour dan betapa tebal gaun mulai dihiasi dengan manik-manik dan payet.
Anonim. Gaun malam, 1913.

Saat ini, manik-manik Tambour digunakan secara luas di seluruh industri mode dan di seluruh
rumah mode couture di Paris. Setelah menguasai teknik ini adalah metode yang sangat cepat
untuk mengaplikasikan manik-manik dan payet dan juga dapat digunakan untuk membuat rantai
dekoratif dan tusuk satin.

Di bawah ini adalah korset yang saya buat untuk Saint Hill Von Basedow, dilapisi dengan 1000
kristal Swarovski.

Tambour Beading telah lama menjadi rahasia yang sangat dirahasiakan, dengan teknik yang
dibatasi di dalam dinding rumah mode couture. Namun, semakin banyak ahli yang bersedia
mengajarkan teknik ini kepada siswa yang ingin tahu dan sabar.

My Experience with Tambour


I must be totally honest, I didn’t find Tambour beading to be the easiest of techniques when I first
started. It’s a little bit like patting your head and rubbing your stomach at the same time. My first
attempt saw me take 30 minutes to complete a line 5cm long! However I persevered and with the
advice and help of a wonderful tutor I relaxed into the technique and it soon began to flow.
Today, it is my favourite technique to teach and to work for myself. There’s a certain, calming
and therapeutic stillness that comes over you when you are comfortable with this technique. I
have had many wonderful opportunities to work some really amazing garments and below is one
such example, the dress I made for Kate Moss that she wore to Swarovski Fashion Rocks.
Tamboured in over 60,000 Swarovski crystals onto two layers of georgette and one layer of silk
tulle net, it took three of us, over 3 weeks to work. It was inspired by a 1920’s dress that Kate had
in her collection which she wore the first time she met Jonny Depp. It was later reproduced for
her Topshop collection.

Pengalaman Saya dengan Tambour

Saya harus benar-benar jujur, saya tidak menemukan teknik manik-manik Tambour sebagai
teknik termudah ketika saya pertama kali memulai. Ini seperti menepuk kepala Anda dan
menggosok perut Anda pada saat yang bersamaan. Upaya pertama saya membuat saya
membutuhkan waktu 30 menit untuk menyelesaikan garis sepanjang 5 cm! Bagaimanapun saya
bertahan dan dengan nasihat dan bantuan dari seorang tutor yang luar biasa saya santai
dengan teknik dan itu segera mulai mengalir. Hari ini, itu adalah teknik favorit saya untuk
mengajar dan bekerja untuk diri saya sendiri. Ada keheningan tertentu yang menenangkan dan
terapeutik yang muncul saat Anda merasa nyaman dengan teknik ini. Saya memiliki banyak
kesempatan bagus untuk mengerjakan beberapa pakaian yang sangat menakjubkan dan di
bawah ini adalah salah satu contohnya, gaun yang saya buat untuk Kate Moss yang dia kenakan
untuk Swarovski Fashion Rocks. Direbus dalam lebih dari 60.000 kristal Swarovski ke dalam
dua lapisan georgette dan satu lapisan jaring tulle sutra, kami bertiga, lebih dari 3 minggu untuk
mengerjakannya. Itu terinspirasi oleh gaun tahun 1920-an yang Kate miliki dalam koleksinya
yang dia kenakan saat pertama kali bertemu Jonny Depp. Itu kemudian direproduksi untuk
koleksi Topshop-nya.
How To work Tambour
Tambour is worked on the reverse of the fabric, with your beads and sequins underneath. Unlike
conventional embroidery it does not require a needle, instead you work with a hook, collecting
the thread from underneath the frame, pulling the tread through the fabric and then taking the
hook back down into the fabric, leaving a chain stitch on the top and your beads secured on the
reverse. It is easiest to start with an organza so that you can see what your hands and hook are
doing, however once you become proficient you will find it easier to work with an opaque fabric.
Click on the image below to find out how to work the basic chain stitch.

Instructions taken from the Well Embroidered Tambour kit.

If you are interested in learning this wonderful technique then I have put together a tambour beading kit
with full, detailed instructions as seen below.

https://wellembroidered.co.uk/the-art-of-tambour-beading-2/

Cara Kerja Tambour

Tambour dikerjakan di bagian belakang kain, dengan manik-manik dan payet di bawahnya. Tidak seperti
sulaman konvensional, penyulaman tidak memerlukan jarum, tetapi Anda mengerjakannya dengan pengait,
mengumpulkan benang dari bawah bingkai, menarik tapak melewati kain dan kemudian menarik pengait
kembali ke dalam kain, meninggalkan tusuk rantai di bagian atas dan manik-manik Anda diikat secara
terbalik. Paling mudah untuk memulai dengan organza sehingga Anda dapat melihat apa yang dilakukan
tangan dan kait Anda, namun setelah Anda mahir, Anda akan lebih mudah bekerja dengan kain buram.
Klik pada gambar di bawah ini untuk mengetahui cara mengerjakan tusuk rantai dasar.

Instruksi diambil dari kit Tambur Sulaman Sumur.

Jika Anda tertarik mempelajari teknik luar biasa ini, maka saya telah menyusun kit manik-manik rebana
dengan instruksi lengkap dan mendetail seperti yang terlihat di bawah ini.

You might also like