Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

EDUKASI TENTANG STUNTING DAN GIZI PADA 1000 HPK KEPADA

TOKOH MASYARAKAT DI LOKUS STUNTING DESA BANGUN SARI


KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG
(EDUCATION ABOUT STUNTING AND NUTRITION IN 1000 HPK
TO COMMUNITY LEADERS AT THE STUNTING LOCUS
BANGUN SARI VILLAGE, TANJUNG MORAWA DISTRICT
Deli Serdang Regency)

Dr. Tetty Herta Doloksaribu, STP, MKM (NIDN 4021126801) Rohani Retnauli Simanjuntak , S.Gz, M.Gizi
(NIDN 4007038102) Lusyana Gloria Doloksaribu, SKM, M.Kes (NIDN 4015117902)

ABSTRACT
The role of community leaders is very important and strategic, namely as the spearhead community mover.
Therefore, community leaders need to be equipped with knowledge and broad insight into stunting and
nutrition in the 1000 HPK period so that para community leaders can mobilize the community about the
importance of nutrition in 1000 HPK to prevent stunting. The purpose of this community service is to
increase knowledge and attitudes community leaders about stunting and nutrition of 1000 HPK at the
stunting locus of Bangun Village Sari, Tanjung Morawa District, Deli Serdang Regency. The stages of
community service activities carried out include socialization and coordination of the implementation of
activities, determination of participants, preparation of educational materials on stunting and nutrition in
1000 HPK and implementation of activities. Activities carried out in the form of providing education and
assistance to community leaders in Bangun Sari Village in carrying out its role as an agent of change in
stunting prevention each group. Before and after educational activities, pre and post tests were carried out.

Keywords: 1000 Hpk, Nutrition, public figure, stunting.

ABSTRAK

Peran tokoh masyarakat sangat penting dan strategis yaitu sebagai ujung tombak penggerak masyarakat.
Oleh karena itu, tokoh masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan dan wawasan yang luas tentang
stunting dan gizi pada periode 1000 HPK sehingga para tokoh masyarakat dapat menggerakkan
masyarakat tentang pentingnya gizi pada 1000 HPK untuk mencegah stunting. Tujuan pengabdian
masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap tokoh masyarakat tentang stunting
dan gizi 1000 HPK di lokus stunting Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli
Serdang. Tahapan kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan meliputi sosialisasi dan koordinasi
pelaksanaan kegiatan, penentuan peserta, penyusunan materi edukasi tentang stunting dan gizi pada
1000 HPK dan pelaksanaan kegiatan. Kegiatan dilakukan dalam bentuk pemberian edukasi dan
pendampingan kepada tokoh masyarakat Desa Bangun Sari dalam menjalankan perannya sebagai agen
perubahan dalam pencegahan stunting ke kelompok masing-masing. Sebelum dan setelah kegiatan
edukasi dilakukan pre dan post test.
Kata kunci: 1000 Hpk, Gizi, Tokoh Masyarakat, Stunting

