The Resistance of Sawitto To Netherlands IN SOUTH SULAWESI 1905-1906

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 22

PERLAWANAN SAWITTO TERHADAP BELANDA

DI SULAWESI SELATAN PADA 1905-1906


THE RESISTANCE OF SAWITTO TO NETHERLANDS
IN SOUTH SULAWESI 1905-1906
Muhammad Amir
Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan
Jalan Sultan Alauddin / Tala Salapang Km. 7 Makassar, 90221
Telepon (0411) 885119, 883748, Faksimile (0411) 865166
Pos-el: muhabpnb@yahoo.co.id
Handphone 081343797300
Diterima: 19 Januari; Direvisi: 29 Maret; Disetujui: 31 Mei 2018

ABSTRACT
This study revealed and explained the resistance of Sawitto to the Dutch East Indies government in 1905-
1906. The research method used is the historical method, which explains a problem based on a historical
perspective. The procedure consists of heuristics, source criticism, interpretation, and historiography in
the story form. The study results showed that the resistance of Sawitto Kingdom to the Dutch East Indies
government was not only based by the economic interests relating to the tax port policy, but also the political
interests relating to the interference of Dutch government into the domestic affairs of Sawitto Kingdom,
even directly want to master Sawitto. This was marked by the submission of a claim to Sawitto Kingdom to
submit, obey, and fully comply with the Dutch government by signing a short statement (korte verklaring).
Because of rejecting the claim, the Dutch government decided to attack a military offensive against Sawitto
Kingdom, but the attack received resistance from Sawitto army under the leadership of La Sinrang. However,
Dutch forces defeated Sawitto army at the end.
Keywords: resistance, Sawitto, and Netherlands.

ABSTRAK
Kajian ini mengungkap dan menjelaskan perlawanan Kerajaan Sawitto terhadap pemerintah Hindia Belanda
pada tahun 1905-1906. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, yang menjelaskan suatu
persoalan berdasarkan perspektif sejarah. Prosedurnya terdiri atas heuristik, kritik sumber, interpretasi,
dan historiografi dalam bentuk kisah. Hasil kajian menunjukkan bahwa perlawanan Kerajaan Sawitto
terhadap pemerintah Hindia Belanda, bukan hanya dilatari oleh kepentingan ekonomi yang berkaitan
kebijakan pelabuhan wajib pajak, melainkan juga kepentingan politik yang berkaitan dengan campur tangan
pemerintah Belanda terhadap urusan dalam negeri Kerajaan Sawitto, bahkan ingin menguasai Sawitto secara
langsung. Hal tersebut ditandai dengan diajukannya suatu tuntutan terhadap Kerajaan Sawitto agar tunduk,
taat, dan patuh sepenuhnya kepada pemerintah Belanda dengan menandatangani pernyataan pendek (korte
verklaring). Karena menolak tuntutan itu, pemerintah Belanda memutuskan untuk melancarkan serangan
militer terhadap Kerajaan Sawitto, namun serangan tersebut mendapat perlawanan dari laskar Sawitto di
bawah pimpinan La Sinrang. Pada akhirnya, pasukan Belanda berhasil mengalahkan laskar Sawitto.
Kata kunci: perlawanan, Sawitto, dan Belanda.

PENDAHULUAN Kemerdekaan Republik Indonesia. Namun,


Kajian tentang perjuangan dalam masih banyak peristiwa yang mengandung
menentang kekuasaan pemerintah kolonial nilai patriotisme dan persatuan yang belum
Belanda di berbagai daerah telah banyak terungkap secara utuh hingga saat ini. Jelas,
dilakukan, terutama setelah Proklamasi konsekuensinya adalah suatu kerugian besar
bagi masyarakat. Sebab, peristiwa yang

1
WALASUJI Volume 9, No. 1, Juni 2018: 1—21
memiliki makna sejarah itu kurang dikenal perdamaian).2 Menurut Gubernur Sulawesi C.A.
atau tidak diketahui secara luas di masyarakat. Kroesen (1903-1906) bahwa demi menegakkan
Salah satu di antaranya adalah perlawanan dan mempertahankan kewibawaan pemerintah
Kerajaan Sawitto terhadap pemerintah kolonial Belanda, serta untuk melaksanakan perubahan
Belanda pada 1905-1906. Padahal peristiwa yang diperlukan dalam hubungan dengan
itu, merupakan suatu fakta dari mata rantai para penguasa lokal, dan persetujuan terhadap
perlawanan terhadap serangan militer yang tuntutan-tuntutan pemerintah Belanda harus
dilancarkan pemerintah kolonial Belanda di dipaksakan, kalau perlu dengan kekerasan
Sulawesi Selatan pada awal abad ke-20. Untuk (Kroesen,1906:10). Hal ini, penulis memandang
memahami secara utuh dinamika sejarah bahwa peristiwa tersebut patut diungkapkan dan
perjuangan bangsa dalam menentang penjajahan dijelaskan serta dipahami dalam membangun
Belanda, peristiwa itu tidak dapat diabaikan. kehidupan berbangsa dan bernegara.
Itulah sebabnya Presiden Pertama Republik Berdasarkan uraian singkat itu, maka
Indonesia, Ir. Soekarno memperingatkan yang menjadi pokok persoalan kajian ini adalah
bahwa “hanya bangsa tahu menghargai mengapa Sawitto melakukan perlawanan
perjuangan bangsanya dan menghormati jasa terhadap ekspedisi militer Belanda. Kajian
para pahlawannya yang dapat tumbuh menjadi ini bukan hanya bertujuan mengungkap dan
bangsa yang besar” (Arsip NIT, No.110).1 menjelaskan latar belakang serta dinamika
Selain itu, perlawanan Sawitto tersebut perlawanan Sawitto atas serangan militer itu,
juga menunjukkan bahwa upaya pemerintah tetapi juga berbagai hal yang berkaitan dengan
kolonial Belanda dalam memperluas hegemoni pendudukan militer Belanda tersebut. Persoalan-
kekuasaan di Sulawesi Selatan, senantiasa persoalan yang terkandung di dalamnya,
mendapat perlawanan dari rakyat di wilayah mengacu kepada hal-hal yang berkaitan dengan
ini, termasuk di daerah Sawitto dan sekitarnya. sebab-musabab dan faktor-faktor kondisional
Kenyataan itulah yang mendasari pemerintah yang mendasari terjadi peristiwa itu. Selain
kolonial dalam rangka perluasan wilayah itu, kajian ini juga bertujuan meningkatkan
kekuasaan kolonialnya di Sulawesi Selatan, pengetahuan dan membuka cakrawala
berkesimpulan bahwa satu-satunya pemecahan pemikiran dalam memahami berbagai peristiwa
terhadap “keresahan” yang menyusahkan masa lampau yang mempunyai makna sejarah
Belanda dan sudah berlangsung bertahun-tahun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
di daerah ini, ialah “kampanye pengamanan” Di samping itu, juga dapat meningkatkan
atau menaklukkan secara militer, yang secara pemahaman dan kesadaran tentang dinamika
halus disebut dengan pacifikasi politiek (politik kesejarahan perjuangan bangsa dalam
menentang kekuasaan pemerintah kolonial
1
Belanda, serta untuk kajian lebih lanjut dan
Salah satu upaya untuk menghargai perjuangan
mendalam, ataupun sebagai bahan informasi
bangsa dalam menentang penjajahan serta menghargai
jasa seseorang yang pada masa hidupnya, karena di kalangan masyarakat pada umumnya dalam
terdorong oleh rasa cinta tanah air, sangat berjasa membangun karakter dan jatidiri bangsa. Itulah
dalam memimpin suatu kegiatan yang bertujuan sebabnya para sejarawan sering menampilkan
menentang penjajahan di Indonesia, melawan musuh pernyataan bahwa, studi sejarah tidak hanya
dari luar ataupun telah berjasa baik di bidang politik,
ketatanegaraan, kebudayaan, maupun di bidang ilmu 2
Serupa dengan kampanye pengamanan atau
penegetahuan yang erat kaitannya dengan perjuangan tindakan militer yang dilancarkan terhadap Aceh
kemerdekaan dan perkembangan bangsa adalah dengan (Harvey,1989:46). Untuk memperoleh gambaran lebih
meneliti dan menulis sejarah perjuangan atau biografinya. lanjut tentang Aceh, antara lain terdapat dalam karya
Anthony Reid (2007) Asal Mula Konflik Aceh dari
Perebutan Pantai Timur Sumatera hingga Akhir Kerajaan
Aceh.

2
Perlawanan Sawitto terhadap Belanda... Muhammad Amir

suatu dialog antara sejarawan dengan masa Kerajaan Sawitto, namun tidak menguraikan
lalu, tetapi seharusnya dapat memberikan dinamika internal dan latar belakang perlawanan
kemaslahatan bagi kehidupan manusia (Carr, Sawitto terhadap pemerintah kolonial Belanda.
1986, dalam Poelinggomang, 2005:13). Di samping itu, juga terhadap sejumlah karya
Berdasarkan studi kepustakaan bahwa tulis misalnya Mattulada tentang Sejarah,
terdapat sejumlah kajian tentang Ajatappareng, Masyarakat, dan Kebudayaan Sulawesi Selatan
di antaranya Abd. Latif (2012), yang mengkaji (1998); Muhammad Abduh tentang Sejarah
tentang Konfederasi Ajatappareng 1812-1906. Perlawanan Terhadap Imperialisme dan
Kajian ini bertujuan menganalisis dinamika Kolonialisme di Sulawesi Selatan (1985); Edward
politik di Konfederasi Ajatappareng, baik L. Poelinggomang tentang Sejarah Sulawesi
sebelum maupun setelah kekuasaan Inggris Selatan (2005); dan Muhammad Arfah, dkk.
dan Belanda di Sulawesi Selatan. Menurutnya tentang Biografi Pahlawan La Sinrang Bakka
bahwa penaklukan pemerintah Hindia Belanda Lolona Sawitto (1986); serta manuskrip lokal
atas Sulawesi Selatan pada 1905-1906, tidak (lontarak), di antaranya Lontarak Akkarungeng
terlepas dari kebijakan politik etik untuk Sawitto, Lontarak Akkarungeng Suppa, dan
mensejahterakan negeri-negeri jajahan melalui Lontarak Akkarungeng Alitta. Meskipun
pendidikan, pengairan, dan perpindahan manuskrip lokal ini memiliki kelemahan, namun
penduduk. Kajian yang memadukan sumber di dalamnya juga terdapat sejumlah informasi
lokal (lontarak) dengan sumber arsip ini sangat yang penting, terutama menyangkut latar
membantu dalam memahami kehidupan sosial belakang kehidupan masyarakat dan dinamika
dan budaya politik orang Bugis, terutama internal Kerajaan Sawitto. Semua sumber
dinamika kesejarahan di wilayah Ajatappareng. tersebut menjadi rujukan dalam kajian ini.
Sementara Stephen C. Druce (2009), mengkaji
secara khusus lima kerajaan yang tergabung METODE
dalam Konfederasi Ajatappareng. Sumber Penggunaan metode dalam suatu
utama yang digunakan oleh Stephen ialah kajian ilmiah merupakan suatu keharusan.
manuskrip lokal (lontarak) dan tradisi lisan. Di dalam suatu penelitian pada hakekatnya
Ia menguraikan letak geografis masing-masing dapat menggunakan berbagai macam cara
kerajaan, baik menyangkut pemukiman pada atau metode.3 Penggunaan metode tersebut,
sekitar aliran sungai maupun dataran rendah tergantung dari jenis, persoalan, dan tujuan
yang menjadi lahan pertanian padi sawah pada kajian (Sumadi,1992:15). Sejarah sebagai
masing-masing kerajaan di wilayah tersebut. bagian dari ilmu-ilmu sosial yang mengkaji
Pendekatan geografi sangat membantu Stephen peristiwa yang terjadi pada masa lampau,
dalam menguraikan sistem politik dan terutama memiliki metode tersendiri yang disebut metode
sistem ekonomi tradisional kerajaan-kerajaan sejarah (historical method) yang meninjau
di wilayah Ajatappareng. suatu persoalan berdasarkan perspektif sejarah.
Selain itu, terdapat pula beberapa tulisan
tentang Sawitto dari aparat pemerintah kolonial 3
Sebenarnya metode mempunyai hubungan
Belanda, yaitu, Braam Morris yang menulis Nota erat dengan metodologi, namun dapat dibedakan antara
van Toelichting op het Contract, Gesloten met keduanya. Menurut Sartono Kartodirdjo, bahwa metode
dan metodologi adalah dua fase kegiatan yang berbe-
het Landschap Sawietto (Adjataparang) op den da untuk tugas yang sama. Metode adalah “bagaimana
30 STEN October 1890 dan Nota van Toelichting memperoleh pengetahuan” (how to know), sedangkan
bij de Korte Verklaring Geteeken en Beeedigd metodologi adalah “mengetahui bagaimana harus meng-
door den Adatoewang en de Hadatsleden van etahui” (to know how to know). Dalam kaitannya dengan
het Landschap Sawito op 27 STEN Mei 1908. ilmu sejarah, metode sejarah adalah “bagaimana menge-
tahui sejarah”, sedangkan metodologi adalah “mengeta-
Kedua artikel ini memberikan informasi tentang hui bagaimana mengetahui sejarah (Kartodirdjo,1992:ix;
kondisi geografis, penduduk, dan pemerintahan Sjamsuddin,2007: 14).

