Kelayakan Modul Materi Keanekaragaman Hayati Dari Buah Sibo, Tempajo Dan Pangkok

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

KELAYAKAN MODUL MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI

DARI BUAH SIBO, TEMPAJO DAN


PANGKOK

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:
YEYEN TIA ANJELIA
NIM. F1072141018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PMIPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PONTIANAK
2018
KELAYAKAN MODUL MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI
DARI BUAH SIBO, TEMPAJO DAN PANGKOK

Yeyen Tia Anjelia, Entin Daningsih, Titin


Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan Pontianak
Email: yeyentia96@gmail.com

Abstract
This study aimed to determine the feasibility of modules on biodiversity material from
the morphology, nutrient content and fruit fiber of sibo (Nephelium lappaceum var.
lappaceum), tempajo (Lepisanthes tetraphylla Radlk.), and pangkok (Dacryodes
elmeri H.J.Lam). Sibo, tempajo, and pangkok fruits were found in Tembawang Forest,
Sahan Village, Bengakayang District. The research was descriptive with purposive
sampling technique. Module making was followed by validation. Validation consisted
of two stages namely instrument validation and teaching materials validation. This
module contained three sub-material namely the concept of gene, species, ecosystems,
diversity utilization of Indonesia's biodiversity and biodiversity conservation efforts in
Indonesia. This module also provided information about the morphology, nutrient
content and fruit fiber of sibo, tempajo, and pangkok. The module was validated by
five validators with four aspects and nineteen criteria. The results of the instrument
validation showed that it was feasible and corrected to use. The scores of the
validation of teaching materials was calculated using the Analysis of Lawshe Content
Validity Ratio (CVR) and Content Validity Index (CVI). Content Validity Index (CVI)
score was 0.99 meaning that the module was categorized as valid and was worthy of
being used as teaching material on biodiversity material in high school.

Keywords: Module, Biodiversity, Sibo, Tempajo, Pangkok

PENDAHULUAN
Guru adalah seorang pendidik (2014), “Modul adalah bahan ajar yang
profesional yang memiliki tugas utama dikemas secara sistematis dan didesain
yaitu mendidik, mengajar, membimbing, untuk membantu peserta didik dalam
mengarahkan, melatih, menilai, dan mencapai tujuan belajar yang lebih
mengevaluasi peserta didik. Guru spesifik.”
hendaknya dapat mempunyai kemampuan Firdaus dkk. (2015) menyatakan,
dalam menguasai bahan pembelajaran, “Penggunaan modul pembelajaran biologi
mengelola kelas, menggunakan media dan terbukti dapat meningkatkan hasil belajar
sumber pembelajaran, serta menilai prestasi dan retensi siswa. Berdasarkan hasil rata-
belajar siswa (Titin, 2015). rata terkoreksi, hasil belajar pada kelas
Selain guru sebagai sumber belajar, eksperimen 53.1% lebih tinggi
salah satu sumber belajar yang dapat dibandingkan dengan kelas kontrol dan
digunakan pada saat proses pembelajaran retensi pada kelas eksperimen lebih tinggi
adalah bahan ajar. Bahan ajar adalah 19.3% dari pada kelas kontrol.”
sesuatu yang digunakan guru atau siswa Menurut Bahri (2016), bahan ajar
untuk memudahkan belajar, meningkatkan berupa modul keanekaragaman hayati dan
pengetahuan dan pengalaman (Sukmawati, virus berbasis model inkuiri terbimbing
2014). Salah satu bentuk dari bahan ajar yang dikembangkan dapat diterapkan pada
adalah modul. Menurut Seysa dan Lisdiana pembelajaran materi keanekaragaman

