Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Hubungan antara Harga Diri dan Prestasi Akademik dengan

Subjective Well Being pada Mahasiswa Jurusan Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas
Persada Indonesia Y.A.I

Putri Andini1, Anastasia Sri Maryatmi2


Email : putriands21@gmail.com, anastasia.maryatmi@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menguji
hubungan harga diri dengan subjective well being, hubungan prestasi akademik
dengan subjective well being, dan hubungan harga diri dan prestasi akademik
dengan subjective well being. Subyek pada penelitian ini adalah remaja akhir yang
merupakan mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Angkatan
2018 di Universitas Persada Indonesia Y.A.I. Penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampel sampling jenuh dan mendapatkan responden sebanyak 85
orang. Penelitian ini menggunakan 2 skala alat ukur dan dokumentasi, yaitu: skala
alat ukur harga diri dan skala alat ukur subjective well being, serta dokumentasi
indeks prestasi kumulatif responden. Hasil penelitian ini menghasilkan hubungan
yang signifikan antara harga diri dengan subjective well being pada arah positif
dengan korelasi r = 0.450 dan p < 0.05, sedangkan tidak ada hubungan antara
prestasi akademik dengan subjective well being dengan r = -0.073 dan p > 0,05.

Kata Kunci : Harga Diri, Prestasi Akademik, Subjective Well Being, Remaja Akhir.

Abstract

This research is a quantitative study that aims to examine the relationship between
self-esteem and subjective well being, the relationship between academic
achievement and subjective well being, and the relationship between self-esteem
and academic achievement with subjective well being. The subjects in this study
were late adolescents who were students of the Department of Accounting, Faculty
of Economics and Business 2018 at the University of Persada Indonesia Y.A.I. This
research used saturated sampling technique, and got respondents as many as 85
people. This study used 2 scales of measuring instruments and documentation,
namely: a scale of measuring self-esteem and a scale of measuring subjective well
being, as well as documentation of the respondent's grade-point average. The
results of this study resulted in a significant relationship between self-esteem and
subjective well being in a positive direction with a correlation of r = 0.450 and p
<0.05, while there was no relationship between academic achievement and
subjective well being with r = -0.073 and p> 0.05.