PENDAHULUAN Organ–organ tubuh manusia seperti otak, hati,


jantung, ginjal, paru–paru, kelenjar lymphoid dan
Periode seribu hari pertama kehidupan organ penting lainnya tumbuh dan berkembang
(1000 HPK) yaitu sejak janin di kandungan pesat pada periode ini. Periode ini juga
hingga berumur 2 tahun telah dibuktikan merupakan periode kritis dimana kekurangan
secara ilmiah merupakan periode emas gizi pada periode ini bersifat irreversible dan
pertumbuhan dan perkembangan anak. permanen (Prentice, et al. 2013). Kekurangan gizi
kronis pada periode 1000 HPK dapat bahwa pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan
menyebabkan stunting (Escamilla, 2013). Perbaikan Gizi dilakukan oleh berbagai elemen
Dampaknya, tidak hanya pada mulai dari pemerintah hingga elemen
perkembangan fisik yang tidak normal masyarakat, termasuk tokoh masyarakat.
tetapi juga menurunnya kognitif dan Menurut BKKBN (2008) tokoh masyarakat
meningkatnya risiko menderita penyakir adalah seseorang yang berpengaruh dan
degeneratif pada masa dewasa (Crookston, ditokohkan oleh lingkungannya. Penokohan
et al. 2013). Balita yang mengalami tersebut karena pengaruh posisi, kedudukan, dan
stunting juga ketika dewasa akan kemampuan serta segala tindakan dan
mengalami penurunan produktivitas dan ucapannya akan diikuti oleh masyarakat
pendapatan hingga 20% (UNICEF, 2013). sekitarnya. Seorang tokoh mempunyai pengaruh
Oleh karena itu, pemenuhan gizi pada yang besar dalam menggerakkan masyarakat
periode 1000 HPK sangat penting untuk luas, karena masyarakat umum lebih mudah
pencegahan stunting Prevalensi stunting menerima apa yang dijelaskan oleh tokoh
pada baduta masih sangat panutannya (Bahtiar, 2012). Kegiatan promosi
memprihatinkan. Laporan Nasional Riset kesehatan dengan dukungan dari tokoh
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 masyarakat dianggap efektif dalam
menunjukkan bahwa prevalensi baduta mempengaruhi masyarakat. Umumnya
stunting di Indonesia sebesar 32,2%, lebih masyarakat akan lebih mendengar seruan
tinggi dibandingkan prevalensi stunting ataupun ajakan tokoh masyarakat (Hernandez,
pada balita yaitu 29,9%. Laporan tersebut 2015). Peran tokoh masyarakat sebagai ujung
juga mengungkapkan bahwa prevalensi tombak penggerak masyarakat juga sangat
baduta stunting di Sumatera Utara sebesar penting dan strategis untuk keberhasilan
32,4%, lebih tinggi dibandingkan intervensi gizi sensitif dalam Gerakan 1000 HPK.
prevalensi stunting pada balita yaitu 30,8% Para tokoh masyarakat dapat menjadi agen
(Kemenkes 2019). Laporan Pemantauan perubahan (agent of change) untuk
Status Gizi (PSG) tahun 2017 menunjukkan menggerakkan masyarakat tentang pentingnya
bahwa balita stunting di Kabupaten Deli gizi pada 1000 HPK untuk mencegah stunting.
Serdang sebesar 33,3% (Kemenkes RI, Oleh karena itu, para tokoh masyarakat perlu
2018). Menurut WHO (1997), prevalensi dibekali dengan pengetahuan yang tepat tentang
balita stunting prevalensi stunting > 20% stunting dan pentingnya gizi pada periode 1000
merupakan masalah kesehatan masyarakat HPK. Berdasarkan uraian di atas, dilakukan
dan merupakan masalah yang serius untuk kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk
segera ditangani. Unicef Indonesia edukasi tentang stunting dan gizi pada 1000 HPK
menyampaikan bahwa salah satu faktor kepada tokoh masyarakat di lokus stunting Desa
penyebab tingginya stunting di Indonesia Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa
adalah pengetahuan yang tidak memadai Kabupaten Deli Serdan
dan praktik–praktik gizi yang tidak tepat.
Selanjutnya edukasi gizi direkomendasikan METODE
sebagai salah satu cara untuk
Metode pengabdian masyarakat
mengentaskan stunting di Indonesia
yang dilakukan adalah edukasi tokoh
(Unicef Indonesia, 2013). Di sisi lain,
masayarakat tentang: 1) Stunting dan 2)
Peraturan Presiden Republik Indonesia
Gizi pada 1000 HPK serta pendampingan
Nomor 42 Tahun 2013 menguraikan
tokoh masyarakat dalam menyampaikan
edukasi ke kelompok masing- pelatihan adalah media edukasi yaitu LCD, sound
masing melalui Whatsapp Grup system dan materi edukasi stunting dan 1000
(WAG. Kegiatan pengabdian HPK serta aplikasi WAG. Tahapan kegiatan yang
masyarakat ini dilakukan di Kantor dilakukan terdiri dari penjajakan lokasi kegiatan,
Kepala Desa Bangun Sari, sosialisasi dan koordinasi rencana pelaksanaan
Kecamatan Tanjung Morawa, kegiatan, penentuan peserta, pembuatan materi
Kabupaten Deli Serdang. Sosialisasi edukasi dan pelaksanaan edukasi serta
dan koordinasi pelaksanaan pendampingan tokoh masyarakat. Kegiatan
kegiatan dilaksanakan pada bulan pengabdian masyarakat ini terkait langsung
Juli 2021 dan kegiatan pengabdian antara Poltekkes Medan Jurusan Gizi dengan
masyarakat dilaksanakan pada Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa,
bulan Agustus 2021. Sasaran dalam Kabupaten Deli Serdang. Kegiatan ini juga terkait
kegiatan dengan Puskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan
Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
pengabdian masyarakat ini adalah tokoh Evaluasi dilakukan di awal sebelum pelaksanaan
masyarakat yang ada di Desa Bangun Sari, edukasi dan di akhir kegiatan pengabdian
Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten msyarakat terhadap pencapaian tujuan dan
Deli Serdang yaitu aparat desa, tokoh indikator evaluasi. Indikator yang digunakan
agama, pengurus PKK, guru, pengurus pada evaluasi pelaksanaan kegiatan pengabdian
karang taruna dan kader pembangunan masyarakat ini sebagai berikut
manusia. Sarana dan alat untuk kegiatan