3
WALASUJI Volume 9, No. 1, Juni 2018: 1—21
Sehubungan dengan uraian itu, maka tradisi lisan, sebab pada umumnya masyarakat
kajian ini termasuk penelitian sejarah. Secara yang menyimpan tradisi lisan, selalu
tematik dapat dikategorikan sebagai sejarah menuangkan kenyataan sejarah dan landasan
lokal (Abdullah,1985:310), dengan fokus kultur kehidupan politik dan sosial mereka
perhatian pada perlawanan Kerajaan Suppa dalam bentuk cerita rakyat dan sejenisnya.
terhadap ekspedisi militer Belanda pada Hal ini dimaksudkan untuk menghindari sikap
1824. Metode penelitian yang dipergunakan memarjinalkan kenyataan historis yang tidak
adalah metode sejarah (Garraghan,1957:33; tertuang dalam naskah lontarak dan sumber
Gottschalk,1986:18). Pada intinya metode tertulis lainya, seperti dokumen dan manuskrip.
penelitian sejarah ini meliputi heuristik Dokumen dan keterangan yang
(pencarian dan pengumpulan sumber), kritik dikumpulkan tersebut, sebelum diinterpretasi
(analisa sumber), interpretasi (penafsiran), dan digunakan dalam penyusunan naskah,
dan historiografi (penulisan sejarah). Prosedur dikritik terlebih dahulu untuk memastikan
kerjanya dilakukan secara sistematis. otentitas dan validitasnya. Hal ini dimaksudkan
Maksudnya, kritik dilakukan setelah data untuk dapat memberikan keterangan dan
terkumpul, begitu pula interpretasi dilakukan ulasan yang bermanfaat dan objektif, sehingga
setelah melalui tahap penilaian atau kritik hasil yang diperoleh dapat dipercaya dan
sumber (Notosusanto,1978:18). dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Langkah
Prosedur penelitian mengikuti tahapan- selanjutnya, adalah melakukan penafsiran
tahapan kegiatan penelitian sejarah dan terhadap sumber yang telah dikritik atau lulus
menyajikan dengan berpedoman pada prinsip seleksi sebagai suatu fakta. Penafsiran ini
penulisan sejarah, yaitu secara kronologis. dilakukan dengan jalan merangkaikan berbagai
Langkah pertama yang dilakukan adalah fakta dan memberikan penjelasan terhadap
mencari dan mengumpulkan sumber, baik fakta-fakta itu secara maksimal dan objektif. Hal
berupa dokumen dan sumber-sumber sejarah ini dimaksudkan untuk dapat memberikan arti
lainnya yang tersimpan pada lembaga kearsipan, dan makna fakta itu dalam rangka penyusunan
maupun berupa naskah lontarak, surat kabar, naskah hasil penelitian.
majalah, hasil penelitian, dan sumber tertulis Tahapan terakhir dari seluruh rangkaian
lainnya pada lembaga perpustakaan dan penelitian ini adalah penulisan naskah hasil
sejumlah instansi pemerintah yang bergiat dalam penelitian (historiografi) dalam bentuk kisah
pendataan sejarah dan kebudayaan daerah. sejarah yang bersifat deskripsi analitis, tanpa
Sumber-sumber itu diperoleh di Arsip Nasional mengabaikan penggunaan bahasa yang baik
Republik Indonesia, Badan Perpustakaan dan dan benar. Sehubungan dengan itu, maka
Arsip Provinsi Sulawesi Selatan, Balai Kajian persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
Sejarah dan Nilai Tradisional Makassar, Balai latar belakang ekspedisi militer Belanda dan
Pelestarian Peninggalan Sejarah dan Purbakala dinamika perlawanan Kerajaan Suppa serta
Makassar. implikasi sosial yang menyertainya harus
Selain melakukan penelusuran sumber dijelaskan faktor-faktor penyebabnya. Berbeda
di Jakarta dan Makassar, juga dilakukan halnya dengan penulisan yang bersifat deskripsi
penelitian di kabupaten-kabupaten dalam narasi, yang hanya menampilkan gambaran
wilayah Ajatappareng di Provinsi Sulawesi kisah sejarah dalam urutan waktu (kronologis).
Selatan untuk mengumpulkan data-data sejarah Biasanya penulisan sejarah yang hanya bersifat
dan bahan dokumenter lainnya yang tersimpan deskripsi narasi, tidak dapat menjelaskan
pada instansi pemerintah kabupaten, lembaga hubungan sebab akibat dan konteks situasional
swasta, dan koleksi-koleksi pribadi. Di samping yang mengendap di balik fakta-fakta sejarah.
itu, dilakukan pula penelitian terhadap tradisi-

4
Perlawanan Sawitto terhadap Belanda... Muhammad Amir

PEMBAHASAN wang, Rangamea atau Jampu-e, Lolo-


Sekilas tentang Sawitto wang dan Langnga yang semuanya
disebut juga empat bate-bate (bendera).
Sawitto juga merupakan salah satu Selanjutnya Kabalangang, Lome, Kalu-
kerajaan di wilayah Ajatappareng yang terletak pong, Pangaparang, Kadokong, dan
di pesisir barat bagian utara jazirah selatan Galangkalang yang seluruhnya disebut
Sulawesi yang menghadap ke Selat Makassar. liliq basi atau enam lembang.
Kerajaan ini berbatasan dengan Binuang c. Liliq-no-rakkalana yang juga disebut
(Mandar), Batulappa, dan Kassa di sebelah liliq-e-ri-lalang: Cempa, Madalo, Paria,
utara; Rappang, Alitta, Maiwa, Enrekang, Talabangi, Urung, Malimpung, Padang-
dan Sidenreng di sebelah timur; Suppa, Alitta kalawa, Kaba, Punia, Peso, Sekang,
dan Mallusetasi di sebelah selatan; dan Selat Bulu, Bua, Salo, Tampio, Paleteang, dan
Makassar di sebelah barat. Luas kerajaan ini Lempangang.5
belum diperoleh informasi atau data yang tepat.
Namun berdasarkan penafsiran diperkirakan Sungai-sungai utama di wilayah
memiliki luas 200 paal (1 paal = 1.506 m) Sawitto adalah Sungai Jampu-e, Dolangang,
persegi (Morris, 1890:213-214).4 Kerajaan Sibo, Wakka, Salipolo, Langnga, Paria, Ruba-e,
Sawitto terdiri atas sejumlah wanua dan daerah Lemba-e, dan Binangakaraeng. Sungai-sungai
paliliq: ini merupakan cabang dari Sungai Saddang yang
bersumber di Pegunungan Sulawesi Tengah dan
a. Daerah Sawitto, yang mencakup ibukota Tanah Toraja. Sungai Saddang yang mengalir
Sawitto dan wanua atau kampung melewati Tanah Toraja, Masenrempulu, dan
Tanreasona, Paserang, Ulutedong, Sawitto yang bermuara di Selat Makassar,
Pacongang, Senga-e, Tallang, Patobong, La bukan hanya memiliki kedudukan penting
Palapo, Uncu-e, Lura-e, Lesetana, Palia-e, dalam pertanian karena menjadi sumber
Dolangange, Pao, Ruba-e, Sarempo, humus dan air bagi lahan persawahan di
Awang-Awang Purung, Kacampi, Soro-e, lembah-lembah sejumlah anak sungai ini,
Ulo, Barana, Ka-e, Kanari-e, Labalakang, melainkan juga sebagai jalur perhubungan dan
Ujungnge, Paladange, Salo Poko-e, Gucia, perdagangan bagi sejumlah wanua (daerah)
Libukang, Liku, Sulilia, Lalatieng, Bila, atau kampung di Sawitto. Demikian pula
Penrang, Lamani, Bonging, dan Totenana. Sungai Jampu-e, Paria, dan Binangakaraeng
b. Liliq-passeajengeng atau vassal dari yang mengalami pendangkalan di muaranya,
persahabatan atau kekerabatan: Tiro- namun dapat dilayari bagi perahu-perahu
4
Menurut D.F. van Braam Morris (1890:214), bah- pribumi kecil sampai jarak seperdua paal ke
wa Daerah Letta dahulu termasuk persekutuan Masen- hulu. Sementara sungai-sungai lain hanya
rempulu. Namun dalam perkembangannya ditaklukkan
5
oleh Bone atas kecerobohannya membunuh utusan Ker- Sementara sumber lontarak antara lain
ajaan Bone sehingga diserang pada tahun 1685. Sebagai menyebutkan bahwa Sawitto paliligna \ Tirowang \
wilayah taklukkan, Letta di tempatkan di bawah kekua- Malimpung \ Kabelangngeng \ Loloang \ Lengnga \
saan Bone kemudian diserahkan pengawasannya kepada Penrang \ Rangamea \ Urung \ Kadokkong \ Galangkalang
Sawitto. Letta kemudian melepaskan diri dan kini harus \ Pangamparang \ Malo \ Lanriseng \ Lerang \ bab
kembali seperti dahulu diaggap sebagai suatu kerajaan napanoqe rakalanna \ Kappa \ Punia \ Tanresona \ Buwa
merdeka. Daerah ini berpenduduk padat; penduduknya \ Bulu \ Sekkang \ Peso \ Soloq \ Paqgeroang \ Paria \
yang terutama hidup dari pertanian, juga bersifat kasar Nampio \ Madelloq \ Paleteang \ Talabangi \ Beulu \
dan mudah tersinggung. Perlu dikemukakan bahwa Raja wanuwa tengnga \ Lepangngeng tammat \ Rangamea
Letta atas inisiatif sendiri pergi ke Makassar dan bersama \ anaq banuawana \ Penrang \ Lalanting \ Madelloq
Laksamana Speelman membuat sebuah kontrak pada 26 tammat \ Lengnga \ anaq banuawana \ Makuring \
Agustus 1669. Setelah masa ini sebaliknya tidak ada lagi Patobong tammat \ Tiroang \ anaq banuawana \ Marawi
kesepakatan yang dibuat dengan daerah ini dan semuan- \ bab Kabelangeng \ anaq banuwana \ Palompe \ tammat
ya bersifat hubungan langsung. (Lotarak Akkarungeng Sawitto; Druce, 2009:256-257).