Keywords: Self-esteem, Academic Achievement, Subjective Well Being, Late


Adolescents

Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020 127


1. PENDAHULUAN jenjang Sekolah Menengah Atas atau
Sekolah Menengah Kejuruan pun jenjang
Segala aspek yang dimiliki dalam diri pendidikan yang setara lainnya yang
individu dewasa, biasanya terbentuk pada kemudian dapat dianggap kedalam remaja
saat remaja. Hal tersebut dikarenakan masa akhir karena berada dalam rentang usia 18-
remaja atau adolescence menurut Santrock 21 tahun.
(2011) ialah periode perkembangan transisi
dari masa kanak-kanak hingga masa Umumnya individu pada masa ini
dewasa yang mencakup perubahan- mulai terbagi yang setidaknya menjadi dua
perubahan biologis, kognitif, dan sosial kelompok yaitu individu yang langsung
emosional. Masa remaja adalah masa yang meneruskan melanjutkan pendidikan ke
sangat unik. Selain itu menurut Surna perguruan tinggi dan yang tidak.
(2014) dalam proses perkembangannya,
remaja senantiasa mengeksplorasi Lingkungan perguruan tinggi atau
pengalaman-pengalaman baru dalam kampus tentu saja jauh berbeda dengan
kehidupannya. Remaja bereksperimen dan lingkungan sekolah. Perbedaan sistem dan
berhadapan dengan berbagai macam aturan lingkungan tersebutlah yang kemudian
dan orang-orang yang berbeda. Terjadi membuat beberapa individu yang pada saat
perubahan bentuk fisik, serta itu baru memasuki perguruan tinggi
perkembangan emosional dan kecerdasan. diharuskan untuk melakukan penyesuaian
Terjadi pula semacam dinamika psikologis dengan sistem dan lingkungan serta budaya
yang terkadang remaja berhasil baru. Peneliti memperhatikan bahwa dalam
melaluinya, namun ada pula yang proses penyesuaiannya ini, beberapa
mengalami kegagalan. individu yang sama-sama merupakan
mahasiswa baru merasa bahwa proses
Pembagian rentang masa remaja tersebut seringkali membuat individu
menurut Monks (dalam yusuf, 2002), memandang atau mengevaluasi dirinya
membagi remaja menjadi tiga kelompok dengan rendah.
yaitu remaja awal yang memiliki rentang
usia antara 12-15 tahun, remaja Hal tersebut dikarenakan individu
pertengahan dengan rentang usia 15-18 belum bisa mengikuti ritme pembelajaran
tahun, dan remaja akhir yang memiliki dikampus. Sehingga, pada saat ujian akhir
rentang usia berkisar pada 18-21 tahun. di laksanakan individu mendapatkan nilai
Dibanding masa remaja awal, masa remaja akhir yang rendah dan menyebabkan
akhir individu dapat dikatakan sudah individu lebih merasa tidak puas dan juga
mencapai transisi perkembangan yang lebih banyak diliputi oleh emosi-emosi
lebih mendekati masa dewasa. Masa negatif.
remaja umumnya merupakan usia yang
paling tidak bahagia. Namun, kebahagiaan Secara teori subjective well being dapat
bertambah seiring dengan perkembangan didefinisikan sebagai sesuatu yang
individu terutama pada masa remaja akhir. berkaitan dengan perasaan puas seseorang
Hal ini karena masa remaja akhir individu terhadap hidupnya, adanya emosi positif,
mendapatkan porsi lebih banyak dalam serta jarang mengalami emosi negatif.
menentukan keinginan dan lebih stabil Kepuasan yang dialami seseorang berbeda-
secara emosional. beda, ada orang yang merasa puas dengan
keberhasilan yang didapat sehingga dapat
Pada masa remaja akhir ini individu merasakan kesenangan dan ketenangan
mulai menata atau merencanakan dalam hidupnya, namun ada juga yang
hidupnya. Remaja yang telah melewati merasa tidak puas dengan keberhasilan