Tabel 2. Indikator Evaluasi Kegiatan

Kegiatan Indikator Cara Penilaian

Edukasi tentang • Peserta mengikuti pelatihan • Pengamatan


stunting dan 1000 dari awal hingga selesai
HPK
• Peserta mampu menjawab • Pengamatan
pertanyaan secara lisan di
akhir kegiatan
• Peserta mampu menjadi • Foto dan Vidio kegiatan
educator dalam edukasi oleh tokoh
kelompoknya masing- masyarakat
masing

• Peningkatan skor post • Kuesioner


testdibandingkan pre test
HASIL DAN PEMBAHASAN Balai Desa Bangun Sari Kecamatan
Tanjung Morawa.

A. Sosialisasi dan Kordinasi B. Edukasi Tokoh Masyarakat


Pelaksanaan Kegiatan tentang Stunting dan Gizi pada 1000
Hasil kegiatan pada tahap ini adalah HPK
Puskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan
Tanjung Morawa dan Perangkat Desa Kegiatan edukasi tokoh masyarakat
Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa, tentang stunting dan gizi pada 1000 HPK
sangat mendukung kegiatan pengabdian diawali dengan pembukaan secara resmi oleh
masyarakat ini. Pada tahap ini juga, tim Kepala Desa Bangun Sari dengan dihadiri oleh
pengabdi mendiskusikan peserta kegiatan, petugas Kesehatan dari Puskesmas Dalu
waktu dan tempat pelaksanaan yaitu di Sepuluh Kecamatan Tanjung

Gambar 1.
Pengabdi dengan Perwakilan dari Puskesmas Dalu Sepuluh Melakukan Sosialisasi ke Desa
Bangun Sari dan Mendiskusikan Rencana Kegiatan Pengabdian Masyarakat

