kumbakarna
Kamis, 28 Januari 2010Cerita Wayang
Kumbakarna Gugur
Setelah Sarpakenaka tewas, menyusul anak-anak Prabu Dasamuka, dan Patih
Prahasta gugur dimedan laga. Membuat dendam Prabu Dasamuka semakin
menjadi jadi. Prabu Dasamuka memerintahkan berapa pasukan untuk pergi ke
Gunung Gohkarna, untuk membangunkan Kumbakarna dari tidumya. Namun
Kumbakarna dengan jalan apapun tidak bisa dibangunkan. Pasukan Prabu
Dasamuka, kembali ke Alengka, melaporkan kepada Prabu Dasamuka,bahwa
Kumbakarna tidak bisa dibangunkan. Prabu Dasamuka kemudian memerintahkan
kurir untuk menemui Prabu Sumali, agar anak anak Kumbakarna, Kumba-Kumba
dan Aswani Kumba maju ke medan laga. Kedua anak Kumbakarna tidak pernah
berurusan dengan Alengka. Mereka tinggal di Pangleburgangsa, tinggal bersama
dengan ibunya Dewi Kiswani dan Eyangnya Prabu Sumali. Prabu Dasamuka
mengirim utusan ke Pangleburgangsa meminta kedua anak Kumbakarna berangkat
ke medan laga. Usia Kumba Kumba dan Aswani Kumba masih belasan tahun,
belum dewasa. Prabu Sumali melarang kedua anak Kumbakarna pergi ke medan
laga. Dewi Kiswani pun merasa berat hati untuk melepas kedua anaknya, lagi pula
belum ada restu dari ayahnya, Kumbakarna, Akhimnya Prabu Sumali menolak pesan
dari Prabu Dasamuka. Prabu Dasamuka marah marah, mengetahui perintahnya
ditolak oleh kakeknya, Prabu Dasamuka akhimya memerintahkan beberapa
pasukan untuk menjemput kedua anak Kumbakarna. Prabu Sumali dan Dewi
Kiswani dengan berat hati melepas Kumba Kumba dan Aswani Kumba menuju
medan laga. Kedua anak Kumbakarnapun berangkat ke medan laga disertai dengan
pasukan Perajurit Alengkadiraja, Bendera Alengka telah kelihatan memasuki
daerah pertahanan Swelagiri. Perajurit Pancawati telah bersiap siap untuk
menerima kedatangan mereka. Dari penjaga perbatasan memberikan laporan
kepada Anggada, bahwa prajurit Alengka dengan kekuatan penuh dibawah
pimpinan sepasang anak kembar Kumbakarna, Kumba Kumba dan Aswani Kumba
telah memasuki perbatasan pertahanan Suwelagiri Anggada dan Anila telah
menunggu kedatangan para Senapati Alengka.Pasukan Alengka barisan terdepan
telah siap meluncurkan panah api. Sementara itu Wibisana mengarahkaan anak
panah hujan kelangit. Anak panah meluncur ke mega mendung, hujan pun turun
dengan lebat. Panah Api perajurit Alengka bisa dilumpuhkan. Perangpun terjadi
Pasukan raksasa melawan pasukan kera yang jumlahnya puluhan ribu, ditambah
dengan pasukan dari Goa Kiskenda terus merangsek mundur pasukan Alengka
Sementara itu perajurit Alengka dan Pancawati minggir. Kini Panglima perang
Alengka sepasang Raksasa muda anak Kumbakarna terpaksa melawan pasukan
Pancawati. Anggada dan Anila menerima tantangan raksasa muda. Anggada
melawan Kumba Kumba dan Anila melawan Aswani Kumba. Setiap kali KumbaKumba tewas, kemudian Aswani Kumba melompatinya, Maka Kumba Kumba hidup
kembali, demikian pula sebaliknya. Tenaga Anggada dan Anila terkuras habis, dan
jatuh tidak berdaya, Beruntung Sugriwa dan Anoman segera menolongnya. Sugriwa
teringat kepada kakaknya Resi Subali yang menceriterakan perang di Goa Kiskenda.