5
WALASUJI Volume 9, No. 1, Juni 2018: 1—21
dapat dilayari dengan sampan (perahu). Ketika kuda, kambing, dan domba.6 Penangkapan ikan
hujan turun di daerah hulu atau pegunungan, memegang peranan penting dan memberikan
sungai-sungai itu sangat mudah meluap. Muara sumber pendapatan yang berlimpah kepada
sungai-sungai itu ditumbuhi dengan mangruf penduduk pantai. Selain menggunakan jaring,
(kayu bangko) dan nipah. Pada umumnya di juga digunakan alat tangkap berupa jala
sekitar muara atau aliran sungai itu sangat padat yang dibawa dengan perahu kecil ke laut.
penduduknya. Juga di sekitar aliran sungai- Perikanan di sepanjang pantai dikelola dengan
sungai itu terbentang dataran rendah yang luas menempatkan bubuh dan sero. Secara rutin
dan sangat cocok bagi tanaman padi, jagung, setiap tahun beberapa ratus pikul ikan kering
dan berbagai jenis lainnya (Morris,1890:215; atau ikan asin diekspor ke kerajaan-kerajaan di
Anonim,1910:61). wilayah Masenrempulu.7
Keadaan ekologi yang demikian itu Puncak gunung utama yang hanya terletak
memungkinkan Sawitto menjadi kerajaan yang di sebelah utara Sawitto adalah Malimpung,
kaya akan tanah pertanian, baik untuk tanaman Paleteang dan Kabalangang. Menurut
padi dan jagung maupun untuk palawija dan penafsiran ketinggiannya adalah empat ribu
umbi-umbian. Pada Januari dan Februari, kaki. Pada umumnya gunung-gunung ini
penggarapan lahan (tanaman padi) dimulai ditutup dengan pepohonan ringan, tanaman
dan panen berlangsung pada Juli dan Agustus. belukar, dan alang-alang. Hutan lebat pada
Pada umumnya panen menguntungkan dan puncak lereng tidak banyak dijumpai. Produk
bukan hanya memadai untuk konsumsi sendiri,
6
tetapi setiap tahun masih ada beberapa ribu Menurut Braam Morris bahwa kerbau dikembang
biakkan dalam jumlah besar dan setiap tahun diangkut
pikul padi yang dibawa ke daerah Mandar ke Sidenreng dan Wajo. Juga kerbau liar di dalam hutan
dan Massenrempulu. Setelah panen padi, oleh dan pegunungan dijumpai. Di sana-sini peternakan
penduduk di dataran dan pegunungan juga milik keluarga raja dan bangsawan mencapai jumlah
banyak menanam jagung. Bahkan daerah ini 10 sampai 50 ekor kuda, tetapi yang berukuran sedang.
mengekspor komoditi jagung ribuan pikul per Ekspor kuda tidak terjadi. Kambing dan domba juga
banyak diternakkan, sedikit untuk ekspor dibandingkan
tahun. Selain bahan pangan (padi dan jagung), yang dipotong pada kesempatan pesta. Ayam dijumpai di
juga berbagai jenis ubi, kacang, dan langnga setiap daerah yang berpenduduk dan dijual dengan harga
(wijen) ditanam yang produksinya ratusan pikul sangat murah (Morris,1890:216-217).
7
per tahun dan yang hampir seluruhnya diekspor Selain itu, penduduk juga membuat kerajinan
(Morris,1890:216). yang terbatas pada penenunan sarung dan baju
Tanaman kelapa terdapat pada semua tradisional. Menganyam keranjang dan tikar kasar dari
daun pandan dan lontar. Juga pembuatan keris, badik,
wanua atau kampung dan buah kelapa banyak tombak, dan peralatan pertanian tradisional dari besi
yang diekspor. Aren, pinang, dan pohon kemiri lainnya. Pembuatan sampan dan perahu-perahu kecil
juga banyak ditanam di Sawitto. Bahkan pinang lain. Dari daun kual dan rumbiya (sejenis kelapa) karung
dan kemiri diekspor dalam jumlah besar setiap beras dan kopi serta tikar kajang dibuat dan beberapa
ribu kodi diekspor setiap tahun. Dari getah yang
tahun. Bambu dijumpai di berbagai kampung.
diperoleh tunas bunga daun aren, gula coklat dibuat yang
Demikian pula tanaman kapuk ditemukan banyak diperdagangkan di pasar. Beberapa pandai emas
hampir di semua kampung, tetapi dalam jumlah dijumpai di sini, tetapi keterampilan mereka masih perlu
kecil. Nila hanya ditanam untuk membuat kain dibenahi. Pertukangan besi dikerjakan oleh sejumlah
dan mengecat warna biru pada baju. Begitu juga orang, sementara setiap tukang kayu yang memadai bisa
membantu dalam membangun rumah-rumah penduduk
kasumba untuk memberikan warna coklat muda.
yang sangat primitif. Suatu usaha pertukangan kayu
Selanjutnya pisang, mangga, pepaya, nangka, khusus tidak ditekuni. Juga orang menjumpai pembuat
jeruk, nanas, dan tebu juga dibudidayakan di tembikar, yang sangat bagus buatan pot, gumbang,
Sawitto. Peternakan terdiri atas ayam, kerbau, dan kendinya. Tetapi pembuatan tembikar ini sangat
murah. Juga jala dan peralatan menangkap ikan lainnya
dikerjakan oleh penduduk (Morris,1890:218).

6
Perlawanan Sawitto terhadap Belanda... Muhammad Amir

hutan hanya terdiri atas kayu yang cocok bagi Latar Belakang Perlawanan
pembangunan rumah pribumi dan pembuatan Pemerintah Hindia Belanda semakin
perahu tradisional, seperti juga dari jenis bambu menaruh perhatian atas pulau-pulau yang berada
dan rotan yang berkualitas rendah. Sementara di luar Pulau Jawa dan Madura menjelang abad
itu, angin timur dan tenggara biasanya mulai ke-20. Perhatian itu tidak saja semata-mata
berhembus pada Juni sampai akhir November. berlandaskan pada kepentingan ekonomi, tetapi
Pada masa perubahan musim hujan deras juga dilandaskan pada kepentingan politik.
banyak turun, tetapi kebanyakan pada peralihan Pemerintah Hindia Belanda merasa perlu untuk
dari musim kemarau ke musim hujan. Kondisi lebih dalam menanamkan kekuasaannya di
alam dan hasil produksi penduduk tentu sangat daerah-daerah di luar Pulau Jawa, karena ada
berpengaruh pada perdagangan di Sawitto. kekhawatiran bahwa daerah-daerah itu kelak
Jaringan perdagangannya meliputi Makassar, akan melakukan hubungan dengan kekuasaan
Speermunde, dan Mandar melalui perahu- asing lainnya.9 Jika hal itu terjadi, maka dapat
perahu pribumi, dan dengan Masenrempulu dipastikan bahwa Belanda akan menemukan
dengan kuda-kuda pikul.8 kesulitan untuk membangun satu kesatuan
politik di wilayah kolonialnya. Sehubungan
dengan itu, pemerintah Belanda menginginkan
agar terlebih dahulu melakukan penguasaan
8
Komoditi impor utama adalah kain Eropa, politik atas daerah-daerah yang berada di
bahan-bahan kain, baju, barang-barang besi, tanah luar Jawa. Untuk maksud itu, pemerintah
dan tembaga, peralatan rumah tangga, candu, gambir, Belanda harus melakukan satu tindakan militer,
minyak, dan garam. Komoditi ekspor terdiri atas padi,
utamanya terhadap kerajaan-kerajaan yang
jagung, langnga, kelapa, kemiri, buah pinang, karung
beras dan karung kopi, tikar kajang, ikan kering dan selama ini dianggap berbahaya. Karena itu,
ikan asin serta gula merah. Setiap tahun kota-kota tanpa penguasaan pada bidang politik, adalah
Pantai Jampu-e, Langnga, Sadapolong, Paria, dan satu hal yang mustahil untuk dapat menguasai
Binangakaraeng dikunjungi sekitar 80 perahu dagang bidang ekonomi.10
dari Makassar, Speermunde, dan Mandar. Dalam
wilayah Massenrempulu, banyak padi, ikan, garam,
Perluasaan pengaruh dan wilayah
dan kain dipasarkan yang diangkut melalui sarana kuda kekuasaan pemerintah Belanda melalui
pikul dari Sawitto. Cukai ekspor hanya dipungut dari tindakan militer untuk menaklukkan kerajaan-
padi, sapiri, langnga sebesar f ½ dan dari jagung f ¼ per 9
Akibat Revolusi Industri yang dimulai di
pikul, sementara dari setiap kuda yang dibebani dengan Inggris, bangsa Barat mulai memperluas wilayah
muatan dibayarkan f ¼ sebagai cukai. Pasar selama 7 pengaruhnya. Meskipun pada awalnya bangsa-bangsa
hari diadakan di Lapalapo, Bulu, Paleteang, Lesetana, Barat itu melakukan dasar tidak campur tangan atas
Ka-e, Amasangang, Paria, Langnga dan Jampu-e. daerah-daerah yang berada di luar kekuasaannya,
Jumlah perahu yang ada di Sawitto ditafsirkan sebanyak namun hal itu kemudian tampaknya mulai berubah
60 perahu dagang dan 80 perahu nelayan. Sebagai mata ketika dipandang perlu untuk menanamkan kekuasaan
uang, orang menggunakan jenis logam seperti ringgit, yang lebih dalam pada bidang politik untuk menguasai
gulden, ½ gulden, dan ¼ gulden. Dubbeltjes dan sen ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari Dasar Tidak
tidak disukai. Uang ayam yang di sini disebut doi Campur Tangan Inggris di Malaysia kemudian berubah
manu atau doi nipi, merupakan alat pembayaran umum ketika kepentingan ekonomi dipandang mendesak
yang menurut kursnya dinaikkan antara 960 sampai (Poelinggomang,2005:13 dan 21).
1050 keping per ringgit. Orang memperhitungkan dan 10
Ada tiga alasan utama mengapa pemerin-
mengukur dengan vadem (rappa), lere = 1 ½ elo, siku, tah Hindia Belanda memutuskan untuk memperluas
lama (rentang tangan). Sebagai ukuran bobot di kota- wilayah kekuasaannya: (1) menciptakan keamanan un-
kota pantai hanya digunakan jating (dengan kapasitas tuk menarik pemodal asing menanamkan modalnya di
berbeda-beda), sementara sebagai ukuran isi di kota daerah ini, (2) menguasai daerah-daerah yang dari segi
pantai dan pasar-pasar pedalaman digunakan kadaro ekonomi berpotensial untuk maju, dan (3) mencegah
(tempurung kelapa yang keras). Untuk barang basah, adanya pengaruh luar yang ingin menanamkan kekua-
sebagai ukuran digunakan botol, cangkir kecil dan saannya di daerah ini (Pelinggomang, 2005:14).
banyak tabung bambu (Morris,1890: 216 dan 219).

7
WALASUJI Volume 9, No. 1, Juni 2018: 1—21
kerajaan yang berdaulat itu dikenal dengan di antaranya yang sering menimbulkan konflik
“politik pasifikasi” (pacificatie politiek). adalah kerajaan-kerajaan sekutu yang sering
Secara harafiah, politik pasifikasi berarti juga disebut bondgenootschappelijke landen.
politik perdamaian. Namun demikian, di Berdasarkan Perjanjian Bungaya (1667),
balik kebijakan itu ternyata adalah bagaimana kerajaan sekutu dinyatakan berkedudukan
menguasai secara langsung seluruh wilayah sebagai kerajaan yang merdeka dan berdaulat,
Hindia Belanda yang telah dipandang secara tetapi harus menempatkan penguasa Belanda
de jure berada dalam kekuasaan pemerintah sebagai “pelindung dan perantara”. Hal inilah
Belanda, tetapi secara de facto sejumlah kerajaan yang sering menimbulkan konflik antara
masih dinyatakan merdeka dan berdaulat. penguasa lokal dengan pemerintah Belanda.
Itulah sebabnya pelaksanaan politik pasifikasi Bagi penguasa lokal, pernyataan kerajaan
itu diikuti dengan tindakan pengiriman pasukan yang merdeka dan berdaulat menunjukkan
ekspedisi militer untuk menaklukkan kerajaan- pengakuan dari pihak pemerintah Belanda
kerajaan yang masih merdeka dan berdaulat terhadap kedudukan kerajaan-kerajaan dalam
yang dalam konsep pemerintahan kolonial derajat kesetaraan status. Sementara pengakuan
diberi status kerajaan sekutu (Poelinggomang, atas kedudukan pemerintah Belanda sebagai
2005:14). pelindung dan perantara itu menempatkan
Kebijakan tersebut berpengaruh pula dirinya sebagai protektorat terhadap kerajaan-
terhadap kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan kerajaan sekutu. Itulah sebabnya campur tangan
yang berada di bawah kekuasaan pemerintah pihak pemerintah Belanda dalam hubungan
Hindia Belanda dengan sebutan “Pemerintahan antar kerajaan, pemilihan dan pengangkatan
Sulawesi dan Daerah Bawahannya” (Gouver- penguasa baru, sering dipandang sebagai usaha
nement Celebes en Onderhoorigheden). Dalam untuk menganeksasi sehingga menimbulkan
kenyataannya, wilayah ini belum sepenuhnya konflik antara kedua belah pihak.12
dikuasai oleh Belanda. Hubungan politik Kenyataan itulah yang menyebabkan
dengan kerajaan-kerajaan di wilayah ini masih pemerintah Hindia Belanda di Makassar pada
dapat dipilah dalam tiga kategori.11 Salah satu 1900, mulai menyebarkan informasi kepada
11
kerajaan-kerajaan sekutu bahwa kebijakan
Ketegori pertama adalah negeri-negeri yang
dikuasai dan diperintah secara langsung yang disebut
“wilayah pemerintahan” (gouvernement landen). Pada “kerajaan sekutu” (bondgenootschappelijke landen), tetapi
dasarnya negeri-negeri ini diduduki pada waktu Perang dalam proses perkembangannya melakukan perlawanan
Makassar (1666-1669) dan diperintah secara langsung. sehingga diduduki dan dikuasai. Namun karena
Negeri-negeri yang masuk kategori ini adalah Distrik kekurangan tenaga sehingga pelaksanaan pemerintahan
Makassar (District van Makassar), Distrik-distrik Bagian tetap diembankan kepada pemerintah lokal. Kerajaan-
Utara (Noorder Districten) yang meliputi daerah Maros kerajaan yang tergolong kategori ini antara lain Kerajaan
dan Pangkajene, Distrik-distrik Bagian Selatan (Zuider Wajo, Tallo, Parepare, Tanete, dan Bone. Kategori ketiga
Districten) yang meliputi Bantaeng, Bulukumba, dan adalah kerajaan-kerajaan sekutu (bondgenootschappelijke
Selayar. Pelaksanaan pemerintah di wilayah ini diemban landen).
12
sepenuhnya oleh pejabat pemerintahan yang berkebangsaan Kerajaan-kerajaan yang tetap berstatus sebagai
Belanda (Sumber Arsip,1973:263). Kategori kedua adalah kerajaan sekutu hingga awal abad ke-20, antara lain
wilayah kekuasaan yang tidak diperintah secara langsung. Gowa, Soppeng, Luwu, Barru, Konfederasi Ajatappareng
Pelaksanaan pemerintahan dipinjamkan kepada penguasa (Sidenreng, Sawitto, Suppa, Rappeng, dan Alitta)
lokal yang menyelenggarakan pemerintahan atas nama Konfederasi Massenrempulu (Maluwa, Alla, Batulappa,
pemerintah Hindia Belanda. Oleh karena itu disebut Buntubatu, Enrekang, Kassa, dan Maiwa), Konfederasi
“kerajaan pinjaman” (leen vorstendom). Dalam hubungan Mandar (Balanipa, Sendana, Majene, Pamboang,
ini penguasa lokal tetap melaksanakan pemerintahan Tappalang, Mamuju, dan Persekutuan Pitu Ulunna Salu),
secara tradisional. Kerajaan-kerajaan yang masuk kategori Konfederasi Mallusettasi (Soreang, Bacokiki, Bojo,
ini berubah setelah Perang Makassar. Sebab, kerajaan- Nepo, dan Palanro), Sanrobone, Buton, dan kerajaan
kerajaan yang dijadikan kerajaan pinjaman adalah kerajaan- lainnya yang tidak tergolong dalam wilayah kekuasaan
kerajaan yang setelah perang masih dikategorikan sebagai langsung dan kerajaan pinjaman.