Kegiatan edukasi dilakukan dalam pengetahuan tentang stunting dan


bentuk kegiatan satu hari (tanggal pentingnya gizi pada 1000 HPK (16
6 Agustus 2021). Sebelum kegiatan pertanyaan).
edukasi, dilakukan pre-test dengan Materi edukasi tentang stunting dan
kuesioner yang diisi sendiri oleh pentingnya gizi pada 1000 HPK terdiri
peserta pelatihan. Terdapat 20 dari : 1. Permasalahan Gizi Stunting 2.
pertanyaan yang diajukan oleh Pentingnya Gizi pada 1000 HPK 3. Gizi
pengabdi kepada tokoh masyarakat untuk ibu hamil (270 HPK) 4. Gizi untuk
untuk screening (4 butir bayi 0-6 bulan (ASI Eksklusif) 5.
pertanyaan) dan mengukur Pemberian ASI dan MP-ASI Materi
edukasi disampaikan melalui negara sedang berkembang, termasuk di
pemutaran video dan slide power Indonesia. Data Riskesdas pada tahun
point yang ditampilkan dengan alat 2010 menunjukkan bahwa 35,6 persen
bantu LCD. Materi edukasi balita di Indonesia mengalami masalah
disampaikan secara bertahap, stunting. Artinya, lebih dari sepertiga
setiap topik disampaikan selama balita kita memiliki tinggi badan lebih
±30 menit dan sebelum pergantian rendah dari standar tinggi badan balita
topik dilaksanakan sesi diskusi dan seumurnya. Stunting menjadi indikator
tanya jawab. malnutrisi kronis yang menggambarkan
C. Pendampingan riwayat kurang gizi anak dalam jangka
waktu lama dan tidak menutup
Kegiatan pendampingan dilakukan kemungkinan sejak dalam kandungan
melalui whatsapp grup. Pada atau pernah menderita penyakit infeksi
whatsapp grup, tim pengabdi berulang setelah lahir. Anak yang
mengirimkan beberapa materi yang mengalami stunting berat berdampak
disampaikan pada saat edukasi tidak hanya pada fisik yang lebih pendek,
dalam bentuk leaflet dan booklet tetapi juga pada fungsi kognitifnya. Anak
edukasi yang dapat digunakan oleh yang menderita gangguan gizi, termasuk
tokoh masyarakat dalam pendek, mempunyai rata-rata IQ 10-15
memberikan edukasi pada poin lebih rendah daripada anak normal.
kelompoknya masing-masing. Pada (PENGARUH ASUPAN PROTEIN IBU
WAG tersebut, para tokoh HAMIL DAN PANJANG BADAN BAYI
masyarakat bebas bertanya tentang
LAHIR TERHADAP KEJADIAN
segala sesuatu yang berhubungan STUNTING PADA ANAK USIA 12 BULAN
dengan stunting dan gizi 1000 HPK. DI KABUPATEN BOGOR)
Setelah masing-masing tokoh
masyarakat melakukan edukasi Stunting pada balita disebabkan oleh
tentang stunting dan gizi pada 1000 banyak faktor, terutama kekurangan
HPK ke kelompoknya, maka tokoh asupan gizi sejak periode 1000 Hari
masyarakat diminta mengirimkan Pertama Kehidupan (1000 HPK).
dokumentasi kegiatan untuk Rendahnya asupan gizi saat perode
dievaluasi oleh tim pengabdi. Selain kehamilan, tidak diberikannya ASI
itu foto dan video dokumentasi dari eksklusif, pemberian Makanan
masing-masing tokoh masyarakat Pendamping ASI (MPASI) yang terlalu
dapat menjadi motivasi bagi tokoh dini, serta terpaparnya balita oleh
masyarakat lain yang belum penyakit infeksi merupakan faktor-faktor
melakukan edukasi di utama penyebab stunting (Millward,
kelompoknya, hingga akhirnya 2017; Uwiringiyimana, et al, 2019).
semua tokoh masyarakat telah Pemenuhan gizi pada periode kritis
melakukan edukasi di tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan
kelompoknya masing-masing. ibu tentang gizi. Selain itu keberhasilan
pemberian Inisasi Menyusu Dini (IMD)
PEMBAHASAN yang dilanjtukan dengan pemberian ASI
Postur tubuh pendek (stunting) eksklusif sebagai tahap pemenuhan
menjadi salah satu masalah gizi di asupan pertama bagi bayi dalam 6 (enam)
bulan pertama kehidupan wilayah kota adalah tempat dimana
ditentukan oleh intensi ibu sejak terbukanya lapangan pekerjaan yang
periode kehamilan (Permatasari lebih beragam sehingga orangtua lebih