Ketika melawan Prabu Maesasura dan Path Lembusura yang juga memiliki
kesaktian ganda bagai Kumba Kumba dan Aswani Kumba. Namun Sugriwa sudah
terlalu tua untuk melawan mereka. Anoman bersedia menjadi lawan keduanya
Perkelahian antara kedua anak Kumbakarna dan Anoman begitu seru, Kedua anak
Kumbakarna merasa percaya diri dapat mengalahkan para satria Pancawati. Ketika
Anoman di tengah tengah diantara Kumba Kumba dan Aswani Kumba dalam posisi
berhadap hadapan, Tiba tiba Kumba Kumba dan Aswani Kumba bersemangat
dengan kekuatan penuh menyerang bersama, Anoman menghindar dengan
meloncat keatas, sehingga kepala mereka berbenturan dengan kerasnya, sehingga
kepala mereka pecah, dan tewaslah anak anak Kumbakarna. Wibisana didalam hati
menangisi kedua kemenakanya, yang tewas mengenaskan. Mengapa anak yang
baru belasan tahun usianya, maju ke medan perang. Keduanya menjadi pahlawan
Alengka yang dibanggakan
Perabu Dasamuka semakin berduka dengan kematian Kumba Kumba dan Aswani
Kumba. Kini saatnya tokoh Alengka yang tersimpan di Gunung Gohkama, sudah
saatnya harus dibangunkan dan berangkat ke medan perang mempertahankan
Alengkadiraja, Pasukan Alengkadiraja dibawah komando langsung Prabu
Dasamuka telah berangkat menuju Gunung Gohkarna. Ikut dalam rombongan
Tejamantri Togog dan Sarawita. Pasukan juga membawa makanan_ untuk
Kumbakarna. Sesampai di tempat Kumbakarna bertapa, Prabu Dasamuka
mmerintahkan para perajurit membangunkan Kumbakarna. Pasukan terompet,
pasukan tambur dan pasukan meriam sampai dengan petasan bergantian
membangunkannya, Namun Kumbakarna tidak merasa terusik sama sekali. Prabu
Dasamuka menjadi kehabisan akal. Akhimya Tejamantri Togog menghadap Prabu
Dasamuka, bahwasenya ia bersedia membangunkan Kumbakarna kalau mendapat
perintah dari Prabu Dasamuka. Prabu Dasamuka mengijinkan Tejamantri Togog
untuk membangunknnya. Tekamantri Togog mendekati kaki Kumbakarna, dan
dipeganginya jempol kaki kirinya, kemudian dicabut bulu (wulu cumbu) nya. Begitu
tereabut, Kumbakarna langsung bangun, kedua tangan dan kedua kakinya
menghentak keras sekali, sehingga tanah menjadi bergetar. Beberapa orang
pasukan yang ada didekatnya, sempat terinjak dan terpukul oleh kedua tangan dan
kedua kakinya. Kumbakama merasa senang Prabu Dasamuka mau mendatanginya
dan Prabu Dasamuka telah memberikan maaf kepada Kumbakarna. Makanan dan
minuman diberikan kepada Kumbakarna. Makanan dan minuman Kumbakarna
beberapa grobag pun habis. Setelah selesai makan dan minum, Prabu Dasamuka
baru menjelaskan maksud kedatangannya. Kumbakarna terkejut ketika Prabu
Dasamuka, memberi tahu kalau perang Alengka sudah terjadi. Saudara saudaranya.
Sarpakenaka, anak anak Prabu Dasamuka serta patih Prahasta semuanya telah
gugur. Juga anak anaknya sendiri, Kumba Kumba dan Aswani Kumba telah gugur
pula di medan laga. Kumbakarna mendenger itu menjadi marah luar biasaKumbakarna berteriak membahana, memecah kesunyian. Guntur, petir bersahut
sahutan, burung burung dilangit saling bertubrukan,dan binatang binatang liar di
hutan saling berlarian tidak tentu arah, binatang besar, gajah, banteng, singa dan
macan, lari tunggang langgang dan jatuh terguling guling ke dalam jurang. Karena
teriakan Kumbakarna menimbulkan gempa. Prabu Dasamuka pun menjadi terkejut
pula. Akhimya Kumbakarna memuntahkan makanan dan minuman. yang terlanjur
masuk ke dalam perutnya. Kumbakarna berpakeian putih putin dan berangkat ke
medan laga membela tanah air dan membalas dendam kematian anak anaknya.
Dan bukan karena membela Prabu Dasamuka yang angkara murka. Pasukan
Alengka mengiringkan kepergian Kumbakarna ke medan perang. Prabu Dasamuka
pulang ke Istana Alengkapura. Sedangkan Tejamantri Togog dan Sarawita pulang
ke Patogogan. Bendera hitam Alengka kelihatan berderet di perbatasan pertahanan
Suwelagiri. Wibisana melihat kedatangan kakaknya Kumbakarna sebagai Senapati
dengan berpakaian seorang brahmana, putih-putih. Wibisana segera menghampiri
kakaknya. Wibisana menyayangkan kehadiran kakaknya, yang mau berkorban
membela keserakahan Prabu Dasamuka. Kumbakarna memberitahukan, bahwa
kedatangannya disini ingin bukan membela kakaknya Prabu Dasamuka, namun
Kumbakarna ingin mempertahankan kemerdekaan negeri_Alengkadiraja.