8
Perlawanan Sawitto terhadap Belanda... Muhammad Amir

“pelabuhan bebas” akan dihapuskan,13 dan Sehubungan dengan itu, Gubernur


kepada mereka akan dibebankan uang ganti Sulawesi, C.A. Kroesen, memberikan
rugi atas pungutan pajak impor-ekspor, cukai, pertimbangan kepada pemerintah pusat di
pajak pelabuhan, pajak jangkar, dan ketentuan- Batavia (surat tertanggal 11 Februari 1904) untuk
ketentuan lain yang menyangkut pelayaran melakukan tindakan militer terhadap kerajaan-
dan perdagangan. Ganti rugi itu pada dasarnya kerajaan yang menentang kebijakan pelabuhan
merupakan langkah politik untuk menegaskan wajib pajak.15 Itulah sebabnya ketika Joannes
bahwa wilayah kerajaan-kerajaan di daerah Benedictus van Heutsz tampil menggantikan
ini berada di bawah kekuasaan pemerintah Willem Roosenboom (1899-1904) sebagai
Belanda. Tentu saja kerajaan-kerajaan itu Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 1
menolak kebijakan tersebut karena akan Oktober 1904, ia mulai mencanangkan suatu
melenyapkan sumber pendapatan dan wilayah kebijakan untuk menguasai secara langsung
kekuasaan mereka. Sikap kerajaan-kerajaan seluruh wilayah Hindia Belanda. Van Heutsz
itulah yang antara lain menyebabkan kebijakan memberikan label kebijakannya itu yang
pelabuhan wajib pajak di Makassar tertunda secara halus disebut sebagai politik perdamaian
pelaksanaannya.14 (pacificatie politiek). Sesungguhnya kebijakan
ini dirancang untuk menguasai sepenuhnya atas
13
Makassar dinyatakan sebagai pelabuhan wilayah Hindia Belanda, termasuk Sulawesi
bebas mulai 1 Januari 1847 dan berubah menjadi
pelabuhan wajib pajak mulai pada 1 Agustus 1906.
Selatan.
Patut dikemukakan bahwa ketika pemerintah Hindia Pemerintah Hindia Belanda segera
Belanda ingin membatalkan kedudukan Makassar mengalihkan perhatiannya ke Sulawesi Selatan
sebagai pelabuhan bebas pada 1872, banyak pihak untuk menyelesaikan segala hambatan yang
beranggapan bahwa kebijakan itu pasti merugikan dihadapinya, termasuk dalam merealisasikan
kedudukan ekonomi pemerintah karena pelaut dan
pedagang dari Sulawesi Selatan yang ketika itu dipandang
kebijakan wajib pajak. Menteri Koloni
memainkan peranan penting dalam dunia perdagangan memberikan saran bahwa apabila perundingan
maritim akan mengalihkan kegiatan mereka ke bandar dengan kerajaan-kerajaan berdaulat tentang
niaga asing, khususnya Singapura, Penang, dan bandar- jumlah ganti rugi tidak terselesaikan, ia tidak
bandar di Semenanjung Melayu. Peran penting mereka melihat “motif untuk menyudahi perundingan
itu berkaitan dengan penguasaan perdagangan produksi
laut yang sangat dibutuhkan oleh pedagang Eropa untuk penyelesaian berbagai kesulitan yang dihadapi
menjalin perdagangan mereka dengan Cina, penghasil dengan mereka” (Sumber Arsip Financien No.
produksi teh yang sangat laris di Eropa (Poelinggomang, 706). Mengikuti pernyataan Menteri Koloni
2002:90). tersebut, Gubernur Jenderal Joannes B. Van
14
Salah satu kerajaan yang menentang kebijakan Heutzs (1904-1909), dalam suratnya kepada
itu, ialah Bone. Kendati pun Gubernur Sulawesi sendiri
yang menginformasikan rencana tersebut dengan Ketiga, diperkirakan pendapatan dari kerajaan-kerajaan
berkunjung langsung ke kerajaan itu. Kemudian masih bumiputera tidak dapat dipenuhi. Keempat, kerajaan-
dijelaskan lagi oleh residen yang ditempatkan di Bone kerajaan bumiputera dapat mengembangkan bandar niaga
(Surat Gubernur tertanggal 19 Maret 1900). Sebab- mereka untuk bersaing dengan bandar niaga pemerintah
sebab lain tertundanya pelaksanaan kebijakan wajib sehingga muncul perdagangan gelap. Kelima, kerajaan-
pajak di Makassar; Pertama, menurut hasil penelitian kerajaan bumiputera dapat meningkatkan hubungan
Vermeulen (1896) dan laporan Gubernur Sulawesi, Gerrit politik dan ekonomi dengan negara asing sehingga
W.W.C. Baron Koevell (1898-1903) pada 1900, bahwa mengancam kedudukan politik dan ekonomi pemerintah
penduduk Sulawesi Selatan memegang peran penting (Poelinggomang, 2002:90-91).
dalam kegiatan niaga di wilayah Kepulauan Hindia 15
Kroesen menyarankan untuk melakukan tin-
Belanda bagian timur. Kedua laporan ini menyebabkan
dakan militer, serupa dengan yang dilakukan di Aceh.
pemerintahan meragukan keterangan bahwa kebijakan
Tindakan militer itu terutama terhadap Bone dan Luwu,
pelabuhan wajib pajak hanya akan mengurangi volume
karena kedua kerajaan ini memiliki pengaruh kuat di Su-
perdagangan di Makassar sebesar 22 persen. Kedua,
lawesi Selatan dan gigih menentang kebijakan ganti rugi
kerajaan-kerajaan bumiputera dapat memblokade
pemungutan pajak (Kroesen, 1906:11; Harvey,1989:46).
pelayaran penduduk ke bandar niaga pemerintah.

9
WALASUJI Volume 9, No. 1, Juni 2018: 1—21
Direktur Departemen Keuangan (tertanggal menguasai secara langsung seluruh Sulawesi
25 Januari 1905), menyatakan bahwa sesuai Selatan. Lebih lanjut Van Heutzs menyatakan
dengan keinginan Menteri Koloni, maka bahwa tindakan militer yang pertama harus
secepat mungkin dilakukan kontrak dengan dilakukan terhadap Bone karena dianggap
penguasa kerajaan-kerajaan berdaulat di sebagai “kerajaan yang paling kuat dan yang
wilayah Sulawesi Selatan untuk mengambil paling berbahaya” (Harvey,1989:48). Gubernur
alih hak pajak perdagangan, dan semua yang C.A. Kroesen setuju tindakan militer yang
berkaitan dengan masalah tersebut, serta segera pertama dilakukan terhadap Bone. Karena
mempersiapkan agar pelaksanaan pemungutan selain kerajaan paling kuat dan berbahaya, juga
pajak perdagangan dapat dilaksanakan pada 1 karena “sikapnya yang kurang ajar”.16
Januari 1906. Direktur Departemen Keuangan, Kenyataan itu mendorong Van Heutsz
dalam pertimbangan dan sarannya, menyatakan untuk segera melaksanakan kebijakan
bahwa demi menjamin kepentingan (pacificatie politiek) dengan tindakan militer
perdagangan maka kerajaan-kerajaan berdaulat di Sulawesi Selatan. Dalam suratnya kepada
di daerah ini harus bersedia mengakui hak Gubernur Sulawesi C.A. Kroesen tertanggal
pemerintah Belanda untuk memungut pajak 14 Juli 1905, tampak jelas keinginan dari
perdagangan di wilayah kekuasaan mereka pemerintah Hindia Belanda untuk melakukan
(Poelinggomang,2002:92). tindakan penaklukan dan menguasai secara
Kegagalan perundingan yang mereka langsung seluruh Sulawesi Selatan. Pada
alami, mendorong Gubernur Jenderal Van intinya, surat itu berisi perintah kepada gubernur
Heutzs mencanangkan politik pasifikasi dengan untuk memaksa semua penguasa atau raja-raja
langkah-langkah militer. Untuk mewujudkan di daerah ini agar menyerahkan kekuasaan
kebijakan itu, dipersiapkanlah suatu pasukan pemerintahannya, yaitu tunduk, patuh, dan taat
ekspedisi militer, guna menaklukkan dan sepenuhnya kepada pemerintah Belanda dengan
memaksa kerajaan-kerajaan yang menolak menandatangani korte verklaring (pernyataan
memenuhi tuntutan yang diajukan oleh pendek) dalam waktu yang singkat.17 Rumusan
pemerintah Belanda. Gubernur Sulawesi C.A. korte verklaring tersebut, dipengaruhi oleh
Kroesen mengajukan kepada Van Heutzs
16
pada April 1905, agar dilakukan tindakan Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa Bone
sesungguhnya berstatus sebagai kerajaan pinjaman, na-
penaklukan terhadap sejumlah kerajaan di
mun menolak tuntutan yang diajukan oleh pemerintah
Sulawesi Selatan. Sebab, mereka dianggap Belanda untuk menguasai Pelabuhan BajoE dan Pallime.
gagal memenuhi kewajiban menurut perjanjian Menurut Kroesen bahwa demi menegakkan dan memper-
atau dianggap telah melanggar perjanjian tahankan kewibawaan pemerintah Hindia Belanda, dan
yang sudah ditanda-tangani, termasuk Sawitto untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang diperlu-
kan dalam hubungan dengan para penguasa bumiputra,
suatu kerajaan di Ajatappareng yang bangkit serta persetujuan terhadap tuntutan-tuntutan yang diaju-
menentang kekuasaan pemerintah Hindia kan oleh pemerintah Hindia Belanda harus dipaksakan,
Belanda (Kroesen,1906:11; Harvey,1989:47). kalau perlu dengan kekerasan (Kroesen,1906:10).
Menanggapi usulan itu, Gubernur 17
Korte Verklaring terdiri dari tiga pasal, yak-
Jenderal Van Heutzs dalam pertimbangan dan ni pasal satu memuat pernyataan menyerahan wilayah
sarannya, menyatakan bahwa ia tidak yakin kekuasaan kepada pemerintah Hindia Belanda dan men-
yatakan kesetiaan dan ketaatan kepada pemerintah Be-
pelanggaran yang dilakukan itu dapat dijadikan landa dan perwakilannya di Hindia Belanda. Pasal dua,
alasan untuk menaklukkan, tanpa peringatan memuat janji untuk tidak melakukan hubungan dengan
terlebih dahulu. Oleh karena itu, Van Heutzs kerajaan asing, musuh pemerintah juga menjadi musuhn-
memperingatkan bahwa harus bersikap hati-hati ya dan sahabat pemerintah menjadi sahabatnya. Pasal
agar tidak memancing timbulnya perlawanan tiga, mengakui dan menjalankan semua perintah dan
peraturan yang dibuat oleh pemerintah (Somer,1934; Po-
atau menghindari kesan bahwa pemerintah elinggomang,2004:46).
Belanda hanya mencari-cari alasan untuk