1
hayati dan virus untuk tingkat SMA/MA. sendiri dan lebih bertanggung jawab atas
Secara keseluruhan hasil validasi dari ahli tindakan-tindakannya. Kelemahan modul
materi menyatakan tingkat kelayakan salah satunya adalah kurang interaksi antara
dengan persentase sebesar 90.38%, ahli guru dengan peserta didik di dalam kelas
modul persentase sebesar 87.5%, ahli karena modul ini sifatnya belajar mandiri
pendidikan di lapangan persentase sebesar jadi guru tidak banyak berperan aktif dalam
90.32%, dan hasil uji coba terbatas proses pembelajaran (Prastowo, 2012).
persentase sebesar 79.16 %. Modul ini menyajikan buah-buahan
Berdasarkan hasil wawancara dengan yang ditemui di hutan Tembawang yaitu
guru mata pelajaran Biologi kelas X di buah sibo (Nephelium lappaceum var.
SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak lappaceum), tempajo (Lepisanthes
padtanggal 23 Oktober 2016, diperoleh tetraphylla Radlk.) dan pangkok
informasi bahwa pada materi konsep (Dacryodes elmeri H.J.Lam). Buah- buah
keanekaragaman, pemanfaatan tersebut dipilih karena biasanya dikonsumsi
keanekaragaman hayati Indonesia dan oleh masyarakat sekitar dan belum
upaya pelestarian keanekaragaman hayati diketahui kandungan gizi dan seratnya.
Indonesia, guru menggunakan power point, Hutan Tembawang dulunya merupakan
video, gambar, buku teks dan LKS sebagai salah satu hutan yang memiliki potensi
media pembelajaran dan bahan ajar. Media keanekaragaman seperti buah-buahan yang
dan bahan ajar yang digunakan tersebut cukup tinggi. Seiring perkembangan zaman,
ternyata belum meningkatkan hasil belajar. potensi keanekaragaman tersebut
Hasil belajar peserta didik yang mencapai mengalami penurunan. Hal tersebut
ketuntasan belajar hanya 50% dengan KKM disebabkan oleh beberapa kegiatan manusia
yaitu 75. Kendala yang dihadapi guru dan seperti penebangan pohon secara ilegal dan
peserta didik dalam menggunakan buku pembukaan area perkebunan khususnya
teks dan LKS, yaitu materi yang disajikan perkebunan sawit. Apabila hal tersebut
pun sulit untuk dimengerti karena terus terjadi maka keanekagaman hayati
bahasanya kurang komunikatif dan yang dimiliki Indonesia akan habis. Padahal
biasanya masih terlalu banyak deskripsi Indonesia merupakan salah satu dari tiga
yang panjang dan sedikit gambar sehingga negara yang memiliki keanekaragaman
kurang menarik perhatian dan minat baca hayati yang tinggi dan Indonesia
peserta didik. Alternatif yang dapat mempunyai 400 jenis tanaman penghasil
digunakan untuk mengatasi masalah buah, 370 jenis tanaman penghasil sayuran,
tersebut yaitu bahan ajar berupa modul. 70 jenis tanaman berumbi, 60 jenis tanaman
Modul dipilih sebagai salah satu alternatif penyegar dan 55 jenis tanaman rempah
dalam proses pembelajaran, karena dapat rempah (Ridhwan, 2012).
dijadikan sebagai sumber informasi Modul ini menyajikan informasi
tambahan bagi peserta didik agar dapat mengenai morfologi, kandungan gizi serta
menemukan konsep-konsep materi yang serat adalah buah sibo (Nephelium
lebih mudah. Modul juga diharapkan dapat lappaceum var. lappaceum), tempajo
meningkatkan hasil belajar dan dapat (Lepisanthes tetraphylla Radlk.) dan
dijadikan alternatif sebagai bahan ajar. pangkok (Dacryodes elmeri H.J.Lam),
Keunggulan dari modul adalah peserta harapannya peserta didik dapat menambah
didik dapat belajar secara mandiri, sehingga pengetahuan barunya, terhadap potensi
guru tidak banyak berperan aktif dalam lokal terutama buah-buahan.
pembelajaran (Prastowo, 2012). Menurut Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Setiyadi dkk. (2017), modul juga dapat mengetahui kelayakan modul pada materi
berfokus pada kemampuan individual keanekaragaman hayati kelas X SMA dari
peserta didik, karena pada hakekatnya morfologi, kandungan gizi serta serat
mereka memiliki kemampuan untuk bekerja adalah buah sibo (Nephelium lappaceum