128 Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020


yang didapat, sehingga tidak dapat Subjective Well Being
merasakan kesenangan dan ketenangan
dalam hidupnya (Lubis dalam Fajriani & Menurut Dush & Amanto dalam
Suprihatin, 2017). Utami (2009), kesejahteraan secara relatif
merupakan atribut yang stabil, yang
Terbentuknya subjective well being merefleksikan seberapa tingkatan individu
yang baik memiliki beberapa faktor di mengalami afek positif dan pandangan
antaranya harga diri yang termasuk terhadap kehidupannya yang
kedalam faktor internal (Khairat dan menyenangkan. Seorang individu
Adiyanti, 2015). Harga diri atau self- dikatakan memiliki kesejahteraan subjektif
esteem adalah suatu keyakinan nilai diri yang tinggi apabila individu tersebut
sendiri berdasarkan evaluasi diri secara mengalami kepuasan hidup dan mengalami
keseluruhan. Orang dengan harga diri yang kegembiraan lebih sering, serta tidak
tinggi memandang diri secara keseluruhan. terlalu sering mengalami emosi yang tidak
Orang dengan harga diri yang rendah menyenangkan, seperti kesedihan dan
memandang diri mereka sendiri dalam kemarahan. Sebaliknya, seorang individu
pemahaman negatif. Selanjutnya adapun dikatakan memiliki kesejahteraan subjektif
pengertian harga diri yang diutarakan oleh yang rendah jika individu tersebut tidak
Frey dan Carlock dalam Simbolon (2008) puas dengan hidupnya, mengalami sedikit
adalah penilaian yang mengacu pada afeksi dan kegembiraan, dan lebih sering
penilaian yang baik, buruk, tidak memihak, mengalami emosi negatif seperti
serta keragu-raguan yang merupakan kemarahan atau kecemasan.
bagian dari konsep diri, tetapi bukan berarti
cinta diri sendiri. Selain itu, menurut Park dalam
Maslihah (2017) menjelaskan bahwa
Selain harga diri, prestasi akademik kesejahteraan subjektif (subjective well-
pun merupakan salah satu faktor dari being) merupakan hal penting bagi
subjective well being individu. Prestasi individu karena mendorong keluarnya
akademik adalah kemampuan, keahlian, potensi positif sekaligus menjadi
dan pencapaian yang didapatkan individu pengendali terhadap keluarnya aspek
dimana kemampuan tersebut dapat negatif dalam diri termasuk munculnya
bertambah seiring berjalannya waktu gangguan psikologis. Dengan demikian
karena adanya proses belajar dan bukan kesejahteraan tidak hanya menjadi
disebabkan karena adanya proses indikator perkembangan positif tetapi juga
pertumbuhan pada diri individu. Prestasi menjadi faktor yang dapat meningkatkan
akademik ini dapat dinilai ataupun diukur dan memelihara kesehatan secara optimal.
dengam menggunakan tes yang baku atau
tes yang sudah ada standarnya (Sobur, Terdapat 2 komponen subjective well
2006). being menurut Diener (2000:34), yaitu
aspek kognitif dan aspek afektif.
2. LANDASAN TEORI
Harga Diri
Landasan teori digunakan untuk
mendukung penelitian yang berkaitan dengan Menurut Rosenberg dalam Srisayekti
permasalahan dan ruang lingkup pembahasan & Setiady (2015), harga diri (self-esteem)
sebagai landasan dalam penelitian ini. Pada merupakan suatu evaluasi positif ataupun
bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori
negatif terhadap diri sendiri (self). Dengan
beserta hal-hal terkait permasalahan dalam
penelitian ini.
kata lain harga diri adalah bagaimana
seseorang memandang dirinya sendiri.

Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020 129


Sedangkan Coopersmith dalam c. Family Parents (Keluarga Orang Tua)
Wangge & Hartini (2013) mendefinisikan
harga diri sebagai evaluasi yang dibuat Coopersmith juga membahas harga diri
oleh individu mengenai dirinya sendiri, sangat menekankan perasaan keluarga
dimana evaluasi diri tersebut merupakan merupakan tempat sosialisasi pertama
hasil interaksi antara individu dengan bagi anak. Penerimaan keluarga yang
lingkungannya serta perlakuan orang lain positif pada masa kanak-kanak akan
terhadap dirinya. Evaluasi ini di memberi dasar untuk terbentuknya rasa
ekspresikan dengan sikap setuju atau tidak harga diri yang tinggi pada masa
setuju, tingkat keyakinan individu terhadap dewasanya nanti.
dirinya sendiri sebagai orang yang mampu,
penting, berhasil dan berharga atau tidak. d. Achievement (Prestasi)

Menurut Coopersmith dalam Wangge Individu dengan harga diri yang tinggi
& Hartini (2013) terdapat 4 aspek harga cenderung memiliki karakteristik
diri, yaitu: kepribadian yang dapat mengarahkan
pada kemandirian sosial dan kreativitas
a. Self Values (Nilai Diri) yang tinggi.