10
Perlawanan Sawitto terhadap Belanda... Muhammad Amir

perubahan kebijakan politik berdasarkan dengan Zuid Celebes Expeditie 1905 (Ekspedisi
Pidato Tahta (Troom Rede) Ratu Belanda pada Militer Sulawesi Selatan 1905) itu, mendapat
1901. Hal inilah yang menjadi landasan Politik perlawanan dari kerajaan-kerajaan di Sulawesi
Etis di Hindia Belanda sekaligus pernyataan Selatan, termasuk Sawitto.
diplomatis untuk membenarkan penguasaan
terhadap kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan Dinamika Perlawanan Sawitto
(Poelinggomang,2002:92; Harvey,1989:46). Dalam mewujudkan kebijakan perluasan
Berkaitan dengan hal tersebut tidak wilayah kekuasaan, pemerintah Hindia
berlebihan jika Dirk Fock, yang kemudian Belanda mempersiapkan pasukan militer untuk
menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda melakukan penyerangan terhadap kerajaan-
(1921-1926), menyatakan bahwa ekspedisi kerajaan yang tidak bersedia memenuhi
militer tersebut dilakukan karena para raja atau tuntutan yang diajukan, yaitu menandatangani
penguasa dari kerajaan-kerajaan di Sulawesi pernyataan pendek (korte verklaring). Salah
Selatan tidak mentaati perjanjian dan bersikap satu kerajaan di Sulawesi Selatan yang
tidak adil terhadap rakyatnya, dan sejumlah menolak korte verklaring adalah Sawitto. Oleh
kerajaan ditambahkan tuduhan sebagai tempat karena Addatuang Sawitto La Tamma,18 bukan
pelarian para pencuri dan dedengkot penadah hanya menolak tuntutan yang diajukan oleh
barang curian (Kol,1911:300). Sementara pemerintah, tetapi juga tidak bersedia menjalin
menurut Cramer, pemerintah Belanda kerjasama dengan pemerintah Belanda. Hal ini
berkewajiban melakukan tindakan bersenjata bermula ketika terjadi peristiwa di Jampue pada
karena bertanggung jawab atas kepulauannya awal 1905, yaitu perselisihan antara I Kasong
(Kol,1911:301). Pernyataan-pernyataan itu Karaeng Allu19 dengan Daeng Mogontang.20
seakan-akan membenarkan tindakan militer Sesungguhnya perselisihan itu dilatari oleh
yang dilancarkan pemerintah Belanda sebagai persaingan dalam mengontrol perdagang
tugas suci untuk mengadakan perbaikan, di Pelabuhan Jampue. Meskipun mendapat
memajukan, dan memaslahatkan penduduk
bumiputra seperti rumusan Politik Etis Kabinet 18
Setelah Addatuang Sawitto, Palawagau Arung
A. Kuiper pada 1901 (Poelinggomang,2002:93). Pattojo wafat pada 5 September 1902, terjadi konflik
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa internal di kalangan istana dalam suksesi kepemimpinan
kebijakan politik pasifikasi hanyalah sebuah atau penentuan pengganti Addatuang Sawitto. Namun
atas bantuan Residen J.A.G. Brugman yang dikirim ke
kedok. Hal ini tampak dari tuntutan yang Sawitto, dewan hadat Sawitto berhasil memilih putra
diajukan kepada penguasa kerajaan-kerajaan sulung almarhum Arung Pattojo yang bernama La
di Sulawesi Selatan. Misalnya, mereka Tamma menjadi Addatuang Sawitto pada 10 Desember
dituntut untuk menandatangani penyerahan 1902. Pada hari yang sama Addatuang La Tamma
menandatangani perjanjian (akta van verband) yang
wilayahnya kepada pemerintah Belanda,
kemudian disetujui dan disahkan oleh pemerintah Hindia
menyetujui ganti rugi penarikan pajak ekspor Belanda pada 2 Juli 1903 (Anonim,1910:75).
dan impor, serta mengakui hak pemerintah 19
I Kasong Karaeng Allu adalah putra Tomailalang
Belanda untuk menguasai pelabuhan kerajaan Towa Kerajaan Gowa dan sepupu satu kali dengan
dan menempatkan polisi di pelabuhan itu Raja Gowa I Makkulau Karaeng Lembangparang. Ia
(Kielstra,1910:357). Karena tuntutan itu mengawini putri Arung Jampue (La Pamasangi), salah
seorang anggota dewan hadat Sawitto yang sangat
ditolak sehingga pemerintah Belanda segera
berpengaruh (Anonim,1910:77)
memerintahkan persiapan pemberangkatan 20
Daeng Magontang adalah bangsawan asal
pasukan pendudukan atau ekspedisi militer Sawitto yang menjadi pimpinan perompak dan sering
untuk menaklukkan kerajaan yang tidak ke daerah Toraja melakukan penangkapan orang untuk
bersedia memenuhi tuntutan yang diajukan. dijual sebagai budak. Ia menempatkan basis perompakan
Ekspedi militer Belanda yang kemudian dikenal dan perdagangan budak di Pelabuhan Jampue dan
Minanga Karaeng (Anonim,1910:78).

11
WALASUJI Volume 9, No. 1, Juni 2018: 1—21
dukungan dan bantuan dari Sawitto, Suppa, Belanda untuk menguasai Pelabuhan Jampue
dan Alitta, tetapi Karaeng Allu tidak berhasil dan keterlibatan Sawitto dan Gowa dalam
menumpas perompakan dan menghentikan peristiwa di Jampue dijadikan alasan untuk
perdagangan budak yang dilakukan Daeng menaklukkan kedua kerajaan tersebut.
Magontang di Jampue (Anonim,1910:77) Campur tangan pemerintah Hindia
Kegagalan tersebut mendorong Karaeng Belanda dalam persoalan di Jampue, memicu
Allu meminta bantuan secara langsung terjadinya konflik dengan kerajaan-kerajaan
kepada Raja Gowa I Makkulau Karaeng di wilayah Ajatappareng, terutama Sawitto,
Lembangparang, tanpa persetujuan dari Suppa, Alitta. Terlebih setelah ketiga
pemerintah Hindia Belanda. Atas permintaan kerajaan itu memutuskan secara sepihak
itu, raja Gowa mengirimkan bantuan pasukan dan mengembalikan kontrak politik kepada
sebanyak 400 orang dan 100 di antaranya pemerintah Belanda pada l8 Mei 1905.
bersenjatakan senapan. Pasukan bantuan ini Tindakan serupa juga dilakukan oleh Maiwa,
di bawah pimpinan Karaeng Bontonompo dan salah satu kerajaan yang tergabung dalam
kedua putra raja Gowa, yaitu La Panguriseng persekutuan Massenrempulu. Oleh karena itu,
Arung Alitta dan La Mappanyukki Daru kerajaan-kerajaan tersebut sudah tidak lagi
Suppa. Mereka berangkat melalui laut dengan terikat perjanjian dengan pemerintah Belanda,
menggunakan perahu pada 21 Februari 1905 yang sebelumnya mereka dianggap sebagai
dan tiba di Jampue dua hari berikutnya. Karena sekutu. Namun tindakan itu menjadi salah satu
itu, pemerintah Belanda segera mengirimkan alasan bagi pemerintah Belanda melakukan
pasukan bersenjata sebanyak 45 orang tentara tindakan militer untuk menaklukkan Sawitto
di bawah pimpinan Residen Brugman untuk dan kerajaan lainnya di Ajatappareng. Itulah
mencegah terjadinya pertempuran di Jampue. sebabnya pemerintahan Hindia Belanda
Pasukan Belanda berhasil menyita lima perahu mengirimkan pasukan ekspedisi militernya ke
dan menangkap 150 pasukan Gowa bersama Sawitto dengan sasaran pendaratan di Pantai
tiga orang pimpinannya. Mereka segera Jumpue pada 1905 (Anonim,1910:78; Arfah,
dikembalikan ke Makassar dan sebagai tebusan dkk.1996:119).
pemerintah Belanda meminta uang pembebasan Kehadiran pasukan Belanda di Pantai
sebanyak 10.800 gulden (Anonim,1910:78; Jampue itu, memicu semangat perlawanan
Arfah,1993:84). Sawitto secara terbuka. Laskar Sawitto,
Jika dicermati lebih jauh tentang peristiwa Alitta, Suppa, dan Arung Jampue senantiasa
di Jampue dan perkembangan selanjutnya, mempersiapkan diri dalam menyambut atau
maka tampak bahwa pemerintah Belanda memberikan perlawanan terhadap serangan
berusaha “memancing di air yang keruh”, yang dilancarkan oleh pasukan Belanda. Sejak
sebab peristiwa itu dijadikan sebagai salah satu itu, konflik atau permusuhan antara rakyat
alasan untuk melancarakan serangan terhadap Sawitto yang dipimpin oleh Addatuang La
Sawitto dan Gowa. Demikian pula terhadap Tamma bersama kelompok aristokrat lainnya
pemberantasan perompak, perdagangan gelap, dengan pemerintah Belanda semakin meningkat.
dan perdagangan budak, tampaknya hanya Itulah sebabnya La Tamma memanggil pulang
kedok belaka, sebab pemerintah Belanda putranya, yaitu La Sinrang untuk memimpin
seharusnya tidak mencegah pasukan Gowa perlawanan terhadap Belanda. La Sinrang
yang hendak membantu Karaeng Allu dalam kemudian diangkat menjadi Panglima
menumpas aktivitas Daeng Magontang di Perang Kerajaan Sawitto. Berkat keberanian
Jampue. Oleh karena itu, dapat dikatakan dan kepemimpinannya dalam perlawanan
bahwa persoalan perompakan dan perdagangan menentang kekuasaan pemerintah Belanda,
budak hanya merupakan alasan bagi pemerintah ia kemudian mendapat gelar dari masyarakat