2
var. lappaceum), tempajo (Lepisanthes hasil observasi berbagai tingkat
tetraphylla Radlk.) dan pangkok keanekaragaman hayati (gen, jenis dan
(Dacryodes elmeri H.J.Lam). ekosistem) di Indonesia dan usulan upaya
pelestariannya keanekaragaman hayati
METODE PENELITIAN Indonesia berdasarkan hasil analisis data
Bentuk penelitian yang digunakan ancaman kelestarian berbagai
dalam penelitian ini adalah deskriptif. keanekaragaman hewan dan tumbuhan khas
Menurut Sugiyono (2015) menyatakan, Indonesia.
“Penelitian deskriptif adalah penelitian Modul yang telah dicetak maka
yang bertujuan untuk memberikan atau dievaluasi oleh validator. Tahap awal
menjabarkan suatu keadaan atau fenomena sebelum modul divalidasi sebagai bahan
yang terjadi saat ini dengan menggunakan ajar yaitu dilakukan validasi instrumen
prosedur ilmiah untuk menjawab masalah menggunakan lembar validasi instrumen
secara aktual.” Penelitian deskriptif ini modul. Validasi instrumen dilakukan oleh 3
berupa pembuatan modul pada sub materi orang validator yang terdiri dari 2 orang
konsep keanekaragaman gen, jenis, dosen Pendidikan Biologi FKIP UNTAN
ekosistem, pemanfaatan keanekaragaman dan 1 orang guru mata pelajaran biologi
hayati di Indonesia, upaya pelestarian kelas X di SMA Santo Fransiskus Asisi
keanekaragaman hayati dari morfologi dan Pontianak. Lembar validasi instrumen
kandungan gizi serta serat buah sibo, modul terdiri dari 4 aspek yaitu sajian,
tempajo dan pangkok. kegrafisan, isi dan bahasa. Skala yang
Modul ini dibuat menggunakan digunakan untuk menguji kelayakan lembar
aplikasi Microsoft Office Word 2007. Alat validasi instrumen modul adalah skala
yang digunakan dalam pembuatan modul Guttman. Menurut Sugiyono (2015), “Skala
adalah laptop dan printer. Bahan yang Guttman digunakan untuk mendapat
digunakan ialah kertas A4 80 GSM, tinta jawaban yang tegas terhadap suatu
printer, materi keanekaragaman hayati dan permasalahan yang ditanyakan.” Skala
data hasil penelitian morfologi dan Guttman dalam penelitian ini dibuat dalam
kandungan gizi dari buah sibo, tempajo dan bentuk checklist pada skala penilaian “Ya”
pangkok. atau “Tidak” untuk mendapatkan
Modul biologi keanekaragaman hayati kesimpulan layak digunakan (LD), layak
dibuat dengan langkah-langkah berikut : 1) digunakan dan diperbaiki (LDP), dan tidak
menetapkan judul modul yang akan layak digunakan (TLD). Hasil validasi
disusun, 2) menyiapkan buku-buku sumber instrumen menunjukan bahwa instrumen
dan referensi lainnya, 3) melakukan validasi yang digunakan untuk memvalidasi
identifikasi terhadap kompetensi dasar, modul layak digunakan dan diperbaiki.
melakukan kajian terhadap materi Validasi modul dilakukan oleh 5 orang
pembelajarannya, serta merancang bentuk yang terdiri dari 2 orang dosen Pendidikan
kegiatan pembelajaran yang sesuai, 4) Biologi FKIP UNTAN dan 3 orang guru
mengidentifikasi indikator pencapaian biologi kelas X SMA yang telah
kompetensi dan merancang bentuk dan menerapkan kurikulum 2013 yaitu SMA
jenis penilaian yang akan disajikan, 5) Santo Fransiskus Asisi, SMAN 3
merancang format penulisan modul dan 6) Bengkayang dan SMAN 1 Ledo dengan
penyusunan draf modul. menggunakan lembar validasi modul.
Materi yang terdapat dalam modul Aspek yang divalidasi terdiri dari sajian,
mengacu kepada silabus kurikulum 2013 kegrafisan, isi dan bahasa. Skala yang
dengan kompetensi dasar 3.2 Menganalisis digunakan untuk memvalidasi modul ini
data hasil observasi tentang berbagai adalah skala Likert. Menurut Sugiyono
tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis (2015), ”Skala Likert memiliki rentang
dan ekosistem) di Indonesia serta ancaman skala penilaian yaitu: Sangat Baik (SB)
dan pelestariannya dan 4.2 Menyajikan