dan Syafruddin, 2016; Permatasari, mudah mendapatkan pekerjaan dengan
et al, 2016; Permatasari, et al, gaji yang lebih tinggi dari pekerjaan di
2018). Pemberian MP-ASI yang desa. Hal ini memungkinkan orangtua
tinggi gula terutama diberikan pada untuk memenuhi kebutuhan gizi dan
saat sebelum bayi berusia 6 (enam) makanan anak sehingga terhindar dari
bulan seperti kental manis juga stunting. Usia adalah faktor internal anak
dapat menyebabkan rendahnya yang memengaruhi kejadian stunting.
status gizi pada balita (Permatasari Menurut Martorell et al dalam Astari1
dan Chadirin, 2020). Selanjutnya menyatakan, gangguan linier (stunting)
status gizi yang buruk postnatal terjadi mulai usia 3 bulan
meningkatkan terjadinya risiko pertama kehidupan, suatu periode di
berbagai penyakit infeksi seperti mana terjadi penurunan pemberian ASI,
tuberkulosis yang dapat makanan tambahan mulai diberikan dan
menyebabkan kematian (Erni Rita, mulai mengalami kepekaan terhadap
et al, 2020). (Edukasi Gizi infeksi. Studi gangguan pertumbuhan
Seimbang bagi Kader Posyandu linier di Gambia melaporkan kejadian
pada Masa Pandemi Covid-19 stunting pada anak 6-20 bulan
sebagai Pencegahan Balita berkorelasi dengan penyakit anemia,
Stunting di Kabupaten Bogor) malaria parasitemia dan defisiensi
Akar dari masalah gizi (stunting, protein akut.1 Hasil analisis regresi
underweight dan wasting) adalah logistik menunjukkan, anak berusia 0-12
kemiskinan. Selain kemiskinan ada bulan memiliki efek protektif atau risiko
faktor lain yang dapat lebih rendah 41 persen terhadap stunting
memengaruhi stunting pada anak. dibandingkan dengan anak berusia 13-23
Kejadian stunting dipengaruhi oleh bulan dengan nilai OR = 0,59 (0,44-0,79).
wilayah tempat tinggal. Penelitian Hal ini diduga karena pada usia 0-6 bulan
di wilayah kumuh kota Bostwana ibu memberikan ASI eksklusif yang dapat
yang dilakukan oleh Mahgoup6 membentuk daya imun anak sehingga
menunjukkan bahwa anak yang anak dapat terhindar dari penyakit
tinggal di wilayah ini signifikan infeksi, setelah usia 6 bulan anak
terkena wasting, stunting, dan diberikan makanan pendamping ASI
underweight. Berbeda dengan hasil dalam jumlah dan frekuensi yang cukup
penelitian tersebut dalam sehingga anak terpenuhi kebutuhan
penelitian ini responden yang gizinya yang menghindarkannya dari
tinggal di wilayah kota memiliki stunting. (ANALISIS DETERMINAN
efek protektif atau risiko lebih STUNTING ANAK 0-23 BULAN PADA
rendah 32 persen terhadap DAERAH MISKIN DI JAWA TENGAH
stunting dibandingkan dengan anak DAN JAWA TIMUR)
yang tinggal di perdesaan dengan Kondisi status gizi kurang pada awal
nilai OR = 0,68 (0,48-0,95). kehamilan dan risiko KEK pada masa
Fenomena ini diduga karena kehamilan, diikuti oleh penambahan
berat badan yang kurang selama yang kurang produktif dari yang
kehamilan dapat menyebabkan ibu seharusnya. Kekurangan gizi dapat
hamil tersebut dapat menyebabkan menurunkan kemajuan perekonomian
peningkatan risiko keguguran, bayi negara minimal 8% dikarenakan
lahir mati, kematian neonatal, cacat penurunan produktivitas, penurunan
bawaan, anemia pada bayi, serta tingkat kognitif, dan kemampuan
bayi lahir dengan BBLR [10, 11, 16]. pendidikan.( Gambaran Masalah Gizi
Penelitian ini menunjukkan bahwa pada 1000 HPK di Kota dan Kabupaten
persentase bayi dengan BBLR Malang, Indonesia)
sebanyak 6,7%. Meskipun angka Salah satu solusi dalam penanganan
BBLR dalam penelitian ini lebih stunting pada balita adalah dengan
rendah dibandingkan dengan melakukan Pemberian Makanan
prevalensi BBLR pada tingkat Tambahan (PMT) (Permenkes Republik
Nasional pada 2007 (11,5%) [10], Indonesia Nomor 51 Tahun 2016).
namun kondisi BBLR akan Prevalensi balita 6-59 bulan di Indonesia
meningkatkan risiko penyakit yang mendapat Pemberian Makanan