12
Perlawanan Sawitto terhadap Belanda... Muhammad Amir

dengan Bakka Lolona Sawitto atau Petta Lolo bersedia menandatangani pernyataan pendek
La Sinrang” (Side,1992:63; Ibrahim,1996:53). yang diajukan tersebut, maka akan ditaklukkan
Sejak La Sinrang diangkat menjadi melalui tindakan militer. Namun ancaman
panglima perang, ia segera memerintahkan dari pasukan Belanda itu, tidak menyurutkan
kepada anak buahnya yang terdiri dari ribuan semangat perlawanan laskar Sawitto. Bahkan
laskar rakyat, untuk memperkuat pertahanan tawaran itu mendapat penolakan mutlak,
di pesisir Pantai Jumpue. Pertahanan itu sehingga pasukan Belanda dikerahkan untuk
dimaksudkan untuk membendung serangan melakukan menyerangan terhadap kubu
pasukan Belanda yang melakukan pendaratan. pertahanan laskar Sawitto (Arsip Kolonial
Dalam waktu singkat, ribuan laskar rakyat dari Verslag,1905; Anonim,1910:79; Arfah, dkk.
Sawitto, Suppa, Alitta, dan sekitarnya yang 1996: 102).
dilengkapi dengan persenjataaan tradisional Meskipun laskar Sawitto memberikan
berupa badik, tombak, kanjai, keris, golok, perlawanan atas serangan itu, namun pasukan
bambu runcing, dan senapan “rilocco” (sejenis Belanda berhasil menerobos pertahanan
bedil) sudah siap menunggu pendaratan musuhnya di pesisir Pantai Jumpue. Oleh karena
pasukan Belanda. Selain itu, La Sinrang juga itu, laskar Sawitto mundur secara teratur untuk
membentuk pasukan khusus yang kemudian melanjutkan perjuangan dan mengatur strategi
dikenal dengan nama “passiuno”, yaitu pasukan perlawanan dengan sistem perang gerilya, yaitu
berani mati yang tak kenal mundur atau menyerang musuh di saat lengah dan mundur
menyerah (Ibrahim,1996:51; Side,1992:71). di saat musuh menyerang. Dengan mundurnya
Untuk memperkuat kubu pertahanan laskar Sawitto, pasukan Belanda berhasil
laskar Sawitto, La Sinrang membentuk pula menduduki Jumpue, sehingga terbukalah jalan
pasukan passiuno pada setiap kampung yang bagi pasukan Belanda untuk melancarkan
dianggap strategis dan masing-masing dipimpin serangan lebih lanjut ke pusat kerajaan.
oleh seorang toloq (pemberani). Pemimpin Namun ketika pasukan Belanda mencoba
dari masing-masing kampung tersebut, diberi melancarkan serangan ke pusat kerajaan untuk
gelaran yang sesuai dengan nama ayam jantan menangkap Addatuang Sawitto, pasukan
yang terkenal dari masing-masing kampung pengawal (passiuno) La Tamma bersama laskar
bersangkutan. Adapun nama-nama pimpinan yang dipimpin oleh La Sinrang memberikan
dari Sawitto dan sekitarnya yang terkenal perlawanan, sehingga terjadilah pertempuran
adalah Calabai Tungke’na Alitta, Koro-korona di Tanra Assona pada awal Oktober 1905
Madello, Balibina Kabellangeng, Bori-borona (Anonim,1910:79).21
Palleteang, Bilulang Rakkona Lome, Koro Pasukan Belanda yang berhasil mendesak
Pessena Lalabata, Cambang Balelena WanuaE, mundur laskar Sawitto di Tanra Assona, berusaha
dan Bulu Sirua’na Suppa (Latif, 2012: 288; melanjutkan penyerangan terhadap kubu
Arfah, dkk. 1996:101; Side,1992:72). pertahanan laskar Sawitto, sehingga kembali
Armada pasukan Belanda dengan ke- terjadi pertempuran di Labumpung (Ponnia).
kuatan sekitar 20 buah perahu dengan jumlah 21
Pada pertempuran itu, pasukan passiuno
pasukan sekitar 600 orang lengkap dengan
berjumlah sekitar 250 orang dan memiliki senjata api
senjata, baik senjata ringan maupun berat sekitar 20 pucuk serta dilengkapi dengan peralatan perang
mendarat di Pantai Jumpue pada akhir September lainnya, yaitu berupa tombak, pedang, keris dan lain-
1905. Residen Brugman segera mengirim utusan lain serta mendapat dukungan dari laskar Suppa, Alitta,
dan ultimatum kepada Addatuang Sawitto dan Jampue, sehingga pertempuran sengit antara kedua
belah. Pasukan passiuno La Sinrang, yang mengandalkan
La Tamma pada 29 September 1905, agar keberanian dan semangat yang pantang menyerah dapat
bersedia menandatangani pernyataan pendek mengimbangi pasukan militer Belanda yang memiliki
(korte verklaring) yang diajukan. Dengan persenjataan lengkap dan modern (Ibrahim,1996:53;
ancaman bahwa jika Addatuang Sawitto tidak Arfah,1998:103).

13
WALASUJI Volume 9, No. 1, Juni 2018: 1—21
Berkat keberanian dan semangat perlawanan membantu Sawitto dalam perseteruan dengan
laskar Sawitto, mereka berhasil membendung pemerintah Belanda di Sulawesi Selatan.
gerak maju atau berhasil mematahkan serangan Setelah sejumlah kerajaan berhasil
yang dilancarkan oleh pasukan militer Belanda ditaklukkan, sebagian pasukan Belanda
di Labumpung (Padu,1971:4; Munta,1989:45). dikerahkan untuk melakukan penaklukan
Meskipun demikian, laskar Sawitto terhadap Sawitto. Sebab, laskar Sawitto di bawah
secara berturut-turut memindahkan kubu pimpinan La Sinrang sejak awal 1905, telah
pertahanannya di Labumpung, Rubbae, Alitta melakukan perlawanan terhadap pemerintah
untuk melanjutkan perlawanan dengan strategi Belanda. Namun, karena taktik dan strategi
perang gerilya yaitu mengadakan perlawanan perang gerilya yang diterapkan, sehingga
sambil berpindah dari suatu tempat yang satu belum berhasil ditundukkan oleh pasukan
ke tempat yang lain. Setelah mengadakan Belanda. Terlebih setelah diperoleh kabar yang
perlawanan atau pertempuran di suatu tempat, dapat dipercaya sekitar awal Desember 1905,
misalnya di Ulu Tedong, Pajalele, Paleteang, bahwa Raja Gowa Sultan Husain bersama
dan Malimpung, mereka segera meninggalkan pengikut-pengikutnya telah berada di Alitta
tempat itu dan kemudian menyusun kekuatan dan menjalin kerjasama dengan laskar Sawitto.
baru di tempat lain. Taktik dan strategi yang Hal ini bukan hanya semakin mengobarkan
demikian tersebut, cukup merepotkan pasukan semangat juang laskar Sawitto, melainkan juga
militer Belanda, sehingga pemerintah Belanda telah berhasil memikat rakyat Alitta, Suppa,
semakin meningkatkan kekuatannya untuk dan Jampue, dalam mengobarkan perlawanan
menghadapi laskar Sawitto. terhadap pasukan Belanda. Oleh karena La
Perang gerilya yang dilancarkan oleh Mappanyukki yang senantiasa mendampingi
laskar Sawitto dalam menentang kekuasaan ayahnya (Raja Gowa Sultan Husain), baik
pemerintah Hindia Belanda, semakin dalam pengungsian maupun dalam pengejaran
memuncak setelah ekspedisi militer Belanda pasukan militer Belanda, adalah sebagai Datu
berhasil manaklukkan Bone (Beddungolo, Suppa. Sedangkan saudaranya La Panguriseng
2011:85).22 Sebab strategi pemerintah Belanda sebagai Arung Alitta (Arfah, dkk. 1996: 122;
dalam melakukan penaklukan terhadap Mattulada,1998:386).
kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan melalui Kenyataan itu mendorong pemerintah
ekspedisi militer, terlebih dahulu memuatkan Belanda semakin meningkatkan jumlah
perhatian pada kerajaan yang dianggap terkuat, pasukannya untuk menangkap raja Gowa
baru menyusul kemudian terhadap kerajaan- bersama para pengikutnya. Peningkatan itu juga
kerajaan kecil yang dianggap lemah dan mudah dimaksudkan untuk menghadapi perlawanan
dikuasai. Itulah sebabnya setelah Bone berhasil Sawitto. Oleh karena Letnan Christoffel yang
ditaklukkan, pemerintah Belanda semakin memimpin pasukan militer Belanda dalam
meningkatkan kegiatan pasukan militernya di pengejaran terhadap La Sinrang bersama
Parepare. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pasukannya di Sawitto, berhasil mengetahui
atau mengalihkan perhatian kerajaan-kerajaan bahwa raja Gowa bersama para pengikutnya
di wilayah Ajatappareng, agar mereka tidak telah bekerja sama dan bergabung dengan laskar
22
Sawitto.23 Selain itu, juga sejumlah pasukan
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa
Kerajaan Bone dijadikan sebagai sasaran pertama dari
atau laskar dari Bone yang tidak sudi menyerah
ekspedisi militer Belanda ketika itu, karena merupakan 23
kerajaan yang paling kuat dan paling berbahaya diantara Permaisuri Raja Gowa Sultan Husain yang
kerajaan-kerajaan yang ada di Sulawesi Selatan. Selain bemama We Tenri Paddanreng Arung Alitta, adalah
itu, juga karena sikapnya dianggap “kurang ajar” yang sepupu La Tamma Addatuang Sawitto. Dengan demikian,
menolak untuk mengakui pelaksanaan penguasaan maka La Sinrang mempunyai hubungan kekeluargaan
pemerintahan Hindia Belanda atas Pelabuhan Bajoe dan dengan raja Gowa, yaitu sebagai kemenakan dari
Pallime (Amir,2003:86; Kroesen,1906). Permaisuri raja Gowa (Kadir,1984:53; Amir, 2007:157).

14
Perlawanan Sawitto terhadap Belanda... Muhammad Amir

kepada musuh, menggabungkan diri ke dalam sehingga terjadilah pertempuran sengit antara
laskar Sawitto dalam perlawanan terhadap kedua belah pihak. Laskar Sawitto di bawah
pasukan Belanda. Itulah sebabnya pasukan pimpinan La Sinrang berhasil membuka jalan,
Belanda di bawah pimpinan Letnan Christoffel sehingga raja Gowa masih sempat lolos dari
yang melakukan gerakan pengejaran terhadap kepungan pasukan Belanda. Pada pertempuran
La Sinrang dan raja Gowa bersama para itu, dua orang pengawal raja Gowa gugur
pengikutnya, tidak sedikit terlibat pertempuran sebagai kusuma bangsa dan di pihak musuh
dengan laskar Sawitto bersama sekutunya. seorang sersan Belanda yang bemama van De
Di antaranya pertempuran pada 2l Desember Krol tertembak mati. Sementara raja Gowa
1905, ketika pasukan Belanda berhasil tertembak dan terluka pada bagian perutnya,
mengepung raja Gowa bersama pengikutnya di namun ia masih dapat meloloskan diri dari
dekat Bukero dalam daerah Alitta. Sementara kepungan pasukan Belanda.24
itu laskar Sawitto senantiasa pula memberikan La Mappanyukki dan La Sinrang bersama
bantuan dan berusaha menembus kepungan laskar Sawitto meneruskan perjuangannya
pasukan Belanda, sehingga terjadi pertempuran melalui taktik dan strategi perang gerilya.
antara kedua belah pihak di Bukero, antara Mereka melancarkan atau melakukan serangan
Tisei dan Sidenreng (Arfah,1993:92; Amir, mendadak terhadap pos-pos pertahanan pasukan
2007: 158). militer Belanda pada setiap ada kesempatan,
Pertempuran di Bukero tersebut, dan setelah itu mereka lalu menghilang ke
mengakibatkan duka yang mendalam bagi hutan-hutan di pegunungan. Pada 6 Januari
pasukan raja Gowa khususnya dan laskar 1906, mereka melancarkan serangan mendadak
Sawitto pada umumnya. Sebab, La Panguriseng terhadap pasukan Belanda di Sawitto, sehingga
Arung Allitta, Karaeng Allu, dan tujuh belas terjadi pertempuran antara kedua belah
orang dari pasukan mereka gugur dalam pihak. laskar Ajatappareng dengan pasukan
peristiwa itu. Sementara saudara raja Gowa yang militer Belanda yang menelan korban jiwa di
bernama I Mangimangi Karaeng Bontonompo kedua belah pihak yang tidak sedikit. Pada
tertembak oleh musuh dan terluka parah pada pertempuran itu, tidak sedikit laskar Sawitto
bagian kakinya. Oleh karena itu, ia tidak dapat yang gugur. Demikian pula di pihak musuh,
meloloskan diri dan akhirnya tertangkap serta salah seorang perwira pimpinan pasukan
ditawan oleh pasukan militer Belanda. Selain
24
itu, pasukan militer Belanda juga berhasil Raja Gowa Sultan Husain yang pengunduran diri
dalam keadaan gelap gulita dan terluka parah, sehingga
merampas dua pucuk achterlader, satu pucuk Baginda hilang keseimbangan dan terperosok serta jatuh
revolver, dan 6.000 peluru, serta dua ton kecil ke dalam jurang yang dalam. Di dalam jurang itulah
mesiu. Sedangkan di pihak pasukan militer Sultan Husain, gugur sebagai kusuma bangsa dalam
Belanda, dua orang mengalami luka-luka, perjuangan mempertahankan kehormatan bangsa dan
yaitu Maijer dan De Costa. Namun Raja Gowa negerinya. Beberapa hari kemudian, pihak pemerintah
Hindia Belanda mengaku berhasil menemukan jenazah
Sultan Husain, dan putranya La Mappanyukki, raja Gowa di dalam jurang. Almarhun kemudian diangkut
serta La Sinrang berhasil meloloskan diri ke Perepare dan selanjutnya dibawa ke Makassar.
(Patunru,1983:105; Arfah, dkk. 1996:124-125). Gubenur Sulawesi, selanjutnya menyerahkan jenazah
Meskipun raja Gowa bersama para Baginda ke keluarganya yang berada di Jongaya. Jenazah
Baginda, sebelum dimakamkan di pekuburan raja-raja
pengikutnya berhasil meloloskan diri dari
Gowa di Tamalate, terlebih dahulu disembahyangkan
kepungan pasukan Belanda di Bukero. Namun di Masjid Jongaya. Itulah sebabnya Raja Gowa Sultan
mereka tetap diikuti terus oleh pasukan Husain, kemudian diberi gelar anumerta oleh masyarakat
Belanda. Pada malam 24, menjelang dini hari “Tu Menanga ri Bundu’na, yang bermakna orang
25 Desember 1905, pasukan Belanda berhasil yang gugur atau meninggal dalam peperangannya
(Mattulada,1998:386-387; Arfah, dkk. 1996: 26;
mengepung kembali raja Gowa bersama para
Amir,2007:162; Kadir,1984:54).
pengikutnya di Warue dalam daerah Sidenreng,