3
bernilai 4, Baik (B) bernilai 3, Kurang Baik 0, 68 ≤ CVI ≤ 1 : Valid (Tria, 2014)
(KB) bernilai 2 dan Tidak Baik (TB) Apabila bahan ajar valid maka bahan
bernilai 1. ajar layak digunakan, bahan ajar dikatakan
Hasil validasi dari validator dianalisis “cukup valid” maka bahan ajar layak
menggunakan analisis Content Validity digunakan dengan perbaikan, bahan ajar
Ratio (CVR). Menurut Lawshe (1975). “tidak valid” maka bahan ajar tidak layak
“CVR merupakan sebuah pendekatan digunakan. Apabila pada perhitungan akhir
validitas isi untuk mengetahui kesesuaian skor Content Validity Ratio (CVR) dan
item dengan domain yang diukur Content Validity Index (CVI) memenuhi
berdasarkan judgement para ahli atau nilai batas minimum Lawshe (1975) yaitu
validator.” Rumus untuk menghitung 0.99, maka modul dinyatakan valid dan
Content Validity Ratio (CVR), yaitu : layak digunakan sebagai bahan ajar.
............................... (1) HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
(Lawshe, 1975)
Hasil Penelitian
Keterangan:
Pada penelitian ini, modul dibuat
Ne = Jumlah validator yang menyetujui
menggunakan program Microsoft Office
kevalidan bahan ajar (dianggap
Word 2007, kemudian bahan yang
setuju jika diperoleh nilai setiap
digunakan yaitu kertas A4 80 GSM dan
aspek dengan kisaran rata-rata
tinta printer. Modul ini menyajikan sub
tiap aspek 3,00 – 4,00, jika < 3,00
materi keanekargaman hayati yaitu konsep
maka dianggap tidak menyetujui
keanekaragaman gen, jenis, ekosistem,
kevalidan bahan ajar).
pemanfaatan keanekaragaman hayati di
N = Jumlah validator seluruhnya.
Indonesia dan upaya pelestarian
Hitung nilai Content Validity Ratio
keanekaragaman hayati. Selain sub materi
(CVR) setiap kriteria kemudian dihitung
keanekargaman hayati untuk menambah
nilai Content Validity Index (CVI) atau nilai
pengetahuan baru bagi peserta didik, maka
rata-rata Content Validity Ratio (CVR)
disajikan juga hasil penelitian morfologi,
secara keseluruhan dan nilai rata-rata
kandungan gizi serta serat dari buah sibo,
Content Validity Ratio (CVI) untuk setiap
tempajo dan pangkok.
aspek. Rumus Content Validity Index (CVI)
Komponen modul ini secara umum
adalah sebagai berikut :
yaitu cover, kata pengantar, daftar isi, peta
............................... (2) konsep, pendahuluan (kompetensi inti,
(Lawshe, 1975) kompetensi dasar, deskripsi, prasyarat,
n = jumlah item seluruh aspek. petunjuk penggunaan modul), kegiatan
Apabila kriteria kevalidan atau belajar (tujuan pembelajaran, uraian materi,
kesesuaian dari indeks Content Validity info bio, tahukah anda, jelajah internet,
Ratio (CVR) dan Content Validity Index aktivitas sains, rangkuman, tes, evaluasi,
(CVI) adalah sebagai berikut : umpan balik, kunci jawaban glosarium dan
0 ≤ CVI ≤ 0,33 : Tidak valid daftar pustaka. Tampilan modul yang dapat
0, 34 ≤ CVI ≤ 0,67 : Cukup valid dilihat pada Gambar 1-5.

4
Gambar 1. Cover dan Peta Konsep Modul Biologi Keanekaragaman Hayati

Gambar 2. Kegiatan Belajar : Tujuan Pembelajaran, Uraian Materi dan Info Bio Tentang
Buah Sibo

5
Gambar 3. Kegiatan Belajar : Info Bio Tentang Buah Tempajo dan Pangkok

Gambar 4. Kegiatan Belajar : Aktivitas Sains, Jelajah Internet, Tahukah Anda, Info
Bio dan Rangkuman

6
Gambar 5. Umpan Balik dan Glosarium

Validasi modul dilakukan oleh 5 orang modul untuk melihat kevalidan atau
yang terdiri dari 2 orang dosen Pendidikan kelayakan modul terhadap pembelajaran
Biologi FKIP UNTAN dan 3 orang guru khususnya pada sub materi
biologi kelas X SMA yang telah keanekaragaman hayati kelas X SMA. Data
menerapkan kurikulum 2013 yaitu SMA hasil analisis validasi dapat dilihat pada
Santo Fransiskus Asisi, SMAN 3 Tabel 1.
Bengkayang dan SMAN 1 Ledo. Validasi

Tabel 1. Hasil Validasi Modul Materi Keanekaragaman Hayati Kelas X SMA dari
Kandungan Gizi serta Serat Buah Sibo, Tempajo dan Pangkok

Aspek Kriteria Validator ke- CVR


1 2 3 4 5
Sajian 1. Penyajian komponen cover (sampul) 3 4 4 4 4 0.99
modul
2. Penyajian kompetensi inti (KI) dan 4 4 4 4 4 0.99
kompetensi dasar (KD)
3. Penyajian indikator pencapaian 4 4 4 4 4 0.99
4. Penyajian rumusan tujuan pembelajaran 4 4 4 4 4 0.99
5. Penyajian uraian materi dan contoh- 3 3 4 4 4 0.99
contoh
Sajian 6. Penyajian pokok-pokok materi dalam 3 4 4 4 3 0.99
rangkuman
7. Penyajian komponen aktivitas sains 3 4 4 4 4 0.99
8. Penyajian umpan balik dan tindak lanjut 3 4 4 4 4 0.99
9. Penyajian isi glosarium 3 4 4 4 4 0.99