Self values atau nilai diri diartikan Prestasi Akademik


sebagai nilai-nilai pribadi individu
yaitu isi dari diri sendiri. Lebih lanjut Menurut Azwar (2002) prestasi
dikatakan bahwa harga diri di tentukan akademik adalah bukti peningkatan atau
oleh nilai-nilai pribadi yang diyakini pencapaian yang diperoleh seorang siswa
individu sebagai nilai-nilai yang sesuai sebagai pernyataan ada tidaknya kemajuan
dengan dirinya. atau keberhasilan dalam program
pendidikan. Lebih jelas lagi, menurut
b. Leadership Popularity Suryabrata (2006) prestasi akademik
(Kepemimpinan Popularitas) adalah hasil belajar terakhir yang dicapai
oleh siswa dalam jangka waktu tertentu,
Coopersmith menunjukkan bahwa yang mana di sekolah prestasi akademik
individu memiliki harga diri yang siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk
tinggi cenderung mempunyai angka atau simbol tertentu. Kemudian
kemampuan yang dituntut dalam dengan angka atau symbol tersebut, orang
kepemimpinan (leadership). lain atau siswa sendiri akan dapat
Sedangkan popularitas adalah mengetahui sejauh mana prestasi akademik
penilaian individu terhadap dirinya yang telah dicapai.
sendiri yang dilihat dari pengalaman
kesuksesan yang di peroleh dalam Terdapat 3 jenis ranah prestasi
kehidupan sosialnya dan tingkat akademik menurut Benjamin Bloom
ketenaran yang dimilikinya (dalam Sudjana, 2013), yaitu :
mempunyai hubungan dalam harga 1. Ranah Kognitif.
diri. Oleh sebab itu, semakin popular
individu diharapkan mempunyai harga Ranah kognitif menekankan pada
diri yang tinggi. aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir.

130 Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020


Harga diri adalah sebuah evaluasi diri
2. Ranah Afektif. baik positif ataupun negatif terhadap diri
sendiri yang kemudian akan menentukan
Ranah afektif menekankan pada aspek tinggi rendahnya harga diri seorang
perasaan dan emosi, seperti minat, individu. Apabila individu mengalami
sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian. evaluasi diri negatif yang mengenai diri
3. Ranah Psikomotorik. atau kemampuan yang dimiliki maka harga
dirinya rendah. Sedangkan Individu yang
Ranah psikomotorik menekankan pada memiliki harga diri yang baik akan mampu
aspek keterampilan mmotorik, seperti menghargai dirinya sendiri, menerima diri,
tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mempunyai harapan untuk maju dan
dan mengoperasikan mesin. memahami potensi yang dimilikinya.
Harga diri diukur dengan skala harga diri
HIPOTESIS PENELITIAN
berdasarkan aspek-aspek harga diri yang
meliputi, self values (nilai diri), leadership
Berdasarkan uraian teori diatas, maka popularity (popular kepemimpinan),
diajukan hipotesis sebagai berikut: family parents (keluarga), serta
achievement (prestasi).
Ha1 : Terdapat hubungan antara harga
diri dengan subjective well-being Prestasi akademik atau yang biasa juga
Ha2 : Terdapat hubungan antara prestasi dikenal sebagai prestasi belajar adalah
akademik dengan subjective well- hasil pelajaran yang diperoleh dari
being kegiatan belajar disekolah yang bersifat
Ha3 : Terdapat hubungan antara harga kognitif yang dapat menyebabkan
diri dan prestasi akademik dengan perubahan dalam hal kecakapan tingkah
subjective well-being laku ataupun kemampuan yang dapat
bertambah selama beberapa waktu karena
3. METODOLOGI adanya situasi belajar untuk dijadikan
Definisi Operasional sebagai bukti peningkatan atau pencapaian
Subjective well being atau yang diperoleh seorang siswa sebagai
kesejahteraan subjektif sangat penting pernyataan adakah kemajuan atau
dimiliki oleh setiap individu. Hal ini kebrhasilan dalam program pendidikan.
dikarenakan dengan dimilikinya subjective Pada penelitian ini variabel prestasi
well-being pada diri individu maka akademik akan diukur dengan nilai atau
individu tersebut memiliki dorongan untuk Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) individu
terus merasakan emosi positif dan juga semester terakhir.
lebih mengurangi emosi positif yang
Populasi dan Sampel
disebabkan oleh adanya afek positif dan
pandangan hidup yang menyenangkan Menurut Sugiyono (2017), populasi
sehingga individu tersebut bisa diartikan sebagai wilayah generalisasi yang
mengeluarkan potensi positif serta lebih terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
puas dan tenang dalam menjalani kualitas dan karakteristik tertentu yang
kehidupannya. Subjective well-being ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
diukur dengan skala subjective well-being dan kemudian ditarik kesimpulannya.
berdasarkan aspek subjective well-being Populasi atau subjek yang akan diteliti
yang terdiri dari aspek kognitif dan aspek pada penelitian ini adalah Remaja Akhir
afektif. yang merupakan Mahasiswa Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis di

Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020 131


Universitas Persada Indonesia Y.A.I yang untuk mengetahui hubungan harga diri
berjumlah 85 orang. dengan subjective well being pada
Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas
Dalam penelitian ini teknik Ekonomi dan Bisnis di Universitas Persada
pengambilan sampel yang akan digunakan Indonesia Y.A.I, dan hubungan antara
adalah sampling jenuh. Menurut Sugiyono prestasi akademik dengan subjective well
(2015), teknik sampling jenuh adalah being pada Mahasiswa Jurusan Akuntansi
teknik pengambilan sampel bila semua Fakultas Ekonomi dan Bisnis di
anggota populasi digunakan sebagai Universitas Persada Indonesia Y.A.I.
sampel. Hal ini sering dilakukan apabila Sementara multivariat correlation
jumlah populasi relatif kecil, kurang dari digunakan untuk mengetahui hubungan
30 orang, atau penelitian yang ingin antara harga diri dan prestasi akademik
membuat generalisasi dengan kesalahan dengan subjective well being pada
yang sangat kecil. Istilah lain dari sampel Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas
jenuh adalah sensus, dimana semluruh Ekonomi dan Bisnis di Universitas Persada
anggota populasi dijadikan sampel. Dalam Indonesia Y.A.I.
hal ini peneliti akan meneliti dalam jangka
waktu dua (2) minggu. 4. HASIL & PEMBAHASAN

Teknik Pengumpulan Data Hasil Pengujian Hipotesis


Metode yang digunakan dalam penelitian Hasil perhitungan terhadap 85 remaja
ini adalah metode skala dan dokumentasi. akhir yang merupakan mahasiswa Jurusan
Menurut Sugiyono (2017:92), skala Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
pengukuran merupakan kesepakatan yang Angkatan 2018 Universitas Persada
digunakan sebagai acuan untuk Indonesia Y.A.I dilakukan dengan bantuan
menentukan panjang pendeknya interval SPSS 22.0. Melalui uji Bivariate
yang ada dalam alat ukur, sehingga alat Correlation pertama antara harga diri
ukur tersebut bila digunakan dalam dengan subjective well-being diperoleh
pengukuran akan menghasilkan data korelasi r = 0.450 dan p < 0.05. Hal ini
kuantitatif. Skala yang akan digunakan menunjukkan bahwa terdapat hubungan
pada penelitian ini adalah skala skala yang signifikan antara harga diri dengan
subjective well-being, skala harga diri, dan subjective well being ke arah yang positif.
dokumentasi prestasi akademik terakhir Sehingga Ha1 diterima. pengujian kedua
individu. Untuk mendapatkan data dilakukan terhadap variabel prestasi
penelitian, skala subjective well-being dan akademik dengan subjective well-being.
skala harga diri diukur menggunakan skala Berdasarkan hasil Analisa, di peroleh
likert sedangkan prestasi akademik diukur koefisien korelasi sebesar r = -0.073 dan p
menggunakan dokumentasi nilai indeks > 0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada
prestasi kumulatif (IPK) terakhir individu. hubungan antara prestasi akademik dengan
subjective well being. Sehingga Ha2 di
Metode Analisis Data tolak. Maka Analisa perhitungan untuk
Data yang telah dikumpulkan kemudian mengetahui pembuktian dari Ha3 tidak
dianalisis dengan teknik statistik bivariat perlu dilakukan karena berdasarkan hasil
correlation dan multivariat correlation. perhitungan Bivariate correlation hanya
Bivariat correlation digunakan untuk Ha1 yang diterima sedangkan Ha2 ditolak.
menguji hubungan antara satu variabel
independent dengan satu variabel Hasil Pengujian Distribusi Data
independent (Kuncono, 2016:53). Variabel subjective well-being
Sehingga bivariate correlation digunakan memiliki taraf signifikansi p = 0,669