15
WALASUJI Volume 9, No. 1, Juni 2018: 1—21
Belanda yang bernama Kapten De Gruyter pasukan Belanda maupun di pihak laskar
tewas (Abduh,1985:131; Munta,1989:50). Sawitto (Side, 1992:80; Arfah,dkk.1996:128).
Selanjutnya, pasukan Belanda di bawah Tanggal 8 Maret 1906 malam, markas
pimpinan Letnan Kolonel van Bennekom, pasukan Belanda di Lannga di serang oleh
melancarkan serangan ke Alitta karena laskar Sawitto di bawah pimpinan La Sinrang
memperoleh berita bahwa La Sinrang bersama dengan kekuatan sekitar 80 orang. Pada
laskar Sawitto sedang berada di Alitta. malam itu, laskar Sawitto yang dipimpin oleh
Namun serangan itu menemui kegagalan, La Muhammad (Puanna Pokke), La Punggu
karena La Sinrang bersama pasukannya (Puanna Pannekke), Puanna Kula, Ambo Mau,
telah meninggalkan daerah itu beberapa dan Ambo Pati berhasil menerobos masuk
saat sebelum pasukan Belanda tiba di Alitta. ke dalam markas pasukan Belanda. Dengan
Dalam perkembangannya La Sinrang bersama semangat perjuangan yang membara serta
pasukanya, sering muncul secara tiba-tiba didasari oleh prinsip “lebbi mui matewe naiya
di daerah lain dan melancarkan serangan naparenta Balandae” (artinya: lebih baik mati
secara mendadak terhadap patroli dan pos-pos dari pada dijajah oleh Belanda). Sebelum
pertahanan pasukan Belanda sehingga terjadi mereka melancarkan serangan dan menerobos
sejumlah pertempuran antara kedua belah masuk ke dalam markas musuh, terlebih dahulu
pihak. Peristiwa itu antara lain pertempuran mereka mengadakan “si talli”, yaitu perjanjian
di Leppangeng, Bulo, Lerang-lerang, Langga, untuk selalu bersama, yang berbunyi sebagai
dan bahkan sampai ke Maiwa dan Enrekang berikut “rilasa bulo mallebu allane” (dikebiri
(Persekutuan Massenrempulu). Di daerah dengan buluh bundar/sejenis bambu bagi yang
yang terakhir disebutkan inilah terjadi pula lari). Namun dalam pertiwa itu, mereka tidak
pertempuran sengit antara laskar Sawitto di dapat mengalahkan pasukan Belanda karena
bawah pimpinan La Sinrang dengan pasukan tiga orang pemimpinan laskar Sawitto, yaitu
Belanda di bawah pimpinan Kapten Hamakers La Muhammad dan La Pungu serta seorang
yang sedang mengadakan operasi ke Maiwa lagi tidak diketahui namanya gugur secara
(Arfah, dkk. 1996:127; Abduh, 1985:132). kesatria di dalam markas pasukan Belanda
Perlawanan yang tidak kunjung padam (Abduh,1985:132; Arfah,dkk.1996:129).
itu, mendorong pemerintah Belanda terpaksa Meskipun demikian, laskar Sawitto
mengerahkan sebagian besar pasukannya untuk terus melancarkan perang gerilya. Berkali-
melumpuhkan perlawanan laskar Sawitto. kali mereka melakukan penyerangan terhadap
Pada 21 Januari 1906, pasukan Belanda di pos-pos pertahanan pasukan Belanda. Mereka
bawah pimpinan Kapten Goldman menyerang juga sering menyerang pasukan mobile colonne
Malimpung karena mendengar kabar bahwa La yang melakukan patroli, sehingga musuh benar-
Sinrang bersama pasukannya sedang berada di benar kewalahan menghadapi perlawanan
Malimpung. Serangan itu temyata sia-sia karena laskar Sawitto. Bahkan ketika pasukan mobile
La Sinrang telah meninggalkan Malimpung colonne di bawah pimpinan Kapten van Hasselt
beberapa saat sebelum pasukan Belanda tiba. yang sedang mengadakan patroli diserang
Dari Malimpung pimpinan laskar Sawitto secara mendadak oleh laskar Sawitto, sehingga
bersama pasukannya menuju ke daerah Tiroang, terjadi pertempuran antara kedua belah pihak di
sementara pasukan Belanda mengikutinya terus Lannga pada 24 Maret 1906. Pada peristiwa itu,
hingga ke Tiroang. Di Tiroang pasukan Belanda Kapten Van Hasselt terbunuh. Oleh karena itu,
tiba-tiba diserang oleh laskar Sawitto, sehingga usaha pemerintah Belanda untuk melumpuhkan
terjadilah pertempuran antara kedua belah perlawanan laskar Sawitto dengan cara
pihak di daerah itu. Pada pertempuran tersebut, kekerasan atau operasi militer ternyata tidak
beberapa orang menjadi korban, baik di pihak berhasil. Itulah sebabnya pemerintah Belanda
menempuh cara-cara lain, yaitu berusaha

16
Perlawanan Sawitto terhadap Belanda... Muhammad Amir

membujuk dan merayu dengan janji-janji manis pasukan militer Belanda (Ibrahim, 1996:57;
terhadap para pemimpin-pemimpin laskar Side,1992:78).
Sawitto, agar menghentikan perlawanannya Pro dan kontra terhadap perjuangan
dan berbagai usaha lainnya (Munta,1989:52; melawan pasukan Belanda tersebut, merupakan
Abduh,1985:133). kesempatan baik bagi pemerintah Belanda
Selain melancarkan operasi militer, untuk mematahkan semangat perlawanan
pemerintah Belanda juga menyebarkan rakyat Sawitto yang dipimpin oleh La Sinrang.
maklumat yang berisi tentang usaha OIeh karena itu, pemerintah Belanda semakin
penangkapan terhadap La Sinrang. Bagi mereka berusaha untuk membujuk para pemimpin
yang berhasil menangkap hidup atau mati, akan pasukan agar menghentikan perlawanannya.
diberi hadiah, baik berupa uang maupun berupa Usaha itu pun pada mulanya mengalami
pangkat dan kedudukan yang terhormat dalam kegagalan, tetapi lama kelamaan akhirnya
pemerintahan. Namun, bujukan dan rayuan beberapa orang pemimpin laskar La Sinrang
tentang janji-janji itu tidak membuahkan hasil. menyerahkan diri kepada pasukan Belanda.
Sedangkan bagi mereka yang menyembunyikan Sedangkan bagi mereka yang tidak mau
atau mendukung perjuangan La Sinrang, menyerah, tetap melanjutkan perlawanan
pemerintah Belanda akan mengambil tindakan sehingga banyak di antara mereka yang
tegas dengan ancaman hukuman mati, penjara, gugur dan tidak sedikit yang tertangkap oleh
kerja paksa, dan diasingkan. Mereka juga pasukan Belanda. Hal ini semakin melemahkan
melancarkan politik pecah belah atau adu domba perlawanan Sawitto. Namun, sebelum kunci
di kalangan bangsawan dan para komandan utamanya, yaitu La Sinrang menyerah atau
laskar Sawitto. Sasaran utamanya bukan hanya ditangkap, semangat perlawanan rakyat
ditujukan terhadap Addatuang Sawitto bersama Sawitto dianggap belum berhasil dipadamkan
kelompok aristokratnya, melainkan juga (Mattulada, 1998:388; Abduh,1985:133).
terhadap para komandan tempur laskar Sawitto Setelah berbagai cara dilakukan untuk
(Munta,1989:54; Side,1992:83). melumpuhkan perlawanan rakyat Sawitto
Pengaruhnya memang hebat karena mengalami kegagalan, Addatuang Sawitto La
di dalam kalangan istana Sawitto misalnya, Tamma yang sudah berusia lanjut ditangkap
timbul pertentangan, ada yang pro dan ada oleh pemerintah Belanda pada 25 Juli 1906.
pula yang kontra terhadap perjuangan melawan Demikian pula istri La Sinrang (Makkanyuma)
Belanda. Bagi mereka yang pro menginginkan ditangkap oleh pemerintah Belanda. Kedua
perlawanan diteruskan hingga tetesan darah orang kesayangan La Sinrang itu, diancam
terakhir atau sampai Belanda benar-benar akan diasingkan ke daerah pembuangan yang
angkat kaki dari bumi pertiwi khususnya di menyengsarakan apabila La Sinrang tidak mau
Sawitto. Sedangkan bagi mereka yang kontra menyerah. Oleh karena itu, La Sinrang bersama
menganggap bahwa perlawanan tidak banyak sisa-sisa pasukannya masuk ke Pinrang untuk
berarti dalam melawan pasukan Belanda yang membebaskan Addatuang Sawitto dan istrinya.
mempunyai perlengkapan militer yang jauh Pada saat itulah La Sinrang dikepung dan
lebih kuat. Selain itu, mereka juga melihat kedua orang kesayangannya yang disandera
kenyataan dan keadaaan rakyat yang semakin atau ditahan dijadikan perisai oleh pemerintah
merosot kesejahteraannya. Jika perlawanan itu Belanda. Dengan ancaman bahwa jika La
terus berkelanjutan tanpa memperhitungkan Sinrang tidak bersedia menyerah, maka
hasil yang bermanfaat bagi rakyat, maka lama kedua orang kesayangannya akan dibunuh.
kelamaan kesejahteraan rakyat akan lebih Demi kelangsungan Kerajaan Sawitto dan
merosot lagi dan lebih menderita serta tidak keselamatan rakyat banyak serta keselamatan
menutup kemungkinan akan musnah di tangan jiwa kedua orang kesayangannya tersebut,

17
WALASUJI Volume 9, No. 1, Juni 2018: 1—21
akhirnya La Sinrang berhasil ditangkap Sumber lain menyebutkan bahwa ketika
oleh pemerintah Belanda pada 10 Juni 1906 istri La Sinrang yang bemama Makkanyuma
(Anonim,1910:79; Mattulada, 1998:388).25 ditangkap Belanda, kemudian menyusul La
Sesungguhnya terdapat sejumlah Tamma ayah kandung La Sinrang. Keduanya
versi mengenai proses penangkapan La kemudian dijebloskan ke dalam penjara. Tidak
Sinrang. Namun yang jelas bahwa setelah lama selelah berita penangkapan itu diketahui
ayah (Addatuang Sawitto La Tamma) dan oleh La Sinrang, sehingga ia membulatkan tekad
istrinya (Makkanyuma) tertangkap, akhirnya masuk Pinrang. Masuk Pinrang bukan untuk
La Sinrang pun ditangkap oleh pemerintah menyerah, tetapi berusaha membebaskan istri
Belanda. Peristiwa itu dikisahkan pula dalam dan orang tuanya dari tahanan. Pihak pasukan
lontarak, di antaranya Lontarak Akkarungeng militer Belanda mengetahui bahwa La Sinrang
Alitta, sebagai berikut: berada di dalam kota, serentak mengadakan
“Belanda tidak dapat menaklukkan pengepungan ketat. Kepungan semakin rapat,
Sawitto di bawah pimpinan La Sinrang Petta dan La Sinrang sulit untuk meloloskan diri.
Lolo, yang digelar dengan Bakka Lolona Pada kesempatan itulah pemerintah Belanda
Sawitto. Jadi Belanda mengancam ayahnya La berhasil menangkap hidup-hidup La Sinrang
Sinrang yang bernama La Tamma Addatuang (Ibrahim,1996:58).
Sawitto dibawa ke Parepare diancam bahwa Penangkapan La Sinrang berimplikasi
kalau tidak datang menyerah La Sinrang, maka terhadap perlawanan Sawitto, meskipun
La Tamma Addatuang Sawitto yang harus sejumlah pemimpin pasukan atau anak buah La
dibawa ke daerah Jawa. Sinrang tetap melanjutkan perlawanan. Untuk
Maka bermohonlah La Tamma kepada melumpuhkan dan mematahkan semangat
anaknya agar menyayangi orang tuanya, perlawanan anak buahnya, pemerintah
maka turunlah La Sinrang dari tempat Belanda kemudian mengasingkan La Sinrang
persembunyiannya untuk berunding, tetapi ke Banyumas (Jawa Timur). Pengasingan
beliau diangkut ke Jawa, barulah dibebaskan La Sinrang ke tempat pembuangan yang
La Tamma, nanti pada tahun 1937 M, baru menyengsarakan, bukan hanya menandai
dikembalikan La Sinrang.26 berakhirnya perlawanan Sawitto, melainkan
juga telah melapangkan jalan bagi pemerintah
25
Sumber lain menyebutkan bahwa setelah Belanda untuk menguasai secara langsung
Addatuang Sawitto ditangkap oleh pasukan Belanda,
Sawitto. Oleh karena pemerintah Belanda
ia segera memanggil Anre Guru La Nennung untuk
menyampaikan pesan kepada La Sinrang. Isi pesan mulai menata dan menanamkan pengaruh serta
tersebut, adalah: (1) Agar La Sinrang segera menghentikan kedudukan kekuasaan di Sawitto. Suatu hal
perlawanannya terhadap Belanda, karena pihak Belanda yang menarik mengenai pengakuan pemerintah
tidak mungkin dapat dihadapi. Apabila La Sinrang terus Belanda setelah melancarkan ekspedisi militer
mengadakan perlawanan akibatnya adalah Addatuang
di Sulawesi Selatan bahwa pada awalnya rakyat
Sawitto akan dibuang ke Jawa. (2) Jika La Sinrang
ternyata tidak mau menghentikan perlawanannya, lebih menyukai meninggalkan desa-desa atau
maka supaya La Sinrang membuat benteng setinggi kampung halaman mereka daripada menyerah
rumah dan Addatuang Sawitto bersama Belanda akan kepada pemerintah Belanda (Harvey,1989:51;
menghadapinya. Oleh karena itu, La Sinrang bersama
pasukannya melaporkan diri pada pemerintah Belanda ri Pare-pare,napodanngi Addatuang Sawitto makkedae
di Pinrang pada akhir Juli 1906 (Munta,1989:56). narekkodek i LaSinrang manganro. Addatuang Sawitto
26
Naiyatosi Sawitto apak deknaullei Balandae sellei rilaling lao ri tana Jawa.
panganroi La Sinrang Petta Lolo, ritellak e Bakkalolona Aga nassurona Addatuang Sawitto ri anaknasarekkua-
Sawitto. Jaji ambokna La Sinrang napakatauk-tauk mmenngi manennengi ambokna nanokna La Sinrangpole
iyanaritu alena La Tamma Addatuang Sawittonalaling lao ri bulu e manganro, narilalinna lao ritana Jawa, nappatoni
ri paleppek Addatuang Sawitto La Tamma, nakkomani ri
taung 1937 M. Naripalisu La Sinrang ( Lontarak Akkarun-
geng Alitta).