7
Aspek Kriteria Validator ke- CVR
1 2 3 4 5
Kegrafisan 10. Organisasi 3 3 4 4 4 0.99
11. Daya tarik tampilan modul 3 4 4 4 4 0.99
12. Keterbacaan bentuk dan ukuran huruf 3 4 4 4 4 0.99
yang digunakan dalam modul
Isi 13. Isi modul bersifat self instruction 3 4 4 4 4 0.99
(memungkinkan peserta didik belajar
secara mandiri dan tidak tergantung pada
pihak lain)
14. Isi modul bersifat self contained (seluruh 3 4 4 4 4 0.99
materi pembelajaran yang diperlukan
termuat dalam modul)
15. Kesesuaian contoh dan ilustrasi gambar 4 4 4 4 4 0.99
dengan isi materi
16. Cakupan isi materi modul 3 4 4 4 4 0.99
17. Kesesuaian hasil penelitian yang 3 4 4 4 4 0.99
disajikan dengan materi pembelajaran
Bahasa 18. Kesesuaian dengan PUEBI 3 4 4 4 4 0.99
19. Kesesuaian bahasa dengan perkembangan 3 4 4 4 4 0.99
peserta didik
Nilai CVI 0.99

Keterangan :
CVR = Content Validity Ratio
CVI = Content Validity Index
Hasil validasi dari modul sudah 1-5) yaitu cover, kata pengantar, daftar isi,
mencapai nilai Content Validity Ratio peta konsep, pendahuluan (kompetensi inti,
(CVR) dan Content Validity Index (CVI) kompetensi dasar, deskripsi, prasyarat,
sebesar 0.99 (Tabel 1). Aspek sajian, aspek petunjuk penggunaan modul), kegiatan
kegrafisan, aspek isi, dan aspek bahasa belajar (tujuan pembelajaran, uraian materi,
masing-masing mendapat nilai Content info bio, tahukah anda, jelajah internet,
Validity Ratio (CVR) dan Content Validity aktivitas sains, rangkuman, tes, evaluasi,
Index (CVI) yaitu 0.99. umpan balik, kunci jawaban, glosarium dan
daftar pustaka (Modifikasi Daryanto, 2013).
Pembahasan Modul ini hanya menyajikan 3 sub materi
Modul adalah bahan ajar cetak yang yaitu konsep keanekaragaman gen, jenis,
dirancang oleh guru untuk dapat dipelajari ekosistem, pemanfaatan keanekaragaman
secara mandiri oleh peserta didik tanpa hayati di Indonesia dan upaya pelestarian
bimbingan guru karena telah disajikan keanekaragaman hayati. Modul ini juga
secara sistematis (Fitri dkk., 2013). Modul menyajikan hasil penelitian tentang
yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu morfologi, kandungan gizi serta serat buah
berupa bahan ajar yang disusun secara sibo, tempajo dan pangkok yang dijumpai
sistematis dan bahasanya komunikatif agar di daerah Bengkayang tepatnya di hutan
dapat mempermudah peserta didik dalam Tembawang.
memahami kegiatan pembelajaran di Informasi yang disampaikan di dalam
sekolah. modul ini diharapkan dapat menambah
Pembuatan modul ini mengacu kepada pengetahuan baru peserta didik terhadap
Hamdani (2011) yang telah di modifikasi. potensi lokal terutama untuk buah-buah
Komponen modul ini terdiri dari (Gambar yang terdapat di daerah Kalimantan Barat