132 Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020


dimana p > 0,05 sehingga asumsi distribusi yang signifikan antara harga diri dengan
data pada variabel subjective well-being subjective well being ke arah yang positif.
diasumsukan normal. Berdasarkan Artinya, semakin tinggi tingkat harga diri
perhitungan kategorisasi variabel individu maka semakin tinggi pula
subjective well-being meliputi kategorisasi subjective well being Mahasiswa Jurusan
skor “tinggi” dengan X > (121); Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis di
kategorisasi skor “sedang” dengan (77) ≤ X Universitas Persada Indonesia Y.A.I.
≤ (121); dan kategori skor “rendah” degan Begitu pula sebaliknya, semakin rendah
X < (77). Kemudian diperoleh mean harga diri individu maka semakin rendah
temuan (X) dari variabel subjective well- pula subjective well being Mahasiswa
being sebesar 108.44 yang tergolong Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
kedalam kategorisasi sedang. Bisnis di Universitas Persada Indonesia
Variabel harga diri memiliki taraf Y.A.I. Hal ini sejalan dengan hasil
signifikansi p = 0,325 dimana p > 0,05 penelitian yang pernah dilakukan oleh
sehingga asumsi distribusi data pada Pratiwi dan Permadi pada tahun 2016.
variabel harga diri diasumsikan normal. Dalam penelitian tersebut ditemukan
Berdasarkan perhitungan kategorisasi bahwa harga diri memberikan sumbangan
variabel harga diri meliputi kategorisasi sebsar 52,8%. Mengacu pada hipotesis
skor “tinggi” dengan X > (55); kategorisasi penelitian dan hasil analisis data penelitian
skor “sedang” dengan (35) ≤ X ≤ (55); dan dapat disimpulkan terdapat hubungan yang
kategori skor “rendah” degan X < (35). signifikan dengan arah positif antara harga
Kemudian diperoleh mean temuan (X) dari diri dengan subjective well being
variabel harga diri sebesar 49.82 yang Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas
tergolong kedalam kategori sedang. Ekonomi dan Bisnis di Universitas Persada
Variabel prestasi akademik memiliki Indonesia Y.A.I. Hal ini menyatakan
taraf signifikansi p = 0,066 dimana p > 0,05 bahwa tingkat subjective well being
sehingga asumsi distribusi data pada Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas
variabel prestasi akademik diasumsukan Ekonomi dan Bisnis di Universitas Persada
normal. Berdasarkan perhitungan Indonesia Y.A.I dapat ditingkatkan dengan
kategorisasi variabel prestasi akademik cara meningkatkan harga diri.
meliputi kategorisasi skor “tinggi” dengan
X > (3.568); kategorisasi skor “sedang” Selanjutnya, variabel prestasi
dengan (2.982) ≤ X ≤ (3.568); dan kategori akademik dianalisa menggunakan metode
skor “rendah” degan X < (2.982). Bivariate Correlation dengan korelasi r = -
Kemudian diperoleh mean temuan (X) dari 0.073 dan p > 0.05. Hal ini menunjukkan
variabel prestasi akademik sebesar 3.1072 tidak ada hubungan antara prestasi
yang tergolong kedalam kategorisasi akademik dengan subjective well being.
sedang. Penelitian ini memiliki asil yang
berbanding terbalik dengan penelitian yang
5. SIMPULAN dilakukan oleh Buecker, Simonsmeier,
Nuryadin, & Schneider (2018) yang
Berdasarkan hasil Analisa terhadap 85 menyatakan bahwa terdapat hubungan
responden dengan menggunakan metode antara prestasi akademik dengan subjective
analisa Bivariate Correlation terhadap well-being. Hal ini juga menyatakan bahwa
variabel harga diri , diperoleh hasil tingkat subjective well being remaja tidak
perhitungan keofisien korelasi sebesar r = dapat ditingkatkan dengan cara
0,450 dengan p < 0,05. Hal ini meningkatkan prestasi akademik.
menunjukkan bahwa terdapat hubungan

Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020 133


DAFTAR PUSTAKA Simbolon, M. (2008). Persepsi dan
Kepribadian. Jurnal Ekonomi
Azwar, S. (2003). Tes Prestasi: Fungsi Bisnis, Vol. 2, No. 1.
Pengembangan Pengukuran
Prestasi Belajar. Yogyakarta: Sobur. (2006). Psikologi Umum. Bandung:
Pustaka Belajar. Pustaka Setia.

Diener, E. (2000). Subjective Well Being: Srisayekti, W., & Setiady, D. A. (2015).
The Science of Happiness and a Harga Diri (Self-Esteem) Terancam
Proposal for a National Index. Vol. dan Perilaku Menghindar. Jurnal
55., No. 1. 34-43. Psikologi, No. 2, 141-156.

Fajriani, I. T., & Suprihatin, T. (2017). Sudjana, N. (2013). Dasar-Dasar Proses


Harga Diri, Kepuasan Kerja, dan Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Kesejahteraan Subjektif pada Guru Baru Algesindo.
Madrasah Tsanawiyah. Vo. 12 (1), Sugiyono. (2015). Statistika untuk
67-76. Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Hurlock, E. B. (2003). Psikologi Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Perkembangan: Suatu Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Jakarta: Erlangga.
Surna, I. N., & Panderiot, O. D. (2014).
Khairat, M., & Adiyanti, M. G. (2015). Psikologi Pendidikan I. Jakarta:
Self-Esteem dan Prestasi Akademik Erlangga.
Sebagai Prediktor Subjective Well-
Being pada Remaja Awal. Gadjah Suryabrata, S. (2006). Tes Prestasi: Fungsi
Mada Journal of Psychology, 1 (3), Pengembangan Pengukuran
180-191. Prestasi Belajar. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Kuncono, T. Y. (2016). Aplikasi Komputer.
Jakarta : Fakultas Psikologi Utami, B. S., & Budiman, A. (2015).
Universitas Persada Indonesia Hubungan Antara Self Esteem
Y.A.I. dengan Subjective Well-Being pada
Model Wanita Bandung. Prosiding
Maslihah, S. (2017). Faktor yang Psikologi.
Mempengaruhi Kesejahteraan
Subjektif Anak Didik Lembaga Utami, M. S. (2009). Keterlibatan dalam
Pembinaan Khusus Anak. Journal Kegiatan dan Kesejahteraan
Psikologi Insight, Vol. 1, No. 1, 82- Subjektif Mahasiswa. Jurnal
94. Psikologi, 144-163.

Pratiwi, T. S., & Permadi, A. S. (2016). Wangge, B. D., & Nurul, H. (2013).
Hubungan Antara Self-Esteem Hubungan Antara Penerimaan Diri
dengan Subjective Well-Being pada dengan Harga Diri pada Remaja
Siswa SMK Surakarta. Pasca Perceraian Orang Tua.
Jurnal Psikologi, No. 1, 1-6.
Santrock, J. W. (2011). Remaja. Edisi Ke-
11. Jakarta: Erlangga.

134 Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3 Bulan November 2020

You might also like