infeksi dan kurus (wasting) [17], Tambahan (PMT) tahun 2018 sebesar
serta peningkatan risiko kesakitan 41%. Pemberian Makanan Tambahan
dan kematian bayi baru lahir, (PMT) adalah upaya memberikan
gangguan perkembangan mental, makanan tambahan berbasis pangan lokal
risiko penyakit tidak menular dengan resep-resep yang dianjurkan.
seperti DM dan PJK, namun seiring Makanan lokal lebih bervariasi namun
dengan bertambahnya umur, metode dan lamanya memasak sangat
didukung dengan kurangnya menentukan ketersediaan zat gizi yang
asupan energi dan zat gizi, maka terkandung didalamnya (Permenkes
prevalensi ini dapat terus Republik Indonesia No 51 Tahun 2016).
bertambah. Kurus merupakan Suplementasi gizi dapat juga diberikan
respon awal dari kurangnya asupan berupa makanan tambahan pabrikan,
energi zat gizi dibandingkan yang lebih praktis dan lebih terjamin
dengan kebutuhan, atau adanya komposisi zat gizinya. Pemberian
infeksi yang menyebabkan makanan tambahan yang ditujukan untuk
penurunan berat badan atau berat kelompok rawan meliputi balita 6-24
badan menurut umur kurang dari bulan dengan kategori kurus yaitu balita
yang seharusnya. Apabila kondisi dengan hasil pengukuran berat badan
ini tidak segera mendapatkan menurut panjang badan (BB/PB) lebih
intervensi yang sesuai, maka akan kecil dari minus dua Standar Deviasi (-2
diikuti dengan kurangnya SD), anak usia sekolah dasar dengan
pertumbuhan linier (balita menjadi kategori kurus, dan ibu hamil kurang
lebih pendek dari yang seharusnya) energi kronis yaitu ibu hamil dengan hasil
[18]. Kondisi pendek dapat pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)
menghambat gangguan lebih kecil dari 23,5 cm (Permenkes,RI,
perkembangan kognitif dan 2016). Lama pemberian idealnya 180 hari
kemampuan fisik, yang (2 hari sekali). Tambahan makanan untuk
menyebabkan munculnya generasi menambah asupan gizi untuk mencukupi
kebutuhan gizi agar tercapainya besar tokoh masyarakat tidak bisa
status gizi yang baik (Permenkes menjawab yaitu pertanyaan tentang
Republik Indonesia Nomor 51 pengertian periode 1000 HPK (pertanyaan
Tahun 2016). Makanan tambahan no. 5) dijawab dengan benar oleh 23,8%
yang diberikan dapat berbentuk peserta; pertanyaan tentang porsi makan
makanan keluarga. Pada yang dianjurkan bagi ibu hamil
pengabdian masyarakat ini (pertanyaan no. 8) dijawab dengan benar
pemberian PMT dilakukan pada oleh 24% peserta; pertanyaan tentang
semua kelompok balita yang hadir pengertian IMD (pertanyaan no. 10)
dalam bentuk makanan keluarga. dijawab dengan benar oleh 19% peserta
Hal ini sesuai dengan penelitian dan pertanyaan tentang sampai usia
Waroh (2019) yang mengatakan berapa bayi mendapat ASI eksklusif
bahwa Pemberian makanan (pertanyaan no.14) hanya dijawab dengan
tambahan dapat menurunkan benar oleh 28,6% peserta. Rata-rata skor
angka kejadian stunting. (Upaya pengetahuan kader setelah kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat pengabdian masyarakat yang ditunjukkan
Dalam Menciptakan Generasi oleh hasil post-test adalah 70. Hal ini
Milenial Sadar Gizi Yang Bebas menunjukkan bahwa setelah pelaksanaan
Stunting Melalui Kegiatan 1000 kegiatan, yaitu pemberian edukasi, rata-
HPK) rata skor pengetahuan tokoh masyarakat
meningkat yaitu dari 51 menjadi 70.
Pertanyaan-pertanyaan yang mendapat
KEGIATAN BERDISKUSI nilai rendah pada saat pre- 14 test,
1. Peningkatan Pengetahuan mengalami peningkatan saat post-test.
Tokoh Masyarakat Pertanyaan nomor 5 tentang pengertian
Peningkatan pengetahuan tokoh periode 1000 HPK, dari 23,8% menjadi
masyarakat termasuk bentuk luaran 52,4% yang menjawab benar. Pertanyaan
dari kegiatan pengabdian nomor 8 tentang porsi makan yang
masyarakat ini. Ada 20 jumlah dianjurkan bagi ibu hamil dari 24%