18
Perlawanan Sawitto terhadap Belanda... Muhammad Amir

Arfah,1993:95). laskar Sawitto di bawah pimpinan Addatuang


Sawitto La Tamma dan La Sinrang. Melainkan
PENUTUP juga merupakan suatu bukti bahwa semangat
Perlawanan Sawitto terhadap pemerintah perjuangan rakyat Sawitto dalam menentang
Hindia Belanda pada awal abad ke-20, bukan kekuasaan Belanda, tetap berkobar hingga
hanya dilatari oleh penolakan Sawitto terhadap awal abad ke-20. Oleh karena itu, perlawanan
kebijakan pelabuhan wajib pajak, bahwa rakyat Sawitto yang mempunyai makna historis
semua pelabuhan diwajibkan membayar cukai tersebut, patut direnungkan dan dipahami di
impor, ekspor, dan cukai pelabuhan kepada dalam membangun kekinian dan hari esok kita.
Belanda. Melainkan juga karena campur
tangan pemerintah kolonial Belanda terhadap DAFTAR PUSTAKA
urusan dalam negeri Kerajaan Sawitto. Selain Abduh, Muhammad. 1985. Sejarah Perlawanan
itu, juga karena pemerintah Belanda bermaksud Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme
menguasai secara langsung Kerajaan Sawitto. di Sulawesi Selatan. Jakarta: Depdikbud.
Hal ini ditandai dengan diajukannya suatu Abdullah, Taufik. 1985. Sejarah Lokal di
tuntutan kepada Sawitto, agar tunduk, taat, dan Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada
patuh sepenuhnya kepada pemerintah kolonial University Press.
Belanda dengan menandatangani pernyataan Amir, Muhammad. 2003. Perlawanan Bone
pendek (korte verklaring). Karena tuntutan itu Terhadap Belanda Tahun 1905. Makassar:
ditolak dengan tegas, sehingga pemerintah Eramedia.
Belanda mengirimkan ekspedisi atau pasukan Amir, Muhammad. 2007. I Makkulau Sultan
militernya untuk menaklukkan Sawitto dan Husain Profil Patriot Yang Konsekuen
kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan yang Hingga Tetesan Darah Terakhir.
menolak korte verklaring. Makassar: Eramedia.
Serangan militer yang dilancarkan oleh Anonim, 1910. Nota van Toelichting bij de
pemerintah kolonial Belanda tersebut, memicu Korte Verklaring Geteekend en Beeedigd
terjadinya konflik berupa perang terbuka door den Adatoewang en de Hadatsleten
antara laskar Sawitto dengan pasukan Belanda van het Landschap Sawito op 27 sten Mei
pada 1905-1906. Meskipun laskar Sawitto 1908, dalam Tijdschrift voor Indische
memberikan perlawanan sengit atas serangan Taal-,Land-en Volkenkunde (TBG) Jilid
militer Belanda itu, tetapi pada akhirnya mereka LII.
berhasil dikalahkan oleh pasukan Belanda. Arfah, Muhammad. 1993. Biografi Pahlawan
Atas kekalahan itu, Sawitto dan kerajaan- Andi Mappanyukki Sultan Ibrahim Profil
kerajaan lainnya di wilayah Ajatappareng Nasionalis dan Patriotik Sejatai yang
harus menerima kenyataan tunduk di bawah Konsekuen Terhadap Republik Indonesia.
kekuasaan pemerintah kolonial Belanda Ujung Pandang: Depdikbud.
dengan menandatangani pernyataan pendek Arfah, Muhammad, dkk. 1996. Biografi
(korte verklaring). Walaupun demikian, Pahlawan: La Sinrang Bakka Lolona
perlawanan rakyat Sawitto mempunyai makna Sawitto Petta Lolo La Sinrsang,
penting dalam sejarah perjuangan bangsa, Makassar: Ujung Pandang: Depdikbud.
khususnya dalam perlawanan menentang Arsip Kolonial Verslag over het jaar 1905.
kekuasaan pemerintah kolonial Belanda. Celebes en Onderhoorigheden. Jakarta:
Sebab, bukan hanya merupakan suatu fakta Arsip Nasional Republik Indonesia
bahwa usaha pemerintah Belanda dalam (ANRI).
memperluas wilayah kekuasaan kolonialnya di Arsip NIT, No.110. Koleksi Badan Arsip dan
Sawitto, senantiasa mendapat perlawanan dari Perpustakaan Provinsi Sulawesi Selatan.

19
WALASUJI Volume 9, No. 1, Juni 2018: 1—21
Beddungolo, Mahira. 2011. “Perlawanan Bone Erven F. Bohn.
Terhadap Kolonialisme Belanda Tahun Kol, H. Van. 1911. Nederlansch-Indie in de
1905”. Makassar: Tesis Pascasarjana Staten Generaal 1897-1909. s’Gravenhae:
Universitas Negeri Makassar. Martinus Nijhoff.
Patunru, Abdul Razak Daeng. 1983. Sejarah Kroesen, C. A. 1906. Memori van Overgave
Gowa. Makssar: Yayasan Kebudayaan van het Bestuur Over het Gouvernement
Sulawesi Selatan Tenggara. Celebes en Onderhoorigheden. Jakarta:
Patunru, Abdurrazak Daeng. 1989. Sejarah Arsip Nasional Republik Indonesia
Bone. Ujung Pandang: Yayasan (ANRI).
Kebudayaan Sulawesi Selatan. Latif, Abd. 2012. “Konfederasi Ajatappareng
Patunru, Abdurrazak Daeng. 2004. Bingkisan 1812-1906: Sejarah Sosiopolitik Orang
Panturu: Sejarah Lokal Sulawesi Selatan. Bugis di Sulawesi Selatan”. Bangi:
Makassar: Pusat Kajian Indonesia Timur Disertasi Fakultas Sains Sosial dan
bekerjasama dengan Lembaga Penerbitan Kemanusiaan Universiti Kebangsaan
Universitas Hasanuddin. Malaysia.
Druce, Stephen C. 2009. The Lands West of Lontarak Akkarungeng Sawitto. Koleksi
the Lakes: A History of the Ajatappareng Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan
Kingdoms of South Sulawesi 1200 to dan Tenggara.
1600 CE. Leiden: KITLV. Lontarak Akkarungeng Alitta. Koleksi Yayasan
Edward H. Carr. 1986. What is History ? Kebudayaan Sulawesi Selatan dan
Harmondsworth: Penguin Books. Tenggara.
Garraghan, Gilberr J. 1957. A Guide to Lontarak Akkarungeng Suppa. Koleksi
Historical Method. New York: Fordam Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan
University Press. dan Tenggara.
Gottschalk, Louis 1986. Mengerti Sejarah Mattulada. 1998. Sejarah, Masyarakat, dan
(Diterjemahkan Nugroho Notosusanto). Kebudayaan Sulawesi Selatan. Makassar:
Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hasanuddin University Press.
Harvey, Barbara Sillars. 1989. Pemberontakan Morris, D.F. van Braam. 1890. Nota van
Kahar Muzakkar: Dari Tradisi ke DI/TII. Toelichting op het Contract Gesloten met
Jakarta: Grafiti. het Landschap Sawieto (Adjataparang)
Ibrahim, Syarifuddin. 1996. Mengenal Sejarah op den 30 Sten Oktober 1890, dalm
Perjuangan La Sinrang Bakka Lolona Tijdschrift voor Indische Taal-,Land-en
Sawitto Petta Lolo La Sinrang. Volkenkunde (TBG) Tahun 1893, Jilid
Kadir, Harun, dkk. 1984. Sejarah Perjuangan XXXVI.
Kemerdekaan Republik Indonesia di Munta, Andi Pengerang, dkk. 1989. Sejarah
Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: Lahirnya Kabupaten Daerah Tingkat II
Kerjasama Bappeda Tk. I Prop. Sulawesi Pinrang. Pinrang: Pemda TK.II Pinrang.
Selatan dengan Unhas. Notosusanto, Nugroho, 1978. Masalah
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Penelitian Sejarah Kontemporer. Jakarta:
Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Idayu.
Jakarta: Gramedia. Padu, Hasim. 1971. Riwayat Perjuangan La
Kemp, P.H. van der. 1910. De Teruggave der Sinrang. Pinrang.
Oost Indische Kolonien 1814-1816: Naar Poelinggomang, Edward L. 2002. Makassar
Oorspronkelijke Stukken. ‘s-Gravenhage: Abad XIX Studi Tentang Kebijakan
Martinus Nijhoff. Perdagangan Maritim. Jakarta:
Kielstra, E. B. 1910. Indisch Nederlandsch Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).
Geschiedkundige Schetsen. Haarlem: De

20
Perlawanan Sawitto terhadap Belanda... Muhammad Amir

Poelinggomang, Edward L. 2004. Perubahan bijlagen: Afschrift dagboek van Collonne


Politik dan Hubungan Kekuasaan Heldering van met 23 October tot en met
Makassar 1906-1942. Yogyakarta: 26 October 1905. Jakarta: Arsip Nasional
Ombak. Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Poelinggomang, Edward L. 2005. Sejarah Sumber Arsip. 1973. Ikhtisar Keadaan Politik
Sulawesi Selatan Jilid I. Makassar: Hindia Belanda Tahun 1839-1848.
Balitbangda Provinsi Sulawesi Selatan. Djakarta: Penerbitan Sumber-Sumber
Side, Syarifuddin. 1992. “La Sinrang Tokoh Sejarah Arsip Nasional Republik
Pejuang Sawitto 1875-1938: Suatu Indonesia, No. 5.
Analisa Historis”. Ujung Pandang: Swart, H.N.A. 1908. “Memorie van Overgave”
Skripsi Sarjana Unhas. (Agustus 1906-Mei 1908). Jakarta: Arsip
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metode Sejarah. Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Yogyakarta; Ombak.
Somer, J. M. 1934. De Korte Verklaring. Breda:
Corona.
Sumadi, Suryabrata. 1992. Metode Penelitian.
Jakarta: Rajawali Press.
Sumber Arsip. 1905. Rapport van het
Departement van oorlog No. 1/VII,

21
22

You might also like