Kumbakarna tidak menginginkan perang tetapi juga tidak menginginkan negerinya
di injak injak oleh musuh, la tidak ingin negerinya dijajah oleh negara lain. ia tidak
akan membunuh siapapun. la kecewa sudah banyak korban dari Alengka yang
tewas. Juga kedua anaknya, Kumba Kumba dan Aswani Kumba telah tewas.la
hanya menginginkan Prabu Rama dan pasukannya kembali ke Pancawati. Wibisana
dimintanya menyingkir, karena Kumbakarna akan segera menemui Prabu
Rama,agar mereka segera kembali ke Pancawati. Kumbakarna memasuki wilayah
pertahanan Prabu Rama. Pasukan kera langsung menyerbu Kumbakarna
Lengannya sudah ratusan kera menungganginya, menggigitnya dan mencakarnya,
tapi Kumbakarna diam saja. Lengan yang satu juga ditunggangi ratusan kera, juga
kepala, juga muka, juga leher, juga punggung, juga perut, juga paha, juga kaki.
Mereka menggigit, mencakar dan merobek robek kulit Kumbakerna.Dalam waktu
sekejap Kumbakarna menjadi gunung kera. Tidak ada satu bagian tubuh
Kumbakarna yang terlewatkan, semua sudah penuh kera kera. Walaupun
sedemikian hati hatinya Kumbakarna, agar tidak melukai siapapun, tetapi tanpa
sengaja Kumbakarna juga menginjak ratusan kera yang menghadang
nya.Kumbakara hanya ingin meminta kepada Prabu Rama, agar Prabu Rama
kembali ke Pancawati. Prabu Rama ganti meminta agar Kumbakarna lah yang
kembali ke istana Alengkadiraja. Sementara itu para Senapati Kera, Sugriwa,
Anoman, Anggada dan Anila sudah mencegah Kumbakarna jangan mendekati
Prabu Rama. Mereka memegangi kedua kaki Kumbakarna agar tidak melangkah
lagi, tetapi keempat satria Kera itu tidak berdaya, mereka berjatuhan, dan hampir
hampir saja terinjak oleh kaki Kumbakarna. Tubuh Kumbakarna memang lebih besar
dari raksasa yang lain, Kumbakarna memiliki ukuran tubuh beberapa kali ukuran
raksasa biasa, Untuk membebaskan kesengsaraan Kumbakerna dari serangan para
rewanda, Prabu Rama melepaskan panah Guwawijaya kepada Kumbakarna, Panahpertama memutuskan bahu sebelah kiri, Lengan tangan kiri Kumbakarna yang
dikerubuti ratusan kerapun jatuh. Banyak kera yang tewas tergencet lengan kiri
Kumbakarna, Kumbakarna masih melangkah maju, Prabu Rama mengingatkan
jangan maju lagi, namun Kumbakarna tetap melangkah. Prabu Rama pun
melepaskan anak panah yang kedua. Putuslah bahu kanan Kumbakarna. Lengan
kanan Kumbakama yang dikerubut ratusan kerapun jatuh, Banyak kera yang tewas
tergencet lengan kanan Kumbakarna, Kumbakarna terus melangkah. Prabu Rama
melepas anak panah yang ketiga dan keempat kearah kedua kaki Kumbakarna.
Kedua kaki Kumbakarna yang dikerubuti ratusan kerapunpun lepas dan jatuh
menggencet pula para kera yang mengerubutnya dibawah kakinya.Tubuh
Kumbakarna pun ambruk dan menjatuhi ribuan kera kera yang ada dibawahnya.
Kini Kumbakerna tinggal tubuh dan kepalanya saja, yang wajahnya sudah tidak
berujud lagi. Kedua daun Telinga, hidung, mulut, kedua mata, Kumbakarna sudah
tanggal semua. Kumbakarna menahan sakit, Kumbakarna yang tinggal kepala dan
tubuhnya berguling guling kesakitan, dan tanpa sengaja banyak kera yang tewas
terlindas oleh tubuh Kumbakama. Prabu Rama merasa ngeri dengan keadaan
Kumbakarna. Wibisana segera meminta pada Prabu Rama untuk menyempurnakan
kematiannya, Prabu Rama yang kelima kalinya melepaskan anak panahnya keleher
Kumbakerna. Kepala dan gembung Kumbakarna terpisah.Kumbakarna pun gugur.
Kumbakarna gugur membela tanah airnya, bukan membela keangkara murkaan
Prabu Dasamuka. Kumbakarna disambut harum bunga melati yang turun dari
langit. Tubuh Kumbakarna yang semula terpotong potong,dan tercecer dimana
mana, tiba tiba menyatu menjadi Kumbakarna yang utuh kembali. Kumbakarna
bangkit kembali dan hilang dari pandangan mata, Rupanya Kumbakarna, moksha.
Jiwa dan raga Kumbakarna diterima oleh dewa, dan ditempatkan di Swarga
Pangrantunan.
Prabu Rama dan segenap punggawa terkesima dengan peristiwa itu. Terlebih lebih
Wibisana, menangisi kepegian Kakaknya yang paling dicintainya.***