pertanyaan pada pre dan post test menjadi 33,3% yang menjawab benar.
dimana 4 pertanyaan adalah bentuk Pertanyaan nomor 10 tentang pengertian
screening dan tidak diberi skor. IMD, dari 19% menjadi 33,3% yang
Pertanyaan untuk mengukur menjawab benar. Pertanyaan nomor 14
pengetahuan tentang stunting dan tentang usia berapa bayi mendapat ASI
pentingnya gizi pada 1000 HPK yang eksklusif, dari 28,6% menjadi 61,9% yang
diberi skor terdiri dari 16 butir soal menjawab dengan benar.
yang bila semua dijawab dengan 2. Terbentuknya Kelompok Tokoh
benar, total skor adalah 100. Masyarakat
Berdasarkan hasil pre test, rata-rata
Setelah selesai edukasi para tokoh
skor pengetahuan tokoh masyarakat
masyarakat maka tim pengabdi
sebelum kegiatan pengabdian
membentuk kelompok tokoh masyarakat
masyarakat yang ditunjukkan oleh
sebagai agen perubahan terhadap
hasil pre-test adalah 51. Pada pre
pencegahan stunting di Desa Bangun Sari
test, ada 4 pertanyaan yang Sebagian
dalam bentuk grup Whatsapp. Melalui
media WhatsApp Grup, tim pengabdi pre-test menjadi 71 pada post-test.
menjadi pendamping kelompok 3. Terbentuk kelompok tokoh masyarakat
tokoh masyarakat yang baru sebagai agen perubahan terhadap pencegahan
terbentuk untuk menjadi edukator stunting di Desa Bangun Sari.
di kelompoknya masing-masing. 4. Masalah gizi pada kelompok 1000 HPK di Kota
WhatsApp Grup juga menjadi media Malang masih tinggi khususnya masa sebelum
komunikasi antara tokoh hamil terdapat ibu yang kurus namun disisi lain
masyarakat dan tim pengabdi serta juga ada yang mempunyai status gizi lebih.
sesama tokoh masyarakat. Adapun penambahan berat badan selama
Kelompok tokoh masyarakat dalam kehamilan tidak sesuai dengan standard.
WhatsApp Grup akan mendapatkan Sedangkan pada usia 0-24 bulan juga didapatkan
pendampingan agar peran sebagai masalah gizi yang sifatnya akut (kurus) maupun
agen perubahan terhadap kronis (pendek) yang termasuk kategori masalah
pencegahan stunting dapat kesehatan tingkat sedang. Faktor yang terkait
terwujud. Tim pengabdi dengan hal ini adalah tingginya persentase
mengirimkan berbagai media KIE pemberian makanan prelakteal dan MPASI dini
(Komunikasi, Informasi dan serta rendahnya pemberian ASI eksklusif.
Edukasi) tentang stunting dan 1000
HPK dalam WhatsApp Grup tersebut,
SARAN
dimana media KIE tersebut bisa
Penting sekali memperhatikan asupan gizi
digunakan oleh kelompok tokoh
ibu hamil untuk mencegah terjadinya anak
masyaratkat. Sebaliknya kelompok
lahir dengan panjang badan tidak normal,
tokoh masyarakat juga
karena panjang badan anak baru lahir
menggunakan media WhatsApp
tersebut menentukan panjang badan anak di
Grup untuk mengirimkan
usia berikutnya, terutama pada tahun
dokumentasi kegiatan yang telah
pertama kehidupan.
dilakukan dalam menjalankan
perannya sebagai agen perubahan Aparat desa dan pihak Puskesmas Dalu
yaitu mengedukasi masyarakat Sepuluh agar secara berkesinambungan
tentang stunting dan gizi pada 1000 melakukan penguatan dan pembinaan
HPK baik berupa video ataupun foto terhadap para tokoh masyarakat yang telah
(https://youtu.be/1ujHszFuHOA) mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat
ini
Untuk membantu mengatasi masalah gizi
KESIMPULAN pada 1000 HPK di wilayah Kabupaten dan
Kota Malang, diperlukan peningkatan upaya
1. Panjang badan lahir bayi dan asupan edukasi gizi melalui berbagai media tidak
protein Ibu hamil merupakan faktor yang hanya untuk sasaran ibu hamil dan ibu
berpengaruh signifikan terhadap kejadian menyusui namun juga pada calon ibu serta
anak menjadi pendek pada saat anak keluarga
berusia 12 bulan.
2. Terdapat peningkatan pengetahaun
tokoh masyarakat tentang stunting dan gizi
dalam 1000 HPK, dari rata-rata 57 pada
DAFTAR PUSTAKA