8
khususnya Bengkayang. Materi yang (KD), penyajian indikator pencapaian,
disajikan dalam modul bersumber dari buku penyajian rumusan tujuan pembelajaran,
teks dan juga dari hasil penelitian, sehingga penyajian uraian materi dan contoh-contoh,
diharapkan dapat menambah wawasan baru penyajian pokok-pokok materi dalam
bagi para peserta didik. rangkuman, penyajian komponen aktivitas
Validasi modul dilakukan untuk sains, penyajian umpan balik dan tindak
mengetahui kelayakan modul sebagai bahan lanjut dan penyajian isi glosarium. Secara
ajar pada sub materi keanekaragaman keseluruhan, semua kriteria pada aspek
hayati. Validasi modul ini dilakukan sajian dinyatakan valid karena
menggunakan lembar validasi. Tahap mendapatkan nilai Content Validity Ratio
sebelum dilakukannya validasi modul, yaitu (CVR) sebesar 0.99. Hal ini sejalan dengan
melakukan validasi instrumen untuk Gita dkk. (2018), penyusunan modul harus
mengetahui kelayakan dari kriteria-kriteria disesuaikan dengan kompetensi dan standar
penilaian modul biologi keanekaragaman kompetensi yang akan dikembangkan.
hayati. Menurut Majid (2012), “Hendaknya
Validasi modul ini terdiri dari 4 aspek modul mampu menggambarkan kompetensi
4 aspek dan 19 kriteria (Modifikasi BSNP, dasar yang dicapai oleh peserta didik,
2014 dan Daryanto, 2013) yang akan disajikan dengan menggunakan bahasa
dievaluasi oleh 5 orang validator yang yang baik, menarik, dan dilengkapi dengan
terdiri dari 2 orang dosen Pendidikan ilustrasi.” Pada modul harus
Biologi FKIP UNTAN dan 3 orang guru memperhatikan pendukung penyajian
biologi yang mengajar materi materi berupa komponen tujuan
keanekaragaman hayati dan telah pembelajaran, rangkuman, glosarium, peta
menerapkan kurikulum 2013 yaitu di SMA konsep, dan petunjuk penggunaan modul
Santo Fransiskus Asis Pontianak, SMA 3 yang dapat mempermudah penggunaan
Bengkayang dan SMAN 1 Ledo. Hasil dari modul (Muljono, 2007).
penilaian kelima orang validator kemudian Terdapat beberapa saran dari validator
dianalisis menggunakan rumus Content pada aspek sajian ini yaitu dikriteria
Validity Ratio (CVR) dan Content Validity penyajian komponen cover (sampul) modul
Ratio (CVI). Pada penelitian ini yang yaitu validator menyarankan penggunaan
dilihat adalah kesesuaian antara kriteria- warna dan tulisan yang berbeda untuk cover
kriteria yang terdapat pada lembar validasi dibagian sub materi sehingga penulisan
dengan modul yang dibuat sebagai bahan dapat lebih menarik dan jelas terbaca. Pada
ajar pada sub materi keanekargaman hayati. kriteria penyajian uraian materi dan contoh-
Hasil perhitungan nilai Content contoh, validator menyarankan agar contoh-
Validity Ratio (CVR) terhadap 19 kriteria contoh yang terdapat di dalam materi
(Tabel 1), semua kriteria tersebut diterima sebaiknya mengambil contoh-contoh
atau dinyatakan valid karena semua kriteria konkrit yang ada disekitar lingkungan
tersebut telah memenuhi nilai Content peserta didik dan buah-buah yang
Validity Ratio (CVR) minimum Lawshe digunakan dalam penelitian dapat menjadi
utuk 5 orang validator yaitu sebesar 0.99 contoh dalam materi. Kriteria penyajian
(Lawshe, 1975). Aspek yang digunakan aktivitas sains (kegiatan belajar 1),
pada penilaian validasi modul yaitu sebagai validator menyarankan untuk mencari
berikut. gambar yang lebih jelas agar
mempermudah peserta didik dalam
a. Aspek Sajian mengamati gambar tersebut dan
Aspek sajian terdiri dari 9 kriteria memberikan petunjuk yang lebih jelas
(Tabel 1), antara lain penyajian komponen dalam mengisi tabel pengamatan.
cover (sampul) modul, penyajian
kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar

9
b. Aspek Kegrafisan Hasil penelitian tersebut disajikan di dalam
Aspek kegrafisan terdiri dari 3 kriteria modul dan diharapkan menjadi informasi
(Tabel 1), antara lain organisasi, daya tarik tambahan bagi peserta didik, yaitu berupa
tampilan modul, keterbacaan bentuk dan morfologi dan kandungan gizi dari buah
ukuran huruf yang digunakan dalam modul. sibo, tempajo dan pangkok. Secara
Secara keseluruhan, semua kriteria pada keseluruhan, semua kriteria pada aspek isi
aspek kegrafisan dinyatakan valid karena dinyatakan valid karena mendapatkan nilai
mendapatkan nilai Content Validity Ratio Content Validity Ratio (CVR) sebesar 0.99.
(CVR) sebesar 0.99. Gita dkk. (2018) Menurut Rahmadhania dkk. (2017),
menyatakan, “Penyajian modul yang “Modul yang menyajikan adanya gambar
menarik dapat menjadi daya tarik bagi akan mempermudah peserta didik dalam
pembacanya, sehingga dapat menambah memahami isi materi pembelajaran.” Hal
pengetahuan dan menghilangkan ini senada dengan pendapat Irwan dkk.
kebosanan.” Hal ini didukung oleh (2014), bahwa modul yang memiliki
pernyataan Sudarno dkk. (2015), modul banyak gambar atau contoh-contoh
yang baik tidak hanya menarik, tetapi juga membuat siswa lebih tertarik untuk
harus bisa merangsang rasa ingin tahu mempelajari modul dan lebih cepat
peserta didik terhadap ilmu yang dipelajari. memahami materi yang diajarkan.
Apabila peserta didik memiliki rasa ingin Modul harus memperhatikan beberapa
tahu yang tinggi terhadap materi karakteristik agar mampu meningkatkan
pembelajaran, maka akan lebih termotivasi motivasi belajar yaitu seperti self
untuk belajar. Menurut Muljono (2007), instruction dan self contained. Self
“Sebuah bahan ajar yang baik secara fisik instruction merupakan karakteristik penting
tersaji dalam wujud tampilan yang menarik dalam modul, dengan karakter tersebut
dan menggambarkan ciri khas buku memungkinkan seseorang belajar secara
pelajaran, kemudahan untuk dibaca dan mandiri dan tidak tergantung pada pihak
digunakan.” lain. Modul dikatakan self contained bila
Saran yang diberikan oleh validator, seluruh materi pembelajaran yang
pada kriteria organisasi diaspek kegrafisan dibutuhkan termuat dalam modul tersebut.
yaitu sebaiknya peta konsep dibuat lebih Tujuan dari self contained adalah
spesifik agar peserta didik dapat memahami memberikan kesempatan peserta didik
materi yang harus mereka pelajari di modul mempelajari materi pembelajaran secara
biologi keanekaragaman hayati. Pada tuntas, karena materi belajar dikemas dalam
kriteria daya tarik tampilan modul satu kesatuan yang utuh (Daryanto, 2013).
sebaiknya lebih memperhatikan variasi
tulisan dan warna. d. Aspek Bahasa
Aspek bahasa terdiri dari 2 kriteria (Tabel
c. Aspek Isi 1), antara lain kesesuaian dengan PUEBI
Aspek isi terdiri dari 5 kriteria (Tabel dan kesesuaian bahasa dengan
1), antara lain isi modul biologi perkembangan peserta didik. Secara
keanekaragaman hayati bersifat self keseluruhan, semua kriteria pada aspek
instruction (memungkinkan peserta didik bahasa dinyatakan valid karena
belajar secara mandiri dan tidak tergantung mendapatkan nilai Content Validity Ratio
pada pihak lain), isi modul bersifat self (CVR) sebesar 0.99. Hal ini sejalan dengan
contained (seluruh materi pembelajaran Widyaningrum dkk. (2013), bahasa yang
yang diperlukan termuat dalam modul), lebih komunikatif membuat siswa mudah
kesesuaian contoh dan ilustrasi gambar memahami materi. Menurut Muljono
dengan isi materi, cakupan isi materi modul (2007), “Bahan ajar sebaiknya
dan kesesuaian hasil penelitian yang menggunakan bahasa yang harus mengacu
disajikan dengan materi pembelajaran. pada kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang

10
baik dan benar.” Pada aspek bahasa ini, BSNP. 2014. Instrumen Penilaian Tahap II.
tidak terdapat saran yang diberikan oleh Buku Teks Pelajaran Pendidikan
validator walaupun skor validasi masih Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
mendapatkan skor 3 (baik). Daryanto. 2013. Menyusun Modul (Bahan
Berdasarkan hasil perhitungan nilai Ajar Untuk Persiapan Guru Dalam
Content Validity Ratio (CVR) (Tabel 1) Mengajar). Yogyakarta: Gava Media.
dari 19 kriteria mendapatkan nilai sebesar Firdaus, I., Duran, C. A. dan Sofia, E. R.
adalah 0.99, artinya semua kriteria telah 2015. Pengaruh Penggunaan Modul
memenuhi nilai minimum Lawshe (1975). Pembelajaran Biologi Berbasis Inkuiri
Angka ini menunjukkan penilaian modul Terhadap Hasil Belajar dan Retensi
mencapai angka yang termasuk valid dan Siswa Kelas X SMAN Kota Pasuruan.
layak digunakan sebagai bahan ajar Jurnal Online Universitas Malang.
pembelajaran pada sub materi 1(2): 1-9.
keanekaragaman hayati. Fitri, L. A., Eko, S. K. dan Nur, N. 2013.
Pengembangan Modul Fisika pada
SIMPULAN DAN SARAN Pokok Bahasan Listrik Dinamis
Simpulan Berbasis Domain Pengetahuan Sains
Berdasarkan hasil validasi, modul untuk Mengoptimalkan Minds-On
biologi keanekaragaman hayati dinyatakan Siswa SMA Negeri 2 Purworejo Kelas
valid dan layak dijadikan sebagai bahan X Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal
ajar pada sub materi keanekaragaman Radiasi. 3(1): 9-23.
hayati karena mencapai Content Validity Gita, D. S., Muhsinah, A. dan Wilda, I. N.
Index (CVI) sebesar 0.99 dengan 5 2018. Pengembangan Modul IPA
validator. Materi Hubungan Makhluk Hidup dan
Lingkungannya Berbasis Pendekatan
Saran Kontekstual. Jurnal Pendidikan IPA.
Saran pada penelitian ini adalah 8(1): 28-37.
penelitian lanjutan diperlukan untuk Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar.
melihat keefektifan penggunaan modul Bandung: Cv Pustaka Setia.
dalam proses pembelajaran sub materi Irwan, Kurnia, N. dan Reni, M. 2014.
keanekargaman hayati di kelas X SMA. Pengaruh Modul Terhadap Hasil
Modul sebelum diuji cobakan perlu direvisi Belajar Siswa Pada Materi
terlebih dahulu sesuai dengan saran dari Keanekaragaman Hayati SMA Negeri
validator. 9 Pontianak. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran. 3(9): 2-17.
Ucapan Terima Kasih Lawshe, C.H. 1975. A Quantitative
Penelitian ini merupakan payung Approach to Content Validity.
penelitian buah lokal khususnya Personel Physycology. 28(4): 563-575.
Kalimantan Barat yang didanai oleh dana Majid, A. 2012. Perencanaan
DIPA Kompetitif FKIP Universitas Pembelajaran: Mengembangkan
Tanjungpura 2017. Standar Kompetensi Guru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
DAFTAR RUJUKAN Muljono, P. 2007. Kegiatan Penilaian Buku
Bahri. 2016. Pengembangan Modul Teks Pelajaran Pendidikan Dasar Dan
Keanekaragaman Hayati dan Virus Menengah. Buletin BSNP. 2 (1): 14-2.
Berbasis Model Inkuiri Terbimbing Prastowo, A. 2012. Panduan Kreatif
Untuk Siswa Kelas X MAN 1 Malang. Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Jurnal Pendidikan. 1(2): 127-136. Yogyakarta: Diva Press.

11
Rahmadhania, R., Ruqiah G. P. P. dan Eko Ridhwan, M. 2012. Tingkat
S.W. 2017. Kelayakan Modul Materi Keanekaragaman Hayati dan
Sistem Ekskresi Kelas VIII SMP. Pemanfaatan Di Indonesia. Jurnal
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Biology Education. 1(1): 1-17.
6(12): 3-11.
Setiyadi, M. W., Ismail dan Hamsu, A. G. Sukmawati, F. 2014. Pengembangan Bahan
2017. Pengembangan Modul Ajar Biologi Berbasis Contextual
Pembelajaran Biologi Berbasis Teaching Learning untuk
Pendekatan Saintifik Untuk Mengefektifkan Pembelajaran bagi
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Siswa SMA. Jurnal Penelitian Ilmu
Journal of Educational Science and Pendidikan. 7(2): 56-63.
Technology. 2(3): 102-112. Titin. 2015. Deskripsi Kompetensi Guru
Sesya, P. R. A. dan Lisdiana. 2014. SMP Mata Pelajaran Matematika dan
Pengembangan Modul Fenotif (Fun, IPA. Jurnal Pendidikan Matematika
Edukatif dan Inovatif) Materi Sistem dan IPA. 6 (2): 39-48.
Pertahanan Tubuh di SMA. Unnes Tria, A. S. 2014. Desain Pembelajaran
Journal of Biology Education. 3(3): Kimia Bermuatan Nilai Pada Topik
313-318. Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.
Sudarno, Widha, S. dan Sarwanto. 2015. Skripsi. Bandung: Universitas
Pengembangan Modul IPA Terpadu Pendidikan Indonesia.
Berbasis Kontekstual dengan Tema Widyaningrum, R., Sarwanto, dan Puguh,
Pembuatan Tahu Kelas VII SMP K. 2013. Pengembangan Modul
Negeri 2 Jatiyoso. Jurnal Inkuiri. 4(3): Berorientasi POE Berwawasan
104–111. Lingkungan Pada Materi Pencemaran
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Siswa. BIOEDUKASI. 6 (1): 100-117.
Bandung: Alfabeta.

12

You might also like