1. BKKBN. 2008. Peran tokoh masyarakat dalam kesehatan reproduksi yang responsif
gender. Jakarta.
2. Doloksaribu, TH, Harianja M, Noviyanti RE. 2019. Laporan Penelitian Mandiri:
Pengetahuan Ibu dan Asupan Gizi Anak Baduta Stunting di Desa Bangun Sari Kecamatan
Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Medan.
3. Indonesia, Kementerian Kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan No
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Jakarta: Kemenkes, 2011.
4. Indonesia, Kementerian Kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan No
1593/MENKES/SK/XI/2005 tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa
Indonesia . Jakarta: Kemenkes, 2005.
5. Indonesia, Kementerian Kesehatan. Pelayanan Kesehatan Neonatus Essensial. Jakarta:
Kemenkes, 2010.
6. Bogale TY, Bala ET, Tadese M. (2018). Prevalence and associated factors for stunting
among 6–12 years old school age children from rural community of Humbo district,
Southern Ethiopia. BMC Public Health (2018) 18:653 https://doi.org/10.1186/s12889-
018-5561-z
7. Dhaded, et al. (2020). Preconception nutrition intervention improved birth length and
reduced stunting and wasting in newborns in South Asia: The Women First Randomized
Controlled Trial. PLoS One [Internet]. 2020;15(1):1–15.
http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0218960
8. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2015.
9. Departemen Kesehatan - Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2008. Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes, Depkes RI,
2008.
10. Victoria CG, Morris SS, Barros FC, Horta BL, Weiderpass E, Tomasi E. Breasfeeding and
Growth in Brazilian infant. Am J Clin Nutr. 1998;67:452- 458. 6.
11. Mahgoup, Salah EO, et al. Factor Affecting Prevalence of Malnutrition Among Children
Under Three Years Og Age In Botswana. AJFAND Online. 2006. 6(1).
12. The Lancet. Maternal and Child Nutrition: Executive Summary of the Lancet Maternal
and Child Nutrition Series. The Lancet; 2013. 1-12. 2.
13. USAID. Multi-sectoral Nutrition Strategy 2014-2025 Technical Guidance Brief:
Implementation Guidance for Ending Preventable Maternal and Child Death. 2014. 1-6. 3.
14. KEMENKES RI. Naskah Akademik Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Jakarta: KEMENKES
RI; 2013. 1-27. 4.
15. BAPPENAS RI. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka
Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK); 2012. 1-8 5.
16. BAPPEDA Kota Malang. Buku Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Kota Malang.
Malang:
17. BAPPEDA Kota Malang; 2014. 4- 19. 6. DINKES Kota Malang. Laporan Kinerja Tahunan.
Malang: Dinas Kesehatan Kota Malang Tahun 2015; 2015. 20-30.
18. Fahmida U, Dillon DHS. Handbook Nutritional Assessment. Jakarta: SEAMEORECFON
UI; 2011. 15-75.
19. WHO Expert Consultation. Appropriate Body Mass Index for Asian Population and Its
Implication for Policy and Intervention Strategies. The Lancet. 2004; 363: 157-63.
20. Sandjaja. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di Indonesia. Gizi
Indon. 2009; 32(2): 128-38.

You might also like